JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK...

download JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK …rudy-wawolumaja.lecturer.maranatha.edu/wp-content/uploads/2013/07/... · DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) TOPIK

If you can't read please download the document

Transcript of JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK...

  • DIKTAT KULIAH

    PENGENDALIAN & PENJAMINAN

    KUALITAS (IE-501)

    TOPIK 2: SQC-PETA KENDALI

    Diktat ini digunakan bagi mahasiswa

    Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

    Universitas Kristen Maranatha

    Disusun oleh:

    Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc

    Rudianto Muis, ST, MT

    JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

    BANDUNG

    2013

  • STATISTICAL QUALITY CONTROL ( SQC )

    PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA

    SQC dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang berkenaan dengan fungsi-fungsi

    spesifikasi, produksi, pemeriksaan.

    Beberapa fungsi SQC dalam TQC :

    Untuk mengendalikan proses (input / output) & yg dikendalikan adalah produk / jasa.

    Untuk mengendalikan antara produk & spesifikasi (conformance terhadap spesifikasi)

    Berhubungan quality of product

    Alat-alat yang digunakan dalam SQC :

    1. Peta Kendali Shewhart

    2. Sampling Penerimaan

    I. PETA KENDALI SHEWHART

    Dikembangkan pertama kali oleh Shewhart dari penelitian thd mesin mass production

    Hasil : karakteristik proses suatu produk menghasilkan suatu distribusi kemungkinan.

    Central Limit Theorm :

    Kalau kita mengambil suatu subgrup daripada produk, lalu diukur rata-rata

    subgrupnya, ternyata rata-rata subgrup tsb akan mengikuti distribusi normal

    Subgrup : suatu bagian daripada produk yg diambil dalam jumlah yang tetap

    dengan aturan tertentu.

    dikembangkan Peta Kontrol ( Control Chart / Shewart Chart ) :

    berfungsi mengontrol proses untuk mengetahui apakah proses masih

    dipengaruhi oleh sistem sebab yang sama.

    untuk mengendalikan proses agar bersumber dari sistem sebab yang sama.

    Peta Kendali Shewhart digunakan untuk menganalisis & mempresentasikan data.

    Peta Kendali : suatu diagram yang menunjukkan batas-batas dimana hasil pengamatan

    masih dapat ditolerir dengan resiko tertentu, yang menjamin bahwa proses

    produksi masih berada dalam keadaan baik.

    Peta Kendali dapat menunjukkan kapan tindakan koreksi harus dilakukan, tetapi tidak

    menunjukkan letak dan penyebab kesalahan.

    Jenis-jenis Peta Kendali :

    Karakteristik

    Mutu Batas Kendali Atas ( BKA / UCL )

    Batas Kendali Bawah ( BKB / LCL )

    Garis Tengah ( GT / CL )

    No. Sampel

    ??

  • 1. Peta Kendali Variabel : untuk hasil pengukuran

    Peta Kendali Variabel terdiri dari :

    a. Peta X

    b. Peta R

    c. Peta

    2. Peta Kendali Atribut : untuk hasil perhitungan

    Peta Kendali Atribut terdiri dari :

    a. Peta Kendali Atribut Defective :

    Terdiri dari : Peta p dan Peta np

    b. Peta Kendali Atribut Defect :

    Terdiri dari : Peta c dan Peta u

    Catatan mengenai cara untuk mengambil keputusan dalam pemilihan Peta Kendali yang

    sesuai dengan data, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

    Source : Pyzdeck, Thomas T, The Six Sigma Hand Book, Panduan Lengkap untuk Greenbelts, Blackbelts,

    & Managers pada semua tingkat

    Pengukuran

    (Variabel)

    Rata-rata,

    Rentang

    n = 10 atau lebih

    Grafik Run

    Grafik Kontrol X

    Grafik np

    Grafik p

    Grafik c

    Grafik u

    n = 2 s/d 9

    Rata-rata,

    Sigma

    n = 1 Data Non

    Normal

    Data Normal

    Perhitungan

    satuan

    Perhitungan

    (Atribut)

    Perhitungan

    Kejadian

    n tetap

    n variasi

    n tetap

    n variasi

    Peta

    Kendali

  • Secara Statistik, dalam produksi dikenal 2 macam variasi, yaitu :

    1. Variasi Probabilistik ( Chance Causes ) :

    Yaitu variasi yg terjadi secara kebetulan dan tidak dapat dihindarkan (penyebab sukar

    untuk diidentifikasi) terjadi secara alamiah.

    Jika dalam proses dipengaruhi oleh variasi probabilistik, maka masih dapat dikatakan

    bahwa process in control.

    2. Variasi Eratik ( Assignable Causes ) :

    Yaitu variasi yang terjadi secara tidak menentu karena ada penyebab-penyebab tidak

    menentu (tidak wajar) dalam proses (penyebab dapat diidentifikasi).

    Sumber penyebab dapat berasal dari : proses, material, lingkungan, operator, dll.

    Jika dalam proses dipengaruhi oleh variasi eratik, maka proses dikatakan process out

    of control sehingga harus dicari penyebabnya lalu diperbaiki.

    Gambaran mengenai pengendalian proses secara Statistik :

    Spec : Spesifikasi batasan dimana produk masih dapat diterima oleh konsumen ( toleransi )

    Input

    Proses

    Produksi

    Test Proses

    Produksi

    Keluar

    Batas?

    Variasi

    Probabilistik

    Process

    In Control

    Variasi

    Eratik

    Process

    Out of Control Keluar

    Spec.?

    kasi?

    Variasi

    ?

    Y

    T

    Y

    T Cari penyebab

    Lakukan perbaikan

  • Perbedaan antara Chance Causes dan Assignable Causes :

    Jumlah penyebab Pengaruh masing 2 Apa perlu dicari ?

    Chance Causes banyak sekali kecil tidak ada

    kecenderuangan

    Assignable

    Causes sedikit besar perlu / harus

    Falsafah penggunaan Peta Kendali :

    Setiap data yg bervariasi ( contoh : hasil pengukuran - X, nilai rata-rata - X, range - R,

    standar deviasi - , persentase cacat - p, jumlah cacat - c ) akan membentuk suatu

    distribusi, bila yang mempengaruhi hanya Chance Causes.

    Pada umumnya distribusi tersebut akan mempunyai nilai rata-rata dan simpangan

    baku.

    Apapun bentuk distribusinya ( kecuali kondisi ekstrim ) kemungkinan kecil sekali

    bahwa besaran hasilnya terletak di luar batas 3.

    Kemungkinan bahwa besaran hasil pengukuran atau perhitungan yang terletak di luar

    batas-batas tersebut dipengaruhi oleh Assignable Causes cukup besar. Catatan :

    Digunakan batas 3 karena 3 sudah terlalu besar untuk mengcover seluruh data agar

    kemungkinan terjadinya Chance Causes kecil.

    Notasi yang digunakan dalam Peta Kendali ( PK ) :

    Statistika PK Statistika Umum

    Rata-rata : populasi X

    sampel X X

    Variansi : populasi

    2

    2

    sampel 2 S

    2

    Standar

    deviasi :

    populasi

    sampel S

    Proporsi : populasi p p

    sampel p p

    Ukuran : populasi N N

    sampel n n

    Rata-rata dari

    beberapa :

    rata-rata sampel X X

    proporsi sampel p -

  • A. PETA KENDALI VARIABEL

    Tujuan dari pembuatan Peta Kendali Variabel :

    1. Memberikan informasi untuk perbaikan kualitas

    2. Memberikan informasi untuk menentukan kemampuan proses

    3. Memberikan informasi untuk keputusan tentang spesifikasi produk

    4. Memberikan informasi untuk keputusan tentang proses produksi

    5. Memberikan informasi untuk keputusan tentang produk yang dibuat

    Informasi yang dapat diperoleh dari gambaran Peta Kendali Variabel :

    Keragaman dasar dari karakteristik kualitas

    Kekonsistenan performance

    Tingkat rata-rata dari karakteristik kualitas

    Peta Kendali Variabel terdiri dari :

    1. Peta X

    2. Peta R

    3. Peta

    Peta X :

    Grafik yang menggambarkan letak nilai-nilai X (rata-rata) suatu subgroup

    (sampel) relatif terhadap batas kontrol atas dan bawahnya.

    Tujuan untuk mengetahui apakah proses produksi dalam keadaan terkendali atau

    tidak.

    Dasar teori : Theorema Central Limit

    Peta R :

    Grafik yang menggambarkan letak nilai-nilai jangkauan / range anggota subgrup /

    sampel relatif terhadap batas kontrolnya.

