K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status...

42
K o n d i s i U m u m RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011 II - 1 2.1 Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat terletak dibawah katulistiwa, antara 0 0 25’ – 4 0 18’ Lintang Selatan dan 124 0 0’-132 0 0’ Bujur Timur dengan batas – batas administratif wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Samudera Pasifik Sebelah Barat : Laut Seram Provinsi Maluku Sebelah Selatan : Laut Banda Provinsi Maluku Sebelah Timur : Provinsi Papua Secara administratif, Provinsi Irian Jaya Barat terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 Kota. Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50 km 2 , dimana Kabupaten Teluk Bintuni merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km 2 , sedangkan Kota Sorong merupakan daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km 2 . Gambar 2.1 : Peta Letak Geografis Provinsi Irian Jaya Barat Samudera Pasifik Laut Seram Laut Banda Provinsi Papua

Transcript of K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status...

Page 1: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 1

2.1 Fisik

2.1.1 Geografis

Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat terletak dibawah

katulistiwa, antara 00 25’ – 4

0 18’ Lintang Selatan dan 124

0 0’-132

0 0’ Bujur Timur

dengan batas – batas administratif wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Samudera Pasifik

Sebelah Barat : Laut Seram Provinsi Maluku

Sebelah Selatan : Laut Banda Provinsi Maluku

Sebelah Timur : Provinsi Papua

Secara administratif, Provinsi Irian Jaya Barat terdiri dari 8 Kabupaten dan 1

Kota. Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50 km2, dimana

Kabupaten Teluk Bintuni merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km2,

sedangkan Kota Sorong merupakan daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km2.

Gambar 2.1 : Peta Letak Geografis Provinsi Irian Jaya Barat

Samudera Pasifik

Laut Seram

Laut Banda

Provinsi Papua

Page 2: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 2

Luas masing–masing Kabupaten/Kota dan Jumlah distrik serta kampung di

Provinsi Irian Jaya Barat adalah sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 : Luas Wilayah dan Jumlah Distrik Se-Kabupaten/Kota

Jumlah No Kabupaten/Kota

Luas

Km2 Distrik Kampung Kelurahan

1 Manokwari 14.448,50 29 414 9

2 Teluk Bintuni 18.658,00 11 95 2

3 Teluk Wondama 4.996,00 7 56 -

4 Kaimana 18.500,00 7 81 1

5 Fakfak 14.32,00 9 103 5

6 Sorong Selatan 13.265,00 14 214 3

7 Sorong 18.170,00 12 105 5

8 Kota Sorong 1.105,00 5 - 22

9 Raja Ampat 11.901,00 10 85 -

Total 115.363,50 104 1153 47

Sumber: Irian Jaya Barat Dalam Angka Tahun 2006

Jumlah kampung dan kelurahan sebagaimana disajikan dalam tabel di atas,

yaitu sebanyak 1153 Kampung dan 47 Kelurahan. Sebaran kampung dan kelurahan

berdasarkan topografinya : 33,45% berada di pesisir, 15,17% berada di daerah aliran

sungai, 25% berada di lereng/punggung bukit dan 26,38% berada di dataran.

2.1.2. Iklim

Provinsi Irian Jaya Barat sebagai bagian dari pulau Papua terletak di Selatan

garis khatulistiwa yang dipengaruhi dengan iklim tropis sepanjang tahun. Hasil

pencatatan suhu udara pada stasiun yang berada di kabupaten/kota se-Provinsi Irian

Jaya Barat Tahun 2005 menunjukkan bahwa suhu rata-rata tertinggi di Kabupaten

Sorong dan Kota Sorong yaitu sebesar 27,70 ºC.

Kelembaban udara hampir merata di seluruh wilayah yakni sebesar 83,6-85

persen dimana angka terendah adalah Kabupaten Manokwari dan tertinggi di

Kabupaten Fakfak. Tekanan udara rata-rata tertinggi terjadi di Kabupaten Sorong dan

Kota Sorong sebesar 1.010,7 mbs.

Curah hujan sepanjang Tahun 2005 di beberapa wilayah di Provinsi Irian Jaya

Barat tercatat bahwa curah hujan tertinggi berada di Kabupaten Fakfak yaitu sebesar

3.209 mm, sedangkan yang terendah terjadi di Kabupaten Kaimana yang hanya

mencapai 127 mm.

2.1.3 Geologi dan Fisiografi

Pulau Papua dalam proses pembentukan tektonik lempeng, secara umum erat

kaitannya dengan posisi Indonesia dalam teori kulit bumi yang diapit oleh berbagai

formasi lempeng dari berbagai arah. Posisinya terletak di ujung paling selatan dari

lempeng Eurasia yang bergerak dari arah Barat Daya khatulistiwa kemudian

bertumbukan dengan lempeng Indo-Australia dan Pasifik di bagian Utara Pulau

Page 3: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 3

Papua. Kecepatan tumbukan kedua lempeng ini diperkirakan antara 7 - 11 cm per

tahunnya akan tetapi implikasi lanjutannya sangat luar biasa seperti yang pernah

terjadi pada tahun 1996 lalu, yaitu peristiwa Tsunami di Pantai Utara Papua yang

berdampak pada Pesisir Utara Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Manokwari.

Akibat interaksi kedua lempeng kerak bumi tersebut banyak terjadi lipatan

(pegunungan) dan patahan di daerah Papua. Bentukan patahan-patahan ini yang

menimbulkan daerah atau wilayah-wilayah yang berpotensi gempa. Secara

keseluruhan jumlah gempa bumi yang dirasakan di Papua selama tahun 2004

sebanyak 45 kali, lebih banyak dirasakan bila dibandingkan tahun sebelumnya hanya

11 kali.

Topografi wilayah Kepala Burung yang menjadi wilayah Provinsi Irian Jaya

Barat sangat bervariasi dari datar sampai bergunung – gunung dengan puncak –

puncak yang tinggi, dimana daerah lembah – lembah yang datar tersebar di sekitar

Teluk Bintuni, Isim, Prafi, Warsamson, Wosimi dan Teluk Arguni. Sementara

kelompok pegunungan dengan puncaknya yang mencapai 3000 m dpl, antara lain

Pegunungan Arfak, Pegunungan Tamrauw, Pegunungan Kumawa, Pegunungan

Fakfak dan Pegunungan Wondiboi.

Berdasarkan data Topografi dan Kemiringan Lahan, lebih dari 50% lahan di

Provinsi Irian Jaya Barat memiki prosentase kemiringan lahan lebih dari 40% atau

dikategorikan sangat curam. Dari total luas lahan, hanya 2.524.944 Ha yang potensial

dikembangkan sebagai areal permukiman.

Tabel 2.2 : Topografi Luas Kemiringan Lahan

No. Jenis Lahan Prosentase

Kemiringan (%) Luas (Ha)

1. Bergelombang 3 – 15 2.524.944

2. Curam 16 – 40 2.795.754

3. Sangat Curam >40 5.556.300

Sumber : Profil Daerah Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005

2.1.4. Ekologi

Pulau New Guinea secara administratif terbagi dalam dua wilayah, yaitu

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbagi kedalam Provinsi

Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat dan Negara Papua New Guinea. Sebagai pulau

tropis yang terbesar di dunia, Pulau New Guinea memiliki keragaman dan keunikan

ekosistem yang mengagumkan, termasuk glasier dan ekosistem alpine, hutan

berkabut, hutan hujan dataran rendah, padang rumput, hutan Mangrove, terumbu

karang dan hamparan rumput laut. Banyak spesies yang ada di New Guinea memiliki

status endemik atau secara alamiah tidak dapat ditemukan di tempat lain. Secara

keseluruhan, pulau New Guinea memiliki sedikitnya 500.000 jenis flora dan fauna.

Dari jumlah tersebut, diduga sekitar 20.000 sampai 25.000 jenis tanaman hidup di

wilayah Propinsi Papua dan Irian Jaya Barat.

Page 4: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 4

Ekosistem berkelas dunia yang ada di wilayah ini adalah ekosistem Mangrove

yang luas (260.000 Ha) di Teluk Bintuni yang merupakan salah satu yang terpenting

di dunia dan ekosistem Terumbu Karang di Raja Ampat yang sangat kaya

keanekaragaman hayatinya.

2.2. Kependudukan

Dari hasil perhitungan berdasarkan Sensus Penduduk, laju pertumbuhan

penduduk Provinsi Irian Jaya Barat selama tiga dasawarsa terakhir selalu meningkat.

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahun 1971-1980, 1980-1990 dan 1990- 2000

berturut-turut adalah 2,78%, 3,12% dan 4,01%. Pada tahun 1971 jumlah penduduk

tercatat sebanyak 221.457 jiwa, tahun 1980 meningkat menjadi 283.493 jiwa, dan

pada tahun 1990 jumlah penduduk menjadi 385.509 jiwa. Pada tahun 2000 jumlahnya

menjadi 571.107 jiwa. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk ini diperkirakan akan

terus berlangsung mengingat aktivitas kegiatan ekonomi dan pemekaran wilayah yang

ada saat ini.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2005 jumlah penduduk

tercatat sebesar 651.958 jiwa., terdiri dari 343. 920 jiwa penduduk laki-laki dan

308.038 jiwa penduduk perempuan. Bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka

kepadatan penduduk 6 jiwa per km dengan rata-rata 4 anggota setiap rumah tangga.

Dari persebaran penduduk, Kota Sorong mempunyai kepadatan penduduk yang

sangat mencolok dibandingkan dengan kabupaten lainnya yakni 137 jiwa per km² dan

yang paling sedikit adalah Kabupaten Kaimana 2 jiwa per km².

Tabel 2.3 : Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km² dan per Rumah Tangga

Menurut Kabupaten/Kota

Jumlah

Kepadatan

Penduduk

Kabupaten/Kota

Luas

Wilayah

Penduduk Rumah

tangga

Per km² Per Rumah

tangga

Fakfak 14.320 59.773 14.943 4 4

Kaimana 18.500 37.649 9.412 2 4

Teluk Wondama 4.996 20.698 5.174 4 4

Teluk Bintuni 18.658 48.079 12.020 3 4

Manokwari 14.448,50 154.421 38.605 11 4

Sorong Selatan 13.265 55.001 11.000 4 5

Kabupaten Sorong 18.170 88.259 22.065 5 4

Raja Ampat 11.901 37.018 9.254 3 4

Sorong 1.105 151.060 37.765 137 4

Total 115.363,50 651.958 162.990 6 4

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat 2006

2.3. Tenaga Kerja

Permasalahan mengenai ketenagakerjaan selalu menjadi pokok masalah yang

dihadapi daerah, apalagi bagi Provinsi Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru.

Persoalan utama ketenagakerjaan adalah masih rendahnya penyediaan lapangan kerja

dan minimnya tenaga terampil yang dibutuhkan oleh pasar kerja, akibat tingkat

Page 5: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 5

pendidikan yang rendah. Sementara itu, terjadi pergeseran pekerjaan dari sektor

tradisional menjadi modern terjadi di Provinsi Irian Jaya Barat juga menjadi persoalan

yang harus dihadapi Provinsi Irian Jaya Barat saat ini. Secara keseluruhan alih

pekerjaan dan program pembangunan ekonomi ini belum didukung sepenuhnya oleh

kualitas sumber daya manusia yang memadai, sehingga masih terjadi pengangguran di

seluruh wilayah.

a. Usia Kerja

Data usia kerja, yakni penduduk berusia 15 tahun ke atas disebut penduduk

usia kerja Tahun 2005 mencapai 405.747 (63%) dari total jumlah penduduk. Untuk

penduduk usia kerja yang tertinggi terkonsentrasi di kelompok umur 25-29 tahun

yaitu sebesar 61.968 orang. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kota/kabupaten,

Kabupaten Manokwari jumlah penduduk usia kerja paling banyak dibandingkan kota

lainnya, yaitu sebanyak 98.413 orang. Kemudian terbanyak kedua adalah Kota

Sorong, sebanyak 86.274 orang.

Dari total Angkatan Kerja di Provinsi Irian Jaya Barat yang paling tinggi ada

di Kabupaten Manokwari, sebesar 46.312 orang (24,07%) untuk laki-laki dan

sebanyak 25.917 orang (25,90%) untuk perempuan.

b. Penduduk Bekerja Menurut Usia Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk bekerja paling banyak merupakan

tamatan SD ke bawah, yaitu sebesar 69,21%. Bahkan untuk perempuan yang bekerja

yang berpendidikan SD ke bawah sangat tinggi, yaitu sebesar 82%. Penduduk yang

bekerja dengan pendidikan S1 ke atas hanya 2,1%. Hal ini menunjukkan bahwa

kualitas Sumber Daya Manusia Irian Jaya Barat sangat rendah dan sulit memperoleh

kesempatan dan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan di sektor-sektor modern.

c. Pengangguran

Pengangguran meliputi empat kelompok, yakni penduduk yang sedang

mencari pekerjaan; mempersiapkan suatu usaha; merasa tidak mungkin mendapat

pekerjaan; sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Berdasarkan data BPS

Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006, total jumlah pengangguran di Provinsi Irian

Jaya Barat sebesar 32.583 orang, yang terdiri dari 13.333 laki-laki dan 19.250

perempuan.

Page 6: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 6

Gambar 2.2 : Persentase Penduduk Yang Bekerja Dirinci Menurut Tingkat

Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

SD

Kebawah

SLTP

SMU & SMK

D1 / II / III

S1 Keatas

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

2.4 Pemberdayaan Perempuan

Kesetaraan dan Keadilan Gender sudah menjadi isu yang sangat penting dan

sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia sehingga

seluruh negara menjadi terikat dan harus melaksanakan komitmen tersebut.

Perempuan merupakan sumberdaya pembangunan yang cukup besar. Partisipasi aktif

perempuan dalam setiap proses pembangunan akan mempercepat tercapainya tujuan

pembangunan. Kurang berperannya kaum perempuan, akan memperlambat proses

pembangunan atau bahkan perempuan dapat menjadi beban pembangunan itu sendiri.

