KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

90
KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TESIS OLEH : YUFI PERMANA PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Universitas Sumatera Utara

Transcript of KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Page 1: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN

GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TESIS

OLEH :

YUFI PERMANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M. Ked(OG), SpOG.K

dr. Syamsul A Nasution, M.Ked(OG), SpOG.K

PENYANGGAH :

dr. Sanusi Piliang, SpOG

dr. Muldjadi Affendy,M, Ked(OG), SpOG. K

dr. Yostoto B Kaban, M.Ked(OG), SpOG. K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister

bidang Obstetri dan Ginekologi

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena

berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat

diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

MasterKedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia

biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan

masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya

kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT

JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN”

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas

Kedokteran USU Medan

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi –

tingginya kepada yang terhormat :

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri

dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr.dr M. Fidel Ganis

Siregar,SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua

Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr.

M. Fauzie sahil, SpOG (K), Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Prof. Dr. M.

Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof.

Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin

Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof.

Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG

(K); dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang secara

bersama-sama telah berkenan menerima saya untuk

mengikuti pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri

dan Ginekologi.

3. Ketua Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi dr.Ichwanul

Adenin M Ked OG, SpOG (K) yang telah mengizinkan saya

untuk melakukan penelit ian tentang

KADAR KORTISOL

SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN.

4.

Dr. dr. M. Fidel Ganis S iregar, M.Ked(OG), SpOG.K yang

telah memberikan pengarahan kepada saya dalam melakukan

penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama

dengandr. Syamsul A. Nasution, M.Ked(OG), SpOG.Kyang telah

meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,

memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. dr. Sanusi Piliang, SpOG, dr. Muldjadi Affendy, M.Ked(OG),

SpOG.K, dr. Yostoto B. Kaban, SpOG.Kselaku penyanggah

dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan

melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

6. dr. Sanusi Piliang, SpOG

se laku Bapak Angkat saya se lama

menja lan i masa pendidikan, yang telah banyak memberikan

nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

7.

dr. Yostoto B. Kaban, SpOG.Kselaku pembimbing

minirefarat magister saya yang ber judul

“MINILAPAROTOMI HISTEREKTOMI” .

8.

Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-

USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan

mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah

SWT membalas budi baik guru-guru saya.

9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama

mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan

Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

10. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan beserta staf yang telah

memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja

sama selama bertugas di Rumah sakit tersebut.

11.

Laboratorium Terpadu USU yang telah banyak membantu saya

dalam menyelesaikan penelitian ini.

12.

Paramedis RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah bersedia untuk

ikut dalam penelitian saya ini.

13. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat

saya sebutkan namanya satu persatu, Dokter muda,

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU yang telah ikut membantu

dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan

Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-

USU/RSUP H. Adam malik.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur

kepada Allah SWTdan

Sembah sujud serta terima kasih yang

tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya

yang sangat saya cintai, Papadr. H. Marsal S Alimin, SpOG,MamaHj. Yulia Hatmayang telah membesarkan,

membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan tulus,

penuh kesabaran,serta kasih sayang dari sejak kecil hingga kini,

semoga Papa dan Mama selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Terimakasih saya ucapkan kepada Papa mertuaKompol. Oji Fahroji, SH, dan mama mertuaLinarni, yang telah memberikan dorongan,

doa dan semangat kepada sayaselamamenjalanipendidikanini.

Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih

kepadaIstritercinta, dr. Lioni Novi Susanti dan teramat khusus

untuk Buah hati kami tercinta M. Raidan Alkhalifi,terima kasih

atas kasih sayang, semangat serta doa yang diberikan kepada Daddy,

semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan kepada kita.

Kepada saudara-saudarakandungsaya : Harsa Permata S.Fil, M.Fil, Yumi Meuthia ST, MT , Manesha Putra, MDdan

Reyna Purnama, yang telah memberikan dukungan, doa dan

pikiran kepada saya, semoga persaudaraan kita selalu dalam

keadaan solid dan kompak.

Kepada seluruh Keluargahandaitolan yang tidak dapat saya

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun

tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan

dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Al lah SWT senantiasa member ikan rahmat

dan hidayah-Nya kepada ki ta semua. Amin Ya Rabbal ’Alamin

Medan, April 2015

Dr. Yufi Permana

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar .............................................................................................i Daftar Isi .......................................................................................................v Daftar Tabel ..................................................................................................ix Daftar Gambar ..............................................................................................x Daftar Singkatan ...........................................................................................xi BAB I. Pendahuluan....................................................................................1

1.1. Latar Belakang ..........................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................5 1.3. Hipotesis Penelitian ...................................................................6 1.4. Tujuan .......................................................................................6

1.4.1. Tujuan umum ...................................................................6 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................6

1.5. Manfaat .....................................................................................7 BAB II. Tinjauan Pustaka ............................................................................8

2.1. Menopause ...............................................................................8 2.1.1. Definisi ...................................................................................8 2.1.2. Gejala Menopause .................................................................10 2.2. Menopause Rating Scale (MRS) ...............................................13 2.3. Kelenjer Adrenal dan Hormon Kortisol ......................................16 2.4. Metabolisme Kortisol .................................................................20 2.5. Stres, Menopause dan Hormon Kortisol....................................23

BAB III. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep .......................................28

3.1. Kerangka Teori ..........................................................................28 3.2. Kerangka Konsep ......................................................................29

BAB IV. Metode Penelitian .........................................................................30

4.1. Rancangan Penelitian ...............................................................30 4.2. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................30 4.3. Populasi penelitian ....................................................................30 4.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................31 4.5. Sampel dan Besar Sampel ........................................................32 4.6. Bahan dan cara kerja penelitian ................................................34

4.6.1. Penilaian melalui kusioner ...............................................34 4.6.2. Pemeriksaan Fisik ............................................................35 4.6.3. Pemeriksaan Laboratorium ..............................................36

4.7. Etika Penelitian .........................................................................36 4.8. Alur Penelitian ...........................................................................37 4.9. Analisis Statistik ........................................................................37 4.10. Definisi Operasional ................................................................38

BAB V. Hasil dan Pembahasan ..................................................................41 5.1. Karakteristik wanita menopause berdasarkan ada tidaknya

keluhan menopause...................................................................41

5.2. Karakteristik wanita menopause berdasarkan derajat

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

keluhan menopause...................................................................43

5.3. Karakteristik wanita menopause berdasarkan subskala

derajat

keluhan menopause...................................................................45

5.4. Tabel karakteristik wanita dengan gejala menopause

berdasarkan MRS ............................................................................47

5.5. Perbedaan kadar kortisol saliva berdasarkan ada tidaknya

keluhan menopause...................................................................48

5.6. Perbedaan kadar kortisol saliva rata-rata berdasarkan

derajat keparahan keluhan menopause .....................................49

5.7. Kurva ROC (Receiver Operating Characteristics) Kortisol

Saliva terhadap adanya gangguan menopause .........................50

5.8. Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi Positif, dan Nilai

Prediksi Negatif kadar kortisol saliva terhadap gejala

menopause ................................................................................51

BAB VI. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ...............................................................................51 6.2. Saran.........................................................................................52

Daftar Pustaka .............................................................................................xiv

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Karakteristik wanita menopause berdasarkan ada tidaknya

keluhan menopause........................................................................... 42

Tabel 5.2. Karakteristik wanita menopause berdasarkan derajat

keluhan menopause........................................................................... 44

Tabel 5.3. Karakteristik wanita menopause berdasarkan subskala derajat

keluhan menopause........................................................................... 46

Tabel 5.4. Perbedaan kadar kortisol saliva berdasarkan ada tidaknya

keluhan menopause........................................................................... 48

Tabel 5.5. Perbedaan kadar kortisol saliva rata-rata berdasarkan

derajat keparahan keluhan menopause ............................................. 49

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1. Kategori menopause berdasarkan usia............................................. 10

Gambar2.2Fisiologi sekresi hormon estrogen dan progesteron ........................... 11

Gambar2.3. Menopause Rating Scale .................................................................. 15

Gambar2.4. Kelenjar Adrenal ............................................................................... 17

Gambar 2.5.BiosintesisAdrenokortikosteroiddanAndrogen adrenal ..................... 23

Gambar 5.1. Kurva ROC Kortisol Saliva terhadap adanya gangguan

Menopause ...................................................................................... 50

Gambar 5.2. Koordinat kurva ROC Kortisol Saliva terhadap adanya

gangguan

Menopause ...................................................................................... 50

.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

DAFTAR SINGKATAN

HPA :Hypothalamic–pituitary–adrenal

CRH : Corticotrophin-releasing hormone

ACTH : Adrenocorticotropin hormone

REM :Rapid eye movement

AUC : Area under curve

FSH : Follicle-stimulating hormone

LH :Luteinizing hormone

MRS : Menopause Rating Scale

StAR : Steroidogenic acute regulatory protein

cAMP : Cyclic adenosine monophosphate

GAS : General adaptation syndrome

GABA : Gamma Amino Butyric Acid

AVP : Arginine vasopressin

PVN : Paraventricular Nucleus

L-MMPI : Minnesota MultiphasicInventory Lie Scale

BMI : Body Mass Index

ROC : Range Of Curve

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN

USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

Yufi Permana, M. Fidel Ganis Siregar, Syamsul A. Nasution

Sanusi Piliang, Muldjadi Affendy, Yostoto B. Kaban

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran USU

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Pada masa pra menopause ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering menimbulkan gejala yang sangat mengganggu. Faktor yang berpengaruh terhadap gejala pra menopause salah satunya adalah faktor psikis. Psikis erat kaitan nya dengan kadar kortisol. Dimana, keadaan stres berhubungan dengan sistem neuroendokrin. Hormon kortisol sebagai produk dari mekanisme ini, sering digunakan sebagaibiomarkeruntukmempelajaristres

.Diagnosis dari gejala menopause sampai saat ini masih terbatas pada keluhan yang cenderung subjektif, untuk itu diperlukan suatu biomarker dalam mendiagnosis gangguan gejala menopause.

METODE : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional dan uji diagnostik. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada paramedis poli rawat jalan RSUP. H. Adam Malik, dimulai bulan Maret tahun 2015 sampai bulan April tahun 2015. Dilakukan dengan menilai gangguan gejala menopause melalui skoring Menopause Rating Scale (MRS) dan dihubungkan dengan kadar kortisol saliva. HASIL : Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar kortisol saliva dengan gangguan gejala menopause dengan Nilai P< 0,01 , kemudian juga didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar kortisol saliva dengan derajat masing-masing kelompok skor MRS dengan Nilai P = 0,008. Untuk Nilai titik potong kadar kortisol saliva sebagai penanda gangguan gejala menopause berada pada kadar 9,52 ng/ml dengan nilai sensitivitas sebesar 77 % dan spesifisitas sebesar 85 %. KESIMPULAN : Pemeriksaan kadar kortisol saliva sebagai penanda gangguan gejala menopause yaitu berada pada kadar 9,52 ng/ml dengan nilai sensitivitas sebesar 77 % dan spesifisitas sebesar 85 %. KATA KUNCI: kortisol saliva, gangguan menopause, Menopause Rating Scale

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

SALIVARY CORTISOL LEVELS AS A MARKER FOR MENOPAUSAL DISTURBANCES IN PARAMEDICS AT PERIMENOPAUSAL

OUTPATIENT CLINIC OF HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL

Yufi Permana, M. Fidel Ganis Siregar, Syamsul A. Nasution

Sanusi Piliang, Muldjadi Affendy, Yostoto B. Kaban

Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara

ABSTRACT Introdcution : The premenopausal period is characterized as a decline in estrogen levels that consequently result in disturbing symptoms. One noted significant factor in this period is the psychological state, a condition that is closely related to cortisol levels. Stress is known to be a product of the neuroendocrine system. As a product of tbis mechanism, cortisol is frequently used as a biomarker to study stress. Currently, menopausal symptoms are diagnosed based on present complaints, which tends to be subjective, consequently, a biomarker is required to diagnose menopausal disturbances. METHOD : This analytic, diagnostic, cross sectional study was conducted in the General Hiospital of Haji Adam Malik Medan, and enrolled paramedics working at the out patient clinic from March until April 2015. All subjects were asked to fill a Menopause Rating Scale (MRS), the results of which were then associated with obtained salivary cortisol levels. RESULTS : Salivary cortisol levels was significantly associated with menopausal disturbances with P< 0,01. Salivary cortisol also significantly differed based on each MRS scores with P = 0,008. A cut-off value of 9.52 ng/mL was obtained, with specificity and sensitivity values of 85 and 77%, respectively. , CONCLUSION : Salivary cortisol testing as a marker for menopausal disturbances obtained a marker of 9.52 ng/mL with specificity and sensitivity values of 85 and 77%, respectively. KEY WORDS: Salivary cortisol, menopausal disturbances, Menopause Rating Scale

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai

perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi siklus yang dimulai dengan

menuanya ovarium hingga sampai ke fase berhenti. Dengan

berkembangnya teknologi medis dan meningkatnya fokus pada perawatan

kesehatan preventif, angka rata-rata harapan hidup menjadi meningkat.

Kebanyakan wanita sekarang setidaknya sepertiga dari kehidupan mereka

berada di masa menopause. Secara khusus, diperkirakan bahwa pada

tahun 2020, sekitar 52 juta perempuan akan berusia 55 tahun atau lebih

tua.

Definisi menopause merujuk pada suatu titik waktu yang dimana

dimaksudkan dengan 1 tahun setelah berhentinya menstruasi.