    Peta X dan R :

    Digunakan untuk membantu menentukan apakah nilai-nilai data dari proses dalam

    keadaan normal atau tidak, sehingga dapat diambil kesimpulan dan tindakan.

    Biasanya digunakan bersama, karena peta X untuk mengendalikan rata-rata, peta

    r atau untuk mengendalikan sebaran proses.

    (Tetapi peta jarang digunakan karena sulit dalam perhitungannya)

  • Langkah-langkah penggunaan Peta X dan R :

    I. Persiapan pembuatan Peta X dan R :

    1. Menentukan tujuan penggunaan Peta kontrol X dan R

    2. Menentukan variabel yang akan dipetakan

    karakteristik kualitas yang akan diperiksa (spt. kekuatan, ukuran, berat, dll)

    3. Menentukan dasar pembentukan subgrup

    a. Memilih subgrup dari produk yang diproduksi pada waktu yang sama atau

    waktu yang sedekat mungkin (instant time method)

    b. Memilih produk secara rutin dalam periode waktu (period of time method)

    4. Menentukan ukuran dan frekuensi subgrup

    a. Semakin besar ukuran subgrup semakin sensitif terhadap variasi

    Semakin besar ukuran subgrup batas kontrol semakin sempit (semakin

    mendekat Garis Tengah) peta semakin ketat kendali akan semakin

    ketat peta akan semakin sensitif terhadap variasi

    b. Semakin besar ukuran subgrup biaya inspeksi akan semakin besar pula

    c. Jika test yang dilakukan bersifat merusak & mahal, maka ukuran subgrup

    cukup kecil saja.

    d. Untuk bentuk distribusi Normal minimal ukuran subgrup = 4

    e. Jika ukuran subgrup > 10 lebih baik digunakan peta daripada peta R

    5. Menyiapkan format untuk membuat data

    6. Menentukan metoda pengukuran / pemeriksaan

    II. Pembuatan Peta Kontrol X dan R awal :

    1. Mengumpulkan dan mencatat data

    Jumlah data umumnya diambil > 100, dimana semuanya harus diambil dari

    proses yang sama secara berurut.

    Ukuran subgrup n (ukuran sampel)

    Jumlah subgrup k

    2. Menghitung nilai rata-rata X untuk tiap subgrup :

    n

    X

    n

    X ..... X X XX

    n

    1 i

    in321

    3. Menghitung nilai R untuk setiap subgrup :

    R = X maksimum X minimum

    4. Menentukan jumlah subgrup yang diinginkan (k)

    5. Menghitung nilai rata-rata X (menjadi X ) :

    k

    X

    k

    X ..... X X XX

    k

    1 i

    i

    n321

  • 6. Menghitung nilai rata-rata jangkauan ( R ) :

    k

    R

    k

    R ..... R R RR

    k

    1 i

    in321

    7. Menghitung batas kontrol atas dan bawah X :

    a. Bila diketahui :

    BKA X = X + X

    GT X = X

    BKB X = X X

    n

    '

    X

    b. Bila tidak diketahui diperkirakan dari R :

    2d

    R '

    n

    '

    X

    Untuk 3 RAnd

    R3 3 2

    2

    X

    Jadi : BKA X = X + A 2 . R

    GT X = X

    BKB X = X A 2 . R

    c. Bila tidak diketahui diperkirakan dari :

    kk

    .....

    k

    1 i

    in321

    2c

    '

    n

    '

    X

    Jadi : BKA X = X + A 1 .

    GT X = X

    Untuk 3 :

    BKA X = X + A

    GT X = X

    BKA X = X A

    nd

    R

    2

    X

    nc

    2

    X

    1

    2

    XA

    nc

    3 3

  • BKB X = X A 1 .

    Alasan penggunaan batas kendali sebesar 3 :

    Secara empiris, batas kendali 3 adalah terbaik untuk memberikan

    kesempatan agar variasi yang disebabkan oleh Chance Causes tidak

    keluar, tapi Assignable Causes keluar.

    Mempunyai luas daerah yang besar : probabilitas = 0,9973. Probabilitas yg

    keluar = 0,0027 , dengan syarat bahwa proses tidak berubah.

    Kemudahan untuk melakukan perhitungan karena tabel tersedia.

    8. Menghitung batas kontrol atas dan bawah R

    9. Memplot titik-titik harga X , R dan batas-batas kontrol

    Bagan Peta Kendali Variabel :

    METODA PETA X PETA R PETA

    1. X dan diketahui

    (diasumsikan)

    GT = X

    BKA = X + A .

    BKB = X A .

    GT = d 2 .

    BKA = D 2 .

    BKB = D 1 .

    GT = c 2 .

    BKA = B 2 .

    BKB = B 1 .

    2. X dan diestimasi

    dari X dan R

    GT = X

    BKA = X + A 2 . R

    BKB = X A 2 . R

    GT = R

    BKA = D 4 . R

    BKB = D 3 . R

    3. X dan diestimasi

    dari X dan

    GT = X

    BKA = X + A 1 .

    BKB = X A 1 .

    GT =

    BKA = B 4 .

    BKB = B 3 .

    III. Mengambil keputusan dari Peta X dan R :

    1. Mengidentifikasikan peta kontrol apakah terkendali atau tidak.

    (Tidak terkendali apabila ada titik yang berada di luar batas kontrol atau ada

    kecenderungan)

    2. Menginterpretasikan hubungan antara proses yang terjadi dengan tindakan-

    tindakan yang harus dilakukan.

    3. Cari penyebab dan perbaiki misal : menggunakan Fishbone Diagram

    IV. Penggunaan Peta Kendali lebih lanjut :

    1. Mengadakan revisi terhadap batas-batas kendali Peta X dan R :

    Amati titik-titik pengamatan yang keluar dari batas kendali

    Jika analisis dari data awal menunjukkan keadaan terkendali, maka X dan

    R dapat dijadikan nilai standar proses yaitu : X O dan RO

    Bila ada tanda-tanda proses tidak terkendali, cari sebab lalu perbaiki.

  • Data-data diluar batas kendali tdk digunakan, harga X dan R perlu untuk

    di koreksi bila :

    a. penyebab sudah ditemukan

    b. penyebab sudah dihilangkan / diperbaiki

    Bila ke-2 hal tersebut belum dilakukan, maka data tidak usah dibuang

    (data yang diluar batas kendali tetap digunakan).

    Bila telah dilakukan sesuatu perubahan pada proses, maka data sudah tidak

    mencerminkan proses dan batas perlu diganti. Rumus Revisi Peta Kontrol :

    PETA X PETA R PETA

    d

    d

    onewk -k

    X - X X X

    GT = X o

    BKA = X o + A . o

    BKB = X o A . o

    d

    d

    onewk -k

    R - R R R

    GT = d 2 . o = Ro

    BKA = D 2 . o

    BKB = D 1 . o

    d

    donew

    k -k

    -

    GT = c 2 . o

    BKA = B 2 . o

    BKB = B 1 . o

    2

    oo

    d

    R '

    2

    oo

    c

    '

    2. Menggunakan Peta X dan R sebagai dasar untuk mengambil tindakan proses.

    Contoh Soal :

    Diketahui data hasil pengukuran volume minuman botol 200 ml sbb :

    No Data ke -

    1 2 3 4

    1 200,5 197,5 196 196

    2 192,9 194,5 196 197,5

    3 192,9 194,5 194,5 196

    4 191,4 189,9 189,9 196

    5 196 197,5 199 197,5

    6 192,9 196 197,5 194,5

    7 197,5 197,5 200,5 202

    8 194,5 197,5 197,5 197,5

    9 196 196 196 199

    10 196 196 196 196 a. Buatlah peta kendali yang sesuai untuk data tersebut diatas !

    b. Apakah seluruh subgrup sudah terkendali ?

    c. Jk tidak terkendali, susun peta kendali revisinya ! (asumsi : cacat akibat

    assignable causes)

  • Jawab :

    No. Data ke -

    X R 1 2 3 4

    1 200,5 197,5 196 196 197,500 4,5

    2 192,9 194,5 196 197,5 195,225 4,6

    3 192,9 194,5 194,5 196 194,475 3,1

    4 191,4 189,9 189,9 196 191,800 6,1

    5 196 197,5 199 197,5 197,500 3,0

    6 192,9 196 197,5 194,5 195,225 4,6

    7 197,5 197,5 200,5 202 199,375 4,5

    8 194,5 197,5 197,5 197,5 196,750 3,0

    9 196 196 196 199 196,750 3,0

    10 196 196 196 196 196,000 0,0

    TOTAL 1960,600 36,40 Diketahui :

    k

    1 i

    iX = 1960,600

    k

    1 i

    iR = 36,40

    k = 10 k = 10

    n = 4 n = 4

    06,19610

    600,1960

    k

    X

    X

    k

    1 i

    i

    64,3

    10

    40,36

    k

    R

    R

    k

    1 i

    i

    a. Peta Kendali yang sesuai : Peta Kendali Variabel ( Peta X dan R )

