u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

18
1 bahasa indonesia TATA KATA Semester 1 (Kurikulum 2013, kelas XII SMA, Umum/MIA dan IIS). Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari Pelajaran 01, siswa diharapkan mempunyai kemampuan: 1. Memahami konsep dasar afiks. 2. Memahami fungsi afiks, afiksasi, dan makna gramatikal afiks. 3. Memahami konsep dasar reduplikasi. 4. Memahami fungsi reduplikasi, proses reduplikasi, dan makna gramatikal reduplikasi. 5. Memahami konsep kompositum atau kata majemuk. K u r i k u l u m 2 0 1 3 , K e l a s X I I S M A , U m u m / M I A d a n I I S Sesi 17 Bahasa 1. Memahami proses morfologis, fungsi, dan makna gramatikal kata. 1.1 Memahami afiks, afiksasi, fungsi, dan makna gramatikal afiks. 1.2 Memahami reduplikasi, fungsi, dan makna reduplikasi. 1.3 Memahami kompositum.

Transcript of u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

Page 1: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

1

bahasa indonesia

TATA KATA

Semester 1 (Kurikulum 2013, kelas XII SMA, Umum/MIA dan IIS).

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari Pelajaran 01, siswa diharapkan mempunyai kemampuan:1. Memahami konsep dasar a� ks.2. Memahami fungsi a� ks, a� ksasi, dan makna gramatikal a� ks.3. Memahami konsep dasar reduplikasi.4. Memahami fungsi reduplikasi, proses reduplikasi, dan makna gramatikal reduplikasi.5. Memahami konsep kompositum atau kata majemuk.

Kuri

kulu

m 2

013, Kelas XII SMA, Umum

/MIA

dan IIS

Sesi

dan

IIS17

Bahasa1. Memahami proses morfologis, fungsi,

dan makna gramatikal kata.1.1 Memahami a� ks, a� ksasi, fungsi, dan

makna gramatikal a� ks.1.2 Memahami reduplikasi, fungsi, dan

makna reduplikasi.1.3 Memahami kompositum.

Page 2: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

2

A. TATA KATA (MORFOLOGI)

a. Pengertian Morfologi

Morfologi dalam Kamus Linguistik Indonesia karya Kridalaksana adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem.

Dalam Morfologi dibicarakan tentang seluk-beluk bentuk kata dan proses pembentukannya serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata. (Ramlan: 1:1967)

b. Morfem dan Jenisnya

Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Misalnya ter-, di-, pensil, dsb.

Ada dua jenis morfem, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.

1. Morfem Bebas

Morfem bebas adalah morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata (kata dasar). Misalnya: rumah, lari, tanah, dsb.

2. Morfem Terikat

Morfem terikat adalah morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Terbagi menjadi dua, yakni:

• Terikat Morfologis

Terikat morfologis adalah keterikatan pada bentuk lain.

Contoh: A� ks (me-, ber-, ter-, -an, ke-an, pe-an, dsb.), kilitika (kau- , ku-, -mu, -nya), partikel (-lah, -tah, -kah, -pun, per), dan unik (siur, masai, legam).

• Terikat Sintaksis

Terikat sintaksis adalah keterikatan pada kontruksi kalimat. Misalnya: untuk, di, ke, dari, dll.

B. AFIKS (IMBUHAN)

A� ks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya.

Page 3: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

3

Macam-macam a� ks, antara lain:

1. Pre� ks (awalan) : ber-, se-, me-, di-, pe-, ke-, per-, ter-.

2. In� ks (sisipan) : -em-, -el-, -er-, -in-.

3. Su� ks (akhiran) : -I, -kan, -an, -nya.

4. Kon� ks : me-i, me-kan, pe-an, per-kan, ke-an, ber-an.

5. Kombinasi a� ks: memper-, diper-, memper-i, memper-kan, diper-i, diper-kan.

a. Kaidah KTSP

Imbuhan me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an jika dilekati dengan kata dasar yang huruf awalnya K, T, S, dan P akan mengalami nasalisasi. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP. Prosesnya sebagai berikut:

1. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi huruf vokal (a, i, u, e, o) maka huruf KTSP lesap/luluh.

Contoh:

• me- + pesona = memesona

• me-kan + terjemah = menerjemahkan

• me- + kilat = mengilat

2. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi huruf konsonan maka huruf KTSP tidak lesap.