Kenyataannya dalam aspek pembangunan, tidak hanya di propinsi Irian Jaya

Barat saja, perempuan kurang dapat berperan aktif. Hal ini disebabkan karena kondisi

dan posisi perempuan yang kurang menguntungkan dibanding laki-laki, baik dalam

lingkup keluarga maupun lingkungan sosial yang lebih luas. Nilai adat yang belum

berpihak pada perempuan adalah salah satu kendala bagi kemajuan perempuan di

Irian Jaya Barat. Akibatnya peluang dan kesempatan perempuan masih sangat terbatas

dalam mengakses dan mengontrol sumber daya pembangunan, juga rendahnya tingkat

pendidikan. Dari data BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006, terlihat bahwa

perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD kebawah adalah paling

banyak, sebesar 82%. Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan

perempuan di Provinsi Irian Jaya Barat.

2.5 Sosial Budaya

2.5.1. Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat di wilayah ini tergolong terendah dibandingkan

dengan wilayah lainnya di Indonesia. Tingginya angka kemiskinan merupakan faktor

penyebab rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Paling serius dari risiko kesehatan

tersebut adalah angka kesakitan yang tinggi, seperti penyakit menular dan penyakit

yang berhubungan dengan sanitasi, seperti malaria, tuberkulosis, dan diare.

Page 7: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 7

Disamping malaria dan tuberkulosis yang ditemukan secara luas di banyak

wilayah, ancaman HIV/AIDS menyebar di seluruh bagian wilayah ini. Perkiraan

jumlah tingkat infeksi di Papua pada umumnya mungkin merupakan yang tertinggi di

Indonesia, akibat kombinasi faktor-faktor yang terkait dengan rendahnya tingkat

kesehatan dan pendidikan, prevalensi norma dan praktek sosial serta jumlah pekerja

yang berpindah-pindah.

Tabel 2.4 : Fasilitas Sarana Kesehatan di Provinsi Irian Jaya Barat

Menurut Jenis Kepemilikan

No. Jenis Sarana Jumlah (Unit)

1. Balai Pengobatan (Klinik) 76

Puskesmas Induk 78

Puskesmas Pembantu 297

2.

Puskesmas Keliling (darat & laut) 74

Rumah Sakit Umum Kelas C 4

Rumah Sakit Umum Angkatan Darat 2

Rumah Sakit Umum Angkatan Laut 2

3.

Rumah Sakit Umum Swasta 12

Sarana Alat Kesehatan Apotek 41

Sarana Alat Kesehatan Pedagang Besar Farmasi (PBF) 10

Sarana Alat Kesehatan Gudang Farmasi 9

4.

Sarana Alat Kesehatan Jumlah Klinik KB 196

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

2.5.2 Kemiskinan

BPS Provinsi Irian Jaya Barat telah melakukan berbagai studi untuk

menentukan kriteria rumah tangga miskin di Provinsi Irian Jaya Barat. Definisi

Rumah tangga miskin dalam hal ini adalah rumah tangga yang memenuhi 9 atau lebih

dari 14 variabel yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah

rumah tangga miskin di Provinsi Irian Jaya Barat sebesar 128.156 atau 75,4% dari

170.049 rumah tangga.

Jumlah rumah tangga miskin terbanyak berada di Kabupaten Manokwari

(43.773 rumah tangga) dan terendah berada di Kabupaten Teluk Wondama (3.778

rumah tangga).

Page 8: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 8

SMTP (18.3%)

SMTA Kejuruan

(4.87%)

SMTA (12.23%)

S1 (1.83%)

D3 (0.6%)

D1/D2 (0.6%)

SD (35.88%)

Tidak Tamat SD

(19.6%)

Tidak/Belum

pernah sekolah,

(6.05%)

Tabel 2.5 : Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin di Provinsi Irian Jaya

Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2005/2006

Kabupaten/Kota

Jumlah Rumah

Tangga

Jumlah Rumah

Tangga Miskin

% Rumah

Tangga Miskin

Fakfak 15.272 11.379 74.51

Kaimana 9.311 6.978 74.94

Teluk Wondama 4.052 3.778 93.24

Teluk Bintuni 9.406 8.980 95.47

Manokwari 56.160 43.773 77.94

Sorong Selatan 12.719 11.856 93.21

Sorong 18.647 15.802 84.74

Raja Ampat 6.823 6.259 91.73

Kota Sorong 37.659 19.351 51.38

Irian Jaya Barat 170.049 128.156 75.36

Sumber : BPS 2005 IJB

2.5.3 Pendidikan

a. Tingkat Pendidikan Penduduk

Mayoritas tingkat pendidikan penduduk Provinsi Irian Jaya Barat masih

tergolong rendah. Hal ini tercermin dari komposisi persentase pendidikan tertinggi

yang ditamatkan oleh penduduk di Irian Jaya Barat terbanyak adalah Sekolah Dasar

sebanyak 35,88%. Sedangkan masyarakat yang sama sekali tidak berpendidikan dan

yang tidak tamat SD masih cukup besar persentasenya.

Gambar 2.3 : Persentase Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk

Berumur 10 Tahun Keatas di Provinsi Irian Jaya Barat Pada

Tahun 2004

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

Page 9: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 9

b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Tingkatan atau Level IPM dapat menggambarkan serta menyatakan kemajuan

suatu daerah relatif terhadap daerah lain. IPM mencakup aspek pembangunan manusia

meliputi Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah dan

Rata-rata Pengeluaran Riil. IPM bisa juga memberikan gambaran komprehensif

mengenai upaya pembangunan yang dilakukan khususnya dampak kinerja

pembangunan manusia.

Dibandingkan provinsi lain di Indonesia, peringkat IPM Provinsi Irian Jaya

Barat adalah berada pada urutan 30 dari 33 provinsi pada Tahun 2004, sedangkan bila

dilihat berdasarkan peringkat kinerja, Provinsi Irian Jaya Barat menunjukkan kinerja

pencapaian pembangunan manusia semakin membaik, hal ini terlihat dari hampir

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Irian Jaya Barat menunjukkan adanya kemajuan

yang ditunjukkan oleh IPM yang meningkat.

Status IPM Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005 adalah 64,8 meningkat dari

63,7 pada tahun 2004. Peningkatan tersebut tidak berpengaruh pada status

pembangunan manusia yang tetap pada tingkatan menengah bawah baik Tahun 2004

maupun Tahun 2005.

Tabel 2.6 : Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Irian Jaya

Barat Tahun 2004-2005

IPM Peringkat Provinsi/Kab

di Nasional

Provinsi/Kabupaten/Kota

2004 2005 2004 2005

Fakfak 67,5 67,7 247 264

Kaimana 65,8 66,9 315 304

Teluk Wondama 58,8 60,1 426 423

Teluk Bintuni 59,8 60,0 422 424

Manokwari 60,7 60,9 414 420

Sorong Selatan 61,9 63,1 404 404

Sorong 64,6 65,5 352 354

Raja Ampat 59,8 60,9 421 419

Kota Sorong 73,9 74,3 38 41

Irian Jaya Barat 63,7 64,8 30 30

Sumber: BPS Pusat Tahun 2006

2.5.4 Nilai Adat dan Hak Ulayat

Pada garis besarnya penguasaan tanah di Papua cukup dominan ditangan

masyarakat adat. Dalam penguasaan tanah adat, esensi pokoknya menunjukan adanya

pertalian hidup antara masyarakat adat dengan tanah. Kekuasaan penguasa adat

demikian berpengaruh dan menentukan, sehingga masyarakat adat hanya dapat

memanfaatkan tanah yang sifatnya sementara atau sewaktu-waktu dapat diambil

kembali oleh penguasa adat.

Page 10: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 10

Kita harus memahami masalah pertanahan dan masa depan. Persepsi mengenai tanah

di Papua adalah bahwa

• Setiap anak yang belum lahir mempunyai hak atas tanah yang telah dijual.

Cara berpikir ini masih sulit diterima oleh pendatang.

• Tidak ada istilah jual beli tanah. Yang ada, silakan boleh pakai, tapi jika tidak

digunakan lagi, tanah harus diserahkan ke masyarakat adat.

Oleh karena itu, harus ada penyelesaian hak ulayat dulu dengan jaminan hukum

yang pasti, sehingga masyarakat bisa terlibat dalam pembangunan. Hal yang paling

urgent perlu dilakukan adalah mengatasi bagaimana membuat hak pengelolaan tanah

ulayat. Permen Agraria 1999, memberikan pengakuan terhadap hak ulayat, tapi tidak

pernah diberlakukan. Jadi Permenag itu tidak cukup, Permenag perlu ditingkatkan

menjadi PP atau UU. Terkait dengan persoalan Tata Ruang, harus ada jaminan

kepastian hukum dulu untuk masyarakat serta sesuai dengan apa yang mereka

pikirkan.

2.6 Politik

Perkembangan politik di Provinsi Irian Jaya Barat pasca pelantikan gubernur

dan wakil gubernur definitif hasil Pilkada Tahun 2006 menunjukan dimulainya suatu

babak baru kehidupan demokrasi yang dinamis dimasa depan. Dengan modal

demokrasi seperi ini diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang timbul.

Walaupun masih terdapat berbagai kendalah tetapi dengan mengedepankan peran

semua elemen masyarakat pemecahan masalah tetap dapat dicapai. Disamping itu

kegiatan yang menjurus kepada separatis sedikit demi sedikit untuk ditiadakan dengan

pendekatan yang berbasis masyarakat.

Kondisi politik yang sedang berjalan ini perlu dijaga dan ditumbuhkembangkan

yang dimulai dari lapisan bawah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

disegala bidang kehidupan dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan didalam

pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Dengan telah

definitifnya provinsi, maka organisasi politik dan kemasyarakatan mulai membentuk

dan membenahi dirinya dalam rangka menampung dan mewadahi aspirasi politik dan

pemberdayaan masyarakat. Kondisi politik untuk mendatang cukup baik dengan

melibatkan partisipasi masyarakat dengan menjalin adanya komunikasi dan

koordinasi politik dan memantapkan budaya politik serta wawasan kebangsaaan yang

dimulai dari lapisan bawah dalam berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian adanya kelembagaan yang terkonsolidasi dengan baik

merupakan indikasi pemerintah mendatang akan memiliki kapasitas dalam

melaksanakan agenda demokrasi di Provinsi Irian Jaya Barat. Keberhasilan demokrasi

tersebut akan menopang pilar politik di Provinsi Irian Jaya Barat dengan berbagai

kegiatan pemerintahan dapat dilaksanakan serta semua aturan akan dapat dipatuhi

untuk memperkuat sendi-sendi berbangsa dan bernegara.

Ada 3 (tiga) Lembaga formal yang bertanggung jawab terhadap kebijakan politik

yaitu Lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Keberadaan Lembaga – lembaga

formal ini di Provinsi Irian Jaya Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 11: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 11

Tabel 2.7 : Lembaga - Lembaga Formal di Provinsi Irian Jaya Barat

No. Nama Lembaga Jumlah

1. Legislatif 4

2. Eksekutif 4

Yudikatif :

a. Kejaksaan Negeri 4

b. Pengadilan Negeri Kelas I b 2

3.

c. Pengadilan Kelas Ib 1

Sumber : Profil Daerah Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005

2.7 Keamananan dan Ketertiban Wilayah

Kondisi Provinsi Irian Jaya Barat akan bervariasi, kemajemukan suku menonjol

serta pola tradisional yang cukup kuat, memerlukan sistem keamanan dan ketertiban

wilayah yang khusus pula. Penanganan keamananan dan ketertiban masyarakat baik

di kota, pesisir, pedalaman. Sehingga apa yang dilaksanakan tidak saling benturan

tetapi keamanan dan ketertiban tetap terpelihara. Dengan tertangani berbagai masalah

keamanan dan ketertiban wilayah dengan baik dan tidak menimbulkan gejolak maka

merupakan modal dasar dalam pembangunan pemerintahan dan pembinaan

kemansyarakatan, sehingga mewujudkan keamanan dan ketertiban wilayah yang

berbasis kepada rakyat sangat diperlukan untuk ikut rasa memiliki wilayah dan rasa

tanggung jawab bersama.

Untuk lebih memantapkan keamanan dan ketertiban wilayah untuk dapat

diaktifkan kepolisian daerah (Polda) persiapan serta lembaga penegakan hukum

lainnya. Keamanan dan ketertiban wilayah yang kondusif karena adanya kerja sama

dan koordinasi yang mantap maka pembangunan di segala bidang kehidupan dapat

dilaksanakan. Semua elemen masyarakat mempunyai tanggung jawab bersama

terhadap keamanan dan ketertiban wilayah, ini perlu dipacu secara terus menerus

sehingga cegah dini (early warning) dapat dilaksanakan oleh masyarakat yang paling

bawah untuk ditindaklanjuti.

2.8 Sumber Daya Alam

2.8.1 Pertambangan

Secara geologis wilayah ini dimungkinkan adanya potensi mineral yang

berlimpah. Penyebaran mineral tidak merata karena tidak meratanya penyebaran jenis

batuan. Dengan mengetahui informasi geologi, diperkirakan mineral tersebar di

wilayah ini, namun belum dapat ditentukan besaran secara kuantitatif mengenai

cadangan mineral tersebut secara pasti.

Jenis pertambangan dan energi yang terdapat di Provinsi Irian Jaya Barat yang

telah dan dan akan segera diekploitasi terdiri dari Minyak dan Gas Bumi, terdapat di

Page 12: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 12

wilayah Kabupaten Sorong, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten-Kabupaten

lainnya di Provinsi Irian Jaya Barat termasuk Gas Bumi (LNG Tangguh) yang akan

segera melakukan produksi di Kabupaten Teluk Bintuni.

