kabupaten kupang
-
Upload
inka-ratu-lado -
Category
Documents
-
view
78 -
download
0
description
Transcript of kabupaten kupang
IV. KEADAAN UMUM
4.4 Keadaan Umum Daerah 4.4.1
Geografis dan Oseanografi
Secara administraif Kecamatan Kupang Barat memiliki batas-batas
sebagai berikut (Anonim, 2003) :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Alak dan Selat Semau
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nekamese, Selat Pukuafu dan
Laut Timor
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah, Amarasi dan
Kota Kupang
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Pukuafu dan Laut Timor.
Kawasan pesisir Kecamatan Kupang Barat terdiri dari enam desa yaitu
desa Bolok, Kuanheum, Nitneo, Tesabela, Tablolong dan Lifuleo dengan luas
keseluruhan wilayah adalah 91,69 ha. Kawasan di sekitar perairan Kecamatan
Kupang Barat yaitu mempunyai pantai yang pada umumnya datar dan berpasir,
substrat yang berpasair, berlumpur, berpasir-berlumpur, karang dan berkarang-
berpasir. (Anonim, 2003).
Tipe pasang surut di perairan sekitar Kecamatan Kupang Barat
berdasarkan data DISHIDROS-AL diperoleh dua kali pasang dan dua kali surut.
Tipe pasang surut demikian dinamakan tipe pasang surut diurnal (Anonim, 2005)
Gelombang laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat sangat
dipengaruhi oleh musim barat dan musim timur. Pada musim barat angin bertiup
sangat kencang dari arah barat dan menimbulkan tinggi gelombang di bagian barat
dan selatan perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar 0,5-3,0 meter (Anonim,
2006)
Secara umum, salinitas permukaan perairan di Indonesia rata-rata
berkisar antara 32-34 ppt sedangkan salinitas di sekitar perairan Kecamatan
Kupang Barat berkisar antara 27-35 ppt. Kondisi salinitas tersebut termasuk dalam
kategori sedang dan sangat sesuai untuk kegiatan budidaya seperti rumput laut.
Sedangkan suhu permukaan laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat
berkisar antara 26-32°C
31
Pasang surut dan gelombang adalah faktor utama pembangkit arus di
pantai. Arus yang disebabkan oleh gelombang sangat berpengaruh terhadap proses
sedimentasi dan atau abrasi pantai. Rata-rata kecepatan arus yang ditemui di
perairan Kecamatan Kupang Barat adalah 16-36 cm/detik (Anonim, 2005).
4.4.2 Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Kupang pada tahun 2003 sebanyak
332.419 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 56 jiwa per km2.
Secara keseluruhan penduduk laki-laki di Kabupaten Kupang sedikit lebih banyak
dari penduduk perempuan, dimana penduduk laki-laki sebanyak 171.340 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 161.079 jiwa (Anonim, 2003).
Pertumbuhan penduduk suatu wilayah pada hakekatnya dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan
penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kupang Barat dari
tahun 2002 ke tahun 2003 sebesar 2,72 persen, pada awalnya pertumbuhan
penduduk lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, namun
saat ini faktor perpindahan penduduk juga mempunyai pengaruh yang cukup besar
karena sebagian besar penduduk tersebut membudidayakan rumput laut (Anonim,
2003)
Jumlah penduduk di Kecamatan Kupang Barat pada tahun 2003
sebanyak 13.109 jiwa dengan rata-rata kepadatan 88 jiwa per km2. Jumlah
petani/pembudidaya rumput laut adalah 2.625 jiwa atau 20% dari jumlah
penduduk Kecamatan Kupang Barat pada tahun yang sama. Sedangkan jumlah
penduduk yang bermukim di pesisir Kecamatan Kupang Barat adalah sekitar
7.135 jiwa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Peisir
Kecamatan Kupang Barat
Desa Pesisir Jumlah Penduduk(orang)
%
1. Bolok 954 13,37
2. Kuanheum 1.173 16,44
3. Nitneo 1.963 27,51
4. Tesabela 1.312 18,38
5. Tablolong 824 11,54
6. Lifuleo 909 12,74
Total 7.135
Sumber: Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka, 2003
32
4.4.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah akan berpengaruh
terhadap pembangunan wilayah tersebut. Semakin maju pendidikan penduduk
suatu wilayah berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan
kehidupan penduduk tersebut.