    Peta X :

    BKA X = X + A 2 . R = 196,06 + ( 0,729 * 3,64 ) = 198,714

    GT X = X = 196,06

    BKB X = X A 2 . R = 196,06 ( 0,729 * 3,64 ) = 193,406

    Peta Kendali X

    190,000

    191,500

    193,000

    194,500

    196,000

    197,500

    199,000

    200,500

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Subgrup

    X

  • Data yg keluar : data ke-4 dan 7

    Peta R :

    BKA = D 4 . R = 2,282 * 3,64 = 8,306

    GT = R = 3,64

    BKB = D 3 . R = 0 * 3,64 = 0

    Peta Kendali R

    0,0

    1,5

    3,0

    4,5

    6,0

    7,5

    9,0

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Subgrup

    R

    Tidak ada data yang keluar.

    b. Subgrup belum terkendali, masih ada 2 data yang diluar batas kontrol, yaitu data

    ke-4 dan 7, sehingga perlu untuk direvisi (dimana, telah diasumsikan bahwa cacat

    diakibatkan dari assignable causes).

    c. Peta Kendali Variabel Revisi :

    196,178 2 - 10

    ) 199,375 191,800 ( - 1960,600

    k -k

    X - X X X

    d

    d

    onew

    3,225 2 - 10

    ) 4,5 6,1 ( - 36,40

    k -k

    R - R R R

    d

    d

    onew

    1,566 2,059

    3,225

    d

    R '

    2

    oo

    Peta X - Revisi :

    BKA = X o + A . o = 196,178 + ( 1,5 * 1,566 ) = 198,528

    GT = X o

    BKB = X o A . o = 196,178 ( 1,5 * 1,566 ) = 193,829

    Peta kendali sudah di revisi

  • Peta Kendali X - Revisi

    192,000

    193,500

    195,000

    196,500

    198,000

    199,500

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Subgrup

    X

    Peta R Revisi :

    BKA = D 2 . o = 4,698 * 1,566 = 7,358

    GT = d 2 . o = Ro = 3,225

    BKB = D 1 . o = 0 * 1,566 = 0

    Peta Kendali R - Revisi

    0,000

    1,500

    3,000

    4,500

    6,000

    7,500

    9,000

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Subgrup

    R

    Peta kendali sudah di revisi

  • Soal-soal :

    1. Dalam suatu perusahaan, diadakan pengamatan terhadap dimensi tebal produk

    potongan kayu. Diambil sebanyak 10 subgrup yang masing-masing terdiri dari 4

    potongan kayu, dengan data hasil pengamatan sbb : (mm)

    Subgrup Hasil Pengamatan Subgrup Hasil Pengamatan

    1 495 500 510 475 6 500 500 545 475

    2 440 520 540 480 7 578 500 470 530

    3 525 625 550 550 8 530 540 470 460

    4 722 727 690 605 9 523 532 547 500

    5 700 798 750 720 10 596 528 540 500

    a. Buatlah peta kendali yang sesuai untuk data tersebut diatas !

    b. Apakah variabilitas dalam subgrup terkendali ?

    c. Jika tidak terkendali, susun peta kendali revisinya ! (asumsi : cacat akibat

    assignable causes)

    2. Sebuah mesin produksi tidak selamanya beroperasi dengan baik, sehingga perlu

    disesuaikan. Untuk mengetahui apakah mesin berjalan dgn baik perlu dibuat

    peta kendali. Dikumpulkan sampel (berukuran 5) sbb :

    Subgrup X R Subgrup X R

    1 35,4 3 7 34,0 4

    2 34,0 4 8 35,1 3

    3 36,4 4 9 33,7 7

    4 34,9 4 10 32,8 8

    5 33,5 5 11 33,5 3

    6 31,1 6 12 34,2 9 Buat peta kontrolnya, apakah proses terkendali ? Kalo tidak terkendali, susunlah

    peta revisinya (asumsi : cacat akibat assignable causes)!

    3. Diketahui data kekuatan plastik (kg/mm2) dengan ukuran subgrup 4 sbb :

    X : 482,5 503,7 477,8 497,8 500,2 490,2 488,9 460,7 500,1

    R : 25,2 23,1 26,6 30,2 27,7 23,6 24,0 22,7 22,8

    Buat peta kontrolnya, apakah proses sudah terkendali ? Kalo tidak, susunlah

    peta revisinya !

    4. Berikut ini data hasil pengukuran selama 10 hari terhadap 4 buah produk baja.

    Subgrup Hasil Pengamatan Subgrup Hasil Pengamatan

    1 77,4 77,8 66,1 89,1 6 75,4 76,0 82,8 83,4

    2 72,6 74,0 79,2 70,6 7 71,1 75,6 81,6 86,1

    3 67,4 70,4 86,4 89,4 8 76,6 77,4 81,8 82,6

    4 70,6 74,0 79,2 82,6 9 75,3 78,0 79,6 82,3

    5 73,5 75,0 79,0 80,5 10 72,2 75,2 81,2 84,2

  • Buat peta kontrolnya, apakah proses terkendali ? Kalo tidak terkendali, susunlah

    peta revisinya (asumsi : cacat akibat assignable causes)!

    Klasifikasi keadaan tak terkendali ( Lack of Control ) :

    Ada 3 bentuk perubahan proses, yaitu :

    1. Perubahan hanya pada rata-rata ( dilihat dari X )

    2. Perubahan hanya pada sebaran ( dilihat dari R atau )

    3. Perubahan pada rata-rata dan sebaran :

    tetap

    X bergeser sementara

    tetap

    X bergeser tidak tetap

    tetap

    X bergeser bertahap

    bertambah besar

    X tetap

    bergeser tak tetap

    X bergeser tak tetap

  • Kondisi tak terkendali yang terlihat melalui peta X atau peta p adalah bila terjadi

    kondisi sbb :

    1. Beberapa titik (nilai X atau p) keluar dari batas kendali (termasuk titik yang tepat

    terletak pada batas kendali).

    Untuk proses yang sudah sangat baik atau terkendali selama periode yang

    panjang, proses dikatakan tidak terkendali jika :

    a. Dari 35 titik berurutan, terdapat lebih dari 1 titik di luar batas kendali

    b. Dari 100 titik berurutan, terdapat lebih dari 2 titik di luar batas kendali

    c. Berulang :

    d. Terjepit :

    Karakteristik

    Mutu

    BKB

    No. Sampel

    GT

    BKA

    Karakteristik

    Mutu

    BKB

    No. Sampel

    GT

    BKA

    Karakteristik

    Mutu

    BKB

    No. Sampel

    GT

    BKA

  • e. Pelompatan :

    2. Titik yang mengelompok menunjukkan bentuk-bentuk khusus, meskipun masih

    dalam batas kendali.

    a. Deret :

    b. Kecenderungan :

    Karakteristik

    Mutu

    BKB

    No. Sampel

    GT

    BKA

    Karakteristik

    Mutu

    BKB

    No. Sampel

    GT

    BKA

    Karakteristik

    Mutu

    BKB

    No. Sampel

    GT

    BKA

  • Hubungan antara Penyebaran Proses dengan Batas Spesifikasi :

    Spesifikasi adalah batas-batas ukuran hasil yang dapat diterima oleh konsumen.

    Contoh : diketahui batas spesifikasi : 15,3 0,025

    Spesifikasi Atas (SA) = 15,3 + 0,025 = 15,325

    Spesifikasi Bawah (SB) = 15,3 0,025 = 15,275

    Spesifikasi ditentukan oleh perancang produk untuk memenuhi fungsi tertentu,

    ditentukan untuk masing-masing benda ( bukan untuk kelompok ). Spesifikasi jarang digambarkan dalam peta kendali.