Postmenopause merupakan tahun-tahun berikutnya titik ini. Usia rata-rata

perempuan mengalami periode menstruasi terakhir mereka adalah 51,5

tahun, tetapipenghentian menstruasi karena kegagalan ovarium dapat

terjadi pada semua usia.

1

Gejala-gejala fisik yang dapat timbul pada menopause adalah

gejolak rasa panas dan keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia,

kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit

kepala, palpitasi (denyut jantung cepat dan tidak teratur), dan berat badan

1

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

bertambah. Gejala-gejala psikologis pada menopause adalah perasaan

murung, kecemasan, irritabilitas dan perusahaan yang berubah-ubah,

labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat,kosentrasi

berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga.

Pada penelitian oleh Muharram (2007) didapatkan dari hasil

penelitian cross sectional terhadap 1.350 perempuan menopause

Indonesia berumur 40-60. Rata-rata umur perempuan menopause di

Indonesia adalah 48 ± 5,3 tahun. Ada 5 gejala utama dari perempuan

menopause Indonesia yaitu : nyeri otot atau sendi (77,7%), rasa letih atau

hilang energi (68,7%), kehilangan nafsu berhubungan badan (61,3%),

kerutan di kulit (60%) dan sulit konsentrasi, hot flushes (29,5%).

2

Sebelum terjadinya menopause biasanya didahului dengan pra

menopause sebagai permulaan transisi yang dimulai 2-5 tahun sebelum

menopause. Pada masa pra menopause terjadi ketidakteraturan siklus

haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40 tahun. Pada masa pra menopause

ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering menimbulkan

gejala yang sangat mengganggu aktifitas kehidupan para perempuan

bahkan mengancam kehidupan rumah tangga. Gejala menjadi sangat

serius apabila tidak ditangani karena dapat menimbulkan perubahan yang

menyebabkan kecemasan pada perempuan. Gejala-gejala yang

ditimbulkan antara lain hot flushes (rasa panas dari dada hingga wajah),

night sweat (berkeringat di malam hari), penurunan daya ingat, depresi,

raca cemas (stres), mudah capek dan insomnia.

3

4

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Pada masa pra menopause menurut Proverawati dan Sulistyawati

(2010) faktor yang berpengaruh terhadap gejala pra menopause antara

lain : faktor psikis, sosial ekonomi, budaya dan lingkungan, faktor lain yaitu

perempuan yang belum menikah, perempuan karier yang sudah atau

belum berumah tangga dan mentruasi pertama. Selain itu latar belakang

perempuan sangat berpengaruh terhadap kondisi perempuan dalam

menjalani masa menopause, misalnya apakah perempuan tersebut sudah

menikah atau tidak, apakah perempuan tersebut mempunyai suami, anak,

cucu, atau keluarga yang membahagiakannya, serta pekerjaan yang

mengisi aktivitas sehari-hari.

Psikis erat kaitan nya dengan kadar kortisol. Dimana, keadaan

stres berhubungan dengan sistem neuroendokrin. Hormon kortisol

sebagai produk dari mekanisme ini, sering digunakan

4

sebagaibiomarkeruntukmempelajaristres. Secara fisiologis, aksis HPA

terkait dengan perubahan adaptasi tubuh terhadap pengaruh lingkungan

ekternal, sehingga sekresi releasing factor dari hipotalamus yaitu

corticotrophin-releasing hormone (CRH) dapat diaktifkan oleh peristiwa

psikologis dengan tingkat aktivasi yang bervariasi. Hubungan CRH

dengan adrenocorticotropin hormone (ACTH), aktivasi neurotransmiter

dan saraf otonom sangat kompleks.

Suatu penelitian pada hewan oleh Seattle Institute for Biomedical

and Clinical Research (2002) didapatkan bahwa pada awalnya estrogen

yang menurun pada wanita menopause menyebabkan suatu stres dalam

5,6

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

tubuh wanita, sehingga kemudian menyebabkan peningkatan sekresi

kortisol oleh kelenjer adrenal7

Keadaan stres erat kaitannya dengan aksis HPA dan kelenjar

adrenal sebagai organ yang mensekresikan hormon kortisol. Sejauh mana

stres mempengaruhi kelenjar adrenal dalam mensekresikan kortisol dapat

dinilai dari derajat “adrenal stress” yang diukur dengan kuesioner Adrenal

Stress Questionnaire. Kuesioner ini disusun oleh Hompes D, seorang ahli

ginekologi Inggris. Dimana validitas dan reliabilitasnya telah dibuktikan

sebelumnya.

.

Peningkatan kortisol pada perimenopause banyak disebabkan oleh

tingkat stres yang tinggi, pada beberapa penelitian hal ini banyak dikaitkan

dengan munculnya gejala gangguan tidur. Kortisol diseksresikan oleh

kelenjar adrenal melalui respon feedback pada tubuh. Kortisol adalah

bahan kimia kuat yang , bersama dengan adrenalin sangat efektif dalam

melindungi tubuh selama masa stres . Ketika kadar kortisol tidak

seimbang , bagaimanapun, dapat mendatangkan gangguan pada sistem

syaraf.Tingginya kadar kortisol mengganggu restoratif tidur REM , dan

mengganggu ritme tidur , itulah sebabnya mengapa begitu banyak wanita

dalam laporan perimenopause bahwa mereka mampu untuk tertidur ,

tetapi mereka tidak bisa untuk tetap tidur. Kadar kortisol yang tinggi juga

dapat menyebabkan jantung berdebar-debar , dan bahkan serangan

panik. Bahkan jika wanita menderita kelelahan, dengan tingkat tinggi

kortisol dalam tubuh, maka wanita tetap tidak akan bisa tidur.

8

9

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Pada penelitian oleh Cagnacci et al (2011), wanita perimenopause

dinilai faktor psikologimelalui skor Greene yang dikaitkan dengan

peningkatan 24 jam kadar kortisol urin. Didapatkan terjadi peningkatan

kadar kortisol, peningkatan ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko untuk

penyakit jantung, seperti resistensi insulin dan penurunan kadar HDL-

kolesterol.

Diagnosis dari gejala menopause sampai saat ini masih terbatas

pada keluhan yang cenderung subjektif, untuk itu diperlukan suatu

penelitian mengenai adanya parameter yang objektif dalam menilai derajat

keparahan gejala menopause, sehingga bisa dijadikan penanda dan

bahkan mungkin follow up dalam pengobatan gejala menopause, dalam

hal ini kortisol diperkirakan dapat menjadi suatu alat diagnostik untuk

gangguan menopause.

10

1.2. Rumusan Masalah

Belum adanya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

hubungan gejala menopause yang dinilai dari menopause rating scale

terhadap kadar kortisol saliva sebagai penanda derajat keparahan gejala

menopause, maka peneliti berusaha merumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh gejala menopause yang dinilai dari

menopause rating scale terhadap perubahan kadar kortisol saliva yang

dijadikan sebagai penanda gangguan gejala menopausepada wanita

perimenopause?”dan “Apakah pemeriksaan kadar kortisol saliva ini

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

dapat menjadi pemeriksaan non invasif yang sensitif dan spesifik

sebagai penanda gangguan menopause?”

1.3. Hipotesis Penelitian

Gangguan menopause yang dinilai dari menopause rating scale

bermanifestasi pada perubahan kadar kortisol saliva dari wanita

perimenopause yang dapat dijadikan sebagai penanda gangguan gejala

menopause.

1.4. Tujuan

1.4.1.Tujuan Umum

Mengetahui kadar kortisol saliva pada paramedis poli rawat

jalanusia perimenopause di RSUP.H.Adam Malik

Medanberdasarkan gangguan gejala menopause.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik paramedis poli rawat

jalanusiaperimenopause di RSUP.H.Adam Malik

Medanberdasarkan ada tidaknya gejala menopause ( status

pernikahan, paritas, lama menopause, BMI dan skor total

Menopause Rating Scale (MRS)).

2. Mengetahui karakteristik paramedis poli rawat jalanusia

perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medanberdasarkan derajat

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

gejala menopause (status pernikahan, paritas, lama menopause

dan BMI).

3. Mengetahui frekuensiparamedis poli rawat jalanusia

perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medan berdasarkan

subkelompokderajat gejala menopause

4. Mengetahui persentaseparamedis poli rawat jalanusia

perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medan berdasarkan

Menopause Rating Scale

5. Mengetahui hubungan kadar kortisol saliva dari paramedis poli

rawat jalanusia perimenopause di RSUP.H.Adam Malik

Medanberdasarkan ada tidaknya keluhan menopause.

6. Mengetahui hubungan kadar kortisol saliva dari paramedis poli

rawat jalanusia perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan

RSUD Dr.Pirngadi Medan terhadap derajat keluhan menopause.

7. Penelitian ini juga akan mencari nilai titik potong (cut off value),

sensitivitas dan spesifisitas serta area under curve (AUC) dari

kadar kortisol saliva yang dapat dijadikan sebagai penanda

gangguan gejala menopause.

1.5. Manfaat

1. Pemeriksaan kadar kortisol saliva dapat menjadi standar

operasional prosedur sebagai penanda gangguan gejala

menopause.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

2. Diperolehnya cut off value dari kadar kortisol saliva, sehingga

membantu klinisi dalam mendiagnosis gejala menopause.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause

2.1.1. Definisi

Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen

akibat tidak bekerjanya folikel ovarium. Sehingga untuk menentukan onset

dilakukan secara retrospektif, yaitu dimulai dari amenorea spontan sampai

12 bulan kemudian. Menopause merupakan kegagalan ovarium, ditandai

dengan tidak adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.

Istilah yang sering digunakan untuk membagi masa klimakterik:

1

A. Pramenopause

2

Pramenopause adalah masa sekitar usia 40 tahun dengan

dimulainya siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit, atau

banyak, yang kadang-kadang disertai dengan rasa nyeri. Pada wanita

tertentu telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindroma

prahaid. Dari hasil analisis hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan

estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga

kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Keluhan yang

muncul pada fase premenopause ini ternyata dapat terjadi baik pada

keadaan sistem hormon yang normal maupun tinggi, sedangkan keluhan

yang muncul pasca menopause umumnya disebabkan oleh kadar hormon

yang masih normal maupun tinggi, hingga kini belum diketahui.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

B. Perimenopause

Perimenopause merupakan masa perubahan antara pramenopuse

dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak

teratur. Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari dan sisanya <

18 hari. Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid yang anovulatorik.

Pada sebagian wanita, telah muncul keluhan vasomotorik, atau keluhan

sindrom prahaid. Kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Disini

juga terlihat bahwa keluhan klimakterik dapat terjadi tidak hanya pada

kadar hormon yang rendah saja

C. Menopause

.

Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH

yang tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadang-kadang kadar

estrogen rendah. Pada wanita gemuk kadar estrogen biasanya tinggi. Bila

seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >35

mIU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml, maka wanita tersebut dapat

dikatakan telah mengalami menopause.

D. Pascamenopause

Pasca menopause adalah masa setelah menopause sampai

senium yang dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH

sangat tinggi (>35 mIU/ml) dan kadar estrodiol yang rendah

mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin

terjadi lagi. Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan

kadar estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita pascamenopause

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

umumnya telah mengalamiberbagai macam keluhan yang diakibatkan

oleh rendahnya kadar estrogen.

E. Senium

Seorang wanita disebut senium bila telah memasuki usia pasca

menopause lanjut sampai usia > 65 tahun.

Gambar 2.1. Kategori menopause berdasarkan usia

2.1.2. Gejala

Keluhan-keluhan pada wanita perimenopause muncul akibat suatu

proses alami dari penuaan. Proses penuaan menyebabkan proses

degenerasi sel-sel tubuh termasuk di dalamnya adalah organ ovarium.

Fungsi ovarium yang menurun menyebabkan penurunan produksi hormon

seks yaitu estrogen dan progesteron. Proses degenerasi ini menyebabkan

penurunan sistem imunologi dan fungsi sel sehingga mempengaruhi

sistem aktivitas siklik ke hipotalamus dan hipofisis. Penurunan fungsi

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

hipotalamus dan hipofisis mempengaruhi kerja saraf parasimpatis dan

sistem saraf sentral yang pada akhirnya menimbulkan gangguan pada

neurovegetatif, neurofisiologis, neuromotorik, dan sistem metabolik yang

secara klinis muncul sebagai gejala perimenopause.

11

Gambar 2.2. Fisiologi sekresi hormon estrogen dan progesteron

Berkurang atau hilangnya estrogen dapat menyebabkan gejala

vasomotor, gangguan tidur, gangguan mood, depresi, atrofi saluran kemih

dan vagina, serta meningkatnya risiko kelainan kronis seperti

osteoporosis, penyakit kardiovaskular dan penurunan fungsi kognitif.

Gejala vasomotor merupakan keluhan terbanyak yang dilaporkan pasien.

Dasar perubahan patofisiologi tersebut berkaitan dengan defisiensi

estrogen yang mekanismenya telah banyak diketahui.

