JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA...

68
ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH Karya Mahyuddin Syaf 3. Disusun oleh: Komeri NIM : 106024000934 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Transcript of JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA...

Page 1: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

Karya Mahyuddin Syaf

3.

Disusun oleh:

Komeri

NIM : 106024000934

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

i

ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

Karya Mahyuddin Syaf

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S).

3.

Disusun oleh:

Komeri

NIM : 106024000934

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 3: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

ii

ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

Karya Mahyuddin Syaf

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Disusun oleh:

Komeri NIM : 106024000934

Pembimbing;

Drs. Ahmad Syatibi, MA. NIP.150228407

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 4: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN

FIKIH SUNNAH Karya Mahyuddin Syaf telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

hari Kamis, 16 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada program studi Tarjamah.

Jakarta, 20 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA. Akhmad Saekhuddin, M.Ag. NIP: 150 268 589 NIP: 150 303 001

Anggota

Penguji Pembimbing

Dr. H. Ismakun Ilyas, MA Drs. Ahmad Syatibi, MA. NIP:150 274 009 NIP.150 228 407

Page 5: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hati terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Desember 2010

Komeri NIM: 106024000934

Page 6: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah seru sekalian alam , salawat dan salam terlimpah

atas penghulu manusia, baik yang dahulu maupun terakhir, yakni jungjungan kita

Nabi Muhammad saw, juga atas segenap keluarga dan semua orang yang

mengikuti pentunjuk-NYA, sampai hari kemudian

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas

academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul

Wahid Hasyim, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi,

MA., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah, Ahmad

Saekhuddin, M.Ag.

Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Drs. Amad Satibi, MA yang

telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan referensi

serta memotivasi Penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah

SWT senantiasa membalas segala kebaikan Bapak.

Kepada seluruh Dosen Tarjamah yang telah memberikan waktu untuk

berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis. Penulis hanya bisa mengucapkan

Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu dan pengalaman bapak/ibu berikan

dapat diamalkan dalam kehidupan penulis.

Penghormatan serta salam cinta Penulis haturkan kepada Kedua Orang

Tua Penulis, Bpk. Yamin bin Engkos dan Ibu Bonih. Kepada Kakak dan Adik

Penulis yaitu Sufyan, Mimin Siti Aminah, Kuswara, Asep Suparman, dan

Page 7: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

v

Komariah, yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis,

sehingga Penulis bisa menyelesaikan kuliah ini..

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan di

Tarjamah Angkatan 2006, kepada Ruston Nawawi, Fuad , M Firdaus, Yuyun,

Yatmi, Anisa, Elida, Nurcholis, Rina, Nuraini, Ade Ernawati,Mida , Meli, yang

telah memberikan bantuan yang tidak habis-habisnya kepada penulis. Buat

seseorang yang melebihi dari sekedar teman, dia selalu memberikan semangat dan

perhatiannya dalam menyusun skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas

semua yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata. Penulis menyadari bahwa Skripsi yang masih jauh dari

kesempurnaan dan kelengkapan ini bisa menjadikan kawan-kawan untuk mengisi

kekosongan dalam skripsi ini. Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis

butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Jakarta, 03 Desember 2010

Penulis

Page 8: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

vii

DAFTAR ISI

Lembar Pengajuan ..................................................................................... i

Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................................... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ............................................................... iii

Lembar Pernyataan .................................................................................... iv

Kata Pengantar............................................................................................ v

Daftar Isi..................................................................................................... vii

Pedoman Tranliterasi ................................................................................. ix

Abstrak ....................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat................................................................ 5

D. Methodologi Penelitian ......................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6

F. Sistematika Penelitian ............................................................ 6

BAB II KERANGKA TEORI .............................................................. 8

A. Teori Penerjemahan ............................................................... 8

1. Pengertian Penerjemahan ................................................ 10

2. Syarat Penerjemahan ....................................................... 14

3. Tahap Penerjemahan ....................................................... 16

3. Jenis Penerjemahan ........................................................ 19

B. Teori Diksi ............................................................................ 22

Page 9: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

viii

1. Pengertian Diksi dan Korelasinya Dengan Makna .......... 22

2. Syarat Ketetapan dan Kesesuain Diksi ............................. 25

3. Diksi dalam Kalimat ........................................................ 28

BAB III ANALISIS DATA .................................................................... 34

A. Gambaran Umum Kitab Fiqh Sunnah .................................... 34

B. Analisis Diksi dalam Hubungan Dengan Makna .................... 36

1. Kata Khusus dan Umum ................................................. 36

2. Makna Konotatif dan Denotatif ....................................... 37

3. Makna Referensial Implisit ............................................. 39

C. Analisis Keserasian Makna dalam Penerjemahan Bab Zakat

Buku Terjemahan Kitab Fiqh Sunnah .................................... 42

1. Tidak Diterjemahkan ....................................................... 43

2. Kerancuan Menerjemahkan ............................................. 44

D. Analisis Kalimat .................................................................... 45

1. Kesepadanan dan Kesatuan ............................................. 45

2. Koherensi yang Baik dan Kompak .................................. 45

BAB IV PENUTUP ................................................................................ 47

A. Kesimpulan ........................................................................... 47

B. Saran ..................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 50

Page 10: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke

dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin

dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

T ط ا

Z ظ b ب

‘ ع t ت

Gh غ ts ث

F ف j ج

Q ق h ح

K ك kh خ

L ل d د

M م dz ذ

N ن r ر

W و z ز

H ة s س

` ء sy ش

Y ي s ص

d ض

Page 11: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

x

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

- - - - a Fathah

- - - - i Kasrah

- - - - - u Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي--- ai a dan i

و--- au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----ا/ي â a dengan topi di atas

ي---- î i dengan topi di atas

و--- û u dengan topi di atas

Page 12: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

xi

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar-

rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan

al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang

sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata

sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata

benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh

no.3)

Page 13: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

xii

No. Kata Arab Alih Aksara

Tarîqah طریقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyah الجامعة اإلسالمیة 2

wihdat al-wujûd وحدة الوجود 3

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama

tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf

“al” a tidak boleh kapital.

Page 14: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

xiii

Page 15: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

xiv

Page 16: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

xiii

ABSTRAK

Komeri

“Analisis Diksi pada buku terjemahan Fikih Sunnah karya Mahyuddin Syaf”. Di

bawah bimbingan Dr. Ahmad Syatibi, MA.

Menterjemahkan terdiriatas reproduksi pesan kedalam bahasa penerima

melalui gaya bahasa alamiah yang paling mendekat kesetaraan dengan naskah

bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.

Dalam penerjemahan, permasalahan diksi sangat berpengaruh terhadap

hasil terjemahan. Diksi adalah pilihan kata secara tepat dan lugas untuk

mencapaikan gagasan. Pemilihan kata dalam terjemahan menjadi faktor utama

dalam penerjemahan. Seseorang penterjemah harus mencari padanan kata yag

tepat dalam bahasa sasaran, diutamamakan harus mencari terjemahan yang ringan

atau yang terdekat, sehingga pembaca mudah mengerti akan pesan dan gagasan

yang dimaksud. Tidak hanya sampai disini saja, ternyata penerjemah harus

menggunakan kamus untuk mennerjemahkan karena kamus sebaai sumber diksi.

Dalam kegiatan penelitian ini penyusun mencoba meneliti terjemahan

kitab Fikih Sunnah karya Mahyuddin Syaf dalam pemilihan kata. Dalam

terjemahan ini masih terdapat kata-kata yang belum tepat dan tidak umum

digunakan oleh masyarakat Indonesia. Penyusun menemukan beberapa masalah

yang terdapat dalam terjemahan, misalnya terjemahan masih terikat dengan

bahasa sumbernya, sehingga ide dan gagasannya tidak tersampaikan. Terjemahan

Page 17: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

xiv

yang baik dan benar adalah tersampainya pesan, ide, dan gagasan secara tepat dan

lugas. Penulis mengusulkan terjemahan alternatif yang lebih baik dan lebih dekat

dengan merujuk kamus, seperti yang sudah disebutkan, bahwa kamus adalah

sebagai sumber diksi.

Page 18: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sayyid Sabiq lahir pada 1915 di Mesir dan meninggal pada Februari 2000.

Beliau sudah hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Mengenyam

pendidikan di Universitas al-Azhar, Mesir dan Universitas Ummul Qura,

Mekah, Arab Saudi, dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut.

Sayyid Sabiq dikenal sebagai seorang ahli fikih, salah satu disiplin dalam

kajian studi Islam. Dan, karena fikih inilah, namanya begitu masyhur dan

sangat berpengaruh di kalangan umat Islam kontemporer. Sayyid Sabiq

dilahirkan di Mesir pada 1915 dan wafat pada 28 Februari 2000.