    Hubungan antara Sebaran Proses dan Spesifikasi :

    Jika spesifikasi ditentukan oleh perancang produk tanpa memperhatikan sebaran

    prosesnya akan menimbulkan kesalahan Ada 3 macam situasi yang mungkin terjadi :

    1. KASUS I : 6 < SA SB

    A : kondisi ideal SA : Spesifikasi Atas

    B : perubahan rata-rata proses SB : Spesifikasi Bawah

    C : perubahan sebaran proses

    SB

    X 0

    SA

    BKA

    BKB

    6 SA SB

    kondisi yg diinginkan

    kondisi yg tidak diinginkan,

    tetapi tidak ada Waste

    Out of Control

    SB

    X 0

    SA

    6 SA SB

    A

    B C

  • Kondisi ini masih dapat dikatakan baik karena perubahan rata-rata dan sebaran

    proses tidak menimbulkan defektif ( Waste ).

    2. KASUS II : 6 = SA SB

    A : menunjukkan batas spesifikasi berimpitan dengan batas 6 (SA SB)

    kondisi yang cukup baik tetapi masih perlu pengendalian secara ketat

    B : terjadi perubahan rata-rata proses

    sehingga proses harus digeser ke bawah dan memperkecil variabilitas

    C : penyetelan sudah tepat, tapi variabilitas terlalu besar sehingga akan

    selalu ada hasil yang tidak memenuhi syarat.

    Bila ongkos : rework < scrap, geser proses bila variabilitas memang

    tidak bisa diperkecil

    SB

    X 0

    SA

    BKA

    BKB

    6 SA SB

    Memuaskan

    kondisi yg tidak diinginkan, krn ada Out of Control &

    Waste

    Out of Control

    Waste

    SB

    X 0

    SA

    6 SA SB

    Rework

    Waste

    A B

    C

    Scrap

  • 3. KASUS III : 6 > SA SB Selalu Dihindarkan!

    A : pola baik, simetris tetapi menghasilkan produk yg tidak memenuhi syarat

    (Rework dan Scrap)

    B : bentuk sangat lancip, perlu pengendalian ketat

    C : bila ongkos rework < ongkos scrap

    Kasus ini selalu ingin dihindarkan.

    Pemecahan untuk kasus ini :

    a. Diskusi dengan perancang produk kemungkinan untuk memperlebar

    SA SB

    b. Inspeksi 100 % terhadap barang-barang yg rusak ganti (tidak ekonomis)

    c. Ubah sebaran proses agar menjadi lebih lancip (seperti dengan mengubah

    material, operator yang lebih terampil, mesin baru, pengendalian proses

    otomatis, dll)

    d. Ubah rata-rata proses sehingga semua produk cacat terjadi pada 1 sisi.

    kondisi yg tidak diinginkan, dimana

    proses In Control namun ada Waste

    SB

    X 0

    SA

    BKA

    BKB

    6 SA SB

    kondisi yg tidak diinginkan,

    Out of Control dan Waste

    Out of Control Waste

    SB

    SA

    6 SA SB

    Rework

    Rework

    B

    C

    A

    Scrap

  • Scrap & Rework :

    Contoh :

    Diketahui sebuah produk pipa dibuat dengan diameter 12,5 mm dengan toleransi

    0,05 mm. Bila garis tengah proses () = 12,5 mm dan simpangan bakunya adalah

    0,02 mm (').

    a. Berapa % produk yang scrap dan rework ?

    b. Berapa nilai garis tengah proses jika % scrap dihilangkan? Berapa % rework?

    Jawab :

    Diketahui : SA = 12,5 + 0,05 = 12,55 mm

    SB = 12,5 0,05 = 12,45 mm a. % produk yang scrap dan rework :

    2,5- 02,0

    12,5 - 12,45

    '

    - BSB Z1 P (Z 1) = 0,0062 = 0,62 %

    Produk Scrap = 0,62 %

    2,5 02,0

    12,5 - 12,55

    '

    -BSA Z2 P (Z 2) = 1 - 0,9938 = 0,0062

    Produk Rework = 0,0062 = 0,62 %

    b. Berapa nilai garis tengah proses jika % scrap dihilangkan? Berapa % rework?

    Produk Scrap = 0 % P (Z 1) = 0,0000 Z 1 = - 3,59

    Scrap

    SB SA

    Rework

    '

    - BSB Z1

    % Scrap = P (Z 1)

    '

    -BSA Z2

    % Rework = P (Z 2)

    Scrap = 0,62 %

    - 2,5 2,5

    Rework = 0,62 %

  • 02,0

    - 12,45 3,59 -

    '

    - BSB Z1 = 12,52 mm

    1,5 02,0

    12,52 - 12,55

    '

    -BSA Z2 P (Z 2) = 1 - 0,9332 = 0,0668

    Produk Rework = 0,0668 = 6,68 %

    Process Capability :

    Process Capability : adalah kemampuan dari proses untuk memenuhi spesifikasi Proses terkendali setiap hasil selalu memenuhi spesifikasi

    Spesifikasi distribusi X ()

    Batas Kendali distribusi X (X

    )

    Makin mampu suatu proses dalam menghasilkan produk yg memenuhi spesifikasi

    maka dapat dikatakan proses makin capable.

    Untuk mengukur Process Capability, digunakan suatu Index, yi : Capability

    Index ( dilambangkan : Cp )

    ' 6

    BSB -BSA Cp

    Digunakan angka 6 karena ukuran 3

    Scrap = 0 %

    - 3,59 1,5

    Rework = 6,68 %

    SB

    SA

    Hampir semua produk memenuhi

    spesifikasi dan proses in control,

    variasi kecil (hampir tidak ada cacat)

    (Kasus II dan Kasus I)

  • Kasus I : BSA BSB > 6 Cp > 1

    Ilustrasi : ' 6

    BSB -BSA Cp =

    6

    8 = 1,33

    Process Centered :

    Process Off Center 1 :

    SB

    X 0

    SA

    BKA

    BKB

    6 SA SB Semua produk memenuhi spesifikasi

    Kondisi Cp > 1 Capable

    6

    X 0 SA SB

    Cp = 1,33

    Cpk = 1,33

    6

    X 0 SA SB

    Cp = 1,33

    Cpk = 1,00

  • Kasus II : BSA BSB = 6 Cp = 1

    Ilustrasi : ' 6

    BSB -BSA Cp =

    6

    6 = 1,00

    Process Centered :

    Process Off Center 1 :

    SB

    X 0

    SA

    BKA

    BKB

    6 SA SB

    Memuaskan

    Cp = 1, menunjukkan bhw BSA BSB = 6

    (jadi hanya ada 0,27 % produk yang tidak

    memenuhi spesifikasi)

    6

    X 0 SA SB

    Cp = 1,00

    Cpk = 1,00

    Cp = 1,00

    Cpk = 0,67

    6

    X 0 SA SB

  • Kasus III : BSA BSB < 6 Cp < 1

    Ilustrasi : ' 6

    BSB -BSA Cp =

    6

    4 = 0,67

    Process Centered :

    Process Off Center 1 :

    Banyak produk yang tidak

    memenuhi spesifikasi

    Proses tidak Capable

    SB

    X 0

    SA

    BKA

    BKB

    6 SA SB

    6

    X 0 SA SB

    Cp = 0,67

    Cpk = 0,67

    Cp = 0,67

    Cpk = 0,33

    6

    X 0 SA SB

    Sebaiknya nilai : Cp 1 Cp semakin besar semakin baik

    Secara umum, dalam proses, nilai Cp yang lebih baik apabila : Cp 1,33

  • Kelemahan dari Indeks Capability (Cp) adalah tidak memperhatikan letak Center

    Line.

    Indeks Cp hanya dapat dipakai jika Center Line ( X ) sudah berada di tengah-tengah

    spesifikasi, karena itu dipakai indeks lain yaitu :

    ' 3

    BSB - ;

    ' 3

    -BSA min Cpk

    dipakai nilai minimal karena ingin diambil resiko terburuk sebagai bahan

    analisa

    Catatan :

    1. Nilai indeks Cp tidak akan berubah walau terjadi perubahan pada Center Line atau

    Process Center. 2. Nilai Cp = Cpk ketika proses berada ditengah ( centered ).

    3. Nilai Cpk selalu lebih kecil atau sama dengan nilai Cp. Nilai dari : Cpk Cp

    4. Nilai Cpk secara de facto standard = 1 yang menunjukkan bahwa proses dapat

    membuat produk yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 5. Jika nilai Cpk < 1 menunjukkan bahwa proses tidak dapat membuat produk

    yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

    6. Jika nilai Cp < 1 menunjukkan proses tidak mampu ( not capable ).

    7. Jika nilai Cpk = 0 menunjukkan bahwa rata-rata proses sama dengan salah satu

    batas spesifikasi. 8. Jika nilai Cpk negatif menunjukkan bahwa rata-rata proses berada di luar batas

    spesifikasi.

