kabupaten kupang

10
IV. KEADAAN UMUM 4.4 Keadaan Umum Daerah 4.4.1 Geografis dan Oseanografi Secara administraif Kecamatan Kupang Barat memiliki batas-batas sebagai berikut (Anonim, 2003) : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Alak dan Selat Semau Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nekamese, Selat Pukuafu dan Laut Timor Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah, Amarasi dan Kota Kupang Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Pukuafu dan Laut Timor. Kawasan pesisir Kecamatan Kupang Barat terdiri dari enam desa yaitu desa Bolok, Kuanheum, Nitneo, Tesabela, Tablolong dan Lifuleo dengan luas keseluruhan wilayah adalah 91,69 ha. Kawasan di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat yaitu mempunyai pantai yang pada umumnya datar dan berpasir, substrat yang berpasair, berlumpur, berpasir-berlumpur, karang dan berkarang- berpasir. (Anonim, 2003). Tipe pasang surut di perairan sekitar Kecamatan Kupang Barat berdasarkan data DISHIDROS-AL diperoleh dua kali pasang dan dua kali surut. Tipe pasang surut demikian dinamakan tipe pasang surut diurnal (Anonim, 2005) Gelombang laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat sangat dipengaruhi oleh musim barat dan musim timur. Pada musim barat angin bertiup sangat kencang dari arah barat dan menimbulkan tinggi gelombang di bagian barat dan selatan perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar 0,5-3,0 meter (Anonim, 2006) Secara umum, salinitas permukaan perairan di Indonesia rata-rata berkisar antara 32-34 ppt sedangkan salinitas di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar antara 27-35 ppt. Kondisi salinitas tersebut termasuk dalam kategori sedang dan sangat sesuai untuk kegiatan budidaya seperti rumput laut. Sedangkan suhu permukaan laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar antara 26-32°C

description

profrile

Transcript of kabupaten kupang

Page 1: kabupaten kupang

IV. KEADAAN UMUM

4.4 Keadaan Umum Daerah 4.4.1

Geografis dan Oseanografi

Secara administraif Kecamatan Kupang Barat memiliki batas-batas

sebagai berikut (Anonim, 2003) :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Alak dan Selat Semau

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nekamese, Selat Pukuafu dan

Laut Timor

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah, Amarasi dan

Kota Kupang

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Pukuafu dan Laut Timor.

Kawasan pesisir Kecamatan Kupang Barat terdiri dari enam desa yaitu

desa Bolok, Kuanheum, Nitneo, Tesabela, Tablolong dan Lifuleo dengan luas

keseluruhan wilayah adalah 91,69 ha. Kawasan di sekitar perairan Kecamatan

Kupang Barat yaitu mempunyai pantai yang pada umumnya datar dan berpasir,

substrat yang berpasair, berlumpur, berpasir-berlumpur, karang dan berkarang-

berpasir. (Anonim, 2003).

Tipe pasang surut di perairan sekitar Kecamatan Kupang Barat

berdasarkan data DISHIDROS-AL diperoleh dua kali pasang dan dua kali surut.

Tipe pasang surut demikian dinamakan tipe pasang surut diurnal (Anonim, 2005)

Gelombang laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat sangat

dipengaruhi oleh musim barat dan musim timur. Pada musim barat angin bertiup

sangat kencang dari arah barat dan menimbulkan tinggi gelombang di bagian barat

dan selatan perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar 0,5-3,0 meter (Anonim,

2006)

Secara umum, salinitas permukaan perairan di Indonesia rata-rata

berkisar antara 32-34 ppt sedangkan salinitas di sekitar perairan Kecamatan

Kupang Barat berkisar antara 27-35 ppt. Kondisi salinitas tersebut termasuk dalam

kategori sedang dan sangat sesuai untuk kegiatan budidaya seperti rumput laut.