Contoh:

• me- + proses = memproses

• me- + kritik = mengkritik

3. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-an

Contoh:

• me- + bom = mengebom

• me- + cor = mengecor

b. Imbuhan me- , me-kan, dan me-i

1. Imbuhan me-

Berfungsi membentuk kata kerja transitif dan intransitif. Dalam membentuk kata berimbuhan, pre� ks me- beralomorf menjadi me-, men-, mem-, meng-, meny-, dan menge-.

Makna imbuhan me-, antara lain:

Page 4: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

4

• Menyatakan makna 'menggunakan'. Misalnya: menyisir, mencangkul, membajak.

• Menyatakan makna 'menjadi' seperti tersebut pada kata dasar. Misalnya: melebar, meninggi.

• Menyatakan makna 'mencari' seperti yang tersebut pada kata dasar. Misalnya: mendamar, merotan, merumput.

• Menyatakan proses. Misalnya: menguning, menghijau.

• Menyatakan makna 'dalam keadaan'. Misalnya: mengantuk, menyendiri.

• Menyatakan makna 'memberi … pada'. Misalnya: mengecat, memupuk.

2. Imbuhan me-kan

Imbuhan me-kan berfungsi membentuk kata kerja transitif. Imbuhan me-kan beralomorf sama seperti imbuhan me-.

Ada beberapa makna yang dimunculkan imbuhan me-kan, antara lain:

• Menyatakan makna 'membuat jadi (kausatif)'. Misalnya: melebarkan, meninggikan.

• Menyatakan perbuatan untuk orang lain (benefaktif ). Misalnya: membelikan, menjualkan, membukakan.

• Menyatakan makna 'menuju ke…'. Misalnya: mendaratkan, menepikan.

• Menyatakan makna 'menganggap sebagai...'. Misalnya: mendewakan, menganaktirikan.

3. Imbuhan me-i

Imbuhan me-i berfungsi membentuk kata kerja transitif. Beralomorf sama seperti imbuhan me- dan me-kan.

Imbuhan me-i memiliki beberapa makna:

• Menyatakan makna 'menyebabkan jadi (kausatif )'. Contoh: mengotori, memanasi.

• Menyatakan tindakan yang dilakukan berulang-ulang. Contoh: melempari, menembaki, mencabuti.

• Menyatakan makna 'memberi' seperti yang tersebut pada kata dasar. Contoh: menggarami, menggulai, menyampuli.

• Menyatakan makna benefaktif. Contoh: menganugerahi, menghadiahi, meminjami.

• Menyatakan tempat. Contoh: menduduki, memasuki.

Page 5: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

5

c. Imbuhan pe-an, per-an, dan ke-an

1. Imbuhan pe-an

Secara umum berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari kata kerja berawalan me-. Oleh karena itu, imbuhan pe-an beralomorf pe-an, pem-an, pen-an, peng-an, peny-an, dan penge-an.

Makna imbuhan pe-an kemunculannya sering dipengaruhi atau ditentukan oleh kalimatnya. Beberapa makna tersebut:

• Menyatakan proses. Contoh: pembuatan, pembentukan, peleburan.

• Menyatakan tempat. Contoh: penggorengan, penggilingan, pengadilan.

• Menyatakan hal. Contoh: penderitaan, perasaan.

2. Imbuhan per-an

Imbuhan per-an berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari kata kerja berawalan ber-. Alomorf dari imbuhan per-an adalah per-an, pe-an, dan pel-an.

Imbuhan per-an memiliki makna lebih banyak daripada imbuhan pe-an. Beberapa maknanya sebagai berikut:

• Menyatakan proses. Contoh: perhitungan, perdebatan, pernikahan.

• Menyatakan tempat. Contoh: perhentian, permukiman, permakaman.

• Menyatakan hal yang abstrak. Contoh: pertunjukan, perdamaian.

• Menyatakan hasil. Contoh: persatuan, perluasan, perlebaran.

• Menyatakan kumpulan. Contoh: pertokoan, perumahan.

3. Imbuhan ke-an

Imbuhan ke-an fungsinya membentuk kata benda dan kata kerja pasif. Imbuhan ke-an tidak memiliki alomorf.

Makna yang ditimbulkan oleh imbuhan ke-an, antara lain:

• Menyatakan makna 'terlalu'. Contoh: kependekan, ketinggian, kekecilan, kebesaran.

• Menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Contoh: kelewatan, ketiduran.

• Menyatakan sifat. Contoh: kemuliaan, keindahan, kepicikan.