Dua tipe gejala utama yaitu:

11

11

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

a. Gangguan vasomotor

Gejala vasomotor yang terdiri dari gejolak panas (hot flush) dan keringat

malam terjadi pada 75% wanita pascamenopause dengan berbagai

derajat keparahan. Etiologi gejolak panas masih belum diketahui dengan

pasti, namun mungkin disebabkan oleh labilnya pusat termoregulator

tubuh di hipotalamus yang diinduksi oleh penurunan kadar estrogen dan

progesteron. Instabilitas ini menimbulkan perubahan yang tiba-tiba berupa

vasodilatasi perifer mendadak dan bersifat sementara yang dikeluhkan

pasien sebagai gejolak panas yang ditandai adanya peningkatan suhu

tubuh pada saat itu. Bila terjadi pada malam hari, keadaan ini dilaporkan

pasien sebagai keringat malam.

b. Keluhan urogenital

Defisiensi estrogen menyebabkan atrofi pada uretra dan vagina. Dinding

vagina akan menipis, dan terjadi atrofi kelenjar vagina, sehingga lubrikasi

berkurang dan menyebabkan dispareuni. Menurunnya aktifitas seksual

juga makin menurunkan lubrikasi dan memperparah atrofi. Efek defisiensi

estrogen pada uretra dan kandung kemih berhubungan dengan sindrom

uretral berupa frequency, urgency dan disuria. Estrogen mempengaruhi

mukosa uretra, otot polos dan tonus alfa adrenergik sehingga terdapat

pernyataan estrogen mungkin dapat memperbaiki inkontinensia urin yang

terjadi pada wanita pascamenopause dengan difisiensi estrogen.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

2.2. MENOPAUSE RATING SCALE(MRS)

Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup

yang dikembangkan pada awal tahun 90an untuk menilai tingkat

keparahan keluhan menopause sebagai respon terhadap kurangnya

skala yang terstandarisasi untuk mengukur keparahan gejala penuaan

serta efeknya terhadap kalitas hidup.12,13,14,15 Sebenarnya, versi MRS

yang pertama seharusnya diisi oleh dokter yang menangani kasus yang

bersangkutan, namun beberapan kritik dari ahli metodologi akhirnya

memunculkan skala baru yang dapat dengan mudah diisi sendiri oleh

wanita yang bersangkutan, bukan oleh dokternya. Pembenaran

penggunaan MRS dimulai beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk

membentuk suatu alat untuk mengukur gambaran kualitas hidup, yang

secara mudah dapat diisi. Tujuan pembuatan MRS adalah (1) untuk

memungkinkan perbandingan gejala penuaan antara diantara kelompok

wanita dengan kondisi yang berbeda, (2) untuk membandingkan

keparahan penyakit yang dialami dalam selang waktu tertentu, dan (3)

untuk mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan

pengobatan. Skala MRS telah dibakukan secara resmi berdasarkan

peraturan psikometrik dan diterbitkan pertama kali di Jerman. Sewaktu

alat ini sedang dibakukan, tiga dimensi yang terpisah ternyata

teridentifikasi, yang menjelaskan 59% variansi total yang dijumpai (analisis

faktor): psikologis, somato vegetatif, dan sub skala urogenital. Skala MRS

terdiri dari 11 item (gejala atau keluhan). Masing-masing gejala yang

terkandung didalam skala tersebut dapat diberikan nilai 0 (tidak ada

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

keluhan) sampai 4 (gejala berat) tergantung pada tingkat keluhan yang

diperoleh setelah wanita yang bersangkutan mengisi skala tersebut

(dengan cara mencentang kotak yang telah disediakan). Cara penilaian

pada dasarnya sederhana, contohnya: skornya akan semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya tingkat keparahan subjektivitas gejala yang

diperoleh dari setiap item (skor 0 : tidak ada keluhan, skor 4: gejala yang

sangat berat]). Responden dengan sendirinya akan menunjukkan

persepsinya sendiri dengan mencentang 1 dari kemungkinan 5 kotak

“keparahan” yang tersedia untuk setiap item.

Hal ini terlihat pada kuesioner yang tersedia pada file tambahan

yang dilampirkan dalam penelitian ini. Skor komposit untuk setiap dimensi

(sub-skalanya) diperoleh setelah menambahkan skor pada setiap item

dari masing-masing dimensi. Skor kompositnya (skor total) diperoleh

setelah menjumlahkan semua skor dimensi. Ketiga dimensi tersebut,

pertanyaan yang tercantum didalamnya diuraikan secara terperinci dan

disimpulkan dalam satu file yang terlampir dalam penerbitan ini.

12,13,14,15

Saat ini, skala MRS diterima secara Internasional. Skala ini

pertamaka kali dialihbahasakan ke bahasa Inggris, yang diikuti dengan

terjemahan ke dalam bahasa yang lain. Rekomendasi metodologi

Internasional yang terbaru juga dimasukkan. Saat ini skala ini tersedia

dalam beberapa bahasa: bahasa Brasil, Inggris, Perancis, Jerman,

Indonesia, Italia, Mexico/Argentina, Spanyol, Swedia, dan Turki.

12

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Penilaian Menopause Rating Scale

Gambar 2.3. Menopause Rating Scale

Hubunganantarasub-skala dengan skor total dari skalaadalahhal

yangpenting dalammetodologipenilaian dari skala. Skor untuk tingkat /

derajat keparahan keluhan berdasarkan subskala adalah sebagai

berikut:14

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

• Skor Keluhan Somatis-vegetatif

- Tidak ada / sedikit : 0-2

- Ringan : 3-4

- Sedang : 5-8

- Berat : 9+

• Skor Keluhan Psikologi

- Tidak ada / sedikit : 0-1

- Ringan : 2-3

- Sedang : 4-6

- Berat : 7+

• Skor Keluhan Urogenital

- Tidak ada / sedikit : 0

- Ringan : 1

- Sedang : 2-3

- Berat : 4

• Skor Total

- Tidak ada, sedikit : 0-4

- Ringan : 5-8

- Sedang : 9-16

- Berat : 17+

2.3. KELENJER ADRENAL DAN HORMON KORTISOL

Terdapat 2 (dua) organ endokrin dalam kelenjar adrenal yaitu

medulla pada bagian dalam dan korteks pada bagian luar. Korteks adrenal

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

mempunyai kemampuan untuk mensintesis lebih dari 25 hormon steroid.

Sel-sel korteks terdiri dari 3 lapisan (Lihat Gambar 2.3).

6,16

Gambar 2.4 Kelenjar Adrenal

a. Zona Glomerulosa (lapisan luar) menghasilkan mineralokortikoid

Menghasilkan hormon aldosteron dalam meregulasi keseimbangan

elektrolit cairan ekstraseluler terutama Na+ dan K+

b. Zona Fasikulata (lapisan tengah) menghasilkan glukokortikoid

. Kelainan

hiposekresi dari mineralokortikoid dan glukokortikoid disebut Addison’s

disease bermanifestasi pada hipoglikemia, dehidrasi berat, ketidak-

seimbangan elektrolit, hiperkalemia, hipotensi dan kulit mengkilap.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Mempengaruhi metabolisme sel-sel tubuh terkait stres. Hormon

kortisol yang dihasilkan dari trigger ACTH dari hipofisis anterior

berperan dalam proses glukoneogenesis (menyimpan cadangan gula

pada otak, katabolisme protein, berperan dalam perbaikan jaringan dan

sistesis enzim). Hormon kortisol juga membantu kerja vasokonstriktor

adrenalin untuk meningkatkan tekanan darah terkait distribusi nutrisi.

Kadar kortisol yang berlebihan mengganggu metabolisme tubuh,

diantaranya menekan sistem imun, menurunkan formasi tulang,

menghambat inflamasi serta berpengaruh pada fungsi gastrointestinal

dan jantung. Gangguan hipersekresi dari glukokortikoid disebut

Cushing’s Syndrome bermanifestasi pada hiperglikemia, penurunan

densitas tulang, retensi cairan dan garam menimbulkan hipertensi dan

edema, penyembuhan luka yang buruk, dan mencetus terjadinya

infeksi.

c. Zona Retikularis (lapisan dalam) menghasilkan gonadokortikoid

Paling banyak menghasilkan dehydroepiandrosterone (DHEA) dan

androgen yang berperan dalam fisiologi reproduktif pria dan wanita.

DHEA dikonversi menjadi testosteron (terutama pada wanita) dan

dikonversi lagi menjadi estrogen (estradiol). Berperan menghasilkan

adrenal sex hormone, dimana adrenal androgen kadarnya meningkat

pada usia 7-13 tahun sehingga menstimulasi onset pubertas,

menstimulasi pertumbuhan bulu pubis dan aksila, juga menstimulasi

libido.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Hormon steroid berasal dari kolesterol dan dibangun oleh kerja

enzim yang khas. Seluruh jaringan penghasil steroid dapat menghasilkan

androgen dan estrogen, tetapi hanya korteks adrenal yang memiliki enzim

yang diperlukan bagi pembentukan kortisol. Kortisol sebagai produk dari

glukokortioid korteks adrenal yang disintesis pada zona fasikulata dapat

mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid serta berbagai

fungsi fisiologis lainnya.

Pada tahap selanjutnya akan berpengaruh terhadap keseimbangan

metabolisme tubuh seluruhnya, sehingga pemahaman terhadap anatomi,

fisiologi dan metabolisme dari glukokortikoid khususnya kortisol sangat

diperlukan.

17

Banyak senyawa telah dihasilkan oleh korteks adrenal (lebih

kurang 40 macam). Namun, hanya sebagian yang dijumpai di dalam

darah vena adrenal. Kerja fisiologis utama dari hormon-hormon adrenal

khususnya glukokortikoid adalah sebagai berikut :

16

1. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yaitu

memacu glikogenolisis, ketogenesis, katabolisme protein dan

fungsi hormonal lain.

17

2. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan

glukosa, asam-asam lemak dan asam-asam amino dalam sirkulasi.

Dalam jaringan perifer seperti otot, adiposa dan jaringan limfoid,

steroid adalah katabolik dan cenderung menghemat glukosa,

pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

3. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap

katekolamin.

4. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi (inotropik positif)

5. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan

absorbsi lemak,

6. menyebabkan erosi selaput lendir.

7. Terhadap tulang dan metabolisme menyebabkan terjadinya

osteoporosis, olehkarena menghambat aktifitas osteoblast dan

absorbsi kalsium di usus.

8. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh

ginjal.

9. Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi

peradangan, dimana pada

10. konsentrasi tinggi glukokortikoid menurunkan reaksi pertahanan

seluler dan khususnya memperlambat migrasi leukosit ke dalam

daerah trauma.

2.4. Metabolisme Kortisol

Sintesis steroid adrenal bermula dari kolesterol dan melalui

beragam langkah-langkah enzimatik dalam proses pembentukan

glukokortikoid. Jalannya reaksi diawali dari sintesis kolesterol dari bahan

dasar protein (30-d protein), yaitu: steroidogenic acute regulatory protein

(StAR), yang akan mengalami pembelahan dan proses oksidasi dari

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

serangkaian rantai samping, yang selanjutnya diubah menjadi A5-

pregnenolon.

Korteks adrenal mengandung relatif banyak kolesterol, sebagian

besar merupakan gugus ester-kolesterol yang berasal dari sintesis de

nuvo enzim dan sumber-sumber ekstra adrenal. Perubahan ester-

kolesterol menjadi kolesterol merupakan langkah yang diperlukan dalam

sintesis steroid dan diatur oleh adenocorticotropic hormone (ACTH).

Dalam hal ini, ACTH melalui cAMP mengaktifkan protein kinase, suatu

enzim yang selanjutnya mengaktifkan protein-protein melalui proses

fosforilasi (penambahan fosfat) untuk mengkatalisis hidrolisis ester-

kolesterol. Protein kinase ini awalnya juga meningkatkan gugus 20-

hidroksilasi kolesterol. Hasil akhir dari reaksi ini adalah C-27 steroid 20α,

22β-dihidroksikolesterol dan 17α,20α-dihidroksikolesterol. Senyawa ini

diubah langsung menjadi pregnenolon atau 17α-pregnenolon dengan

kehilangan bagian isokaproat-aldehid yang terdapat pada rantai

samping.

6

Sekresi ACTH diatur secara umpan balik oleh steroid yang beredar

di dalam darah. Pada manusia, kortisol adalah regulator yang paling

penting. Kortisol bebas di dalam darah memiliki umpan balik negatif

terhadap pelepasan hormon pelepas kortikotropin (corticotropin releasing

hormone/CRH) dari hipothalamus. CRH turun melalui vena-vena sistem

portal hipotalamus ke hipofisis anterior dan memicu sekresi ACTH.

Respon CRH terhadap umpan balik negatif mengikuti irama diurnal,

sehingga pada pagi hari ACTH dan kortisol dapat ditemukan dalam jumlah

16

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

yang lebih besar dan lebih kecil pada malam hari. Namun dalam keadan

stres baik fisik maupun psikologis seperti rasa nyeri, ketakutan, infeksi,

beban fisik yang berat, trauma, hipoglikemia atau tumor otak dan obat-

obatan kortikosteroid, irama sirkadian dari ACTH dan kortisol ini dapat

berubah.

Kortisol dimetabolisme di dalam hati, yang merupakan organ utama

tempat terjadinya katabolisme glukokortikoid, sebagian besar kortisol

direduksi menjadi dihidrokortisol yang selanjutnya menjadi

tetrahidrokortisol yang dikonyugasikan dengan asam glukoronat sehingga

mudah larut. Glukoronida ini tidak terikat oleh protein, sehingga senyawa

tersebut mudah dieksresikan oleh ginjal bersama urin.

6,15

Kira-kira 5-10 % kortisol dipecah menjadi 11-hidroksi-17ketosteroid

dan selanjutnya menjadi 11-β-hidroksiandrosteron. Eksresi kortisol bebas

hanya sebesar 1-3% jumlahnya di dalam darah dan hanya 10% jumlah

yang difiltrasi lalu dikeluarkan bersama urin, karena telah terlebih dahulu

direabsorbsi di tubulus ginjal. Pada orang dewasa normal dalam urin 24

jam ditemukan kortisol tidak lebih dari 80μg, kortison 50 μg,

tetrahidrokortisol 3 mg, tetrahidrokortison 5 mg, dan 11-hidroksi-17-

ketosteroid 1 mg. Kecepatan clearance metabolik kortisol adalah 65 ± 12

ml/menit/m

6,16

2, kecepatan pembersihan metabolik yang rendah

menyebabkan waktu paruh memanjang. Ini perlu diperhatikan pada

pengobatan dengan kortikosteroid, karena efek sampingnya menjadi lebih

besar.