Megingat adanya buku-buku keagamaan yang berbahasa arab, maka

perlu adanya penerjemahan dan penggunaaan diksi dengan baik, usaha ini

tentunya sebagai jembatan, agar masyarakat untuk bisa membaca agama

(referensi) dan dapat memahami secara benar dan tidak ada rasa keraguan

terhadap kitab tersebut.

Menerjemah merupakan seni yang rumit dan menuntut adanya

pengetahuan mendalam tentang bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran

(Bsa) kesulitan menerjemahkan timbul karena tiap bahasa memiliki berbagai

macam karateristik atau disebut dengan (sui generik). Hal ini disebabkan juga

Page 19: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

2

karena proses penerjemahan merupakan pekerjaan yang sulit dan memiliki

berbagai macam aspek diantaranya adalah proses linguistik yang sari patinya

terangkum dalam upaya mencari padanan kata-kata bahasa lain.

Seorang penerjemah dituntut untuk memahami dan mengerti pesan,

kategori dan fungsi setiap bahasa yang menyusun setiap kalimat Bsu,

sehingga pesan yang diinginkan oleh teks terjemahan dapat diungkapkan

secara tepat dan sempurna kedalam Bsa. Secara luas terjemahan dapat

diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat

informasi atau pesan baik verbal maupun non verbal , dan dari informasi

sasaran oleh karena itu terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses

pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa

sumber degan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran.

Secara luas terjemahan dapat diartikan Sebagai kegiatan manusia dalam

mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun non

verbal, dari informasi asal atau informasi kedalam informasi sasaran. Adapun

dalam pengertian sempit terjemahan adalah suatu proses pengalihan pesan

yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber sehingga

padanan didalam bahasa kedua atau bahasa sasaran.

Oleh sebab itu dari keterangan diatas kita sudah mengetahui apa itu

penerjemahan baik makna secara global maupun khusus , tetapi perlu diingat

pula bahwa diksipun penting sekali dalam sebuah penerjemahan, oleh karena

Page 20: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

3

itu penulis akan mencoba menganalisis salah satu karya terjemahan dari

sudut diksi.

Menurut kamus linguistik diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal

untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau karang

mengarang, adapun diksi menurut kamus besar bahasa indonesia diksi adalah

pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras (cocok penggunaan) untuk

mengungkap gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa dan khayalan

pembaca atau pendengar, pilihan kata, jadi sudah jelaslah bahwa diksi adalah

pilihan kata . tujuan mempelajari diksi agar kita dapat menerjemahkan

dengan baik dan yang membacanya pun dapat menerimanya secara baik

karena sering kita jumpai dari hasil karya atau hasil karya terjemahan masih

kita dapati kurang mengenai sasaran sehingga pembacapun cenderung keliru

terhadap bacaan tersebut. Disini penulis akan memberikan salah satu contoh

pada kitab fiqh sunnah karya sayyid sabiq.

النم كاملسالي ا فمھ سھ لنم اهللا لعجیال . نھیل علفح أثالث

: اثةل ثاملالس امھسأو, ھ لمھس

Diartikan: Ada tiga perkara yang saya sumpah atasnya, Allah akan

memperlakukan orang yang mempunyai saham dalam seperti halnya orang

yang mempunyai saham.1

1 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, (Bandung. PT. Alma’arif, 1978), Cet ke-1, h. 12

Page 21: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

4

Menurut penulis penerjemahan kitab fiqh sunnah diatas kurang tepat,

khususnya dalam struktur terjemahan indonesia , pada statement ini kalimat

dan apabila diterjemahkan ....جملة االسمیة. .......merupakan ............ثالث أحلف...

kedalam bahasa indonesia subyek didahulukan ketimbang keterangan maka

menjadi aku bersumpah bukan tiga perkara terlebih dahulu karena yang

didahulukan adalah subyek bukan keterangan.

Selanjutnya kata perkara saat ini sudah tidak dipakai lagi karena kata

ini mengalami penyempitan makna, karena kata perkara saat ini digunakan

untuk masalah yang bersifat hukum seperti masalah perkara pidana, perkara

saksi, perkara hukum, dan perkara lainnya. sebaiknnya kata perkara ini

diterjemahkan macam atau hal, jadi diterjemahkan menjadi tiga hal oleh,

sebab itu terjemahannya menjadi aku bersumpah atas tiga hal.

B. Pembatasan dan perumusan masalah

Adapun perumusan masalah yang penulis paparkan adalah:

1. Apakah kata yang dipilih dalam buku terjemahan Fiqh sunnah karya

Mahyuddin syaf sudah tepat, dilihat dari sisi Bahasa sasaran (Bsa) dan

Bahasa sumber (Bsu) ?

2. Apakah pemilihan diksi yang dilakukan penerjemah sudah sesuai dengan

makna dalam bahasa sasaran ?

Page 22: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

5

C. Tujuan dan manfaat

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis buat, maka yang terjadi tujuan

umum penelitian diksi ini adalah membuktikan pentingnya kesesuaian pada

padanan atau pilihan kata pada suatu penerjemahan, sehingga tidak

menimbulkan kerancuan arti atau makna , adapun tujuan khusus dalam

penelitian ini adalah:

1. Mencari kata-kata yang belum sesuai dengan syarat ketetapan dan

keserasian diksi

2. Mencari dan menganalisis padanan makna yang sesuai

Adapun manfaat dari studi diksi ini adalah membantu para penerjemah,

terutama para pemula untuk agar mereka dapat menerjemahkan dengan baik.

D. Methoda penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis kemukakan, maka jenis

penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian Diskriptif, sebagaimana

telah di sebutkan pada judul skripsi ini. Penulis mengambil Bab Zakat kitab

terjemahan fiqh sunnah yang diterjemahkan sebagai sampel dari sebagian

bab pada buku terjemahan tersebut. Bab zakat sesuai diksi yang berkaitan

dengan keserasian kata dengan konteks kalimat.

Page 23: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

6

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis temukan, penelitian tentang permasalahan diksi

dilakukan oleh 4 orang, diantaranya. Muhammad Hotib (2006) menganalisis diksi

pada terjemahan buku bulugul maram. Rachmad Joni Akbar (2006) menganalisis

diksi terhadap Al-quran terjemahan departemen Agama Surat Al-Waqiah. Elang

Satya Nagara (2007) menganalisis diksi pada bab puasa buku terjemahan Fath al-

qarib. Uminah (2007) menganalisis diksi terhadap Fikih Al-Mar’ah al-Muslimah.

Sementara itu, penulis menganalisis pada kitab Fikih Sunnah pada Bab Zakat

Karya Mahyuddin Syaf.

E. Sistematika penulisan

Skprisi ini terdiri dari empat bab:

Bab I : Berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, sistematika penelitian

BAB II : Berupa kerangka teori yang meliputi definisi penerjemahan,

syarat-syarat penerjemahan, tahap penerjemahan dan teori diksi

dan korelasinya dengan makna, dan syarat ketetapan dan

kesesuain diksi.

Bab III : Berupa analisa data dan gambaran umum kitab terjemahan kitab

fiqh sunnah , analisis diksi dalam hubungannya dengan makna

konotatif dan denotatif, makna referensial implisit , dan analisa

Page 24: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

7

keserasian makna dengan penerjemahan dan kerancuan

menerjemahkan.

BAB IV : Berupa penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

Page 25: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

8

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Penerjemahan

Komunikasi dalam kehidupan manusia tidak akan terjalin tanpa bahasa. .

Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai

mahluk social yang berakal . melalui bahasa , segala informasi atau pesan

dapat tersalurkan dan dimengerti. Terutama bagi pemakai bahasa yang

mempunyai ruang lingkup luas, perkataannya akan dapat mudah . Dipahami

oleh lawan bicaranya.

Setiap bahasa mempunyai perbendaharaan kata yang berbeda-beda baik

dari segi struktur dan kosakatanya. Hal ini tergantung pada asal usul bahasa

itu sendiri. Setiap bahasa kaya dengan perbendaharaan kata dan keragaman

katanya, sesuai dengan pengalaman manusia dan perkembangan kebudayaan

tempat bahasa itu tumbuh berkembang. Karena setiap bahasa mempunyai

caranya sendiri-sendiri dalam menentukan system symbol dan

pemaknaannya.

Bahasa erat kaitannya dengan dunia penerjemahaan, karena

penerjemahaan merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa dan dalam

pembahasannya tidak dapat mengabaikan konsep-konsep kebahasaan itu

sendiri. Penerjemahaan sama artinya dengan mengenal sesuatu yang unik dan

Page 26: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

9

menarik. Dikatakan unik karena amat langka peminatnya, dikatakan menarik

karena apa yang disajikan dunia ini memberikan kunci rahasia cakrawala

baru dan kepuasan diri.