• Menyatakan makna 'agak atau menyerupai'. Contoh: kebarat-baratan, kemerah-merahan.

Page 6: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

6

d. Imbuhan ber- dan ter-

1. Imbuhan ber-

Imbuhan ber- berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri).

Makna yang dimunculkan dari imbuhan ber-, antara lain:

• Menyatakan makna 'mempunyai'. Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut.

• Menyatakan makna 'memakai'. Contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.

• Menyatakan makna melakukan tindakan untuk diri sendiri (re� eksif ). Contoh: berhias, bercukur, bersolek.

• Menyatakan makna 'berada dalam keadaan'. Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.

• Menyatakan makna 'saling', atau 'timbal-balik' (resiprok). Contoh: bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan. dll.

2. Imbuhan ter-

Imbuhan ter- berfungsi membentuk kata kerja (pasif ) atau kata sifat.

Makna yang ditimbulkan dari imbuhan ter-, antara lain ialah:

• Menyatakan makna 'dalam keadaan di'. Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.

• Menyatakan makna 'dikenai tindakan secara tak sengaja'. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul.

• Menyatakan makna 'dapat di-'. Contoh: terangkat, termakan, tertampung.

• Menyatakan makna 'paling (superlatif )'. Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk, dll.

e. Imbuhan di-, ke-, dan –an

1. Imbuhan di-

Imbuhan di- berfungsi membentuk kata kerja.

Makna yang dimunculkan oleh awalan di-, antara lain:

• Jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan pekerjaan pasif. Contoh: diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola.

Page 7: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

7

• Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna 'dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi'.

2. Imbuhan ke-

Imbuhan ke- berfungsi membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja, membentuk kata benda dengan arti 'orang atau sesuatu yang di…'.

Makna yang dimunculkan dari imbuhan ke-, antara lain:

• Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata benda akan membentuk makna tingkat.

Contoh: Ia duduk di kursi kedua himpunan atau kumpulan; Kedua orang itu teman saya.

• Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna 'kena atau tidak sengaja'. Contoh: ketipu, ketabrak.

• Dalam Bahasa Indonesia, a� ks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah, dan kata benda. Beberapa di antaranya, yaitu:

• Pembentuk kata bilangan tingkat, nosinya menyatakan 'urutan'. Misalnya: anak kelima, pelajaran kedua.

• Pembentuk kata bilangan jumlah, nosinya menyatakan makna 'kumpulan jumlah'. Misalnya: kedua anak itu, kesemuanya.

• Pembentuk kata benda, nosinya menyatakan makna 'orang atau sesuatu yang di, yang dianggap'. Misalnya: ketua, kekasih, kehendak.

• Sebagai pembentuk kata benda, pre� ks ke- bermakna gramatikal 'yang di ... i', atau 'yang di ... kan', seperti pada kata kekasih dan ketua.

Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan a� ks ke- dalam bahasa Indonesia, yaitu: ketemu, kelanggar.

3. Imbuhan -an

Imbuhan –an berfungsi membentuk kata benda.

Makna yang dimunculkan dari imbuhan –an, antara lain:

• Menyatakan makna 'hasil' atau 'akibat dari me-'. Contoh: tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan, tinjauan, masukan.

• Menyatakan makna 'alat untuk melakukan pekerjaan'. Contoh: timbangan, gilingan, gantungan.

Page 8: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

8

• Menyatakan makna 'setiap'. Contoh: harian, bulanan, tahunan, mingguan.

• Menyatakan makna 'kumpulan', atau 'seperti', atau 'banyak'. Contoh: lautan, durian, rambutan, dll.

Catatan:

Imbuhan ada yang produktif dan tidak produktif. Imbuhan produktif adalah imbuhan yang mampu menghasilkan terus dan dapat digunakan secara teratur membentuk unsur-unsur seperti me-, di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per- an, dan ke-an. Imbuhan tidak produktif seperti sisipan -el-, -em-, er-.

f. Imbuhan Serapan

Imbuhan serapan adalah imbuhan yang diambil dari bahasa asing yang digunakan dalam kata turunan bahasa Indonesia. Imbuhan serapan di bawah ini dikutip dari bukunya JS Badudu.

1. Akhiran –isme

Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai kata-kata seperti modernisme, komunisme, dan kolonialisme. Dalam bahasa Inggris: modernism, communism, colonialism. Kalau kita bandingkan bentuk-bentuk bahasa Belanda dan Inggris, kita akan dapat mengambil kesimpulan bahwa kata-kata yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia sekarang yang berakhir dengan –isme kita pungut dari bahasa Belanda dan bukan dari bahasa Inggris karena bentuk-bentuk bahasa Indonesia lebih dekat kepada bentuk bahasa Belanda.

