kadar Hb
-
Upload
anna-arifatul-ummah -
Category
Documents
-
view
66 -
download
4
description
Transcript of kadar Hb
MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)
Tujuan :
1. Mengukur kadar haemoglobin (Hb) darah.
Dasar Teori :
Sel darah merah ( eritrosit ). Merupakan sel yang paling banyak
dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai
hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung
hemoglobin , yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen
dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah
berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari
jaringan dan kembali ke paru-paru (Almatsier, 2009).
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan karbon dioksida
dari jaringan ke paru-paru. Hemoglobin terdiri dari empat molekul protein
(globulin rantai) yang terhubung bersama-sama. Hemoglobin dewasa
normal (Hbg) molekul mengandung rantai 2-globulin alfa dan 2 rantai
beta-globulin. Pada janin dan bayi, hanya ada beberapa rantai beta dan
molekul hemoglobin terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Saat
bayi tumbuh, rantai gamma secara bertahap diganti dengan rantai beta.
Setiap rantai globulin berisi struktur pusat penting yang disebut molekul
heme. Tertanam dalam molekul heme adalah besi yang mengangkut
oksigen dan karbon dioksida dalam darah kami. Besi yang terkandung
dalam hemoglobin juga bertanggung jawab untuk warna merah darah
(Nugraha, 2007).
Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen pada sel darah
merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml
darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada
darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian
mengindikasikan anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai
hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3%. Metode yang lebih dulu dikenal
adalah metode Sahli yang menggunakan teknik kima dengan
membandingkan senyawa akhir secara visual terhadap standar gelas
warna. Ini member 2-3 kali kesalahan rata-rata dari metode yang
menggunakan spektrofotometer yang baik (Supariasa, 2002).
Gejala Kekurangan Hemoglobin yaitu :
1. Sering pusing. Hal ini disebabkam otak sering mengalami
periode kekurangan pasokan oksigen yang di bawa Hb terutama saat
tubuh memerlukan tenaga yang banyak
2. Mata berkunagn kunang. Kurangnya oksigen otak akan
mengganggu pengaturan saraf2 pusat mata.
3. Pingsan. Kekurangan oksigen dalam otak yang bersifat
ekstrim/mendadak dalam jumlah besar akan menyebabkan pingsan.
4. Nafas cepat. Jika Hb kurang, untuk memenuhi kebutuhan
oksigen maka kompensasinya menaikkan frekwensi nafas. Orang awam
menggambarkan ini dengan sesak nafas.
5. Jantung berdebar. Untuk menculupi kebutuhan oksigen maka
jantung harus memompa lebih sering agar darah yang mengalir di paru2
lebih cepat mengikat oksigen
6. Pucat. Hb adalah zat yang zat yang mewarnai darah menjadi
merah maka kekurangan yang ekstrim akan menyebabkan pucat pada
tubuh. Untuk mengetahui secara pasti tentunya harus dengan
pemeriksaan kadar Hb secara laboratorik
Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering
adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan
kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan. Kadar hemoglobin
yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran
tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor
dan gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin
(Linman, 1999).
Hb merupakan parameter yang digunakan secara luar untuk
menetapkan prevalensi anemia. Garby at el menyatakan bahwa
penentuan status anemia yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata
kurang lengkap, sehingga perlu ditambahkan dengan pemeriksaan yang
lain (Supariasa, 2002).
Untuk mencegah dan mengobati anemia, maka penentuan faktor-
faktor penyebabnya sangat diperlukan. Jika penyebabnya adalah masalah
nutrisi, penilaian status gizi dibutuhkan untuk mengidentifikasi nutrient
yang berperan dalam kasus anemia. Anemia gizi dapat disebabkan oleh
berbagai macam nutrient penting pada pembentukan Hb (Departemen
Gizi UI, 2007).
Anemia ditandai dengan rendahnya kosentrasi hemoglobin (Hb)
atau hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh
rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya
kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan
(Departemen Gizi UI, 2007).
Dalam masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa
disebut dengan anemia. Sebenarnya anemia bukanlah penyakit kurang
darah. Definisi yang lebih tepat adalah kurangnya (defisiensi) sel darah
merah karena kadar hemoglobin yang rendah dalam darah. Jumlah rata –
rata sel darah merah/mm³ pada laki-laki normal adalah 5.200.000,
sedangkan pada wanita normal 4.700.000. Jika seseorang memiliki jumlah
sel darah merah/mm³ kurang dari rata-rata jumlah normal, bisa dikatakan
ia menderita anemia. Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang. Dalam
pembentukannya diperlukan vitamin B12 (sianokobalamin) dan asam folat
(Barasi, 2007).
