JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK...

116
TA/TL/2008/0254 TUGAS AKHIR PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG NITIPRAYAN Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan Disusun Oleh : Nama : Wahyu Kuncoro No. Mhs : 02 513 122 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Transcript of JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK...

Page 1: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

TA/TL/2008/0254

TUGAS AKHIR

PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG

NITIPRAYAN

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan

Disusun Oleh :

Nama : Wahyu KuncoroNo. Mhs : 02 513 122

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

TA/TL/2008/0254

TUGAS AKHIR

PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG

NITIPRAYAN

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan

Disusun Oleh :

Nama : Wahyu KuncoroNo. Mhs : 02 513 122

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 3: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1
Page 4: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik hingga tersusunnya laporan ini.

Pada kesempatan kali ini penulis mengangkat permasalahan menyusun

perencanaan pengelolaan sampah secara terpadu melalui penelitian dan uji sampel

untuk melihat potensi sampah yang dihasilkan oleh Kampung Nitiprayan.

Alternatif yang sedang dipertimbangkan salah satunya dengan menggunakan

Metode Komposting. Pertimbangan inilah yang kemudian penulis angkat menjadi

topik dalam tugas akhir ini.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar – besarnya atas bantuan, pengarahan, dan bimbingan yang

telah diberikan kepada kami dalam menyusun laporan ini, yaitu kepada :

1. Bapak Luqman Hakim,ST. M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan.

2. Bapak Ir. Widodo Brontowiyono, MSc, selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing penulis.

3. Bapak Eko Siswoyo, ST, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing penulis.

4. Ibu Dukuh Kampung Nitiprayan, yang telah membantu pelaksanaan Tugas

Akhir.

5. Seluruh dosen jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia.

6. Kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan motivasi dan semangat

bagi kami. Serta kakak dan adikku, terima kasih atas supportnya.

7. Teman-teman seperjuangan Solid waste, Ari, Rizky, Insan, Asep, Nug, mba’

Rin, terimakasih atas semuanya.

8. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Lingkungan yang telah memberikan

dukungannya.

Page 5: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

v

.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu baik langsung

maupun tidak langsung yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Tugas

Akhir ini.

Penyusun menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di

dalam penyusunan laporan ini, oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya

saran serta kritik yang bisa membangun.

Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi

penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Yogyakarta, Februari 2008

Penyusun,

Penulis

Page 6: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG NITIPRAYAN

INTISARI

Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakinbesarnya jumlah penduduk di Indonesia. Pemukiman penduduk sebagai tempat tinggal masyarakat adalahpenghasil sampah organik yang paling dominan. Pengelolaan yang paling sesuai dengan jenis sampahorganik adalah dengan metode komposting. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan manajemenpersampahan, merencanakan suatu reaktor kompos dan menguji parameter unsur N, P, K dan rasio C/Ndari hasil pengomposan, mengetahui timbulan, karakteristik dan komposisi sampah, serta mengetahuiberapa besar partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Pada penelitian ini sampah akan dipilah langsung dari sumbernya berdasarkan jenisnya yaituorganik, an organik, dan non 3R. Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metodekomposting yang dilakukan secara aerobik dengan penambahan starter EM4, dengan menggunakanreaktor dari drum plastik yang telah dilubangi bagian sampingnya. Untuk sampah an organik dan non 3Rdiolah dengan melakukan pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, TPS, dan kemudiandibuang ke TPA. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat penelitian dengan menggunakan kuisioner. Penelitian dilakukan pada 10 titik sampel rumah dan didapatkan jumlah timbulan sampah 0,2192kg/orang/hari yang terdiri dari sampah organik 0.1631 kg/orang/hari, sampah an organik 0,0539kg/orang/hari, dan sampah non 3R 0.0022 kg/orang/hari. Untuk komposting setiap 1 rumah menggunakanreaktor dengan kapasitas 190 liter. Kandungan kompos adalah Nitrogen (N) = 0,854 %, phospat (P) =1,25 %, Kalium (K) = 2,43% dan C/N = 41,16%. Waktu pematangan kompos adalah 40 hari. Jikadibandingkan dengan SNI untuk unsur N, P dan K memenuhi syarat, akan tetapi untuk rasio C/N terlalutinggi yang disebabkan karena komposisi dari kompos sebagian besar terdiri dari daun-daunan segar dankering. Sebagian besar masyarakat belum memiliki kesadaran untuk memilah sampah.

Kata kunci : Kompos, Sampah, Reaktor, Nitiprayan.

Page 7: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

INTEGRATED SOLIDWASTE MANAGEMENT OF NITIPRAYAN

ABSTRACTION

Solidwaste will be increasing along to the number of human being activity that is accompaniedgreater amount of resident in Indonesia. The settlement of resident as society residence is producer oforganic solidwaste which most dominant. The most appropriate management of organic solidwaste type iscomposting. The purpose of this research is planing solidwaste management, planning a compost reactor,and test element parameters of N, P, K, and C/N that is yielded by composting process, know amount ofsolidwaste, caracteristic, and solidwaste compotition. and also know the role of society to the solidwastemanagement. In this research solidwaste is classified directly from its source based on solidwaste types that isorganic, in organic and non 3R solidwaste. For the management of organic solidwaste use aerobiccomposting with enhancing EM4 as starter. The reactor made from plastical materials, in form of drum andthere are holes at shares of its side. For in organic and non 3R solidwaste is conducted with sorting,packaging, gathering, transporting, TPS and thrown to TPA. To know society participation research usingthe questionnaire. Research is conducted at 10 dots of sample house and got amount of solidwaste 0,2192kg/people/day. The weight of organic solidwaste 0,1631 kg/people/day, in organic solidwaste 0,0539kg/people/day, and non 3R 0,0022 kg/people/day. And yielded by reactor with capacities 190 litres forcapacities 1 house. Nitrogen content (N) = 0,0854 %, phosphat (P) = 1,25 %, Kalium (K) = 2,43 % andC/N ratio = 41,16 %. Time maturation of compost during 40 days, where its quality enough nicely andenough fulfill standard of SNI for compost, only value of C/N still high which is caused by composition ofcompost most consisting of fresh leafs and dry leafs.

Keyword : Composting, Solidwaste, Reactor, Nitiprayan

Page 8: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN.

HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTO

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR.

ABSTRAK.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian................................................................... 4

1.4 Batasan Masalah.................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian sampah................................................................. 6

2.2 Sumber sampah..................................................................... 6

2.3 Jenis sampah.......................................................................... 7

2.4 Karakteristik sampah............................................................. 8

2.5 Komposisi sampah................................................................ 9

2.6 Efek samping terhadap manusia dan kesehatan................. 9

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah

sampah................................................................................... 11

2.8 Standarisasi pengelolaan persampahan................................. 12

Page 9: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

2.9 Pengelolaan sampah.............................................................. 13

2.10 Pewadahan sampah............................................................... 15

2.11 Pengumpulan sampah............................................................ 17

2.12 Pola pengumpulan sampah................................................... 19

2.13 Pengolahan sampah............................................................... 21

2.14 Pengomposan (Composting).................................................. 24

2.14.1 Komponen kompos.................................................... 25

2.14.2 Keunggulan Kompos................................................. 25

2.14.3 Proses Pengomposan................................................. 26

2.14.4 Faktor yang mempengaruhi laju pengomposan...... 28

2.14.5 EM4.................................................................................................................. 32

2.15 Pembagian wilayah dari pusat kota ke daerah pedesaan... 34

2.15 Hipotesa................................................................................. 34

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

3.1 Umum.................................................................................... 35

3.2 Lokasi..................................................................................... 35

3.3 Luas wilayah......................................................................... 35

3.4 Kondisi topografi.................................................................. 35

3.5 Batas wilayah........................................................................ 35

3.6 Kependudukan....................................................................... 36

3.7 Potensi yang sudah ada....................................................... 36

3.8 Pola operasional pengelolaan sampah.................................. 37

3.9 Peran serta masyarakat.......................................................... 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Ide tugas akhir..................................................................... 38

4.2 Studi pustaka.......................................................................... 38

4.3 Pengumpulan data................................................................. 38

4.4 Penelitian atau sampling........................................................ 38

4.5 pengolahan data...................................................................... 40

4.6 Perencanaan pengelolaan sampah......................................... 41

Page 10: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

4.7 Bahan penelitian.................................................................... 41

4.7.1 Jenis pewadahan........................................................ 42

4.7.2 Kotak pengukur......................................................... 42

4.7.3 Timbangan dan meteran............................................ 43

4.7.4 Termometer dan pH soil............................................ 43

4.8 Komposting............................................................................ 43

4.8.1 Bahan pembuatan kompos........................................ 43

4.8.2 Persiapan reaktor....................................................... 44

4.8.3 Tahap pembuatan....................................................... 45

4.9 Diagram tahap perencanaan................................................. 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengukuran dan perhitungan berat sampah dan

volume sampah...................................................................... 49

5.2 Komposisi sampah................................................................. 51

5.3 Timbulan sampah................................................................... 53

5.4 Komposting............................................................................. 53

5.4.1 Desain reaktor kompos............................................. 53

5.4.2 Pengamatan pH........................................................... 54

5.4.3 Pengamatan suhu........................................................ 55

5.4.4 Kualitas akhir kompos.............................................. 55

5.5 Data responden...................................................................... 56

5.6 Pengujian dengan statistik..................................................... 64

5.6.1 Pendidikan terakhir dan kesadaran memilah dengan

Metoda statistik One Way Anova............................... 64

5.6.2 Nilai penghasilan dan jumlah anggota keluarga

dengan timbulan sampah menggunakan metode statistik

One Way ANOVA..................................................... 67

5.7 Pembahasan............................................................................. 70

5.7.1 Umum.......................................................................... 70

5.7.2 Perencanaan manajemen pengelolaan sampah.......... 73

Page 11: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

5.7.2.1 Pemilahan........................................................ 73

5.7.2.2 Pewadahan...................................................... 76

5.7.2.3 Pengumpulan................................................... 80

5.7.2.4 Tempat penampungan sementara................... 83

5.8 Strategi manajemen pengelolalaan sampah........................... 83

5.9 Komposting............................................................................. 84

5.9.1 Pengamatan pH........................................................... 84

5.9.2 Pengamatan suhu........................................................ 85

5.9.3 Hubungan pH dan suhu pada reaktor........................ 87

5.9.4 Pembahasan kematangan kompos............................. 88

5.9.5 Pembahasan kandungan N.......................................... 89

5.9.6 Pembahasan kandungan P.......................................... 89

5.9.7 Pembahasan kandungan K......................................... 89

5.2.4.8 Kualitas akhir kompos.............................................. 89

5.10 Sosialisasi dan pendekatan masyarakat................................ . 94

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan.............................................................................. 97

6.2 Saran......................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisis kimia kompos...................................................................25

Tabel 2.2 Perbandingan kandungan karbon dan nitrogen berbagai bahan

organik (C/N).................................................................................29

Tabel 2.3 Fungsi mikroorganisme di dalam larutan EM4..............................33

Tabel 5.1 Perhitungan berat, volume, dan berat jenis sampah

organik............................................................................................49

Tabel 5.2 Perhitungan berat, volume, dan berat jenis sampah an

organik............................................................................................50

Tabel 5.3 Perhitungan berat, volume, dan berat jenis sampah non

3R...................................................................................................50

Tabel 5.4 Rata-rata komposisi sampah di Kampung

Nitiprayan.......................................................................................52

Tabel 5.5 Pengukuran pH selama proses kompos berlangsung.....................54

Tabel 5.6 Pengukuran suhu selama proses kompos

berlangsung....................................................................................55

Tabel 5.7 Pengukuran kualitas akhir kompos................................................56

Tabel 5.8 Jumlah anggota keluarga responden..............................................56

Tabel 5.9 Penghasilan rata-rata responden per bulan.....................................57

Tabel 5.10 Pendidikan terakhir responden.......................................................58

Tabel 5.11 Pembuangan sampah rumah tangga oleh responden......................60

Tabel 5.12 Pemilahan sampah rumah tangga oleh responden.........................61

Tabel 5.13 Banyaknya sampah yang dibuang setiap hari................................62

Tabel 5.14 Jenis sampah yang dibuang setiap hari..........................................62

Tabel 5.15 Kesediaan jika dilakukan pengelolaan sampah secara terpadu di

kampung Nitiprayan.......................................................................63

Tabel 5.16 Correlation untuk nilai pendidikan dan kesadaran pemilahan......65

Page 13: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

Tabel 5.17 Homogenitas variansi untuk nilai pendidikan dan kesadaran

pemilahan.......................................................................................65

Tabel 5.18 Analysis of Variance (ANOVA) untuk nilai pendidikan dan

kesadaran pemilahan......................................................................66

Tabel 5.19 Analisis post hoc untuk nilai pendidikan dan kesadaran

pemilahan.......................................................................................67

Tabel 5.20 Correlation untuk nilai pendapatan dan timbulan sampah............68

Tabel 5.21 Homogenitas variansi untuk nilai pendapatan dan timbulan

sampah……………………………………………………………68

Tabel 5.22 Analysis of Variance (ANOVA) untuk nilai pendapatan dan

timbulan sampah............................................................................69

Tabel 5.23 Hasil pengukuran pH selama proses komposting berlangsung......84

Tabel 5.24 Hasil pengukuran suhu selama proses komposting berlangsung...85

Tabel 5.25 Standar Kualitas Kompos SNI.......................................................90

Tabel 5.26 Standar kualitas kompos Asosiasi Barak Kompos Jepang.............90

Tabel 5.27 Standar kualitas kompos pupuk dipasaran.....................................91

Tabel 5.28 Perbandingan kompos hasil penelitian dengan SNI dan produk di

pasaran............................................................................................92

Page 14: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema swakelola sampah rumah tangga yang berbasis pada

masyarakat yang bisa diterapkan...................................................23

Gambar 4.1 Jenis pewadahan.............................................................................42

Gambar 4.2 Kotak pengukur..............................................................................42

Gambar 4.3 Kotak pengukur..............................................................................43

Gambar 4.4 Termometer dan pH soil.................................................................43

Gambar 4.5 Sampah rumah tangga....................................................................44

Gambar 4.6 EM4................................................................................................44

Gambar 4.7 Rencana desain reaktor kompos.....................................................45

Gambar 4.8 Pemotongan bahan.........................................................................46

Gambar 4.9 Potongan bahan pada reaktor.........................................................46

Gambar 4.10 Reaktor kompos.............................................................................46

Gambar 4.11 Pengukuran pH...............................................................................47

Gambar 4.12 Pengukuran suhu............................................................................47

Gambar 4.13 Diagram tahap Perencanaan...........................................................48

Gambar 5.1 Grafik komposisi sampah Kampung Nitiprayan............................52

Gambar 5.2 Desain reaktor kompos…………………………………………...54

Gambar 5.3 Grafik jumlah anggota keluarga responden...................................57

Gambar 5.4 Grafik jumlah penghasilan responden per bulan............................58

Gambar 5.5 Grafik pendidikan terakhir responden............................................59

Gambar 5.6 Grafik pembuangan sampah oleh responden.................................60

Gambar 5.7 Grafik pemilahan sampah rumah tangga........................................62

Gambar 5.8 Grafik banyaknya sampah yang dibuang setiap hari......................62

Gambar 5.9 Grafik jenis sampah yang dibuang setiap hari...............................63

Gambar 5.10 Grafik kesediaan peran serta responden jika dilakukan pengelolaan

sampah............................................................................................64

Page 15: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

Gambar 5.11 Pola pengelolaan sampah mulai dari sumber sampai ke TPA di

Kampung

Nitiprayan.......................................................................................72

Gambar 5.12 Neraca Persentase Sampah Mulai Sumber Sampai ke TPA di

Kampung Nitiprayan......................................................................75

Gambar 5.13 Plastik.............................................................................................77

Gambar 5.14 Drum untuk kompos.......................................................................78

Gambar 5.15 Bin plastik......................................................................................80

Gambar 5.16 Gerobak sampah.............................................................................82

Gambar 5.17 Hasil pengukuran pH kompos........................................................85

Gambar 5.18 Hasil pengukuran suhu kompos.....................................................86

Gambar 5.19 Hubungan pH dan suhu..................................................................87

Page 16: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam

semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang

diperlukan. Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia

yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.

Pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Sedangkan dalam ilmu kesehatan

lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi

tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium

perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam

pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau

(segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Sehingga jelas bahwa

pentingnya pengelolaan sampah, karena melihat perkembangan waktu yang senantiasa

diiringi dengan pertambahan penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin

meningkat sementara lahan yang ada tetap. Sehingga jelas bahwa pentingnya pengelolaan

sampah, karena melihat perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan

pertambahan penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin meningkat

sementara lahan yang ada tetap.

Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan sampah (by-

product) disamping produk utama yang diperlukan atau digunakan. Untuk daerah

pedesaan, dimana pertanian merupakan kegiatan/pekerjaan utama dimana sampah yang

dihasilkan jumlahnya sedikit yang mana sampah tersebut dapat diuraikan sendiri oleh

alam, dimana hewan memakan sisa makanan dan bahan-bahan lain dapat dibuang ke

tanah dengan demikian dapat menguraikan sampah tersebut.

Di daerah perkotaan, dimana jumlah penduduk semakin besar dan kepadatan

semakin tinggi, sampah tidak dapat lagi diolah oleh alam. Karakteristik sampah menjadi

semakin beragam sejalan dengan meningkatnya standar hidup, dan volume sampah

Page 17: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

2

semakin meningkat dengan cepat. Cara pewadahan sampah telah berubah dari sistem

ditumpuk pada wadah terbuka (keranjang) menjadi sistem kantong. Cara pengangkutan

telah berubah dari sistem manual atau menggunakan hewan menjadi motor dan dari truk

terbuka menjadi truk dengan sistem compaktor. Permasalahan baru juga timbul dengan

adanya bangunan-bangunan bertingkat apartemen, supermarket, limbah industri dan lain-

lain.

Faktor utama yang akan membedakan jenis dan karakteristik terdapat pada tingkat

sosial budaya ekonomi masyarakat, hal ini terlihat perbedaan yang sangat besar antara

karakteristik, volume dan lain-lain. Sampah antara negara-negara maju dan berkembang

sangat berbeda jauh. Biasanya pada negara maju, sistem manajemen pengolahan sampah

sangat baik tanpa mengalami kesulitan dalam pengelolaannya. Hal ini di dukung dengan

hal-hal berikut ini:

a. Tingkat kesejahteraan nasional yang tinggi dan akan masih terus bertambah.

b. Sistem perpajakan yang baik sehingga pendanaan untuk sampah teralokasi pada

perpajakan tersebut.

c. Kesejahteraan hidup bersih dan manajemen persampahan yang baik.

d. Partisipasi masyarakat yang baik dalam hal penanganan sampah.