    SB

    SA

    A

    B

    A = B Cp sama

    Padahal B lebih Capable dari A

    The capability index ( Cp ) does not measure process performance in terms

    of the nominal or target value. This measure is accomplished using Cpk

  • Contoh Soal :

    Diketahui spesifikasi produk : 150 mm 20 mm dan ukuran subgrup = 4. Setelah

    diambil 50 subgrup, diperoleh nilai : X = 8000 ; R = 900.

    a. Tentukan batas-batas kendali untuk peta X dan R !

    b. Berapa % produk yang tidak memenuhi spesifikasi ?

    c. Berapa nilai Cp dan Cpk dari proses ? Jawab :

    Diketahui : SA = 150 + 20 = 170 n = 4 k = 4

    SB = 150 20 = 130 A 2 = 0,729 D 3 = 0

    X = 8000 d 2 = 2,059 D 4 = 2,282

    R = 900

    16050

    8000

    k

    X

    X

    k

    1 i

    i

    18

    50

    900

    k

    R

    R

    k

    1 i

    i

    a. Tentukan batas-batas kendali untuk peta X dan R !

    Peta X :

    BKA X = X + A 2 . R = 160 + ( 0,729 * 18 ) = 173,122

    GT X = X = 160

    BKB X = X A 2 . R = 160 ( 0,729 * 18 ) = 146,878

    Peta R :

    BKA = D 4 . R = 2,282 * 18 = 41,076

    GT = R = 18

    BKB = D 3 . R = 0 * 18 = 0

    b. Berapa % produk yang tidak memenuhi spesifikasi ?

    8,742 2,059

    18

    d

    R '

    2

    3,43 - 742,8

    160 - 130

    '

    - BSB Z1 P (Z 1) = 0,00030 = 0,03 %

    Produk Scrap = 0,03 %

    1,14 742,8

    160 - 170

    '

    -BSA Z2 P (Z 2) = 1 - 0,8729 = 0,1271

    Produk Rework = 0,1271 = 12,71 %

  • c. Berapa nilai Cp dan Cpk dari proses ?

    0,763 8,742 * 6

    130 - 170

    ' 6

    BSB -BSA Cp process not capable

    0,381 C

    1,144 ; 0,381 min

    8,742 * 3

    130 - 160 ;

    8,742 * 3

    160 - 170 min

    ' 3

    BSB - ;

    ' 3

    -BSA min C

    pk

    pk

    Cpk < 1 menunjukkan bahwa proses tidak dapat membuat produk yang sesuai

    dengan spesifikasi yang diinginkan

    Soal-soal :

    1. Sebuah msn produksi tidak selamanya beroperasi dengan baik, sehingga perlu

    disesuaikan. Untuk mengetahui apakah mesin berjalan dengan baik perlu dibuat

    peta kendali. Dikumpulkan sampel (berukuran 5) :

    X 35,4 34,0 36,4 34,9 33,5 31,1 34,0 35,1 33,7 32,8 33,5 34,2

    R 3 4 4 4 5 6 4 3 7 8 3 9

    a. Buat peta kontrolnya, apakah data terkendali ? Kalo tdk, susun peta revisinya !

    b. Jika batas spesifikasi 1,44, berapa % produk yg ditolak berdasarkan

    data diatas ?

    c. Dgn menggunakan batas spesifikasi diatas, hitung nilai Cp dan Cpk nya !

    2. Suatu produk dibuat dengan SA = 32,67 cm dan SB = 30,21 cm. Jika produk

    berdistribusi normal, dengan rata-rata 31,88 cm dan standar deviasi 0,83 cm, maka

    tentukan :

    a. Berapa % scrap dan % rework nya ?

    b. Jika diinginkan hanya 0,19 % scrap, berapa nilai rata-rata proses baru-nya dan

    berapa % rework yang diperoleh ?

    3. Dlm proses pembuatan bearing, dibuat peta kendali unk diameter luar bearing,

    dgn ukuran subgrup = 4. Dari 20 subgrup, diperoleh X = 41,283, R = 0,3.

    Batas spesifikasi produk : 2,060 0,020. Biaya rework = Rp. 1000,-/pcs, biaya

    scrap = Rp. 25.000,-/pcs. Proses diatas terkendali dan mempunyai dist. normal.

    Hitunglah :

    a. Cp dan Cpk.

    b. Estimasi biaya rework dan scrap untuk proses diatas.

  • c. Apabila proses distel, sehingga = 2,06, sedangkan simp. bakunya tetap,

    apakah proses ini akan lebih menguntungkan ?

    4. Data yang diperoleh dari 40 kelompok sampel dengan masing-masing 5

    pengukuran hasil pembubutan poros, diperoleh nilai X = 98,57 dan R = 0,312

    a. Hitunglah batas kendali peta X dan R !

    b. Berapa taksiran nilai dari proses ?

    c. Bila spesifikasi yang diminta adalah 98,07 0,57,

    5. Diketahui spesifikasi barang yang diinginkan adalah antara 12,5 s/d 16,7.

    a. Jika diinginkan semua barang yang diproduksi memenuhi spesifikasi, maka

    tentukan nilai dan nya !

    b. Jika nilai rata-rata berubah menjadi 13,7, simpangan bakunya tetap (dari no.

    a), maka berapa % kemungkinan perubahan ini masih dapat diterima ?

    6. Suatu proses telah terkendali dng menggunakan peta kendali X dan R. Batas

    spesifikasi : USL = X + 3 dan LSL = X - 3,2 . Tiba-tiba terjadi perubahan

    proses, harga rata-rata populasi bergeser dari X menjadi X + 1,5 , tetapi nilai

    standar deviasi-nya tetap. Bila distribusi populasi sebelum dan sesudah perubahan

    adalah normal & ukuran subgrupnya 3, maka hitung :

    a. Probabilitas dari hasil produksi keluar dari batas spesifikasi.

    b. Cp dan Cpk sebelum dan sesudah terjadinya perubahan.

    7. Suatu peta kendali telah digunakan untuk memonitor proses selama periode yang

    cukup lama. Ukuran subgrup = 4 dengan interval waktu kira-kira 2 jam. Peta

    kendali X dengan batas 3 adalah 121 dan 129 dengan rata-rata proses X 0 = 125.

    a. Jika produk dijual kepada konsumen yang memiliki spesifikasi 127 8,

    berapa % produk yang tidak memenuhi spesifikasi ini?

    b. Jika rata-rata proses diubah tanpa mengubah standar deviasinya, berapa nilai

    rata-rata proses baru yang harus ditargetkan untuk meminimasi jumlah produk

    yang tidak memenuhi spesifikasi?

    c. Dengan nilai rata-rata proses yang baru ini (dari no. b), berapa % produk yang

    tidak memenuhi spesifikasi ?

    8. Perusahaan yang memproduksi oil seal, menyatakan bahwa rata-rata oil seal yang

    diproduksinya memiliki ketebalan 49,15 mm dan standar deviasi 0,51 mm. Data

    berdistribusi Normal. Jika ketebalan seal dibawah BSB (yaitu : 47,8 mm), maka

    produk itu harus diperbaiki (rework) ; jika ketebalan di atas BSA (yaitu 49,8 mm),

    maka produk seal harus dibuang (scrap).

    a. Berapa % seal yang harus diperbaiki dan berapa % seal yang dibuang ?

    b. Bila ternyata nilai rata-rata proses telah berubah menjadi 48,5 mm, berapa %

    kesalahan tipe 2 yang terjadi ?

  • c. Bila perbaikan lebih murah daripada dibuang, tindakan apa yg harus dilakukan

    oleh perusahaan (jika dilihat dari keadaan semula) ?

    B. PETA KENDALI ATRIBUT

    Atribut : mengacu pada karakteristik kualitas yang memenuhi spesifikasi atau tidak.

    Atribut produk bagus / baik atau produk defective

    2 alasan pengamatan Atribut dilakukan :

    1. Jika pengukuran tidak mungkin dilakukan

    2. Jika pengukuran dapat dilakukan tetapi butuh waktu lama, mahal, sulit, dll.

    Keterbatasan Peta Variabel :

    1. Tidak dapat digunakan untuk karakteristik kualitas atribut (cacat pada produk)

    2. Dalam manufaktur sangat banyak variabel yang terlibat mahal dan tidak praktis

    Tipe Peta Kendali Atribut :

    1. Peta Kendali Atribut untuk Defective

    Defective mengacu pada seluruh unit

    Dasar : Distribusi Binomial

    Jenis Peta Kendali Atribut untuk Defective : Peta p dan Peta np

    2. Peta Kendali Atribut untuk Defect

    Defect karakteristik kualitas (cacat produk)

    Dasar : Distribusi Poisson

    Jenis Peta Kendali Atribut untuk Defect : Peta c dan Peta u

    Peta Kendali Atribut untuk Defective

    I. Peta p :

    Peta p merupakan peta kontrol fraksi / bagian yang tidak memenuhi syarat.