Banyak orang mengatakan bahwa menerjemahkan itu hanya

memindahkan arti kata perkata dalam bahasa sasaran, akan tetapi sebaliknya

menerjemahkan itu ialah memindahkan teks bahasa sumber kedalam bahasa

sasaran sesuai dengan struktur pemakaian bahasa sasaran itu sendiri. Bagi

semua pakar bahasa pun belum tentu bisa menerjemahkan dari bahasa yang

satu kedalam bahasa yang lain.

Menerjemahkan suatu naskah bahasa sumber dan mencarikan

padanannya di dalam bahasa sasaran tidaklah semudah apa yang dibicarakan

orang. Menerjemahkan identik dengan mengkomunikasikan keterangan,

pesan, atau gagasan , yang ditulis oleh pengarang asli dalam bahasa

terjemahan agar dapat melakukan kegiatan ini, sudah pasti diperlukan

keterampilan khusus. Seorang dwi bahasawan atau bahkan seorang aneka

bahasawan yang terampil tentu mampu menerjemahkan satu bahasa kedalam

bahasa lain.

Page 27: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

10

1. Pengertian Penerjemahan

Penerjemahan bahasa arab kedalam bahasa Indonesia ialah “usaha

memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (teks sumber) dengan

padanannya kedalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran)”.1

Dari penertian diatas dapat diartikan bahwa menerjemahkan adalah

mengalihkan arti kata perkata. Pendefinisian terjemah tersebut

dimaksudkan untuk “mengalihkan pesan secara utuh dan maksimal

kedalam bahasa sasaran verba maupun non-verba dari suatu kedalam

bentuk lainnya.”2

Banyak para penerjemah mengartikan bahawa definisi terjemah

hanya menekankan pada aspek pesannya saja sehingga mereka berpeluang

untuk mengartikan secara lain, karena penerjemah bisa berbuat seenaknya

terhadap naskah terjemah dengan mengabaikan aspek-aspek diluar pesan

seperti aspek morfologis , sintaksis besar dalam mengekspresikan pesan

teks tanpa menghiraukan padanan-padanan lingustik, struktur dan hal-hal

diluar teks.

Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi tentang

penerjemahan, diantaranya:

1 Ibnu Burdah, Metode dan Wawasan Manerjemahkan Teks Arab, (Yogyakarta: P.T. Tiara Wacana, 2004), h. 9

Page 28: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

11

a. Definisi secara istilah

Dalam buku the theory and practice of translation , Nida dan Charles

memberikan definisi tentang penerjemahan, yaitu Translation consist

in reproducing in the receptor language the closest natural

equivalent of the source language massage, firstin the term of

meaning and secondly in the term of style.”2

(Terjemahan ialah kegiatan yang menghasilkan kembali pesan dalam

bahasa sumber (Bsu) kedalam bahasa sasaran (Bsa) dengan padanan

alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna , dan

kemudian gaya bahasanya). Jadi, Nida dan Charles mendefinisikan

penerjemahaan yaitu mengalihkan pesan bahasa kedalam bahasa

sasaran dengan padanan baik dari segi makna dan gaya bahasanya.

Pendapat Engene A. Nida ini juga tidak jauh berbeda dengan

pendapat J. C. Catford. Sebagai seorang penerjemah Profesional

sekaligus pakar dalam bidang linguistic, caftord menerangkan bahwa,

“translation is the replacement of textual material in another

language.”3 (penerjemahan ialah pemindahan naskah dari bahasa asal

atau bahasa sumber (Bsu) dengan bahan teks yang sepadan kedalam

bahasa sasaran dengan sesuai).

2 E.A Nida dan Charles Taber, The Theory and Practice of Tranlation, (Leiden: The United Bible Societis, 1974), h. 12 3 J.C. Catfrord, Alinguistik Theory of Translation ,( London, Oxford Univercity press, 1974) Fourth Impression, h. 20

Page 29: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

12

Dua pendapat diatas bertentangan dengan apa yang

diungkapkan J. Levy. Levy memberikan definisi terjemahan sebagai

suatu ketampilan . kejelasan dari penerjemah tampak tercermin dari

opini. Seperti yang dikatakan dalam bukunya translation As

Decission.” Translation is a creative process which always leaves the

translator afreedom of choies between several approxiamately

equivalent possibilities of situational meaning.”4 (terjemahan

merupakan proses kreatif yang memberikan kebebasan bagi

penerjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam

mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasi).

Hal senada juga diungkapkan oleh New Mark dalam

artikelnya yang berjudul “Futher preposition on translation” New

Mark berpendapat bahwa “ translation is an exercise which consist in

the attempt to written massage in one language by the same in

another language.”5 (penerjemahan merupakan latihan dalam proses

penggatian pesan tertulis dari satu bahasa ke bahasa lainnya dengan

yang sama ).

Hal ini juga tidak berbeda dengan pendapat para pakar

terjemah lainnya, Juliana Hause juga mendefinisikan terjemah

sebagai “pemindahan pesan dari teks bahasa sumber kedalam bahasa

sasaran” seperti yang dikutip oleh Nurahman Hanafi, dalam

4 Nurahman Hanafi, op, cit, h. 24 5 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (jakarata: PT. Grasindo, 2000), Cet. Ke. 1 h.5

Page 30: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

13

desertasinya yang berjudul A model for translation quality

assessment, Juliana mendefinisikan “translation is language.6”

(penerjemahan merupakan proses pemindahan naskah dari bahasa

sumber kedalam bahasa sasaran dengan semantic dan pragmatic

sepadan).

Pendapat yang serupa juga ditambahkan oleh Leonard

foster yang mengungkapkan definisi terjemah yaitu “translation as

the transference of the content of a text from one the from.”

Terjemahan merupakan naskah dari bahasa satu ke bahasa lainnya,

yang perlu diingat bahwa kita harus selalu bisa memisahkan isi dari

bentuk naskah itu.

Itulah pendapat enam tokoh terjemah tentang definisi

penerjemah. Mereka mengungkapkan argument masing-masing

sesuai dengan latar belakang keilmuan dan proses yang telah mereka

tekuni sebelumnya sebagai seorang penerjemah. Kesimpulan yang

dapat diambil dari penjelasan diatas ialah, penerjemahan merupakan

proses pengalihan makna dari naskah bahasa sumber kedalam naskah

bahasa sasaran dengan padanan yang sedekat-dekatnya dan sewajar-

wajarnya, baru kemudian memperhatikan gaya bahasa.

6 Nurachman Hanafi, op,cit., h, 26

Page 31: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

14

2. Syarat-syarat Penerjemah

Kegitan penerjemah bukanlah penggantian kata demi kata dari

bahasa sember (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Melainkan

memindahkan konsep, pengertian dan amanat. Maka diperlukan syarat-

syarat tertentu , yaitu:

a. Penerjemah harus sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan

konteks bahasa penerima (Bsa)

b. Penerjemah harus sesuai dengan gaya bahasa sumber (Bsu) dan gaya

bahasa penerima (Bsa)

c. Penerjemah harus sesuai dengan ciri khas bahasa sumber (Bsu) dan

ciri khas bahasa penerima (Bsa).7

Penerjemah harus sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan konteks

bahasa penerima (Bsa). Artinya , penerjemah benar-benar sejalan dengan

yang dibicarakan dalam bahasa sumber (Bsu) dan memberikan makna

yang tepat kedalam bahasa penerima (Bsa) . Menerjemahkan bukan

sekedar mencari padanan kata yang umumnya dilakukan dengan cara

membuka kamus . walaupun kamus adalah keharusan dalam kegiatan

penerjemah. Tetapi tidak sampai disitu, karena tidak mutlak dapat

menyelesaikan pekerjaan menerjemah itu sendiri. Penerjemah tidak cukup

hanya sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan bahasa penerima

7 Ismail lubis , Falsifikasi Terjemahaan Alquran Depag Edisis 1990,( Yogyakarta: PT. tiara Wacana, 2001), Cet. Ke-1. hal .62

Page 32: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

15

(Bsa), tetapi harus pula dapat mencerminkan bahasa yang akan

diterjemahkan menjadi penting bagi seorang penerjemah .

Penerjemah harus sesuai dengan gaya bahasa sumber (Bsu) dan

gaya bahasa penerima (Bsa) sebagaiman yang dikutip oleh ismail Lubis

ialah “ penerjemahan benar-benar memperlihatkan kesesuain gaya bahasa

dari kedua bahasa yang dipertemukan”.

Menurut Hendri Guntur sebuah gaya bahasa “ adalah bahasa yang

mengadakan perbandingan atau komparasi antara dua kata yang

mengandung ciri-ciri semantic yang bertentangan”. Penguasaan

penerjemahan terhadap gaya bahasa sumber (Bsu) dan penerima (Bsa)

sangat penting dan dapat memudahkan bagi seorang penerjemah dalam

menyesuaikan antara kedua bahasa . sehingga selaras dengan bahasa

sumber dalam hal makna dan gaya bahasa serta seorang penerjemah harus

benar-benar mengerti tanga-tanda khusus yang membedakan bahasa

sumber dan bahasa penerima . untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang ciri khas bahwa bahasa sumber dan bahasa penerima dapat dilihat

dari peristiwa bahasa yang merupakan salah satu istilah dalam cabang ilmu

bahasa yang berfungsi membicarakan peristiwa-peristiwa yang terdapat

dalam bahasa sebagai akibat pemakaian bahasa tersebut.