18

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Gambar 2.5 Biosintesis Adrenokortikosteroid dan Androgen adrenal

2.5. Stres, Menopause dan Hormon Kortisol

Masa menopause seringkali ditandai dengan berbagai macam

keluhan atau gejala yang meliputi aspek fisik maupun psikologis. Salah

satu gejala fisik yang timbul akibat perubahan hormonal adalah

menurunnya fungsi organ reproduksi yaitu ovarium. Pada usia sekitar 45

tahun didapati keluhan haid yang mulai tidak teratur. Biasanya ditandai

dengan memendeknya siklus haid dibandingkan dengan siklus haid pada

wanita yang lebih muda. Selain itu timbul pula gejolak rasa panas (hot

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

flashes). Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai

berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.

Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan “ kira-kira

60% wanita mengalami arus panas”. Ketika terjadi pada malam hari,

keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan

menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.

4

Sedangkan munculnya gejala psikologi ketika menopause

sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, sosial,

budaya dan spiritual dalam kehidupan wanita. Beberapa gejala psikologis

yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, tertekan,

gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas, stres, dan depresi.

Stres adalah ketegangan fisik dan mental atau emosional karena tubuh

merespon terhadap tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada di

sekeliling kita. Stres adalah suatu keadaan atau tantangan yang

kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stres sangat

individual sifatnya.

19

Konsekuensi yang paling menonjol bagi pengertian menopause dari

determinasi biological yaitu “sehat” dan “sakit” adalah melabel menopause

sebagai sebuah penyakit. Hubungan positif usia dengan kemunculan

penyakit mendukung sistem sosial untuk memberi label “menopause

sebagai penyakit” Label tersebut sudah sangat kuat dalam sistem sosial di

masyarakat juga terkait dengan anggapan produksi estrogen adalah

normal, dan ketika tubuh wanita tidak memproduksinya lagi, dianggap

tidak normal.Penjelasan di atas merupakan salah satu faktor yang dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

menjelaskan mengapa wanita mengalami stres pada masa menopause

menurut teori “Cognitive Stress System”.

Stres bermula dengan primary appraisal yaitu ketika kita merasakan

bahwa keadaan fisiologis atau psikologis akan mengancam kita, baik itu

nyata atau imajinatif. Secondary appraisal menjawab dengan apa yang

harus saya lakukan terhadap keadaan tersebut respon apa yang akan

saya tampilkan, stres akan berakhir jika kita behasil mempraktikkan

metode coping untuk menetralisasi keadaan tersebut. Maka, menurut teori

ini, stres lebih merupakan sebuah produk dari proses kognitif, tentang apa

yang kita pikirkan dan bagaimana kita menilai keadaan. Menopause yang

dianggap sebagai hal yang negatif menciptakan sebuah persepsi yang

negatif pula yang berpotensi menjadi primary appraisal, awal dari stres.

20

Stres pada masa menopause merupakan salah satu dari harm-loss

stressful appraisal yang terkait erat dengan penurunan self-esteem

wanita. Penurunan self-esteem ini merupakan kehilangan yang bersifat

psikologis. Hal ini terlihat dari persepsi bahwa menopause mengakibatkan

menurunnya daya tarik fisik dan seksual. Tubuh semakin renta, kulit

semakin peyot, dan wajah semakin suram. Tentu saja ini bagi istri akan

berlanjut dengan sikap cemas dan rasa takut. Terutama tentang perhatian

suami terhadap mereka. Mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan

anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi

reproduksi yang hilang.

20

Stres pada masa menopause dapat dipercepat oleh ketidakstabilan

hormon yang menyebabkan wanita masuk dalam siklus yang jahat.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Menopause menyebabkan stres. Stres yang terjadi memicu semakin

banyak produksi hormon sehingga hormon tidak seimbang. Semakin

besar ketidakseimbangan hormon yang terjadi membawa wanita semakin

stres.

Keadaan stres fisik seperti: cedera, infeksi, trauma, temperatur

ekstrim, serta keadaan stres emosional seperti: cemas dan depresi

menimbulkan reaksi tubuh dalam suatu jalur stres respon berupa general

adaptation syndrome/GAS dan menimbulkan stimulus pada sistem limbik

yang melibatkan hipokampus dan amigdala. Adaptasi terhadap stres ini

dimediasi oleh saraf otonom dalam sistem neuroendokrin sampai ke

kelenjar adrenal, yang pada akhirnya terjadi sekresi kortisol. Melalui suatu

mediator yaitu neurotransmitter: Gamma Amino Butyric Acid (GABA),

serotonin (5-HT), katekolamin, dopamin, terjadi perubahan homeostasis

yang melibatkan intercellular signaling dan merangsang neuron-neuron

pada hipotalamus. Perangsangan diteruskan melalui median eminence

(ME) sampai mencapai sel neuroendokrin tertentu di dalam hipotalamus

yang mengakibatkan terjadinya sekresi CRH (corticotropin releasing

hormone) dan AVP (arginine vasopressin) oleh Paraventricular Nucleus

(PVN) di hipotalamus. Dengan cara ini, rangsangan diteruskan ke hipofisis

anterior yang menyebabkan sekresi ACTH (adrenocorticotrophin

hormone) ke sirkulasi sistemik. ACTH kemudian mencapai korteks adrenal

dan terjadi sekresi hormon kortikoid, khususnya glukokortikoid yaitu:

kortisol atau kortikosteron.

8

21

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Peningkatan kortisol pada masa perimenopause banyak dikaitkan

dengan munculnya gejala gangguan vasomotor dan gangguan tidur.

Kortisol diseksresikan oleh kelenjar adrenal melalui respon feedback pada

tubuh. Tingginya kadar kortisol mengganggu restoratif tidur REM , dan

mengganggu ritme tidur , itulah sebabnya mengapa begitu banyak wanita

dalam laporan perimenopause bahwa mereka mampu untuk tertidur ,

tetapi mereka tidak bisa untuk tetap tidur. Kadar kortisol yang tinggi juga

dapat menyebabkan jantung berdebar-debar , dan bahkan serangan

panik. Bahkan jika wanita menderita kelelahan, dengan tingkat tinggi

kortisol dalam tubuh, maka wanita tetap tidak akan bisa tidur.

Pada penelitian oleh Cagnacci et al (2011) , wanita perimenopause

dinilai faktor psikologimelalui skor Greene yang dikaitkan dengan

peningkatan 24 jam kadar kortisol urin. Didapatkan terjadi peningkatan

kadar kortisol, peningkatan ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko untuk

penyakit jantung, seperti resistensi insulin dan penurunan kadar HDL-

kolesterol.

9

10

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Menopause “ Inbalance Hormone”

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Stress

• Keluhan Somatis • Keluhan Psikologis • Keluhan Urogenital

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

3.2. Kerangka Konsep

Variabel tergantungKarakteristik

Variabel bebas Confounding

MENOPAUSE

Tidak ada keluhan pada menopause

Ada keluhan- keluhan menopause

MENOPAUSE RATING SCALE (MRS)

Ringan 5-8

Sedang 9-16

Berat > 17

Cortisol Saliva Pagi Pukul 08.00 – 12.00 WIB

Tidak ada 0-4

• Umur

• IMT

• Status

perkawinan

• Tingkat

Pendidikan

-Pengangkatan rahim dan kedua indung

telur -Terapi sulih hormon -Gangguan kejiwaan -Penyakit keganasan

-riwayat penyakit jantung, DM, tekanan

darah tinggi dan osteoporosis

-Gangguan kejiwaan -Penyakit keganasan

- Riwayat penyakit jantung, DM,

tekanan darah tinggi, Tiroid,

Gangguan hati - Usia

- Alkohol

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

rancangan cross-sectional dan uji diagnostik. Analisis variabel dilakukan

dalam bentuk univariat, dan multivariat, menggunakan analisis komparatif

dan korelatif.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu

penelitian dimulai bulan Maret tahun 2015 sampai bulan April tahun 2015.

4.3. Populasi Penelitian

4.3.1. Populasi Target

Populasi target adalah paramedis wanita poli rawat jalan pada usia

perimenopause.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Wanita perimenopause berumur 45-51 tahun yang bekerja sebagai

paramedis poli rawat jalan di RSUP.H.Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.4.1. Kriteria Inklusi

a. Paramedis poli rawat jalan dengan usia 45-51 tahun yang

bekerja di lingkungan RSUP H . Adam Malik

b. Telah melewati screening skala L-MMPI (Minnesota

MultiphasicInventory Lie Scale) dengan raw skor < 5.

c.Bersedia ikut dalam penelitian dan telah menandatanganiformulir

kesediaan.

d. Tidak pernah mengalami operasi pengangkatan rahim dan

kedua indung telur

e. Tidak mendapat pengobatan sulih hormon

f. Tidak memiliki riwayat gangguan psikiatrik (Kejiwaan).

g. Tidak menderita penyakit keganasan

h. Wanita yang tidak mempunyai riwayat penyakit jantung,

diabetes melitus dan tekanan darah tinggi, osteoporosis.

i. Tidak memiliki kebiasaan minum alkohol dan merokok.

j. Pasien telah menikah dan mempunyai anak

4.4.2 Kriteria ekslusi

a. Mengundurkan diri dari penelitian

4.5. Sampel dan besar sampel

Objek penelitian pada penelitian ini adalahwanita perimenopause

berusia 45-51 tahun yang bekerja sebagai paramedis poli rawat jalan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

mempunyai gejala menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan sebagai

kelompok kasus dan Wanita perimenopause berusia 45-51 tahun yang

bekerja sebagai paramedis poli rawat jalan dan tidak mempunyai gejala

menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan sebagai kelompok kontrol.

Metode sampling digunakan consecutive sampling, untuk besar

sampel digunakanrumus besar sampel yang digunakan untuk uji

hipotesis pada penelitian ini berdasarkan sample size determination

in health studies dengan uji hipotesis dua arah satu proporsi populasi.

Dengan rumus sebagai berikut :

33

Zα √ Po (1-Pa) + Z1-β

√ Pa (1-Pa)

Dimana :

n = Besar sampel

Z1-α/2

dua arah = 1,96

= Derifat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesis

Z1-β

dua arah = 0,84

= Derifat baku beta, power penelitian sebesar 80 %,hipotesis

Po= Proporsi populasi penelitian wanita perimenopause dengan

keluhan-keluhan subjektif89% (0,89) dari kepustakaan

Pa = Proporsi populasi penelitian yang diharapkan dari penelitian

ini 70% (0,7)

Didapatkan nilai n = 22,469

Besar sampelminimal pada penelitian n = 23 orang

n = (Pa – Po)2

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik yang mempunyai

keluaran Area Under Curve (AUC) adalah sebagai berikut :

34

N = zα √ 2V1 + Zᵝ √ V1+V2

(θ1 – θ2)

2

Dimana :

n = Besar sampel

Zα = Derivat baku alpha (α = 5%, hipotesis dua arah 1,96)

Zβ = Derivat baku beta ((β = 20%, power penelitian sebesar 80%

,hipotesis dua arah)

(θ1 – θ2) = Selisih minimal AUC antara AUC1 dan AUC2 (20%)

θ1 = AUC1

θ2 = AUC

= AUC dari indeks yang diteliti (90%)

2 = AUC dari indeks yang sudah diketahui (70%)

V

35

1 = Q11 + Q21 - 2θ1

V

2

2 = Q12 + Q22 - 2θ2

Q

2

11 = Nilai Q1 dari indeks yang diteliti = θ1 : (2 - (θ1

Q

)

21 = Nilai Q2 dari indeks yang diteliti = 2θ12 : (1 + θ1

Q

)

12 = Nilai Q1 dari indeks yang telah ada = θ2 : (2 - (θ2

Q

)

22 = Nilai Q2 dari indeks yang telah ada = 2θ22

: (1 + θ2)

Perhitungan besar sampel dengan rumus tersebut telah disajikan

dalam suatu bentuk tabel untuk nilai AUC kesalahan Tipe I dan Tipe II

tertentu. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa selisih minimal AUC

sebesar 20 % (AUC1 = 90%, AUC2 = 70%) dengan kesalahan tipe I (α =

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

5%) dan kesalahan tipe II (β = 20%), sehingga besar sampel n = 47, 6

orang.

Dari kedua cara perhitungan besar sampel dalam penelitian ini,

maka digunakan besar sampel yang terbesar yaitu sebanyak n = 48

orang.

4.6. Bahan dan Cara Kerja Penelitian

4.6.1 Penilaian melalui kusioner

Diberikan kuesioner kepada paramedis wanita yang berusia

perimenopause yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Semua peserta yang ikut dalam penelitian ini dilakukan wawancara

dan dicatat dalam status penelitian meliputi : usia, paritas, status menikah,

riwayat lama menopause, riwayat operasi, tingkat pendidikan, riwayat

pemakaian terapi hormonal, riwayat menderita penyakit jantung, riwayat

menderita osteoporosis, riwayat menderita penyakit diabetes melitus dan

hipertensi, riwayat tiroid, riwayat gangguan hati riwayat minum alkohol.