    Peta p menunjukkan proporsi cacat (cacat keseluruhan).

    Rumus :

    n

    np p

    n

    np p

    dimana : p = proporsi defective

    n = jumlah sampel per subgrup

    np = jumlah defektif dalam subgrup

    Tujuan Peta p :

    a. Menentukan rata-rata kualitas.

    b. Menarik perhatian manajemen tentang perubahan rata-rata

    c. Memperbaiki kualitas

  • d. Evaluasi prestasi dari manajemen operasi dan personel

    e. Memperkirakan pemakaian peta X dan R

    f. Menentukan kriteria penerimaan

    Peta p dapat digunakan untuk n tetap atau bervariasi

    Langkah-langkah pembuatan Peta p :

    1. Menentukan tujuan :

    Peta p dibuat untuk mengendalikan fraksi defective :

    a. Karakteristik kualitas tunggal

    b. Kelompok karakteristik tunggal

    c. Suatu bagian

    d. Keseluruhan produk

    e. Sejumlah produk Peta p juga dapat digunakan untuk mengendalikan performance : operator,

    stasiun kerja, departemen, shift, pabrik, perusahaan.

    2. Tentukan subgrup :

    Penentuan ukuran subgrup (n) perlu diadakan penelitian pendahuluan

    terlebih dahulu supaya peta lebih baik

    Pengelompokan data :

    Untuk proses kontinu : sesuai urutan produksi

    Untuk job order : sesuai jadwal produksi

    3. Mengumpulkan dan mencatat data.

    Ukuran subgrup / jumlah sampel (n) dapat tetap atau bervariasi.

    4. Tentukan harga p dan batas-batas kendali :

    n

    np p

    n

    np p

    Standar deviasi untuk p : p = n

    ) p - 1 ( p

    Untuk 3 :

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKBBKA /

    p GT

    Jika nilai BKB < 0 nilai BKB = 0

    Untuk n tetap BKA dan BKB sama untuk tiap subgrup data.

    Untuk n variasi BKA dan BKB berbeda-beda, disesuaikan dengan

    nilai n tiap subgrup data pengamatan.

  • 5. Plot titik-titik p dan batas kendali dalam grafik Scatter Plot

    6. Jika ada data yang keluar dari Batas Kendali, perbaiki dan revisi.

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKBBKA /

    n - n

    np - np p p

    ooo

    d

    d

    onew

    dimana : np d = jumlah defective yang keluar batas

    n d = jumlah subgrup yang keluar batas

    Contoh Soal :

    1. Pada bulan Mei di pabrik garment HATEX dilakukan pemeriksaan dengan

    n = 200 dan frekuensi pengambilan subgrup 15 kali.

    Data yang diperoleh adalah sbb :

    Subgrup Jumlah diperiksa (n) Jumlah Defective (np) Bagian ditolak (p)

    1 200 7 0,035

    2 200 3 0,015

    3 200 20 0,100

    4 200 11 0,055

    5 200 21 0,105

    6 200 5 0,025

    7 200 4 0,020

    8 200 6 0,030

    9 200 8 0,040

    10 200 10 0,050

    11 200 4 0,020

    12 200 3 0,015

    13 200 8 0,040

    14 200 8 0,040

    15 200 2 0,010

    TOTAL 3000 120 a. Tentukan batas-batas kontrol peta p !

    b. Apakah proses terkendali ? Bila tidak, buat revisinya ! Jawab :

    0,04 3000

    120

    n

    np p

  • 0 0,0016 - 200

    ) 0,04 - 1 ( 0,04 3 0,04

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKB

    0,0816 200

    ) 0,04 - 1 ( 0,04 3 0,04

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKA

    0,04 p GT

    Proses tidak terkendali, karena masih ada data yg keluar dari Batas

    Kendali, yaitu data ke : 3 dan 5 revisi Peta p - Revisi :

    0,0304 ) 200 200 ( - 3000

    ) 21 20 ( - 120

    n - n

    np - np p p

    d

    d

    onew

    0 0,006 - 200

    ) 0,0304 - 1 ( 0,0304 3 0,0304

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKB

    0,0668 200

    ) 0,0304 - 1 ( 0,0304 3 0,0304

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKA

    000

    000

    Peta p

    0,000

    0,020

    0,040

    0,060

    0,080

    0,100

    0,120

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Subgrup

    p

    BKA

    BKB

    GT

    Peta p - Revisi

    0,000

    0,010

    0,020

    0,030

    0,040

    0,050

    0,060

    0,070

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    Subgrup

    p

    BKA

    BKB

    GT

  • Peta kendali sudah di revisi.

    2. Suatu pemeriksaan karakteristik mutu terhadap produk X dengan jumlah

    inspeksi sebanyak 10 subgrup :

    Subgrup Jumlah diperiksa (n) Jumlah Defective (np) Bagian ditolak (p)

    1 200 7 0,035

    2 300 3 0,010

    3 200 20 0,100

    4 250 11 0,044

    5 220 21 0,095

    6 200 5 0,025

    7 250 4 0,016

    8 300 6 0,020

    9 200 8 0,040

    10 220 10 0,045

    TOTAL 2340 95

    a. Tentukan batas-batas kontrol Peta p 3 !

    b. Apakah proses terkendali ? Jika tidak, buat revisinya !

    Jawab :

    0,0406 2340

    95

    n

    np p 0,0406 p GT

    Karena soal diatas n bervariasi, maka nilai Batas Kendali Atas (BKA) dan

    Batas Kendali Bawah (BKB) tiap subgrup berbeda.

    Misalkan untuk n = 200, maka diperoleh nilai Batas Kendali sbb :

    0 0,0013 - 200

    ) 0,0406 - 1 ( 0,0406 3 0,0406

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKB

    0,0825 200

    ) 0,0406 - 1 ( 0,0406 3 0,0406

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKA

  • Subgrup Jumlah

    diperiksa (n)

    Jumlah

    Defective (np)

    Bagian

    ditolak (p) BKA GT BKB

    1 200 7 0,035 0,0825 0,0406 -0,0013 0

    2 300 3 0,010 0,0748 0,0406 0,0064

    3 200 20 0,100 0,0825 0,0406 -0,0013 0

    4 250 11 0,044 0,0780 0,0406 0,0032

    5 220 21 0,095 0,0805 0,0406 0,0007

    6 200 5 0,025 0,0825 0,0406 -0,0013 0

    7 250 4 0,016 0,0780 0,0406 0,0032

    8 300 6 0,020 0,0748 0,0406 0,0064

    9 200 8 0,040 0,0825 0,0406 -0,0013 0

    10 220 10 0,045 0,0805 0,0406 0,0007

    TOTAL 2340 95

    Peta p

    0,000

    0,020

    0,040

    0,060

    0,080

    0,100

    0,120

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Subgrup

    p

    Proses tidak terkendali, karena masih ada data yg keluar dari Batas

    Kendali, yaitu data ke : 3 dan 5 revisi Peta p - Revisi :

    0,0281 ) 220 200 ( - 2340

    ) 21 20 ( - 95

    n - n

    np - np p p

    d

    d

    onew

    Karena soal diatas n bervariasi, maka nilai Batas Kendali Atas (BKA) dan

    Batas Kendali Bawah (BKB) tiap subgrup berbeda. Misalkan untuk n = 200, maka diperoleh nilai Batas Kendali sbb :

    0 0,0069 - 200

    ) 0,0281 - 1 ( 0,0281 3 0,0281

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKB

    0,0632 200

    ) 0,0281 - 1 ( 0,0281 3 0,0281

    n

    ) p - 1 ( p 3 p BKA

    00

    0

    00

    0

    Jadi tabel data BKA dan BKB tiap subgrup hasil Revisi sbb :

    BKA

    BKB

    GT

  • Subgrup Jumlah

    diperiksa (n)

    Jumlah

    Defective (np)

    Bagian

    ditolak (p) BKA GT BKB

    1 200 7 0,035 0,0632 0,0281 -0,0069 0

    2 300 3 0,010 0,0568 0,0281 -0,0005 0

    3 250 11 0,044 0,0595 0,0281 -0,0032 0

    4 200 5 0,025 0,0632 0,0281 -0,0069 0

    5 250 4 0,016 0,0595 0,0281 -0,0032 0

    6 300 6 0,020 0,0568 0,0281 -0,0005 0

    7 200 8 0,040 0,0632 0,0281 -0,0069 0

    8 220 10 0,045 0,0616 0,0281 -0,0053 0

    TOTAL 1920 54

    Peta p - Revisi

    0,000

    0,010

    0,020

    0,030

    0,040

    0,050

    0,060

    0,070

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Subgrup

    p

    Peta kendali sudah di revisi.