Adapun syarat-syarat penerjemah menurut Eugene A. Nida seperti

yang dikutip oleh Nurahman sebagai berikut:

Page 33: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

16

a. Seorang penerjemah harus mengenal materi dan kecakapan

mengungkapkan dalam bahasa penerima

b. Seorang penerjemah harus mampu mengetahui bermacam disiplin

ilmu, walau tidak begitu mendalam. Sebab akan memberikan daya

untuk mengerti materi secara garis besar.

c. Penerjemah harus benar-benar menguasai bahasanya sendiri dan

mengikuti perkembangan. Hal ini akan berakibat fatal jika seorang

penerjemah hanya cenderung menggunakan kata-kata yang

ketinggalan zaman . selain itu pula Nida menambahkan satu hal lagi

guna perlunya kelengkapan pengetahuan cross-cultural understanding,

yakni mengenal persamaan dan perbedaan budaya dari dua bahasa

yang terlihat.

3. Tahap Terjemahan

Penerjemah sebagi sebuah proses, memiliki beberapa tahap hingga

menghasilakan terjemahan yang dinginkan , terlebih lagi hasil terjemahan

yang baik ialah terjemahan yang mampu menghadirkan isi pesan yang

akan harus dilakukan oleh penerjemah untuk mendapatkan hasil yang

dianggap baik . beberapa tahap menerjemahkan sebagai berikut:

a. Tahap analisis

Setiap teks yang terdapat dalam naskah asli tentunya bukan hal

yang sacral untuk dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini bisa

dilakukan sekitar pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang,

Page 34: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

17

karena tidak mungkin seorang penulis tidak ingin menyampaikan

pesannya saat menulis. Meskipun naskah itu berupa teks ekpresif

(perwujudan perasaan). Analisis juga bisa dilakukan seputar gaya

bahasa yang digunakan oleh penulis , struktur gramatikal, atau dalam

pemilihan kata, frase, dan kalimat setelah mendapatkan gambaran jelas

tentang naskah yang akan diterjemahkan barulah ia bisa melanjutkan

proses selanjutnya.

b. Tahap pengalihan

Pada tahap ini, seorang penerjemah di uji kecakapan dan

keterampilan nya dalam menerjemahkan sekaligus peguasaan pada

bahasa sumber dan bahasa sasaran. Inti dari tahap ini ialah

mengalihkan unsure yang terdapat dalam naskah bahasa sumber

dengan naskah bahasa sasaran serta sepadan . baik bentuk dan isinya

harus di sepadankan, meski kesepadanan bukan berarti kesamaan.

Apakah pesan penulis dalam teks asli harus tetap dipertahankan dalam

terjemahan. Dapatkah penerjemah mengubah pesan yang bisa

dilakukan dan atas pertimbangan apa?

Inilah pertanyaan yang kerap muncul disela-sela proses

penerjemah. Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada

definisi penerjemah, seorang penerjemah harus mempertahankan

maksud yang ingin disampaikan penulis, karena pada dasarnya

terjemahan bukan sekedar mengalihkan huruf atau kata yang terdapat

dalam bahasa sumber, tetapi lebih kepada pengalihan pesan yang

Page 35: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

18

terdapat dalam bahasa sumber, tetapi lebih kepada pengalihan pesan

yang terdapat dalam bahasa sumber , tetapi lebih kepada pengalihan

pesan yang terdapat dalam bahasa sumber kepada bahasa sasaran .

tidak heran bila seorang penerjemah yang telah memasuki tahap ini

harus kembali ketahap lebih kepada pengalihan pesan yang terdapat

dalam bahasa sumber kepada bahasa sasaran. Tidak heran bila seorang

penerjemah yang telah memasuki tahpi ini harus kembali ketahap

analisis atau sebaliknya sampai ia yakin betul bahwa pemahaman dan

analisisnya sudah cukup baik.

Setelah tahap analisis dan pengalihan dilalui dengan baik , tahap

terakhir yang harus dilakukan ialah pada tahap penyerasian.

c. Tahap Penyerasian

Pada tahap ini hasil terjemahan yang telah diselesai kan diuji .

apakah hasil terjemahan ini benar-benar telah melewati tahap analisis

dan pengalihan dengan baik? Apakah hasil terjemahan telah cukup

memenuhi syarat terjemahan yang harus menyesuaikan bahasanya

yang masih terasa “kaku” untuk kemudian disesuaikan dengan kaidah

yang berlaku ada bahasa sasaran.

Penerjemah dapat melakukan tahap ini sendiri, atau bisa

meminta bantuan orang lain untuk mengoreksinya. Ada dua hal yang

mendasari ini, pertama, penerjemah kerap merasa kesulitan

megoreksi kerjaannya sendiri, karena secara psikologis ia akan

Page 36: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

19

menganggap terjemahannya sudah baik. Hal ini karena dorongan latar

belakang yang ia miliki, maka penyerasian yang dilakukan orang lain

cukup membantu dalam menghasilkan terjemahan yang baik dan

komunikatif, kedua karena penerjemah sebaiknya merupakan kerja

tim. Ada yang menerjemah dan ada pula yang “mengedit” untuk

menghindari kesalahan.

4. Jenis Penerjemahan

a. Penerjemahan kata demi kata

Methoda penerjemahan ini ialah yang mengalihkan teks dari

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran “mentah” biasanya kata-kata

teks sasaran langsung diletakan di bawah teks sumber, dan kata-kata

yang bersifat cultural dipindahkan apa adanya. Umumnya methoda ini

dipergunakan sebagi tahapan para penrjemah pada penerjemahan teks

yang sulit atau sukar untuk memahami mekanisme bahasa sumber

(Bsu) terhadap bahasa sasaran (Bsa).

b. Penerjemahan literal

Penerjemahan jenis ini mencari padanan terdekat kontruksi

gramatikal yang terdapat dalam bahasa sumber (Bsu) dalam bahasa

sasaran (Bsa). Penerjemahan kata demi katanya dilakukan terpisah dari

konteks .umumnya methoda ini digunakan pada tahap awal

pengalihan.

Page 37: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

20

c. Penerjemahan setia

Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual

Bsu dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata

yang bersifat budaya dialih bahasakan tetapi menyimpang dari tata

bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahkan ini

berpegang teguh pada maksud dan tujuan Bsu, maka tidak heran jika

hasil terjemahan ini terasa “kaku”

d. Penerjemahan semantic

Penerjemahan semantic ialah methoda penerjemahan yang

mempertimbangkan unsure estetika teks Bsu dengan

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Bila

dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantic

lebih “luwes” dan fleksiber, karena tidak terikat oleh Bsu seperti

penerjemahan setia. Kata-kata yang bersifat budaya boleh

diterjemahkan dengan kata yang netral dan bersifat fungsional

penerjemahan yang memberikan penekanan pada Bsa.

Pada terjemahan ini, seorang penerjemah berusaha untuk

menghasilkan dampak relatife sama dengan apa yang diharapkan oleh

penulis terhadap pembaca versi Bsu. Model terjemahan ini terbentuk

penerjemahan bebas dan komunikatif.

Page 38: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

21

1. Penerjemahan Bebas

Methoda ini lebih mengutamakan isi dan mengorbankan strukrur

gramtikal Bsu. Terkadang methoda ini terbentuk frasa yang lebih

panjang atau lebih pendek dari naskah aslinya.

2. Penerjemahan komunikatif

Methoda penerjemahan ini mngupayakan reproduksi makna

kontekstual sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan

maupun ini langsung dapat dipahami oleh pembaca “Methoda ini

mengupayakan reproduksi makna konseptual yang demikian rupa,

sehingga aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat

dimengerti”.12

Adapula jenis “penerjemahaan yang menggunakan methoda

penerjemahan langsung dan penerjemahan tak langsung”.

Penerjemahan langsung yaitu penerjemahan yang diungkapkan

secara lisan maupun tertulis yang diterjemahkan secara langsung begitu

teks sumber selesai diucapkan atau dituliskan.

Penerjemah tidak langsung yaitu methoda yang sering dengan

persiapan terlebih dahulu. Begitu teks sumber dihadirkan, maka tidak

secara spontan teks terjemahan dapat diartikan.

Page 39: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

22

B. Teori Diksi

Jika berbicara atau menulis , maka penerjemah akan mengungkapkan

kata-kata yang mewakili pesan yang akan disampaikan. Pengertian yang

tersirat dalam sebuah kata, mengandung makna bahwa tiap kata

menungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide, dengan kata lain, kata-kata

adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain.