Sedangkan suhu permukaan laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat

berkisar antara 26-32°C

Page 2: kabupaten kupang

31

Pasang surut dan gelombang adalah faktor utama pembangkit arus di

pantai. Arus yang disebabkan oleh gelombang sangat berpengaruh terhadap proses

sedimentasi dan atau abrasi pantai. Rata-rata kecepatan arus yang ditemui di

perairan Kecamatan Kupang Barat adalah 16-36 cm/detik (Anonim, 2005).

4.4.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Kupang pada tahun 2003 sebanyak

332.419 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 56 jiwa per km2.

Secara keseluruhan penduduk laki-laki di Kabupaten Kupang sedikit lebih banyak

dari penduduk perempuan, dimana penduduk laki-laki sebanyak 171.340 jiwa dan

penduduk perempuan sebanyak 161.079 jiwa (Anonim, 2003).

Pertumbuhan penduduk suatu wilayah pada hakekatnya dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan

penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kupang Barat dari

tahun 2002 ke tahun 2003 sebesar 2,72 persen, pada awalnya pertumbuhan

penduduk lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, namun

saat ini faktor perpindahan penduduk juga mempunyai pengaruh yang cukup besar

karena sebagian besar penduduk tersebut membudidayakan rumput laut (Anonim,

2003)

Jumlah penduduk di Kecamatan Kupang Barat pada tahun 2003

sebanyak 13.109 jiwa dengan rata-rata kepadatan 88 jiwa per km2. Jumlah

petani/pembudidaya rumput laut adalah 2.625 jiwa atau 20% dari jumlah

penduduk Kecamatan Kupang Barat pada tahun yang sama. Sedangkan jumlah

penduduk yang bermukim di pesisir Kecamatan Kupang Barat adalah sekitar

7.135 jiwa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Peisir

Kecamatan Kupang Barat

Desa Pesisir Jumlah Penduduk(orang)

%

1. Bolok 954 13,37

2. Kuanheum 1.173 16,44

3. Nitneo 1.963 27,51

4. Tesabela 1.312 18,38

5. Tablolong 824 11,54

6. Lifuleo 909 12,74

Total 7.135

Sumber: Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka, 2003

Page 3: kabupaten kupang

32

4.4.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah akan berpengaruh

terhadap pembangunan wilayah tersebut. Semakin maju pendidikan penduduk

suatu wilayah berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan

kehidupan penduduk tersebut.

Salah satu keberhasilan pembangunan di suatu tempat adalah apabila

didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya

saat ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk

untuk mengecap pendidikan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya, terutama

penduduk usia sekolah yaitu usia 7-24 tahun. Sementara jika dilihat dari status

pendidikannya, maka sebagian besar penduduk Kabupaten Kupang masih berada

pada status tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD yaitu sebanyak

44,57 persen. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia maka

ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana harus ditingkatkan

(Anonim, 2003).

Fasilitas pendidikan dimiliki oleh Kecamatan Kupang Barat sangat

terbatas yaitu SD 14 buah, SMP 3 buah dan SMU 1 buah. Sedangkan untuk

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi berada di kabupaten

yang bisa ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan. Tingkat pendidikan penduduk

sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas pendidikan (Kupang Barat Dalam

Angka, 2003).

Pada umumnya tingkat pendidikan petani pembudidaya rumput laut

masih rendah dimana sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar dan sebagiannya

tidak atau belum pernah sekolah atau putus sekolah. Tingkat pendidikan penduduk

Kecamatan Kupang Barat dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4.

Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Kupang Barat

Pendidikan Banyaknya %

1 . Tidak Atau Belum Pernah Sekolah 1.608 12,34

2. Putus Sekolah 859 6,59

3. Tamat Sekolah Dasar (SD 7.359 56,47

4. Tamat Sekolah Menengan Pertama (SMTP) 1.904 14,61

5. Tamat Sekolah Menengah Atas ( SMTA) 1.131 8,6

6. Tamat Diploma 111 0,85

7. Tamat Sarjana 58 0,44

Jumlah 13.030

Sumber: Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka, 2003

Page 4: kabupaten kupang

33

4.4.4 Sosial Budaya Masyarakat

Pada umumnya masyarakat pesisir sekitar lokasi penelitian berasal dari

Timor, Rote, Sabu, Alor dan Sulawesi (Buton dan Bugis). Kehidupan sosial

masyarakat masih cukup baik. Secara umum mata pencaharian masyarakat yang

ada di Kecamatan Kupang Barat adalah budidaya pertanian lahan kering dan

beternak sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan hanya sebagai

usaha sambilan, dimana kegiatan perikanan dapat dilakukan pada saat air laut

surut yang dikenal dengan istilah "makameting". Hal ini disebabkan karena

masyarakat masih terbawa oleh kebiasaan tidak melaut yang selanjutnya

dianalogikan sebagai "sulit masuk laut".

Paradigma ini terus tertanam dalam masyarakat di Kupang Barat

sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya pertanian tanaman pangan dan

kehutanan. Hal ini berdampak pada terjadinya degradasi lahan sehingga produksi

pertanian, kehutanan dan peternakan semakin hari semakin berkurang. Dengan

demikian pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluarkan

program Gerakan Masuk Laut (GEMALA) dalam upaya mengoptimalkan

kegiatan di bidang perikanan laut.

Oleh karena itu, masyarakat perlahan-lahan memandang laut sebagai

usaha yang menjanjikan. Hal ini memotivasi masyarakat di Kupang Barat untuk

melakukan kegiatan perikanan (budidaya dan penangkapan) serta usaha lainnya

yang berkaitan dengan perikanan. Rumput laut merupakan suatu usaha yang

sedang trend dibudidayakan oleh masyarakat setempat karena tidak

mengharuskan mereka untuk memasuki laut lepas.

Sub sektor perikanan termasuk salah satu sektor pertanian yag menjadi

perhatian pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk terus

dikembangkan. Sektor ini terus dipacu agar dapat memberikan nilai tambah bagi

masyarakat di samping itu sub sektor ini juga memproduksi bahan kebutuhan

masyarakat untuk meningkatkan kadar gizi. Komoditi perikanan ini adalah salah

satu sumber gizi yang dapt dijangkau oleh segala lapisan masyarakat

berpenghasilan tinggi maupun rendah. Dengan demikian maka hasil yang didapat

dari sub sektor perikanan ini dapat menunjang program pemerintah dalam usaha

meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat.

Page 5: kabupaten kupang

34

4.4.5 Sarana dan Prasarana Umum

1. Perhubungan

Sarana transportasi merupakan hal penting untuk meningkatkan fungsi

aksesibilitas dan mobilitas masyarakat dalam aktivitasnya setiap hari untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Transportasi pada umumnya dikenal ada 3

macam yaitu transporati darat, laut dan udara. Transportasi yang digunakan

masyarakat di lokasi penelitian adalah trasportasi darat dan laut.

a. Transportasi Darat

Transportasi darat merupakan hal sangat penting untuk kegiatan setiap hari

dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sarana transportasi darat dalam

hal ini adalah jalan darat yang menghubungkan satu kecamatan dengan kecamatan

yang lain adalah berupa jalan aspal, dengan demikian dapat mempermudah

layanan dan perkembangan aktivitas sosial ekonomi, terutama dalam

memeperdagangkan hasil-hasil prikanan, pertanian, peternakan ke kota.

b. Transportasi Laut

Transpotasi laut ini sangat penting untuk mengangkut hasil laut dari

tempat panen ke darat pada kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

Selain itu juga sebagai sarana transportasi yang menghubungkan Kecamatan

Kupang Barat dan Kecamatan Semau dengan tujuan untuk memperdagangkan

hasil laut secara lokal. Fasilitas transportasi laut pada umumnya mereka

menggunakan perahu bermesin 15 Penggerak Kuda (PK), 40 PK dan perahu

motor tempel.

