Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika...
Transcript of Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika...
i
LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
IbM Untuk Sekolah Menengah Atas yang Bermasalah dalam Pencapaian Kompetensi Dasar Ujian Nasional
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor : 391/UN48.15/LPM/2014;
Tanggal 6 Maret 2014
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
November 2014
Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si NIDN 0011076503 Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si NIDN 0015126205
iii
RINGKASAN
Kegiatan pengabdian ini direncanakan berdasarkan temuan pelaksanaan peneliti Pemetaan
dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) tahun 2011 dan hasil kegiatan pengabdian
berupa Penerapan Model Pengembangan Mutu Pendidikan (PM-PMP) tahun 2012. Melalui
pnelitian PPMP tahun 2011 disimpulkan adanya sejumlah kompetensi dasar beberapa mata
pelajaran yang belum mencapai 60% pada Ujian Akhir Nasional di sekolah-sekolah mitra:
SMA 1 Melaya dan SMA 2 Negara. Salah satu hasil yang direkomendasikan melalui temuan
pelaksanaan PPMP adalah berupa model pengembangan mutu pendidikan. Model tersebut
diimplementasikan dan sekaligus disempurnakan berdasarkan kegiatan pengabdian PM-PMP
yang dilaksanakan pada tahun 2012. Salah satu hasil yang menggembirakan dari pelaksanaan
kegiatan pengabdian PM-PMP tahun 2012 adalah disepakatinya oleh dinas pendidikan dan
kepala-kepala sekolah mitra untuk melanjutkan kegiatan serupa di wilayahnya tentu dengan
kualitas yang lebih ditingkatkan. Kesepakatan tersebut didasarkan pada kesan guru-guru yang
terlibat dalam pelaksanaan pengabdian. Berdasarkan hal inilah kegiatan pengabdian berupa
bimbingan teknis terpadu bagi guru-guru, pengawas, dan kepala-kepala sekolah mitra
direncanakan untuk dilaksanakan. Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pengabdian
ini adalah terwujudnya peningkatan kemampuan guru-guru dalam mengelola pembelajaran di
kelas, kemampuan pengawas dan kepala-kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi bagi
pelaksanaan pembelajaran. Hal lain yang diharapkan untuk diperoleh melalui kegiatan
pengabdian ini adalah terwujudnya suasana akademik yang lebih kondusif di sekolah-sekolah
mitra. Tujuan-tujuan ini diharapkan terwujud melalui serangkaian kegiatan yang mendukung
pelaksanaan pendampingan terpadu kepada guru-guru, pengawas dan kepala sekolah, seperti:
workshop model pembelajaran inovatif dan assesmen autentik, supervisi dan pengawasan
pembelajaran berbasis pada kaji tindak pembelajaran; pendampingan pembelajaran,
pengawasan, dan supersivi.
iv
PRAKATA Sebagai insan berkeyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Pengasih, pertama-tama
saya menyampaikan puji dan syukur ke hadapan Nya karena merasa senantiasa dituntun
untuk mendapatkan rakhmatnya yang berlimpah. Terwujudnya laporan kemajuan ini juga
tidak dapat dipungkiri karena kasihNya. Mudah-mudahan penulis selalu dituntun untuk dapat
merasakan keagungan dan kemulyaanNya.
Kegiatan pengabdian ini adalah pengejawantahan salah satu tugas Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Kegiatan yang direncanakan berlangsung di sekolah ini, berujuan untuk memberikan
sumbangan kepada terselenggaranya proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Sasarannya
adalah guru-guru yang berkualitas. Khususnya sekali, sasaran dari kegiatan pengebdian ini
adalah guru-guru pemegang mata pelajaran yang di-UN-kan untuk dapat membelajarkan
mata ajarnya dengan kualitas yang baik. Inti kegiatannya adalah perbaikan proses
pembelajaran melalui keterbukaan untuk menerima kritik berdasarkan pengkajian tindak
pembelajaran yang berlangsung. Sifat keterbukaan ini penting dimiliki bagi setiap guru dalam
mengupayakan perbaikan kualitas dirinya ketika menyelenggarakan proses pembelajaran.
Apabila setiap pelaku pendidikan benar-benar telah memahami tindak yang seyogyanya
ditingkatkan kualitasnya, dan kemudian mempunyai kemauan yang tinggi untuk melakukan
perbaikan, niscaya peningkatan mutu pendidikan secara masif dapat dicapai. Itu berarti, kita
telah siap melahirkan generasi bangsa yang kompetitif di kancah persaingan global. Penulis
mempunyai keyakinan yang sama dengan kebanyakan orang bahwa perbaikan di bidang
pendidikan harus segera dilakukan ketika kita berharap bangsa ini menjadi pelopor, tidak
menjadi pengekor. Harapan penulis adalah bahwa kegiatan ini mendapat dukungan yang
sungguh-sungguh dari segenap pemangku pendidikan di wilayah dimana sekolah-sekolah
sasaran berada. Hanya dengan dukungan semua pihak yang terkait lah kegiatan ini benar-
benar memberi kebermanfaatan untuk bangsa ini.
Apabila setiap komponen ambil peran, tidak ada hasil yang tidak menggembirakan.
Singaraja, 10 November 2014 Tim Pelaksana Pengabdian
v
DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul i Halaman Pengesahan ii Ringkasan iii Prakata iv Daftar Isi v Daftar Tabel Vi Daftar Gambar dan Bagan Vii BAB I Pendahuluan 1 BAB II Target dan Luaran 5 BAB III Metode Pelaksanaan 6 3.1 Metode Pemecahan 10 3.2 Evaluasi Efektifitas pelaksanaan IbM 16 BAB IV Kelayakan PT 18 BAB V Hasil dan Pembahasan 21 BAB VI Kesimpulan dan Saran 34 Daftar Pustaka 35 Lampiran-Lampiran 36
vi
Daftar Tabel Halaman Tabel 01 Faktor-faktor Penyebab Belum Tercapainya 60% untuk
Beberapa Kompetensi Mata Pelajaran yang di-UN-kan 2 Tabel 02. Rencana Kegiatan untuk Menanggulangi Faktor-faktor Penyebab Belum
Tercapainya 60% 6 Tabel 03 Program dan Kegiatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik SMA 13 Tabel 04 Jumlah P2M yang Ditangani Unidksha dalam 3 Tahun Terakhir 20 Tabel 05 Detail Pelaksanaan Open Lesson Study Siklus I di SMAN 1 Melaya 25 Tabel 06 Detail Pelaksanaan Open Lesson Study Siklus I di SMAN 2 Negara 25
vii
Daftar Gambar dan Bagan Halaman Gambar 01. Peta Lokasi Pengabdian 1 Bagan 02. Alur pikir pelaksanaan model Bimbingan Teknis Terpadu
Berbasis Kaji Tindak-Pembelajaran 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
Perlu disampaikan bahwa Program IbM untuk kelompok guru matematika SMA ini
dilakukan berdasarkan penelitian PPMP tahun 2011 yang melahirkan suatu model
pengembangan mutu pendidikan, dan pelaksanaan kegiatan pengabdian PM-PMP 2012. Oleh
karena itu lokasi pengabdian ini ditentukan sesuai lokasi penelitian PPMP tahun 2011 dan
pengabdian PM-PMP tahun 2012 dilakukan. Dalam hal ini, mitra yang dipilih adalah dua
sekolah di Kabupaten Jembrna, yaitu SMA 1 Melaya dan SMA 2 Negara.