Akhiran –isme mengandung makna 'ajaran, paham, aliran'. Rupanya akhiran –isme pun dalam bahasa Indonesia mulai keluar dari batas bahasa asalnya karena akhiran itu sering dilekatkan orang pada bentuk dasar yang bukan kata Belanda atau Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai pemakaian –isme seperti pada kata bentukan: wadamisme, bapakisme, Durnoisme. Kata Wadam, bapak, dan Durno jelas bukan bahasa asing.

2. Akhiran –isasi

Akhiran –isasi kita jumpai pada kata-kata bentukan seperti spesialisasi, modernisasi, liberalisasi, netralisasi. Bandingkan dengan bahasa Belanda: specialisatie, modernisatie, liberalisatie, neutralisatie, dan bahasa Inggris: specialization, modernization, neutralization. Akhir kata –tie dalam bahasa Belanda dilafalkan sebagai /si/ dalam bahasa Indonesia. Oleh karena lafal bahasa Indonesia lebih dekat kepada lafal bahasa Belanda dibandingkan dengan lafal bahasa Inggris, kita dapat mengatakan kata-kata pungut seperti itu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda.

Page 9: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

9

3. Akhiran –is

Akhiran –is berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata-kata ekonomis, praktis, logis. Kata-kata itu kita pungut dari Bahasa Belanda: economisch, practish, logisch. Jadi, akhiran bahasa Belanda –isch kita jadikan –is dalam bahasa Indonesia. Kata-kata dengan akhiran –isch seperti di atas dalam bahasa Belanda merupakan kata sifat, demikian juga kata-kata Indonesianya. Ekonomis artinya 'bersifat ekonomi', maksudnya 'mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi'; praktis artinya 'mudah diterapkan di dalam praktek'. Akhiran –is mulai dipakai pada bentuk-bentuk dasar yang bukan kata Belanda saja, melainkan pada bentuk kata dasar lain. Contohnya dalam bahasa Indonesia, kita jumpai sekarang kata-kata seperti: Pancasilais yaitu (orang-orang) yang menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam tindak-tanduknya, tingkah lakunya dalam hidup sehari-hari. Kita juga melihat penggunaan akhiran –is pada bentuk-bentuk: Maois, Durnois, dsb.

4. Akhiran –iah

Akhiran –iah berasal dari bahasa Arab. Baik akhiran –i atau –wi maupun akhiran –iah fungsinya sama, yaitu membentuk kata benda menjadi kata sifat dan mempunyai makna gramatikal 'mempunyai sifat'. Kata badaniyyun dan badaniyyatun dalam bahasa Arab menjadi badani atau badaniah dalam bahasa Indonesia. Kedua bentuk itu dalam bahasa Arab sama artinya 'mempunyai sifat badan'; alami dan alamiah artinya 'mempunyai sifat alam'. Perbedaan bentuk yang tampak pada kedua kata itu disebabkan oleh perbedaan kasus. Yang pertama bentuk maskulinum dan yang kedua femininum (dalam bahasa Arab disebut muzakkar dan mu’annas). Bentuk-bentuk dengan akhiran –iyyatun dalam bahasa Arab menjadi –iyyah jika bunyi akhir tun tidak dilafalkan. Jadi, badaniyyatun sama dengan badaniyyah, alamiyyatun sama dengan alamiyyah. Dalam bahasa Indonesia, bunyi –iyyah itu kita tulis dengan i-a-h saja menjadi–iah, bukan –iyah.

Contoh: Ilmiah, alamiah, rohaniah, badaniah, insaniah, falsa� ah.

5. Akhiran –i atau –wi

Akhiran –i atau wi- berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia, kita kenal kata-kata dengan akhiran –i atau –wi, seperti badani, insani, alami, duniawi. Di samping itu, kita mengenal juga kata-kata badan, insan, alam, dunia. Akhiran –i atau –wi dari bahasa Arab itu bukan dua akhiran atau dua macam akhiran, melainkan satu akhiran karena kedua-duanya mewakili satu morfem. Perbedaan bentuknya itu timbul karena lingkungan yang dimasukinya berbeda. Bila kata dasar berakhir dengan konsonan, dalam contoh di atas /n/ dan /m/ maka akhiran yang muncul ialah –i, sedangkan bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, maka yang muncul ialah –wi. Kita mengenal bentuk bahasa Indonesia surgawi, manusiawi, bahkan agamawi

Page 10: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

10

dan tatabahasawi. Bentuk-bentuk dasar berakhiran –wi itu bukan dari bahasa Arab, melainkan kata Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta.