Fasilitas transportasi laut ini juga bertujuan untuk pengangkutan hasil laut

antarpulau, makaadajuga pelabuhan yang menghubungkan antara pulau seperti

pelabuhan Tenau di Kecamatan Alak yang menghubungkan perjalanan dari

Kupang ke Surabaya, Jawa dan dermaga ferry Bolok yang terdapat di Kecamatan

Kupang Barat yang merupakan dermaga Angkutan Laut, Sungai dan

Penyeberangan (ASDP) utama yang menghubungkan perjalanan penduduk dan

pengiriman barang dari Kupang dan sekitarnya ke pulau-pulau lain dalam wilayah

Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu pulau Sabu, Rote, Semau, Alor, Flores dan

Sumba.

Page 6: kabupaten kupang

35

c. Transportasi Udara

Bandara udara El Tari adalah bandara yang terdapat di Kabupaten Kupang,

dimana merupakan sarana transportasi untuk menghubungkan perjalanan

penduduk dan pengiriman barang dari Kupang ke Propinsi lain. Keberadaan

bandara di wilayah ini diharapkan dapat memberi pelayanan baik kualitas maupun

kuantitas perjalanan udara dari dan antar propinsi bahkan antar negara.

2. Listrik dan Air

Listrik dan air merupakan salah satu kebutuhan dari masyarakat pesisir

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Listrik sebagai alat penerangan

yang ada di desa-desa pesisir Kecamatan Kupang Barat menggunakan Pusat

Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dialirkan ke tiap rumah.

Kondisi geologis daratan di beberapa desa pesisir Kecamatan Kupang

Barat yang tidak mendukung, mengakibatkan sumber air tawar sulit didapatkan.

Belum terdapat fasilitas PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di kecamatan ini

sehingga alternatif pengadaan air tawar untuk kebutuhan masyarakat pesisir

tersebut dengan mengadakan fasilitas bak penampung dan air leding dari sumber

mata air di daerah pegunungan.

3. Komunikasi

Sarana komunikasi sebagai fasilitas untuk mendapatkan informasi sangat

penting, mengingat informasi tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan

yang ada di luar. Untuk mengetahui sarana komonikasi menurut jenisnya tiap desa

pesisir yang ada di Kecamatan Kupang Barat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana Komunikasi Menurut Jenisnya di Setiap Desa Pesisir di Kecamatan Kupang Barat

Sarana Komunikasi dan Informasi Desa Pesisir

Kantor Pos TV (unit) Radio (unit) Telepon (unit)

1. Bolok - 200 30 -

2. Kuanheum - 65 10 -

3. Nitneo - 100 17 -

4. Tesabela - 82 11 -

5. Tablolong - 70 3 -

6 . Lifuleo - 30 10 -

Sumber: Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka, 2003

Page 7: kabupaten kupang

36

4.5 Keadaan Umum Cuaca

Iklim di wilayah Kabupaten Kupang sama halnya dengan iklim di daerah

lainnya di Propinsi NTT yakni kering dan musim hujan yang pendek antara bulan

Desember-Maret. Dari luas wilayah yang ada 3% atau 7.453 ha merupakan tanah

sawah kering dan 97% atau 572.365 ha merupakan tanah kering dalam bentuk

pekarangan dan tegalan (Anonim, 2003).