Salah satu keberhasilan pembangunan di suatu tempat adalah apabila
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya
saat ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk
untuk mengecap pendidikan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya, terutama
penduduk usia sekolah yaitu usia 7-24 tahun. Sementara jika dilihat dari status
pendidikannya, maka sebagian besar penduduk Kabupaten Kupang masih berada
pada status tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD yaitu sebanyak
44,57 persen. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia maka
ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana harus ditingkatkan
(Anonim, 2003).
Fasilitas pendidikan dimiliki oleh Kecamatan Kupang Barat sangat
terbatas yaitu SD 14 buah, SMP 3 buah dan SMU 1 buah. Sedangkan untuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi berada di kabupaten
yang bisa ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan. Tingkat pendidikan penduduk
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas pendidikan (Kupang Barat Dalam
Angka, 2003).
Pada umumnya tingkat pendidikan petani pembudidaya rumput laut
masih rendah dimana sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar dan sebagiannya
tidak atau belum pernah sekolah atau putus sekolah. Tingkat pendidikan penduduk
Kecamatan Kupang Barat dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4.
Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Kupang Barat
Pendidikan Banyaknya %
1 . Tidak Atau Belum Pernah Sekolah 1.608 12,34
2. Putus Sekolah 859 6,59
3. Tamat Sekolah Dasar (SD 7.359 56,47
4. Tamat Sekolah Menengan Pertama (SMTP) 1.904 14,61
5. Tamat Sekolah Menengah Atas ( SMTA) 1.131 8,6
6. Tamat Diploma 111 0,85
7. Tamat Sarjana 58 0,44
Jumlah 13.030
Sumber: Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka, 2003
33
4.4.4 Sosial Budaya Masyarakat
Pada umumnya masyarakat pesisir sekitar lokasi penelitian berasal dari
Timor, Rote, Sabu, Alor dan Sulawesi (Buton dan Bugis). Kehidupan sosial
masyarakat masih cukup baik. Secara umum mata pencaharian masyarakat yang
ada di Kecamatan Kupang Barat adalah budidaya pertanian lahan kering dan
beternak sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan hanya sebagai
usaha sambilan, dimana kegiatan perikanan dapat dilakukan pada saat air laut
surut yang dikenal dengan istilah "makameting". Hal ini disebabkan karena
masyarakat masih terbawa oleh kebiasaan tidak melaut yang selanjutnya
dianalogikan sebagai "sulit masuk laut".
Paradigma ini terus tertanam dalam masyarakat di Kupang Barat
sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya pertanian tanaman pangan dan
kehutanan. Hal ini berdampak pada terjadinya degradasi lahan sehingga produksi
pertanian, kehutanan dan peternakan semakin hari semakin berkurang. Dengan
demikian pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluarkan
program Gerakan Masuk Laut (GEMALA) dalam upaya mengoptimalkan
kegiatan di bidang perikanan laut.
Oleh karena itu, masyarakat perlahan-lahan memandang laut sebagai
usaha yang menjanjikan. Hal ini memotivasi masyarakat di Kupang Barat untuk
melakukan kegiatan perikanan (budidaya dan penangkapan) serta usaha lainnya
yang berkaitan dengan perikanan. Rumput laut merupakan suatu usaha yang
sedang trend dibudidayakan oleh masyarakat setempat karena tidak
mengharuskan mereka untuk memasuki laut lepas.
Sub sektor perikanan termasuk salah satu sektor pertanian yag menjadi
perhatian pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk terus
dikembangkan. Sektor ini terus dipacu agar dapat memberikan nilai tambah bagi
masyarakat di samping itu sub sektor ini juga memproduksi bahan kebutuhan
masyarakat untuk meningkatkan kadar gizi. Komoditi perikanan ini adalah salah
satu sumber gizi yang dapt dijangkau oleh segala lapisan masyarakat
berpenghasilan tinggi maupun rendah. Dengan demikian maka hasil yang didapat
dari sub sektor perikanan ini dapat menunjang program pemerintah dalam usaha
meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat.