Salah satu bagian yang menyusun sel darah merah adalah
hemoglobin. Hemoglobin merupakan suatu struktur protein yang
merupakan bagian dari sel darah merah dan yang menyebabkan warna
merah pada darah. Hemoglobin bertugas mengikat oksigen dari paru-paru
dan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan oksigen semua jaringan tubuh. Dalam pembentukan
hemoglobin diperlukan zat besi. Zat besi merupakan salah satu komponen
penyusun hemoglobin. Jika tubuh kekurangan zat besi (defisiensi zat besi),
maka akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada
terhambatnya pembentukan sel darah merah. Selanjutnya timbullah
anemia akibat kekurangan zat besi yang disebut dengan anemia
defisiensi zat besi (Barasi, 2007).
Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml
untuk pria dan 12-16 gm/dl untuk wanita (gram/100 ml sering disingkat
dengan gm % atau gm/dl). Beberapa literature lain menunjukkan nilai
yang lebih rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin pasien tidak
dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari 13 gm/100 ml pada
pria dan 11 gm/100 ml untuk wanita (Supariasa, dkk., 2002).
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan
paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang paling canggih adalah
metode cyanmethemoglobin. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis
dengan HCL menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada
di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera beraksi dengan ion Cl
membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang
berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna
standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan
perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna
hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara
pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna
standar. Karena yang membandingkan adalah mata telanjang, maka
subjektivitas sangat berpengaruh. Disamping faktor mata, faktor lain,
misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi
hasil pembacaan (Supariasa, dkk., 2002). Meskipun demikian
pemeriksaan untuk di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih
atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini memadai dan bila
pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan (Suapriasa, dkk.,
2002).
Jenis hemoglobin juga dapat ditentukan. Kira-kira telah diidentifikasi
300 jenis hemoglobin yang berbeda dalam kode genetik dan urutan asam
amino. Walaupun sebagian besar jenis hemoglobin tidak mempunyai
makna klinik dan dapat berfungsi normal, namun beberapa jenis
hemoglobin dapat menyebabkan mirbiditas dan mortalitas yang
bermakna. Elektroforesis hemoglobin dapat mengidentifikasi hemoglobin
yang abnormal. Berbagai jenis hemoglobin bergerak dengan kecepatan
yang berbeda melintasi kertas atau jelli pati, berdasarkan muatan
listriknya. Hemoglobin diidentifikasi dengan huruf atau letak atau tempat
ditemukannya (Price dan Wilson, 2006) :
Hb A : hemoglobin dewasa normal
Hb F : hemoglobin fetus
Hb S : hemoglobin pada penyakit sel sabit
Hb : Memphis.
Wilson dan Gisvold (1982) menyatakan bahwa eritrosit mengandung
32 sampai 55 persen hemoglobin, kira-kira 60 persen air dan sisanya
stroma. Hemoglobin (Hb) adalah protein terkonjugat, gugus prostetik
berupa hema (hematin) dan protein (globin) yang disusun dengna empat
rantai polipeptid, biasanya dalam pasnagan yang identik. Bobot molekul
total kira-kira 66.000 termasuk empat molekul hema. Molekul mempunyai
aksis simetri dan sebab itu disusun dengan identik separo dengan
keseluruhan bentuk ellipsoid 55 x 55 x 700A. Besi dalam hema
hemoglobin (Ferohemoglobin) dalam kedudukan fero dan bergabung
secara reversible dengan oksigen pada fungsi sebagai transporter
oksigen.
Alat dan bahan:
1. Hemeglobinometer sahli
2. Alquist chat
3. Photometer leica
4. Blood lancet steril
5. Pipet khusus dengan selat karet
6. Aquadest
7. Larutan HCL 0,1 N
Metode praktikum :
1. Mensterilkan ujung jari tengah atau manis naracoba dengan olkohol
2. Menusuk ujung jari naracoba dengan blood lancet steril sehinga
darah keluar dan
3. meneteteskan pada masing-masing bulatan satu tetes darah pada
kaca obyek yang telah disiapkan
4. Mengisi tabung berskala dari hemometer sahli dengan larutan HCL
sampai tanda angka 2
5. Menghisap dalrah langsung dari probundus dengan menggunakan
pipet khusus sampai tanda garis pada pipet
6. Kemudian membersihkan ujung pipet dengan kertas tisu dan
meniup darah yang terdapat dalam pipet tersebut ke dalam tabung
yang berisi HCL 0,1 N
7. Kemudian menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai 3
kal agar darah dari larutan bercampur rata
8. Membiarkannya selama lebih dari 2 menit
9. Kemudian menambahkan tetes demi tets aquades sambil diaduk
dengan pengaduk khusus sampai warnanya sesuai dengan tabung
standar dari hemometer sahli
10. Kemudian mengamati dan mencatat angka pada tabung
berskala yang menunjukan kadar Hb dalam mg/100 ml darah.