Akhiran –i atau –wi mempunyai makna 'mempunyai sifat'. Penderitaan badani artinya 'penderitaan yang bersifat badan', misalnya bila seseorang beroleh hukuman badan; badan alami artinya 'bakat yang bersifat alam'. Itu sebabnya surgawi dan manusiawi artinya 'mempunyai sifat surga' dan 'mempunyai sifat manusia'. Kata gereja berasal dari bahasa Portugis berakhir dengan vokal /a/. Analogi yang tepat ialah bentuk duniawi (dunia+wi). Jadi, bentukan yang tepat ialah gerejawi seperti contoh lain surgawi (surga+wi) dan manusiawi (manusia+wi).

6. Akhiran –wan

Akhiran -wan diserap dari bahasa Sansekerta -van atau -vati. Su� ks -wan memiliki alomorf -man dan -wati. Pada masa lampau alomorf -man diletakkan pada dasar yang berakhir dengan fonem /i/. Contoh: budiman, seniman. Saat ini su� ks -man sudah tidak produkif lagi; pembentukan nomina baru sering mempergunakan -wan yang lebih produktif. Alomorf -wati dipakai untuk mengacu pada perempuan. Seorang pekerja perempuan, misalnya, dinamakan karyawati, sedangkan rekan prianya dinamakan karyawan.

Makna yang dimunculkan dari akhiran –wan, antara lain:

• Orang yang ahli dalam bidang tertentu, orang yang mata pencarian atau pekerjaannya dalam bidang tertentu, atau orang yang memiliki barang atau sifat khusus. Pada mulanya arti akhiran ini hanya sebatas 'orang yang ...'. Contoh: bangsawan orang yang memiliki bangsa, hartawan orang yang memiliki harta, rupawan orang yang memiliki rupa yang elok, jutawan, dermawan.

• Dalam perkembangan bahasa Indonesia, akhiran –wan mengalami perluasan makna, sehingga dapat bermakna 'orang yang ahli dalam bidang ... '. Contoh: ilmuwan orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu, negarawan orang yang ahli dalam bidang ilmu negara, � sikawan orang yang ahli dalam bidang � sika, sastrawan, bahasawan, sejarawan, budayawan, rohaniwan.

• Jenis perluasan yang kedua adalah yang bermakna 'orang yang berprofesi dalam bidang ....'. Contoh: usahawan orang yang berprofesi dalam bidang usaha tertentu, olahragawan orang yang berprofesi dalam bidang olahraga, peragawan orang yang berprofesi dalam bidang peragaan, pustakawan, wartawan, karyawan, dll.

Page 11: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

11

Sifat imbuhan –wan, yakni:

• Akhiran -wan hanya dapat mengikuti nomina atau adjektiva, tidak pernah melekat pada kata kerja (perkecualian yang patut dihindari adalah kata pirsawan). Relawan adalah salah, yang benar adalah sukarelawan- "orang yang dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa".

• Akhiran -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup.

• Akhiran -wan dapat bergender netral ataupun lelaki, untuk perempuan menggunakan -wati, namun tidak semua yang dapat dilekati dengan -wan dapat dilekati dengan -wati.

C. REDUPLIKASI

Reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal. Reduplikasi inilah yang disebut dengan kata ulang. Misalnya: rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, siswa-siswi, tetumbuhan, bermain-main, dan sebagainya.

Berbeda dengan bentuk ulang. Bentuk ulang adalah bentuk yang mengalami perulangan yang pada dasarnya merupakan kata dasar. Misalnya: sia-sia, laba-laba, biri-biri, kupu-kupu.

Fungsi dari kata ulang adalah sebagai alat untuk membentuk jenis kata dan dapat dikatakan bahwa perulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama, seperti bila kata itu tidak diulang. Contoh: mobil (kata benda), mobil-mobilan (kata benda).

a. Macam-Macam Kata Ulang

1. Dwilingga (Kata Ulang Utuh)

Dwilingga (kata ulang utuh) adalah reduplikasi seluruh bentuk dasar.

Contoh: gadis-gadis, mobil-mobil, peraturan-peraturan, permainan-permainan.