Pada negara berkembang (kota-kota di Asia) mempunyai kepadatan penduduk

yang lebih tinggi dari kota-kota di negara maju. Hal ini disebabkan oleh adanya

urbanisasi (perpindahan menuju ke kota). Pengelolaan persampahan di negara maju

masih sangat memprihatinkan dikarenakan ketidaktersediaan dana yang mencukupi serta

tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan, serta adanya

perbedaan iklim, ekonomi dan sosial budaya.

Sistem pengelolaan persampahan di daerah perkotaan perlu mendapatkan

perhatian khusus, selain karena pengelolaan sampah di daerah perkotaan sangat penting

karena melihat dari timbulan sampah yang besar (kepadatan penduduk tinggi). Tidak

adanya lahan sebagai tempat pengolahan dimana akhirnya menimbulkan pencemaran

terhadap lingkungan.

Menurut Arianto Wibowo & Darwin T Djajawinata (2002), Persampahan telah

menjadi suatu agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh perkotaan

di Indonesia. Pesatnya pertambahan penduduk yang disertai derasnya arus urbanisasi

Page 18: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

3

telah meningkatkan jumlah sampah di perkotaan dari hari keharinya. Keterbatasan

kemampuan Dinas Kebersihan dalam menangani permasalahan tersebut menjadi tanda

awal dari semakin menurunnya sistem penanganan permasalahan tersebut. Hal ini

semakin sulit karena adanya keterbatasan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

sampah, dan terkendala jumlah kendaraan serta kondisi peralatan yang telah tua. Belum

lagi pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan.

Kekurangpedulian penanganan persampahan ini dapat terlihat dari kecilnya anggaran

yang disediakan untuk menangani permasalahan persampahan ini. Sementara disisi lain,

penghasilan yang didapat dari pelayanan persampahan masih jauh dari tingkat yang

memungkinkan adanya penanganan yang mandiri dan berkelanjutan. Sistem pentarifan

dalam bentuk retribusi masih konvensional dan tidak memungkinkan adanya insentif bagi

operator .

Untuk memahami permasalahan tersebut, perlu dilihat beberapa aspek yang

menaungi sistem pengelolaan persampahan tersebut, meliputi :

1. Aspek teknis

2. Aspek kelembagaan

3. Aspek manajemen dan

4. Keuangan.

Dengan melakukan peninjuan beberapa aspek diatas, dapat disimpulkan perlunya

suatu rencana tindak (action plan) yang meliputi:

(1) Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metode pembuangannya.

(2) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan secara terpadu

(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir).

(3) Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang ada

dengan fungís operator pemberi layanan, agar lebih tegas dalam

melaksanakan reward & punishment dalam pelayanan.

(4) Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar dapat tercapai

program zero waste pada masa mendatang.

(5) Melakukan pembaharuan struktur tarif dengan menerapkan prinsip pemulihan

biaya (full cost recovery) melalui kemungkinan penerapan tarif progresif, dan

Page 19: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

4

mengkaji kemungkinan penerapan struktur tarif yang berbeda bagi setiap tipe

pelanggan.

(6) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih bersahabat

dengan lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi bahan

buangan.

Adapun perbaikan sistem pengelolaan persampahan adalah dengan menggunakan

sistem composting, karena sebagian besar sampah yang dihasilkan berasal dari bahan

organik, yaitu dengan pemanfaatan ulang sampah organik melalui proses pembusukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan pengelolaan sampah antara lain :

1. Berapa besar volume sampah yang dihasilkan dan bagaimana komposisi, timbulan

berdasarkan sifatnya.

2. Manajemen persampahan yang meliputi sistem pewadahan/pemilahan,

pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan.

3. Partisipasi dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Maksud penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah mengevaluasi dan

merencanakan kembali sistem pegelolaan sampah domestik, meliputi :

1. Untuk mengetahui volume, komposisi, dari timbulan sampah rata-rata per orang

per hari sebagai dasar perencanaan pengelolaan sampah terpadu.

2. Untuk mengetahui dan merencanakan sistem manajemen persampahan yang

meliputi sistem pewadahan/pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan

pengolahan.

3. Untuk mengetahui partisipasi dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Page 20: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

5

1.4 BATASAN MASALAH

Batasan-batasan dan ruang dari pelaksanaan perencanaan pengelolaan sampah

adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan dari sumber timbulan sampah,

tempat penampungan sementara dan pembuatan reaktor kompos.

2. Akan diberikan alternatif pengolahan ditempat penampungan sementara

berdasarkan hasil penelitian.

3. Pengelolaan yang akan direncanakan adalah pengelolaan terhadap sampah yang

dihasilkan.

4. Menghitung besaran timbulan sampah dan mengukur volume sampah per hari.

5. Tidak dilakukan perhitungan biaya yang diperlukan dalam pengelolaan.

6. Jenis sampling yang digunakan adalah metode random sampling.

7. Daerah yang akan diteliti adalah kampung Nitiprayan Yogyakarta.

1.5 MANFAAT

Manfaat dari penyusunan laporan Tugas Akhir Ini adalah :

1. Dapat mengetahui dan merencanakan tempat sampah/bak sampah serta bahan

yang digunakan.

2. Memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan persampahan.

3. Secara umum penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi peneliti yang

berminat untuk mengkaji lebih lanjut tentang pengelolaan persampahan.

Page 21: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SAMPAH

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat an

organik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan

lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa

makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas,

kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-2454-1993).

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah

padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena

telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak

ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi

lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup

(Hadiwiyoto, 1983).

Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan

organik dan atau an organik, baik benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat

terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah

menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya (Anonim,1986).

Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia

dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tak dikehendaki atau sia-sia

(Tchobanoglous, G. dkk 1993).

2.2 SUMBER SAMPAH

Menurut Anonim (1986), sumber sampah antara lain :

a. Sampah pasar, tempat-tempat komersiil.

Terdiri dari berbagai macam dan jenis sampah seperti sisa sayuran, daun bekas

bungkus, sisa makanan dan sebagainnya. Ciri-ciri sampahnya biasanya

mempunyai berbagai macam dan jenis sampah, yang masing-masing volumenya

hampir sama.

Page 22: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

7

b. Sampah pabrik atau industri.

Benda-benda sisa atau bekas dari proses industri, atau merupakan ampas-ampas

dari pengolahan bahan baku, misalnya pabrik gula tebu akan membuang ampas

tebu. Ciri-cirinya tidak banyak macam dan jenisnya, menonjol jumlahnya pada

beberapa jenis saja.

c. Sampah rumah tinggal, kantor, institusi gedung umum dan lainnya serta

pekarangan.

Karakteristiknya hampir sama dengan sampah dari pasar, kecuali ada sampah dari

pengurasan septic tank.

d. Sampah kandang hewan dan pemotongan hewan.

Terdiri dari sisa-sisa makanan hewan dan kotorannya, sisa-sisa daging dan tulang-

tulangnya.

e. Sampah jalan, lapangan dan pertamanan.

Sampah ini terdiri dari pengotoran oleh pelewat jalan atau pemakai jalan, pemakai

lapangan dan pertamanan, pemotong rumput, reruntuhan bunga dan buah.

f. Sampah selokan, riol dan septic tank.

Terdiri dari endapan-endapan dan benda-benda yang hanyut sebagai penyebab

tersumbatnya selokan selokan riol. Isi septik tank merupakan lumpur tinja yang

biasanya diambil dan diangkut dengan mobil tangki tinja yang dilengkapi dengan

pompa hisap.

2.3 JENIS SAMPAH

Berdasarkan jenis sampah pada prinsipnya dibagi 3 bagian besar, yaitu :

a. Sampah padat.

b. Sampah cair.

c. Sampah dalam bentuk gas.

Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :

1. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik,

karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll. Umumnya sampah

Page 23: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

8

organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan,

karton, kain, karet, kulit, sampah halaman.

2. Sampah an organik : sampah yang bahan kandungannya non organik, umumnya

sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng,

alumunium, debu, logam-logam lain (Hadiwiyoto, 1983).

2.4 KARAKTERISTIK SAMPAH

Menurut Anonim (1986) karakteristik sampah adalah sebagai berikut :

a. Garbage, yakni jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau

sayuran hasil pengolahan dari dapur rumah tangga, hotel, restoran, semuanya

mudah membusuk.

b. Rubbish, yakni pengolahan yang tidak mudah membusuk. Pertama yang mudah

terbakar, seperti kertas, kayu dan sobekan kain. Kedua yang tidak mudah

terbakar, misalnya kaleng, kaca dan lain-lain.

c. Ashes, yakni semua jenis abu dari hasil pembakaran baik dari rumah maupun

industri.

d. Street sweeping, yakni sampah dari hasil pembersihan jalanan, seperti halnya

kertas, kotoran, daun-daunan dan lain-lain.

e. Dead animal, yakni bangkai binatang yang mati karena alam, kecelakaan maupun

penyakit.

f. Abandoned vehicle, yakni bangkai kendaraan, seperti sepeda, motor, becak, dan

lain-lain.

g. Sampah khusus, yakni sampah yang memerlukan penanganan khusus, misalnya

kaleng-kaleng cat, zat radioaktif, sampah pembasmi serangga, obat-obatan dan

lain-lain.

Page 24: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

9

2.5 KOMPOSISI SAMPAH

Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan,

kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-

lain (misalnya tanah, pasir, batu dan keramik).

Menurut Tchobanoglous dkk (1993) komponen sampah-sampah terdiri dari :

1. Organik

a. Sisa makanan. e. Karet. .

b. Kertas. f. Kain.

c. Karbon. g. Kulit.

d. Plastik h. Kayu.

2. An organik.

a. Kaca. d. Logam.

b. Alumunium. e. Abu, debu.

c. Kaleng.

2.6 EFEK SAMPING TERHADAP MANUSIA DAN KESEHATAN

A. Dampak terhadap kesehatan

Lokasi dan pengolahan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang

tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan

penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai

berikut :

a. Penyakit jamur yang dapat menyebar (misalnya jamur kulit).

b. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang

berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan

air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga

meningkat dengan cepat didaerah yang pengelolaan sampahnya kurang

memadai.

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini

Page 25: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

10

sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui

makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

d. Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang

meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminansi oleh raksa

(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang

memproduksi baterai dan akumulator.

B. Dampak terhadap lingkungan

a. Lindi (leachate) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari

air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies

akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

b. Selain mencemari air permukaan, lindi juga berpotensi mencemari air dalam

tanah.

c. Sampah yang dibuang ke saluran drainase atau sungai akan menyumbat atau

menghambat aliran air.

d. Sampah yang kering menjadi relatif lebih mudah terbakar. Hal ini dapat

menimbulkan bahaya kebakaran.

C. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang

kurang menyenangkan bagi masyarakat. Bau yang tidak sedap dan

pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan

secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak

langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktifitas).

d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan

memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,

drainase dan lain-lain.

e. Infrastruktur lain dapat juga dipengarui oleh pengelolaan sampah yang tidak

memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air.

Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan

Page 26: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

11

cenderung membuang sampah dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu

lebih sering dibersihkan dan sering diperbaiki( Tchobanoglous dkk, 1993).

2.7 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS DAN JUMLAH

SAMPAH.

Jenis dan jumlah sampah umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Letak Geografi

Letak geografi mempengaruhi tumbuh-tumbuhan dan kebiasaan masyarakat,

didataran tinggi umumnya banyak sayur-sayuran, buah-buahan dan jenis

tanaman tegalan yang akhirnya akan mempengaruhi jenis dan jumlah sampah.

2. Iklim

Iklim yang banyak hujan akan membuat tumbuhan bertambah banyak

dibandingkan didaerah kering sehingga sampahnya juga lebih banyak.

3. Tingkat sosial ekonomi

Pada ekonomi yang baik maka daya beli masyarakat akan tinggi dan sampah

yang dihasilkan akan tinggi pula.

4. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk kota jumlahnya tinggi maka akan menghasilkan sampah

yang banyak pula.

5. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi mempengaruhi industri, dimana selanjutnya akan

menggunakan peralatan yang lebih baik, sehingga bahan makanan tidak

banyak yang terbuang dan hasil buangannya dapat digunakan kembali.

2.8 STANDARISASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN.

Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah diterbitkan

oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi Nasional (Anonim ,2003),

yaitu :

1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan

kota sedang di indonesia, standar ini mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran

Page 27: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

12

timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan

sampah berdasarkan klasifikasi kota.

2. SNI 19-2454-1991, tentang tata cara pengelolaan teknik sampah perkotaan. standar

ini mengatur tentang persyaratan teknis yang meliputi :

a. Teknik Operasional f. Pemindahan sampah

b. Daerah pelayanan g. Pengangkutan sampah

c. Tingkat pelayanan h. Pengolahan sampah

d. Pewadahan Sampah i. Pembuangan akhir

e. Pengumpulan Sampah

Kriteria penentuan kualitas operasional pelayanan adalah :

1. Penggunaan jenis peralatan

2. Sampah terisolasi dari lingkungan

3. Frekuensi pelayanan

4. Frekuensi penyapuan

5. Estetika

6. Tipe kota

7. Variasi daerah pelayanan

8. Pendapatan dari retribusi

9. Timbulan sampah musiman

3. SNI 03-3241-1994, tentang cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir

sampah. Standar ini mengatur tentang ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria

pemilihan lokasi yang meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih.

2. SNI 19-3964-1994, tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan

dan komposisi sampah perkotaan. standar ini mengatur tentang tata cara

pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah yang meliputi lokasi, cara

pengambilan, jumlah contoh, frekuensi pengambilan serta pengukuran dan

perhitungan.

2.9 PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan sampah merupakan suatu aliran kegiatan yang dimulai dari sumber

penghasil sampah. Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke tempat pembuangan untuk

Page 28: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

13

dimusnahkan. Atau sebelumnya dilakukan suatu proses pengolahan untuk menurunkan

volume dan berat sampah.

Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap

sampah yang dihasilkannya. Secara tidak langsung turut memelihara kesehatan

masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat.

Pengelolaan sampah pada saat ini merupakan masalah yang kompleks. Masalah-

masalah muncul akibat semakin berkembangnya kota, semakin banyak sampah yang

dihasilkan, semakin beraneka ragam komposisinya, keterbatasan dana dan beberapa

masalah lain yang berkaitan.

Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam yaitu pengelolaan/penanganan

sampah setempat (pola individu) dan pola kolektif untuk suatu lingkungan pemukiman

atau kota.

Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh

penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara

lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan

masih cukup tinggi, misalnya tersedianya lahan.

Penanganan persampahan dengan pola kolektif, khususnya dalam teknis

operasional adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir

untuk melayani suatu pemukiman atau kota. Pola ini kompleksitas yang besar karena

mencakup berbagai aspek terkait. Aspek-aspek tersebut dikelompokkan dalam 5 aspek

utama, yaitu aspek institusi, hukum, teknik operasional, pembiayaan, dan retribusi serta

aspek peran serta masyarakat.

Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan

pewadahan/penyimpanan pada sumber sampah, kegiatan pengumpulan, pengangkutan

serta pembuangan sampai dengan pembuangan akhir harus bersifat terpadu. Bila salah

satu kegiatan tersebut putus atau tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan

masalah kesehatan, banjir/genangan, pencemaran air tanah dan estetika. Aliran tersebut

harus diusahakan berlangsung dengan lancar dan kontinyu dengan meniadakan segala

faktor penghambat yang ada. Baik dari segi aspek organisasi dan manajemen, teknik

operasional, peraturan, pendanaan dan peran serta masyarakat.

Page 29: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

14

Dari segi teknik, banyak alternatif penanganan sampah yang sebenarnya dapat

diterapkan di Indonesia namun memerlukan dana investasi yang relatif besar, maka

sebelum melangkah pada teknologi yang canggih, kita perlu menggunakan teknologi

yang sesuai untuk kondisi Indonesia.

2.10 Pewadahan Sampah

Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di sumbernya

baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di

depan rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di

tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam

pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan

dikelola agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya, khususnya dalam upaya daur

ulang. Dengan adanya wadah yang baik, maka :

a. Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat dapat

diatasi.

b. Air hujan ysng berpotensi menambah kadar air di sampah dapat dikendalikan.

c. Pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari (Enri

Damanhuri,2006).

Dalam pewadahannya sampah umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Individual

Dimana di setiap sumber timbulan sampah terdapat tempat sampah. Misalnya di

depan setiap rumah dan pertokoan. Jenis pewadahan secara individual biasanya

adalah :

a. Ember plastik dengan penutup, kapasitas 7-10 liter, biasanya dipergunakan

di daerah dimana pengambilan sampah dilakukan setiap hari.

b. Bak sampah plastik dengan penutup dan pegangan di kedua sisinya,

kapasitas 20-30 liter, biasanya untuk pengambilan sebanyak 2 kali

seminggu.

c. Bak sampah dari galvanized steel atau plastik dengan penutup, kapasitas

30-50 liter, biasa digunakan dirumah tangga menengah keatas dengan

Page 30: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

15

frekuensi pengambilan 2 kali seminggu. Material yang digunakan oleh

jenis ini haruslah bahan yang anti karat sehingga tahan lama.

d. Kantong plastik, dengan volume sesuai kebutuhan dari pemakai. Untuk

jenis ini biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga (per tahun) biasanya

lebih besar dari jenis-jenis sebelumnya.

2. Komunal

Yaitu timbulan sampah dikumpulkan pada satu tempat sebelum sampah tersebut

diangkut ke TPA. Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampah secara

komunal biasanya, yaitu :

a. Depo sampah, biasanya dipergunakan untuk menampung sampah dari

perumahan padat. Depo dibuat dari pasangan batu/bata dengan volume

antara 12-25 m3, atau ekivalen dengan pelayanan terhadap 10 ribu jiwa.

Jarak maksimum untuk menempatkan depo adalah 150 m.

b. Bak dengan pintu tertutup, pewadahan komunal yang paling umum.

Biasanya terbuat dari kayu, bata atau beton dengan pintu. Kapasitas antara

1 – 10 m3. untuk bak dengan kapasitas 2 m3 mampu melayani 2.000 orang.