SMA Negeri 1 Melaya terletak sekitar 125 KM ke arah Barat dan SMA Negeri 2
Negara terletak sekitar 133 Km ke arah Barat dari LPPM Undiksha.
Dari Gambar 1., dapat dilihat bahwa kabupaten tempat pengabdian mempunyai batas-
batas wilayah sebagai berikut.
Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng;
Di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali;
Di sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia;
Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tabanan.
Adapun luas Kabupaten Jembrana adalah 841.80 km2 dengan jumlah penduduk lebih dari
350.000 jiwa. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar pada sektor pertanian dan
Lokasi pengabdian di Kab. Jembrana
Melaya
Ibu kota kabupaten
Kota kecamatan
Keterangan:
Lintasan menuju lokasi pengabdian
Gambar 01. Peta Lokasi Pengabdian
2
nelayan. Secara umum, kondisi ekonomi masyarakat seperti ini memerlukan dorongan yang
lebih kuat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dilihat dari letak geografisnya, dapat dilihat bahwa ibu kota Kabupaten Jembrana
berada cukup jauh dari Kota Singaraja dan Kota Denpasar, dimana kedua kota ini dikenal
sebagai pusat-pusat pendidikan di Bali. Melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa
perkembangan proses pendidikan tidak setinggi dinamika kabupaten-kabupaten lainnya
seperti Buleleng, Badung, Denpasar, Gianyar, Bangli, atau Kelungkung.
Memperhatikan kondisi ini, urgensi tentang upaya pemerataan peningkatan mutu
pendidikan menjadi tinggi, terutama sekali dalam hal pembekalan pengetahuan dan
keterampilan hidup siswa untuk dapat lebih produktif bagi masyarakatnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada dinas-dinas yang mengatasi urusan
pendidikan, dapat disampaikan bahwa sebagian program yang dirancang oleh kabupaten
lokasi pengabdian memang bersinggungan dengan program yang direncanakan pada program
pengabdian ini. Beberapa program yang dimaksud adalah:
1) peningkatan kualitas pendidikan melalui pendidikan lanjut untuk memenuhi
kualifikasi standar,
2) peningkatan kinerja kepala sekolah melalui penilaian kinerja kepala sekolah
3) peningkatan kemampuan penguasaan konten bagi guru melalui kegiatan MGMP
4) Peningkatan kualitas sekolah melalui program manajemen berbasis sekolah
(MBS)
5) Peningkatan kualitas guru melalui kegiatan lomba karya tulis ilmiah
Lebih jauh, berdasarkan hasil penelitian PPMP tahun 2011 (Suparta, dkk. 2011), dan
hasil identifikasi masalah saat melakukan kegiatan pengabdian PM-PMP 2012, dapat
disimpulkan bahwa sebagian sekolah masih belum optimal pencapian hasil akademiknya
terutama yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Permasalahan ini kemudian
ditinjau dari komponen-komponen standar pendidikan. Secara lebih detail, faktor-faktor
penyebab belum tercapainya penguasaan kompetensi untuk mata pelajaran yang di-UN-kan
berdasarkan standar pendidikan tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 01 Faktor-faktor Penyebab Belum Tercapainya 60% untuk Beberapa Kompetensi Mata Pelajaran yang di-UN-kan Standar Faktor Penyebab
Isi
Kurikulum sekolah belum dikembangkan sendiri; Kurang dilakukan analisis yang mendalam terhadap kurikulum sekolah:
seperti kesesuaian kompetensi dengan indikator; Penggunaan buku sumber sering tidak didahului oleh analisis kecocokan
3
Standar Faktor Penyebab buku;
Kurang melakukan analisis kepada kompetensi-kompetensi yang di-UN-kan;
Proses
Pembelajaran masih cendrung pada upaya penjejalan pengetahuan bukan pendalaman pengetahuan;
Pengawasan/supervisi dari kepala sekolah maupun dari pengawas masih berfokus pada wilayah administratif, belum secara optimal menyentuh proses/tugas-tugas real guru;
Hasil pengawasan/ supervisi tidak secara intens dikomunikasikan kepada individu-individu guru terkait untuk ditindaklanjuti oleh guru yang bersangkutan;
Pengawsan tidak berkelanjutan pada perbaikan-perbaikan yang disepakati; Masih banyak guru yang tidak membuat RPP untuk menuntun
pembelajarannya; Masih banyak guru dalam proses pembelajaran tidak mengacu pada RPP
yang dibuat; Tidak ada kegiatan evaluasi sejawat (peer evaluation) terhadap proses
pembelajaran real; Proses pembelajaran kurang diorientasikan kepada kepentingan siswa (tidak
pernah menyelenggarakan evaluasi guru oleh siswa); Pembelajaran masih cendrung pada upaya penjejalan pengetahuan bukan
pendalaman pengetahuan; Kurang melakukan tindak lanjut pada tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa; Pembelajaran remidi umumnya hanya dilakukan pada akhir semester dan
biasanya dilakukan dg memberikan tes-tes ulangan;
Standar Kompe tensi Lulusan
Kemampuan nalar sebagian siswa masih rendah Pemahaman konsep dan Kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang Pengalaman penalaran siswa masih rendah Pengalaman menyimak/mendalami bacaan masih kurang Kurang adanya kegiatan/aktivitas yang mengoptimalkan lingkungan Kemampuan awal siswa dalam berfikir kritis masih rendah Kurang adanya dorongan siswa untuk mengekplorasi sumber-sumber
belajar
Pendidik dan Tenaga Kependi dikan
Beberapa guru masih bermasalah dalam hal pemahaman materi untuk topik-topik tertentu;
Kurangnya pemahaman beberapa guru terhadap model/metode/strategi pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme
Belum optimalnya pemahaman serta keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran.