Potensi bahan tambang yang siap dieksploitasi antara lain batu bara, emas,

uranium, senk dan tembaga serta batu kapur, granit dan pasir kuarsa. Potensi minyak

dan gas alam terdapat di Kabupaten Sorong dan Kabupaten Teluk Bintuni. Potensi ini

yang terbesar adalah di Distrik Merdey, Aranday dan Babo dengan Cadangan Minyak

Bumi sebesar 20 TB dan Gas Bumi (LNG) 14 TCF. Potensi minyak yang terdapat di

Kabupaten Sorong dan Teluk Bintuni merupakan komoditas unggulan Provinsi Irian

Jaya Barat yang saat ini sedang dieksploitasi. Selain itu terdapat potensi terpendam

lainnya yang telah diekspolitasi namun belum dieksporasi dalam waktu dekat seperti

bahan galian Nikel di Kabupaten Raja Ampat dan dan Mangan di Kabupaten Fakfak

dan Kabupaten Kaimana.

Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi tahun 2006, Provinsi Irian

Jaya Barat memiliki potensi tambang yang tersebar di kabupaten/kota se provinsi Irian

Jaya Barat. Potensi tambang antara lain :

1. Manokwari

Bahan Galian Strategis : Timah, Senk dan Tembaga, Emas.

Bahan Galian Golongan C : Batu Gamping, Lempung, Pasir Batu, Granit, Pasir

Kuarsa, Diorit, Batu Gunung Api.

2. Teluk Bintuni

Bahan Galian Strategis : Minyak dan Gas Bumi, Batubara, Mika

3. Teluk Wondama: Mika, Batu Gamping

4. Raja Ampat: Cobalt, Tembaga, Nikel, Mangan, Batubara, Fosfat

5. Sorong Selatan

Minyak & Gas bumi, Batu gamping, Emas, Pospat, Zink, Marmer dan Bahan

Baku Semen

6. Kabupaten Sorong

Tembaga, Emas, Tanah Hitam, Batubara, Kromit

7. Fakfak

Mangan, Pasir Kuarsa, Batu gamping, Emas, Batubara.

2.8.2 Kehutanan

Luas kawasan hutan di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005 tercatat seluas

9.769.686,81 Ha. Berdasarkan fungsinya, hutan di Provinsi Irian Jaya Barat terdiri

dari Hutan Produksi, Hutan Produksi tetap, Hutan Produksi Konversi, Hutan

PPA/KSA, Hutan Lindung dan Areal Penggunaan Lain.

Page 13: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 13

Gambar 2.4 Pembagian Areal Hutan Menurut Fungsinya

Hutan Produksi

Tetap

1,866,280

(19%)

Hutan Produksi

1,847,243

(19%)

Hutan

PPA/KSA

1,751,648

(18%)

Hutan Lindung

1,648,277

(17%)

Areal

Penggunaaan

Lain 342,087

(4%)

Hutan Produksi

Konversi

2,314,144

(23%)

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

Pengelolaan hutan dilakukan melalui Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan

Hutan Tanaman Industri (HTI). Berdasarkan data Dinas Provinsi Irian Jaya Barat

Tahun 2006, Jumlah HPH dan HTI di Provinsi Irian Jaya Barat adalah 29

perusahaan, dan 6 perusahaan diantaranya berstatus tidak aktif. Jatah Produksi

Tahunan yakni Luas total penebangan sebesar 64.707 Ha dengan jumlah volume

produksi per tahun sebesar 1.456.065 m³. Jenis kayu yang diproduksi di Provinsi

Irian Jaya Barat adalah Merbau, Matoa, Nyatoh, Pulai, Mersawa, Resak, Medang,

Bitangur, Gaharu dan non kayu seperti rotan, damar, kulit masohi, kulit lawang dan

lain-lain, dengan negara-negara tujuan ekspor antara lain Jepang, Malaysia dan Korea.

Potensi kayu terbesar di Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Fakfak, Kabupaten

Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Kaimana.

Sementara untuk kepentingan konservasi di Provinsi Irian Jaya Barat, data

tentang kawasan konservasi yang telah ditetapkan terdiri dari 4 kawasan yaitu Cagar

Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Wisata, dan Taman Nasional. Sebanyak 16 Cagar

Alam terdapat di Provinsi Irian Jaya Barat dengan total luas kawasan seluas

1.808.482 Ha, sedangkan Suaka Marga Satwa ada 3 Kawasan dengan total seluruh

kawasan Marga Satwa seluas 65.170,53 Ha.

2.8.3 Perikanan

Potensi perikanan di Provinsi Irian Jaya Barat cukup besar dan beraneka ragam

terutama ikan permukaan dan ikan dasar. Perikanan memberikan andil terbesar dalam

ekspor di Provinsi Irian Jaya Barat yang dihasilkan oleh Ikan Beku Campuran, yakni

sebesar 65,4% dan Udang Beku 27,2%. Bagi nelayan, pemanfaatan sumberdaya

perikanan bermuara pada peningkatan pendapatan nelayan serta penerimaan devisa

negara.

Page 14: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 14

Tabel 2.8 Jenis, Lokasi Penyebaran Hasil Perikanan Provinsi Irian Jaya

Barat tahun 2003

No Jenis Ikan Lokasi Penyebaran

1. Ikan Tuna

2. Ikan Pelagis

3. Teripang

4. Bialola

5. Udang Lobster

6. Udang, kepiting dan Sirip Hiu

Sorong, Waigeo Utara,

Waigeo Selatan, Kepulauan

Raja Ampat, Teluk Bintuni,

Fakfak dan Kaimana.

Sumber : Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003

Beberapa perusahaan perikanan yang beroperasi dalam wilayah Provinsi Irian

Jaya Barat menurut jenis komoditi dan negara tujuan ekspor dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 2.9 Perusahaan Perikanan yang beroperasi menurut Jenis Komoditi

dan Negara Tujuan Ekspor di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun

2003

No Eksport Komoditi Negara

Tujuan

1 PT. Citra Raja Ampat Canning

2 PT. Mutiara

3 PT. WIF

4 PT. Jerman Aru

5 PT. Bintuni Mina Karya Argo

6 PT. Inter Galaxi Delta Fisheries

7 PT. Alsum Prakarsa Co

8 PT. Avona Mina Lestari

Ikan Tuna,

Udang, Lobster,

Bialola dan

Teripang

Jepang,

Korea,

Philipina dan

Malaysia

Sumber : Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003

Tabel 2.10 Nilai Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Di Provinsi

Irian Jaya Barat Tahun 2003

Jenis Ikan Produksi (Ton) Persentase (%)

Ikan 164.074.190 25,65

Hewan Kulit Keras 473.064.000 73,95

Hewan Kulit Lunak 2.488.900 0,40

Jumlah 639.627.090 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003

Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi perikanan terbesar di

Provinsi Irian Jaya Barat disumbangkan oleh hewan laut yang berkulit keras, seperti

kepiting dan udang yakni sebesar 473.064.000 ton atau 73,95%. Jumlah ini

memberikan indikasi bahwa potensi udang dan kepiting di Provinsi Irian Jaya Barat

cukup besar.

Page 15: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 15

2.9 Perekonomian Wilayah

Perekonomian wilayah menggambarkan indikasi makro ekonomi yang

digunakan dalam menyusun rencana pengembangan ekonomi suatu daerah dan

mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan. Informasi mengenai

gambaran makro ekonomi daerah digambarkan oleh data pendapatan regional. Dari

data ini, dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, pendapatan per kapita,

struktur perekonomian daerah, tingkat inflasi dan deflasi.

2.9.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan hasil kegiatan ekonomi

dari seluruh unit ekonomi yang dihasilkan suatu daerah tanpa mengikutkan faktor-

faktor produksi. Penyajian data PDRB terdiri dari dua jenis yaitu 1) PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku, yakni jumlah nilai barang dan jasa/pendapatan/pengeluaran yang

dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun bersangkutan. 2) PDRB Atas Harga

Konstan, yakni jumlah nilai barang dan jasa/pendapatan/pengeluaran yang dinilai atas

harga tetap (konstan) pada tahun tertentu/harga dasar (Tahun 2000).

Perekonomian Provinsi Irian Jaya Barat selama tahun 2005 menunjukkan

pertumbuhan positif apabila dibandingkan pada tahun 2004. Pada tahun 2005,

besaran PDRB (dengan Migas) Atas Dasar Harga Berlaku yang tercipta adalah

sebesar 7,9 trilliun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang sebesar 6,57

trilliun rupiah. Sejak tahun dasar 2000, besaran nilai tersebut selalu meningkat setiap

tahunnya. Sampai tahun 2005, perkembangan nilai tambah PDRB tersebut telah

mencapai hampir dua kali lipat dari tahun 2000. Sedangkan perkembangan PDRB

Atas Harga Konstan Tahun 2000 sebesar 5,3 Triliun rupiah mengalami peningkatan

dari tahun 2004 yang besarnya 4,97 Triliun rupiah. Sejak tahun dasar 2000 sampai

pada tahun 2005, nilai PDRB Atas Harga Konstan 2000 telah berkembang 1,3 kali

lipat.

Analisa PDRB tanpa Migas dilakukan dengan mengeliminir Sub sektor

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi serta Sektor Industri Pengolahan dengan Sub

Sektor Pengolahan Gas dan Minyak Bumi. Hal ini dilakukan, mengingat hasil migas

yang dihasilkan oleh daerah-daerah Provinsi di Indonesia secara nasional sangat

berpengaruh terhadap nilai Produk Domestik Brutto. Dari hasil perhitungan yang

dilakukan oleh BPS Provinsi Irian Jaya Barat, nampak bahwa pertumbuhan ekonomi

riil Provinsi Irian Jaya Barat adalah sebesar 6,74%, lebih melambat bila

dibandingkan Tahun 2004 yang mencapai 7,39%.

Besarnya sumbangan Migas terhadap pembentukan perekonomian Provinsi

Irian Jaya Barat hingga melebihi 20% tentu saja sangat mempengaruhi perekonomian

Provinsi Irian Jaya Barat secara menyeluruh. Selisih antara PDRB Provinsi Irian Jaya

Barat Tanpa Migas dan Dengan Migas berdasarkan Harga Berlaku mencapai 1 Triliun

setiap tahunnya.

Apabila mengamati pertumbuhan PDRB sektoral Provinsi Irian Jaya Barat dari

sektor-sektor yang membentuk pertumbuhan ekonomi Provinsi Irian Jaya Barat, maka

dapat diketahui bahwa sektor yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada

Page 16: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 16

tahun 2005 adalah sektor-sektor Jasa yaitu sebesar 13,19% yang mengalami

peningkatan dari tahun 2004 yang hanya 7,6%. Pertumbuhan tertinggi kedua setelah

Sektor Jasa-Jasa adalah Sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 12,75% meningkat

dari tahun 2004 yang hanya sebesar 10,13%. Sementara di urutan ketiga tertinggi

adalah Sektor Bangunan yaitu 12,33% lebih tinggi dari tahun 2004 yang hanya

sebesar 6,26%. Dari kesembilan sektor di atas, hanya sektor Pertanian, Industri

Pengolahan dan Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan yang pertumbuhan

ekonominya melambat pada tahun 2005.

Gambar 2.5 Perkembangan PDRB (Dengan Migas)

Tahun 2000-2005

0

50

100

150

200

250

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Perkembangan PDRB

(dalam%)

ADH Berlaku

ADH Konstan 2000

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

Tabel 2.11

Pertumbuhan PDRB Provinsi Irian Jaya Barat

(Tanpa Migas) Tahun 2000-2005

Tahun ADH Berlaku ADH Konstan

2001 9,49 3,34

2002 10,69 5,07

2003 15,83 7,68

2004 18,38 7,39

2005 20,17 6,74

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

2.9.2 Pertumbuhan PDRB Perkapita

PDRB Perkapita merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat

digunakan untuk membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah

lainnya. PDRB Perkapita diperoleh dari hasil pembagian besaran nilai PDRB atas

dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang

bersangkutan. Jadi besaran PDRB Perkapita sangat tergantung dari besaran PDRB

yang terbentuk dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.

Nilai PDRB Perkapita Provinsi Irian Jaya Barat yang dihasilkan sebesar 12,29

Juta Rupiah, mengalami peningkatan sebesar 14,16% dari tahun 2004 yang hanya

sebesar 10,77 Juta Rupiah. Selama kurun waktu lima tahun, sejak tahun 2000 nilai

PDRB Perkapita Provinsi Irian Jaya Barat terus mengalami pertumbuhan yang

Page 17: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 17

melambat tahun 2004. Tingginya angka PDRB per kapita jelas bukan mencerminkan

tingkat kemakmuran penduduk Provinsi Irian Jaya Barat mengingat tingginya angka

kemiskinan penduduk di wilayah ini.

2.9.3 Pertumbuhan Tenaga Kerja

Secara umum, pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang ditunjukkan dengan

tingkat pertumbuhan PDRB senantiasa akan diukur dengan tingkat pertumbuhan

tenaga kerjanya. Begitu pun yang terjadi apabila kita mengamati tingkat pertumbuhan

tersebut melalui sektor-sektor yang membentuknya.

Namun apabila dicermati secara mendalam, justru yang terjadi adalah

pertumbuhan tenaga kerja bertolak belakang dengan pertumbuhan PDRB. Sungguh

merupakan fenomena yang sangat unik. Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Irian

Jaya Barat yang tinggi ternyata tidak diimbangi oleh pertumbuhan sektor tenaga kerja.

Bila pertumbuhan PDRB didominasi oleh sektor-sektor Jasa, Angkutan dan

Komunikasi serta Sektor Bangunan (masing-masing sebesar 13,19%, 12,75% dan

12,33%), namun pertumbuhan tenaga kerja didominasi oleh sektor Pertanian, Jasa dan

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masing-masing 71,07%, 8,51% dan 8,47%.