34
4.4.5 Sarana dan Prasarana Umum
1. Perhubungan
Sarana transportasi merupakan hal penting untuk meningkatkan fungsi
aksesibilitas dan mobilitas masyarakat dalam aktivitasnya setiap hari untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Transportasi pada umumnya dikenal ada 3
macam yaitu transporati darat, laut dan udara. Transportasi yang digunakan
masyarakat di lokasi penelitian adalah trasportasi darat dan laut.
a. Transportasi Darat
Transportasi darat merupakan hal sangat penting untuk kegiatan setiap hari
dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sarana transportasi darat dalam
hal ini adalah jalan darat yang menghubungkan satu kecamatan dengan kecamatan
yang lain adalah berupa jalan aspal, dengan demikian dapat mempermudah
layanan dan perkembangan aktivitas sosial ekonomi, terutama dalam
memeperdagangkan hasil-hasil prikanan, pertanian, peternakan ke kota.
b. Transportasi Laut
Transpotasi laut ini sangat penting untuk mengangkut hasil laut dari
tempat panen ke darat pada kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Selain itu juga sebagai sarana transportasi yang menghubungkan Kecamatan
Kupang Barat dan Kecamatan Semau dengan tujuan untuk memperdagangkan
hasil laut secara lokal. Fasilitas transportasi laut pada umumnya mereka
menggunakan perahu bermesin 15 Penggerak Kuda (PK), 40 PK dan perahu
motor tempel.
Fasilitas transportasi laut ini juga bertujuan untuk pengangkutan hasil laut
antarpulau, makaadajuga pelabuhan yang menghubungkan antara pulau seperti
pelabuhan Tenau di Kecamatan Alak yang menghubungkan perjalanan dari
Kupang ke Surabaya, Jawa dan dermaga ferry Bolok yang terdapat di Kecamatan
Kupang Barat yang merupakan dermaga Angkutan Laut, Sungai dan
Penyeberangan (ASDP) utama yang menghubungkan perjalanan penduduk dan
pengiriman barang dari Kupang dan sekitarnya ke pulau-pulau lain dalam wilayah
Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu pulau Sabu, Rote, Semau, Alor, Flores dan
Sumba.
35
c. Transportasi Udara
Bandara udara El Tari adalah bandara yang terdapat di Kabupaten Kupang,
dimana merupakan sarana transportasi untuk menghubungkan perjalanan
penduduk dan pengiriman barang dari Kupang ke Propinsi lain. Keberadaan
bandara di wilayah ini diharapkan dapat memberi pelayanan baik kualitas maupun
kuantitas perjalanan udara dari dan antar propinsi bahkan antar negara.
2. Listrik dan Air
Listrik dan air merupakan salah satu kebutuhan dari masyarakat pesisir
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Listrik sebagai alat penerangan
yang ada di desa-desa pesisir Kecamatan Kupang Barat menggunakan Pusat
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dialirkan ke tiap rumah.
Kondisi geologis daratan di beberapa desa pesisir Kecamatan Kupang
Barat yang tidak mendukung, mengakibatkan sumber air tawar sulit didapatkan.
Belum terdapat fasilitas PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di kecamatan ini
sehingga alternatif pengadaan air tawar untuk kebutuhan masyarakat pesisir
tersebut dengan mengadakan fasilitas bak penampung dan air leding dari sumber
mata air di daerah pegunungan.
3. Komunikasi
Sarana komunikasi sebagai fasilitas untuk mendapatkan informasi sangat
penting, mengingat informasi tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan
yang ada di luar. Untuk mengetahui sarana komonikasi menurut jenisnya tiap desa
pesisir yang ada di Kecamatan Kupang Barat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sarana Komunikasi Menurut Jenisnya di Setiap Desa Pesisir di Kecamatan Kupang Barat
Sarana Komunikasi dan Informasi Desa Pesisir
Kantor Pos TV (unit) Radio (unit) Telepon (unit)
1. Bolok - 200 30 -
2. Kuanheum - 65 10 -
3. Nitneo - 100 17 -
4. Tesabela - 82 11 -
5. Tablolong - 70 3 -
6 . Lifuleo - 30 10 -
Sumber: Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka, 2003
36
4.5 Keadaan Umum Cuaca
Iklim di wilayah Kabupaten Kupang sama halnya dengan iklim di daerah
lainnya di Propinsi NTT yakni kering dan musim hujan yang pendek antara bulan
Desember-Maret. Dari luas wilayah yang ada 3% atau 7.453 ha merupakan tanah
sawah kering dan 97% atau 572.365 ha merupakan tanah kering dalam bentuk
pekarangan dan tegalan (Anonim, 2003).