Biasanya ditempatkan di pinggir jalan besar atau tempat terbuka.

c. Bak sampah tetap, biasanya pewadahan ini terbuat dari blok beton,

perbedaan jenis ini dengan bak pintu penutup adalah tidak adanya pintu

pembuangan. Kapasitas biasanya tidak lebih dari 2 m3.

d. Bak dari bis beton, biasanya digunakan di daerah dengan kepadatan relatif

rendah, ukuran relatif kecil dan relatif murah. Ukuran yang biasa

digunakan adalah diameter 1 meter.

e. Drum 200 liter, pemanfaatan dari bekas drum minyak atau semacamnya.

Bagian dalam drum dicat dengan bitumen. Untuk jenis ini pengambilan

dilakukan setiap hari.

f. Bin baja yang mudah di angkat, biasanya dipergunakan didaerah

pemukiman kalangan atas, bin galvanis dengan kapasitas 100 liter untuk

10 keluarga.

Page 31: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

16

Persyaratan bahan dalam pewadahan sampah adalah sebagai berikut :

1. Tidak mudah rusak dan kedap air, kecuali kantong plastik/kertas.

2. Mudah untuk diperbaiki.

3. Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat.

4. Mudah dan cepat dikosongkan.

Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan :

1. Jumlah penghuni tiap rumah.

2. Tingkat hidup masyarakat.

3. Frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah.

4. Cara pengambilan sampah (manual/mekanik).

5. Sistem pelayanan (individual/komunal).

Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut :

1. Wadah individual ditempatkan :

a. Di halaman muka (tidak di luar pagar)

b. Di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel dan restoran

2. Wadah komunal ditempatkan :

a. Tidak mengambil lahan trotoar (kecuali bagi wadah sampah pejalan

kaki).

b. Tidak di pinggir jalan protokol.

c. Sedekat mungkin dengan sumber sampah.

d. Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya.

e. Di tepi jalan besar, pada suatu lokasi yang mudah untuk

pengoperasiannya.

2.11 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara

pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan

sementara atau ke pengolahan sampah skala kawasan atau langsung tempat pembuangan

atau pemrosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Dapat dilakukan dengan 2 cara,

yaitu :

Page 32: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

17

1. Secara langsung ( Door to door ).

Pada sistem ini, proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan

bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan dan

langsung diangkut ke tempat pemrosesan atau ke tempat pembuangan akhir.

2. Secara tidak langsung ( Communal ).

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pemrosesan, atau ke tempat

pembuangan akhir, sampah dari masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu

oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke

TPS. Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala

kawasan yang berguna untuk mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke

pemrosesan akhir.

Pada sistem communal ini, sampah dari masing-masing sumber akan

dikumpulkan dahulu dalam gerobak tangan atau sejenisnya dan diangkut ke TPS.

Gerobak tangan merupakan alat pengangkut sampah sederhana yang sering

dijumpai di kota-kota Indonesia. Dan memiliki kriteria persyaratan sebagai

berikut :

a. Mudah dalam loading dan unloading.

b. Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan

yang ditempuh.

c. Sebaiknya mempunyai tutup.

Tempat penampungan Sementara (TPS) merupakan suatu bangunan atau yang

digunakan untuk memindahkan sampah dari gerobak tangan ke landasan, kontainer, atau

langsung ke truk pengangkut sampah. Tempat penampungan sementara berupa :

1. Transfer Station / Transfer Depo, biasanya terdiri dari :

A. Bangunan untuk ruangan kantor.

B. Bangunan tempat penampungan / pemuatan sampah.

C. Peralatan parkir.

D. Tempat penyimpanan peralatan.

Untuk suatu lokasi transfer depo (TPS) diperlukan areal tanah minimal 200 m2.

bila lokasi ini berfungsi juga sebagai tempat pemrosesan sampah skala kawasan

maka dibutuhkan tambahan luas lahan sesuai aktifitas yang dijalankan.

Page 33: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

18

2. Container Besar (Steel Container) volume 6 – 10 m3 yang diletakkan dipingggir

jalan dan tidak mengganggu lalu lintas. Dibutuhkan landasan permanen sekitar

25–50 m2 untuk meletakkan kontainer. Di banyak tempat di kota–kota Indonesia,

landasan ini tidak disediakan dan kontainer diletakkan begitu saja di lahan

tersedia. Penempatan sarana ini juga bermasalah karena sulit untuk memperoleh

lahan dan belum tentu masyarakat yang tempat tinggalnya dekat dengan sarana ini

bersedia menerimanya.

3. Bak – bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan adalah waktu pengumpulan dan

frekuensi pengumpulan. Sebaiknya waktu pengumpulan sampah adalah saat

dimana aktifitas masyarakat tidak begitu padat, misalnya pagi hingga siang hari.

Frekuensi pengumpulan sampah menentukan banyaknya sampah yang dapat

dikumpulkan dan diangkut per hari. Semakin besar frekuensi pengumpulan

sampah maka semakin banyak volume sampah yang dikumpulkan per service per

kapita. Bila sistem pengumpulan telah memasukkan upaya daur ulang maka

frekuensi pengumpulan sampah dapat diatur sesuai dengan jenis sampah yang

akan dikumpulkan. Dalam hal ini sampah kering dapat dikumpulkan lebih jarang.

2.12 Pola pengumpulan sampah

Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah :

1. Pengumpulan sampah harus memperhatikan :

a. Keseimbangan pembebanan tugas.

b. Optimasi penggunaan alat.

c. Minimasi jarak operasi.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pengumpulan sampah :

a. Jumlah sampah terangkut.

b. Jumlah penduduk.

c. Luas daerah operasi.

d. Kepadatan penduduk dan tingkat penyebaran rumah.

e. Panjang dan lebar jalan.

f. Kondisi sarana penghubung (jalan, gang).

Page 34: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

19

g. Jarak titik pengumpulan dengan lokasi.

3. Jenis / pola pengumpulan sampah dapat dibagi menjadi :

a. Individual langsung.

b. Individual tidak langsung.

c. Komunal langsung.

d. Komunal tidak langsung.

e. Penyapuan jalan dan taman.

Pola pengumpulan sampah terdiri atas :

A. Pola individual langsung oleh truk pengangkut menuju ke pemrosesan, dapat

diterapkan bila :

1) Bila kondisi topografi bergelombang (rata – rata < 5 %), hanya alat

pengumpul mesin yang dapat beroperasi.

2) Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya.

3) Kondisi dan jumlah alat memadai.

4) Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.

5) Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, kawasan pemukiman yang

tersusun rapi, daerah elit dan jalan protokol.

6) Layanan dapat pula diterapkan pada daerah gang. Petugas pengangkut tidak

masuk ke gang, tetapi hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini

datang, misalnya dengan bunyi-bunyian.

B. Pola individual tidak langsung dengan menggunakan pengumpul sejenis gerobak

sampah, dapat diterapkan bila :

1) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan sebagai

tempat pemrosesan sampah skala kawasan.

2) Kondisi topografi relatif datar (rata – rata < 5 %), dapat digunakan alat

pengumpul non mesin (gerobak, becak).

3) Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.

4) Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa

mengganggu pemakai jalan lainnya.

Page 35: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

20

5) Terdapat organisasi pengelola pengumpulan sampah dengan sistem

pengendalinnya.

C. Pola komunal langsung oleh truk pengangkut dilakukan bila :

1) Alat angkut terbatas.

2) Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.

3) Alat pengangkut sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual

(kondisi daerah berbukit, gang / jalan sempit).

4) Peran serta masyarakat tinggi.

5) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang

mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).

6) Pemukiman tidak teratur.

D. Pola komunal tidak langsung, dengan persyaratan sebagai berikut :

1) Peran serta masyarakat tinggi.

2) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang

mudah dijangkau alat pengumpul.

3) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan sebagai

tempat pemrosesan sampah skala kawasan.

4) Bagi kondisi topografi yang relatif datar (rata – rata < 5 %). Dapat digunakan

alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi > 5 %

dapat digunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung.

5) Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai

jalan lainnya.

6) Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.

E. Pola penyapuan jalan, dengan persyaratan sebagai berikut :

1) Juru sapu dapat mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan

(tanah, lapangan rumput dan lain-lain)

2) Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada

fungsi dan nilai daerah yang dilayani.

3) Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan

untuk kemudian diangkut ke pemrosesan akhir.

4) Pengendalian personel dan peralatan harus baik.

Page 36: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

21

Perencanaan operasional pengumpulan sampah harus memperhatikan :

1. Ritasi antara 1 – 4 rit per hari.

2. Periodesasi : untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun

sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas

kerja, serta kondisi komposisi sampah. Semakin besar persentase sampah organik,

periodesasi pelayanan semakin sering. Untuk sampah kering, periode

pengumpulannya dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali. Sedang sampah B-3

disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

3. Mempunyai daerah pelayanan tertutup dan tetap.

4. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara periodik.

5. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah

terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah dan jenis sampah yang akan diangkut

(Sarudji, 1982).

2.13 PENGOLAHAN SAMPAH

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau

merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,

pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI T-13-1990-F).

Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut :

1. Pengomposan (Composting)

Adalah suatu cara pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan aktifitas

bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan).

2. Pembakaran sampah

Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya lapangan

yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian

pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang

sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ketempat-tempat sekitarnya yang

akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling baik dilakukan

disuatu instalasi pembakaran, yaitu dengan menggunakan insinerator, namun

pembakaran menggunakan insinerator memerlukan biaya yang mahal.

Page 37: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

22

3. Recycling

Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan pemisahan

atas benda-benda bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet, dan lain-lain

dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan

kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula.

4. Reuse

Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan recycling,

bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.

5. Reduce

Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya tidak

menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.

Page 38: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

23

Gambar 2.1. Skema swakelola sampah rumah tangga yang berbasis pada

masyarakat yang bisa diterapkan.

Pengelolaan sampah di kawasan perencanaan diarahkan dengan konsep reuse,

reduce, dan recycle, sehingga diusahakan sampah yang keluar dan dibuang ke TPA

seminimal mungkin, terutama untuk sampah yang bersumber dari rumah tangga.

Pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan secara swakelola oleh penduduk

setempat dengan membuat kelompok-kelompok tiap RT. Pembuangan sampah dari

rumah tangga dibuang secara terpisah yaitu mulai dari sampah organik dibagi menjadi 2

yaitu sampah organik basah dan kering, sedangkan untuk sampah anorganik juga dibagi

menjadi 3 bagian yaitu sampah logam, sampah kaca, dan sampah plastik. Ada beberapa

hal yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sampah di kawasan perencanaan

diantaranya:

Sosialisasi

Pendampingan

Pembentukanlembaga

Percontohan

Penyiapan perlengkapan

Drum, genthong dll TPS Alat angkut

Gerakan masyarakat

Evaluasi

Page 39: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

24

1. Melakukan sosialiasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah

sembarangan

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan tindakan 3R yaitu

reduce, reuse dan recycle (mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur

ulang sampah),

3. Melakukan upaya swakelola sampah tingkat rumah tangga dengan berbasis

pada masyarakat (community-based solid waste management) sehingga

sampah dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang yang berguna, misal

menjadi kompos atau barang daur ulang sehingga dapat dijual dan

menghasilkan uang.

4. Perlu dibentuk lembaga masyarakat yang khusus menangani sampah.

Lembaga ini harus dibentuk dari warga sendiri, dengan bantuan

pendampingan kalau dibutuhkan.

5. Mengadakan pemilahan langsung antara sampah organik dan non organik dari

masing-masing rumah tangga. Pemilahan dilakukan pada 4 tempat yakni:

organik (sisa dapur, dan sebagainya), non organik (plastik, gelas/kaca, dan

kertas).

2.14 PENGOMPOSAN ( COMPOSTING )

Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang biodegradable,

sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing (vermicomposting)

sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan sangat baik untuk

memperbaiki struktur tanah karena kandungan unsur hara dan kemampuannya menahan

air (Damanhuri 2003).

Proses stabilisasi pada komposting secara aerobik dapat digambarkan seperti

Mikroorganisme yang bekerja pada proses pengomposan dibedakan atas dua kelompok,

yaitu kelompok Mesophilic (mikroorganisme yang hidup pada temperatur 23°-45° C,

seperti: jamur, Actinomycetes, cacing tanah, cacing kremi, keong kecil, semut, kumbang

tanah) dan Thermopilic (mikroorganisme yang hidup pada temperatur 45°-65° C, seperti:

cacing pita, Protozoa, Rotifera, kutu jamur).

Page 40: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

25

2.14.1 Komponen Kompos

Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap sifat kimiawi tanah adalah

kandungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara yang dibutuhkan

tanaman. Humus yang menjadi asam humat atau jenis asam lainnya dapat melarutkan zat

besi (Fe) dan alumunium (Al) sehingga fosfat yang terikat besi dan alumunium akan

lepas dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, humus merupakan penyangga kation

yang dapat mempertahankan unsur hara sebagai bahan makanan untuk tanaman.

Kandungan kimiawi kompos dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Analisis kimia kompos

Bahan KadarNitrogen (%) 1.33P205 (%) 0.83K20 (%) 0.36Humus (%) 53.70Kalsium (%) 5.61Zat Besi (%) 2.1Seng (ppm) 285Timah (ppm) 575Tembaga (ppm) 65Kadmium (ppm) 5Ph 7.2

Sumber : Nan Djuarnani dkk,2004.

Kompos juga berfungsi sebagai pemasok makanan bagi mikroorganisme di dalam

tanah seperti kapang, bakteri, actinomycetes, dan protozoa sehingga dapat meningkatkan

dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik(Nan Djuarnani,dkk, 2004).

2.14.2 Keunggulan Kompos

Pupuk organik atau kompos memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

pupuk an organik. Berikut beberapa perbedaan antara pupuk organik atau kompos dan

pupuk an organik :

Page 41: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

26

A. Sifat Kompos

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, walaupun jumlahnya sedikit.

2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara sebagai berikut :

a. Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan bahan organik di dalam

tanah.

b. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara.

c. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme didalam tanah dengan cara

menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut.

d. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tidak mudah terpencar.

e. Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah.

f. Membantu proses pelapukan bahan mineral.

g. Melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan erosi.

h. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)

3. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan

penyakit.

4. Menurunkan aktifitas mikroorganisme tanah yang merugikan.

B. Sifat pupuk an organik

1. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak.

2. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru penggunaan dalam jangka

waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras.

3. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit (Nan

Djuarnani,dkk, 2004).

2.14.3 PROSES PENGOMPOSAN

Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai rasio C/N bahan organik menjadi

sama dengan rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah hasil perbandingan antara karbohidrat

dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai rasio C/N tanah adalah 10-12.

Bahan organik yang memiliki rasio C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan

tersebut dapat diserap oleh tanaman. (Nan Djuarnani,dkk, 2004 ).

1. Pengomposan secara Aerobik

Page 42: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

27

Dekomposisi secara aerobik adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada

struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen (02). Hasil

dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O (air), humus,

energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat disajikan dengan

reaksi sebagai berikut :

Bahan Organik → CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi

Selama hidupnya, mikroorganisme mengambil air dan oksigen dari udara.

Makanannya diperoleh dari bahan organik yang akan diubah menjadi produk

metabolisme berupa karbondioksida (CO2), air (H2O), humus dan energi.

Sebagian dari energi yang dihasilkan digunakan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhan dan reproduksi, sisanya dibebaskan ke lingkungan sebagai panas.

2. Pengomposan secara An aerobik

Dekomposisi secara an aerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur

kimia dan biologi bahan organik tanpa adanya kehadiran oksigen (hampa udara).

Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperatur

seperti yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik. Namun pada proses

an aerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 300 C.

Proses pengomposan secara an aerobik akan menghasilkan metana atau alkohol,

CO2, dan senyawa lain seperti asam organik yang memiliki berat molekul rendah

(asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat). Proses an aerobik

umumnya dapat menimbulkan bau yang tajam sehingga proses pengomposan

lebih banyak dilakukan secara aerobik.

3. Pengomposan secara kimiawi

Timbunan kompos berhubungan erat dengan faktor kimia yang cukup kompleks.

Banyak perubahan terjadi selama proses pengomposan, bahkan sebelum

mikroorganisme bekerja, enzim dalam sel tanaman telah mulai merombak protein

menjadi asam amino. Selanjutnya mikroorganisme menangkap semua bahan yang

terlarut seperti gula, asam amino, dan nitrogen anorganik. Setelah itu mulai

merombak pati, lemak, protein dan selulosa di dalam gula, serta menyatukan

unsur kecil menjadi struktur baru. Dalam proses selanjutnya amonia akan

diproduksi dari protein. Mikroorganisme akan menangkap amonia yang terlepas.

Page 43: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

28

Nitrogen tanaman dikonversikan menjadi nitrogen mikroba dan sebagian diubah

menjadi nitrat. Nitrat merupakan senyawa yang dapat diserap tanaman.

4. Pengomposan secara Biologi

Selama proses pengomposan secara aerob, populasi mikroorganisme terus

berubah. Pade fase mesofilik, jamur dan bakteri pembuat asam mengubah bahan

makanan yang tersedia menjadi asam amino, gula dan pati. Aktivitas

mikroorganisme ini menghasilkan panas dan mengawali fase termofilik di dalam

tumpukan bahan kompos.

Bakteri termofilik mulai berperan merombak protein dan karbohidrat nonselulosa

seperti pati dan hemiselulosa. Pada fase termofilik, thermophilic actinomycetes

mulai tumbuh dan jumlahnya terus bertambah karena bakteri ini tahan terhadap

panas. Sebagian dari bakteri ini mampu merombak selulosa. Jamur termofilik

mampu hidup pada temperatur 40 – 600 C, tetapi akan mati pada temperatur di

atas 600 C. Jamur ini akan merombak hemisellulosa dan selullosa. (Nan

Djuarnani,dkk, 2004 ).

2.14.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU PENGOMPOSAN

1. Ukuran bahan

Proses pengomposan akan lebih cepat jika bahan mentahnya memiliki ukuran

yang kecil. Karena itu bahan yang berukuran besar perlu dicacah atau digiling terlebih

dulu sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Bahan yang berukuran kecil akan cepat

didekomposisi karena luas permukaannya meningkat dan mempermudah aktivitas

mikroorganisme perombak. Namun ukuran bahan tersebut jangan terlalu kecil. Ukuran

bahan mentah yang terlalu kecil akan menyebabkan rongga udara berkurang sehingga

timbunan menjadi lebih mampat dan pasokan oksigen kedalam timbunan akan

semakin berkurang. Jika pasokan oksigen berkurang, mikroorganisme yang ada di

dalamnya tidak bisa bekerja secara optimal.

2. Rasio C/N

Rasio C/N merupakan faktor paling penting dalam proses pengomposan hal ini

disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme yang

Page 44: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

29

membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentuk sel, dan nitrogen untuk

membentuk sel.