Tingginya pertumbuhan PDRB pada sektor Jasa sebesar 13,19% ternyata

hanya diimbangi oleh jumlah tenaga kerja sebesar 8,51% saja. Begitu pula dengan

sektor PDRB lainnya yang cukup mendominasi pertumbuhan ekonomi Provinsi Irian

Jaya Barat seperti Sektor Angkutan dan Komunikasi yang mendominasi sebesar

12,75% hanya diimbangi oleh jumlah tenaga kerja sebesar 4,33% dan juga Sektor

Bangunan yang mendominasi sebesar 12,33% ternyata hanya diimbangi oleh jumlah

tenaga kerja sebesar 3,41%. Di sisi lain, tingginya jumlah tenaga kerja tanpa

diimbangi oleh tersedianya lapangan usaha yang membentuk pertumbuhan ekonomi

justru akan mengakibatkan jumlah pengangguran pada sektor pertanian sebesar 71,1%

sementara pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor Pertanian hanya sebesar 2,1%

sungguh sangat ironis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Irian

Jaya Barat ke depan.

Page 18: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 18

Gambar 2.6 Persentase PDRB dan Mata Pencaharian Menurut Sektor

Ekonomi di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

PDRB

TENAGA KERJA

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

2.9.4 Struktur Perekonomian Daerah

Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya

sumbangan atau peranan masing-masing sektor ekonomi dalam membentuk nilai

tambah PDRB. Dari struktur perekonomian tersebut diketahui corak perekonomian

daerah ini. Sektor Pertanian di Provinsi Irian Jaya Barat didominasi dari Sektor

Kehutanan dan Perikanan mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang besar

bagi perekonomiannya. Hasil di Sektor Pertanian sangat besar pengaruhnya tehadap

penciptaan nilai tambah PDRB Provinsi Irian Jaya Barat, walaupun sejak tahun 2001

peranannya terus mengalami penurunan hingga 27,24% pada Tahun 2005

Page 19: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 19

Berikut ini adalah tabel mengenai kontribusi 9 sektor ekonomi terhadap PDRB

Provinsi Irian Jaya Barat.

Gambar 2.7 Kontribusi Masing-Masing Sektor Ekonomi Terhadap PDRB

Sumber : BPS Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005

2.10 Keuangan Daerah

Peranan keuangan daerah dalam pembangunan adalah sangat vital. Daerah

otonomi yang ideal memiliki ciri utama yaitu harus memiliki kewenangan dan

kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, dan menggunakan

keuangan sendiri yang cukup untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan

daerahnya. Struktur Anggaran pendapatan daerah Provinsi Irian Jaya Barat terdiri dari

Dana DAU, Dana Dekonsentrasi, Dana Alokasi Khusus dan Dana Reboisasi, dan

Dana Otonomi Khusus dimana jumlah DAU masih mendominasi.

Besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Irian Jaya Barat

menunjukkan bahwa ketergantungan kepada bantuan pusat masih sangat besar dan

belum sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Optimalisasi sumber-sumber PAD perlu

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan daerah. Dalam hal ini Provinsi Irian Jaya

Barat dituntut agar dapat memperluas sumber atau obyek pendapatan baru. Sebagai

daerah otonom justru seharusnya PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus

menjadi bagian sumber keuangan terbesar.

Pertamb. &

Penggalian

19%Industri Pengolahan

19%

Listrik & Air Bersih

0%

Bangunan

7%

Perdag, Hotel &

Restoran

10%

Pertanian

29%Angkutan &

Komunikasi

6%

Keuangan,

Persew aan & Jasa

Perusahaan

2%

Jasa - jasa

8%

Page 20: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 20

2.11 Transportasi dan Komunikasi

a. Transportasi Darat

Saat ini, perhubungan antar wilayah Kabupaten di Provinsi Irian Jaya Barat

secara efektif melalui hubungan udara dan kapal laut. Perhubungan darat, kendatipun

masih sangat terbatas sampai dengan Tahun 2006. Status serta kondisi beberapa ruas

jalan yang terdapat di wilayah Provinsi Irian Jaya Barat sebagai berikut:

1. Jalur Manokwari - Maruni - Prafi - Kebar - Snopy - Ayawasi - Kambuaya -

Klamono-Sorong dengan status Jalan Nasional sepanjang 546 Km, dengan

kondisi 144 Km aspal, 332 Km kerikil dan 70 Km belum terbangun.

2. Manokwari - Maruni - Oransbari - Ransiki - Mameh - Bintuni yang

merupakan kombinasi ruas Nasional dan Provinsi sepanjang 253,4 Km telah

terbangun dengan kondisi 140 Km aspal, tanah 113,4 Km.

3. Ruas Mameh-Windesi- Ambaruni-Rasie dan Wasior dengan status jalan

Nasional dan Provinsi sepanjang 346 km dalam kondisi kerikil 14 Km, tanah

20 Km dan belum terbangun 312 km.

4. Windesi- Bourof- Wondama- Tanggaruni dan Kaimana sepanjang 181 km

berstatus Nasional dan Provinsi sepanjang 181 km dengan kondisi 17,6 aspal,

23,4 kerikil, 20 km tanah dan belum terbangun 150 km.

5. Bourof- Bufer- Bomberay dan Fakfak dengan status Nasional dan Provinsi

sepanjang 311 Km terdiri dari 52,5 km aspal, 87,5 jalan kerikil, jalan tanah 21

km, serta 150 km belum terbangun.

6. Kambuaya - Teminabuan berstatus Jalan Provinsi sepanjang 54 km dengan

kondisi 33 km aspal, kerikil 21 km.

7. Sorong - Makbon - Mega - Sausapor merupakan Jalan berstatus Provinsi

sepanjang 138 km dengan kondisi 36 km aspal, 45 km kerikil, belum

terbangun sepanjang 57 km.

8. Aimas – Seget sepanjang 116 Km berstatus Jalan Provinsi dengan kondisi 86

km jalan kerikil, 16 km jalan tanah dan belum terbangun 14 Km.

9. Susumuk - Kamundan - Bintuni merupakan Jalan Provinsi sepanjang 225 km

dengan kondisi 20 km jalan kerikil, belum terbangun sepanjang 205 km.

10. Fakfak- Siboru merupakan Jalan Provinsi sepanjang 38,8 km dengan kondisi

25 Km aspal, tanah 13,8 km. Fakfak - Kokas berstatus Provinsi sepanjang 44

km dengan kondisi 100 % aspal.

Secara umum kondisi jaringan jalan di kota/kabupaten di Provinsi Irian Jaya

Barat masih memprihatinkan. Jaringan hanya berada di sekitar kota/kabupaten lama

yaitu Sorong, Manokwari, dan Fakfak. Lemahnya interaksi antar wilayah di Provinsi

Irian Jaya Barat menjadi penyebab belum terbentuknya ekonomi regional. Hubungan

antar kota/kabupaten di Provinsi Irian Jaya Barat sekarang ini sebagian besar dilayani

oleh transportasi laut dan udara. Penggunaan moda transportasi udara meliputi

wilayah tengah (pedalaman) kepala burung yang sebagian besar masih terdiri dari

hutan. Sementara moda transportasi sungai meliputi wilayah pedalaman dengan aliran

sungai besar. Sementara moda transportasi penyeberangan meliputi wilayah yang

Page 21: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 21

memiliki pelabuhan. Jaringan transportasi darat yang ada saat ini di Kabupaten

memanfaatkan jalan logging HPH, disamping sebagian diantaranya dibangun dengan

dana pemerintah setiap tahun.

Klasifikasi jalan berdasarkan statusnya ditinjau berkaitan dengan rencana

pengembangan jaringan jalan lintas batas administrasi. Berdasarkan status dan

wewenang pembinaan jalan, sistem jaringan jalan dikelompokkan sebagai berikut: 1)

Jalan Negara/Nasional, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh

pemerintah pusat. 2) Jalan Kota, yaitu jalan umum (jalan kota termasuk jalan lokal

dalam kota) yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah kota atau kabupaten. 3)

Jalan Provinsi, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah

Provinsi. 4) Jalan Khusus, yaitu jalan perumahan teratur yang belum diserahkan

kepada pemerintah kota yang pembinaannya dilakukan oleh swasta/pengembang.

Data mengenai panjang jalan dan jembatan di Provinsi Irian Jaya Barat dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.12 : Panjang Jalan Menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang

di Provinsi Irian Jaya Barat

Status Jalan (Km) No. Kabupaten/Kota

Negara Provinsi Kabupaten

Total

(Km)

1 Kabupaten Fakfak 0 263 209,00 472

2 Kabupaten Sorong 90 121 0 211

3 Kabupaten Manokwari 237 86 706 1029

4 Kota Sorong 18 17 200,20 235,20

Total 345 487 1115,20 1974,20

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

Tabel 2.13 : Panjang Jalan Menurut Tingkat Permukaan di Provinsi Irian

Jaya Barat

Jenis Permukaan (Km)

No. Kabupaten/kota Aspal Diperkeras Tanah Lainnya

Total

(Km)

1 Kabupaten Fakfak 198 154 113 7 472

2 Kab. Sorong 62 129 20 0 211

3 Kab. Manokwari 439 346 243 1 1029

4 Kota Sorong 170,28 19,10 45,12 0,7 235

Total 869,28 648,10 421,12 8,7 1947,20

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

Tabel 2.14 : Panjang Jembatan Menurut Jenis di Provinsi Irian Jaya Barat

Status Jembatan (M) No. Kabupaten/kota

Beton Baja Kayu Total (M)

1 Kabupaten Fakfak 1.039,5 479 552 2.170,5

2 Kabupaten Sorong 739 877 621 2.237

3 Kabupaten Manokwari 177,5 1.454,5 495 2.127

4 Kota Sorong 15 530 0 545

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

Page 22: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 22

Banyaknya kendaraan di Provinsi Irian Jaya Barat tahun 2005 tercatat sebanyak

51.031 unit. Jumlah paling banyak adalah kendaraan sepeda motor sebanyak 39.190

unit. Kemudian mobil penumpang sebanyak 9697 unit. Data lengkap mengenai

jumlah kendaraan di Wilayah Kepala Burung dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.15 : Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis di Provinsi Irian

Jaya Barat

Status Mobil (Unit)

No. Kabupaten/kota Mobil

Penumpang

Mobil

Barang

Mobil

Bus

Sepeda

Motor

Total

(Unit)

1 Kabupaten Fakfak 3.254 154 15 1.992 2.653

2 Kabupaten Sorong 3.569 1.216 95 4.222 5.190

3 Kabupaten Manokwari 1.584 684 18 4.998 6.302

4 Kota Sorong 1.290 628 18 8.444 10.380

Total 9697 1.998 146 39.190 51.031

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

b. Transportasi Udara

Dalam bidang perhubungan udara, lapangan terbang Rendani Manokwari telah

dapat didarati oleh pesawat Boeing 737-200 dengan kondisi komersial, beserta

Domine Eduard Osok di Sorong. Lapangan Utarum Kaimana, dapat didarati oleh

Fokker 28 dengan kondisi komersial, Torea Fakfak dengan Twin Otter dan DASH 8

dengan kondisi komersial. Yang lainnya seperti : Babo, Bimtuni, Kebar, Anggi,

Kambuaya, Teminabuan, Ayawasi, Inanwatan, Mayado, Merdey dan Minyambo dapat

didarati oleh pesawat jenis Twin Otter dengan kondisi Perintis.

c. Transportasi Laut

Pelabuhan Manokwari, Sorong, Fakfak, Kaimana secara teratur telah disinggahi

oleh kapal penumpang yang dioperasikan oleh PT Pelni. Selebihnya seperti

Teminabuan, Bintuni, Wasior, Saonek dilayani oleh kapal perintis secara terjadwal

dan belum dapat disinggahi oleh kapal penumpang sebagaimana tersebut diatas.

Fungsi angkutan laut dan sungai juga menonjol di semua kabupaten karena letaknya

di pesisir pantai. Bahkan untuk Kabupaten Raja Ampat sangat didominasi oleh

angkutan laut.

Pengembangan prasarana regional selama ini dititikberatkan pada

pengembangan transportasi jalur laut dan darat berdasarkan hubungan fungsional

(hubungan eksternal, antar pusat, pusat dan wilayah belakang). Pengembangan

transportasi laut baik dari sisi frekuensi pelayanan dan kapasitas pelabuhannya

berperan penting dalam menciptakan pertumbuhan wilayah mengingat terbatasnya

pengembangan wilayah daratan. Rendahnya aksesibilitas dari dan ke tiap bagian

wilayah Provinsi Irian Jaya Barat ini selain karena faktor kesulitan geografis adalah

karena permintaan/demand aktual dan permintaan potensial terhadap transportasi

juga masih sangat terbatas.

Page 23: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 23

Gambar 2.8 Sebaran Infrastruktur Jaringan Jalan, Transportasi Udara dan

Transportasi Laut di Provinsi Irian Jaya Barat

Sumber : Dinas PU Provinsi Irian Jaya Barat

2.12 Ketersediaan Sarana

Dalam bidang infrastruktur dasar, rata-rata semua kabupaten mengalami

keterbatasan, terutama terkait dengan perhubungan, telekomunikasi, energi,

pemukiman. Jaringan sarana perhubungan praktis belum efektif menyentuh kampung

dan daerah terisolir, belum efektifnya integrasi ekonomi antar wilayah karena

perhubungan yang buruk, ketidak teraturan jadwal penerbangan dan perhubungan

perintis, belum terkaitnya kawasan pemukiman kampung dengan sarana perhubungan

utama. Pendek kata, infrastruktur dalam wilayah Irian Jaya Barat masih belum

memadai, sementara hubungan ke wilayah lain diluar Provinsi sudah baik dan teratur

jadwalnya.

Kualitas prasarana dasar termasuk penyediaan perumahan di semua kabupaten

di Provinsi Irian Jaya Barat menunjukan bahwa tingkat ketersediaannya masih rendah.

Berbeda dengan pemukiman transmigrasi yang telah tertata dengan baik prasarana

dasarnya, kampung yang dimukimi oleh penduduk asli Papua belumlah demikian.

Pada pemukiman penduduk asli, ketersediaan perumahan, program pembangunan

perumahan dalam rangka pemukiman kembali penduduk dapat dikatakan tidak

seluruhnya berhasil.