Oldeman dalam Anonim (2004) membagi tipe iklim di Nusa Tenggara
Timur kedalam 6 (enam) Zone iklim yaitu, Tipe B2 , Tipe C3, Tipe D3, Tipe D4
dan Tipe E3, Tipe E4. Sedangkan Kabupaten Kupang yang merupakan bagian
dan Propinsi Nusa Tenggara Timur menurut Oldeman secara klimatologi berada
pada tipe iklim D4 dan E4. Sedangkan khusus untuk Kecamatan Kupang Barat
berada pada tipe D4. Pada kedua tipe iklim ini ditandai dengan musim hujan yang
pendek yaitu sekitar 3-5, sedangkan musim kemarau mencapai 7-8 bulan
Suhu udara di suatu tempat antara lain disebabkan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan laut dan jarak tempat tersebut dari pantai. Pada
tahun 2003, suhu udara di Kabupaten Kupang rata-rata siang hari berkisar antara
30,0 sampai dengan 33,7 °C, sementara pada malam hari suhu udra berkisar antara
21,2 °C sampai dengan 24,3 °C. Seperti telah disebutkan di atas bahwa Kabupaten
Kupang merupakan kabupaten yang wilayahnya mencakup cukup banyak pulau
sehingga kelembaban udaranya relatif cukup tinggi dengan rata-rata berkisar
antara 61 persen yaitu pada bulan Agustus sampai dengan 84 persen pada bulan
Pebruari (Anonim, 2003)
Curah Hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan orogaphi serta perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh sebab itu
jumlah curah hujan di suatu tempat beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamatnya. Catatan curah hujan di Kabupaten Kupang tahun 2002 ini di luar
bulan Agustus yaitu berkisar antara 3 mm pada bulan Juli dan 383 mm pada bulan
Pebruari (Anonim, 2004)
Budidaya rumput laut tidak dilakukan jika kondisi cuaca yang tidak
mendukung misalnya pada musim barat di mana curah hujan tinggi dan angin
yang bergerak kencang sehingga mengakibatkan gelombang yang tinggi.
Gelombang yang tinggi akan menyebabkan tempat budidaya rumput laut menjadi
37
tidak aman karena tali-tali pengikat rumput laut putus dan thallus rumput laut
patah.
4.6 Keadaan Umum Perikanan
4.6.1 Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Kupang Barat
Komoditi andalan perikanan yang saat ini telah diusahakan secara lebih
intensif oleh masyarakat yakni rumput laut. Usaha budidaya rumput laut ini mulai
mendapat antusias nelayan/pembudidaya perikanan sejak diperkenalkan cara dan
metode pembudidayaannya pada tahun 2000 yang lalu (Anonim, 2006).
Kegiatan budidaya rumput laut tersebut terus menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun, sehingga saat ini diperkirakan telah terdapat lebih kurang
14.870 pembudidaya yang telah mengusahakannya. Apalagi jika dilihat dari areal
potensialnya yang cukup luas mencapai 13.857 ha, namun demikian baru sekitar
10,83 % atau 1.500 ha yang baru dimanfaatkan. Sampai tahun 2004 hasil produksi
rumput laut di kabupaten Kupang yang terdata diperkirakan oleh Dinas Perikanan
Kabupaten mencapai lebih dari 3.037,80 ton kering. Diperkirakan setiap tahunnya
lebih dari 7.000 ton kering rumput laut diproduksi kabupaten ini, sehingga saat ini
Kabupaten Kupang dikenal sebagai sentra penghasil rumput laut di Provinsi NTT
(Anonim, 2006).
Produksi rumput laut di Kecamatan Kupang Barat pada tahun 2003 adalah
939,77 ton dengan luas lahan 91,69 ha. Jenis rumput laut yang sedang
dikembangkan di Kecamatan Kupang Barat adalah jenis Eucheuma cottonii.