2. Dwilingga Salin Suara (Kata Ulang Berubah Bunyi)

Dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi adalah pengulangan kata penuh dengan variasi vokal.

Contoh: lauk > lauk-lauk >lauk-pauk, warna > warna-warna> warna-warni.

3. Dwipurwa (Kata Ulang Sebagian)

Dwipurwa disebut kata ulang sebagian adalah pengulangan sebagian atau seluruh suku awal sebuah kata.

Contoh: laki > lalaki> lelaki, tamu > tatamu> tetamu, jaka > jajaka> jejaka.

Page 12: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

12

4. Kata Ulang Berimbuhan

Contoh: surat-menyurat, bertanya-tanya.

5. Kata Ulang Semu

Contoh: kupu-kupu, gado-gado, compang-camping, anai-anai, pura-pura, mondar-mandir, alih-alih.

b. Makna Kata Ulang

Kata ulang dapat bermakna sebagai berikut:

1. Menyatakan hal: masak-memasak, karang mengarang.

2. Menyerupai: kekanak-kanakan, kemerah-merahan.

3. Agak atau melemahkan: pening-pening, pusing-pusing.

4. Serba atau seragam: putih-putih.

5. Resiprok (berbalasan): bersalam-salaman, berpeluk-pelukan.

6. Mengeraskan arti (intensitas):

• Intensitas kuantitatif: siswa-siswa, guru-guru, orang-orang

• Intensitas kualitatif: cantik-cantik, kuat-kuat, benar-benar.

• Intensitas frekuentatif: memukul-mukul, memeluk-meluk.

• Intensitas variatif: tetumbuhan, pepohonan, buah-buahan.

c. Penulisan Kata Ulang

1. Gunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya, misalnya anak-anak, kupu-kupu, dan sayur-mayur.

2. Kata majemuk berupa kata benda dilakukan dengan mengulang unsur pertama, misalnya rumah-rumah makan, surat-surat kabar, kereta-kereta api cepat.

3. Kata majemuk yang dianggap padu diulang seluruh katanya, misalnya segitiga-segitiga dan saputangan-saputangan.

4. Kata ulang ditulis serangkai dengan awalan atau akhiran, misalnya berhati-hati dan perundang-undangan.

5. Kata dasar yang tidak mengalami peluluhan KTSP diulang dalam bentuk dasarnya, misalnya mengulur-ulur (bukan mengulur-ngulur).

6. Kata dasar yang mengalami peluluhan KTSP diulang dalam bentuk luluhnya, misalnya memanggil-manggil (bukan memanggil-panggil).

7. Tidak boleh menulis kata yang semakna dengan kata ulangnya, misalnya saling bermaaf-maafan, saling pukul-memukul.

Page 13: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

13

D. KATA MAJEMUK

a. Pengertian Kata Majemuk

Kata majemuk atau kompositum adalah kata yang telah mengalami proses pemajemukan yang unsurnya berupa morfem dasar berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakan dengan frasa atau kelompok kata—gabungan morfem yang bukan kata majemuk.

Secara lahiriah kata majemuk sama dengan kelompok kata. Untuk itu, kita harus dapat mengenali kata majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya kata orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Ciri Hubungan

Jika di antara kata orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi orang tua bukan kata majemuk, melainkan kelompok kata .

2. Ciri Konstruksi

Jika orang tua dapat dikembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi dengan tua, tidak dengan orang. Dengan demikian, konstruksi orang tua dalam hal ini adalah kelompok kata. Jika diperluas dengan imbuhan ber- menjadi berorang tua, imbuhan ber- adalah milik konstruksi orang tua, bukan hanya milik orang saja sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang tua pada berorang tua adalah kata majemuk.

3. Ciri Makna

Jika makna orang tua mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut, konstruksi orang tua adalah kelompok kata. Jika maknanya tidak terikat pada usia, tetapi pada “orang yang sudah pernah melahirkan atau sudah menjadi bapak atau ibu”, konstruksi orang tua adalah kata majemuk.

b. Ciri-Ciri Kata Majemuk

1. Ketaktersisipan

Ketaktersisipan yang berarti di antara unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun.

2. Ketakterluasan

Ketakterluasan yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan kecuali sekaligus.

3. Ketakterbalikan

Ketakterbalikan yang berarti unsur kompositum tidak dapat dipertukarkan.