Hasil pengamatan :
No Nama UmurKadar Hb (
gr/dl )
1 Noviana 20 12
2 Rifa 20 10
3 Vyta 20 8,4
4 Hasbi 20 10
5 Rinaldi 19 11
6 Opik 19 15
7 Anna 20 10
8 Iis Aida 20 8
9 Reza 20 16
10 Rendra 20 8
11 Ayu 20 8
12 Thara 19 13
13 Kurnia 18 -
14 Bayu 19 10,4
15 Agustina 19 10
16 Dita 20 11
17 Luthfi 20 14
18 Cinthya 20 12
19 Marbelisa 19 11
20 Fatma 19 7
21 Untsa 19 12
22 Andi 19 12
23 Citra 20 12
24 Hening 20 11
25 Asrif 20 10
26 Sari 18 12
27 Galuh 19 13
Pembahasan :
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengukur haemoglobin pada
darah. Untuk mengetahui kadar hemoglobin yang terkandung dalam
darah, maka di lakukan percobaan dengan metode Sahli. Prinsip dari
metode ini yaitu menyamakan warna larutan dengan warna tabung
standar dari hemometer Sahli. Larutan yang dibandingkan merupakan
larutan yang terdiri atas darah, HCl dan aquades. Pertama, jari manis
naracoba disterilkan dengan menggunakan alkohol sebelum ditusuk
dengan blood lancet disposible. Setelah darah keluar, darah tersebut
kemudian dihisap dengan menggunakan pipet khusus hingga darah
mencapai skala yang telah ditentukan. Sementara itu, HCl dimasukkan
dalam tabung berskala hingga mencapai angka 2. Darah kemudian
dimasukkan dalam tabung berskala yang berisi HCl dan diaduk dengan
menggunakan pengaduk khusus yang terbuat dari besi. Pengadukan
dilakukan agar larutan HCl dan darah bercampur sehingga hemoglobin
dalam darah dapat terpisah dari ikatan sehingga nanti kadarnya dapat
diukur. Tetes demi tetes aquades diteteskan dalam tabung berskala.
Penetesan dihentikan ketika warna larutan sama dengan warna tabung
standar dari hemometer. Angka yang tertunjuk pada tabung saat
penetesan terakhir menunjukkan kadar hemoglobin yang terkandung
dalam darah dalam gr/100mL atau gr/dL.
Pada manusia, kadar Hb pada kondisi normal bervariasi sekitar 14,9
± 1,5 gr/dl (pada laki-laki dewasa) dan 13,7 ± 1,5 gr/dl (pada perempuan
dewasa). Pada anak baru lahir berkisar antara 21,5 ± 3 gr/dl, pada umur 4
tahun berkisar antara 13 ± 1,5 gr/dl. Berdasarkan percobaan, banyak
data diperoleh yang menunjukkan kadar Hb di bawah normal. Ini
dimungkinkan kurangnya ketelitian praktikan saat menguji kadar Hb.
Karena data merupakan hasil percobaan yang dilakukan oleh tiap
kelompok, maka kemungkinan terdapat kesubjektifan ketika
membandingkan warna larutan dengan warna standar pada hemometer.
Cara Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat
100%, mengalami kurang darah atau darahnya masih normal, pada
pemeriksaan ini factor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini
berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan
larutan sejati dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain
itu tidak semua macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya;
karboxyhemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin (Anonimous, 2011).
Hemoglobin (Mr 64500, disingkat Hb) merupakan molekul bulat
dengan diameter 5,5 nm yang ditemukan pada sel darah merah, dengan
fungsi utamanya untuk mentransport oksigen dari paru-paru ke setiap
jaringan dalam tubuh. Sehingga hemoglobin merupakan molekul
pembawa oksigen dalam sel darah merah.
Setiap rantai globulin mengandung sebuah struktur penting yang
sebut sebagai molekul “Heme”, di molekul heme ini zat besi melekat dan
menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat ini pula
yang menjadikan darah berwarna merah.Hemoglobin juga berperan
penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika
terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah
merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal.Hal ini yang menjadi
alasan mengapa kekurangan zat besi dapat membuat anemia.Fungsi
utama dari Hemoglobin itu sendiri adalah mentranspor oksigen dari paru-
paru kesetiap jaringan dalam tubuh.