Oldeman dalam Anonim (2004) membagi tipe iklim di Nusa Tenggara

Timur kedalam 6 (enam) Zone iklim yaitu, Tipe B2 , Tipe C3, Tipe D3, Tipe D4

dan Tipe E3, Tipe E4. Sedangkan Kabupaten Kupang yang merupakan bagian

dan Propinsi Nusa Tenggara Timur menurut Oldeman secara klimatologi berada

pada tipe iklim D4 dan E4. Sedangkan khusus untuk Kecamatan Kupang Barat

berada pada tipe D4. Pada kedua tipe iklim ini ditandai dengan musim hujan yang

pendek yaitu sekitar 3-5, sedangkan musim kemarau mencapai 7-8 bulan

Suhu udara di suatu tempat antara lain disebabkan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut dari permukaan laut dan jarak tempat tersebut dari pantai. Pada

tahun 2003, suhu udara di Kabupaten Kupang rata-rata siang hari berkisar antara

30,0 sampai dengan 33,7 °C, sementara pada malam hari suhu udra berkisar antara

21,2 °C sampai dengan 24,3 °C. Seperti telah disebutkan di atas bahwa Kabupaten

Kupang merupakan kabupaten yang wilayahnya mencakup cukup banyak pulau

sehingga kelembaban udaranya relatif cukup tinggi dengan rata-rata berkisar

antara 61 persen yaitu pada bulan Agustus sampai dengan 84 persen pada bulan

Pebruari (Anonim, 2003)

Curah Hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,

keadaan orogaphi serta perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh sebab itu

jumlah curah hujan di suatu tempat beragam menurut bulan dan letak stasiun

pengamatnya. Catatan curah hujan di Kabupaten Kupang tahun 2002 ini di luar

bulan Agustus yaitu berkisar antara 3 mm pada bulan Juli dan 383 mm pada bulan

Pebruari (Anonim, 2004)

Budidaya rumput laut tidak dilakukan jika kondisi cuaca yang tidak

mendukung misalnya pada musim barat di mana curah hujan tinggi dan angin

yang bergerak kencang sehingga mengakibatkan gelombang yang tinggi.

Gelombang yang tinggi akan menyebabkan tempat budidaya rumput laut menjadi

Page 8: kabupaten kupang

37

tidak aman karena tali-tali pengikat rumput laut putus dan thallus rumput laut

patah.

4.6 Keadaan Umum Perikanan

4.6.1 Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Kupang Barat

Komoditi andalan perikanan yang saat ini telah diusahakan secara lebih

intensif oleh masyarakat yakni rumput laut. Usaha budidaya rumput laut ini mulai

mendapat antusias nelayan/pembudidaya perikanan sejak diperkenalkan cara dan

metode pembudidayaannya pada tahun 2000 yang lalu (Anonim, 2006).

Kegiatan budidaya rumput laut tersebut terus menunjukkan peningkatan

dari tahun ke tahun, sehingga saat ini diperkirakan telah terdapat lebih kurang

14.870 pembudidaya yang telah mengusahakannya. Apalagi jika dilihat dari areal

potensialnya yang cukup luas mencapai 13.857 ha, namun demikian baru sekitar

10,83 % atau 1.500 ha yang baru dimanfaatkan. Sampai tahun 2004 hasil produksi

rumput laut di kabupaten Kupang yang terdata diperkirakan oleh Dinas Perikanan

Kabupaten mencapai lebih dari 3.037,80 ton kering. Diperkirakan setiap tahunnya

lebih dari 7.000 ton kering rumput laut diproduksi kabupaten ini, sehingga saat ini

Kabupaten Kupang dikenal sebagai sentra penghasil rumput laut di Provinsi NTT

(Anonim, 2006).

Produksi rumput laut di Kecamatan Kupang Barat pada tahun 2003 adalah

939,77 ton dengan luas lahan 91,69 ha. Jenis rumput laut yang sedang

dikembangkan di Kecamatan Kupang Barat adalah jenis Eucheuma cottonii.

Budidaya rumput laut dikembangkan di beberapa lokasi antara lain desa Bolok,

Tablolong, Kuanheum, Nitneo dan Tesabela.

a. Metode Budidaya

Metode budidaya rumput laut yang digunakan adalah metode long line

dengan biaya lebih murah dan merupakan modifikasi dari rakit apung. Metode ini

meliputi komponen tali utama, tali ris, tali pengikat rumput laut, pelampung besar,

pelampung kecil (botol aqua) dan tali jangkar untuk menahan sistem pada posisi

yang tetap.