Page 14: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

14

c. Jenis Kata Majemuk

1. Berdasarkan Unsur Pembentuk

Jenis kata majemuk berdasarkan unsur pembentuknya:

• Kata majemuk setara adalah kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya memiliki kedudukan yang sama.

Contoh: kaki tangan, tanah air, remuk redam, mencumbu rayu.

• Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari unsur-unsur kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu kedudukannya lebih tinggi daripada yang lain. Contoh: kamar mandi, meja hijau, kapal terbang, tangan kanan, kambing hitam, kamar tidur.

• Kata majemuk yang salah satu bentuk komponen berbentuk unik.

Contoh: simpang siur, gelap gulita, tua renta.

2. Berdasarkan Pembentuk Kata

Jenis kata majemuk berdasarkan pembentuk kata, yaitu:

• Kata majemuk yang membentuk kata kerja. Contoh: adu domba, temu wicara, adu argumen.

• Kata majemuk yang membentuk kata benda. Contoh: air terjun, sapu tangan, saksi mata.

• Kata majemuk yang membentuk kata sifat. Contoh: darah tinggi, ringan tangan, lanjut usia.

LATIHAN SOAL

1. Penulisan kata kerja berimbuhan yang tidak tepat terdapat dalam kalimat ... (SIMAK UI 2013)A. Anda boleh mengkritik kinerja saya jika ada hal yang tidak berkenan.B. Ternyata tidak mudah mentranskripsikan rekaman percakapan dalam bentuk kaset.C. Tidak mudah memengaruhi pola pikir masyarakat yang sudah tertanam sejak dulu.D. Penduduk sekitar TPA Bantar Gebang memprotes dibukanya kembali lahan

pembuangan sampah tersebut.E. Masyarakat mempercayakan aspirasinya pada wakil rakyat yang terpilih.

2. Cermatilah kalimat berikut! Terdakwa terbukti bersalah di pengadilan.

Page 15: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

15

Makna imbuhan pe-an pada kata “pengadilan” dalam kalimat tersebut adalah …. (UN 2013)A. prosesB. caraC. hasilD. tempatE. hal

3. Pembentukan kata-kata berikut sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kecuali …. (SIMAK UI 2011)A. mengkliring, mencap, mengkop.B. mengklakson, mengeset, mengicau.C. mengeklik, mengelem, mengelas.D. mengelap, mengkhitan, mengilap.E. mengklari� kasi, mengklise, mengontrol.

4. Makna imbuhan me(N)-kan pada kalimat “Ayah membelikan saya sepatu baru” sama dengan makna imbuhan me(N)-kan yang terdapat pada kalimat … (Ebtanas 2003)A. Dia mengambilkan ayah kacamata.B. Tono memasukkan sepeda motornya ke garasi.C. Saya menyerahkan surat-surat kepada kepala sekolah.D. Nita meletakkan tasnya di meja.E. Dia menjahitkan baju kepada Bu Rini.

5. Saya sampai di kecamatan pukul 09.00. Kalimat yang menggunakan kata berimbuhan per-an yang semakna dengan ke-an pada

kalimat di atas adalah … (UN 2005)A. Kamu harus memenuhi persyaratan yang diminta.B. Pertanian di desaku makin modern.C. Setiap bangsa mendambakan perdamaian.D. Kami singgah di peristirahatan keluarga dr. Rio.E. Kita harus menjunjung persatuan bangsa.

6. Cermatilah paragraf berikut! Pulang ke rumah ia menatap sekeliling, “Mana anak baru itu?” dalam hati Bu Diba ... Setelah

Mbok Warsiyah yang setia menjadi orang sibuk membantu Bu Diba mengurus rumah dan …. yang diasuh Bu Diba. Segera ia bertanya, “Mana Yayah, War!”

Kata ulang yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah …. (UN 2013)

Page 16: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

16

A. berdegup-degup, siswa-siswi.B. berdebar-debar, hewan-hewan.C. berpikir-pikir, siswa-siswi.D. bertanya-tanya, anak-anak.E. tertawa-tawa, orang-orang.

7. Setelah lima tahun di Eropa, cara bergaulnya kebarat-baratan. Karena sikapnya itu teman-temannya mulai menjauhi dia.

Makna perulangan pada kata kebarat-baratan sama dengan makna perulangan kata dalam kalimat … (UN 2001)A. Buku-buku di perpustakaan disusun dengan rapi.B. Mereka duduk berdekat-dekatan dalam ruangan itu.C. Umurnya cukup dewasa, tetapi cara berpikirnya masih kekanak-kanakan.D. Kedua orang itu saling bersalam-salaman dihadapan tamunya.E. Para remaja tidak diperkenankan mencoret-coret fasilitas umum.