Sarana/ Prasarana
Kelengkapan alat-alat dalam laboratorium kurang memadai, sehingga tidak dapat mengoptimalkan kegiatan praktek;
Isi perpustakaan kurang memadai baik dari segi jenis maupun banyaknya buku/majalah pendidikan;
Sarana pembelajaran dalam kelas kurang memberikan dukungan pada kreativitas guru-guru melakukan pembelajaran;
Pengelola Belum secara optimal dilakukan evaluasi kinerja pendidik oleh kepala
4
Standar Faktor Penyebab an sekolah dan atau siswa.
Belum diprogramkannya kegiatan evaluasi dan pengembangan kurikulum sekolah;
Tidak ada kegiatan evaluasi sejawat (peer evaluation) terhadap proses pembelajaran real;
Kurang disediakan wadah bagi guru atau siswa untuk terdorong berkompetisi positif;
Standar Penilaian
rancangan kriteria penilaian pada silabus jarang diinformasikan kepada siswa;
guru hanya menggunakan asesmen tradisional (tes tertulis) dalam penilaian hasil belajar;
guru tidak memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran.
Standar Pembiayaan
sekolah kurang cukup dana untuk peningkatan profesionalisme pendidik; dana untuk pengadaaan peralatan dan bahan praktikum kurang memadai; kontribusi pemertintah daerah kabupaten dalam pendanaan operasional
pendidikan/pembelajaran kurang memadai.
5
BAB II
TARGET LUARAN
Dalam keseluruhan proses pendidikan, proses pembelajaran di kelas adalah yang
dominan menentukan kualitas hasil proses pendidikan. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa inti proses pendidikan adalah proses pembelajaran Pengabdian ini dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah-sekolah mitra. Sebagai
target kegiatan pengabdian IbM ini adalah pelaku pendidikan di sekolah-sekolah mitra, yaitu
guru-guru yang membelajarkan mata pelajaran yang di-UN-kan, para kepala sekolah, dan
para pengawas bidang study untuk sekolah-sekolah mitra. Luaran yang ditargetkan dari
pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut.
a. Model Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidk SMA Melalui Bimbingan Teknik
Terpadu yang telah diverifikasi.
b. Publikasi ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi.
c. Bukti peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMA sebagai akibat penerapan model
peningkatan yang diterapkan. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan pengembangan
perangkat pembelajaran dan keterampilan menyelenggarakan pembelajaran di kelas.
6
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Pada bagian sebelumnya, sudah disajikan faktor-faktor penyebab belum tercapainya
60% penguasaan kompetensi mata pelajaran matematika. Pada Tabel 2 berikut, diuraikan
rencana kegiatan (kolom ke-3) yang didasarkan pada faktor penyebab belum tercapainya 60%
penguasaan kompetensi tersebut, berdasarkan keterbatasan kemampuan pengabdian
(keterbatasan waktu, dana, fasilitas, serta kemampuan pelaksana).
Tabel 02. Rencana Kegiatan untuk Menanggulangi Faktor-faktor Penyebab Belum
Tercapainya 60% Standar Faktor Penyebab Rencana Kegiatan Isi Kurikulum sekolah belum dikembangkan sendiri;
Kurang dilakukan analisis yang mendalam terhadap kurikulum sekolah: seperti kesesuaian kompetensi dengan indikator;
Penggunaan buku sumber sering tidak didahului oleh analisis kecocokan buku;
Kurang melakukan analisis kepada kompetensi-kompetensi yang di-UN-kan;
Pendampingan dalam melakukan analisis kurikulum sekolah. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pendampingan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga relevansi pembelajaran dengan tuntutan kompetensi menjadi tinggi
Proses Pembelajaran masih cendrung pada upaya penjejalan pengetahuan bukan pendalaman pengetahuan;
Pengawasan/supervisi dari kepala sekolah maupun dari pengawas masih berfokus pada wilayah administratif, belum secara optimal menyentuh proses/tugas-tugas real guru;
Hasil pengawasan/ supervisi tidak secara intens dikomunikasikan kepada individu-individu guru terkait untuk ditindaklanjuti oleh guru yang bersangkutan;
Pengawsan tidak berkelanjutan pada perbaikan-perbaikan yang disepakati;
Masih banyak guru yang tidak membuat RPP untuk menuntun pembelajarannya;
Masih banyak guru dalam proses pembelajaran tidak mengacu pada RPP yang dibuat;
Tidak ada kegiatan evaluasi sejawat (peer evaluation) terhadap proses pembelajaran real;
Proses pembelajaran kurang diorientasikan kepada
Workshop atau diklat dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik mengenai penyelenggaraan pembelajaran yang menyenangkan. Pendampingan bagi guru dalam pembelajaran riil, bagi pengawas maupun kepala sekolah dalam kegiatan pengawsan/supervisi kinerja guru.
7
Standar Faktor Penyebab Rencana Kegiatan kepentingan siswa (tidak pernah menyelenggarakan evaluasi guru oleh siswa);
Pembelajaran masih cendrung pada upaya penjejalan pengetahuan bukan pendalaman pengetahuan;
Kurang melakukan tindak lanjut pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa;
Pembelajaran remidi umumnya hanya dilakukan pada akhir semester dan biasanya dilakukan dg memberikan tes-tes ulangan;
Standar Kompe tensi Lulusan
Kemampuan nalar sebagian siswa masih rendah Pemahaman konsep dan Kemampuan berpikir kritis
siswa masih kurang Pengalaman penalaran siswa masih rendah Pengalaman menyimak/mendalami bacaan masih
kurang Kurang adanya kegiatan/aktivitas yang
mengoptimalkan lingkungan Kemampuan awal siswa dalam berfikir kritis masih
rendah Kurang adanya dorongan siswa untuk
mengekplorasi sumber-sumber belajar
Guru harus lebih intensif melatih siswa dengan menggunakan metode mengajar yang bervariasi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Beberapa guru masih bermasalah dalam hal pemahaman materi untuk topik-topik tertentu;
Kurangnya pemahaman beberapa guru terhadap model/metode/strategi pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme
Belum optimalnya pemahaman serta keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran.
Dilakukan program pendalaman materi secara rutin, misalnya setiap bulan, melalui diklat-diklat. Dalam hal ini dapat dikakukan beriringan dengan kegiatan MGMP.
Sarana/ Prasara na
Kelengkapan alat-alat dalam laboratorium kurang memadai, sehingga tidak dapat mengoptimalkan kegiatan praktek;
Isi perpustakaan kurang memadai baik dari segi jenis maupun banyaknya buku/majalah pendidikan;
Sarana pembelajaran dalam kelas kurang memberikan dukungan pada kreativitas guru-guru melakukan pembelajaran;
Tidak mengusulkan kegiatan khusus untuk permasalahan ini
Pengelo laan
Belum secara optimal dilakukan evaluasi kinerja pendidik oleh kepala sekolah dan atau siswa.