Bila tiap manusia menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur

gagasan, maka hal ini berarti semakin banyak kata yang dikuasai oleh

seseorang, semakin banyak banyak ide atau gagasan yang dikuasai dan yang

sanggup diungkapkan . kata-kata ibarat pakaian yang dipakai pikiran kita.

Tiap kata memiliki jiwa setiap anggota masyarakat harus mengetahui jiwa

setiap kata,agar ia dapat menggerakan orang lain dengan jiwa dari kata-kata

yang digunakan.

Mereka yang luas kosakatanya akan memiliki pula kemampuan yang

tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk

mewakili maksud atau gagasan . Seorang yang luas kosakatanya dan

mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, maka ia akan dapat

mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksud.

1. Pengertian Diksi dan Korelasinya dengan makna

a. Pengertian Diksi

Menurut poerdawarminta, ia akan yakin bahwa pada umumnya

pilihan selalu diarahkan kepada kata-kata yang ‘tepat’ seksama dan

Page 40: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

23

lazim. 8 Ketiga unsure tadi menjadi pedoman untuk memilih kata tepat

mengenai arti dan tempatnya seksama mengenai kesepadanan kata

yang hendak dituturkan, lazim mengenai kata yang sudah menjadi

umum, dikenal dan dipakai dalam bahasa Indonesia.

Adapun menurut Gory Keraf, pilihan kata atau diksi adalah

kempuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai

dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk

menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki kelompok masyarakat pendengar.9

Pilihan kata yang tepat dan sesuai “hanya dimungkinkan

penguasaan oleh sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata

bahasa itu”. Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia,diksi berarti

memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan

situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,diksi berarti

“pilihan kata penggunaan kata yang sesuai dalam penyampaian suatu

gagasan dengan tema pembicaraan,peristiwa atau pemirsa.10

8 A. Wiryadatama, Seni Menggayakan Kalimat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. Ke-5. h. 43 9 Gory Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. Ke-11, h. 21 10 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002) Cet. Ke-2, h. 354

Page 41: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

24

Diksi menurut Kridalaksana (1993) adalah “pilihan kata dan

kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara

didepan umum atau karang-mengarang”.11

Sinonim diksi adalah pilihan leksikal “pilihan kata sebagai

sinonim diksi dapat menyesatkan karena pilihan kata itu tidak boleh

selalu berupa kata (dasar atau turunan) tetapi dapat berupa kata

majemuk atau frase”.12

Dari pendapat diatas, penulis berpendapat bahwa diksi

merupakan pilihan kata yang sesuai dengan makna dan gagasan yang

ingin disampaikan. Tepat dalam penggunaannya,serasi untuk

mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan,lazim dikenal

dan dipakai dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pilihan

leksikal sangat cocok untuk sinonim diksi,karena pilihan kata tidak

selalu berupa kata (dasar atau turunan) akan tetapi dapat berupa kata

majemuk atau frase.

b. Kolerasi diksi dengan makna

Ketepatan pilihan kata mencerminkan kemampuan sebuah kata

untuk memberikan makna. Makna yang tepat pada imajinasi pembaca

atau pendengar. Seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis

11 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguitik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet. Ke-3 h, 44 12 Akrom Malibari, Pokok-pokok Perkuliahan Stilistika:, Makalah, (Jakarta: UIN, September 2003), h. 9

Page 42: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

25

atau pembicara. Demikian pemilihan kata sangat berkaitan dengan

makna kosakata seseorang.

Kesalahan seorang penulis atau pembicara dalam pemilihan

kata akan berakibat berubah makna yang diterima oleh pembaca atau

pendengar. Sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak dapat

tersalurkan,bahkan memungkinkan adanya kesalahpahaman.

Makna kata dapat menimbulkan reaksi pada orang yang

mendengar atau membaca. Reaksi yang timbul itu dapat berwujud

‘Pengertian’ atau ‘Tindakan’. Dalam berkomunikasi seseorang tidak

hanya berhadapan dengan ‘kata’ tetapi dengan suatu rangkaian kata

yang mendukung suatu amanat. Pembaca atau pendengar yang

berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara penyampaian

amanat tersebut.

2. Syarat Ketepatan dan Keserasian Diksi

Penggunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan

pokok. Pertama,ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah

gagasan. Hal atau barang yang akan diamanatkan. Kedua, kesesuaian atau

kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut.

Kesesuaian dalam pendayagunaan kata-kata dalam suatu

situasi,akan memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan

Page 43: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

26

lingkungan. Karena tidak semua kata-kata yang sama dapat diungkapkan

dalam kesempatan dan situasi yang sama. Ada yang formal dan ada pula

yang tidak formal. Dengan demikian,tingkah laku manusia yang berwujud

bahasa juga akan disesuaikan dengan suasana yang formal dan suasana

yang non formal tersebut. Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang

mempengaruhi bahasa, Yaitu:

a. Pokok persoalan ya ng dibawakan

b. Para hadiri terlihat dalam komunikasi

c. Diri kita sendiri

Perbedaan antara ketetapan dan kesesuain diksi adalah dalam

ketetapan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-

tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan diantara

pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Sedangkan

dalam kesesuain kali mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya

bahasa tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang lain.

Ketetapan dapat diartikan kemampuan sebuah kata untuk

menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau

pendengar. Pembaca atau penulis berusaha secermat mungkin memilih

kata untuk mencapai maksud yang dikehendakinya. Ketetapan kata yang

dipilih akan mewakili pesan penulis atau pembicara kata yang dipakai

sudah tepat akan tampak dari reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal

maupun aksi non verbal dari pembaca atau pendengar dan tidak

menimbulkan salah paham.

Page 44: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

27

Ada beberapa hal yang dapat diperihatkan untuk mencapai

ketetapan pilihan kata, diantaranya:

a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi dari dua kata yang

mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan

mana yang akan dipergunakan untuk mencapai maksunya

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim.

Penulis atau pembicara haruslah berhati-hati dalam memilih kata dari

sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang ingin

disampaikan.

c. Mampu membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya. Bila

seorang penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang

mirip ejaan itu, maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan ,

yaitu salah paham.

d. Untuk menjamin ketetapn diksi, seorang penulis atau pembaca harus

mampu membedakan kata umum dan kata khusus . Kata khusus lebih

cocok atau tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum

e. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara

idiomatic

f. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing. Terutama kata-kata

asing yang mengandung akhiran asing tersebut.

Page 45: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

28

g. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-katayang

sudah dikenal.

h. Menghindari kata-kata atau ciptaan sendiri. Walaupun bahasa selalu

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tidak berarti bahwa

setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru

biasaanya muncul pertama kali karena dipakai oleh orang-orang

terkenal atau pengarang terkenal.

i. Mempergunakan kata-kata ini dari yang menunjukan persepsi khusus.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

3. Diksi Dalam Kalimat.

Penggunaan diksi atau pilihan kata untuk menimbulkan gagasan

yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, tidak hanya dilakukan

pada antar tataran kata. Namun dilakukan dilakukan pula pada tataran

kalimat , sehingga menjadi kalimat yang jelas dan efektif. Seoarng

penerjemah harus mampu menyusun kalimat-kalimat efektif dalam

menyampaikan bahasa sasaran yang dipakai. Sehingga seorang

penerjemah dapat menyampaikan pesan-pesan yang terdapat pada sumber

bahasa secara efektif. Dengan kalimat efektif seorang penerjemah dapat

menyampaikan pesan-pesan dari bahasa sumber secara jelas sehingga

mudah dipahami dan diterima oleh pembaca.

Page 46: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

29

Menurut Zaenal Arifin, kalimat efektif ialah” kalimat yang

memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran

pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam di dalam pikiran

pembaca atau penulis. Kalimat efektif lebih megutamakan keefektifan

kalimat itu, sehingga kejelasan kalimat dapat terjamin:.13 Sebagaimana

yang dikemukakan oleh J.S Badudu “ sebuah kalimat dapat dikatakan

sebagai kalimat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat

komunikasi. Kalimat efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, idea

atau pemberitahuan kepada penerima pesan, sesuai dengan ide yang ada

pada penyampaian”.14 Kalimat efektif harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

a. Struktur kalimat teratur

b. Kata yang digunakan mendukung makna secara tepat dan hubungan

antara bagian logis.

c. Penggunaan kata tidak berlebihan.

d. Penggunaan kata yang tepat makna

e. Penggunaan kata tugas yang tepat dalam kalimat

Adapun ciri kalimat efektif yang lain menurut Widyamartaya, sebagai

berikut:

13 Zaenal Arifin S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Cet. Ke-1, h. 109 14 J. S Badudu, Inilah bahasa Indonesia Yang Benar III, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 163

Page 47: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

30

a. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kesinambungan antara

pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.

Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang

kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa cirri, seperti tercantum

dibawah ini:

1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Kalimat efektif mempunyai struktur yang baik, artinya kalimat

itu harus mempunyai unsure-unsur subjek dan predikat atau

ditambahkan dengan objek atau keterangan lain yang

melahirkan keterpaduan arti dan merupakan cirri keutuhan

kalimat.

Ketidak-jelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu saja

membuat kalimat itu menjadi efektif. Kejelasan subjek dan

predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan

pemakaian kata depan di, dalam bagi, untuk, pada, kepada, dan

sebagainya contoh:

(a) Kalimat tidak efektif: Bagi semua masyarakat harus

membayar pajak

Page 48: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

31

(b) Kalimat efektif: semua masyarakat harus membayar pajak.

2) Tidak adanya subjek ganda.

(a) Kontaminasi (pemakaian Bentuk Rancu)

Contohnya: Manusia yang tinggal dalam kesendirian tidak

banyak. Kalimat diatas terasa rancu, sebaiknya: Manusia

yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.

(c) Pleonasme (Penambahan Yang tidak perlu)

Contoh: Kedua saudara itu saling bantu-membantu dalam

mengatasi kesulitan hidup. Kalimat diatas terdapat kalimat

kata ulang yang tidak tepat. Kalimat tersebut dapat menjadi

kalimat efektif apabila sudah menjadi:

Kedua saudara itu saling membantu dalam mengatasi

kesulitan hidup

3). Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat

tunggal.

Contoh:

(a) Para siswa datang terlambat. Sehingga mereka tidak dapat

mengikuti upacara sekolah. Kalimat tersebut dapat

diperbaiki sebagai berikut: para siswa datang agak

Page 49: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

32

terlambat sehingga mereka tidak dapat mengikuti upacara

sekolah.

(b) Pak joko mencuci sepeda motor Suzuki. Sedangkan istrinya

mencuci sepeda motor Honda. Kalimat tersebut dapat

diperbaiki sebagai berikut:

Pak joko mencuci sepeda motor Suzuki. Akan tetapi,

istrinya mencuci sepeda motor Honda.

4). Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”

Contoh:

(a). Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu.

(b). Sekolah kami yang terletak didepan bioskop melati

b. Mewujudkan Koherensi yang baik dan kompak

Koherensi adalah peraturan antara unsure-unsur yang dapat

membagun kalimat dan alenia. Tiap kata atau frase dalam kalimat

harus serasi. Untuk menjaga koherensi itu maka hendaknya seorang

penerjemah memp[erhatikan hal-hal dibawah ini:

(1). Kritis terhadap pemakaian Kata Ganti dalam kalimat

Dalam kalimat ada kemungkinan pemakaian kata ganti

menyebabkan kalimat efektif tidak efektif, karena pemakaian

kata ganti tidak jelas

Page 50: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

33

Contoh: Sawahnya sangat luas, rumah paman di Bogor.

Pada kalimat diatas penggunaan kata ganti’nya’ pada kata

sawahnya tidak jelas. Untuk menjadi kaliamat efektif sebaiknya

kalimat tersebut diubah menjadi:”Sawah rumah paman saya di

Bogor sangat luas”.

(2). Kritis terhadap pemakian kata depan

Dalam sebuah kalimat ada kalanya menggunakan kata depan

yang sebenarnya salah. Karena beberapa kata depan

memerlukan pasangan yang harus selalu bersama-sama dan

pasangan kata ini sudah terpadu dan senyawa. Andaikata salah

satu unsurnya ditinggalkan, maka ungkapan idiomatika itu

pincang dan dikategirikan pemakaian yang salah.

Contoh: sesuai anjuran pak RT, kita harus selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

Dari contoh diatas kata depan “sesuai” tidak menggunakan frase

ideomatik yang cocok untuk kata sesuai adalah” dengan” jadi

sebaiknya kata depan tersebut “sesuai dengan” kata depan sesuai

dengan harus selalu bersama-sama karena unsure itu merupakan

bagian yang baku dari frase tersebut. Kalimat diatas sebaiknya :

sesuai dengan anjuran pak RT, kita harus menjaga kebersihan

lingkugan.

Page 51: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

34

BAB III

ANALISIS DATA

A. GAMBARAN UMUM KITAB FIKIH SUNNAH

Sayyid Sabiq lahir pada 1915 di Mesir dan meninggal pada Februari 2000.

Beliau sudah hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Mengenyam

pendidikan di Universitas al-Azhar, Mesir dan Universitas Ummul Qura,

Mekah, Arab Saudi, dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut.

Sayyid Sabiq dikenal sebagai seorang ahli fikih, salah satu disiplin dalam

kajian studi Islam. Dan, karena fikih inilah, namanya begitu masyhur dan

sangat berpengaruh di kalangan umat Islam kontemporer. Sayyid Sabiq

dilahirkan di Mesir pada 1915 dan wafat pada 28 Februari 2000.

Selain itu, beliau juga dikenal sebagai salah satu tokoh gerakan Islam

terbesar di dunia yang berbasis di Mesir, yaitu Ikhwanul Muslimin ini. Awal

perkenalannya dengan Ikhwanul Muslimin terjadi ketika ia menempuh

pendidikan tinggi di Universitas Al-Azhar di fakultas syariah.

Pada saat bergabung dengan Ikhwanul Muslimin inilah Sayyid mulai

menekuni dunia tulis-menulis. Tulisannya dimuat di berbagai majalah terbitan

Mesir, termasuk majalah mingguan milik gerakan Ikhwanul Muslimin. Di

majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai fikih, tentang bab Thaharah

(bersuci).

Page 52: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

35

Karena keaktifannya dalam dakwah, tak heran jika pimpinan Ikhwanul

Muslimin, Hasan al-Banna, mengangkat Sabiq sebagai salah satu orang

kepercayaannya. Pada tahun 1948, ia bersama dengan anggota Ikhwanul

Muslimin lainnya ikut serta dalam perang Palestina melawan Israel.

Akibatnya, beliau dipenjara di bawah tanah pada 1949-1950. Setelah bebas,

Sayyid Sabiq kembali ke Al-Azhar dan mendalami bidang dakwah.

Kemudian, pada 1951, ia memutuskan bekerja di Kementerian Wakaf

Mesir. Di kementerian ini, Sabiq menempati posisi puncak hingga menjadi

wakil Kementerian Wakaf. Pada tahun 1964, Sabiq hijrah ke Yaman

kemudian menetap di Arab Saudi. Di sini, ia mengajar mata kuliah Dakwah

dan Ushuluddin di Universitas Ummul-Qura selama lebih dari 20 tahun.

Sayyid Sabiq termasuk orang yang banyak mengembara untuk

menyampaikan dakwah. Banyak negara yang dikunjunginya, termasuk

Indonesia, Inggris, negara-negara bekas Uni Soviet, dan seluruh negara Arab.

Aktivitas dakwah juga ia lakukan di lingkungan tempat tinggalnya, dengan

mengadakan pengajian rutin di rumahnya, baik laki-laki maupun perempuan.

Beliau meninggal dunia pada tanggal 28 Februari tahun 2000.

Sepanjang hidupnya, Sayyid Sabiq banyak menerima penghargaan atas

ketokohan dan keilmuan beliau. Antara lain, mendapatkan Piagam

Penghargaan Mesir yang dianugerahkan oleh Presiden Mesir, Mohammad

Husni Mobarak, pada 5 Maret 1988. Di tingkat regional, ia mendapat

Page 53: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

36

penghargaan (izajah) al-Malik Faisal al-Alamiah pada tahun 1994 dari

Kerajaan Arab Saudi atas usahanya menyebarkan dakwah Islam.1

B. Analisis Diksi dalam Hubungan dengan Makna

Masalah diksi berkaitan dengan keserasian kata dengan konteks kalimat,

ketidak sesuaian kata yang dipilih atau kata itu menimbulkan kerancuan

makna.2

Oleh karena itu penulis menganalisis hasil terjemahaan pada bab zakat

kitab terjamahaan fiqh sunnah mengenai diksi dalam hubungan makna yang

meliputi : makna khusus dan umum, makna konotatif dan denotative, dan

makna referensial implicit

1. Makna khusus dan umum

Salah satu untuk menjalin kecermatan dan ketetapan diksi. Menurut

Gorys keraf adalah “penulis atau pembicara harus membedakan kata umum

dan kata khusus. Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada hal

atau kelompok yang luas bidang linkupnya. Sedangkan kata khusus bila

mengacu kepada pengarahan-pengarahan khusus dan kongkrit. Kata khusus

tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum. 3

1 www. Al-sofwa.com 2 Sahabddin, Teori dan praktek Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Fakultas Pendidikan Bahasa arab dan seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2001). h. 183 3 Gory Keraf, Diksi dan gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2002).Cet. Ke-13, h.86

Page 54: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

37

Disini penulis menggambil beberapa data yang berkaitan dengan

pembahasan ini sebagai berikut:

مص عدقا فھا ل قنمف, اهللاالاالا لووقي یت حاس النلا تق أن أترمأ

. يالعت اهللايلھ عباسح وھقحبال اھسفن وھا لي منم

Artinya: Saya dititah untuk memerangi manusia sampai mengucapkan

tiada tuhan selain Allah . Maka siapa-siapa yang telah mengucapkannya

berarti ia telah memelihara harta dan dirinya terhadap saya, kecuali

menurut jalannya, sedang perhitungannya terserah kepada Allah Ta’la.4

Kata yang bergaris bawah diartikan menurut jalannya kurang tepat. Sebab

kata jalan memiliki makna sesuatu yang dilalui oleh manusia atau mahluk

apapun yang besar. Sedang makna yang diinginkan diatas ialah: Kecuali

orang-orang yang dibenarkan untuk diperangi dalam agama Islam.