8. Kalimat yang menggunakan kata ulang yang tepat adalah … (UN 2003)A. Semua siswa-siswa kelas tiga SMU harus mengikuti ujian nasional.B. Banyak anak-anak zaman sekarang kurang menghargai orang yang lebih tua.C. Guru-guru merupakan ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.D. Banyak soal-soal bahasa Indonesia yang tidak dapat dijawab siswa.E. Para buruh-buruh pabrik melakukan demonstrasi kenaikan gaji.

9. Kita harus …. memecahkan masalah …. di tanah air. Kata-kata yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah …. (SIMAK UI 2012)

A. bersatu-padu; persepak-bolaan.B. bersatu-padu; persepakbolaan.C. bersatupadu; persepak-bolaan.D. bersatu-padu; persepak bolaan.E. bersatupadu; persepakbolaan.

10. Buah-buahan yang dijual pedagang kaki lima harganya lebih murah daripada di toko swalayan.

Kata ulang yang semakna dengan kata ulang dalam kalimat di atas adalah … (Ebtanas 2004)A. Petugas perpustakaan sedang menyusun buku-buku di rak buku.B. Untuk menakuti burung para petani membuat orang-orangan.

Page 17: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

17

C. Setiap hari kita harus memakan lauk-pauk yang bergizi.D. Sudah lama aku tidak surat-menyurat dengan temanku di Padang.E. Wajah anak itu kemerah-merahan ketika diketahui menyontek.

11. Kata majemuk yang berkonstruksi A dan B terdapat pada kalimat … (SPMB 2002).A. “Bila ingin berhasil, patahkan dulu kaki tangan musuh!” kata komandan pasukan tempur.B. Rumah sakit wajib menyiapkan kamar rawat inap bagi pasien yang tidak mampu.C. Kereta api itu datang tepat waktu.D. Orang tua sudah seharusnya memberikan contoh yang baik kepada anak-anak

mereka.E. Karena mendung, matahari tidak menampakkan sinarnya.

12. Berhari-hari lamanya dia berjalan mondar-mandir keluar masuk kantor. Dilihatnya banyak orang berdiri di depan loket. Ada yang sedang bercakap-cakap, tetapi tidak seorang pun yang tertawa-tawa, tanya-menanya, atau pandang memandang.

Kata ulang yang menyatakan berbalasan dalam paragraf di atas adalah .... (UN 2003)A. berhari-hari, mondar-mandir, bercakap-cakap.B. bercakap-cakap, tanya-menanya, pandang-memandang.C. berhari-hari, bercakap-cakap, tertawa-tawa.D. tertawa-tawa, tanya-menanya, lihat-melihat.E. tanya-menanya, lihat-melihat, berhari-hari.

13. Dari siang para demonstran bolak-balik menuju gedung putih.

Kata ulang yang sejenis dengan kata ulang dalam kalimat di atas adalah … (SPMB 2003).A. Mereka itu tentu saja ada yang cerdas dan ada juga yang pas-pasan.B. Dia selalu membalik-balikkan berita itu, padahal sebenarnya tidak begitu.C. Wajahnya kemerah-merahan ketika ketahuan menyontek.D. Dia membawa orang-orang dekat untuk menduduki jabatan.E. Dulu orang Indonesia terkenal dengan sifat ramah-tamahnya.

14. Penggunaan kata ulang yang tidak tepat terdapat pada kalimat … (SIMAK UI 2013).A. Mendengar keputusan bahwa kelompok mereka terpilih menjadi wakil kota Depok,

para siswa SMK Ceria berpeluk-pelukan.B. Setiap acara halalbihalal, karyawan di kantor tersebut saling bersalam-salaman.C. Orang itu mungkin sedang gelisah sebab dari tadi tangannya mengetuk-ngetuk

meja.

Page 18: u bahasa u m / esi 17 m l u S indonesia

18

D. Hujan yang lama ditunggu akhirnya datang juga, kodok di rawa berloncat-loncat dengan riang menyambut hujan.

E. Tolong fotokopi dokumen ini bolak-balik!

15. Kata ulang yang mempunyai makna sama dengan kata ulang pernak-pernik adalah …. (SIMAK UI 2013).A. kupu-kupuB. lintang-pukangC. bolang-balingD. awan-gemawanE. pucat-pasi