Page 24: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 24

2.13 Aparatur Pemerintahan

Dengan adanya pemekaran kabupaten induk Manokawari, Fakfak dan Sorong

maka terjadi pembagian aparatur pemerintahan, pembagian dana pembangunan, dana

rutin dan lain sebagainya menyebabkan masalah baru terutama masalah kapasitas

aparatur pemerintahan yakni bagaimana meningkatkan kapasitas aparatur

pemerintahan agar mampu melaksanakan pelayanan sebaik-baiknya kepada publik

dan materi-materi pelatihan apa saja yang diberikan dalam rangka peningkatan

kapasitas pemerintah daerah.

Dalam konteks Provinsi Irian Jaya Barat yang mayoritas masyarakatnya

merupakan penduduk yang miskin dan berpegang kuat pada adat masih memerlukan

banyak tenaga penyuluhan yang kreatif memberi pemahaman kepada masyarakat

bagaimana hidup sehat dan lingkungan hygienis, memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari. Tenaga penyuluh diperlukan di berbagai dinas seperti Dinas Kesehatan,

Pendidikan, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan dan Dinas Kependudukan. Selain

itu, peningkatan kapasitas

Satu kelemahan program yang dijalankan adalah proses penerjemahan kebijakan

ke tingkat lapangan. Proses pendampingan harus betul-betul intensif dilakukan. Jadi

harus dilakukan 1) Monitoring Partisipasi dan Evaluasi 2) Pendampingan yang

intensif (harus ada atas-bawah yang mau menjembatani) 3) Partisipasi, melibatkan

pihak-pihak yang tidak ikut dalam proses-proses tersebut.

Tabel 2.16 : Banyaknya Pegawai Negeri Sipil Daerah menurut Tamatan

Pendidikan Tahun 2004

Tingkat Pendidikan

Unit Kerja SD

SLT

P SLTA Diploma S1 S2 S3 Jumlah

I. Pemda IJB - 4 158 91 110 4 - 367

II. Pemda Kabupaten/Kota

1. Fakfak 90 92 1605 775 649 53 - 3264

2. Sorong 144 207 2302 1153 964 59 - 4829

3. Manokwari 182 204 2773 1158 1050 23 - 5390

4. Kaimana 6 17 307 147 98 2 - 577

5. Sorong Selatan 4 22 439 267 213 6 - 951

6. Raja Ampat 4 21 373 174 175 3 - 750

7. T. Bintuni 9 11 347 100 138 4 - 609

8. T. Wondama - 24 226 91 125 3 - 509

9. Kota Sorong 41 71 1164 799 770 16 - 2861

Jumlah 480 673 9852 4755 4292 173 - 20107

Sumber: Irian Jaya Barat dalam Angka 2006

Page 25: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 25

Tabel 2.17 : Jumlah Aparatur Pemerintah di Provinsi Irian Jaya Barat

No. Aparatur Golongan/Eselon Jumlah

1. PNS Golongan I 533

2. PNS Golongan II 8.514

3. PNS Golongan III 9.341

4. PNS Golongan IV 1.781

T O T A L 20.169

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

Tabel 2.18 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah di Lingkungan Pemerintah

Provinsi, Kabupaten dan Kota Dirinci Menurut Usia Keadaan

Agustus 2004

Usia

18 – 20 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45

I. Pemda IJB

II. Pemda Kab/Kota

1. Fak fak 2 108 381 565 717 540

2. Sorong 2 145 501 894 1430 861

3. Manokwari 1 99 481 978 1253 937

4. Kaimana 6 56 68 66 23 -

5. Sorong Selatan 3 24 80 63 32 1

6. Raja Ampat 3 46 79 57 18 -

7. T. Bintuni 5 24 62 44 15 -

8. T. Wondama 6 28 54 33 29 -

9. Kota Sorong 8 99 308 482 734 517

Jumlah 36 629 2015 3186 4266 2874

Sumber : Irian Jaya Barat dalam Angka Tahun 2006

2.14 Hukum dan Kelembagaan

Dalam pembangunan hukum di Provinsi Irian Jaya Barat tetap akan mengacu

kepada RPJM Nasional. Pembangunan Sistim dan Politik Hukum menjadi pedoman

bagi program pembangunan yang akan dilaksanakan dalam bidang hukum. Melalui

pembenahan sistim dan politik hukum maka akan diciptakan sistim hukum mnasional

yang adil, konsekuen dan tidak diskriminatif serta mampu menjamin konsistensi

peraturan perundang-undangan di semua tingkatan di Indonesia termasuk Provinsi

Irian Jaya Barat.

Pembangunan hukum akan diarahkan pada :

• Penataan kembali subtansi hukum melalui peninjauan dan penbataan

kembali peraturan daerah

• Melakukan pembenahan struktur hukum dan sekaligus memberikan

penghargaan dan pengakuan secara kongkrit atas hukum adat di Provinsi

Irian Jaya Barat

• Meningkatkan budaya hukum

Page 26: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 26

Untuk itu, program pokok yang akan dilaksanakan adalah :

• Evaluasi secara menyeluruh peraturan daerah

• Peningkatan program legislasi daerah

• Penataan kembali regulasi dan peraturan daerah

• Perumusan pola perencanaan kelembagaan hukum

• Peningkatan kualitas aparat penegak hukum

• Peningkatan kompetensi aparat hukum

• Peningkatan kesadaran hukum

Dalam bidang kelembagaan, sasaran yang akan kita tuju adalah terwujudnya

tatanan birokrasi yang bersih dan berwibawa serta membangun kapsitas kelembagaan

agar mampu melaksanakan visi dan misi organisasi serta TUPOKSI-nya.

Untuk itu kebijakan yang akan ditempuh adalah peningkatan kualitas SDM,

penyusunan produk kelembagaan, melakukan penataan kelembagaan serta

penyusunan sistim rekrutmen aparatur dan reward and punishment.

2.15 Daya Saing Wilayah

Daya saing didefinisikan sebagai suatu kapasitas tertentu yang dimiliki dan

mengungguli lainnya untuk suatu kondisi tertentu. Dengan demikian jelas bahwa

kemampuan untuk bersaing merupakan kunci bagi tercapainya kemajuan. Daya saing

yang tinggi akan mampu membuat posisi yang lebih baik sehingga setiap waktu dapat

mengatasi berbagai tantangan serta mampu memanfaatkan peluang. Daya saing, yang

pada awalnya merupakan terminologi yang dikenal dalam dunia ekonomi khususnya

perusahaan, kini menjadi relevan dalam kebijakan publik. Ini berarti daya saing

menjadi penting untuk diwujudkan oleh lembaga pemerintahan dalam suatu wilayah

administrasi.

Bagi daerah, pengembangan daya saing itu mencakup sektor publik tetapi juga

dikalangan masyarakat madani serta dunia usaha. Dengan paradigma desentralisasi,

kini masing-masing kabupaten akan saling bersaing menjadikan wilayahnya unggul

dan otonomisasi akan menjadi realistis.

Oleh sebab itu, platform pembangunan dimasing-masing daerah sangat penting

karena akan menjadi acuan untuk mengembangkan daya saing masing-masing

Daerah. Dalam hal ini berbagai hal yang menjadi inti pokok mengembangkan daya

saing daerah adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas pelaksanaan otonomi daerah

2. Kemampuan kelembagaan.

3. Kewenangan regulasi yang efektif di tingkat daerah. 4. Kualitas managemen wilayah

5. Pembangunan infrastruktur.

6. Tata Ruang 7. Pembangunan SDM

Page 27: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 27

2.16 Permasalahan Pembangunan

2.16.1 Keterisoliran Wilayah (Kampung dan Distrik)

Sebagai satuan terkecil dari struktur kewilayahan, kampung memegang peranan

penting dalam menampung aspirasi penduduk lokal di Tanah Papua. Dari kampung

berawal berbagai aspirasi penduduk lokal mengenai kebutuhan pembangunan.

Aspirasi tersebut kemudian dapat diangkat menjadi suatu isu dan kebutuhan

pembangunan di tingkat distrik. Namun demikian permasalahan yang dihadapi oleh

sebagian besar distrik dan kampung di Provinsi Irian Jaya Barat adalah keterisolasian

wilayah. Hal ini disebabkan karena kondisi topografi di wilayah Provinsi Irian Jaya

Barat sangat khas dengan daerah pegunungan, bukit, karst dan juga rawa.

Wilayah kampung dan distrik yang banyak berada di daerah bukit, rawa dan

pesisir, belum terhubung dengan moda transportasi yang memadai. Jalan darat belum

banyak terbangun, sedangkan jalur perhubungan laut difasilitasi oleh pelayaran kapal

perintis dan juga perahu-perahu kecil dengan motor tempel. Namun demikian hal ini

pun belum memenuhi demand dari penduduk lokal karena adanya ketidakteraturan

jadwal pelayaran akibat kapasitas muat yang kurang dari demand kebutuhan

angkutan.

Selain sulitnya akses menuju kampung dan distrik, sarana perhubungan dan

telekomunikasi pun masih minim. Sebagian besar kampung dan distrik belum

memiliki akses terhadap saluran telepon, listrik dan energi. Hal ini memperkuat

kondisi keterisoliran wilayah. Demi tujuan pemerataan pembangunan di wilayah

Provinsi Irian Jaya Barat maka membuka ketersoliran kampung dan distrik agar

terhubung dan terintegrasi dengan pusat pertumbuhan di kota perlu dilakukan. Hal ini

dapat dilakukan melalui pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan darat dan

sarana telekomunikasi yang dapat menghubungkan pusat pertumbuhan dengan daerah

hinterland-nya atau daerah-daerah yang terisolir. Selain itu juga peningkatan

pelayanan transportasi laut yang menghubungkan kampung-kampung di wilayah

pesisir dengan distriknya perlu dilakukan sebagai alternatif yang dapat menjawab

keterbatasan akses akibat kondisi topografi tersebut.

a) Kualitas Permukiman yang Tidak Memadai bagi Penduduk Asli Papua

Kebanyakan dari penduduk asli Papua menetap dan hidup di kampung-kampung

jauh dari jangkauan pelayanan pemerintah. khususnya untuk kampung-kampung yang

berada di wilayah Provinsi Irian Jaya Barat, terletak di daerah pesisir dan

pegunungan. Kampung yang terletak di wilayah pesisir merupakan wujud

permukiman nelayan yang memiliki prasana dasar yang sangat minim. Keberadaan

sarana sanitasi dan air bersih umumnya berada dalam kondisi yang tidak layak secara

kesehatan. Sehingga sub-standarisasi telah menjadi kondisi yang umum di sejumlah

kampung-kampung di wilayah Provinsi Irian Jaya Barat. Demikian pula halnya

dengan kondisi permukiman di kampung yang terletak di daerah pegunungan.

b) Pola pembangunan yang belum sesuai dengan nilai lokal

Berbagai pola pembangunan yang selama ini diterapkan oleh Pemerintah Pusat

untuk pembangunan di daerah tidak semuanya dapat diimplementasikan sesuai

Page 28: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 28

dengan kondisi daerah. Sebagai contoh konsep desa yang ada di pulau Jawa dengan

kepemimpinan Kepala Desa yang digaji oleh Pemerintah tidak tepat

diimplementasikan di Papua, karena di Papua telah berkembang satuan komunitas

yang dikelompokkan dan diikat berdasarkan nilai dan norma adat/kekerabatan sosial.

Komunitas ini dipimpin oleh tokoh adat yang dihormati dan dipilih secara hukum

adat. Aturan-aturan hukum dalam komunitas ini didasarkan pada norma adat yang

diajarkan secara turun-menurun oleh nenek moyang mereka. Di dalam aturan tersebut

juga termasuk tata cara mengelola sumber daya alam yang menjadi sumber

penghidupan bagi mereka. Adanya dualisme kepemimpinan di tingkat kampung ini

telah menimbulkan konflik sosial diantara penduduk lokal yang tentunya dapat

menghambat proses pembangunan.

Dengan adanya kewenangan pemerintah daerah untuk membangun daerahnya

berdasarkan kebutuhan dan karakteristik lokal, maka diharapkan Pemerintah Provinsi

dan Daerah dapat mewujudkan pola-pola pembangunan yang sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan lokal.

2.16.2 Terbatasnya Kapasitas Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia merupakan masalah utama di Papua khususnya di

Provinsi Irian Jaya Barat. Terbatasnya kapasitas sumber daya manusia di Provinsi ini

akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan dari masyarakat lokal. Dalam

bidang pendidikan, tingkat melek huruf orang dewasa yang paling rendah di

Indonesia, yaitu sebanyak 74,4% (Indonesia Human Development Report 2004).

Berdasarkan hasil serangkaian lokakarya Perencanaan Pembangunan Provinsi

yang dilakukan di seluruh Kabupaten/Kota di Irian Jaya Barat (Tahun 2005),

disimpulkan bahwa penyebab persoalan rendahnya tingkat pendidikan di Provinsi

Irian Jaya Barat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain adalah:

• Ketidakefisienan anggaran untuk pendidikan.

• Jarak antara sekolah yang dibangun dengan desa-desa/permukiman sangat

jauh dan medan yang berat.

• Kualitas pendidikan bermutu rendah.

• Keterbatasan ekonomi orang tua.

• Anak-anak diperlukan untuk membantu kegiatan keluarga dan desa,

akibatnya pada saat musim panen mereka lebih banyak diperlukan

tenaganya untuk membantu orang tuanya dan meninggalkan sekolah.

• Sistem pendidikan tidak menjawab kebutuhan dan keadaan lokal.

• Guru-guru yang ditempatkan di pedalaman menghadapi banyak hambatan

yang kompleks dan kurangnya pelatihan untuk guru-guru.

• Fasilitas perumahan bagi guru di daerah pedesaan tidak mencukupi dan

terkadang tidak ada.

• Guru memiliki komitmen yang rendah, akibat status yang rendah dari

profesi guru selain kondisi kerja yang kurang baik.