Besarnya nilai rasio C/N tergantung dari jenis sampah. Proses pengomposan yang

baik akan menghasilkan rasio C/N yang ideal sebesar 20 – 40, tetapi rasio paling baik

adalah 30.

Jika rasio C/N tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang. Selain

itu, diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk memyelesaikan degradasi bahan

kompos sehingga waktu pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan

akan memiliki mutu rendah. Jika rasio C/N terlalu rendah (kurang dari 30), kelebihan

nitrogen (N) yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan

hilang melalui volatisasi sebagai amonia atau terdenenitrifikasi.

Pada tabel dapat dilihat komposisi dari bahan-bahan yang dapat dikomposisikan

dengan rasio C/N dari masing-masing bahan.

Tabel 2.2 Perbandingan kandungan Karbon dan Nitrogen berbagai

bahan organik (C/N).Jenis Bahan Rasio C/N

Urin 0.8 : 1

Tinja 6 : 1 hingga 10 : 1

Kertas koran 50 : 1 hingga 200 : 1

Kotoran ayam 10 : 1

Kotoran sapi 20 : 1

Kotoran kuda 25 : 1

Sisa buah buahan 35 : 1

Jagung, bonggol 60 : 1

Lumpur aktif 6 : 1

Jerami jagung 100 : 1

Kulit batang pohon 100 – 130 : 1

Darah 3 : 1

Serbuk gergaji 500 : 1

Kayu 200 hingga 400 : 1

Buangan Pemotongan Hewan 2 : 1

Page 45: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

30

Sampah sayuran 12 : 1 hingga 20 : 1

Sampah dapur campur 15 : 1

Pupuk hijau 14 : 1

Ganggang laut 19 : 1

Kulit kentang 25 : 1

Jerami gandum 40 : 1 hingga 125 : 1

Jerami padi 50 : 1 hingga 70 : 1

Kertas koran 150 : 1 hingga 200 : 1

Daun daunan segar 10 : 1 hingga 40 : 1

Daun daunan kering 50 : 1 hingga 60 : 1

Daun dadap muda 11 : 1

Daun tephrosia 11 : 1

Kulit kopi 15 : 1 hingga 20 : 1

Bahan potong (cabang) 15 : 1 hingga 60 : 1

Pangkasan teh 15 : 1 hingga 17 : 1

Bungkil biji kapuk 10 ; 1 hingga 12 : 1

Bungkil kacang tanah 7 : 1

Cemara, buah/jarum 60 : 1 hingga 110 : 1

Kopi bubuk, endapan 20 : 1

Apel, buah 21 : 1

Sampah buah buahan 35 : 1

Rumput rumputan 12 : 1 hingga 25 : 1

Jagung, bonggol 60 : 1

Kacang kacangan 15 : 1

Sumber : Yuwono, 2006

3 Kelembaban

Dekomposisi secara aerobik dapat terjadi pada kelembaban 30-100 % dengan

pengadukan yang cukup. Secara umum kelembaban yang baik untuk berlangsungnya

proses dekomposisi secara aerobik adalah 50 – 60 %. Namun sebenarnya kelembaban

Page 46: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

31

yang baik pada pengomposan tergantung dari jenis bahan organik yang digunakan atau

jenis bahan organik yang paling banyak digunakan dalam campuran bahan kompos.

4 Temperatur pengomposan

Proses pengomposan akan berjalan baik jika bahan berada dalam temperatur yang

sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme perombak. Temperatur optimum yang

dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35 – 550 C. Namun setiap

kelompok mikroorganisme memiliki temperatur optimum yang berbeda sehingga

temperatur optimum pengomposan merupakan integrasi dari berbagai jenis

mikroorganisme yang terlibat.

Pada pengomposan secara aerobik akan terjadi kenaikan temperatur yang

cukup cepat selama 3–5 hari pertama dan temperatur kompos dapat mencapai 55–700

C. Pada temperatur ini mikroorganisme dapat tiga kali lipat dibandingkan dengan

temperatur yang kurang dari 550 C. Selain itu pada temperatur tersebut enzim yang

dihasilkan juga paling efektif menguraikan bahan organik.

5 Derajad Keasaman (PH) Pengomposan

Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6.0 – 8.0. derajad keasaman bahan pada

permulaan pengomposan umumnya bersifat asam sampai dengan pH netral (pH 6.0 –

7.0). Derajad keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan

karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan

organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya mikroorganisme dari jenis

yang lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan

memiliki derajad keasaman yang tinggi dan mendekati netral (Nan Djuarnani,dkk,

2004).

2.14.5 EM4

EM4 (Effective Microorganisme) berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan,

ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryuksus Jepang.

Cairan ini berbau sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari

3,5. Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan ini tidak dapat digunakan lagi.

Mikroorganisme efektif atau EM4 adalah suatu kultur campuran berbagai

mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, ragi,

Page 47: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

32

Actinomycetes, dan jamur peragian) yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk

meningkatakan keragaman mikroba tanah dan dapat memperbaiki pertumbuhan serta

jumlah mutu hasil tanaman.

Setiap spesies mikroorganisme mempunyai peranan masing-masing. Bakteri

fotosintesis adalah pelaksana kegiatan EM4 yang terpenting karena mendukung kegiatan

mikroorganisme dan juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme

lain. EM4 tidak berbahaya bagi lingkungan karena kultur EM4 tidak mengandung

mikroorganisme yang secara genetika telah dimodifikasi. EM4 terbuat dari kultur

campuran berbagai spesies mikroba yang terdapat dalam lingkungan alami di seluruh

dunia, bahkan EM4 bisa diminum langsung.

Bokasi adalah kata dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang telah

difermentasikan. Bokasi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik seperti

dedak, ampas kelapa, tepung ikan dan sampah dapur (sepert sisa-sisa nasi, daging, sayur,

kulit buah dan sisa makanan lainnya dengan menggunakan EM4.( yuwono, 2005 ).

Page 48: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

33

Tabel 2.3 Fungsi mikroorganisme di dalam larutan EM4

Nama Fungsi

Bakteri fotosintesis

1. Membentuk zat- zat yang bermanfaat darisekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya ( misalnya Hidrogen Sulfida )dengan menggunakan sinar matahari dan panasbumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaatitu antara lain asam amino, asam nukleik, zat-zatbioaktif dan gula. Semuanya mempercepatpertumbuhan dan perkembangan tanaman.

2. Meningkatkan pertumbuhan mikroorganismelainnya.

Bakteri asam laktat

1. Menghasilkan asam laktat dari gula.2. Menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

merugikan, misalnya Fusarium.3. Meningkatkan percepatan perombakan bahan

organik4. Dapat menghancurkan bahan-bahan organik

seperti lignini dan selulosa, sertamemfermentasikan tanpa menimbulkanpengaruh-pengaruh merugikan yang diakibatkanoleh bahan-bahan organik yang tidak terurai.

Ragi

1. Membentuk zat antibakteri dan bermanfaat bagipertumbuhan tanaman dari asam-asam aminodan gula yang dikeluarkan oleh bakterifotosintesis.

2. Meningkatkan jumlah sel aktif danperkembangan akar.

Actinomycetes

1. Menghasilkan zat-zat antimikroba dari asamamino yang dihasilkan oleh bakteri fotosintesisdan bahan organik.

2. Menekan pertumbuhan jamur dan bakteri.

Jamur fermentasi

1. Menguraikan bahan organik secara tepat untukmenghasilkan alkohol, ester dan zat-zatantimikroba.

2. Menghilangkan bau serta mencegah serbuanserangga dan ulat yang merugikan.

Sumber : Yuwono, 2005

Page 49: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

34

2.15 PEMBAGIAN WILAYAH DARI PUSAT KOTA KE DAERAH PEDESAAN

Pembagian wilayah masing-masing memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri, urut-

urutannya adalah sebagai berikut :

1. City

City adalah pusat kota sub urban, urban, dan rural yang menjadi pusat sub

urban, urban, dan rural area.

2. Sub urban / Faubourg

Sub urban adalah daerah tempat atau area di mana para penglaju / commuter

tinggal yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. Penglaju/commuter adalah

orang-orang yang tinggal di pinggiran kota yang pulang pergi ke kota untuk

bekerja setiap hari.

3. Sub urban Fringe

Sub urban fringe adalah area wilayah yang mengelilingi daerah sub urban

yang menjadi daerah peralihan kota ke desa.

4. Urban Fringe

Urban fring adalah daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki

sifat yang mirip dengan daerah wilayah perkotaan. urban adalah daerah yang

penduduknya bergaya hidup modern.

5. Rural Urban Fringe

Rural urban fringe adalah merupakan daerah jalur yang berada di antara desa

dan kota.

6. Rural

Rural adalah daerah pedesaan atau desa yang penduduknya hidup sederhana.

2.16 HIPOTESA

Sesuai sumber penghasil sampah dan kegiatan di sumber timbulan yang adalah

pemukiman penduduk sebagai tempat tinggal masyarakat, maka komponen sampah yang

paling dominan adalah sampah organik. Pengelolaan yang paling sesuai dengan jenis

sampah organik adalah dengan cara komposting.

Page 50: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

35

BAB III

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN

1.1 Umum

Nitiprayan, merupakan salah satu kampung yang berada di kelurahan Ngastiharjo

kecamatan Kasihan, Bantul Yogyakarta. Terbagi menjadi 12 RT, setiap RT dipimpin oleh

ketua RT, dan dari 12 RT diketuai oleh seorang kepala dukuh.

1.2 Lokasi

Nitiprayan terletak di Kelurahan Ngastiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Bantul, Yogyakarta. Dalam perkembangannya wilayah Nitiprayan adalah sub urban

dimana letaknya tidak jauh dari kota atau di pinggiran kota, serta kegiatan orang-orang

yang ada didalamnya pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari. Banyak pendatang

yang menetap di kampung ini, sehingga penduduk menjadi padat. Dengan penduduk

yang padat, banyak sampah yang timbul yang belum tertangani dengan baik.

3.3 Luas wilayah

Luas wilayah Nitiprayan, Ngastiharjo, Kasihan, Bantul ini 640,800 ha, yang

terdiri dari 395,72 ha untuk kawasan rumah, 241,250 ha lahan pekarangan, dan 3,83 ha

untuk tegalan (kuburan dan jalan).

3.4 Kondisi Topografi

Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul berada pada titik 84 m dari permukaan

air laut. Kondisi topografi berupa dataran rendah. Banyaknya curah hujan 2000 s/d 3000

mm/tahun. Dan suhu udara rata-rata 300 s/d 400 C.

Page 51: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

36

3.5 Batas wilayah

Nitiprayan mempunyai batas-batas wilayah, antara lain :

a. Sebelah Utara : Dusun Pakuncen

b. Sebelah Selatan : Dusun Tirtonirmolo

c. Sebelah Barat : Dusun Sonopakis Kidul

d. Sebelah Timur : Dusun Winongo

3.6 Kependudukan

1. Jumlah penduduk menurut :

a. Jenis kelamin

- Laki-laki : 1.231 Orang

- Perempuan : 1.110 Orang

- Jumlah : 2.341 Orang

b. KK : 543 KK

2. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

a. TK : 74 Orang

b. SD : 131 Orang

c. SMP : 121 Orang

d. SLTA : 125 Orang

e. D1-D3 : 35 Orang

f. S1-S3 : 29 Orang

3.7 Potensi yang sudah ada

Kampung Nitiprayan sering juga disebut sebagai kampung seni, karena banyak

sekali aktifitas seni yang dikembangkan didaerah ini. Aktifitas seni tersebut antara lain,

seperti :

a. Gejog lesung

b. Karawitan

c. Kethoprak

d. Seni rupa

e. Seni tari

Page 52: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

37

f. Karnaval rutin yang diadakan tiap tahun

g. Merti desa (kenduri desa) yang diadakan tiap tahun.

Selain banyak aktifitas seni, juga ada pertemuan-pertemuan yang diadakan seperti

Rembug kampung. Dari kegiatan kesenian atau kegiatan yang lain di kampung ini yang

nantinya akan di gunakan sebagai pendekatan masyarakat untuk melakukan pengelolaan

sampah secara terpadu.

3.8 Pola Operasional Pengelolaan Sampah

Saat ini pola operasional pengelolaan sampah di Nitiprayan belum terkelola

dengan baik, terbukti dengan masih belum teraturnya pembuangan sampah. Sebagin

besar sampah dibuang di pekarangan atau di kebun untuk dibakar atau ditimbun dalam

tanah. Bahkan masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai widuri yang

dapat mendatangkan sumber penyakit.

Beberapa RT di Nitiprayan sampah sudah dikelola cukup baik dengan bekerjasama

dengan pihak swasta, yaitu setiap 2 hari sekali sampah diambil dari tiap-tiap rumah, dan

di buang di TPS di Bugisan, dengan biaya Rp 5000,-/bulan.

3.9 Peran Serta Masyarakat

Selama ini terlihat bahwa masyarakat Belum mempunyai budaya yang baik dalam

masalah sampah, terbukti dengan belum adanya kesadaran penuh akan pentingnya

kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik. Sehingga sejauh ini peran serta

masyarakat dalam pengelolaan sampah masih kurang.

Page 53: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

38

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 IDE TUGAS AKHIR

Melihat pengelolaan persampahan yang kurang efisien dan tidak inovatif maka

muncul ide tugas akhir mengenai pengelolaan persampahan.secara terpadu di kampung

Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

.

4.2 STUDI PUSTAKA

Mencari dan mengumpulkan data-data dengan mempelajari buku-buku, tulisan

ilmiah dan peraturan perundangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3 PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang dikumpulkan untuk mendukung penyusunan laporan Tugas Akhir

ini terdiri dari :

a. Data Primer

1. Pengamatan langsung di lapangan.

2. Hasil pengukuran.

3. Data dari wawancara dan kuisioner.

b. Data sekunder :

1. Data fisik lokasi penelitian.

2. Data sistem pengelolaan sampah.

4.4 PENELITIAN ATAU SAMPLING

Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah berdasarkan

Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3964-1994.

a. Lokasi

1. Kampung Nitiprayan Yogyakarta.

2. Laboratorium Kimia Analitik MIPA UGM ( uji kualitas kompos ).

Page 54: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

39

b. Frekwensi

Pengambilan sampel dilakukan dalam 8 hari berturut-turut pada lokasi yang sama

pada setiap pukul 16.00 WIB.

c. Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sampel yang akan diambil menggunakan rumus berikut :

1. Bila jumlah penduduk 106 jiwa

PsCdP =

Dimana :

Ps = jumlah penduduk bila 106 jiwa.

Cd = koefisien

Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal.

Cd <1 bila kepadatan penduduk jarang.

Cd >1 bila kepadatan penduduk padat.

2. Bila jumlah penduduk > 106 jiwa

PsCjCdP ..=

610pendudukCj Σ

=

Ps = jumlah penduduk bila 106 jiwa

Cd = koefisien

Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal.

Cd <1 bila kepadatan penduduk jarang.

Cd >1 bila kepadatan penduduk padat.

d. Metode Pengukuran Contoh Timbulan Sampah.

Sampah terkumpul diukur volumenya dengan wadah pengukur 20 x 2 x 50 cm dan

ditimbang beratnya.

e. Peralatan dan Perlengkapan.

1. Timbangan.

2. Kotak Kayu (20x20x50)cm3.

3. Meteran.

4. Perlengkapan berupa alat pemindah seperti sekop dan sarung tangan.

Page 55: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

40

f. Cara pengambilan dan pengukuran sampel.

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel.

2. Menentukan tenaga pelaksana.

3. Menyiapkan peralatan.

4. Melakukan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah

sebagai berikut :

a) Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah

satu hari sebelum pengumpulan.

b) Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah.

c) Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah.

d) Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.

e) Menimbang kotak pengukur.

f) Menuangkan secara bergiliran ke kotak pengukur 40 liter.

g) Menghentak 3 kali dengan ketinggian kotak 20 cm.

h) Mengukur dan mencatat volume sampah.

i) Menimbang dan mencatat berat sampah.

j) Memilah sampah berdasarkan komponen komposisi sampah.

k) Menimbang dan mencatat berat sampah.

l) Menghitung komponen komposisi sampah.

5. Menghitung komponen komposisi sampah sebagai berikut :

a) Menimbang sampah total.

b) Memilah sampah sesuai karakteristik.

c) Menimbang masing –masing sampah.

d) Menghitung komposisi sampah.

4.5 PENGOLAHAN DATA

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dan digunakan dalam perencanaan

pengelolaan sampah. Tahapan pengerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 56: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

41

a. Menghitung berat jenis sampah.

Dalam perhitungan berat jenis sampah menggunakan rumus sebagai berikut :

Berat jenis sampah =)(

)(3mahvolumesamp

KghBeratsampa

Dimana berat sampah didapat dengan cara menimbang sample, sedangkan

volumenya diukur dengan kotak kayu berukuran 20 x 20 x 50 (cm3).

Rumus yang digunakan dalam mengukur volume sampah dalam kotak sampling

adalah :

Volume sampah = luas kotak x tinggi sampah

b. Menghitung prosentase komposisi.

Komposisi sampah dihitung dengan menggunakan rumus :

% komponen = %100xsampahBerattotal

nenBeratkompo

c. Menganalisa data kuisioner dengan mengemukakan 3 hal yaitu karakteristik

responden, deskriptif variablel dan analisis ANOVA.

4.6 PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Perencanaan meliputi pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

penentuan reaktor kompos. Perencanaan dilakukan berdasarkan analisa dari hasil

penelitian, meliputi :

1. Penentuan jumlah sampel atau titik sampling.

2. Perhitungan jumlah timbulan dan karakteristik sampah Kampung Nitiprayan

Yogyakarta.

3. Desain Reaktor.

4. Proses Komposting.

5. Uji kualitas kompos.

4.7 Bahan Penelitian

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah sampah organik rumah tangga di

Kampung Nitiprayan.

Page 57: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

42

1.7.1 Jenis pewadahan

Gambar 4.1. Jenis pewadahan (Sumber: dokumentasi penelitian)

1.7.2 Kotak pengukur

Gambar 4.2. Kotak pengukur (Sumber: dokumentasi penelitian)

Page 58: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

43

1.7.3 Timbangan dan Meteran

Gambar 4.3. Timbangan (Sumber: dokumentasi penelitian)

1.7.4 Termometer dan pH Soil

Gambar 4.4. Termometer dan pH soil (Sumber: dokumentasi penelitian)

4.8 Pembuatan kompos

4.8.1. Bahan pembuatan kompos

Bahan yang digunakan adalah sampah rumah tangga dari warga Nitiprayan yang

telah diambil sampelnya, yaitu sebanyak 10 rumah. Selain sampah rumah tangga bahan

yang digunakan adalah EM4 sebagai biostarter dalam pembuatan kompos.