Belum diprogramkannya kegiatan evaluasi dan pengembangan kurikulum sekolah;
Tidak ada kegiatan evaluasi sejawat (peer evaluation) terhadap proses pembelajaran real;
Kurang disediakan wadah bagi guru atau siswa untuk terdorong berkompetisi positif;
Perlu dilakukan pendampingan kepada kepala sekolah, pengawas, guru, untuk menyusun standar evaluasi guru oleh kepala sekolah atau siswa.
Standar Penilai
rancangan kriteria penilaian pada silabus jarang Perlu dilakukan diklat dan pendampingan
8
Standar Faktor Penyebab Rencana Kegiatan an diinformasikan kepada siswa;
guru hanya menggunakan asesmen tradisional (tes tertulis) dalam penilaian hasil belajar;
guru tidak memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran.
kepada kepala sekolah, pengawas, guru, untuk menyusun standar evaluasi guru oleh kepala sekolah atau siswa.
Standar Pembia yaan
sekolah kurang cukup dana untuk peningkatan profesionalisme pendidik;
dana untuk pengadaaan peralatan dan bahan praktikum kurang memadai;
kontribusi pemertintah daerah kabupaten dalam pendanaan operasional pendidikan/pembelajaran kurang memadai.
Tidak ada rencana khusus
Berdasarkan apa yang diuraikan sebelumnya, tampak bahwa pada masing-masing dari
kedelapan Standar Nasional Pendidikan masih muncul permasalahan berkaitan dengan belum
optimalnya penguasaan kompetensi siswa terhadap beberapa mata pelajaran. Idealnya,
pemecahan masalah pada masing-masing standar harus dicari solusinya. Akan tetapi,
keterbatasan kemampuan baik keterbatasan waktu, kemampuan, maupun dana, berimplikasi
pada kurang dapat ditanganinya beberapa permasalahan. Akan tetapi di atas keterbatasan-
keterbatasan tersebut pasti diupayakan suatu pemecahan yang seoptimal mungkin.
Dari keseluruhan penyelenggaraan proses pendidikan, proses pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang paling dominan dalam menentukan kualitas hasil belajar
siswa. Proses pembelajaran lah yang menentukan kualitas out put pendidikan. Dalam
penyelenggaraannya, proses pembelajaran sangat terkait dengan faktor-faktor lain yang
menunjang mutu dan keberhasilannya. Siapakah yang paling berperan dalam proses
pendidikan? Sepintas, dapat dipahami bahwa guru merupakan faktor determinan bagi
terselenggaranya proses pembelajaran yang bermutu. Jika proses pembelajaran diandaikan
sebuah perjalanan kereta, maka guru adalah saisnya kereta.
Tentu, guru tidak dapat bekerja sendirian dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran. Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan baik, komponen-
komponen lain mempunyai peran sendiri-sendiri yang penting. Pengawas dan kepala sekolah
juga mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendongkrak hasil belajar siswa melalui
pengawasan, supervisi, dan pengelolaan, sehingga tercipta atmosfir belajar yang
kondusif/menyenangkan. Sarana prasarana, kurikulum/silabus, dan penilaian pendidikan
adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, hal-hal ini juga menjadi
perhatian sangat penting dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Jadi, perbaikan proses
9
pembelajaran secara langsung akan berarti pula peningkatan kompetensi guru, pengawas,
kepala sekolah, dan termasuk peningkatan kuantitas serta kualitas sarana atau perangkat
pembelajaran. Berlandaskan pada pemikiran inilah, pemfokusan kepada peningkatan kualitas
penyelenggaraan proses pembelajaran dalam upaya mengatasi belum optimalnya penguasaan
kompetensi beberapa mata pelajaran menjadi sangat rasional dan esensial. Jadi, dengan
berorientasi pada penanganan masalah untuk faktor-faktor yang muncul pada proses
pembelajaran (standar proses), dengan sendirinya berarti pula terjadi penanganan masalah
yang muncul dari faktor-faktor pada standar pendidikan lainnya.
Berangkat dari rasional ini, permasalahan-permasalahan yang akan diatasi
dipriorotaskan melalui kegiatan pengabdian ini adalah sebagai berikut.
(1) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik (Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas),
dalam hal penguasaan substansi (materi pembelajaran);
(2) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran (Standar Proses dan
Standar Penilaian);
(3) Peningkatan kualitas supervisi akademik berbasis proses pembelajaran di kelas;
dan
(4) Peningkatan kualitas manajemen sekolah.
Bertolak dari asumsi ini, model peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan
yang direncanakan untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah yang dijadikan mitra adalah berupa
bimbingan teknik terpadu bagi tenaga pendidik SMA berbasis kaji-tindak pembelajaran
Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksudkan tenaga pendidik SMA dalam hal ini terdiri
dari guru SMA, kepala sekolah SMA, dan pengawas SMA dari sekolah-sekolah mitra.
Sedangkan bimbingan teknik terpadu berbasis kaji-tindak pembelajaran yang dimaksudkan
adalah suatu model peningkatan mutu pendidikan melalui kajian pembelajaran riil di kelas
yang dilakukan secara kolaboratif-kolegial dan berlangsung secara berkelanjutan. Artinya
bahwa pengkajian terhadap pembelajaran oleh guru-kepala sekolah-pengawas (dan sewaktu-
waktu dengan dosen sebagai pendamping) dilakukan terintegrasi pada pelaksanaan proses
pembelajaran rill dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas. Model ini
menyarankan dilakukannya pengkajian berdasarkan proses pembelajaran riil, bukan berbasis
formal (theory-based study). Model ini menjadikan munculnya rasa tanggung jawab dari
masing-masing komponen (guru-kepala sekolah-pengawas) terhadap mutu penyelenggaraan
10
proses pembelajaran khususnya dan mutu penyelenggaraan pendidikan umumnya. Dengan
demikian, sekolah benar-benar akan menjadi suatu komunitas belajar yang kondusif.
Program-program yang akan dilaksanakan dalam Peningkatan Kompetensi Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas SMA Melalui Bimbingan Teknik Terintegrasi Berbasis Kaji
Tindak Pembelajaran adalah sebagai berikut:
(1) Peningkatan penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogi dan kompetensi
professional.
(2) Peningkatan penguasaan kepala sekolah terhadap pengetahuan dan keterampilan
manajemen sekolah dan supervisi.