• Kurikulum pendidikan yang terpusat dan sistem penyampaiannya yang

ditentukan oleh pemerintah pusat dalam banyak hal kurang relevan dengan

murid di Irian Jaya Barat.

Page 29: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 29

Pada bidang kesehatan, faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan di Irian Jaya Barat adalah sebagai berikut :

• Tingkat pengetahuan masyarakat akan kesehatan rendah (terkait dengan

pendidikan yang rendah dan minimnya informasi)

• Jangkauan layanan kesehatan sangat terbatas. (Terkait dengan medan yang

berat dan kondisi transportasi serta komunikasi tidak memungkinkan. Banyak

daerah yang tidak terakses oleh pelayanan kesehatan yakni puskesmas

keliling)

• Frekuensi tenaga medis yang datang ke wilayah terpencil sangat terbatas

karena faktor tingginya biaya transportasi (Harga BBM).

• Tidak ada atau minimnya sarana perumahan bagi tenaga medis.

Alokasi anggaran untuk bidang kesehatan saat ini diprioritaskan untuk

penyediaan sarana dan prasarana fisik (’pengobatan’) seperti penyediaan obat-obatan,

gudang obat dan bangunan puskesmas. Belum ada informasi yang jelas mengenai

berapa alokasi anggaran untuk program-program penyuluhan (terkait dengan

’pencegahan’). Berkaitan dengan upaya-upaya perbaikan tingkat kesehatan

masyarakat , maka upaya-upaya perbaikan tingkat kesehatan dititikberatkan pada :

• Peningkatan pelayanan kesehatan untuk dapat menurunkan angka kematian

bayi dan meningkatkan usia harapan hidup.

• Peningkatan efisiensi anggaran bidang kesehatan.

• Pendekatan spasial dalam pelayanan kesehatan

• Penyuluhan mengenai sanitasi dan lingkungan (Pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan).

2.16.3 Rendahnya Daya Saing Pengusaha Lokal.

Kegiatan ekonomi di wilayah ini didominasi kegiatan investasi yang bergerak

dalam kegiatan ekstraksi sumber daya alam. Biasanya kegiatan investasi ini dimotori

oleh para perusahaan asing yang bekerja sama dengan perusahaan nasional, lokal

maupun pemerintah. Sifat dari kegiatan ini adalah padat modal dan memerlukan

bantuan peralatan dan teknologi tinggi. Konsekuensinya kebutuhan SDM yang dapat

terlibat dalam kegiatan tersebut haruslah SDM yang memiliki kualitas yang baik dan

menguasai teknologi atau ketrampilan khusus. Namun di sisi lain rendahnya kualitas

SDM penduduk asli papua menyebabkan pengusaha lokal kalah bersaing dengan

pengusaha dari luar daerah untuk mendapatkan proyek-proyek yang mendukung

kegiatan investasi tersebut. Hal ini diantaranya disebabkan oleh adanya keterbatasan

kapasitas, kelembagaan, budaya dan jaringan usaha dari pengusaha lokal.

Berdasarkan hal tersebut pengusaha lokal Papua cenderung mengantungkan

sumber kegiatannya kepada kegiatan program/proyek dari Pemerintah. Hasil kajian

selama ini menunjukkan bahwa pengusaha lokal Papua banyak berperan dalam bidang

perdagangan guna memenuhi kebutuhan Pemerintah Daerah dalam nilai transaksi

yang terbatas (kurang dari Rp. 1 Milyar). Jasa kontraktual pun masih kecil dan

terbatas pada pekerjaan yang membutuhkan syarat teknis yang ringan.

Selain itu kebijakan untuk menggerakkan kelompok usaha lokal Papua masih

menggunakan pola konvensional yaitu memberikan jatah pekerjaan atau arahan yang

Page 30: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 30

sifatnya captive policy yang sengaja diperuntukkan untuk pengusaha lokal, dengan

kata lain penentuan pemberian pekerjaan tidak didasarkan pada persyaratan bisnis

profesional. Lambatnya pertumbuhan dunia usaha lokal dipicu juga oleh tidak

jelasnya pola penanganan yang dikembangkan selama ini dan juga praktek KKN yang

marak dilakukan.

Jika hal tersebut terus berlangsung dan tidak terdapat kebijakan yang dapat

meningkatkan kapasitas pengusaha lokal agar memiliki daya saing yang tinggi, maka

lambat laun keberadaan pengusaha lokal asli Papua akan tereduksi, hal ini tentunya

akan menghambat proses dan inisiatif pengembangan ekonomi lokal bagi

kesejahteraan masyarakat asli Papua.

2.16.4 Tingginya Angka Kemiskinan

Berdasarkan data BPS, prosentase kemiskinan di Provinsi Irian Jaya Barat

mencapai 75,4% dari seluruh total penduduk. Penduduk miskin tersebut umumnya

bermukim di kampung yang hanya mengandalkan pola hidup subsisten dan

tradisional. Pada dasarnya penyebab kemiskinan adalah persoalan multi-dimensi

yang membentuk suatu lingkaran kemiskinan. Persoalan ini berawal dari rendahnya

tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat, kurangnya lapangan kerja, dan kondisi

permukiman yang tak layak, keterisolasian sehingga dapat menurunkan produktivitas

kerja. Semua persoalan tersebut berujung pada rendahnya pendapatan masyarakat,

kecilnya laju pertumbuhan ekonomi dan tingginya tingkat pengangguran.

Berdasarkan hal tersebut upaya pemberdayaan masyarakat, pembinaan

komunitas adat terpencil, rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi masyarakat

marginal terutama ditingkat kampung perlu dilakukan dan diprioritaskan guna

menjawab permasalahan kemiskinan. Khusus untuk wilayah Provinsi Irian Jaya Barat,

pendekatan secara kultural perlu dilakukan walaupun memerlukan pendanaan yang

cukup tinggi dan waktu yang lama.

2.16.5 Pertumbuhan Wilayah yang Tidak Merata

Salah satu pemicu pertumbuhan wilayah adalah kegiatan perekonomian yang

dinamis. Adanya faktor supply dan demand dari kegiatan perekonomian akan

memunculkan berbagai eksternalitas bagi pertumbuhan wilayah. Selama ini

pertumbuhan wilayah di Irian Jaya Barat terbatas pada wilayah-wilayah tempat

kegiatan investasi ekstraksi sumber daya alam berlangsung. Sebagai contoh Kota

Sorong, yang sejak dahulu merupakan pusat kota eksploitasi minyak bumi, telah

berkembang menjadi kota yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap jika

dibandingkan dengan kota-kota lain di Provinsi ini. Hal ini dapat dipahami karena

dalam kegiatan eksploitasinya berbagai perusahaan tersebut telah berkontribusi untuk

membangun infrastruktur yang diperlukan.

Selain itu wilayah yang cepat tumbuh adalah wilayah yang merupakan ibu kota

kabupaten, seperti Manokwari dan Sorong. Di wilayah tersebut terletak pusat kegiatan

pemerintahan dan usaha yang menjadi pemicu pertumbuhan wilayah. Namun

demikian wilayah hinterland dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut belum

berkembang akibat dari sulitnya akses yang menghubungkan ke pusat pertumbuhan,

Page 31: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 31

mengingat kondisi topografis dan geografis yang membatasi ruang gerak

pembangunan infrastruktur wilayah.

Berdasarkan hal tersebut, suatu strategi untuk memeratakan pertumbuhan di

wilayah ini perlu diimplementasikan kedalam suatu tindakan nyata. Penyebaran Pusat

Pertumbuhan atau Diversified Growth Strategy dengan maksud menyebarkan

pertumbuhan baik dalam konteks wilayah maupun sektor kegiatan dapat dijadikan

acuan untuk mendorong pengembangan wilayah.

Dengan mempertimbangkan kendala ekosistem dan juga peluang ekonomi

wilayah, maka pendekatan eco-region dapat menjadi acuan untuk mendorong

program sektoral di wilayah ini. Berdasarkan hal tersebut program-program spesifik

dapat muncul menurut kondisi eco-region seperti pegunungan, daerah pedalaman,

pesisir, dataran rendah dan kepulauan. Prioritas program tersebut perlu disesuaikan

dengan keunggulan dan kapasitas yang tersedia di wilayah masing-masing.

Saat ini di kelima wilayah eco-region tersebut, telah berkembang kegiatan

ekonomi masyarakat lokal namun skalanya masih kecil dan sifatnya masih sub-

sisten/tradisional. Komunitas masyarakat tersebut kebanyakan merupakan penduduk

asli Papua yang telah bermukim sejak lama dengan kondisi kesejahteraan yang masih

minim. Dengan membangun infrastruktur sesuai kebutuhan maka interaksi dan

integrasi sektoral dan regional akan dapat terwujud.

2.16.6 Ketidakseimbangan Struktur Ekonomi Wilayah

Struktur perekonomian yang membentuk PDRB di Provinsi Irian Jaya Barat

masih didominasi dari sektor atau industri yang sifatnya ekstraktif terhadap sumber

daya alam seperti pertambangan dan MIGAS, perikanan, dan kehutanan. Padahal

produktivitas tenaga kerja pada sektor-sektor tersebut sangat rendah jika

dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja di sektor jasa atau pertambangan dan

industri.

Tantangan di wilayah ini adalah mayoritas penduduk asli di wilayah ini masih

memiliki pola subsisten yang sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk dapat

bertahan hidup. Walaupun sebagian lainnya bermata pencaharian petani. Namun

demikian kontribusi di sektor pertanian yang menjadi tumpuan penghidupan bagi

kebanyakan masyarakat lokal sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor

pertambangan dan MIGAS. Dari struktur PDRB tersebut dapat diindikasikan bahwa

pertumbuhan sektor modern tidak banyak menghasilkan nilai tambah bagi

pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal.

Page 32: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 32

Gambar 2.9 Daerah Bomberay: Potensial

untuk dikembangkan sebagai peternakan

skala besar

a) Pertanian:

• Minimnya (terbatasnya) lahan dan keterbatasan pembukaan lahan baru

sehingga perlu dikembangkan kawasan-kawasan sentra produksi.

• Minimnya tenaga-tenaga penyuluh.

• Tingginya biaya produksi.

• Hasil produksi belum berskala ekonomi

• Produksi petani yang masih subsisten dengan kepemilikan faktor produksi

yang terbatas.

• Minimnya infrastruktur dasar (jaringan jalan), terutama pada kawasan sentra-

sentra produksi sehingga penyediaan jaringan jalan dari dan ke kawasan sentra

produksi harus segera diwujudkan.

• Adanya masalah pertanahan dan hak ulayat

b) Perikanan :

• Terbatasnya SDM perikanan (skill)

• Minimnya alat tangkap yang memadai

• Skala produksi yang masih kecil baik untuk perikanan tangkap maupun

budidaya.

• Minimnya upaya pembinaan

• Minimnya prasarana dan sarana

• Pemasaran produk baru terbatas pada perdagangan antar pulau.

• Minimnya data dasar, seperti jumlah nelayan, produksi nelayan.

• Sentra produksi perikanan jauh dari pasar nasional.

Berbagai permasalahan yang menjadi

ketidakseimbangan struktur ekonomi

wilayah tersebut berawal dari

permasalahan umum sektor

perekonomian rakyat seperti pertanian,

perkebunan dan perikanan serta sektor

penunjangnya yakni perhubungan

secara lengkap diuraikan dibawah ini:

Page 33: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 33

Gambar 2.10

Perkebunan Kelapa Sawit di Prafi

• Belum tersedianya bibit tanaman perkebunan yang terjamin kualitas.

• Status kepemilikan lahan oleh masyarakat adat seringkali menghambat

pengembangan perkebunan besar.

Jenis komoditi perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat dan swasta di

Provinsi Irian Jaya Barat antara lain : kopi, pala, cengkeh, kelapa dan lain sebagainya,

termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak

kelapa rakyat, kopi olahan dan pala olahan yang tersebar di Kabupaten/Kota di

Provinsi Irian Jaya Barat. Secara keseluruhan luas areal tanaman perkebunan ini pada

tahun 2003 sebesar 26.578 Ha dengan rata-rata produksi per tahun 4,81 kw/ha.

Komoditas yang memiliki luas panen terbesar adalah kelapa (52,35%) sementara kopi

dan cengkeh yang merupakan komoditas ekspor hanya 5,99% selain itu komoditas

lainnya adalah pala, coklat dan karet yang terdapat di Kabupaten Fakfak, Kaimana

dan Teluk Bintuni. Selain komoditas tersebut juga terdapat komoditas Kelapa Sawit

yang terdapat di Distrik Prafi dan Distrik Masni Kabupaten Manokwari dengan luas

lahan sebesar 10.000 Ha yang dikelolah oleh PTP Nusantara II yang sudah memasuki

tahap Produksi. Sedangkan di Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni telah dibangun

Kebun Inti Kelapa Sawit oleh PT. Farita Majutama dan Kebun Kakao seluas 5000 Ha

oleh PT Nusa Irian Indah dan sisa lahan yang belum dimanfaatkan 159.500 Ha.

2.16.7 Kurang efektifnya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Irian Jaya Barat kaya akan sumber daya alam baik berupa hutan, mineral,

minyak dan gas bumi, maupun perairan (hasil laut). Berbagai prakarsa pembangunan

dalam mengelola sumber daya tersebut telah menghasilkan dampak yang luas secara

ekonomi, ekologis dan sosial-budaya di wilayah Irian Jaya Barat. Dampak positif

secara makro diantaranya adalah meningkatnya penerimaan devisa negara dari hasil

pemanfaatan sumber daya alam hutan, mineral dan perairan, selain itu juga terjadi

perubahan pada masyarakat terutama dalam peningkatan kesejahteraan akibat

pembangunan di berbagai sektor.