Atom besi di dalam heme mengikat keempat atom nitrogen di pusat
cincin protoporfirin.Besi tersebut membentuk dua ikatan tambahan,
masing-masing di satu sisi dari bidang heme.Kedua tempat pengikatan ini
disebut posisi koordinasi kelima dan keenam.Atom besi dapat berbentuk
fenol (2+) atau feril (3+), sehingga Hb yang bersangkutan disebut sebagai
ferohemoglobin, dan ferihemoglobin atau methemoglobin. Bila besi dalam
molekul hem tersebut dalam bentuk Fe2+ ia akan mengikat oksigen
karena Fe2+ mempunyai afinitas tinggi terhadap O2. Sedangkan bila
dalam bentuk FE 3+ ,ia tidak dapat mengikat oksigen karena dioksidasi
searah membentuk hematin Fe3+ dan hematin tidak dapat mengikat O2.
Pengikatan oksigen ke hemoglobin berlangsung secara kooperatif
yaitu peningkatan suatu heme yang lain dalam tertrameter yang sama.
Hal ini juga berlaku bagi pembebasan oksigen.H+ dan CO2 meningkatkan
pembebasan oksigen.Peningkatan konsentrasi O2 pada pH yang tetap
juga menurunkan afinitas O2 terhadap hemoglobin.Pada kapiler jaringan
yang aktif melakukan metabolisme banyak terdapat H+ dan CO2 dalam
konsentrasi tinggi, dan keadaan ini meningkatkan pembebasan oksigen
dari oksihemoglobin.
Pada hemoglobin yang teroksigenasi, jarak antara atom besi rantai
β menjadi lebih ringkas, yaitu dari ukuran 40 menjadi 33 Ǻ pada proses
oksigenasi. Peralihan oksihemoglobin menjadi deoksihemoglobin
menyebabkan perubahan struktur di dua tempat daerah persentuhan.
Dalam oksihemoglobin yang teroksigenasi, residu asam amino diujung
karboksit keempat rantai bebas melakukan rotasi.Sedang dalam
deoksihemoglobin, gugus terminal ini terlambat.Karboksil terminal dan
rantai samping residu diujung C membentuk ikatan garam (ikatan
elekstatik) yang mengikat tetrameter.Deoksihemoglobin mempunyai
delapan buah ikatan garam tambahan, sehingga molekulnya lebih tegang
daripada oksihemoglobin.
Dalam pengikatan oksigen, keempat sub unit hemoglobin dapat
bekerja sama dalam mengikat oksigen. Hemoglobin dapat dalam keadaan
tegang, tense (T) yang inaktif dan dapat pula rileks (R) yang aktif.Dalam
keadaan T, hemoglobin menolak pengikatan oksigen sedangkan dalam
keadaan R mudah mengikat oksigen. Pengikatan oksigen pembawa sub
unit hemiglobin deoksigenasi (dalam keadaan T) perlu energi yang cukup
banyak untuk mematahkan ikatan elektrostatik (garam) antar sub unit.
Namun, jika salah satu sub unit telah mengikat oksigen terjadi perubahan
konformasional yang memungkinkan sub unit lain mudah untuk mengikat
oksigen. Fenomena ini dikenal dengan istilah kerjasama positif (positif
kooperatif).
Diskusi:
1. Mengapa pada pengukuran kadar Hb darah digunakan larutan
HCl 0,1 N?
Larutan HCl 0,1 N (asam kuat) digunakan untuk memecah ikatan
hemoglobin sehingga kadar Hb dalm darah dapat di ketahui dengan
percobaan Sahli.
Hb + HCl → Globin-HCl + Ferroprotoporfirin
2. Faktor-faktor apa yang dapat berpengaruh terhadap kadar Hb
darah?
Makanan dan gizi
Umur
Jenis kelamin
Fungsi ginjal dan paru
Kesimpulan :
1. Pada manusia, kadar Hb pada kondisi normal bervariasi sekitar 14,9
± 1,5 gr/dl (pada laki-laki dewasa) dan 13,7 ± 1,5 gr/dl (pada
perempuan dewasa). Pada anak baru lahir berkisar antara 21,5 ± 3
gr/dl, pada umur 4 tahun berkisar antara 13 ± 1,5 gr/dl.
2. Dari hasil ini dapat dibaca bahwa kadar Hb kebanyakan naracoba di
bawah rata-rata normal, yang berarti kebanyakan dari naracoba
wanita mengalami anemia,