Kemudian subjek penelitian mengisi skala L-MMPI.Skala L-MMPI

adalah bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota Multiphasic

Personality Inventory). Penggunaan skala L- MMPI sangat penting

karena instrumen - instrumen pemeriksaan yang dipergunakan dalam

penelitian ini bersifat “ self rating” atau subjektif, sehingga validitas

penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam mengisi

instrumen-instrumen pemeriksaan yang diberikanSkala L-MMPI ini sudah

dipergunakan sejak tahun 1949 dibidang pendidikan dan kesehatan

khususnya psikiatri secara internasional. Skala ini terdiri dari 15 butir

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

pertanyaan yang harus dijaawab “Ya” atau “Tidak”.“Raw Score” diambil

dari jumlah jawaban”tidak” yang maksimal adalah 5 dari 15 pertanyaan.

Bila”Raw Score”lebih dari 5 berarti responden tersebut cenderung tidak

jujur dalam menjawab pertanyaan instumen berikan. Sehingga jawaban

dari responden tersebut tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai

dalam penelitian. Selanjutnya dilakukan pengisian kuisioner kesehatan

dasar dari Departemen Kesehatan RI (2007) untuk menyingkirkan

kemungkinan penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi nilai kortisol.

Dilakukan pengukuran keluhan menopause (somatik-vegetatif,

psikologis dan urogenital) yang sesuai dengan Menopause Rating Scale

yang diisi sendiri oleh Subjek penelitian dengan didampingi oleh peneliti

atau dibantu olehPPDS Obgyn.

22

Adapun pengukuran untuk gejala menopausedengan memakai

Menopause Rating Scale.MRS terdiri dari 11 item yang menilai gejala

menopause, dengan nilai skor untuk dibagi menjadi beberapa derajat.

Skor Total

- Tidak ada, sedikit : 0-4

- Ringan : 5-8

- Sedang : 9-16

- Berat : ≥ 17

4.6.2.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan

dan tinggi badan

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

4.6.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan mengukur kadar

kortsiol pada saliva. Cara pengambilan spesimen saliva dari subyek

penelitian adalahsebagai berikut :

1. Sebelumnya, hindari pengambilan spesimen ludah dibawah 60

menit setelah makan/ sarapan terakhir dan sebelum 12 jam

pemakaian alkohol. Cuci mulut (kumur-kumur) selama 10 menit.

2. Kemudian ambil minimal 1,5 cc saliva dari subyek dengan cara

subyek menundukkan kepala dan membiarkan saliva mengalir

sendiri masuk ke dalam tabung poli propilene.

3. SEGERA, aliquot saliva dimasukkan ke dalam 3 sampel cup,

masing-masing 0,5 cc saliva.

4. SEGERA, beri identitas dan jenis pemeriksaan, dan simpan di -

200C (selama pengukuran dan sebelum dibekukan, sampel

harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-80

C,

untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

4.7. Etika Penelitian

Untuk izin penelitian, persetujuannya diperoleh dari subyek

penelitian dan Komite Etik FK-USU yang akan melakukan penilaian

kelayakan proposal penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

4.8. Alur Penelitian

4.9. Analisis Statistik

Data di analisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi

dari karakteristik, nilai mean, dan standard deviasi serta data numerik.

Untuk analisis analitik dilakukan uji chi-square dan penilaian

sensitivitas dan spesifisita dengan kurva ROC.

4.10. Definisi Operasional

• Perimenopause

a. Definisi : masa perubahan antara pramenopuse dan

pascamenopause.

Pemeriksaan Kadar Kortisol Saliva

dan Penilaian Derajat keparahan Gejala Menopause dengan penggunaan Menopause

rating Scale (MRS)

Analisis Data

Subyek harus memenuhi kriteria Inklusi

Proses perekrutan

sampel dengan

Pedoman kuisioner

kesehatan dasar &

kuesioner Skala L MMPI

Paramedis wanita menopause

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

b. Cara ukur : Anamnesa

c. Alat Ukur : usia diantara 45-51 tahun dengan siklus haid yang

tidak teratur.

• Body Mass Index (BMI) dihitung sebagai berat badan dalam

satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter

dikuadratkan (m2). Klasifikasi BMIberdasarkan kriteria WHO untuk

regio Asia-Pasifik tahun 2000 adalah sebagai berikut:

- Underweight < 18,5

- Normal Range 18,5 – 22,9

- Overweight at risk 23 – 24,9

- Obese I 25 – 29,9

- Obese II > 30

• Menopause Rating Scale (MRS)

a. Definisi :

b.

Skor untuk menilai tingkat / derajat keparahan

keluhan menopause

c.

Alat ukur : Kuesioner baku yang telah di buat dan divalidasi

dengan mengisi 11 pertanyaan yang dibuat.

d.

Cara ukur : dihitung berdasarkan skor masing-masing

pertanyaan

Skala ukur : klasifikasi skala derajat keluhan menopause,

dimana

- Tidak ada, sedikit : 0-4

Skor Total

- Ringan : 5-8

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

- Sedang : 9-16

- Berat : ≥ 17sen

(skala ordinal/ variabel kategorik)

• Instrumen Penyaring Skala L-MMPI

a. Definisi: bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota

Multiphasic Personality Inventory) untuk menilai kejujuran. Karena

instrumen-instrumen penelitian bersifat“self rating”, validitas

penelitian sangat dipengaruhi kejujuran responden.

b.Alat ukur : Kuesioner Skala L-MMPI

c.Cara ukur : Skala ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus

dijawab “Ya” atau “Tidak”. “Raw Score” diambil dari jumlah jawaban

”tidak” yang paling banyak adalah <5. Bila ”Raw Score” >5 berarti

responden tersebut cenderung tidak jujur dalam menjawab

pertanyaan instumen yang diberikan (Gordon RM, 2011).

d.Skala ukur : Subyek jujur atau tidak jujur.

• Kortisol adalah hormon sebagai produk dari glukokortioid korteks

adrenal yang disintesis pada zona fasikulata yang dapat

mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid serta

berbagai fungsi fisiologis lainnya. Pada tahap selanjutnya akan

berpengaruh terhadap keseimbangan metabolisme tubuh

seluruhnya, satuan kadar kortisol adalah μg/dl (Barrett et al, 2010).

• Kadar Kortisol Saliva

a. Definisi : konsentrasi hormon kortisol di dalam saliva yang

diperiksa dengan kit (alat) Salimetrics dengan satuan ng/ml.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Pengukuran kadar kortisol saliva pada penelitian ini hanya

dilakukan pada pagi hari 08.00–12.00 wib.

b.Alat ukur : Metode Enzyme Linked Immunoassay (ELISA)

c.Cara ukur :

Cara pengambilan spesimen saliva dari subyek penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Cuci mulut (kumur-kumur) selama 10 menit.

2. Kemudian ambil minimal 1,5 cc saliva dari subyek dengan cara

subyek menundukkan kepala dan membiarkan saliva mengalir

sendiri masuk ke dalam tabung poli propilene.

3. SEGERA, aliquot saliva dimasukkan ke dalam 3 sampel cup,

masing-masing 0,5 cc saliva.

4. SEGERA, beri identitas dan jenis pemeriksaan, dan simpan di -

200C (selama pengukuran dan sebelum dibekukan, sampel

harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-80C,

untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

d. Skala ukur : Skala ukur : Kadar kortisol saliva diukur dalam

satuan μg/dl (kadar normal kortisol saliva diurnal pada wanita

adalah 3 – 10ng/ml) (Skala Ratio/Variabel Numerik).

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini meneliti paramedis rawat jalan di RSUP. H. Adam

Malik Medan dan didapatkan 48 paramedis usia perimenopause dengan

gangguan gejala menopause dan 48 paramedis usia perimenopause

tanpa gangguan gejala menopause. Karakteristik subyek penelitian

ditunjukkan pada tabel dibawah ini

5.1. Tabel karakteristik wanita menopause berdasarkan ada

tidaknya keluhan menopause.

Karakteristik

Menopause

Tidak ada keluhan Ada keluhan

N % N %

Status menopause

- 0 tahun

- 1 tahun

- 2-5 tahun

33

11

4

68,7%

22,9%

8,4%

31

14

3

64,5%

29,2%

6,3%

Status pernikahan

- Memiliki suami

- Janda

- Belum menikah

46

0

2

95,8%

0%

4,2%

45

3

0

93,8%

6,3%

0%

Paritas

- Nulipara

- Primipara

- Multipara

- Grandemultipara

4

8

32

4

8,3%

16,7%

66,7%

8,3%

3

8

36

1

6,3%

16,7%

75,0%

2,1%

BMI

- Underweight

- Normoweight

7

19

14,5%

39,6%

3

14

6,3%

29,2%

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

- Obesitas

- Overweight

8

14

16,7%

29,2%

9

22

18,7%

45,8%

Skor total MRS 2,40 + 0,79 13,19 + 4,8

Pada tabel diatas didapatkan berdasarkan lamanya menopause,

maka yang terbanyak adalah keadaan yang belum menopause yaitu

sebanyak 33 responden (68,7%) pada kelompok dengan tidak ada

gangguan gejala menopause dan 31 responden (64,5%) pada kelompok

dengan ada gangguan gejala menopause.

Berdasarkan status pernikahan maka subyek penelitian lebih

banyak yang masih memiliki suami yaitu sebanyak 46 responden (95,8%)

pada kelompok dengan tidak ada gangguan gejala menopausedan

45responden (93,8%)pada kelompok dengan ada gangguan gejala

menopause.

Berdasarkan paritas maka subyek penelitian terbanyak dalam

kelompok multiparitas yaitu sebanyak 32 responden (66,7%) pada

kelompok dengan tidak ada gangguan gejala menopausedan 36

responden (75,0%) pada kelompok dengan ada gangguan gejala

menopause.

Berdasarkan BMI maka subyek penelitian terbanyak pada

kelompok dengan tidak ada keluhan adalah responden dengan kategori

normoweight yaitu sebanyak 19 responden (39,6%) sementara pada

kelompok dengan ada keluhan adalah responden dengan kategori

overweight yaitu sebanyak 22 responden (45,8%).

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Pada penelitian ini didapatkan skor total MRS pada masing-masing

kelompok, dimana pada kelompok tanpa gangguan gejala menopause

didapatkan MRS total sebesar 2,40 + 0,79 dan pada kelompok dengan

gangguan gejala menopause didapatkan MRS total sebesar 13,19 + 4,8.

Pada penelitian multicenter oleh Krajewska dkk (2010) dilakukan

peneltian di Polandia, Belgia, Belarusia dan Yunani, maka di Polandia

rata-rata nilai MRS adalah 12,2 + 7,6, di Belgia rata-rata nilai MRS adalah

13,8 + 6,5, di Belarusia rata-rata nilai MRS adalah 10,8 + 8,0 , dan di

Yunani rata-rata nilai MRS adalah 12,9 + 6,5.

23

5.2. Tabel karakteristik wanita menopause berdasarkan derajat

keluhan menopause.

Karakteristik

Menopause Rating Scale

Ringan Sedang Berat

N % N % N %

Lama menopause

- 0 tahun

- 1 tahun

- 2-5 tahun

9

2

0

81,8 %

18,2 %

0 %

15

7

1

65,2 %

30,4 %

4,3 %

7

5

2

50 %

35,7 %

14,3 %

Status pernikahan

- Memiliki suami

- Janda

- Belum menikah

10

1

0

90,9 %

9,1 %

0 %

21

2

0

91,3 %

8,7 %

0 %

14

0

0

100 %

0 %

0 %

Paritas

- Nulipara

- Primipara

- Multipara

- Grandemultipara

1

1

9

0

9,1 %

9,1 %

91,8 %

0 %

1

4

17

1

4,3 %

17, 4 %

73,9 %

4,3 %

1

3

10

0

7,1 %

21,4 %

71,4%

0 %

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

BMI

- Underweight

- Normoweight

- Overweight

- Obesitas

0

5

5

1

0 %

45,5 %

45,5 %

9,1 %

3

9

5

6

13,0 %

39,1 %

21,7 %

26,1 %

0

0

12

2

0 %

0 %

85, 7 %

14, 3 %

Pada tabel diatas didapatkan, berdasarkan lama menopause maka

pada kelompok dengan nilai MRS ringan yang terbanyak adalah

responden dengan status yang belum menopause yaitu sebanyak 9 orang

(81,8%), dan pada kelompok dengan nilai MRS sedang kelompok

terbanyak juga dengan status yang belum menopause yaitu sebanyak 15

orang (65,2%), sementara pada kelompok dengan nilai MRS berat

kelompok terbanyak juga dengan status yang belum menopause yaitu

sebanyak 7 orang (50 %).

Berdasarkan status pernikahan maka pada kelompok dengan nilai

MRS ringan yang terbanyak adalah responden dengan status memiliki

suami yaitu sebanyak 10 orang (90,9%), dan pada kelompok dengan nilai

MRS sedang kelompok terbanyak juga dengan status memiliki suami yaitu

sebanyak 21 orang (91,3%), sementara pada kelompok dengan nilai MRS

berat semua kelompok dengan status bersuami yaitu 14 orang (100%).

Berdasarkan paritas maka pada kelompok dengan nilai MRS ringan

yang terbanyak adalah responden dengan keadaan multiparitas yaitu

sebanyak 9 orang (91,8%), dan pada kelompok dengan nilai MRS sedang

juga dengan keadaan multiparitas yaitu sebanyak 17 orang (73,9 %),

sementara pada kelompok dengan nilai MRS berat yang terbanyak juga

dengan keadaan multiparitas yaitu sebanyak 10 orang (71,4 %).