Namun implikasi negatif yang harus dikendalikan adalah penurunan kualitas

lingkungan. Akses masyarakat lokal terhadap sumber daya alam dibatasi oleh

kemampuan mereka dalam mengolah dan memanfaatkan hasil alam. Adanya

pergeseran paradigma dalam era desentralisasi, yang kemudian diikuti oleh

c) Perkebunan :

• Minimnya pabrik pengolah sehingga

banyak produk mentah terbuang

• Rendahnya kemampuan produksi

sehingga tidak menjamin kontinuitas

produksi, sehingga diperlukan upaya

peningkatan produksi dan pengawetan

produk.

• Adanya wabah serangan hama PBK

yang sangat merugikan petani

perkebunan rakyat.

Page 34: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 34

diberlakukannya otonomi daerah, merupakan suatu komitmen untuk memperbaiki

pola pembangunan di daerah. Era desentralisasi, memunculkan paradigma baru

dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup. Daerah

dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan pengelolaan sumber daya alam

berdasarkan prinsip otonomi. Namun desentralisasi yang semula diharapkan

tampaknya belum mampu menjamin pengelolaan SDA secara adil dan bijaksana.

Persoalan pengelolaan SDA pada dasarnya adalah bagaimana pengelolaan SDA

dapat memberdayakan masyarakat lokal dan bagaimana dengan kearifan lokal (local

wisdom)-nya. Pada SDA yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) seperti pada

pertambangan, persoalannya adalah bagaimana mengatasi SDA terseut sebelum habis,

masyarakatnya tidak miskin. Sedangkan pada SDA yang dapat diperbaharui, yang

harus dipertimbangkan adalah daya dukung (carrying capacity) SDA. Daya dukung

ini penting untuk diketahui, agar SDA dikelola secara berkelanjutan.

2.16.8 Minimnya Akses Masyarakat terhadap Sumber Daya Alam

Sumber daya alam yang terdapat di wilayah ini diantaranya adalah sumber daya

hutan, bahan tambang, minyak dan gas bumi dan perikanan. Kegiatan eksploitasi

sumber daya alam tersebut lebih banyak dilakukan dalam skala besar oleh para

investor. Sementara penduduk asli yang masih memiliki pola hidup subsisten hanya

dapat mengakses sebagian kecil dari sumber daya alam tersebut untuk kehidupannya.

Selain memberikan tambahan pendapatan bagi pemerintah untuk kebutuhan

pembangunan wilayah, kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh

investor masih menyisakan permasalahan dalam bidang lingkungan dan juga belum

memberikan manfaat optimal kepada penduduk asli. Padahal penduduk setempat yang

sudah lama mendiami tanahnya telah memiliki cara-cara sendiri dalam mengelola

sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Kebijakan pemanfaatan

sumber daya alam yang kurang melibatkan penduduk asli dalam proses kegiatannya

telah melemahkan potensi mereka dalam menjaga lingkungan.

Dunia usaha dengan teknologi yang moderen mampu memanfaatkan sumber

daya alam dan dapat menjangkau wilayah yang cukup luas. Sedangkan penduduk

setempat dan masyarakat pada umumnya masih terbatas sehingga mereka pada

akhirnya mengalami keterbatasan. Dengan demikian tidak dapat dihindari jika masih

terdapat penduduk miskin di sekitar sentra-sentra produksi sumber daya alam yang

berlimpah.

2.16.9 Minimnya Sarana dan Prasarana Publik

Secara umum kondisi sarana dan prasarana publik di wilayah Provinsi Irian Jaya

Barat masih jauh dari kondisi optimum, kecuali untuk wilayah di tiga kabupaten induk

yaitu Sorong, Manokwari dan Fakfak. Prasarana publik tersebut meliputi sarana

perhubungan, air bersih, perumahan dan permukiman, energi, telekomunikasi, serta

sarana peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Minimnya pengadaan prasarana dasar di wilayah ini disebabkan karena adanya

keterbatasan dalam pembangunannya. Sebagai contoh moda transportasi yang ada

saat ini dalam menghubungkan wilayah antar-kabupaten/kota, sangat tergantung dari

kondisi topografis di wilayah ini, yaitu transportasi laut (karena daerah yang

Page 35: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 35

berkembang di wilayah ini adalah daerah pesisir), dan transportasi udara. Sedangkan

transportasi darat hanya dapat menjangkau daerah-daerah di dalam kota atau

kabupaten. Pelayanan transportasi laut dan udara pun masih kurang efektif akibat

belum teraturnya jadwal kapal dan jadwal penerbangan.

Selain itu ketersediaan prasarana dasar seperti air bersih, sanitasi, energi dan

telekomunikasi di tingkat kampung masih belum memadai, terutama di kampung-

kampung permukiman penduduk asli. Hal ini berbeda dengan kondisi di kampung

atau daerah permukiman transmigrasi. Hal ini disebabkan karena penyediaan

prasarana dasar masih menggunakan pola klasik yang didasarkan pada kriteria jumlah

penduduk, padahal untuk kondisi di wilayah ini kriteria tersebut tidak cocok untuk

diterapkan. Distribusi penduduk asli yang mendiami kampung-kampung di Provinsi

Irian Jaya Barat memiliki karakteristik yang menyebar, sehingga kriteria jumlah

penduduk seringkali tidak dapat dipenuhi untuk membangun prasarana dasar di

tingkat kampung. Akibatnya pelayanan tidak dapat dilaksanakan dengan baik

ditingkat kampung.

2.16.10 Lemahnya Kapasitas Kelembagaan Publik

Secara administratif, Provinsi Irian Jaya Barat meliputi 8 Kabupaten dan 1 Kota.

Awalnya jumlah kabupaten dan kota di wilayah ini hanya meliputi 3 kabupaten induk

yang kemudian dimekarkan. Dengan kondisi yang masih sangat serba baru baik

kabupaten maupun Provinsi, maka dapat dipahami bahwa kapasitas kelembagaan

publik yang melaksanakan tugas-tugas pemerintah untuk melakukan pembangunan di

daerah masih sangat lemah.

Berbagai masalah yang selama ini telah berhasil didokumentasikan diantaranya

adalah struktur organisasi yang tidak tepat, keterampilan sumber daya manusia yang

tidak memadai, praktik-praktik manajemen yang buruk dan kurangnya sumber daya

finansial dan mekanisme kontrol finansial. Tambahan lagi, unit pemerintah daerah

punya pengalamanan yang minim dengan kewenangan independen dan tanggung

jawab yang lebih besar, ditambah dengan sikap yang kondusif terhadap praktik-

praktik yang tidak efisien dan terhadap korupsi telah lama terbentuk.

Selain itu kapasitas kelembagaan ditingkat distrik kurang diberdayakan untuk

melaksanakan pelayan publik/teknis, kecuali pelayanan kesehatan melalui puskesmas

dan klinik. Pemerintah daerah sendiri tidak pernah melaksanakan paradigma

pembangunan yang terdesentralisasi secara konsisten dan mempertahankan

kekuasaan. Dilihat dari struktur organisasi pemerintah daerah masih nampak adanya

bentuk yang disebut piramide terbalik, dimana dari segi alokasi tenaga dan dana, unit

perumusan kebijakan menjadi terbesar/tergemuk dan unit-unit pelayanan di tingkat

distrik dan kampung justru terlemah/terkecil. Berdasarkan hal tersebut peningkatan

kapasitas kelembagaan publik di Provinsi Irian Jaya Barat merupakan salah satu target

utama guna melaksanakan program pembangunan yang berkelanjutan di wilayah ini.

2.17 Isu dan Kebutuhan Pembangunan

2.17.1 Pembangunan Manusia

Konsep pembangunan manusia sangat luas, mencakup hampir semua aspek

kehidupan manusia - mulai dari kebebasan menyampaikan pendapat, kesetaraan

Page 36: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 36

jender, kesempatan memperoleh pekerjaan, gizi anak, hingga kemampuan untuk

membaca dan menulis bagi orang dewasa. Konsep tersebut menempatkan manusia

sebagai pusat dari keseluruhan proses pembangunan. Dalam analisa pembangunan

manusia digunakan suatu tolok ukur khusus yang disusun oleh UNDP yaitu Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator tingkat kemiskinan non-ekonomi.

IPM ini merupakan ukuran yang menggabungkan ukuran tingkat pendapatan, usia

harapan hidup dan pendidikan terakhir. Secara global, IPM yang disusun UNDP di

New York tahun 2001 memberi Indonesia skor 68 dari 100 dan menempatkan

Indonesia pada peringkat 102 di dunia dalam hal pembangunan manusia.

Permasalahan mengenai rendahnya kualitas SDM yang tercakup didalamnya

adalah rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, maka pembangunan manusia

menjadi syarat mutlak bagi Provinsi Irian Jaya Barat untuk dapat mengejar

ketertinggalannya dengan Provinsi lain dan juga untuk mensejahterakan

masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas

masyarakat dalam dua hal pokok yaitu pendidikan dan kesehatan.

Kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan persoalan pokok yang

dihadapi dalam pembangunan di wilayah ini. Terdapat perbedaan yang mencolok

dalam hal kapasitas di kalangan penduduk asli dengan bukan penduduk asli.

Kehidupan modern pertama kali datang di Tanah Papua terlebih dahulu di Provinsi

Irian Jaya Barat. Eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi oleh NNGPM Belanda dan

kemudian dilanjutkan oleh PT Pertamina dan Kontraktor Bagi Hasil (Petromer Trend,

Santa Fe, dan lain lain) dan saat ini perusahaan Gas Bumi oleh BP Tangguh, dan

perusahaan kehutanan dan perikanan yang secara intensif dilakukan di Provinsi Irian

Jaya Barat. Tambahan nilai modern ini belum mampu mengubah kondisi sosial

ekonomi penduduk asli dan tetap saja hidup dalam keterisolasian dan subsisten.

Penyebabnya adalah kapasitas yang tidak berkembang dan tidak dikembangkan.

Tidak adanya atau sangat minimnya akses pendidikan menghambat perkembangan

kapasitas penduduk asli. Hal ini mengakibatkan sangat minimnya penduduk asli yang

dapat berpartisipasi dalam perekonomian dan pembangunan.

Gambar 2.11 Pembagunan SDM menjadi

syarat mutlak dalam mengatasi tantangan

ketertinggalan daerah ini.

Berdasarkan data yang diperoleh, angka

partisipasi dalam bidang pendidikan bagi

penduduk asli menunjukkan variasi antar

wilayah. Angka partisipasi dalam bidang

pendidikan pada umumnya cukup

rendah, disamping pola pendidikan yang

tidak tepat serta mutu pendidikan yang

rendah menyebabkan komunitas

penduduk asli Papua tetap saja tertinggal.

Sarana pendidikan di Provinsi Irian Jaya

Barat dari mulai TK sampai Perguruan

tinggi telah lengkap di perkotaan, namun

masih kurang di pedesaan. Begitu pula

dengan angka partisipasi pendidikan

formal di pedesaan masih rendah

dibandingkan di perkotaan.

Page 37: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 37

Berdasarkan data, sarana pendidikan secara kuantitas terlengkap terdapat di

Kabupaten Manokwari. Sedangkan jumlah fasilitas pendidikan terendah adalah Raja

Ampat dan Teluk Wondama. Angka partisipasi pendidikan menempatkan Provinsi

Irian Jaya Barat di deretan bawah di tingkat nasional dan menggambarkan situasi

pembangunan yang jauh lebih serius daripada angka PDRB perkapita yang tinggi.

Tabel 2.19 : Banyaknya Sarana Pendidikan di Provinsi Irian Jaya Barat dirinci

menurut Jenisnya per Kabupaten/Kota

SLTA Perguruan Tinggi

No. Kabupaten/Kota TK SD SLT

P Umu

m

Kejurua

n Negeri Swasta

1. Fakfak 30 87 13 5 3 1 0

2. Sorong 47 111 17 3 1 0 1

3. Manokwari 32 164 27 12 2 2 3

4. Kaimana 8 67 10 4 4 0 2

5. Sorong Selatan 1 109 16 4 1 1 1

6. Raja Ampat 2 79 17 2 0 0 0

7. Teluk Bintuni 6 63 14 4 0 0 1

8. Teluk Wondama 1 42 4 1 0 0 0

9. Kota Sorong 35 66 22 15 7 1 13

T o t a l 162 788 140 50 18 5 21

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator tingkat kemiskinan non-

ekonomi, menunjukkan kendati PDRB Per kapita Provinsi Irian Jaya Barat termasuk

yang tinggi pada level nasional, namun secara indikator kemiskinan Non Ekonomi di

tingkat Nasional, yakni Peringkat IPM, menempati deretan urutan rendah di

Indonesia. Ini menunjukkan bahwa pendapatan dari sumber daya alam Provinsi Irian

Jaya Barat belum diinvestasikan dengan memadai untuk memperbaiki kondisi

kehidupan bagi masyarakatnya.

2.17.2 Pengakuan Hak Dasar

Pengertian hak-hak dasar jika merujuk pada Deklarasi Universal terhadap Hak

Asasi Manusia yang disepakati tahun 1949, menyangkut beberapa jenis hak yaitu hak-

hak sipil, politik, ekonomis, sosial dan budaya. Pada tahun 1986 lahir Deklarasi PBB

mengenai Hak atas Pembangunan yang tidak hanya meliputi hak-hak tersebut saja

tetapi juga menjamin kesediaan kesehatan, gizi dan pendidikan dengan standar yang

baik. Bagi masyarakat Papua, yang sangat menjunjung tinggi adat tanah leluhurnya,

pengakuan hak-hak dasar terhadap masyarakat Papua belum lengkap jika tidak diikuti

dengan pengakuan terhadap hak adat mereka. Beberapa hasil penelitian menyatakan

bahwa sebagian besar masyarakat Papua percaya bahwa adat merupakan hal yang

penting untuk memahami dan menyelesaikan masalah-masalah di Papua, mereka juga

memandang bahwa adat merupakan warisan leluhur dan panduan hidup di dunia yang

dapat menjamin kesejahteraan sosial dan keadilan.