2. Makna Denotatif dan makna konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam arti wajar secara ekspresif.

Artinya makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna denotatif adalah

suatu pengertian yang terkandung dalam kata secara objektif . Makna

konotatif adalah makna asosiatif , makna yang timbul sebagai akibat dari

sikap social, sikap pribadi dan criteria tambahan yang dikenakan

4 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, (Bandung. PT. Alma’arif, 1978), Cet ke-1, h. 24

Page 55: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

38

padanya”5. Sedangkan makna konotatif menjadikan antara stimulus dan

respon yang mengandung nilai-nilai emosional;

Namun menurut Abdul Chaer Makna denotative adalah makan asli

yang memiliki , makna asal , atau makna sebenarnya yang memiliki oleh

sebuah leksem . Jadi makna denotative sebenarnya mengacu pada makna

asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem sedangkan makna

konotaif adalah makna lain yang “ditambah” pada makna denotative tadi

yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok yang

menggunakan kata tersebut.6

Untuk Membedakan kata yang mana diterjemahkan kedalam makna

denotative atau konotatif merupakan hal yang sangat penting dalam

mencapai ketetapan diksi . Hal ini merupakan kecermatan bagi seorang

penerjemah untuk memutuskan apakah kata ini harus diterjemahkan

kedalam makan denotative atau makna konotatif, jika hanya pengertian

dasar yang dinginkan , kata denotaif yang dipilih , jika menghendaki reaksi

emosional tertentu maka kata konotatif yang cocock untuk di pilih, disini

penulis menemukan data yang berkaitan dengan pembahasan ini sebagai

berikut :,

.بستك ميوق لالو , ينغا لھی فظ حالو, ا مكتیطعا أمتئ شان

5 Zaenal Arifin S amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan tinggi ,(Jakarta: Akademika Pressindo,1995, 1995), Cet. Ket-1, h.26 6 Abdul Chaer, Lingustik Umum, (Jakarta:Rineka Cipta,2003). Cet, Ke-2, h. 292

Page 56: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

39

Artinya. Jika kalian kehendaki, akan saya beri, tetapi dalam zakat ini tidak

ada bagian untuk orang yang kaya dan kuat berusaha.7

Penerjemah menerjemahkan تسبلقوي مك sebagai kuat berusaha

terasa asing, mungkin yang dimaksud penerjemah kata kuat dimaksud

penulis disini konotatif, karena kata kuat ini identik pada kontak fisik

seperti kuat makan, kuat memukul dan lain sebaginya sedangkan yang

diinginkan adalah gigih atau sungguh-sungguh dalam usaha

3. Makna Referensial Implisit

Makna referensial menurt kridalaksana dalam kamus linguitk adalah :

“makna unsure bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar

bahasa ( objek atau gagasan)

Menurut Chaer sebuah “kata atau leksem disebut bermakna

referensial kalau ada referens atau acuannya “ kata –kata seperti singa,

kuning, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial

karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan ,

atau, dank arena adalah kata-kata yang tidak memiliki acuan atau

referensi.

Makna referansial merupakan “isi informasi atau sesuatu yang di

informasikan atau sesuatu yang dikomunikasikan dan disusun dalam

stuktur semantic”10 makna rujukan atau makna acuan terbentuk karena kata

7 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 108

Page 57: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

40

itu langsung merujuk benda, kejadian, atribut atau relasi tertentu yang

dapat dilihat, dibayangkan sedang terjadi makna referensial merupakan isi

informasi sesuatu yang diinformasikan .

Informasi implicit atau makna tertentu dibiarkan implicit karena

stuktur bahasa sumbernya. Hal demikian disebabkan oleh informasi itu

sudah tercakup di bagian lain teks itu atau karena informasi sudah dikenal

oleh situasi komunikasi itu, akan, tetapi, informasi itu harus tetap

disampaikan oleh penerjemah . Karena informasi itu bagian makna yang

ingin disampaikan oleh penulis asli. Dari pembahasan ini penulis

menemukan data sebagai berikut:

وأ , عظف ممري غلذ و أعقد مرقي فذل : ثالث لال اةلأسم اللحتال

.عجو مم ديذل

Artinya: Tidak halal meminta itu , kecuali bagi tiga orang : orang miskin

yang demikian papa, orang yang memikul hutang yang berat, atau yang

akan membayar tebusan darah.8

Pada terjemahan diatas mengandung makna implicit . Dalam Bsu kata yang

bergaris bawah Membayar tebusan darah itu tidak disebutkan . akan tetapi

penerjemah menyebutkan informasi implicit tersebut, walaupun diksi yang

dipilih “membayar denda”

8 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 121

Page 58: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

41

Terdapat juga dalam kalimat:

نمر و أساامھیدیي أ فا نتأر اممل س وھیل عي اهللال صيب النتتأ

ن أانبحتأ : ملس وھیل عي اهللال ص اهللالوسا رمھ لالقف : بھذ

ق حایأدف : القال: اتال؟ق ار نن مرا وأس ةا میلق امو یا ااهللام كروسی

امكیدیي أ فيذا الذھ

Artinya: Datang kepada Rosullah saw. Dua orang wanita yang memakai

gelang emas ditangannya. Maka bersabdallah Rasullah saw. Pada

mereka: “Apakah anda ingin dilibatkan Allah pada tangan anda pada hari

kiamat nanti gelang-gelang dari api neraka ? Tidak, “ujarnya. Kalau

begitu bayarlah zakat barang yang ditangan anda ini ! sabda Nabi .9

Pada makna diatas kata kalau begitu tidak terdapat pada konteks aslinya

(konteks sumber) tetapi pada pemaknaannya, kata tersebut muncul untuk

mempermudah pembaca dalam mengartikan maksud dari konteks tersebut

Inilah yang disebut dengan makna implicit yang terdapat dalam system

penerjemah. Kata sebenarnya tidak ada bisa muncul dalam bahasa sasaran

untuk lebih tampil komunikatif dengan pembaca.

9 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 39

Page 59: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

42

C. Analisis Keserasian Makna dalam Penerjemahaan Bab Zakat Buku

Terjemahaan Fiqh sunnah

Keserasian makna dalam penerjemahaan melibatkan proses

pemadaman dalam suatu konteks kalimat , keserasian ini dipengaruhi oleh

ketetapan pilihan kata. Ketetapan makna kata menurut seorang penulis atau

pembicara bahkan penerjemahadalah bagaimana mengetahui hubungan antara

bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Apakah bentuk yang dipilih sudah

cukup lengkap untuk mendukung maksud penulis ? demikian pula masalah

makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembaca untuk

mengikuti perkembagan makna tiap kata dari waktu ke waktu.

Dalam proses penerjemahan ada kata-kata yang perlu diterjemahkan

dan ada pula yang tidak perlu diterjemahkan . hal ini menuntut seorang

penerjemah menguasai dengan baik bahasa sumber dan bahasa sasaran .

Terkadang suatu kalimat pendek dalam Bsu setelah diterjemahkan menjadi

kalimat panjang dalam Bsa. Itu disebabkan oleh stuktur bahasa dan budaya

yang digunakan . Penulis memilih dua criteria pokok sebagai tema analisis

yaitu (a) tidak diterjemahkan dan (b) kerancuan menerjemahkan.

1. Tidak diterjemahkan

Penulis menemukan data , ada kata yang seharusnya diterjemahkan

tetapi penerjemah tidak melakukan hal tersebut. Seperti dalam kalimat

مھسفن أن مموق اليلاو مناو, ان للحت الةقد الصنا

Page 60: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

43

.حسن صحیح: وقال,والترمذي ,أبو داود, رواه أحمد

Artinya: Sesungguhnya zakat tidak halal bagi kami, dan

sesungguhnya maula dari sesuatu kaum termasuk golongan kaum itu

sendiri”

(Riwayat ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi yang menyatakan bahwa hadist

ini hasan lagi shahih).10

Kata موالي diterjemahkan apa adanya terasa kurang tepat, karena

tidak semua orang mengerti istilah ini, ada baiknya bila terjemahaan maula

diterjemahkan pemimpin. Oleh karena itu seorang penerjemah harus

mengetahui dan teliti dalam menerjemahkan agar tidak menimbulkan

kerancuan dalam membaca.