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Berdasarkan BMI maka pada kelompok dengan nilai MRS ringan

yang terbanyak adalah responden dengan BMI normoweight dan

overweight yaitu masing masing sebanyak 5 orang (45,5 %), dan pada

kelompok dengan nilai MRS sedang yang terbanyak adalah responden

dengan BMI normoweight yaitu sebanyak 9 orang (39,1%), sementara

pada kelompok dengan nilai MRS berat yang terbanyak adalah responden

dengan BMI overweight yaitu sebanyak 12 orang (85,7 %).

5.3. Tabel karakteristik wanita dengan gejala menopause berdasarkan

subskala derajat keluhan menopause.

Subskala Gejala Menopause N %

Skor Keluhan Somatis Vegatif

- Tidak ada

- Ringan

- Sedang

- Berat

2

14

22

12

4,2 %

25,0 %

45,8 %

25,0 %

Skor Keluhan Psikologi

- Tidak ada

- Ringan

- Sedang

- Berat

0

11

23

14

0 %

22,9 %

47,9 %

29,2 %

Skor Keluhan Urogenital

- Tidak ada

- Ringan

- Sedang

- Berat

4

26

14

4

8,3 %

62,3 %

29,2 %

8,3 %

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Pada tabel diatas terlihat berdasarkan keluhan somatis vegatif

maka responden terbanyak dengan subkelompok sedang yaitu sebanyak

22 orang (45,8 %), dan berdasarkan keluhan psikologi maka responden

terbanyak adalah dengan subkelompok sedang yaitu sebanyak 23 orang

(47,9 %), sementara berdasarkan keluhan urogenital maka responden

terbanyak adalah dengan subkelompok ringan yaitu sebanyak 26 orang

(62,3%).

Pada penelitian oleh Dinger dan Heineman (2006) di Berlin

didapatkan pada skor MRS berdasarkan keluhan psikologi maka yang

terbanyak adalah kelompok dengan gejala ringan yaitu sebanyak 23 orang

(44,2%), berdasarkan keluhan somatik maka yang terbanyak adalah

kelompok dengan gejala ringan yaitu sebanyak 24 orang (51,0%), dan

berdasarkan keluhan urogenital maka yang terbanyak adalah kelompok

dengan tanpa gejala yaitu sebanyak 34 orang (72,3 %).

Penelitian dengan pandangan yang berbeda juga dilakukan oleh

Kakkar dkk (2007) di India, pada penelitian nya dilakukan pembagian usia

sebelum menopause,premenopause dan post menopause dan dilihat

proporsi masing-masing nya terhadap keluhan menopause derajat berat,

maka didapatkan hasil sebagai berikut; pada keluhan psikologi berat di

usia 46-51 tahun didapatkan sebanyak 30,7 %, pada keluhan somatik

berat di usia 46-51 tahun didapatkan sebanyak 31,8 %, pada keluhan

urogenital berat di usia 46-51 tahun didapatkan sebanyak 23,4 %.

24

25

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

5.4. Tabel karakteristik wanita dengan gejala menopause

berdasarkan MRS

Pertanyaan Tidak

ada

Ringan Menengah Berat Sangat

berat

Badan terasa panas 16,7 % 37,5 % 27,1 % 16,7 % 2,1 %

Rasa tidak nyaman pada jantung 6,3 % 29,2 % 54,2 % 10,4 % 0 %

Masalah tidur 27,1 % 27,1 % 31,3 % 14,6 % 0 %

Perasaan tertekan 18,4 % 35,4% 37,5% 8,3% 0%

Mudah marah 33,3 % 37,5% 25% 4,2% 0%

Rasa resah 29,3 % 41,5% 14,6% 10,4 % 4,2 %

Kelelahan fisik dan mental 6,3 % 14,6 % 60,4% 16,4% 4,2%

Masalah seksual 45,0 % 37,5% 13,3% 4,2% 0%

Masalah saluran kemih 38,2% 37,5% 20,1% 4,2% 0%

Kekeringan pada vagina 46,7% 27,1% 15,8% 8,3% 2,1%

Gangguan pada sendi dan otot 6,3 % 14, 6 % 60, 4 % 14, 6 % 4,2 %

Pada tabel diatas keluhan dengan skala sangat berat terbanyak

dikeluhkan pada pertanyaan mengenai rasa resah, kelelahan fisik dan

gangguan pada sendi otot sebanyak 4,2 %, sedangkan keluhan dengan

skala berat terbanyak dikeluhkan pada pertanyaan mengenai badan

terasa panas sebanyak 16,7 %, sementara pada keluhan dengan skala

menengah terbanyak dikeluhkan pada pertanyaan mengenai kelelahan

fisik dan mental dan gangguan pada sendi otot sebanyak 60,4 %, dan

pada keluhan dengan skala ringan terbanyak dikeluhkan pada pertanyaan

mengenai rasa resah sebanyak 41,5 %, kemudian untuk penilaian tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 63: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

ada keluhan terbanyak pada pertanyaan mengenai kekeringan vagina

sebanyak 46,7 %.

Sementara pada penelitian oleh Rahman dkk (2010) di Kuching,

mereka membagi berdasarkan pertanyaan dari kuisioner MRS maka

didapatkan yang terbanyak adalah pertanyaan nomor 11 yang merupakan

pertanyaan dengan keluhan somatik mengenai rasa tidak nyaman pada

sendi dan otot yaitu sebanyak 285 dari 356 orang (80,1%).

26

5.5. Perbedaan kadar kortisol saliva berdasarkan ada tidaknya

keluhan menopause

Kelompok Perimenopause

Kadar kortisol saliva (ng/ml) P-Value

< 10 ng/ml > 10ng/ml

< 0,01

n % n %

Tidak ada

gangguan

42 87,5 6 12,5

Ada gangguan 14 29,2 34 70,8

* Chi-Square test

Berdasarkan tabel diatas didapatkan P-Value sebesar < 0,01

sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kadar kortisol saliva yang

bermakna antara kelompok perimenopause dengan tidak ada gangguan

gejala menopause dan kelompok perimenopause yang mempunyai

gangguan gejala menopause.

Pada penelitian oleh Nancy dkk (2006) di North American

didapatkan hubungan yang bermakna (P < 0,0001) pada peningkatan

Universitas Sumatera Utara

Page 64: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

kadar kortisol saliva (> 10 ng/ml) dengan terjadinya gejala vasomotor pada

usia perimenopause. Pada penelitian ini disimpulkan nilai kortisol saliva

berhubungan dengan nilai estrone glucuronide (E1G), FSH dan

Testosteron.

5.6. Perbedaan kadar kortisol saliva rata-rata berdasarkan derajat

keparahan keluhan menopause

27

Skor MRS Kadar kortisol saliva (ng/ml) P-Value

< 10 ng/ml > 10ng/ml

0,008

N % n %

Ringan 2 14.3% 3 8.8%

Sedang 10 71.4% 18 52.9%

Berat 2 14.3% 13 38.2%

* Chi- Square test

Pada tabel diatas didapatkan P-Value sebesar 0,008 sehingga

disimpulkan terdapat perbedaan kadar kortisol saliva yang bermakna

antara masing-masing kelompok skor MRS.

Pada penelitian oleh Jarcho dkk (2013) didapatkan adanya

hubungan yang bermakna (nilai P = 0,03) antara nilai kortisol dengan

derajat keparahan depresi pada wanita usia perimenopause.

Sementara pada penelitian oleh Rovensky (2003) di Slovakia

didapatkan tidak adanya hubungan bermakna ( nilai p = 0,69) antara nilai

kortisol saliva dengan gejala nyeri sendi pada wanita perimenopause.

28

29

Universitas Sumatera Utara

Page 65: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

5.7. Kurva ROC (Receiver Operating Characteristics)Kortisol Saliva terhadap adanya gangguan menopause

Gambar 5.1. Kurva ROC Kortisol Saliva terhadap adanya gangguan

menopause

Gambar 5.2. Koordinat kurva ROC pada hubungan Kortisol Saliva

terhadap adanya gangguan menopause

.000

.200

.400

.600

.800

1.000

1.200

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89

Sensitivitas

Spesifisitas

Universitas Sumatera Utara

Page 66: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Dari Gambar 5.2 tersebut didapatkan nilai titik potong (cut off value)

berada pada koordinat 45, dengan nilai kadar kortisol saliva pada

koordinat tersebut sebesar 9,525 ng/ml. (lihat lampiran Nilai Cut Off Value

kadar kortisol saliva untuk gejala menopause).

5.8. Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi Positif, dan Nilai Prediksi

Negatif kadar kortisol saliva terhadap gejala menopause

Gejala Menopause Ada

Gangguan Tidak Ada Gangguan

Kortisol

Saliva

> 9,52 ng/ml 37 8

<9,52 ng/ml 11 40

Sensitivitas = a : (a+c) = 37 : (48) = 0,7708

Spesifisitas = d : (b+d) = 41 : (48) = 0,8541

NP+ = a : (a+b) = 37: (44) = 0,8222

NP- = d : (c+d) = 40 : (51) = 0,7843

Pada tabel diatas disimpulkan bahwa dengan kadar kortisol saliva

9,52 ng/ml maka sebagai penanda gejala menopause didapatkan

sensitivitas sebesar 77 % dan spesifisitas sebesar 85 % sehingga

disimpulkan kortisol saliva masih belum dapat sebagai baku standar untuk

mendiagnosis gangguan gejala menopause.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada penelitian ini didapatkan skor total MRS pada masing-masing

kelompok, dimana pada kelompok tanpa gangguan gejala

menopause didapatkan MRS total sebesar 2,40 + 0,79 dan pada

kelompok dengan gangguan gejala menopause didapatkan MRS

total sebesar 13,19 + 4,8.,

2. Karakteristik populasi berdasarkan keluhan somatis vegatif maka

responden terbanyak dengan subkelompok sedang yaitu sebanyak

22 orang (45,8 %), dan berdasarkan keluhan psikologi maka

responden terbanyak adalah dengan subkelompok sedang yaitu

sebanyak 23 orang (47,9 %), sementara berdasarkan keluhan

urogenital maka responden terbanyak adalah dengan subkelompok

ringan yaitu sebanyak 30 orang (62,3%).

3. Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna

antara kadar kortisol saliva dengan gangguan gejala menopause

dengan P-Value = < 0,01

4. Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna

antara kadar kortisol saliva dengan derajat masing-masing

kelompok skor MRS dengan P-Value= 0,008.

5. Nilai titik potong (cut off value) kadar kortisol saliva sebagai

penanda gangguan gejala menopause berada pada kadar

Universitas Sumatera Utara

Page 68: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

9,52ng/ml. Berdasarkan nilai titik potong (cut off value) tersebut,

untuk penanda gejala menopause didapatkan nilai sensitivitas

sebesar 77 %dan spesifisitas sebesar 85 %.

6. Berdasarkan hipotesis penelitian maka disimpulkan terdapat

hubungan kortisol saliva dengan adanya gangguan gejala

menopause dan derajat keparahan menopause yang dinilai dari

MRS, namun pemeriksaan kortisol saliva tidak dapat dijadikan

sebagai penanda gangguan gejala menopause pada wanita usia

perimenopause.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan

langsung antara kadar kortisol saliva dengan masing-masing

subkelompok MRS yaitu; keluhan somatik dan vegetatif,psikologi

dan urogenital pada usia perimenopause.

2. Perlu dilakukan penelitian di pusat pendidikan lain dengan

perbedaan karakteristik dan etnik wanita perimenopause.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

DAFTAR PUSTAKA

1. Schorge et al. 2008. Menopause dalam Williams Gynecology edisi 23.

New York: The McGraw-Hill Companies.

2. Baziad A. Menopause. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta 2002.

3. Muharam 2007, Simposium Nasional Perkumpulan Menopause

Indonesia (PERMI), Jakarta 21 -22 April 2007, Jakarta.

4. Proverawati, A. & Sulistyawati, E. 2010. Menopause dan sindrom

premenopause. Yogyakarta: Muha Medika.

5. C

6. Stewart PM, 2008. Chapter 14 The Adrenal Cortex. In : Williams

Textbook of Endocrinology, 11th ed. WB Saunders, An Imprint of

Elsevier.

ollins A, Eneroth P, 2005. Psychoneuroendocrine Stress Responses

and Mood as Related to the Menstrual Cycle. The American

Psychosomatic Society, Inc. Published by Elsevier Science Publishing

Co Inc 47:6

7. Seattle Institute for Biomedical and Clinical Research ( 2007). Effect of

Estrogen & Stress for Postmenopausal Women, Seattle.

8. Hompes D, 2009. Adrenal Stress Questionnaire. Available at:

www.davidhompes.co.uk.

9. Hudson ND, Bush B, 2010. The Role of Cortisol in Sleep. Natural

Medicine Journal 2(6).

Universitas Sumatera Utara

Page 70: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

10. Cagnacci et al, 2011. Increased cortisol level: a possible link between

climacteric symptoms and cardiovascular risk factors. Menopause

Journal. 2011 Mar;18(3):273-8.

11. Speroff L, Glass RH, Kase NG, 2010. Sindroma premenstruasiIn :

Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility, 8th

12. Heinemann LAJ, Dominh T, Strelow F, Gerbsh S, Schnitker J,

Schneider HPG. The Menopause Rating Scale (MRS) as outcome

measure for hormone treatment? A validation study. Health Qual Life

Outcomes 2004;2:67.

ed,Williams and

Wilkkins, Baltimore USA 1057–1069.