Page 59: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

44

Gambar 4.5 Sampah Rumah Tangga (Sumber: dokumentasi penelitian)

Gambar 4.6 EM4 (Sumber: dokumentasi penelitian)

4.8.2 Persiapan reaktor

Pembuatan kompos dengan proses aerobik jadi reaktor yang digunakan untuk

pembuatan kompos adalah drum plastik yang dilubangi pada sisi – sisinya yang berfungsi

untuk suplai oksigen.

Page 60: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

45

Gambar 4.7. Rencana Desain Reaktor Kompos

4.8.3 Tahap Pembuatan

a. Pencampuran bahan

Selama pengambilan sampel untuk sampah organik dimasukkan kedalam reaktor.

Sebelum dimasukkan kedalam reaktor sampah dicacah terlebih dahulu hingga

ukuran menjadi lebih kecil, yang kemudian dicampur dengan larutan EM4. Setiap

memasukkan sampah organik harus diikuti dengan penambahan EM4 agar

didapatkan hasil yang maksimal. EM4 berupa larutan cair berwarna kecoklatan.

Cairan ini berbau sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH)

kurang dari 3,5.

Page 61: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

46

Gambar 4.8 Pemotongan bahan (Sumber: dokumentasi penelitian)

Gambar 4.9 Potongan bahan pada reaktor (Sumber: dokumentasi penelitian)

Gambar 4.10 Reaktor kompos (Sumber: dokumentasi penelitian)

Page 62: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

47

b. Pembalikan

Setiap 4 hari sekali dilakukan pembalikan kompos agar proses pembusukan dapat

merata dan setiap 4 hari sekali dilakukan pengukuran pH dan suhu.

Gambar 4.11 Pengukuran pH (Sumber: dokumentasi penelitian)

Gambar 4.12 Pengukuran suhu (Sumber: dokumentasi penelitian)

c. Pengukuran parameter uji

Setelah terjadi pematangan kompos, dilakukan pengujian unsur mikro N, P, K,

dan C/N.

4.9. DIAGRAM TAHAP PERENCANAAN

Secara garis besar perencanaan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Page 63: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

48

Gambar 4.13 Diagram Tahap Perencanaan

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Sekunder :§ Data Umum wilayah perencanaan§ Data sistem pengelolaan sampah§ Data perencanaan daerah pelayanan

Penelitian / Sampling

Mengolah Data :§ Menghitung volume dan berat jenis sampel§ Menghitung besaran timbulan sampah

Perencanaan Pengelolaan sampah :§ Pewadahan§ Pengumpulan§ Pengangkutan§ Pengolahan

Pengolahan Sampah• Desain Reaktor• Proses Komposting• Uji kualitas kompos

Page 64: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

49

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengukuran Dan Perhitungan Berat Sampah, Volume Sampah

Pengukuran volume sampah dari masing-masing sumber menggunakan wadah

kotak kayu berbentuk balok yang telah diketahui ukurannya (20 x 20 x 50 cm).

Pengukuran timbulan sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut, sebanyak 10 rumah.

Selanjutnya desain reaktor berdasarkan hitungan volume timbulan. Setelah diketahui

ukuran reaktor, dilakukan proses komposting pencampuran bahan organik dengan

penambahan starter untuk proses fermentasi. Penelitian selanjutnya untuk mengetahui

parameter yang berperan dalam proses fermentasi yang meliputi, pH dan suhu selama

proses fermentasi berlangsung serta uji kualitas N, P, K, C/N di akhir proses (akhir

pengamatan).

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan berat, volume dan berat jenis sampah

yang didapatkan dari pengukuran di lokasi.

Tabel 5.1 Perhitungan berat, volume, dan berat jenis sampah organik

No Berat Organik Volume Berat JenisSampel (kg/orang/hari) (Lt/orang/hari) (kg/m3)

1 0.156 1.44 108.33333332 0.305 1.519 200.78999343 0.306 2.475 123.63636364 0.141 1.171 120.40990615 0.07 0.792 88.383838386 0.222 1.45 153.10344837 0.056 0.645 86.821705438 0.11 1.03 106.79611659 0.044 0.619 71.0823909510 0.221 1.588 139.1687657

Jumlah 1.631 12.729 1198.525862Rata-rata 0.1631 1.2729 119.8525862

Sumber : data sekunder

Page 65: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

50

Tabel 5.2 Perhitungan berat, volume, dan berat jenis sampah an organik

NoBerat AnOrganik Volume Berat Jenis

Sampel (kg/orang/hari) (Lt/orang/hari) (kg/m3)1 0.09 1.38 65.21739132 0.054 1.956 27.607361963 0.058 1.431 40.531097134 0.05 1.475 33.898305085 0.048 1.05 45.714285716 0.058 2.013 28.812717347 0.026 1.255 20.717131478 0.04 0.988 40.485829969 0.063 1.863 33.8164251210 0.052 2.108 24.66793169

Jumlah 0.539 15.519 361.4684768Rata-rata 0.0539 1.5519 36.14684768

Sumber : data sekunder

Tabel 5.3 Perhitungan berat, volume, dan berat jenis sampah non 3R

No Berat non 3R Volume Berat JenisSampel (kg/orang/hari) (Lt/orang/hari) (kg/m3)

1 0.002 0.063 31.746031752 0.014 0.075 186.66666673 0 0 04 0 0 05 0 0 06 0 0 07 0 0 08 0 0 09 0.006 0.063 95.2380952410 0 0 0

Jumlah 0.022 0.201 313.6507937Rata-rata 0.0022 0.0201 31.36507937

Sumber : data primer

Penganbilan sampel yang dilakukan di Kampung Nitiprayan dengan jumlah

sampling 10 KK. Berdasarkan hasil pengambilan sampel pada 10 KK, maka berat

sampah rata-rata per hari untuk sampah organik 0,1631 kg/orang/hari dan Volume

sampah An Organik rata-rata per hari adalah 1,2729 L/orang/hari, maka :

Page 66: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

51

Berat jenis sampah organik =ahVolumesamphBeratsampa

Berat jenis sampah organik =harioranglhariorangkg

//2729,1//1631,0

Berat jenis sampah organik = 0,1198526 kg/l = 119,8526 kg/m3

Untuk sampah An Organik rata-rata per hari adalah 0,0539 kg/orang/hari, dan volume

sampah An Organik rata-rata per hari adalah 1,5519 L/orang/hari, maka :

Berat jenis sampah an organik =ahVolumesamphBeratsampa

Berat jenis sampah an organik =harioranglhariorangkg

//5519,1//0539,0

Berat jenis sampah an organik = 0,3614685 kg/l = 36,14685 kg/m3

Untuk sampah Non 3R rata-rata per hari adalah .0022 kg/orang/hari, dan volume sampah

Non 3R rata-rata per hari adalah 0.020 L/orang/hari, maka :

Berat jenis sampah Non 3R =ahVolumesamphBeratsampa

Berat jenis sampah Non 3R =harioranglhariorangkg

//0201,0//0022,0

Berat jenis sampah Non 3R = 0,3136508 kg/l = 31,36508 kg/m3

1.2 Perhitungan komposisi sampah.

Komposisi sampah ditentukan berdasarkan pengambilan sampel di lokasi.

Hasilnya adalah sebagai berikut :

Page 67: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

52

Tabel 5.4 Rata-rata komposisi sampah di Kampung NitiprayanOrganik An organik Non 3R

Hari Berat total( kg ) ( kg ) ( % ) ( kg ) ( % ) ( kg ) ( % )

1 11.65 8.1 69.5279 2.85 24.4635 0.7 6.008582 6.45 5.2 80.62016 1.25 19.3798 0 03 8.6 6.2 72.09302 2.4 27.907 0 04 9.82 6.95 70.77393 2.87 29.2261 0 05 13.01 10.55 81.09147 2.46 18.9085 0 06 12 8.9 74.16667 3.1 25.8333 0 07 8.9 5.9 66.29213 2.8 31.4607 0.2 2.247198 10.02 7 69.86028 3.02 30.1397 0 0

jumlah 80.45 58.8 584.4256 20.75 207.319 0.9 8.25577rata-rata-

10.05625 7.35 73.05319 2.59375 25.9148 0.1125 1.03197

Sumber : data primer

01020304050607080

Pres

enta

se (%

)

Jenis sampah

OrganikAn OrganikNon 3R

Gambar 5.1 Komposisi sampah Kampung Nitiprayan

Komposisi sampah pada penelitian ini adalah komponen organik 73,05 %,

komponen An Organik 25,92 %, dan komponen Non 3R 1,03%.

Page 68: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

53

5.3 Timbulan sampah

Dari hasil pengukuran timbulan sampah total, maka dapat diketahui rata-rata

timbulan sampah per orang/hari adalah 0,2192 kg/org/hari. Menurut SNI 19-3964-1994,

angka timbulan sampah perkotaan dalam hal ini kota sedang/kecil, satuan timbulan

sampahnya adalah 1,5 – 2 L/org/hari atau 0,3 – 0,4 kg/org/hari. Berdasarkan hasil

pengukuran timbulan sampah total, apabila dibandingkan dengan standar SNI, maka

sudah memenuhi standar yang berlaku.

Hasil perhitungan timbulan sampah total dapat dilihat dibawah ini :

Untuk timbulan sampah total adalah :

= berat sampah organik + berat sampah an organik + berat non 3R

= 0,1631 kg/orang/hari + 0,0539 kg/orang/hari + 0,0022 kg/orang/hari

= 0.2192 kg/org/hari

5.4 Pengomposan

5.4.1 Desain reaktor kompos

Penelitian dilakukan pada 10 titik sampel rumah dan didapatkan berat sampah

organik 0,1631 kg/orang/hari, Dengan memperkirakan lama waktu pengomposan selama

30 hari maka desain reaktor dibuat dengan kapasitas 190 liter untuk kapasitas 1 rumah.

Untuk memudahkan proses pembuatan, maka dipilih reaktor/drum plastik yang ada

dipasaran seperti gambar dibawah ini :

Page 69: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

54

Gambar 5.2. Desain reaktor kompos

5.4.2 Pengamatan pH

Derajat keasaman perlu dikontrol selama proses komposting berlangsung, karena

pH merupakan indikator pemantauan berhasil atau tidaknya proses fermentasi, dan juga

bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Tabel 5.5 Pengukuran pH selama proses komposting berlangsung.

Hari pengukuran pH4 6.98 6.912 6.016 6.020 724 6.828 6.932 736 6.940 6.7

Sumber : data sekunder

Page 70: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

55

5.4.3 Pengamatan Suhu

Proses pengomposan akan berjalan baik jika bahan berada dalam temperatur

yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme perombak. Temperatur optimum yang

dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35 – 550 C. Namun setiap

kelompok mikroorganisme memiliki temperatur optimum yang berbeda sehingga

temperatur optimum pengomposan merupakan integrasi dari berbagai jenis

mikroorganisme yang terlibat.

Tabel 5.6 Pengukuran suhu selama proses komposting berlangsung

Hari pengukuran Suhu (0C)4 568 5012 5516 5320 4624 3028 3032 2936 2840 28

Sumber : data primer

5.4.4 Kualitas Akhir Kompos

Adapun hasil pengukuran kualitas akhir kompos setelah dilakukan pengujian di

laboratorium kimia analitik UGM dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 71: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

56

Tabel 5.7 Pengukuran kualitas akhir kompos (pada hari ke-40)

HASIL PENGUKURAN (%)NO

KODE

SAMPELPARAMETER

I II IIIMETODE

1 N (%) 0,857 0,853 0,852Kjeldahl

Destilasi

2 P (ppm) 12379,450 12913,047 12486,169

Atomic

Absorbption

Spect

3 K (ppm) 21927,079 23822,590 27087,080

Atomic

Absorption

Spect

4

Kompos

C/N 41,008 41,210 41,263 Kalkulasi

Sumber : data primer

5.5 Data Responden

1. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Berikut adalah tabel jumlah anggota keluarga responden.

Tabel 5.8 Jumlah Anggota Keluarga Responden

Anggotakeluarga

Persentase (%)

3 174-6 727-9 8

9 3

Page 72: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

57

17

72

8 30

1020304050607080

pres

enta

se (%

) 3 4s/d 6 6 s/d 9 9

Jumlah anggota keluarga

Gambar 5.3 Jumlah anggota keluarga responden

Gambar 5.3 menunjukkan jumlah anggota keluarga responden. Jumlah anggota

keluarga responden 3 orang sebanyak 17 responden (17 %). 4-6 orang sebanyak

72 responden (72 %). 7 sampai 9 orang sebanyak 8 responden (8 %) dan 9

orang sebanyak 3 responden (3 %).

Rata-rata anggota keluarga yang paling banyak adalah antara 4-6 orang tiap 1

KK, hal tersebut di sebabkan karena mayoritas penduduk adalah orang pedesaan.

2. Penghasilan Rata-rata responden per bulan

Berikut ini adalah penghasilan Rata-rata responden per bulan :

Tabel 5.9 Penghasilan Rata-rata responden per bulan

Penghasilan / bulan Presentase (%)< 500.000 36500.000 – 1.000.000 221.000.000 – 1.500.000 27> 1.500.000 15kosong 0

Page 73: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

58

36

15

27

10

005

10152025303540

pers

enta

se (%

)

<500.000 500.000-1.000.000

1.000.000-1.500.000

>1.500.000 kosong

Penghasilan/bulan

Gambar 5.4 Jumlah penghasilan responden per bulan

Gambar 5.4 menunjukkan penghasilan rata-rata responden per bulan. Jumlah

penghasilan penduduk Nitiprayan rata-rata/bulan < 500.000 sebanyak 36

responden (36 %). 500.000-1.000.000 sebanyak 22 responden (22 %). 1.000.000-

1.500,000 sebanyak 27 responden (27 %). > 1.500.000 sebanyak 15 responden

(15 %).

Penghasilan penduduk kampung Nitiprayan sebagian besar berpenghasilan <

500.000 mengingat sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai buruh

ataupun petani. Meskipun ada yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri

ataupun karyawan swasta hanya sebagian kecil saja.

3. Pendidikan terakhir responden

Berikut ini adalah tabel pendidikan terakhir responden :

Tabel 5.10 pendidikan terakhir responden

Pendidikan Persentase ( % )Tidak sekolah 0SD 27SLTP 14SMA 38P. Tinggi 21Kosong 0

Page 74: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

59

0

27

14

38

21

005

10152025303540

Pers

enta

se (%

)Tidak

sekolahSD SMP SMAP. tinggikosong

Pendidikan terakhir

Gambar 5.5 Pendidikan terakhir responden.

Gambar 5.5 menunjukkan pendidikan terakhir responden. Jumlah pendidikan

terakhir yang tidak sekolah sebanyak 0 responden (0 %). SD sebanyak 27

responden (27 %). SLTP sebanyak 12 responden (14 %). SMA sebanyak 38

responden (38 %). Perguruan tinggi sebanyak 21 responden (21 %).

Mayoritas pendidikan terakhir penduduk Nitiprayan adalah lulusan SMA, karena

sebagian penduduk berpenghasilan kecil mereka hanya menamatkan pendidikan

mereka hanya sampai pada tingkat SLTA, tetapi ada sebagian kecil yang

menamatkan pendidikannya sampai pada tingkat perguruan tinggi.

4. Pembuangan sampah rumah tangga setiap hari

Berikut ini adalah tabel pembuangan sampah rumah tangga oleh responden setiap

hari:

Page 75: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

60

Tabel 5.11 Pembuangan sampah rumah tangga oleh responden setiap hari

Pembuangan Persentase(%)

Tempat sampahsendiri

86

Sungai 0Lainnya 8kosong 6

86

08 6

0102030405060708090

Pers

enta

se (%

)

Tempatsendiri

Sungai Lainnya Kosong

Pembuangan sampah

Gambar 5.6 pembuangan sampah oleh responden

Gambar 5.6 menunjukkan pembuangan sampah oleh responden setiap hari.

Jumlah responden yang membuang sampah pada tempat sampah sendiri sebanyak

86 responden (86 %). Membuang ke sungai sebanyak 0 responden (0 %). Lainnya

sebanyak 8 responden (8 %). Dan yang tidak mengisi sebanyak 6 responden (6

%).

Kebanyakan masyarakat Nitiprayan membuang sampah yang mereka hasilkan ke

pekarangan atau kebun mereka sendiri yang nantinya akan ditimbun atau dibakar

setelah sampah sudah banyak. Sebagian kecil masyarakat bekerjasama dengan

pihak swasta untuk membuang sampahnya ke TPS dengan membayar retribusi

Rp. 5.000,00 per bulan.

Page 76: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

61

5. Pemilahan Sampah Oleh Responden

Berikut ini adalah tabel pemilahan sampah oleh responden:

Tabel 5.12 Pemilahan sampah rumah tangga oleh responden

Pemilahan Persentase (%)Dilakukan 19Tidak 81Kosong 0

19

81

00102030405060708090

Pers

enta

se (%

)

Dilakukan Tidak Kosong

Pemilahan Sampah

Gambar 5.7 Pemilahan sampah rumah tangga

Gambar 5.7 menunjukkan Pemilahan sampah oleh responden setiap hari. Jumlah

responden yang memilah sampah sebanyak 19 responden (19 %). Yang tidak

memilah sampahnya sebanyak 81 responden (81 %).

Sebagian masyarakat belum melakukan pemilahan antara sampah yang bersifat

organik, an organik, maupun non 3R. Hal tersebut disebabkan karena masih

rendahnya tingkat kesadaran untuk mengelola sampah.

6. Banyaknya sampah yang dibuang setiap hari

Berikut ini adalah tabel banyaknya sampah yang dibuang setiap hari oleh

responden.

Page 77: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

62

Tabel 5.13 Banyaknya sampah yang dibuang setiap hariSampah

yangdibuang

Persentase ( % )

< 1 kg 602 – 3 kg 324 – 6 kg 8> 6 kg 0kosong 0

60

32

80 00

102030405060

Pers

enta

se (%

)

<1 kg 2-3 kg 4-6 kg >6 kg kosong

Banyaknya sampah yang dibuang

Gambar 5.8 Banyaknya sampah yang dibuang setiap hari

Gambar 5.8 menunjukkan banyaknya sampah yang dibuang setiap hari. Jumlah

responden yang membuang sampah < 1 kg sebanyak 60 responden (60 %). 2 – 3

kg sebanyak 32 responden (32 %). 4 – 6 kg sebanyak 8 responden (8 %). > 6 kg

sebanyak 1 responden (1 %).