Page 38: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 38

Adat telah menjadi wahana utama bagi masyarakat Papua untuk

mengekspresikan identitas lokal guna menyatakan kembali hak-hak dasar mereka

yang telah diabaikan sejak lama dimasa lalu, dan guna memobilisasi anggota

masyarakat untuk mengatasi tantangan dari luar. Tantangan ini meliputi eksploitasi

sumber daya alam yang dilakukan oleh Pemerintah dan perusahaan swasta, kegagalan

pemerintah dalam mengakui hak tanah adat dan dan pengabaian terhadap hak-hak

dasarnya di masa lalu.

Namun demikian upaya pengakuan hak dasar orang Papua di Provinsi Irian Jaya

Barat, masih memiliki beberapa kendala. Kendala-kendalanya antara lain adalah:

• Belum adanya ‘jembatan’ antara hukum nasional dan hukum adat.

• Adanya ketidakjelasan struktur/kepemimpinan masyarakat adat.

• Adanya ketidakjelasan batas dan dasar klaim tanah ulayat.

2.17.3 Pengembangan Ekonomi Rakyat

Sektor dominan pembentuk PDRB Provinsi Irian Jaya Barat adalah

pertambangan dan pertanian. Namun sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar

tersebut nyatanya tidak selalu membentuk tata kaitan ekonomi dengan sektor

pertanian yang diusahakan masyarakat. Industri pengolahan cenderung berskala besar

yang diusahakan oleh korporasi.

Di lain pihak, produk pertanian rakyat merupakan bahan baku yang

membutuhkan proses penambahan nilai melalui sektor sekunder dan mampu

menggerakkan multiplier effect sektor pertanian. Strategi proses penambahan nilai

sektor primer dalam skala kecil dan menengah merupakan salah satu alternatif untuk

menggerakkan pertumbuhan wilayah pedalaman. Untuk itu diperlukan suatu upaya

yang dapat meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi bagi masyarakat lokal

Gambar 2.12

Pekerjaan tradisional masyarakat asli:

Menokok Sagu

2.17.4 Penyediaan Prasarana Dasar

Minimnya ketersediaan prasarana dasar

yang memadai tidak hanya membatasi peluang

bagi mata pencaharian potensial, akan tetapi

juga memberikan hambatan serius untuk

meningkatkan akses masyarakat pada layanan

kesehatan dan pendidikan selain komunikasi

dengan pemerintah dan pasar di luar.

Berdasarkan hal tersebut, penyediaan

prasarana dasar atau infrastruktur wilayah

sebaiknya ditekankan pada peningkatan kapasitas prasarana kota dan pengembangan

wilayah pinggiran terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa,

peningkatan daya tarik investasi dan juga mendukung kegiatan perekonomian lokal.

Page 39: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 39

Gambar 2.13 Kondisi Jalur transportasi

darat Manokwari-Bintuni

Gambar 2.14 Faktor topografis yang

berat menjadi kendala dalam perwujudan

integrasi wilayah ini.

masyarakat di daerah pedalaman tetap terisolir dari dunia informasi dan kesulitan

dalam meningkatan taraf hidupnya.

3. Pola sebaran penduduk terpencar dan terpencil terpisah oleh medan topografi yang

berat.

Program pembangunan Trans Irian Jaya Barat menjadi relevan dalam masa

datang untuk keperluan integreasi antar wilayah dimaksud. Sehubungan dengan hal

tersebut, Gubernur Provinsi Irian Jaya Barat beserta seluruh kepala daerah masing-

masing kabupaten/kota di Provinsi Irian Jaya Barat telah menandatangani Nota

kesepakatan Tahun 2004 pembangunan jalan yang disebut dengan jalan Trans Irian

Jaya Barat untuk memenuhi tuntutan pembangunan mencakup kecepatan dan

ketepatan pelayanan di berbagai sektor pembangunan (Fisik dan Non Fisik). Dana

yang dialokasikan untuk pembangunan jalan tersebut bersumber dari dana Otsus,

Dana Sektoral dan Dana APBD. Pembangunan ruas jalan Trans Irian Jaya Barat

adalah sebagai berikut :

Seksi I : Ruas jalan yang menghubungkan Manokwari, Sorong Selatan,

Kabupaten Sorong dan Kota Sorong, dimana Pemerintah

Kabupaten manokwari, Sorong Selatan, Kabupaten Sorong dan

Beberapa fakta yang terkait dengan

perwujudan integrasi wilayah adalah:

1. Faktor topografis, tipe kontur yang

perbedaannya sangat tajam antara

pegunungan dan lembah

2. Rasio antara luas wilayah dengan

panjang jalan yang tersedia sangat

tidak sebanding, mengakibatkan

wilayah permukiman yang terisolir

akan tetap terisolir menyebabkan

2.17.5 Integrasi Wilayah

Kendala utama dalam rangka

percepatan pembangunan masyarakat di

Papua adalah keterisolasian disebabkan

oleh terbatasnya sarana dan prasarana

transportasi, terutama transportasi darat

yaitu jalan dan jembatan. Integrasi

wilayah oleh sarana transportasi darat

akan meningkatkan interaksi wilayah.

Page 40: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 40

Kota Sorong meningkatkan ruas jalan Sorong-(42 km)-Klamono

(129 km)-Ayamaru- (47 Km)Kumurkek- (50 km)-Kebar.

Sebagian besar pembangunan telah dilakukan (70%). Namun,

kondisi jalan sebagian masih buruk.

Seksi II : Ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari, Teluk

Bintuni, Teluk Wondama, Fakfak, Kaimana membangun ruas

jalan :

a. Manokwari-(25 km)-Maruni-(50,7 km)-Oransbari-(36,6 km)-

Ransiki-(48)-Mameh-(89 Km)-Bintuni.

b. Ruas jalan Mameh-(115 Km)-Windesi-(181 Km)-Tandia-(9

Km) Rasiei.

c. Ruas jalan Windesi-(40 Km)-Bourof-(76 Km)-Bomberai-

(161 km)-Fakfak.

d. Ruas jalan Bourof –(120 Km)-Kaimana.

Dalam penentuan trasse jalan belum didahului dengan studi kelayakan yang

detail, sehingga pada saat pembangunan di ruas-ruas tertentu, banyak mengalami

kendala misalnya tersendat-sendatnya pembangunan jalan akibat melewati dataran

rawa yang membutuhkan biaya konstruksi yang sangat mahal. Cukup dilematis antara

pemilihan alternatif dalam integrasi wilayah antara darat dan kombinasi darat-laut-

udara. Integrasi melalui darat akan menimbulkan berkurangnya luasan kawasan

lindung. Sedangkan integrasi melalui kombinasi darat-laut-udara, dinilai kurang

fleksibel dan sangat terbatas. Oleh karena itu pembangunan jalan diupayakan

semaksimal mungkin dengan cara :

• Berada di luar kawasan cagar alam baik yang direncanakan maupun yang

sudah ditetapkan.

• Pembangunan jalan logging oleh HPH sebaiknya terintegrasi dengan jalan

trans.

• Pembangunan jalan yang melalui kawasan lindung harus memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan.

• Pengawasan yang ketat terhadap kontraktor pembebasan untuk menjamin agar

pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.

2.17.6 Penyebaran dan Pemerataan Pertumbuhan

Selama dekade terakhir dinamika pembangunan di Provinsi Irian Jaya Barat,

yang merupakan wilayah jurisdiksi Provinsi Irian Jaya Barat, sangatlah pesat. Hal ini

ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah proyek-proyek di berbagai sektor antara

lain sektor kehutanan, perikanan dan pertambangan yang mulai beroperasi di wilayah

tersebut. Salah satu diantaranya adalah mega proyek LNG Tangguh milik Beyond

Petroleum (BP) di Teluk Bintuni. Di sisi lain, wilayah Kepala Burung merupakan

wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keanekaragaman hayati yang

unik yang tidak terdapat di tempat lain sehingga perlu dilindungi keberadaannya.

Salah satu aset lingkungan yang penting dan mendapat perhatian internasional adalah

kawasan hutan bakau di Teluk Bintuni yang merupakan hutan bakau terluas kedua di

Asia Tenggara (426.000 Ha).

Page 41: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 41

Belajar dari pengalaman sebelumnya (dalam hal ini kasus Freeport di Timika),

disadari oleh semua pihak bahwa sangatlah penting mencegah pemusatan

pertumbuhan di kawasan di mana terdapat investasi berskala besar yang mana kondisi

alamnya sangat sensitif seperti wilayah Teluk Bintuni. Disamping itu pula, pelajaran

yang diperoleh disini adalah perlunya pengembangan wilayah Kepala Burung dengan

menggunakan prinsip penyebaran pusat pertumbuhan serta diversifikasi sektor usaha.

Cara ini akan dapat menjawab kebutuhan pembangunan yang ”equitable” serta

menghadirkan opsi lain yang sifatnya sektoral. Dengan demikian tidak semata-mata

tergantung pada bidang gas alam saja. Penyebaran pusat pertumbuhan serta

pengembangan sektor lain juga akan dapat memperbaiki serta memperkuat struktur

ekonomi yang cenderung berisifat monosektor.

Sebagai suatu pendekatan pembangunan, perlu dipastikan bahwa Penyebaran

Pusat Pertumbuhan menjadi program prioritas pada tingkat lokal baik Provinsi

maupun Kabupaten/Kota.

2.17.7 Pelestarian Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Seperti yang banyak terjadi di wilayah lain di Indonesia, pemanfaatan sumber

daya alam cenderung dilakukan secara eksploitatif tanpa memperhatikan

keberlanjutan dan daya dukung lingkungan disekitarnya.

Gambar 2.15 Aktivitas logging yang

Intensif dapat mengancam kelestarian

Lingkungan.

• Merancang sistem dan pola pengelolaan hutan dan kepentingan masyarakat adat

di Provinsi Irian Jaya Barat untuk mendapatkan bentuk pengelolaan hutan

berbasis masyarakat dengan penerapan sistem silvikultur yang menjamin

keberlanjutan sumber daya alam di Irian Jaya Barat.

• Mengefektifkan peraturan pengelolaan sumber daya alam.

• Melakukan kegiatan peningkatan kapasitas anggota legislatif dan eksekutif

mengenai permasalahan sumber daya hutan, tambang-mineral dan perairan

untuk mendapatkan pemahaman yang maju sesuai perkembangan perundang-

undangan.

Berdasarkan uraian tersebut maka beberapa

kebutuhan yang diperlukan untuk

memperbaiki sistem pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan di wilayah Irian

Jaya Barat demi mewujudkan pembangunan

yang berkelanjutan adalah sebagai berikut:

• Memastikan adanya dukungan regulasi

yang efektif dalam pengelolaan

sumber daya alam hutan, mineral-

tambang dan perairan di Provinsi Irian

Jaya Barat.

Page 42: K o n d i s i U m u m - · PDF fileBanyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah ... 500.000 jenis flora dan fauna. ... dan Jenis Kelamin di Provinsi

K o n d i s i U m u m

RPJMD Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2006 – 2011

II - 42

2.17.8 Pengembangan Kelembagaan

Sebagai provinsi baru, Provinsi Irian Jaya Barat terbentuk pada era otonomi

fase konsolidasi dan tuntutan terhadap manifestasi prinsip ‘Good Governance’.

Sebagai provinsi baru, peranan aparatur menjadi penting Sebagai provinsi baru,

Provinsi Irian Jaya Barat terbentuk pada era otonomi fase konsolidasi tahun 2006.

Salah satu faktor kunci dalam ‘Good Governance’ adalah kapasitas pemerintah

daerah. Masalah berkaitan dengan kemampuan pemda dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam Pemberdayaan aparatur, harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal,

meskipun sudah ada Peraturan Pemerintah (PP) yang ditentukan oleh pemerintah

pusat. Dari pengalaman di beberapa provinsi di Indonesia, masalah pemberdayaan

aparatur : dalam penyusunan struktur dan penempatan personil ada subjektivitas

dalam pemilihan personil, tidak mempertimbangkan ‘the right man on the right place’,

proses pembentukan struktur tidak diikuti dengan ‘Job analysis’ yang tepat. Jadi

Provinsi Irian Jaya Barat dapat belajar banyak dari provinsi lain mengenai penataan

struktur organisasi, penempatan personil, belajar dari kasus-kasus yang sudah diteliti

di provinsi lain. Dari domain-domain tadi, maka sebagai provinsi baru, peran aparatur

sangat penting, bagaimana capacity buiding/pemberdayaan lembaga-lembaga yang

ada dan keterkaitan sinergi antara lembaga-lembaga itu, mengingat Provinsi Irian Jaya

Barat menghadapi tantangan situasi yang berat dan serba kontras. SDA sebagian besar

masih potensi, riil belum diolah. Misalnya, disini ada Multinational Cooperation high

tech seperti BP Tangguh atau Petro China yang padat modal, tapi masih ada food

gathering complex belum sampai taraf subsisten. Oleh karena itu tantangan yang

harus dihadapi terutama oleh pemberintah daerah dalam pelayanan publik adalah

bagaimana menghadapi masalah masyarakat golongan ini.

Guna merumuskan bentuk dan mekanisme kelembagaan pembangunan yang

efektif dan sesuai dengan karakteristik wilayah Irian Jaya Barat, beberapa hal berikut

perlu dilakukan sebagai pra-syarat dasar pengembangan kelembagaannya.

• Desentralisasi struktur dan kapasitas pemerintahan dari segi dana, dan tenaga

ke arah distrik dan kampung.

• Mengembangkan kapasitas dari pemerintah provinsi dan kabupaten baru

dalam perencanaan, pemograman, penganggaran dan penyediaan pelayanan.

• Mengalokasikan sebagian besar dana pembangunan pada tingkat yang

berwenang atau paling kompeten dalam memberikan pelayanan publik.

• Meningkatkan kemampuan DPRD (kapasitas dan instrumen) dalam

menjalankan fungsi legislasi dan pengawasan.

• Mengembangkan kapasitas pengelolaan dari organisasi-organisasi

kemasyarakatan.

• Memperkuat/menambah kemitraan dan kerjasama antara pemerintah dengan

lembaga CSO yang berkompeten dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan

pelayanan publik.