Bibit berasal dari hasil panen sendiri yang berumur sekitar 45 hari

dengan berat kira-kira 100 gram per rumpun. Setiap unit mengandung 100-200

Page 9: kabupaten kupang

38

tali dimana 1 tali pada umumnya terdiri dari 50 rumpun dengan jarak tanam 20-

30 cm. Jenis rumput laut yang ditanam adalah Eucheuma cottonii, waktu panen

sekitar 45 (sekitar 1 bulan 2 minggu) dihitung dari saat diikat (ditanam). Cara

pemanenan adalah dengan membuka tali ikatan pada masing-masing rumpun lalu

disimpan dalam perahu untuk dibawa keluar setelah itu dijemur pada tempat

jemuran (para-para).

b. Pemasaran Rumput Laut

Rumput laut yang siap dipasarkan adalah rumput laut dalam bentuk

kering. Selanjutnya petani menyimpan rumput laut tersebut di tempat

penampungan. Biasanya pemasaran dilakukan dengan dua cara yakni sebagian

hasilnya dijual langsung ke konsumen dan sebagiannya dibeli oleh pedagang

pengumpul. Konsumen biasanya mengolah rumput laut tersebut untuk dijadikan

makanan tradisional (misalnya: manisan, jelly). Sedangkan pedagang pengumpul

memiliki beberapa alternatif pilihan pemasaran yakni menjual rumput laut

tersebut kepada industri (pabrik) untuk diolah. Selain itu juga pedagang

pengumpul dapat menjualnya ke pihak eksportir maupun dapat menjual langsung

kepada konsumen. Adapun alur pemasaran rumput laut terlihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4. Alur Pemasaran Rumput Laut

4.6.2 Perikanan Tangkap

Sarana Perikanan yang mendukung perkembangan perikanan meliputi

armada dan jenis alat tangkap. Jumlah armada perikanan yang beroperasi di

Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2004 adalah 3.203 unit yang terdiri atas

Page 10: kabupaten kupang

39

1.826 unit jukung, 695 unit Perahu Tanpa Motor (PTM), 432 unit Motor Tempel

(MT) dan 250 unit Kapal Motor (KM) ukuran 5-10 GT yang tersebar pada 19

Kecamatan. Untuk kapal-kapal yang berukuran 10 GT keatas seperti jenis pole

and line terbanyak didominasi oleh para nelayan asal Makasar dengan daerah

operasi mereka di perairan Kabupaten Kupang. Alat tangkap yang digunakan oleh

nelayan Kabupaten Kupang dapat dikategorikan sebagai alat tangkap tradisional

yang umumnya digunakan adalah bagan tancap, bagan apung, purse seine, jala

lompo, gilnet, pancing/pancing tonda dan alat lainnya (Anonim, 2006).

Potensi tangkapan lestari ikan-ikan pelagis di Kabupaten Kupang 60.000

ton/thn, dengan demikian untuk meningkatkan hasil produksi tangkapan ikan

diperlukan penambahan sarana/alat tangkap dan armada kapal penangkap ikan

seperti kapal mini purse seine, pole and line, long-line, bagan serta alat-alat

tangkap lain (Anonim, 2006).

Melihat faktor-faktor pendukung seperti stok ikan yang cukup tersedia,

sarana penangkapan, jumlah armada maupun hasil produksi yang terus meningkat

dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan prasarana perikanan seperti PPI

(Pangkalan Pendaratan Ikan) adalah sangat diperlukan. Pemerintah kabupaten

Kupang merencanakan PPI di kawasan pantai Tablolong (Kecamatan Kupang

Barat), dimana lebih dikenal sebagai kawasan pariwisata pantai (Anonim, 2006).