Budidaya rumput laut dikembangkan di beberapa lokasi antara lain desa Bolok,
Tablolong, Kuanheum, Nitneo dan Tesabela.
a. Metode Budidaya
Metode budidaya rumput laut yang digunakan adalah metode long line
dengan biaya lebih murah dan merupakan modifikasi dari rakit apung. Metode ini
meliputi komponen tali utama, tali ris, tali pengikat rumput laut, pelampung besar,
pelampung kecil (botol aqua) dan tali jangkar untuk menahan sistem pada posisi
yang tetap.
Bibit berasal dari hasil panen sendiri yang berumur sekitar 45 hari
dengan berat kira-kira 100 gram per rumpun. Setiap unit mengandung 100-200
38
tali dimana 1 tali pada umumnya terdiri dari 50 rumpun dengan jarak tanam 20-
30 cm. Jenis rumput laut yang ditanam adalah Eucheuma cottonii, waktu panen
sekitar 45 (sekitar 1 bulan 2 minggu) dihitung dari saat diikat (ditanam). Cara
pemanenan adalah dengan membuka tali ikatan pada masing-masing rumpun lalu
disimpan dalam perahu untuk dibawa keluar setelah itu dijemur pada tempat
jemuran (para-para).
b. Pemasaran Rumput Laut
Rumput laut yang siap dipasarkan adalah rumput laut dalam bentuk
kering. Selanjutnya petani menyimpan rumput laut tersebut di tempat
penampungan. Biasanya pemasaran dilakukan dengan dua cara yakni sebagian
hasilnya dijual langsung ke konsumen dan sebagiannya dibeli oleh pedagang
pengumpul. Konsumen biasanya mengolah rumput laut tersebut untuk dijadikan
makanan tradisional (misalnya: manisan, jelly). Sedangkan pedagang pengumpul
memiliki beberapa alternatif pilihan pemasaran yakni menjual rumput laut
tersebut kepada industri (pabrik) untuk diolah. Selain itu juga pedagang
pengumpul dapat menjualnya ke pihak eksportir maupun dapat menjual langsung
kepada konsumen. Adapun alur pemasaran rumput laut terlihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 4. Alur Pemasaran Rumput Laut
4.6.2 Perikanan Tangkap
Sarana Perikanan yang mendukung perkembangan perikanan meliputi
armada dan jenis alat tangkap. Jumlah armada perikanan yang beroperasi di
Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2004 adalah 3.203 unit yang terdiri atas
39
1.826 unit jukung, 695 unit Perahu Tanpa Motor (PTM), 432 unit Motor Tempel
(MT) dan 250 unit Kapal Motor (KM) ukuran 5-10 GT yang tersebar pada 19
Kecamatan. Untuk kapal-kapal yang berukuran 10 GT keatas seperti jenis pole
and line terbanyak didominasi oleh para nelayan asal Makasar dengan daerah
operasi mereka di perairan Kabupaten Kupang. Alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan Kabupaten Kupang dapat dikategorikan sebagai alat tangkap tradisional
yang umumnya digunakan adalah bagan tancap, bagan apung, purse seine, jala
lompo, gilnet, pancing/pancing tonda dan alat lainnya (Anonim, 2006).
Potensi tangkapan lestari ikan-ikan pelagis di Kabupaten Kupang 60.000
ton/thn, dengan demikian untuk meningkatkan hasil produksi tangkapan ikan
diperlukan penambahan sarana/alat tangkap dan armada kapal penangkap ikan
seperti kapal mini purse seine, pole and line, long-line, bagan serta alat-alat
tangkap lain (Anonim, 2006).
Melihat faktor-faktor pendukung seperti stok ikan yang cukup tersedia,
sarana penangkapan, jumlah armada maupun hasil produksi yang terus meningkat
dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan prasarana perikanan seperti PPI
(Pangkalan Pendaratan Ikan) adalah sangat diperlukan. Pemerintah kabupaten
Kupang merencanakan PPI di kawasan pantai Tablolong (Kecamatan Kupang
Barat), dimana lebih dikenal sebagai kawasan pariwisata pantai (Anonim, 2006).