13. Rahman A, Zainudin S, Kar mun V. Assesment of Menopausal

Symptoms Using Modified Menopause Rating Scale Among Middle

Age Women in Kuching, Sarawak, Malaysia. Asia Pasific Family

Medicine 2010,9:5.

14. Heinemann K, et al. The Menopause Rating Scale: A Methodological

review. Health and Quality of Life Outcome 2004,2:45

15. Kakkar V, Chopra K, Kaur A, kaur I. Assesment of The Variation in

Menopausal Symptoms With Age, Education and Working/non

Working Status in North-Indian Subpopulation Using Menopause

Rating Scale. Maturitas 57 (2007) 306-314.

16. Barrett KE, Barman SM, Boltano S, Brooks HL, 2010. Endocrine

Sytem. In : Ganong’s Review of Medical physiology, 23rd Ed. McGraw

Hill Companies Inc.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

17. Raison CL, Miller AH, 2003. When not enough is too much: the role of

insufficient glucocorticoid signaling in the pathophysiology of stres-

related disorders. Am J endocrinol160(9):1554-1565.

18. Roy-Byrne PP, Rubinow DR, Gwirtsman H, Hoban MC, Grover GN,

1996. Cortisol response to dexamethasone in women with

premenstrual syndrome. Biological Psychiatry-Neuropsychobiology

16:61-63.

19. Reitz R.1979. Menopause : A Positive Approach. New York : Penguin

Books

20. Lazarus RS. 1993. FROM PSYCHOLOGICAL STRESS TO THE

EMOTIONS: A History of Changing Outlooks. Annu. Rev. Psycho!.

1993. 44: 1-21.

21. Taylor SE, Lerner JS, Sherman DK, Sage RM, McDowell NK, 2008.

Neural Bases of Moderation of Cortisol Stres Responses by

Psychosocial. Journal of Personality and Social Psychology

95(1);197–211.

22. Depkes RI, 2007b. Pedoman Pengisian Kuesioner. Riset Kesehatan

Dasar. Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

23. Krajewska et al. Analysis of quality of life of women in menopause

periodin Poland, Greece, Belarus and Belgium using MRS Scale: A

multicenter study. Advances in Medical Sciences · Vol. 55(2) · 2010 ·

pp 191-195.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

24. Heineman L, Dinger J. Menopause Rating Scale as Outcome Measure

for Hormone Treatment. Centre for Epidemiology and Health

Research Berlin, Germany. 2006.

25. Kakkar et al. Assessment of the variation in menopausal symptoms

with age, education and working/non-working status in north-Indian

sub population using menopause rating scale (MRS). Maturitas. 2007

Jul 20;57(3):306-14. Epub 2007 Apr 3.

26. Rahman et al. Assessment of menopausal symptoms using modified

Menopause Rating Scale (MRS) among middle age women in

Kuching, Sarawak, Malaysia.Asia Pac Fam Med. 2010 Feb 22;9(1):5.

27. Wood FN et al. Cortisol Levels during the Menopausal Transition and

EarlyPostmenopause: Observations from the Seattle Midlife

Women’sHealth Study. Menopause. 2009 ; 16(4): 708–718.

28. Jarcho MR et al. Dysregulated diurnal cortisol pattern is associated

with glucocorticoidresistance in women with major depressive

disorder.

29. Rovensky et al. Cortisol elimination from plasma in

premenopausalwomen with rheumatoid arthritis. Ann Rheum Dis

2003;62:674–676.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Nama saya dr. YufiPermana, saat ini saya sedang menjalani

Program Pendidikan Dokter Spesialisdi bidang kebidanan dan penyakit

kandungan (OBGIN) FK-USU.Saya akan meneliti tentang Kadar Kortisol

Saliva Sebagai Penanda Derajat Keparahan Menopause Pada Paramedis

Poli Rawat Jalan Usia Perimenopause di RSUP H. Adam Malik.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengaruh gejala menopause yang dinilai dari menopause rating scale

terhadap perubahan kadar kortisol saliva yang dijadikan sebagai penanda

derajat keparahan gangguan menopause pada wanita perimenopause.

Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang dengan

metode pendekatan cross-sectional dan uji diagnostik. Analisis variabel

dilakukan dalam bentuk univariat, dan multivariat, menggunakan analisis

komparatif dan korelatif. Adapun manfaat penelitian ini dapat menjadi

standar operasional prosedur sebagai penanda derajat keluhan gejala

menopause.

Pengambilan cairan ludah ini tidak sakit dan cenderung mudah.

Prosedur pengerjaan dalam penelitian ini dengan cara mengambil

minimal 1,5 cc air liur anda yang dilakukan dengan menundukkan kepala

dan membiarkan saliva mengalir sendiri masuk ke dalam tabung

penampung. Waktu pengambilan cairan ludah yaitu pada pagi hari pukul

08.00-12.00 wib. Tidak ada risiko yang dapat mengganggu jiwa anda pada

saat pengambilan air liur ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela

tanpaadabiaya yang dibebankankepadaandadan tanpa paksaan maupun

tekanan dari pihak manapun,

sertasayaakanmenjaminkerahasiaanpribadidalammengikutipenelitianini.

Anda berhak untuk menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini,

diharapkan anda yang terpilih sebagai subyek sukarela dalam penelitian

ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang

disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada atas kesediaannya untuk ikut

berpartisipasi dalam penelitian saya. Jika terdapat hal-hal yang kurang

jelas maka dapat menghubungi saya dr.Yufi Permana di Dept.Obstetri

dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan atau No. Telp.

082167258306.

Medan, April 2015

Hormat Saya

dr. Yufi Permana

LAMPIRAN

Petunjuk : Berilahtanda (x) padakolomjawaban (ya)

bilaandasetujudenganpernyataanini,

ataubilaandamerasabahwapernyataaniniberlakubagiataumengenaianda.

Skala L MMPI

Universitas Sumatera Utara

Page 75: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Sebaliknyaberilahtanda (x) padakolomjawaban (tidak)

bilaandatidaksetujudenganpernyataaniniataubilaandamerasapernyataani

nitidakberlakuatautidakmengenaianda.

Pernyataan : Ya

Tidak

1. Saya tidak selalu mengatakan yang benar ( ) ( )

2. Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat

kabar harian ( ) ( )

3. Saya kadang-kadang marah ( ) ( )

4. Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-

kadang saya tunda sampai besok ( ) ( )

5. Bila saya sedang tidak enak badan kadang-

kadang saya mudah tersinggung ( ) ( )

6. Sopan santun saya di rumah tidak sebaik seperti

jika bersama orang lain ( ) ( )

7. Bila saya yakin tidak seorang pun melihatnya,

mungkin sekali-sekali saya akan menyelundup

nonton tanpa karcis ( ) ( )

8. Saya lebih senang menang daripada kalah dalam

suatu pertandingan ( ) ( )

9. Saya ingin mengenal orang-orang penting karena

dengan demikian saya merasa menjadi lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 76: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

penting juga ( ) ( )

10. Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang

saya kenal ( ) ( )

11. Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang

lain (gosip) ( ) ( )

12. Saya kadang kadang memilih orang-orang yang

tidak saya kenal dalam suatu pemilihan ( ) ( )

13. Sekali-sekali saya tertawa juga mendengar lelucon

porno ( ) ( )

14. Sekali-sekali saya berfikir tentang hal-hal

yang buruk untuk diutarakan. ( )` ( )

15. Kadang-kadang saya merasa ingin mengumpat

atau mencaci maki ( ) ( )

LAMPIRAN

MENOPAUSE RATING SCALE

Universitas Sumatera Utara

Page 77: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

.

Skoruntuktingkat /

derajatkeparahankeluhanberdasarkansubskalaadalahsebagaiberikut:

• SkorKeluhanSomatis-vegetatif

- Tidakada / sedikit : 0-2

- Ringan : 3-4

- Sedang : 5-8

- Berat : 9+

• SkorKeluhanPsikologi

- Tidakada / sedikit : 0-1

- Ringan : 2-3

Universitas Sumatera Utara

Page 78: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

- Sedang : 4-6

- Berat : 7+

• SkorKeluhan Urogenital

- Tidakada / sedikit : 0

- Ringan : 1

- Sedang : 2-3

- Berat : 4

• Skor Total

- Tidakada, sedikit : 0-4

- Ringan : 5-8

- Sedang : 9-16

- Berat : 17+

PEDOMAN WAWANCARA

1. Dalam 12 bulanterakhir, apakahandapernahdidiagnosismenderita tumor padaotak ? (dokter/ perawat/ bidan)

Penyakit Tumor Otak

(Ya / Tidak) 2. Apakahandadalam 12 bulanterakhirseringmengeluhnyerikepalahebat ?

(Ya / Tidak) 3. Apakahandadalam 12 bulanterakhirpernahmengalamipingsantiba-tiba?

(Ya / Tidak) 4. Apakahandabelakanganiniseringmengalamigangguankeseimbangan,

penglihatanhilangtiba-tiba?

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 79: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

(Ya / Tidak)

1. Apakahandaselamainiseringmerasakanpusing yang semakin lama bertambahberatdisertaipeningkatantekanandarah?

Cushing Syndrome

(Ya / Tidak) 2. Apakahandamerasatubuhandasemakinmembesarataubertambahgemukdisert

aiwajah yang membengkak?

(Ya / Tidak) 3. Apakahandabelakanganinimengalamigangguansiklushaidatauandapernahtid

akmengalamihaidbeberapabulanbelakanganini?

(Ya / Tidak) 4. Apakahandabelakanganinimerasalemah ?

(Ya / Tidak) 5. Apakahandamerasabanyaktumbuhbulu di dada danperutdisertaiwarnakulit

yang bertambahgelapdanditumbuhijerawat?

(Ya / Tidak)

1. ApakahandamerasaseringAddison Disease

(Ya / Tidak)

kelelahandanmerasakehilangantenagadisertaikelemahanotot yang berat?

2. (Ya / Tidak) Apakahtekanandarahandamengalamipenurunanhebatbelakanganini?

3. Apakahandaseringmengalami

(Ya / Tidak)

penurunannafsumakan, mual, muntah, diarehebat ?

4. Apakahandaseringmengalamikehausan, pusingdanseringpingsan ? (Ya / Tidak)

5. Apakahandamerasakulitandasemakinbertambah

(Ya / Tidak)

gelaptermasukkulitlapisanmulutdankulitpadadaerahpersendian?

1. Dalam beberapa bulan terakhir, apakah anda pernah didiagnosis menderita sakit kuning oleh tenaga kesehatan? (dokter/ perawat/ bidan)

Penyakit Gangguan Fungsi Hati

(Ya / Tidak) 2. Apakahkulitdanbagianputihmataandadalambeberapabulanterakhirberubahw

arnamenjadilebihkekuningan? (Ya / Tidak)

3. Apakahwarna air seniandadalambeberapabulanterakhirseperti air tehpekat ? (Ya / Tidak)

Universitas Sumatera Utara

Page 80: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

4. Apakahwarnatinjaandadalambeberapabulanterakhirsepertiwarnadempul ? (Ya / Tidak)

5. Apakahandadalambeberapabulanterakhirseringmengeluhmual-muntahataunyeripadauluhati ? (Ya / Tidak)

1. Apakahandaselamainipernahdidiagnosismenderitakencingmanisolehtenagakesehatan ? (dokter/perawat/ bidan)

Penyakit Diabetes Mellitus

(Ya / Tidak) 2. Apakahandaselamainipernahmenggunakanobatuntukkencingmanis ?

(Ya / Tidak) 3. Apakahandaselamainipernahmengalamigejalabanyakmakan ?

(Ya / Tidak) 4. Apakahandaselamainipernahmengalamibanyakberkemihdanbanyakminum

?

(Ya / Tidak) 5. Apakahandaselamainipernahmengalamiseringmerasalemasdanberatbadantu

run ?

(Ya / Tidak)

1. Apakahandapernahmengalamiterababenjolanpadaleherbagiantengahdepan yang semakin lama semakinmembesar?

PenyakitTiroid

(Ya / Tidak) 2. Apakahandamerasa bola mataandasemakinmenonjolkeluar ?

(Ya / Tidak) 3. Apakah anda selama ini merasa jantung anda terasa berdebar-debar?

(Ya / Tidak) 4. Apakahandaseringmengeluhkankeluarkeringat yang berlebihan?

(Ya / Tidak) 5. Apakah anda merasa berat badan anda sulit bertambah walaupun anda

memakan makanan yang cukup banyak?

(Ya / Tidak) 6. Apakahandaseringmerasagemetar, tidaktenangataugelisah?

(Ya / Tidak)

Universitas Sumatera Utara

Page 81: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

1. Apakahandabelakanganiniseringmengalamigangguansiklushaidatautidakmendapathaidbeberapabulanbelakanganini?

Hiperprolaktinemia

(Ya / Tidak) 2. Apakahbelakanganiniandapernahmengalamikeluar air susudaripayudara?

(Ya / Tidak) 3. Apakah belakangan ini anda sering merasa sakit kepala atau sering pusing?

(Ya / Tidak) • Apakahandasedangdalamterapiobat-obatantertentu (hormonal, Pil KB) ?

(Ya / Tidak) • Apakahandasedangmenggunakanobat-obatankortikosteroid ?

(Ya / Tidak) • Apakahandamempunyai kebiasaan minum minumanberalkohol ?