Rata-rata sampah yang dibuang oleh masyarakat Nitiprayan setiap harinya adalah

< 1 kg, kebanyakan sampah yang dibuang adalah sampah yang bersifat organik,

seperti sisa-sisa makanan, sayuran.

7. Jenis sampah yang sering dibuang setip harinya

Berikut ini adalah tabel jenis sampah yang dibuang setiap harinya oleh responden.

Tabel 5.14 Jenis sampah yang dibuang setiap harinya

Jenissampah

Persentase ( % )

Plastik 23Kertas 10Organik 57Lainnya 10

Page 78: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

63

23

10

57

10

0102030405060

Pers

enta

se (%

)

Plastik Kertas Organik Lainnya

Jenis Sampah

Gambar 5.9 Jenis sampah yang dibuang setiap hari

Gambar 5.9 menunjukkan jenis sampah yang dibuang setiap harinya. Jumlah

responden yang membuang sampah plastik sebanyak 23 responden (23 %). Kertas

sebanyak 10 responden (10 %). Organik sebanyak 57 responden (57 %). Lainnya

sebanyak 10 responden (10 %).

Sampah yang dibuang rata-rata adalah sampah yang bersifat organik yang mudah

membusuk, seperti sisa makanan, daun-daun pembungkus makanan. Selain

sampah yang bersifat organik plastik juga merupakan sampah yang sering

dibuang oleh penduduk Nitiprayan.

8. Kesediaan jika dilakukan pengelolaan sampah secara terpadu di dusun

Nitiprayan.

Berikut ini adalah tabel Kesediaan jika dilakukan pengelolaan sampah secara

terpadu di dusun Nitiprayan.

Tabel 5.15 Kesediaan jika dilakukan pengelolaan sampah secara terpadu di

kampung Nitiprayan.

Kesediaan Persentase (%)Ya 89

Tidak 11Kosong 0

Page 79: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

64

89

1100

102030405060708090

Pers

enta

se (%

)

Ya Tidak Kosong

Kesediaan berperan serta

Gambar 5.10 Grafik kesediaan peran serta responden jika dilakukanpengelolaan sampah

Gambar 5.10 menunjukkan kesediaan responden jika dilakukan pengelolaan

sampah secara terpadu di dusun Nitiprayan.. Jumlah responden yang bersedia

berperan serta sebanyak 89 responden (89 %). Yang tidak bersedia sebanyak 11

responden (11 %).

Masyarakat Nitiprayan sebagian besar mau berperan serta jika dilakukan

pengelolaan sampah secara terpadu di kampung mereka, sebagian besar dari

mereka sadar bahwa sampah jika dibiarkan secara terus-menerus akan

mendatangkan sumber penyakit.

5.6 Pengujian Dengan Statistik

5.6.1 Pendidikan terakhir dan Kesadaran memilah Dengan Metode Statistik One

Way ANOVA

Pengolahan untuk data lebih dari 2 sampel sebaiknya menggunakan uji ANOVA

dengan asumsi populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal. Varians dari

populasi-populasi tersebut adalah sama, serta sampel tidak berhubungan satu dengan

yang lain. Uji dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai dari semua variasi

memiliki perbedaan yang signifikan. Adapun ringkasan statistik dari data nilai tingkat

pendidikan dan kesadaran masyarakat.

Page 80: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

65

Tabel 5.16 Correlation untuk nilai pendidikan dan kesadaran pemilahan.

Correlations

1 .030. .769

100 100.030 1.769 .100 100

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

T.PNDDKN

T.PMLHAN

T.PNDDKN T.PMLHAN

Test of Homogeneity dilakukan untuk menguji berlaku atau tidaknya asumsi pada

ANOVA, yaitu apakah keempat sampel mempunyai varians yang sama. Adapun hasil

perhitungan probabilitas dengan tes homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 5.17 di

bawah ini:

Tabel 5.17 Homogenitas variansi untuk nilai pendidikan dan kesadaran pemilahan.

Test of Homogeneity of Variances

T.PMLHAN

2.279 2 97 .108

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat rata-rata populasinya identik

H1 : Keempat rata-ratanya tidak identik

Pengambilan keputusan:

a. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

b. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.17 terlihat bahwa levene test hitung adalah 2,279, dengan

nilai probabilitas 0,108, oleh karena itu probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau

keempat varians adalah identik.

Setelah keempat varians telah terbukti identik maka asumsi untuk ANOVA tidak

berlaku (asumsi keempat sampel mempunyai rata-rata (Mean) yang sama), maka uji

ANOVA (Analysis of Variance) dilakukan. Hasil analisis dengan menggunakan ANOVA

dapat dilihat pada tabel 5.18 dibawah ini :

Page 81: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

66

Tabel 5.18 Analysis of Variance (ANOVA) untuk nilai pendidikan dan kesadaran

pemilahan.

ANOVA

T.PMLHAN

.146 2 .073 .682 .50810.414 97 .10710.560 99

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat rata-rata populasinya identik

H1 : Keempat rata-ratanya tidak identik

Pengambilan keputusan :

a. Berdasarkan Perbandingan F hitung dengan F tabel :

1) Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima

2) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

b. Berdasarkan nilai probabilitas :

1) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

2) Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.18 diatas maka dapat terlihat bahwa F hitung adalah 0,682

dengan probabilitas 0,508. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima atau rata-

rata nilai pendidikan dan kesadaran masyarakat pada keempat variasi identik, berarti

tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat kesadaran pemilahan sampah di

kampung Nitiprayan. Setelah diketahui bahwa tidak ada perbedaan nilai rata-rata

pendapatan dan timbulan sampah yang nyata diantara keempat variasi, maka dapat

diketahui mana saja variasi yang berbeda dan mana saja variasi yang tidak berbeda. Hal

ini akan dibahas pada analisis Bonferrini dan tukey dalam Post hoc. Hasil analisis dengan

test Post Hoc dapat dilihat pada tabel 5.19 :

Page 82: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

67

Tabel 5.19 Analisis post hoc untuk nilai pendidikan dan kesadaran pemilahan.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: T.PMLHAN

.1032 .10791 .606 -.1537 .3600-.0094 .07613 .992 -.1906 .1718-.1032 .10791 .606 -.3600 .1537-.1126 .09741 .482 -.3444 .1193.0094 .07613 .992 -.1718 .1906.1126 .09741 .482 -.1193 .3444.1032 .10791 1.000 -.1597 .3661

-.0094 .07613 1.000 -.1949 .1761-.1032 .10791 1.000 -.3661 .1597-.1126 .09741 .752 -.3499 .1247.0094 .07613 1.000 -.1761 .1949.1126 .09741 .752 -.1247 .3499

(J) T.PNDDKN2.003.001.003.001.002.002.003.001.003.001.002.00

(I) T.PNDDKN1.00

2.00

3.00

1.00

2.00

3.00

Tukey HSD

Bonferroni

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Dari tabel 5.19 diatas dapat telihat bahwa dari hasil uji tukey diketahui bahwa

rata-rata pendapatan probabilitas > 0,05 maka H0 diterima atau variasi memiliki

perbedaan yang signifikan. Karena nilai rata-rata dari ketiga variasi identik. Selain itu

dari dari hasil uji pun ditemukan tanda * pada kolom Mean Difference maka perbedaan

tersebut nyata atau signifikan.

Dari data pengolahan di atas dapat diketahui bahwa untuk tingkat pendidikan

tidak berpengaruh terhadap kesadaran pemilahan. Meskipun pendidikan tinggi belum

tentu mau melakukan pemilahan.

5.6.2 Nilai Penghasilan dan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Timbulan Sampah

Menggunakan Metode Statistik One Way ANOVA.

Pengolahan untuk data lebih dari 2 sampel sebaiknya menggunakan uji ANOVA

dengan asumsi populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal. Varians dari

populasi-populasi tersebut adalah sama, serta sampel tidak berhubungan satu dengan

yang lain. Uji dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai dari semua variasi

memiliki perbedaan yang signifikan. Adapun ringkasan statistik dari data nilai tingkat

pendidikan dan kesadaran masyarakat.

Page 83: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

68

Tabel 5.20 Correlation untuk nilai pendapatan dan timbulan sampah

Correlations

1 .452*. .012

30 30.452* 1.012 .

30 30

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

T.PENGH

T.TMBLAN

T.PENGH T.TMBLAN

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Test of Homogeneity dilakukan untuk menguji berlaku atau tidaknya asumsi pada

ANOVA, yaitu apakah ke empat sampel mempunyai varians yang sama. Adapun hasil

perhitungan probabilitas dengan tes homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 5.21 di

bawah ini:

Tabel 5.21 Homogenitas variansi untuk nilai pendapatan dan timbulan sampah

Test of Homogeneity of Variances

T.TMBLAN

6.948 2 26 .004

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat rata-rata populasinya identik

H1 : Keempat rata-ratanya tidak identik

Pengambilan keputusan:

a. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

b. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.21 terlihat bahwa levene test hitung adalah 6,948, dengan

nilai probabilitas 0,004, oleh karena itu probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak, atau

keempat varians adalah tidak identik.

Setelah keempat varians telah terbukti tidak identik maka asumsi untuk ANOVA

tidak berlaku (asumsi keempat sampel mempunyai rata-rata (Mean) yang sama), maka uji

Page 84: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

69

ANOVA (Analysis of Variance) dilakukan. Hasil analisis dengan menggunakan ANOVA

dapat dilihat pada tabel 5.22 dibawah ini :

Tabel 5.22 Analysis of Variance (ANOVA) untuk nilai pendapatan dan timbulan

sampah

ANOVA

T.TMBLAN

1.563 3 .521 2.334 .0975.804 26 .2237.367 29

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat rata-rata populasinya identik

H1 : Keempat rata-ratanya tidak identik

Pengambilan keputusan :

a. Berdasarkan Perbandingan F hitung dengan F tabel :

1) Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima

2) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

b. Berdasarkan nilai probabilitas :

1) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

2) Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.22 diatas maka dapat terlihat bahwa F hitung adalah 2,334

dengan probabilitas 0,097. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima atau rata-

rata nilai pendapatan dan timbulan sampah pada keempat variasi identik, berarti tingkat

pendapatan tidak berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah di Kampung Nitiprayan.

Dari data pengolahan di atas dapat diketahui bahwa untuk tingkat pendidikan

tidak berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah. Rumah yang mempunyai

penghasilan tinggi belum tentu timbulan sampahnya tinggi atau sebaliknya rumah yang

mempunyai penghasilan rendah belum tentu timbulan sampahnya rendah. Jumlah

anggota keluarga juga mempengaruhi dalam jumlah timbulan sampah.

Page 85: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

70

5.7 Pembahasan

5.7.1 Umum

Sistem pengelolaan sampah secara terpadu merupakan salah satu alternatif

terbaik yang benar-benar mampu mereduksi jumlah volume sampah secara signifikan di

kampung Nitiprayan. Dimana dalam sistem ini menuntut tanggung jawab, partisipasi dan

peran aktif dari berbagai pihak, yaitu pemerintah, masyarakat Nitiprayan dan swasta.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merealisasikan sistem pengelolaan

sampah secara terpadu meliputi:

1. Tata cara merintis sebuah sistem pengelolaan sampah

2. Tanggung jawab pengelolaan

3. Metode pelaksanaan

4. Sistematika operasional

5. Keuntungan yang didapat dengan sistem swakelola sampah

Pengelolaan sampah di Kampung Nitiprayan direncanakan secara terpadu, dimana

sampah dilakukan pemilahan Sejak dari sumbernya atau dari setiap rumah, untuk

sampah yang bersifat organik setiap rumah diharuskan untuk menyediakan wadah

khusus, agar sampah tersebut dapat dijadikan pupuk dengan metode pengkomposan.

Sedangkan untuk sampah yang masih dapat dimanfaatkan dikumpulkan untuk di daur

ulang. Lalu sampah-sampah yang telah dipak dan masih memiliki nilai jual, dijual kepada

pengepul, sedangkan dana yang didapatkan dari penjualan sampah tersebut, digunakan

untuk biaya operasional seperti pembayaran upah tenaga kerja dan peremajaan peralatan

pengelolaan sampah. Untuk residu maupun sampah-sampah yang tidak memiliki nilai

guna dan nilai jual, dapat dikerjasamakan dengan Dinas Kebersihan untuk diangkut

menuju TPA.

Kerjasama dengan pihak swasta dalam pembuangan sampah ke TPA dilakukan

dengan pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut :

Page 86: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

71

1. Penetapan tarif retribusi berdasar kualitas pelayanan.

2. Keharmonisan dan kerjasama dengan mitra swasta untuk menjalankan

kontrak yang saling menguntungkan.

3. Penetapan tingkat kualitas layanan dan kualitas sarana dan prasarana.

Page 87: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

72

Gambar 5.11 Pola Pengelolaan Sampah Mulai Dari Sumber sampai ke TPA di

Kampung Nitiprayan.

Sumber Sampah

Timbulan Sampah

Pemilahan diSumber

SampahOrganik

SampahAnorganik

SampahNon 3R

Residu PewadahanPewadahan

Pengumpulann

Pengangkutan

TPA

Pengomposan

Pewadahan

Pengumpulan

TPS

Pengangkutan

TPA

Pengumpulan

TPS

Penjualan

DipakaiWarga

Penjualan

Page 88: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

73

5.7.2 Perencanaan manajemen pengelolaan sampah di Kampung Nitiprayan.

5.7.2.1 Pemilahan

Sumber sampah yang paling besar di kampung Nitiprayan adalah sampah organik,

dimana komposisi dari sampah organik di kampung Nitiprayan sebesar 73,05 %,

sedangkan untuk sampah an organik sebesar 25,92 % dan 1,03 % untuk sampah non 3R.

Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber sampah dihasilkan, jadi

pemilahan dilakukan di tiap-tiap rumah warga Nitiprayan. Dimana pada skala rumah

tangga, setiap individu harus melakukan pemisahan dalam pengumpulan sampah, yaitu

dibagi menjadi:

(1) Sampah organik, seperti sisa – sisa makanan, sayuran, daun,

(2) Sampah anorganik, seperti plastik, kertas, logam, kaca, kaleng, alumunium,

kain.

(3) Sampah non 3R, seperti obat – obatan, batere.

Pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya sejak dari rumah sangat membantu

dalam mengurangi beban proses pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan. Selain itu

juga sangat membantu dalam proses daur ulang, karena menyediakan bahan baku yang

bersih untuk di daur ulang atau digunakan lagi.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil volume sampah organik sebesar 1,273 L/org/hari,

sedangkan untuk sampah anorganik 1,552 L/org/hari sehingga didapatkan :

a. Organik

Sampah organik = 1,273 lt/org/hari x 2,341 jiwa

= 2,979 lt/ hr = 2,979 m3/hr

- Sampah organik yang dapat dijadikan kompos yaitu bekas sayur –

sayuran, buah-buahan, daun-daunan dan sisa makanan.

- Sedangkan sampah organik yang dibuang ke TPA adalah 10 % dari

keseluruhan volume sampah organik, yaitu :

= hrm /2979,0m3/hr2,97910010 3=×

Sampah organik yang tidak bisa dijadikan kompos adalah tulang, batang

pohon, batok kelapa dll.

Page 89: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

74

Total volume kompos = harim /681,22979,0979,2 3=−

b. An organik

- An organik = 1,552 lt/org/hari x jumlah penduduk

= 1,552 lt/org/hari x 2.341 jiwa

= 3632,9 lt/hari = 3,6329 m3/hr

- Residu yang akan dibuang ke TPA adalah 10 % dari volume sampah an

organik adalah :

= 10% x 3,6329 m3/hari = 0,36329 m3/hr

c. Non 3R

- Non 3R = 0,0201 lt/org/hr x jumlah penduduk

= 0,0201 lt/org/hr x 2.341 Jiwa

= 47,05 lt/org/hr = 0,047056m3/hr

Total residu yang dibuang ke TPA adalah

= Volume residu sampah organik + Volume residu sampah anorganik+

volume sampah non 3 R

= 0,2979 m3/hr + 0,36329 m3/hr +0,047056 m3/hr = 0,7011 m3/hr

Jumlah volume sampah domestik adalah

= volume sampah organik + volume sampah anorganik +

volume sampah non 3R

= 1,279 m3/hr + 1,5519 m3/hr + 0,0201 m3/hr

= 2,851 m3/hr

Jumlah sampah yang dapat dimanfaatkan adalah

= volume kompos + Sampah anorganik yang dimanfatkan

= 2,681 m3/hr + 3,2691 m3/hr

= 5,95 m3/hr

Berikut ini adalah neraca persentase sampah mulai dari sumber sampai ke TPA di

Kampung Nitiprayan adalah seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

Page 90: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

75

Gambar 5.12. Neraca persentase sampah mulai sumber sampai ke TPA di

Kampung Nitiprayan.

Organik2,979 m3/hari

(44,78%)

Anorganik3,6329m3/hari

(54,62 %)

Pengomposan2,681 m3/hari

(90 %)

Residu0,2979 m3/hari

(10 %)

Residu3,6329 m3/hari

(10 %)

Pemanfaatan3,26961m3/hari(90 %)

TPA0,7011m3/hari

(10,53 %)

Pemanfaatan5,95 m3/hari(88,10 %)

Non 3 R0,04 m3/hari

(0,60 %)

Sumber sampah100 % 6,63 m3/hari

Page 91: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

76

5.7.2.2 Pewadahan

Setiap rumah tangga harus menyediakan wadah baik berupa keranjang, kantong

maupun kontainer lainnya yang dapat digunakan untuk menampung beberapa jenis

sampah tersebut, yang selanjutnya dibuang pada tempat sampah umum yang telah

tersedia sesuai dengan jenis sampah yang akan dibuang.

Pewadahan di rumah – rumah dilakukan dengan 3 jenis, yaitu ;

a. Pewadahan sampah organik, an organik, non 3R di dalam rumah.

b. Pewadahan sampah organik untuk proses pengomposan.

c. Pewadahan sampah organik, an organik, non 3R diluar rumah sebelum

dilakukan pengumpulan ke TPS

1. Pewadahan sampah organik, an organik, dan non 3R didalam rumah.

Maksud dari pewadahan sampah ini adalah untuk memisahkan sampah yang

bersifat organik, an organik, dan non 3R agar memudahkan dalam proses

pengolahan selanjutnya.

Wadah yang digunakan untuk sampah di dalam rumah ini atau sampah rumah

tangga dengan menggunakan kantong plastik. Alasan kenapa yang dipakai adalah

kantong plastik, karena sehat, mudah/praktis/cepat dalam operasi, dan dapat

dipakai lebih dari satu kali.