(3) Peningkatan penguasaan pengawas terhadap pengetahuan pedagogi, professional,
dan keterampilan supervisi.
(4) Peningkatan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru.
(5) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di kelas.
3.1 Metode Pemecahan Masalah
Secara garis besar, metode yang akan diterapkan untuk memperoleh hasil di atas
adalah: Pendidikan dan latihan (Diklat), workshop, kaji-tindak pembelajaran. Diklat
ditujukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam kompetensi pedagogi dan profesional;
dan meningkatkan pengetahuan manajemen sekolah dan supervisi. Workshop-workshop
ditujukan untuk peningkatan produktivitas guru dan pengawas dalam hal penyediaan sarana
pembelajaran (perangkat atau media pembelajaran) yang berkualitas. Kelanjutan dan
kegiatan-kegiatan ini adalah pendampingan oleh dosen-dosen (pakar) terkait kepada guru,
pengawas, atau kepala sekolah dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini akan
terjadi diskusi yang fokus pada kajian pembelajaran dan tindakan lanjutan dari hasil kajian
tersebut (kaji-tindak pembelajaran terpadu).
(1) Diklat Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik
Peserta Diklat
Peserta dari pelatihan ini adalah guru-guru mata pelajaran matematika, kepala sekolah,
dan pengawas SMA-SMA yang menjadi tempat pengabdian. Kegiatannya akan
melibatkan 36 guru, 2 kepala sekolah, dan 2 Pengawas SMA: SMA Negeri 1 Melaya dan
SMA Negeri 2 Negara.
Materi Diklat
11
Materi diklat terdiri atas (1) Kebijakan Dinas Pendidikan dalam peningkatan mutu
pendidikan, (2) teori-teori belajar, model pembelajaran inovatif, asesmen otentik, dan
pengembangan media; (3) manajemen kepala sekolah, (4) konsep dan teknik supervisi
akademik.
Nara Sumber Diklat
Nara sumber diklat terdiri atas: (1) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga untuk
materi kebijakan peningkatan mutu pendidikan, (2) Tim pelaksana pengabdian untuk
mata pelajaran yang di-UN-kan serta pakar bidang pembelajaran dan asesmen.
(2) Workshop Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Kegiatan Diklat akan dilanjutkan dengan kegitan workshop pengembangan perangkat
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk lebih mempengalamkan guru-guru untuk
mengembangkan perangkat-perangkat pembelajaran, seperti RPP, bahan ajar (handout),
Lembar Kerja Siswa (LKS), atau instrumen-instrumen penilaian.
(3) Kaji Tindak Pembelajaran
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan Diklat atau workshop
selanjutnya diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran riil di kelas. Dalam konteks ini,
kegiatan pembelajaran akan merupakan objek kajian bersama secara padu antara guru,
kepala sekolah, dan pengawas. Hasil dari kajian yang terintegrasi tersebut, ditindak lanjuti
dalam pembelajaran berikutnya. Model kaji-tindak pembelajaran dimodifikasi dari model
Kemmis (dalam McNiff, 1992) yang terdiri atas fase-fase Perencanaan (plan), Tindakan
(act), Pengamatan dan evaluasi (Obeserve/evaluate), dan Refleksi (Reflect).
Tahap Perencanaan (Plan)
Pada tahap ini, perencanaan pembelajaran diwujudkan dalam workshop pengembangan
perangkat pembelajaran yang meliputi pengembangan RPP, media atau bahan ajar,
perangkat penilaian autentik, dan perangkat supervisi akademik. Masing-masing guru
mata pelajaran yang di-UN-kan menyusun RPP dan perangkat pembelajaran lainnya
untuk dicobakan di kelas dalam dua siklus tindakan.
Tahap Tindakan (Act)
Pada tahap tindakan, masing-masing guru mata pelajaran menerapkan RPP yang telah
dikembangkan untuk pemebelajaran di kelas sesuai dengan jadwal mata pelajaran itu di
sekolah masing-masing. Pelaksanaan pembelajaran ini diobservasi oleh pengawas dan
kinerja guru dinilai oleh kepala sekolah. Kegiatan ini juga didampingi oleh tim
pengabdian PT.
Tahap Observasi/Evaluasi (Observe/Evaluate)
12
Untuk melihat keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata
pelajaran pada tahap tindakan dilakukan observasi dan evaluasi pembelajaran. Observasi
dilakukan oleh pengawas atau guru sebidang yang sekali waktu juga disupervisi oleh
kepala sekolah, dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik supervisi akademik yang
telah dirancang dalam workshop. Bersamaan dengan itu, kepala sekolah juga melakukan
penilaian kinerja pembelajaran guru menggunakan perangkat asesmen yang telah
dirancang dalam workshop. Observasi dan penilaian tindakan pembelajaran guru juga
dilakukan oleh tim pengabdian PT.
Tahap Refleksi (Reflect)
Refleksi pada setiap akhir pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh guru atau bersama
teman sejawatnya berdasarkan catatan/rekaman pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan. Rekaman pelaksanaan pembelajaran ini dibuat berdasarkan padoman
perekaman yang dikembangkan pada saat workshop. Selain refleksi rutin yang dilakukan
guru secara mandiri atau dengan sejawatnya, pada setiap akhir pelaksanaan siklus, guru,
kepala sekolah, pengawas dan tim pengabdian PT berkumpul untuk melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Diskusi dimulai dari
penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktekkan pembelajaran, dengan
menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses
pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang
dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat
menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan
saran-sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam
diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan
atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun
memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. Dari hasil refleksi
dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna
perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun
menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang
disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal
bagi para guru dan pengawas, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer
untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial,
dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai kepala sekolah akan memperoleh
13
sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen
pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Bagi pengawas kegiatan ini sekaligus dapat
menambah wawasannya tentang teknik-teknik supervisi pembelajaran dan
mempraktikannya dalam kelas.
Hasil refleksi dan evaluasi pembelajaran dari setiap siklus digunakan oleh guru untuk
memperbaiki rencana pembelajaran pada siklus berikutnya. Selanjutnya tahap-tahap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran
pada siklus sebelumnya. Secara singkat program-program dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada Penerapan Model Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik SMA Melalui
Bimbingan Teknik Terpadu Berbasis Kaji-Tindak Pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 03
berikut.
Tabel 03 Program dan Kegiatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik SMA Diklat dan Kaji
Tindak Pembelajaran
Program Kegiatan Peserta Waktu Pelaksanaan
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Pemantapan Penguasaan Guru terhadap kompetensi pedagogik dan kompetensi professional.
1. Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan kompetensi pedagogik dan professional.
Guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan
Akhir Maret s/d awal April
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan manajemen Kepala Sekolah
1. Pendidikan dan Pelatihan Majamenen Sekolah
2. FGD praktik manajemen sekolah.
Para kepala sekolah mitra
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Supervisi Pengawas
1. Pendidikan dan pelatihan teknik supervise Akademik
2. Workshop. perencanaan Supervisi Akademik
Para pengawas bidang studi mata pelajaran yang di-UN-kan atau pengawas sekolah
Kaji Tindak Pembelajaran
Perencanaan Pengembangan 1. Workshop Guru-guru mata Akhir Maret
14
dan Peningkatan kualitas Perangkat Pembelajaran
pengembangan perangkat pembelajaran meliputi: RPP, Bahan Ajar, Media Pembelajaran, dan Perangkat Asesmen.
2. Peer Teaching Penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat lainnya.
pelajaran yang di-Unkan dari sekolah mitra.
s/d Awal April
(1) (2) (3) (4) (5) Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
Peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
1. Penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya di kelas oleh masing-masing guru mata pelajaran yang di-UNkan.
Guru-guru mata pelajaran yang di-UNkan.
April s/d Juni
Observasi, refleksi dan evaluasi
Peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2. Supervisi pembelajaran oleh Supervisor dan kepala sekolah.
3. Diskusi refleksi dan evaluasi pembelajaran bersama guru, pengawas, dan pendamping.
1. Guru-guru mata pelajaran yang di-UNkan.
2. Pengawas mata pelajaran/ pengawas sekolah.
3. Tim Pendapingan (PT).
April s/d Juni (dilakukan saat pembelajaran berlangsung)
15
Evaluasi Efektivitas Model Bimbingan Teknik Pengembangan Kompeteni Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Terintegrasi di SMA Kabuten Jembrana
1. Focus Group Discussion yang diikuti oleh Guru Mata Pelajaran yang di-UNkan, Kepala Sekolah, Pengawas, Pendamping, dan perwakilan siswa.
1. Pelaksana Pengabdian
2. Kepala Sekolah
3. Pengawas 4. Guru Mata
Pelajaran yang di-UN-kan
5. Perwakilan siswa.
Juli
Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
Peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
1. Penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya di kelas oleh masing-masing guru mata pelajaran yang di-UNkan.
Guru-guru mata pelajaran yang di-UNkan.
Observasi, refleksi dan evaluasi
Peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2. Supervisi pembelajaran oleh Supervisor dan kepala sekolah.
3. Diskusi refleksi dan evaluasi pembelajaran bersama guru, pengawas, dan pendamping.
1. Guru-guru mata pelajaran yang di-UNkan.
2. Pengawas mata pelajaran/pengawas sekolah.
3. Tim Pendapingan (PT).
Evaluasi Efektivitas Model Bimbingan Teknik
4. Focus Group Discussion yang diikuti oleh Guru
2. Pelaksana Pengabdian (PT)
3. Kepala Sekolah 4. Pengawas
16
Pengembangan Kompeteni Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Terintegrasi di SMA Kabuten Buleleng dan Jembrana
Mata Pelajaran yang di-UNkan, Kepala Sekolah, Pengawas, Pendamping, dan perwakilan siswa.
5. Guru Mata Pelajaran Matematika
6. Perwakilan siswa.
3.2 Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan IbM
Untuk mengetahui keefektivan model Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik
SMA Melalui Bimbingan Teknik Terpadu Berbasis Kaji-Tindak Pembelajaran, dilakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan diklat, workshop dan tindakan pembelajaran di kelas.
Evaluasi Efektivitas Diklat dan Workshop
Evaluasi efektivitas diklat dilakukan dengan memperhatikan peningkatan keterampilan
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan respons peserta diklat.
Peningkatan keterampilan pengembangan RPP dilihat dari kualitas RPP yang disusun
sebelum diklat dan setelah mengikuti diklat. Peningkatan keterampilan ini diukur melalui
gain score dengan rumus 푔̅ = ̅ ̅ , dimana 푦menyatakan skor rata-rata sesudah perlakukan
(diklat), 푥̅menyatakan skor rata-rata sebelum perlakuan (diklat), dan M skor ideal. Ada
peningkatan yang signifikan apabila nilai 푔̅lebih dari atau sama dengan 0.50. Sedangkan
respons guru juga dijadikan sebagai acuan menilai keberhasilan dilkal. Respons guru ini
ditetapkan berdasarkan angket singkat yang diberikan kepada guru-guru yang mengikuti
diklat. Ada tiga pertanyaan dasar yang digunakan untuk melakukan wawancara kepada guru-
guru tersebut, diantaranya adalah: (1) Apakah materi diklat ini bermanfaat bagi Bapak/Ibu?
(2) Apakah Bapak/Ibu merasakan mendapatkan pengetahuan lebih dari pada sebelumnya
mengenai pembelajaran? (3) Apakah kegiatan ini bermanfaat bagi Bapak/Ibu? Respons guru-
guru dikategorisasikan menjadi lima kontinum: 1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk kurang
setuju, 3 ragu-ragu, 4 untuk setuju, dan 5 untuk respons sangat setuju. Angket ini juga diberi
ruang kosong untuk mendapatkan pendapat tambahan yang ingin disampaikan responden
berkaitan dengan penyelenggaraan diklat. Pelaksanaan diklat dikatakan efektif berdasarkan
respons guru jika respons sekurang-kurang “setuju” diberikan oleh paling tidak 75 persen
peserta.
17
Evaluasi Kefektivan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian proses
pembelajaran yang dimodifikasi dari lembar penilaian Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
(PLPG). Konversi skor ke kategori kualitas menggunakan pedoman konversi sebagai berikut.
(Pedoman Studi Undiksha, 2008)
Kriteria keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran (tindakan) adalah bila 75% guru
mencapai skor pelaksanaan pembelajaran dalam kategori baik sampai sangat baik.
Skor Pelaksanaan
Pembelajaran
Kategori
kualitas
85-100 Sangat Baik
70- 84 Baik
55-69 Cukup
40-54 Kurang
0-39 Sangat Kurang
18
BAB IV
KELAYAKAN PT
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha
(Undiksha), merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Undiksha yang diberi tugas untuk
mengkoordinasikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya
LPM Undiksha menetapkan beberapa bidang garapan yaitu:
(1) Pengabdian dan pendampingan dalam bidang pendidikan persekolahan
(2) Pengabdian dan pendampingan dalam bidang pendidikan masyarakan
(3) Pengabdian dan pendampingan dalam bidang pengembangan sumber daya
(4) Pengabdian dan pendampingan dalam bidang industry dan kewirausahaan
(5) Pelaksanaan KKN dan KKL bagi mahasiswa
(6) Pendampingan dan Penerapan Ipteks.