2. Kerancuan Menerjemahkan

Terjadinya kerancuan menerjemahkan salah satunya disebabkan

oleh kesalahan pemilihan kata. Seperti sebuah kata yang memiliki makna

leksikal atau makna kamus , tidak selalu tepat jika digabungkan dengan

konteks kalimat tertentu. Walaupun kamus merupakan sebuah buku

refernsi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa,

yang disusun secara alfabetis disertai keterangan menggunakan kata itu.

Tetapi belum tentu memuaskan pemakainnya. Selalu ada kata yang tidak

10 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 132

Page 61: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

44

terdapat dalam sebuahkamus, bahkan makna yang diberikan tidak sesuai

dengan yang diinginkan seperti balam kalimat:

مھرشب ف اهللالیب سيا فھنوقفن یال وةضفال وبھ الذنوزنك ینیذلاو

مھاھبا جھى بوكت فمنھ جارن يا فھیلي عمح یموی. میل اابذعب

.نوزنك تمتنا كاموقوذف, مكسفن المتزنا كامذ ھمھروھظ ومھبونجو

Artinya: dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak

menafkahkan pada jalan Allah, berilah mereka kabar gembira dengan

mendapat siksa yang pedih. Yakni di hari emas dan perak dipanaskan di

neraka jahannam kemudian di setrika ke kening, pinggang dan punggung

mereka “Inilah harta yang kamu simpan-simpan buat dirimu! Nah

rasailah hasil simpananmu itu!” .11

Perhatikanlah terjemahan diatas. Kata dan dalam satu kalimat

diulag hingga 3 (tiga kali), hal ini bertentangan dengan kaidah bahasa

indonesia yang baik dan benar, sebaiknya kata dan yang kedua diganti

menjadi serta atau kemudian agar pembaca tidak rancu dalam membaca

terjemahan ini , menurut penulis alangkah baiknya diganti menjadi “Dan

orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak

menafkahkannya pada jalan Allah,”

11 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 34

Page 62: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

45

D. Analisis Kalimat:

1. Kesepadanan dan kesesuaian

اس االنانملع ینملیي الا امھثع بملس وھیل عي اهللال ص اهللالوسر نأ

, ةطنحلا : ةعبأر ھذه االنمال اةقدصالو ذخأی الن أم ھرمأف , مھنیدرمأ

والطبرانیي, والحاكم, رواه الدار قطب. بیبلزو, رمالتو, ریعشالو

Artinya: “Bahwa Rasullah SAW. Mengutus mereka ke yaman buat

mengajari manusia soal agama. Mareka dititahnya agar tidak memungut

zakat kecuali dari empat macam ini : gandum, padi, kurma dan anggur

kering. 12

Kalimat dititahnya diatas tidak sesuai dengan ciri kesepadanan

kalimat. Kalimat tersebut masih sulit di pahami oleh pembaca menurut

penulis sebaiknya kata titah ini di ubah menjadi perintah : jadi

terjemahannya adalah Bahwa Rasullah SAW. Mengutus mereka ke yaman

buat mengajari manusia soal agama. Mareka diperintah agar tidak

memungut zakat kecuali dari empat macam ini

2. Koherensi yang baik dan kompak

رسلع ااءم الستقا سمیف

12 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 49

Page 63: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

46

Artinya: “Pada apa juga yang diairi dengan hujan, zakatnya

sepersepuluh”.13

Penulis melihat, kalimat diatas tidak memiliki kesesuian dan

susunan yang rancu , kata Pada apa juga yang diairi ini masih sulit

dimengerti atau tidak jelas maksunya. Oleh karena itu kejelian seorang

penerjemah haruslah baik agar tidak terkecoh pada kata-kata atau kalimat

yang sulit dipahami maka sebaiknya kalimat ini diubah menjadi tanaman

yang diairi dengan hujan, zakatnya sepersepuluh.

13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, Cet ke-1, h. 62

Page 64: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

47

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis dari beberapa aspek diksi yang dilakukan penulis pada bab zakat

terjemahan fiqh sunnah , memberi beberapa kesimpulan. Sebagai berikut.

1. dalam buku terjemahan fiqh sunnah yang diterjemahkan oleh mahyuddin

syaf masih dipengaruhi oleh struktur bahasa sumber, kata-kata yang dipilih

lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa pesantern dan lingkungannya,

sehinnga penggunaan kata ini mempengaruhi pada ketetapan diksi dalam

karya terjemahan fiqh sunnah ini. Dalam skripsi ini ketidak tepatan diksi

daolam karya mahyuddin Syaf terangkum dalam beberapa poin berikut ini:

a. makna khusus dan umum

b. makna denotative dan konotatif

c. makna referensial implicit.

2. diksi yang dgunakan dalam terjemahan ini masih kurang sesuai dengan

syarat-syarat dalam terjemahan ini masih kurang sesuai dengan syarat-

syarat ketetapan dan kesesuain diksi, ada beberapa kata ayang dipilih oleh

penerjemah tidak mewakili maksud penulis, ada tiga garis besar mengenai

diksi PERTAMA: pilihakan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata

Page 65: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

48

mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu ngagasan, bagaiman

membentuk penelompokan kata-kata yang tepat dan gaya yang paling baik

dalam situasi , KEDUA; Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan

membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin

disampaikan dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai

dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat

pendengar. KETIGA; pilahan kata atau diksi yang sesuai hanya mungkin

oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata bahasa itu.

Beberapa syarat ketetapan diksi yang tidak diperhatikan oleh penerjemah

yaitu:

a. membedakan secara cermat denotasi dan konotasi dalam hal ini

penulis menilai dadi kcermatan penerjemahan ada beberapa kalimat

yang mengandung kata denotative dan konotatif yang tidak sesuai

dalam penerjemahanya , sehingga ada kata yang ditulis oleh penulis

asli dengan menggunakan kata-kata denotative.

b. Mampu membedakan kata umum dan kata khusus begitu pula pada

bagian ini, terdapat diksi yang menggunakan kata khusus dan kata

umum. Padahal kata penulis asli merupakan cermein dari pikiran dan

gagasan yang harus dihormati pleh penerjemah keasliannya

Page 66: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

49

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas sara penulis sebagai berikut:

1. Seorang penerjemah haruslah memperhatikan srtuktur bahasa sumber dan

bahasa sasaran, untuk memudahkan dalam pengalihan pesan

2. Sebaiknya menjadi seorang penerjemah selalu mengikuti perkembangan

zaman bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa

3. Sebaiknya seorang penerjemah memenuhi dan melakukan syarat

ketetapan dan kesesuai diksi.

4. Sebaiknya para pelajar dipesantren diperhatikan kemampuan nya dalam

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

5. Seorang penerjemah sebaiknya memperkaya diri dengan kosa kata baik

bahasa sumber maupum bahasa sasaran.

6. Untuk memudahkan dalam pemilihan diksi, sebaiknya penerjemah harus

memperhatikan makan dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Page 67: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

50

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal, S amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan

tinggi ,(Jakarta: Akademika Pressindo,1995, 1995), Cet. Ket-1.

Arifin, Zaenal, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan

Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Cet. Ke-1.

Badudu, J. S, Inilah bahasa Indonesia Yang Benar III, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1994).

Burdah, Ibnu, Metode dan Wawasan Manerjemahkan Teks Arab, (Yogyakarta:

P.T. Tiara Wacana, 2004).

Catfrord, J.C., Alinguistik Theory of Translation, (London, Oxford Univercity

press, 1974) Fourth Impression.

Chaer, Abdul, Lingustik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta,2003). Cet, Ke-2.

Keraf, Gory, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000),

Cet. Ke-11.

Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguitik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1993), Cet. Ke-3.

Lubis, Ismail , Falsifikasi Terjemahaan Alquran Depag Edisis 1990,( Yogyakarta:

PT. Tiara Wacana, 2001), Cet. Ke-1.

Page 68: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2473/1/98279...Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

51

Machali, Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarata: PT. Grasindo, 2000),

Cet. Ke. 1.

Malibari, Akrom, Pokok-pokok Perkuliahan Stilistika:, Makalah, (Jakarta: UIN,

September 2003).

Nida, E.A dan Charles Taber, The Theory and Practice of Tranlation, (Leiden:

The United Bible Societis, 1974).

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, (Bandung. PT. Alma’arif,

1978), Cet ke-1.

Sahabddin, Teori dan praktek Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Fakultas

Pendidikan Bahasa arab dan seni, Universitas Pendidikan Indonesia,

2001).

Salim, Peter, dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:

Modern English Press, 2002) Cet. Ke-2.

Wiryadatama, A., Seni Menggayakan Kalimat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet.

Ke-5.

www.Al-Sofwa.com