Untuk membedakan mana sampah yang bersifat organik, an organik dan non 3R,

maka kantong plastik diberi tanda dengan tulisan atau dibedakan warnanya.

a) Kantong plastik berwarna merah untuk sampah yang bersifat organik

b) Kantong plastik yang berwarna hitam untuk sampah yang bersifat an organik

c) Kantong plastik yang berwarna ungu untuk sampah non 3R

Dari hasil pengukuran volume sampah kampung Nitiprayan, didapatkan volume untuk

sampah organik 1,27 L/orang/hari, untuk sampah an organik 1,55 L/orang/hari, dan 0,02

L/orang/hari. Maka ukuran kantong plastik yang digunakan untuk pewadahan sampah

adalah :

Page 92: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

77

- Rata – rata 1 rumah memiliki 5 orang anggota keluarga,

- Banyaknya sampah organik adalah 1,27 L/orang/hari x 5 orang = 6,35 L/hari.

- Banyaknya sampah an organik adalah 1,55 x 5 orang = 7,75 L/hari

- Banyaknya sampah non 3R adalah 0,02 L/orang/hari x 5 orang = 0,1 L/hari.

- Waktu pengambilan sampah dalam kantong plastik 2 hari sekali maka :

Ukuran kantong plastik untuk sampah organik atau kantong yang

berwarna merah adalah

= 6,35 L/hari x 2 = 12,7 L/hari

Ukuran kantong plastik untuk sampah an organik atau kantong berwarna

hitam adalah

= 7,75L/hari x 2 = 15,5 L/hari

Ukuran kantong plastik untuk sampah non 3R atau plastik berwarna ungu

adalah

= 0,1 L/hari x 2 = 0,2 L/hari

Jadi kantong plastik yang digunakan untuk sampah organik kantong

plastik berkapasitas 15 Liter, untuk sampah an organik kantong plastik

berkapasitas 20 liter, dan untuk sampah non 3 R menggunakan kantong plastik

berkapasitas 1 Liter.

Gambar 5.13 Plastik (Sumber: dokumentasi penelitian)

Page 93: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

78

2. Pewadahan sampah organik untuk proses pengomposan.

Pengomposan dilakukan dengan drum plastik yang dapat menampung sampah

organik yang dihasilkan dari keluarga dengan anggota 5 orang selama 3 bulan.

Proses pengomposan berlangsung secara alami antara 2 – 3 bulan. Untuk

mengolah sampah organik untuk pengomposan pada setiap rumah tangga

diperlukan 2 buah drum plastik, yang masing – masing dapat menampung

sampah organik selama 2 – 3 bulan dan di pakai secara bergantian.

- Dari hasil pengukuran didapatkan volume sampah organik 1,273 L/org/hari

- Waktu pematangan kompos 30 hari.

- Rata – rata 1 rumah memiliki 5 orang anggota keluarga,

- Ukuran drum plastik = volume sampah organik x waktu pematangan

kompos x jumlah keluarga

= 1,273 L/org/hr x 30 x 5

= 190 Liter.

Karena ukuran drum terlalu besar maka digunakan 2 buah drum yang berukuran

95 Liter.

Gambar 5.14 Drum untuk kompos (Sumber: dokumentasi Pak Widodo)

Page 94: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

79

3. Pewadahan sampah di luar rumah sebelum dilakukan pengumpulan di TPS

kampung.

Maksud dari pewadahan ini adalah memilahkan antara sampah plastik, kertas,

logam, dan sampah non 3R sebelum dibawa ke tempat pengumpulan atau ke TPS

kampung, sehingga di TPS tidak melakukan pemilahan lagi.

Pewadahan dengan menggunakan bin plastik, dengan alasan :

1. Sehat

2. Dapat dipakai umum / pribadi

3. Lebih murah

4. Tahan lama / awet

Pewadahan ini dibagi menjadi 4 macam dengan diberi tanda atau kode :

1. Untuk sampah plastik

2. Untuk sampah kertas

3. Untuk sampah logam dan kaca

4. Untuk sampah non 3R

Penggunaan wadah ini diberlakukan untuk tiap 10 KK, dan penempatan wadah ini

di pinggir jalan, dengan tujuan agar memudahkan dalam pengambilan untuk

proses pengumpulan.

- Dari hasil pengukuran didapat volume sampah an organik untuk 10 KK,

yaitu sebesar 15,52 L/hari dan volume sampah non 3R sebesar 0,20 L/hari.

- Pengambilan dilakukan tiap 2 hari sekali.

- Rata – rata 1 rumah memiliki 5 orang anggota keluarga.

- Maka desain untuk wadah ini adalah

Sampah an organik = 15.52 L/hari x 5 orang x 2

= 155,2 L = 155 L

Karena sampah organik dibagi menjadi 3 macam, yaitu sampah kertas,

plastik, dan logam, maka 155 L : 3 = 52 L, sehingga untuk sampah kertas,

plastik dan logam dan kaca menggunakan bin plastik dengan ukuran 52 L.

Sampah non 3R = 0,20 L/hari x 5 orang x 2 hari

= 2 L/ hari

Page 95: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

80

Sehingga untuk sampah non 3R menggunakan bin plastik dengan ukuran 2

L, karena bin plastik yang berukuran 2L susah untuk didapat, maka

digunakan bin plastik dengan ukuran 20 L.

- Banyaknya bin yang digunakan untuk satu dusun, yaitu :

Banyaknya rumah yang dilayani =orang

orang5341.2

= 468 rumah

Karena penempatan wadah ini setiap 10 kk atau 10 rumah, maka

10468rumah = 47 Rumah.

Banyaknya bin plastik yang diperlukan = 47 rumah x 4 unit

= 188 unit bin

Gambar 5.15 Bin plastik (Sumber: dokumentasi Pak Widodo)

5.7.2.3 Pengumpulan

Pengumpulan dilakukan dengan mengambil sampah yang telah ditempatkan

dalam wadah yang telah dipilah menjadi 4 bagian, yaitu untuk sampah kertas, sampah

plastik, sampah logam dan kaca dan sampah non 3R, yang penempatannya diletakkan di

pinggir jalan agar mudah dalam pengambilannya.

Page 96: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

81

Pengumpulan sampah dilakukan setiap 2 hari sekali. diangkut dengan

menggunakan gerobak dengan kapasitas 1 m3, dengan alasan :

1. Operasi lebih mudah, luwes, dan murah.

2. Jenis sampah berukuran besar dapat terangkut.

3. Pemanfaatan volume cukup besar.

4. Mudah dan murah pemeliharaannya.

- Bin plastik yang akan diambil sampahnya berjumlah 188 : 4 (setiap lokasi

bejumlah 4 unit) = 47 lokasi.

- Volume sampah organik ( plastik, kertas, logam dan kaca ) setiap 10 KK

adalah 15,52 Lt/hari dan 0,20 Lt/hari untuk sampah non 3R, jadi volume

sampah total = 15,52 + 0,20 = 15,72 L/hari untuk satu lokasi.

- Frekuensi pengambilan = 2 hari

- Volume sampah tiap pengambilan

= 2 hari / pengambilan x 5 orang / rumah x 15,72 l/ hari untuk satu lokasi.

= 157,2 L = 0,1572 m3/satu lokasi (10 rumah) / pengambilan.

- Dengan faktor pemadatan 1,1

Volume tiap pengambilan =1,1

1572,0 = 0,143 m3/ satu lokasi ( 10 rumah) /

pengambilan.

- Volume gerobak sampah 1 m3 = 1000 liter

1 gerobak melayani =npengambilasatulokasim

m//3143,0

31

= 7 lokasi/ pengambilan.

- jumlah gerobak sampah yang dibutuhkan

=lokasilokasi

747 = 7 gerobak.

Page 97: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

82

Gambar 5.14 Gerobak sampah (Sumber: dokumentasi Pak Widodo)

5.7.2.4 Tempat Penampungan Sementara

Tempat Penampungan Sementara Sampah berfungsi untuk mengumpulkan

sampah warga dusun Nitiprayan, dimana sampah yang telah dikumpulkan diangkut

dengan gerobak ke TPS kampung untuk dilakukan penyortiran lebih khusus lagi. Untuk

sampah yang masih bisa digunakan atau masih bisa dimanfaatkan kembali dilakukan

pengepakan untuk selanjutnya dijual pada pengepul sampah. Hasil dari penjualan sampah

tersebut digunakan untuk biaya operasional petugas dan sisanya masuk ke kas kampung

untuk dana pengembangan dan pembangunan.

Sampah yang tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan kembali akan dibuang ke

TPA yang bekerjasama dengan pihak swasta, dengan mempertimbangkan :

1. Penetapan tarif retribusi berdasar kualitas pelayanan.

2. Keharmonisan dan kerjasama dengan mitra swasta untuk menjalankan

kontrak yang saling menguntungkan.

3. Penetapan tingkat kualitas layanan dan kualitas sarana dan prasarana.

• Banyaknya TPS

Kapasitas TPS = 2 m3

Volume sampah An Organik = 2.341 orang x 1,552 L/orang/hari

= 3.633,23 L/hari.

Volume sampah Non 3R = 2.341 orang x 0,02 L/orang/hari

= 46,82 L/hari.

Volume sampah total = 3.633,23 L/hari + 46,82 L/hari

= 3680,05 L/hari.

Page 98: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

83

= 3,68005 m3/hari

Jumlah TPS =PSKapasitasTahVolumesamp

= 32/68005,3

mhariL

= 1,84 = 2 TPS

• Kapasitas pelayanan 1 TPS

Luas wilayah = 640,800 Ha

Kapasitas pelayanan 1 TPS =TPS

ha2

800,640

= 320,4 ha.

5.8 Strategi manajemen pengelolaan sampah.

Iklim sangat mempengaruhi jumlah dan jenis sampah. Iklim yang banyak hujan

akan membuat tumbuhan bertambah banyak dibandingkan didaerah kering sehingga

sampahnya juga lebih banyak. Pada saat musim penghujan jumlah sampah yang

dihasilkan lebih banyak dibanding pada saat musim kemarau. Berat dan volume sampah

juga akan berbeda. Selain itu sampah yang di hasilkan pada saat musim penghujan

mempunyai kualitas yang kurang bagus untuk dijadikan kompos, hal tersebut disebabkan

karena banyak terdapat kandungan air dalam sampah.

Agar kualitas sampah tetap bagus untuk dijadikan kompos sekalipun pada saat

musim penghujan, untuk pewadahan sampah dalam perencanaan ini menjadi prioritas

utama. Adapun pewadahan yang diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Untuk pewadahan kompos, peletakannya di tempat yang terlindung dari

sengatan sinar matahari langsung ataupun air hujan. Karena akan sangat

mengganggu proses pembusukan atau fermentasi. Sebaiknya diletakkan

dalam ruangan.

2. Untuk pewadahan yang berada di luar rumah seperti bin plastik diberi

tutup agar pada saat musim penghujan air tidak masuk ke dalam bin yang

dapat mempengaruhi kualitas sampah yang akan di manfaatkan kembali

menjadi barang yang lebih berguna lagi.

Page 99: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

84

5.9 Pengomposan

Pengukuran parameter uji untuk mengetahui kualitas kompos yang dihasilkan

terutama N, P, K adalah :

1. Ph

2. Suhu

3. N, P, K, C/N, Kualitas akhir kompos

5.9.1 Pengamatan pH

Salah satu parameter yang mempengaruhi kelangsungan hidup mikroorganisme

dalam pembentukan kompos adalah pH. Derajat keasaman perlu dikontrol selama proses

komposting berlangsung, karena pH merupakan indikator pemantauan berhasil atau

tidaknya proses fermentasi, dan juga bagi pertumbuhan mikroorganisme. Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai pH selama proses kompos berlangsung

yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel 5.23 Pengukuran pH selama proses komposting berlangsung.

Hari pengukuran pH4 6.98 6.912 6.016 6.020 724 6.828 6.932 736 6.940 6.7

Dari pengukuran pH selama proses komposting berlangsung dapat dilihat melalui

grafik sehingga memudahkan pengamatan proses dekomposisi. Nilai pH selama proses

komposting berlangsung secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Page 100: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

85

5.45.65.8

66.26.46.66.8

77.2

4 8 12 16 20 24 28 32 36 40

Hari pengukuran

pH pengukuran pH

Gambar 5.17 Hasil engukuran pH kompos

Dari grafik dapat dilihat bahwa pH dari sampah mengalami penurunan pada hari

ke 12 penurunan ini terjadi selama kurang lebih 8 hari, dan pada hari ke 20 megalami

kenaikan yang tidak terlalu besar atau mencolok. Peningkatan pH secara berangsur–

angsur disebabkan hasil dekomposisi bahan organik pada tahap sebelumnya seperti asam

– asam organik dikonversikan sebagai methan dan CO2 (pholpraset, 1989). Pada

prinsipnya bahan organik dengan nilai pH 3 – 11 dapat dikomposkan. Bakteri lebih

senang pada pH netral, fungi berkembang baik pada kondisi pH agak asam. Biasanya pH

agak turun pada awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan

asam pada sampah. Dengan munculnya mikroorganisme yang berasal dari EM4, maka

nilai pH dapat kembali naik pada angka kisaran kompos yang optimal yaitu 5.5 – 6.0.

(Djuarnani, 2004)

5.9.2 Pengamatan suhu

Suhu merupakan indikator proses yang berkaitan dengan aktifitas

mikroorganisme. Dari tabel dapat dilihat bahwa suhu optimal untuk proses pengomposan

dapat tercapai. Suhu optimal yang dibutuhkan dalam keadaan thermofilik berkisar antara

45 – 65 0C dan sedapat mungkin dipertahankan sekurang–kurangnya 3 hari agar

mikroorganisme patogen mati. (Djuarnani 2004).

Proses pengomposan akan berjalan baik jika bahan berada dalam temperatur

yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme. Namun setiap kelompok

Page 101: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

86

mikroorganisme memiliki temperatur optimum yang berbeda sehingga temperatur

optimum pengomposan merupakan integrasi dari berbagai jenis mikroorganisme yang

terlibat. Dari pengamatan suhu selama proses komposting berlangsung dapat dilihat

melalui tabel berikut ini :

Tabel 5.24 Pengukuran suhu selama proses komposting berlangsung.

Hari pengukuran Suhu4 568 5012 5516 5320 4624 3028 3032 2936 2840 28

Sumber : data primer

Nilai suhu selama proses komposting berlangsung secara keseluruhan dapat

dilihat pada grafik dibawah ini :

01020304050

60

4 8 12 16 20 24 28 32 36 40

Hari Pengukuran

Suhu pengukuran

suhu

Gambar 5.18 Pengukuran suhu kompos

Dari grafik dapat dilihat pada awal proses pengomposan terjadi kenaikan suhu

mencapai 56 0C. Kenaikan suhu disebabkan karena adanya bakteri EM4 yang

Page 102: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

87

berkembang biak menyebabkan kenaikan kalor dan terjadinya temperatur, kemudian pada

hari ke 24 terjadi penurunan suhu, yang mana pada saat temperatur mencapai 30 0 C

cendawan mesofilik berhenti bekerja dan aktivitas penguraian digantikan oleh cendawan

thermofilik. Hal ini terlihat pada awal pengomposan keadaan fisik kompos terdapat

cendawan berwarna putih dan suhu yang tinggi dari dalam reaktor karena naiknya suhu

dan jalannya proses dekomposisi.

5.9.3 Hubungan pH dan suhu pada reaktor

Hubungan antara pH dan suhu pada proses komposting ditunjukkan pada gambar

dibawah ini :

5650

55 5346

30 30 29 28 28

6.96.96 6 7 6.86.97 6.96.70

10

20

30

40

50

60

4 8 12 16 20 24 28 32 36 40Hari Pengukuran

Suhu

dan

pH

pengukuransuhupengukuranpH

Gambar 5.19 Hubungan pH dan Suhu

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa hubungan suhu dan pH berbanding

terbalik, suhu dari kondisi yang tinggi menjadi semakin rendah, sedangkan pH dari

kondisi rendah menjadi semakin tinggi. Kenaikan suhu menunjukkan adanya kalor yang

dilepas dari aktivitas mikroorganisme. Pada awal proses bakteri bekerja setelah terjadi

masa fase laten yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan baru, suhu meningkat hingga

mesofilik. Pada fase ini dekomposisi biasanya didominasi oleh bakteri mesofilik dan

fungi.( Polprasert, 1989).

Page 103: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

88

5.9.4 Kematangan kompos

Pada penelitian ini, proses pengomposan membutuhkan waktu 40 hari dimulai

dari tahap memasukkan sampah ke dalam reaktor yang dilakukan selama 8 hari berturut –

turut sampai pada akhir komposting. Kompos yang dihasilkan masih berupa butiran –

butiran kasar berwarna coklat tua, atau belum terlalu matang dikarenakan kompos belum

terurai menjadi seperti serbuk. Perlu waktu sekitar 7 hari agar kompos benar – benar

matang. Akan tetapi kompos awal yang dihasilkan sudah cukup memenuhi persyaratan

atau kriteria kompos yang ada. (Djuarnani, 2004 dan SNI)

5.9.5 Kandungan N

Apabila kandungan N rendah, maka mikroorganisme yang menguraikan sampah

organik akan mengalami kekurangan unsur N untuk keperluan hidupnya. Kekurangan

tersebut akan mengakibatkan mikroorganisme menganbil unsur N dalam tanah jika

kompos tersebut digunakan sebagai pupuk, sehingga jumlah N dalam tanah akan

berkurang. Sebaliknya bila kandungan N tinggi sehingga melebihi jumlah yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme, maka kelebihan itu akan tertinggal dalam tanah atau

dalam kata lain terjadi penambahan unsur N kedalam tanah (Sutanto, 2002).

Semua mikroorganisme hidup membutuhkan N sebagai nutrisi. Selain

membutuhkan N mikroorganisme juga menghasilkan N. N yang dihasilkan dikurangi

dengan N yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan hidupnya akan

menghasilkan N yang teranalisis dalam kompos(Pelzjar,1986).

Selain dibutuhkan mikroba untuk pertumbuhannya, kehilangan unsur N juga

disebabkan karena adanya pencucian (air masuk kedalam media atau tanah) dan jika

dalam periode waktu tertentu N dipakai secara terus menerus oleh mikroba, maka nilai N

akan turun sehingga kandungan C/N akan meningkat.

Pengaruh Nitrogen terhadap tanaman adalah sebagai berikut :

Page 104: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

89

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2. Untuk menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang

lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis.

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.

4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun.

5.9.6 Kandungan P

Sama seperti nitrogen, miokroorganisme hidup juga membutuhkan phospor

sebagai nutrisi. Selain membutuhkan phospor, mikroorganisme juga menghasilkan

phospor. P yang dihasilkan dikurangi dengan P yang dibutuhkan akan menghasilkan P

yang teranalisis (Pelzjar, 1986).