Dilihat dari bidang garapan/bentuk kegiatan yang terakumulasi dalam kegiatan P2M
ini dapat dijabarkan beberapa kegiatan, yaitu:
1) Pendidikan kepada masyarakat. Kegiatan pendidikan kepada masyarakat ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia, melalui pendidikan luar
sekolah. Bentuk-bentuk kegiatannya, berupa : pendidikan keluarga, kursus-kursus,
lokakarya, penyuluhan, latihan, bimbingan kerja, proyek percontohan, kelompok
belajar, Pendidikan Keaksaraan dasar dan Usaha Mandiri, dan lain-lain.
2) Pelayanan kepada Masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat adalah pemberian
layanan oleh Undiksha secara profesional kepada masyarakat yang memerlukan.
Pelayanan yang diberikan dapat berbentuk: perencanaan kota, studi kelayakan,
pelayanan kesehatan, bimbingan, dan penyuluhan pertanian dalam arti luas, pelayanan
manajemen, bantuan hukum, pelayanan teknologi dan komunikasi pendidikan,
konsultasi berbagai disiplin ilmu yang dimiliki Undiksha.
3) Penerapan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni serta Hasil-hasil Penelitian.
Penerapan IPTEKS dan hasil penelitian dapat berupa: teknologi tepat guna, penerapan
hasil-hasil penelitian, penerapan berbagai ilmu terapan dan sebagainya. Program-
program Penerapan Ipteks diwujudkan dalam bentuk Iptek bagi Wilayah (IbW), Iptek
bagi Masyarakat (IbM), Iptek bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK), Iptek
bagi Kewirausahaan (IbK), dan Iptek bagi Produk Eksport (IbPE).
19
4) Pengembangan Wilayah secara Terpadu. Lembaga pengabdian kepada masyarakat
Undiksha, dalam mewujudkan kegiatan ini menetapkan desa binaan sebagai sentra
aktivitas. Bekerja sama dengan Pemkab setempat yang ada di Bali, ditetapkan
beberapa desa untuk menjadi binaan dalam kurun waktu yang tidak terbatas.
Pembinaan dilakukan secara interdisipliner dengan harapan bisa menyentuh semua
aspek kehidupan masyarakat.
5) Kuliah Kerja Nyata. Kuliah Kerja Nyata merupakan salah satu kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang bersifat interdisipliner yang melibatkan sejumlah mahasiswa,
dibawah bimbingan dosen pembimbing. Untuk pelaksanaan KKN telah diatur dalam
buku pedoman tersendiri.
6) Alih Teknologi. Alih teknologi merupakan kelanjutan pengembangan hasil-hasil
penelitian di perguruan tinggi yang tidak hanya sebagai proses teknologi saja, tetapi
merupakan perpaduan proses ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Teknologi yang
dipilih harus langsung dapat dimanfaatkan dan dinikmati masyarakat serta mampu
menciptakan kegiatan yang selaras dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang
bersangkutan.
7) Kaji Tindak. Kaji tindak merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat
dengan cara melaksanakan kegiatan (action) yang mampu memecahkan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan dan
pendekatan baru serta memecahkan masalah dengan penerapan langsung gagasan-
gagasan terhadap masalah-masalah aktual dalam masyarakat atau di dunia usaha.
8) Program Entrepreneurship (Kewirausahaan). Program ini khusus bagi mahasiswa
jurusan D-3 non-kependidikan di lingkungan Undiksha. Program ini bertujuan untuk
memberikan pengalaman belajar (teori dan praktek) sesuai bidang keilmuan atau
profesi dengan cara langsung terjun ke lapangan pada dunia usaha dan industri,
sehingga memiliki wawasan yang memadai dalam bidang kewirausahaan sesuai
bidang ilmunya.
Dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, secara rutin LPM Undiksha
melaksanakan P2M yang didanai dari DIPA Undiksha dengan jumlah judul rata-rata 50-100
judul tiap tahun. Pelaksanaan P2M dilakukan oleh dosen-dosen Undiksha melalui mekanisme
kompetisi. Di samping program-program P2M yang didanai oleh DIPA Undiksha, sejak
tahun 2009 Undiksha secara rutin juga melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang
didanai dari Dit-litabmas Dikti. Saat ini LPM Undiskha berhasil memenangkan 12 hibah
monotahun (IbM), 9 hibah multitahun yang terdiri dari 4 IbW, 1 IbK, 3 IbIKK, dan 1 hibah
20
Hi-LINK. LPM Undiksha juga memenangkan hibah KKN-PM. Jumlah P2M yang
dilaksanakan LPM Undiksha dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 04.
Tabel 04 Jumlah P2M yang Ditangani Unidksha dalam 3 Tahun Terakhir
No. Sumber Pembiayaan Kegiatan P2M
tahun jumlah 2010 2011 2012
1 Pembiayaan sendiri oleh dosen - - - 2 PT yang bersangkutan 68 80 85 233 3 Kemdiknas/Kementerian lain
terkait 8 15 31 54
5 Institusi di luar kemendiknas 3 - - 3 Total 79 95 116 290
Di samping P2M yang didanai dari DIPA Undiksha dan DIPA DIKTI, LPM Undiksha juga
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang didanai dari kerjasama dengan
pemerintah kabupaten dan propinsi sebagai contoh program keaksaraan dasar dan Keaksaraan
Usaha Madndiri (KUM), Kajian Pemekaran Kecamatan, dan Posdaya.
Dilihat dari bidang garapan dan cakupan kegiatan serta hibah-hibah kompetisi yang
berhasil dimenangkan, menunjukkan LPM Undiksha sangat berpengalaman dalam
penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, LPM Undiksha
sangat layak untuk melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan di sekolah-sekolah mitra di Kabupaten Jembrana. Di samping itu kelayakan
juga didukung oleh tugas utama Undiksha yakni menghasilkan SDM dalam bidang
pendidikan.