(Ya / Tidak)

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 82: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Area Under the Curve

Test Result Variable(s):Kadar Kortisol Saliva

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b

Asymptotic 95% Confidence

Interval

Lower Bound Upper Bound

.874 .036 .000 .804 .945

The test result variable(s): Kadar Kortisol Saliva has at least one tie between the

positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be

biased.

a. Under the nonparametric assumption

b. Null hypothesis: true area = 0.5

Universitas Sumatera Utara

Page 83: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Statistics

Skor MRS

N Valid 48

Missing 0

Mean 13.19

Median 13.50

Std. Deviation 4.867

kel_lamen * kel_skor_mrs Crosstabulation

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

kel_lamen 0 tahun Count 33 9 15 7 64

% within kel_skor_mrs 70.2% 81.8% 65.2% 50.0% 67.4%

1 tahun Count 11 2 7 5 25

% within kel_skor_mrs 23.4% 18.2% 30.4% 35.7% 26.3%

2 tahun Count 3 0 1 2 6

% within kel_skor_mrs 6.4% .0% 4.3% 14.3% 6.3%

Total Count 47 11 23 14 95

% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Status Pernikahan * kel_skor_mrs Crosstabulation

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

Status Pernikahan Bersuami Count 46 10 21 14 91

% within kel_skor_mrs 95.8% 90.9% 91.3% 100.0% 94.8%

Janda Count 0 1 2 0 3

% within kel_skor_mrs .0% 9.1% 8.7% .0% 3.1%

Belum Menikah Count 2 0 0 0 2

% within kel_skor_mrs 4.2% .0% .0% .0% 2.1%

Total Count 48 11 23 14 96

Statistics

Skor MRS

N Valid 48

Missing 0

Mean 2.40

Median 2.50

Std. Deviation .792

Universitas Sumatera Utara

Page 84: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

% within kel_skor_mr 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Body Mass Index * kel_skor_mrs Crosstabulation

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

Body Mass Index Normoweight Count 19 5 9 0 33

% within kel_skor_mrs 39.6% 45.5% 39.1% .0% 34.4%

Obese Count 8 1 6 2 17

% within kel_skor_mrs 16.7% 9.1% 26.1% 14.3% 17.7%

Overweight Count 14 5 5 12 36

% within kel_skor_mrs 29.2% 45.5% 21.7% 85.7% 37.5%

Underweight Count 7 0 3 0 10

% within kel_skor_mrs 14.6% .0% 13.0% .0% 10.4%

Total Count 48 11 23 14 96

% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Jumlah Anak * kel_skor_mrs Crosstabulation

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

Jumlah Anak Nullipara Count 4 1 1 1 7

% within kel_skor_mrs 8.3% 9.1% 4.3% 7.1% 7.3%

Primipara Count 8 1 4 3 16

% within kel_skor_mrs 16.7% 9.1% 17.4% 21.4% 16.7%

Multipara Count 32 9 17 10 68

% within kel_skor_mrs 66.7% 81.8% 73.9% 71.4% 70.8%

Grandemultipara Count 4 0 1 0 5

% within kel_skor_mrs 8.3% .0% 4.3% .0% 5.2%

Total Count 48 11 23 14 96

% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

kel_skorsom * kel_skor_mrs Crosstabulation

Universitas Sumatera Utara

Page 85: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

kel_skorpsi * kel_skor_mrs Crosstabulation

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

kel_skorpsi tidak ada Count 44 0 0 0 44

% within kel_skor_mrs 91.7% .0% .0% .0% 45.8%

ringan Count 4 6 5 0 15

% within kel_skor_mrs 8.3% 54.5% 21.7% .0% 15.6%

sedang Count 0 4 14 5 23

% within kel_skor_mrs .0% 36.4% 60.9% 35.7% 24.0%

berat Count 0 1 4 9 14

% within kel_skor_mrs .0% 9.1% 17.4% 64.3% 14.6%

Total Count 48 11 23 14 96

% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

kel_skoruro * kel_skor_mrs Crosstabulation

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

kel_skor_mrs

Total 0-4 5-8 9-16 >=17

kel_skorsom tidak ada Count 48 2 0 0 50

% within kel_skor_mrs 100.0% 18.2% .0% .0% 52.1%

Ringan Count 0 7 5 0 12

% within kel_skor_mrs .0% 63.6% 21.7% .0% 12.5%

Sedang Count 0 2 16 4 22

% within kel_skor_mrs .0% 18.2% 69.6% 28.6% 22.9%

Berat Count 0 0 2 10 12

% within kel_skor_mrs .0% .0% 8.7% 71.4% 12.5%

Total Count 48 11 23 14 96

% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Universitas Sumatera Utara

Page 86: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

kel_skoruro tidak ada Count 38 3 1 0 42

% within kel_skor_mrs 79.2% 27.3% 4.3% .0% 43.8%

ringan Count 10 6 15 5 36

% within kel_skor_mrs 20.8% 54.5% 65.2% 35.7% 37.5%

sedang Count 0 2 6 6 14

% within kel_skor_mrs .0% 18.2% 26.1% 42.9% 14.6%

berat Count 0 0 1 3 4

% within kel_skor_mrs .0% .0% 4.3% 21.4% 4.2%

Total Count 48 11 23 14 96

% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

kel_skorsom

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 2 4.2 4.2 4.2

ringan 12 25.0 25.0 29.2

sedang 22 45.8 45.8 75.0

berat 12 25.0 25.0 100.0

Total 48 100.0 100.0

kel_skorpsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ringan 11 22.9 22.9 22.9

sedang 23 47.9 47.9 70.8

berat 14 29.2 29.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

kel_skoruro

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Universitas Sumatera Utara

Page 87: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Valid tidak ada 4 8.3 8.3 8.3

ringan 26 54.2 54.2 62.5

sedang 14 29.2 29.2 91.7

berat 4 8.3 8.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Gejala Menopause * Kelompok Kadar Kortisol Saliva Crosstabulation

Kelompok Kadar Kortisol Saliva

Total <10 ng/mL >10 ng/mL

Gejala Menopause (-) Count 42 6 48

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

75.0% 15.0% 50.0%

(+) Count 14 34 48

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

25.0% 85.0% 50.0%

Total Count 56 40 96

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 33.600a 1 .000

Continuity Correctionb 31.243 1 .000

Likelihood Ratio 36.286 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 33.250 1 .000

N of Valid Cases 96

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,00.

b. Computed only for a 2x2 table

kel_skor_mrs * Kelompok Kadar Kortisol Saliva Crosstabulation

Kelompok Kadar Kortisol Saliva

Total <10 ng/mL >10 ng/mL

Universitas Sumatera Utara

Page 88: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

kel_skor_mrs 5-8 Count 7 4 11

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

50.0% 11.8% 22.9%

9-16 Count 6 17 23

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

42.9% 50.0% 47.9%

>=17 Count 1 13 14

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

7.1% 38.2% 29.2%

Total Count 14 34 48

% within Kelompok Kadar

Kortisol Saliva

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 9.719a 2 .008

Likelihood Ratio 9.921 2 .007

Linear-by-Linear Association 9.028 1 .003

N of Valid Cases 48

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3,21.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Somatik Psikis Urogenital1 AD 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.5 8 9 1 182 AK 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 7.89 7 9 1 173 AS 49 1 Bersuami Multiparitas Overweight 15.01 9 7 2 184 AT 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 4.76 2 3 2 75 AY 49 0 Bersuami Multiparitas Obese 11.54 3 4 3 106 BN 47 0 Bersuami Primiparitas Underweight 10.58 9 3 1 137 BT 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 12.86 3 3 4 108 DM 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.01 9 8 1 189 DM 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.76 6 7 1 1410 DW 47 0 Bersuami Multiparitas Overweight 13.4 9 4 1 1411 EK 48 0 Bersuami Multiparitas Overweight 14.41 10 8 1 1912 EN 50 1 Bersuami Multiparitas Obese 12.15 8 6 4 1813 ER 45 0 Bersuami Grandemultiparitas Obese 11.08 6 5 0 1114 EY 45 0 Bersuami Primiparitas Overweight 17.1 12 7 3 2215 IR 51 2 Bersuami Multiparitas Overweight 14.37 11 6 4 2116 JG 48 0 Bersuami Multiparitas Obese 11.57 5 5 2 1217 KL 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.80 4 3 1 818 LG 51 2 Janda Primiparitas Normoweight 9.89 6 5 1 1219 MU 50 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 12.81 5 3 1 920 MY 49 0 Bersuami Nuliparitas Obese 11.29 4 10 1 1521 N 51 1 Bersuami Multiparitas Obese 11.52 6 8 2 1622 NH 50 1 Bersuami Multiparitas Obese 11.79 3 6 2 1123 NN 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 7.95 3 3 0 624 OY 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.5 3 1 1 525 PJ 51 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.81 7 6 1 1426 PL 51 1 Janda Multiparitas Normoweight 5.71 5 3 1 927 PL 48 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 12.90 5 2 1 828 PM 48 0 Bersuami Multiparitas Underweight 10.63 8 6 1 1529 PT 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 11.15 4 2 1 730 RB 48 1 Bersuami Primiparitas Underweight 10.12 6 3 1 1031 RM 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.75 7 8 1 1632 SA 50 2 Bersuami Primiparitas Overweight 18.3 14 6 2 2233 SC 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.44 8 8 4 2034 SF 48 1 Bersuami Multiparitas Overweight 6.741 2 2 2 635 SH 48 0 Bersuami Multiparitas Overweight 12.9 8 5 2 1536 SH 48 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.59 8 4 1 1337 SN 49 0 Janda Nuliparitas Obese 11.09 3 5 0 838 SR 49 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 10.06 5 3 0 839 SS 51 1 Bersuami Nuliparitas Obese 11.36 9 9 2 2040 SW 48 1 Bersuami Primiparitas Overweight 16.3 10 6 2 1841 SW 46 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 10.06 5 4 1 1042 SY 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 13.62 9 8 3 2043 TM 51 1 Bersuami Multiparitas Overweight 13.9 12 4 1 1744 WM 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 7.93 3 2 1 645 WT 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 13.43 8 6 2 1646 YL 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.16 3 6 1 1047 YN 48 1 Bersuami Multiparitas Overweight 12.17 7 6 1 1448 YT 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 8.28 4 2 1 7

BMI Kadar Kortisol

Skor MRS Skor MRS TotalNo Nama Usia Lama Menopause

Status Pernikahan

Paritas

Universitas Sumatera Utara

Page 90: KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN …

Somatik Psikis Urogenital1 AN 48 0 Bersuami Grandemultiparitas Obese 5.12 1 0 0 12 ANS 47 0 Bersuami Multiparitas Overweight 10.36 1 1 1 33 AS 48 0 Bersuami Multiparitas Overweight 9.66 2 1 0 34 BM 46 0 Bersuami Multiparitas Obese 5.82 1 2 0 35 EI 46 0 Bersuami Multiparitas Underweight 6.67 1 1 0 26 FA 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 8.88 1 1 0 27 FT 47 0 Bersuami Multiparitas Underweight 7.01 2 2 0 48 HM 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.87 2 1 0 39 JL 48 0 Bersuami Multiparitas Obese 5.82 1 0 0 110 JM 46 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.93 2 1 0 311 KK 47 1 Bersuami Grandemultiparitas Normoweight 3.238 1 0 0 112 KM 48 0 Bersuami Primiparitas Overweight 6.17 1 1 0 213 KN 48 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.73 1 1 0 214 KN 45 0 Bersuami Nuliparitas Obese 5 2 1 0 315 KP 48 0 Belum Bersuami Nuliparitas Normoweight 8.56 1 1 0 216 KT 47 0 Bersuami Multiparitas Overweight 9.39 1 1 1 317 LG 51 2 Bersuami Multiparitas Overweight 10.04 1 1 1 318 LL 49 1 Bersuami Multiparitas Obese 6.25 1 1 0 219 LW 46 0 Bersuami Multiparitas Obese 3.924 2 1 0 320 MG 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 8.71 1 1 0 221 MJ 50 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.34 1 1 0 222 MMT 47 0 Bersuami Primiparitas Overweight 5.13 0 1 0 123 MN 48 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.52 2 1 0 324 MN 47 0 Bersuami Multiparitas Underweight 3.34 1 1 0 225 MS 46 0 Bersuami Multiparitas Underweight 4.41 1 2 0 326 MTS 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 10.41 2 1 0 327 MW 45 0 Bersuami Grandemultiparitas Underweight 4.12 0 1 0 128 MY 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 9.27 1 1 1 329 NK 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 5.01 2 1 0 330 NR 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 10.52 1 1 1 331 NW 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 3.87 1 2 0 332 PM 49 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.65 1 1 0 233 PN 48 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 8.21 1 1 0 234 PN 49 1 Belum Bersuami Nuliparitas Underweight 7.33 1 1 1 335 RH 49 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.44 1 1 0 236 RM 51 2 Bersuami Multiparitas Normoweight 13.5 2 1 1 437 RY 50 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.56 2 1 0 338 SL 51 2 Bersuami Multiparitas Overweight 10.29 2 1 0 339 SM 48 0 Bersuami Grandemultiparitas Obese 7.16 2 0 1 340 SM 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 5.22 0 1 0 141 SN 51 3 Bersuami Nuliparitas Normoweight 8.24 1 1 0 242 SS 48 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 3.231 1 0 0 143 ST 47 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.78 1 1 0 244 ST 48 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.41 1 1 0 245 SW 47 0 Bersuami Multiparitas Obese 6.29 1 1 0 246 TK 45 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.97 2 0 0 247 WN 46 0 Bersuami Multiparitas Underweight 6.67 1 1 1 348 YM 45 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 6.20 1 1 1 3

BMI Kadar Kortisol

Skor MRS Skor MRS TotalNo Nama Usia Lama Menopause

Status Pernikahan

Paritas

Universitas Sumatera Utara