Dalam pengomposan ini, untuk unsur P (phospor) pada proses pembuatan

berlangsung baik, maka 50 – 60% phospor akan berubah bentuk larut sehingga lebih

mudah diserap oleh tanaman.

Pengaruh phospor terhadap tanaman adalah sebagai berikut :

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi

tanaman dewasa.

3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.

4. Dapat meningkatkan produksi buji-bijian.

5.9.7 Kandungan K

Seperti halnya nitogen dan phospor, mikroorganisme juga membutuhkan kalium

untuk pertumbuhannya.

5.9.8 Kualitas Akhir Kompos

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping

kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna

akan menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman. Secara umum kualitas

pupuk kompos yang baik untuk diterapkan ke dalam tanah dapat dicirikan dengan sifat

sebagai berikut :

Page 105: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

90

1. Sudah tidak berbau

2. Berstruktur lemah

3. Berwarna coklat tua hingga hitam

4. Strukturnya ringan

5. Rasio C/N sebesar (10-20 : 1)

6. Suhu sama dengan suhu tanah

7. Memiliki pH sebesar 6-8

(Djuarnani, 2004 dan SNI)

Karakteristik dan kualitas kompos yang baik sangat perlu diketahui. Apalagi

sekarang banyak beredar dipasaran pupuk kompos yang dibuat dari serbuk gergaji, sisa

pembakaran kayu, atau lumpur selokan.

Untuk menjamin kualitas kompos sebaiknya dibuat standar mutu kompos. Pembuatan

SNI kompos tidak hanya menjamin kepentingan konsumen, tetapi bisa mendorong

pembukaan pasar kompos semakin luas. Standar kandungan pupuk kompos mengacu

pada standar nasional Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 5.25. Standar Kualitas Kompos SNI

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar Air % - 50

2 Suhu oC -Suhu Air

Tanah

3 Warna - Kehitaman

4 Bau - Berbau Tanah

5 pH 6,8 7,49

6 Bahan Organik % 27 58

7 C/N-rasio 10 20

8 % N % 0,40 -

9 % P % 0,10 -

10 % K % 0,20 -

(SNI 19-7030-2004)

Page 106: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

91

Standar kualitas kompos yang berasal dari Asosiasi Barak Kompos yang terdapat

di Jepang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.26. Standar kualitas kompos Asosiasi Barak Kompos Jepang

No Parameter Standar

1 Bahan organik > 70 %

2 Total N > 1,2 %

3 Rasio C/N < 35

4 P > 0,5 %

5 K > 0,3 %

6 pH 5,5 – 7,5

Standar kualitas kompos yang beredar dipasaran, diambil dari referensi buku ”

Pupuk Organik ” dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.27. Standar kualitas kompos pupuk dipasaran

No Nama Pupuk BahanN

(%)

P

(%)

K

(%)C/N

1 Mekar Asih Kotoran ayam 4,1 6,1 2,3 -

2 Kariyana / Pos Kotoran sapi 2,1 0,26 0,16 -

3 Eine komposKotoran sapi, abu, serbuk

gergaji, kalsit1,81 1,89 1,96 -

4 Sij HortiKotoran macam-macam

unggas2,1 3,9 1,1 -

5Bokashi Sari

BumiSampah 1,61 1,05 1,05 8,78

6Bio Tanam

PlusMedia Kascing 5 2 3 -

7 BOSF Sampah Pasar Kota 0,79 0,87 1,06

8 Buto Ijo NPK Kotoran ayam3 3 5 3 -

(Musnamar, 2005)

Page 107: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

92

Dibawah ini merupakan perbandingan kompos hasil penelitian dengan SNI (

Standar Nasional Indonesia ) dan produk kompos pasaran ditunjukkan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 5.28. Perbandingan Kompos Hasil Penelitian dengan SNI dan produk

dipasaran.

Parameter Hasil Penelitian SNI 19-7030-2004 Bokashi Sari

Bumi

Temperatur Suhu air tanah Suhu air tanah Suhu air tanah

Warna Coklat kehitaman Kehitaman Kehitaman

Bau Berbau tanah Barbau tanah Berbau tanah

pH 6,7 6,8-7,49 7,2

Bahan Organik - 27-58% -

Nitrogen 0,852 % 0,4 % 1,61 %

Karbon - 9,8-32 % 14,14 %

Phospor 1,23 % 0,1 % 1,05 %

Rasio C/N 41,008 10-20 8,78

Kalium 2,19 % 0,2 % 1,05 %

Berdasarkan kandungan N, P, K yang terdapat pada kompos hasil penelitian

dibandingkan dengan standar kandungan N, P, K dari standar kualitas kompos SNI dan

standar kualitas kompos Asosiasi Barak Kompos Jepang, serta standar kualitas kompos

yang ada dipasaran, maka kompos hasil penelitian ini memiliki kualitas yang cukup baik,

karena terbukti memiliki kandungan unsur N, P, K yang tinggi, dan jika dibandingkan

dengan Standar Nasional Indonesia sudah sesuai hanya saja kandungan C/N kompos

hasil penelitian ini cukup tinggi,yaitu 40:1 karena komposisi dari kompos sebagian besar

terdiri dari daun-daunan kering dan daun-daunan segar yang mempunyai nilai C/N 50 :1.

Pada hasil kualitas laboratorium, nilai rata-rata C/N kompos didapat sebesar

41,16. Untuk menurunkannya dapat digunakan aktivator dekomposisi kompos yang

dapat menurunkan rasio C/N dalam bahan sampah, yang awalnya tinggi (>50) menjadi

setara dengan angka C/N tanah. Dengan rasio antara karbohidrat dengan nitrogen rendah

sebagaimana C/N tanah (< 20) maka bahan sampah menjadi dapat diserap tanaman.

Page 108: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

93

Dalam dekomposisi menggunakan mikroba, bakteri, fungi dan jamur yang terdapat dalam

aktivator dekomposisi kompos, dalam bahan sampah organik terjadi antara lain :

1. Karbohidrat, selulosa, lemak, dan lilin menjadi CO2 dan air.

2. Zat putih telur menjadi amonia, CO2 dan air.

3. Peruraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Kadar

karbohidrat akan hilang atau turun dan sebaliknya senyawa N (Nitrogen) yang

larut (amonia) meningkat. Atau C/N rasio semakin rendah dan stabil mendekati

C/N tanah.

Pemberian zat N yang banyak akan memiliki dampak yang baik terhadap

tanaman-tanaman penghasil daun, akan tetapi pemberian zat N yang sedemikian terhadap

tanaman-tanaman bukan penghasil daun, seperti misalnya tanaman padi tentu akan dapat

merugikan, yaitu :

1. Akan banyak menghasilkan daun dan batang.

2. Akan tetapi batangnya itu akan lembek dan mudah rebah.

3. Kurang sekali menghasilkan buah/gabah.

4. Dapat melambatnya masaknya biji/butir-butir padi.

Gejala kekurangan unsur hara makro (N, P, K).

a. kekurangan unsur nitrogen (N)

1) Warna daun yang hijau berubah menjadi kuning, kering terus berubah warna

menjadi merah kecoklatan.

2) Perkembangan buah tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat matang.

3) Menimbulkan daun penuh dengan serat.

b. kekurangan unsur phospor (P).

1) Pada tanaman gandum menimbulkan gejala pada jeraminya, berwarna abu-

abu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, sistem perakaran buruk.

2) Pada tanaman serealia ( padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji yang

dapat dimakan, jewawut, gandum jagung), daun-daunnya berwarna hijau

tua/abu-abu, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian

bawah, selanjutnya mati. Tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip,

Pembentukan buah jelek.

Page 109: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

94

c. kekurangan unsur kalium (K).

1) Gejala pada daun terjadi secara setempat-setempat. Pada awalnya tampak

agak berkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi

daun tampak menguning, warna ini tampak pula di antara tulang-tulang daun,

pada akhirnya daun tampak bercorak kotor, berwarna coklat, daun tampak

bergerigi, dan kemudian mati.

2) Gejala pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga

tanaman tampak kerdil.

3) Gejala yang tampak pada buah, misalnya buah kelapa dan jeruk banyak yang

berjatuhan sebelum masak, sedangkan masaknya buah berlangsung lambat.

5.10 Sosialisasi dan pendekatan masyarakat

Tujuan dari sosialisasi dan pendekatan masyarakat adalah untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat dusun Nitiprayan akan pentingnya pengelolaan sampah.

Disamping terciptanya lingkungan yang bersih, juga akan mendatangkan nilai ekonomis

bagi warga dusun Nitiprayan dengan melaksanakan pengelolaan sampah secara terpadu.

Karena kampung Nitiprayan terkenal dengan sebutan kampung seni, maka

pendekatannya melalui kesenian, misalnya :

1. Mengadakan lomba lukis tong sampah yang nantinya akan digunakan sebagai

pewadahan sampah.

2. Kampanye masalah sampah melalui kesenian yang ada di Kampung

Nitiprayan.

Selain lewat kesenian, pendekatan juga dapat dilakukan lewat organisasi –

organisasi yang ada di kampung Nitiprayan, seperti karang taruna, rembug desa, PKK.

Langkah–langkah dalam proses sosialisasi untuk menerapkan pengelolaan

sampah secara terpadu di kampung Nitiprayan adalah sebagai berikut :

1. Menyampaikan gagasan sistem pengelolaan sampah secara mandiri dan

produktif kepada tokoh masyarakat Nitiprayan, antara lain Kepala Dusun, Wakil

Badan Perwakilan Desa (BPD), Ketua RW, ketua-ketua RT, Dasa Wisma,

Takmir Masjid, Pengurus Pengajian dan Pemuda.

Page 110: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

95

2. Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting

peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang

akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya

dipilih mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi

tinggi, bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat.

Bersama tokoh-tokoh masyarakat yang ada, tim ini bertugas melakukan

sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus kepada

masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah swakelola.

Tim Pengelola Sampah menjadi bagian dari struktur organisasi kampung.

3. Sosialisasi, edukasi dan motivasi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat

(anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, tanya jawab,

permainan, membuat mural dan perlombaan-perlombaan. Lomba-lomba yang

diadakan meliputi lomba memisahkan sampah antar anak, lomba kebersihan

lingkungan antar kelompok dasawisma, lomba membuat mural, lomba membuat

kompos dan lomba kreasi daur ulang. Pemuda diberi peran besar dalam

sosialisasi ini antara lain menjadi organizer sosialisasi kepada pemuda/i dan

anak-anak.

4. Untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah

dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai

jenisnya, latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari

sampah dll

5. Menyiapkan sarana pendukung pengelolaan sampah. Sarana pendukung yang

diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya gantungan sampah, tong/drum

sampah, gentong kompos, gerobak sampah, bak kompos, alat daur ulang dan

TPS kampung. Pengadaan dan pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan

oleh masyarakat sendiri secara gotong royong. Tujuannya agar masyarakat

mempunyai rasa memiliki sarana tersebut sehingga nantinya juga akan

memeliharanya dan menggunakannya.

6. Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau

menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain,

Page 111: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

96

sebaiknya ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu misalnya

pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan

tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul

sampah (lapak) yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak

rekanan (swasta) yang menerima dan membeli sampah-sampah yang telah

dipisahkan oleh masyarakat.

7. Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistim pengelolaan sampah secara

terpadu sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan

pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai

memasukkan kedalam tong sampah terdekat. Pengurus kampung dapat

membuat surat himbauan kepada warganya agar mengikuti program

pengelolaan sampah mandiri dan produktif, dilengkapi dengan leaflet dan

gambar-gambar petunjuk atau prosedur yang harus dilakukan oleh masyarakat.

Surat himbauan dibuat secara resmi dan ditandatangani oleh perangkat

kampung/pemerintahan yang berkompeten

8. Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau (monitoring) dan dievaluasi oleh

suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas

dalam rapat tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi

yang dapat dilakukan.

Page 112: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

97

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian, volume sampah organik kampung

Nitiprayan adalah 1,273 L/orang/hari, volume sampah an organik

1,552 L/orang/hari, volume sampah non 3R 0,020 L/orang/hari.

Sedangkan berat sampah organik 0,163 kg/orang/hari, berat sampah an

organik 0,054 kg/orang/hari, dan berat sampah non 3R 0,002

kg/orang/hari. Berat jenis sampah organik 146,38 kg/m3, an organik

42,10 kg/m3, dan sampah non 3R 3,9 kg/m3. timbulan sampah yang

dihasilkan 0,2192 kg/org/hari.

2. Persentase timbulan sampah di kampung Nitiprayan adalah 73.05 %

sampah organik, sampah an organik 25,92 % dan 1,03 % sampah non

3R.

3. Perencanaan pengelolaan sampah secara terpadu di kampung

Nitiprayan adalah ;

a. Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari masing–masing

rumah penduduk dengan memilahkan antara sampah organik, an

organik, dan sampah non 3R.

b. Pewadahan dilakukan dengan 3 jenis :

1) Pewadahan sampah organik, an organik, dan non 3R di dalam

rumah, dengan menggunakan kantong plastik. Untuk sampah

organik dengan volume 20 liter, sampah an organik volume 15

liter, dan sampah non 3R 1 liter.

2) Pewadahan sampah organik untuk proses pengomposan,

pengomposan dilakukan dengan drum plastik yang dapat

menampung sampah organik yang dihasilkan dari keluarga

dengan anggota 5 orang selama 3 bulan.

Page 113: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

98

3) Pewadahan sampah di luar rumah sebelum dibawa ke TPS

kampung. Pewadahan sampah dengan menggunakan bin plastik

yang dibagi menjadi 4 macam, yaitu untuk sampah plastik,

kertas, logam, dan non 3R.

c. Pengumpulan sampah dilakukan setiap 2 hari sekali, diangkut

dengan menggunakan gerobak dengan kapasitas 1 m3 diperlukan 7

gerobak untuk beroperasi.

d. Tempat Penampungan Sementara, digunakan untuk melakukan

penyortiran lebih khusus lagi. Untuk sampah yang masih bisa

digunakan atau masih bisa dimanfaatkan kembali dilakukan

pengepakan untuk selanjutnya dijual pada pengepul sampah. Hasil

dari penjualan sampah tersebut digunakan untuk biaya operasional

petugas dan sisanya masuk ke kas kampung untuk dana

pengembangan dan pembangunan.TPS yang diperlukan berjumlah

2, kapasitas pelayanan 1 TPS 320,4 Ha.

4. Penelitian dilakukan pada 10 titik sampel rumah dan didapatkan berat

sampah organik 0,1631 kg/orang/hari, Dengan memperkirakan lama

waktu pengomposan selama 30 hari maka desain reaktor dibuat dengan

kapasitas 190 liter untuk kapasitas 1 rumah.

5. Dilihat dari parameter karakteristik kompos standar SNI yang terdiri

dari pH, suhu, C/N, N, P, K dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas

kompos yang dihasilkan pada penelitian ini cukup baik dengan

kandungan pH sebesar 6,7, nitrogen 0,854 % phospor 1.25 %, kalium

2.43 %, dan C/N 41,16 %. hanya saja kandungan C/N terlalu tinggi,

karena dalam komposisi kompos kebanyakan dari daun-daunan segar

dan kering. dan untuk menurunkan dapat digunakan aktivator

dekomposisi kompos.

6 Pendekatan masyarakat dilakukan melalui kesenian, karena dusun

Nitiprayan terkenal dengan sebutan kampung seni, selain melalui

kesenian pendekatan juga dilakukan melalui organisasi atau

kelembagaan yang ada. Mengadakan lomba lukis tong sampah yang

Page 114: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

99

nantinya akan digunakan sebagai pewadahan sampah, Kampanye

masalah sampah melalui kesenian yang ada di dusun Nitiprayan.

7. Dari perhitungan statistik kuisioner di dapatkan bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran masyarakat

dalam pemilahan sampah. Dan tingkat penghasilan juga tidak

berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah yang dihasilkan.

6.2 SARAN

1. Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

pengelolaan sampah, agar tercipta lingkungan yang bersih.

2. Perlu dilakukan sosialisasi secara intensif dalam pengelolaan sampah

secara terpadu.

3. Perlu mengadakan koordinasi secara terpadu dari instansi yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah dengan semua instansi

dan masyarakat.

4. Perlu adanya penelitian kualitas lindi yang dihasilkan dari proses

pengomposan.

5. Perlu dilakukan pengujian kandungan makro pada kompos seperti

kandungan logam berat yang kemungkinan terdapat dalam kompos.

Page 115: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

100

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. SNI 19 – 7030 – 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik

Domestik.

Anonim, 1995, Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan

komposisi sampah perkotaan (SNI 19-3964-1995), Badan Standar

Nasional, Jakarta.

Anonim, 1995, Teknologi Persampahan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Anonim, 1994, Tata cara pengelolaan sampah di pemukiman, SNI 19-3242-1994.

Anonim, 1991, Tata cara pengolahan teknik sampah perkotaan, (SNI T-131-

1990-F), Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB, Bandung.

Anonim, 1986, Materi training untuk tingkat staf teknis proyek PLP sektor

persampahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Jakarta.

Damanhuri, E. & Tri, P. 2004, Diktat Kuliah Teknik Lingkungan Pengelolaan

Sampah , Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi , Bandung.

Darmasetiawan, M, 2004 a, Daur Ulang Sampah dan Pembuatan Kompos,

Ekamitra Engineering, Jakarta.

Darmasetiawan, M, 2004 b, Perencanaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA),

Ekamitra Enginering, Jakarta.

Nan Djuarnani, 2004, cara cepat membuat kompos, PT agromedia pustaka,

jakarta.

Hadiwiyoto, S, 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu,

Jakarta.

Musnamar, (2005), Pupuk Organik, Penebar Swadaya, Jakarta.

Polprasert,C, (1989), Organik Waste Recycling, Inc. Indonesia

Sudarso, 1985, Pembuangan Sampah, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga

Sanitasi Pusat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen

Kesehatan, Surabaya.

Tchobanoglous, G. Theisen, H & Vigil, S.A. 1993. Integrated Solid Waste

Management Engineering Principles and Management Issues. Singapore.

Mc Graw-Hill

Page 116: JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK …s3.amazonaws.com/zanran_storage/rac.uii.ac.id/ContentPages/... · Untuk sampah organik akan diproses dengan menggunakan metode ... 4.8.1

101

Yuwono D, 2006. Kompos Cara Aerob dan Anaerob Menghasilkan Kompos

Berkualitas, Seri Agritekno, Jakarta.