    Adaptasi Peta p :

    Krn masalah praktis, maka ada 2 peta yang merupakan pengembangan Peta p :

    a. Peta Persentase Defective ( 100 p chart ) :

    Nilai-nilai pada peta ini sama seperti perhitungan pada peta p, hanya ada

    perubahan skala, yaitu dengan mengalikan 100. Rumus Batas Kendali :

    n

    ) p - 1 ( p 3 p * 100 BKBBKA /

    p * 100 GT

    Contoh Soal :

    Dari contoh sebelumnya (n tetap), diketahui bahwa :

    np = 120

    n = 3000

    BKA

    BKB

    GT

  • n = 200

    0 0,16 - 200

    ) 0,04 - 1 ( 0,04 3 0,04 * 100

    n

    ) p - 1 ( p 3 p * 100 BKB

    8,16 200

    ) 0,04 - 1 ( 0,04 3 0,04 * 100

    n

    ) p - 1 ( p 3 p * 100 BKA

    4 p * 100 GT

    NB : Prosedur untuk mendapatkan dan menggunakan Peta 100 p sama

    seperti Peta p.

    b. Peta np

    II. Peta np :

    Hampir sama dengan peta p, tetapi peta np lebih mudah dalam perhitungan

    karena hasil-hasil inspeksi dapat langsung dipetakan tanpa dilakukan proses

    perhitungan sebelumnya.

    Peta np menunjukkan jumlah defektif dalam suatu populasi.

    Peta np digunakan untuk n tetap.

    Rumus Peta np :

    p n pn GT :atau ; k

    np pn GT

    ) p - 1 ( pn 3 pn BKBBKA /

    Jika nilai BKB < 0 nilai BKB = 0

    Rumus Peta np Revisi :

    onewonew

    d

    d

    onew

    p n p n pn pn :atau

    k -k

    np - np pn pn

    ) p - 1 ( pn 3 pn BKBBKA / ooo

  • Contoh Soal :

    Pada bulan Mei di pabrik garment HATEX dilakukan pemeriksaan dengan n =

    200 dan frekuensi pengambilan subgrup 15 kali. Data yg diperoleh adalah sbb

    :

    Subgrup Jumlah diperiksa (n) Jumlah Defective (np)

    1 200 7

    2 200 3

    3 200 20

    4 200 11

    5 200 21

    6 200 5

    7 200 4

    8 200 6

    9 200 8

    10 200 10

    11 200 4

    12 200 3

    13 200 8

    14 200 8

    15 200 2

    TOTAL 3000 120 Apakah proses terkendali ? Bila tidak, buat revisinya !

    Jawab :

    0,04 3000

    120

    n

    np p

    GT = n p = 200 * 0,04 = 8

    0,3138 - ) 0,04 - 1 ( 8 3 8 ) p - 1 ( pn 3 pn BKB

    16,3138 ) 0,04 - 1 ( 8 3 8 ) p - 1 ( pn 3 pn BKA

    Peta np

    0

    4

    8

    12

    16

    20

    24

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Subgrup

    np

    BKA

    BKB

    GT

  • Proses tidak terkendali, karena masih ada data yang keluar dari Batas Kendali,

    yaitu data ke : 3 dan 5 revisi

    Peta np - Revisi :

    0,0304 ) 200 200 ( - 3000

    ) 21 20 ( - 120

    n - n

    np - np p p

    d

    d

    onew

    GT = 6,08 0,0304 * 200 p n p n pn pnonewonew

    1,204 - ) 0,0304 - 1 ( 6,08 3 6,08 ) p - 1 ( pn 3 pn BKB

    13,364 ) 0,0304 - 1 ( 6,08 3 6,08 ) p - 1 ( pn 3 pn BKA

    ooo

    ooo

    Peta np - Revisi

    0

    3

    6

    9

    12

    15

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    Subgrup

    np

    Peta kendali telah di revisi.

    Peta Kendali Atribut untuk Defect :

    I. Peta c :

    Peta c merupakan peta yang menunjukkan jumlah cacat (defect) yang diamati

    dalam satu satuan inspeksi (spt : satu pesawat, satu radio, satu gulungan kain,

    satu gulungan kabel, satu buku, dst).

    Ukuran subgrup dari Peta c n = 1

    Rumus Peta Kendali c :

    c 3 c BKBBKA /

    k

    c c GT

    dimana : c = jumlah cacat

    k = jumlah subgrup

    BKA

    BKB

    GT

  • Rumus Peta Kendali c Revisi :

    oo

    d

    d

    onew

    c 3 c BKBBKA /

    k -k

    c - c c c

    Dalam hal tertentu, lebih tepat bekerja dengan menggunakan jumlah defect

    daripada fraction defective.

    Contoh : dalam pemeriksaan :

    Kain jumlah benang yang timbu, dirty spot ( tiap m 2 )

    Gelas jumlah gelembung / bubble ( tiap 10 m 2 )

    Radio jumlah cacat ( per unit radio )

    Bentuk pengambilan keputusan dalam pemeriksaan dgn menggunakan peta :

    Defective : Conform terima

    Nonconform tolak

    Defect : jumlah cacat tidak menyatakan terima atau tolak produk.

    Non Conforming

    Product (Defective)

    Non Conformities

    (Defect)

    Ukuran

    Sampel

    Konstan np c

    Konstan atau Bervariasi p u

    Contoh Soal :

    1. Diketahui : jumlah cacat total = 141 ; k = 25.

    Tentukan batas kendali peta c ! Jawab :

    5,64 25

    141

    k

    c c GT

    12,76 5,64 3 5,64 c 3 c BKA

    0 1,48 - 5,64 3 5,64 c 3 c BKB

  • 2. Dari hasil penelitian terhadap beberapa roll kain tekstil selama 15 hari,

    diperoleh data jumlah cacat sbb :

    Roll Jumlah Defect Roll Jumlah Defect

    1 7 9 9

    2 6 10 9

    3 6 11 8

    4 7 12 5

    5 4 13 5

    6 7 14 9

    7 8 15 8

    8 10

    TOTAL 108 Apakah proses terkendali ? Jawab :

    7,2 15

    108

    k

    c c GT

    15,2 7,2 3 7,2 c 3 c BKA

    0 0,849 - 7,2 3 7,2 c 3 c BKB

    Peta c

    0,00

    4,00

    8,00

    12,00

    16,00

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Subgrup

    c

    II. Peta u :

    Peta u merupakan peta yang menunjukkan banyaknya cacat (jumlah defect)

    per unit dalam subgrup.

    Peta u merupakan modifikasi dari Peta c ; dimana : n

    c u

    Rumus Peta Kendali u :

    BKA

    BKB

    GT

  • n

    u 3 u BKBBKA /

    n

    c u GT

    dimana : u = jumlah cacat per unit dalam subgrup ( defect per unit )

    u = rata2 banyaknya cacat per unit untuk beberapa subgrup

    ( rata-rata defect per unit )

    Rumus Peta Kendali u Revisi :

    n

    u 3 u BKBBKA /

    n - n

    c - c u u

    oo

    d

    d

    onew

    Contoh Soal :

    Berikut ini adalah hasil penelitian terhadap cacat pada produk kain tekstil :

    n c u BKA BKB

    Jan 30 110 120 1,091 1,425 0,819

    Jan 31 82 94 1,146 1,472 0,771

    Feb 01 96 134 1,396 1,446 0,797

    Feb 02 115 143 1,243 1,418 0,825

    Feb 03 108 97 0,898 1,427 0,816

    Feb 04 120 145 1,208 1,412 0,832

    Feb 05 98 128 1,306 1,443 0,801

    Feb 06 103 105 1,019 1,435 0,809

    Feb 07 113 116 1,027 1,421 0,823

    Feb 08 115 119 1,035 1,418 0,825

    Feb 09 99 93 0,939 1,441 0,802

    Feb 10 101 132 1,307 1,438 0,805

    Feb 11 122 100 0,820 1,409 0,834

    Feb 12 98 134 1,367 1,443 0,801 Apakah jumlah cacat tiap unit produk untuk data diatas terkendali ?

    Dari data diatas, diketahui bahwa :

    n = 1480

    c = 1660

    Karena n bervariasi, maka nilai BKA dan BKB untuk tiap subgrup

    berbeda, disesuaikan dengan nilai n dari tiap subgrup.

    Sehingga, dapat disusun Batas Kendali sbb : (contoh, untuk bulan Jan 30 )

  • 1,122 1480

    1660

    n

    c u GT

    1,425 110

    122,1 3 1,122

    n

    u 3 u BKA

    0,819 110

    122,1 3 1,122

    n

    u 3 u BKB

    Peta u

    0,70

    1,00

    1,30

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

    Subgrup

    u

    PETA KENDALI DEMERIT

    Peta Kendali Demerit : peta yang menggambarkan keseriusan cacat.

    Bila ada data yang berada diluar batas kendali, maka Peta Demerit tidak perlu

    untuk direvisi karena peta ini hanya bertujuan untuk mengetahui keseriusan cacat.

    Klasifikasi Defect (Non Conformities) :

    1. Critical Non Conformities : cacat yang akan mempengaruhi penggunaan dari

    produk.

    bila terjadi defect, dapat menyebabkan bahaya dan ketidakamanan dalam

    penggunaan, perawatan produk.

    2. Major Non Conformities : cacat yang mungkin mempengaruhi penggunaan

    dari produk.

    bila terjadi defect, dapat menyebabkan kegagalan penggunaan atau

    mengurangi kegunaan dari produk.

    3. Minor Non Conformities : cacat yg tidak akan mempengaruhi penggunaan dari

    produk.

    bila terjadi defect, dapat mempengaruhi penampilan dari produk.

    BKA

    BKB

    GT

  • Bobot = Critical : Major : Minor = 9 : 3 : 1 Peta Demerit

    Rumus Peta Kendali Demerit :

    D O = W C . U C + W MA . U MA + W MI . U MI

    Dimana : W = bobot cacat ( kritis, mayor, minor )

    U = jumlah defect per unit

    D O = demerit per unit

    OU = n

    U. W U. W U. W MI2

    MIMA

    2

    MAC

    2

    C

    GT = D O

    BKA = D O + 3 OU

    BKB = D O 3 OU

    SOAL SOAL :

    1. Diketahui data-data hasil pengukuran 100 buah sampel sebagai berikut :

    Subgrup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Ukr. sampel (n) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

    defektif (np) 14 10 4 6 13 4 8 5 10 7

    Tentukan apakah produk-produk tsb sudah terkendali ? (gunakan peta p dan np)

    2. Suatu perusahaan memproduksi lampu senter. Karakteristik cacat yang akan

    diperiksa dari produk yg dihasilkan terdiri dari : cacat warna, lampu pecah, lampu

    putus & cacat goresan. Dari hasil pemeriksaan thd 10 subgrup, diperoleh data sbb

    :

    Subgrup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Ukr. sampel (n) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

    produk cacat 5 4 7 3 4 5 2 10 5 3

    cacat warna 2 2 4 2 1 1 1 3 3 1

    cacat pecah 4 1 2 1 2 5 1 3 1 2

    cacat putus 0 1 2 1 3 1 2 6 3 2

  • cacat goresan 1 0 1 2 1 0 1 2 1 2

    a. Buatlah peta kendali defektifnya, apakah produk msh dlm batas pengendalian

    ?

    b. Apabila konsumen mau menerima max. 15% defektif, apakah produk ini

    masih dapat diterima oleh konsumen ?

    c. Apakah proses terkendali, dilihat dari segi jumlah cacat pd lampu senter tsb ?

    d. Apakah jumlah cacat untuk tiap unit produk masih dalam batas pengendalian ?

    3. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 15 subgrup produk, diperoleh data sbb :

    Subgrup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    n 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

    defektif 0 0 1 1 0 1 5 1 2 0 6 0 1 1 2

    a. Apakah proses ini terkendali ?

    b. Jika pelanggan hanya mau menerima lot dengan max 2,5% defektif, apakah

    proses ini masih dapat diterima ?

    c. Jika tidak, susunlah batas kendali yang baru, dan cek lagi syarat spt. no b !

    4. Diketahui data hasil pemeriksaan terhadap 7 subgrup produk sepatu sbb :

    Subgrup 1 2 3 4 5 6 7

    n 32 37 35 33 36 40 40

    defektif 8 6 7 5 18 8 9

    a. Apakah proses ini terkendali ?

    b. Jika tidak, susunlah batas kendali revisinya !

    GRAFIK BERJALAN ( RUN CHART )

    Grafik Berjalan : tempat data yang diatur dalam urutan waktu.

    Analisis grafik berjalan dilakukan untuk menentukan jika pola dapat dihubungkan

    pada sebab biasa dari Variasi, atau apakah terjadi sebab Variasi khusus.

    Grafik Berjalan harus digunakan sebagai bahan analisis pendahuluan dari data

    yang diukur pada skala berkelanjutan yang dapat diorganisasi dalam urutan waktu

    (Pyzdek, Thomas, The Six Sigma Handbook, Edisi Pertama, 2002, h. 270). Grafik Berjalan dibuat dengan cara :

    1. Buat garis grafik dari data dalam urutan waktu.

    2. Tentukan nilai median dari data tersebut (GT)

    3. Tentukan panjang perjalanan terbesar dari banyaknya panjang perjalanan yang

    ada pada grafik.

    Panjang perjalanan ditentukan dengan cara menghitung jumlah titik berurutan

    pada sisi yang sama dari median.

  • Peta u

    0.70

    1.00

    1.30

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

    Subgrup

    u

    4. Cek apakah ada penyebab Variasi khusus :

    Jika jumlah titik panjang perjalanan diluar batas maksimum normal sesuai data

    yang diplot, maka ada penyebab Variasi khusus ( = 0,05 )

    Tabel Data : Batas Maksimum Panjang Perjalanan

    Jumlah nilai yang digambar Maksimum Panjang Perjalanan

    10 5

    15 6

    20 7

    30 8

    40 9

    50 10

    Sumber : Pyzdek, Thomas, The Six Sigma Handbook, Edisi Pertama, 2002, hlm. 272

    5. Hitung jumlah perjalanan yang terjadi pada grafik

    Jumlah perjalanan yang diharapkan dari suatu proses yang dikontrol dapat

    juga ditetapkan secara matematis.

    Suatu proses yang tidak sedang dipengaruhi oleh penyebab khusus tidak akan

    memiliki baik terlalu banyak perjalanan atau terlalu sedikit perjalanan.

    6. Cek apakah ada penyebab Variasi khusus :

    Jika ada lebih sedikit atau lebih banyak perjalanan daripada yang diizinkan

    terkecil atau terbesar, maka ada probabilitas yang tinggi ( = 0,05 ) bahwa

    penyebab khusus ada.

    GT

    Panjang Perjalanan

  • Tabel Data : Batas Maksimum Panjang Perjalanan

    Jumlah nilai yg digambar Jumlah Perjalanan Terkecil Jumlah Perjalanan Terbesar

    10 3 8

    12 3 10

    14 4 11

    16 5 12

    18 6 13

    20 6 15

    22 7 16

    24 8 17

    26 9 18

    28 10 19

    30 11 20

    32 11 22

    34 12 23

    36 13 24

    38 14 25

    40 15 26

    42 16 27

    44 17 28

    46 17 30

    48 18 31

    50 19 32

    Sumber : Pyzdek, Thomas, The Six Sigma Handbook, Edisi Pertama, 2002, hlm. 274

    7. Cek penyebab khusus berdasarkan Trend yang mungkin terjadi :

    Trend dalam grafik berjalan ditunjukkan melalui perhitungan nilai

    peningkatan atau penurunan berurutan yang terjadi.

    Jika perhitungan terpanjang dr peningkatan atau penurunan berurutan melebihi

    nilai batas yang diizinkan maka dapat diindikasikan bahwa mungkin penyebab

    khusus variasi yang menyebabkan proses menyimpang.

    Tabel Data : Batas Maksimum Panjang Perjalanan

    Jumlah nilai yg digambar Maksimum Peningkatan / Penurunan Berurutan

    5 sampai 8 4

    9 sampai 20 5

    21 sampai 100 6

    101 atau lebih 7

    Sumber : Pyzdek, Thomas, The Six Sigma Handbook, Edisi Pertama, 2002, hlm. 275

    Contoh gambaran mengenai analisis Trend yang terjadi :

  • 10

    8

    6

    4

    2 5 10 15 20

    Trend dari 5 penurunan

    Trend dari 7 penurunan

    GT