21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlu disampaikan kembali bahwa model yang diterapkan pada pengabdian ini adalah
berupa bimbingan teknis terintegrasi yang berbasis pada kaji-tindak pembelajaran riil di kelas
dengan tahapan-tahapan kegiatan:
a) Diklat/workshop yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan tenaga
pendidik (guru, kepala sekolah, dan pengawas) dalam menyelenggarakan tugas dan kewajiban
utamanya. Selebihnya, akhir dari kegiatan ini mengharapkan dihasilkannya produk berupaka
perangkat-perangkat yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dari tenaga pendidik yang
bersangkutan.
b) Bimbingan teknik terpadu berbasis kaji tindak-pembelajaran. Bimbingan teknis terpadu
dimaksudkan sebagai kegiatan pembimbingan/pendampingan oleh dosen yang relevan kepada
guru-guru, kepala-kepala sekolah, dan para pengawas secara terpadu dalam rangka
melakukan tugas-tugas utamanya terkait dengan kegiatan riil pembelajaran di kelas. Melalui
pelaksanaan bimbingan ini pengetahuan serta keterampilan nyata para tenaga pendidik yang
bersangkutan dapat secara riil memberikan makna kepada peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Sedangkan yang dimaksudkan dengan berbasis kaji tindak pembelajaran adalah
bahwa proses pembimbingan kepada tenaga pendidik benar-benar berjalan berdasarkan
kepada fakta-fakta yang muncul dari suatu proses pembelajaran rill di kelas. Bagan 02 berikut
adalah bagan alur pelaksanaan model pembinaan yang terintegrasi berbasiskan pada kaji-
tindak pembelajaran riil untuk melahirkan tenaga pendidik dengan kompetensi memadai
untuk melakukan tugas-tugasnya.
22
5.1 Hasil Pelaksanaan Diklat dan Workshop
Untuk mengikuti pelaksaan diklat dan workshop, guru-guru mengumpulkan salah satu
RPP biasanya mereka buat untuk kegiatan pembelajaran. RPP yang dikumpulkan mereka
dievaluasi menggunakan lembar evaluasi RPP yang biasanya digunakan sebagai penilaian
RPP diklat guru-guru dalam jabatan saat pelaksanaan PLPG. Lembar evaluasi tersebut terdiri
dari 8 komponen yang menyangkut: kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan
materi pembelajaran, pengorganisasian materi pembelajaran, pemilihan sumber/media
pembelajaran, kejelasan skenario pembelajaran, kesesuaian teknik dengan tujuan
pembelajaran, dan kelengkapan instrumen evaluasi. Skor maksimum dari lembar penilaian ini
adalah 40,00. Dari 23 RPP yang dikupulkan, diperoleh rata-rata skor penilaian RPP sebesar
29,15.
Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang kemudian dilanjutkan dengan workshop
penyusunan perangkat pembelajaran, para guru kemudian memproduksi minimal satu RPP
yang sekaligus digunakan sebagai perangkat pembelajaran riilnya di sekolah masing-masing.
RPP yang mereka hasilkan dievaluasi kembali menggunakan lembar evaluasi RPP yang
Tenaga Pendidik Diklat/
Workshop
Tenaga Pendidik dengan tambahan pengetahuan dan keterampilan teoretik memadai
Bimbingan/Pendampingan Teknis berbasis kaji tindak-pembelajaran
Tenaga Pendidik dengan pengetahuan dan keterampilan teoretik dan praktis yang memadai
Bagan 02. Alur pikir pelaksanaan model Bimbingan Teknis Terpadu Berbasis Kaji Tindak-Pembelajaran
23
digunakan sebelumnya. Rata-rata skor untuk penilaian RPP ini adalah 35,28. Jadi dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan penyusunan RPP guru-guru dapat ditingkatkan
melalui pelaksanaan diklat atau workshop.
Menggunakan data rata-rata skor di atas diperoleh gain skor nya adalah
푔̅ = , ,, ,
= ,,
= 0,51.
Jika dibandingkan dengan kriteria penggolongan tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan
diklat dan workshop bagi guru-guru, disimpulkan bahwa workshop peningkatan kompetensi
professional guru berkategori meningkat signifikan.
Sedangkan data yang diperoleh melalui angket yang diberikan kepada guru-guru, kepala
sekolah dan pengawas peserta diklat didapatkan bahwa dari 40 peserta, peserta diklat yang
memberi skor sekurang-kurangnya 4 adalah: sebanyak 40 orang untuk pertanyaan “Apakah
materi diklat ini bermanfaat bagi Bapak/Ibu?”; sebanyak 38 orang untuk pertanyaan “Apakah
Bapak/Ibu merasakan mendapatkan pengetahuan lebih dari pada sebelumnya mengenai
pembelajaran?”, dan 38 orang untuk pertanyaan “Apakah kegiatan ini bermanfaat bagi
Bapak/Ibu?”. Jadi, lebih dari 75 persen peserta diklat memberikan respons setuju untuk ketiga
pertanyaan di atas.
Selain kebermanfaatan dalam hal pengembangan perangkat pembelajaran seperti RPP di atas,
kebermanfaatan workshop juga tampak dalam hal penyegaran semangat kerja guru-guru. Dari
komentar beberapa guru pada saat akhir kegiatan pelaksanaan workshop, diperoleh bahwa
mereka menginginkan kegiatan sejenis yang dirasakan paling tidak dapat menyegarkan
pengetahuan serta keterampilannya dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Hal ini
didukung oleh tanggapan, jawaban atau respons yang diberikan guru-guru melalui angket
yang diberikan kepada mereka. Guru-guru yang mengikuti pelaksanaan diklat dan workshop
ini, rata-rata menyatakan bahwa kemampuan dan kepercayaan mereka menjadi lebih tinggi
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran di kelas setelah mengikuti workshop. Hal ini
24
karena mereka mendapatkan alasan-alasan yang logis untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran, disamping sejumlah keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan.
Sebagai kelanjutan kegiatan workshop adalah pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan menggunakan konsep kaji tindak pembelajaran (lesson study). Pengkajian
pembelajaran dilakukan setelah beberapa guru model melakukan pembelajaran berdasarkan
konsep kaji tindak pembelajaran. Bimbingan teknis dilakukan kepada guru-guru yang akan
menjadi guru model dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memantapkan persiapan
guru-guru model dalam melakukan proses pembelajaran. Bimbingan teknis ada yang
berlangsung secara tidak langsung melalui komunikasi bermedia telphon atau email, dan ada
juga yang berlangsung melalui diskusi langsung. Pendampingan kepada para pengawas dan
kepala sekolah juga dilakukan untuk memantapkan pelaksanaan pengkajian proses
pembelajaran oleh guru model.
Penyelenggaraan pembelajaran berpola kaji-tindak pembelajaran ada yang dilakukan
dengan pendamping guru pengawas atau kepala sekolah, dan ada juga yang sekaligus
didampingi dosen-dosen pendamping dari Undiksha. Pelaksanaan open lesson dilakukan
dalam untuk enam pembelajaran: tiga pembelajaran di SMAN 1 Melaya dan tiga lainnya
dilaksanakan di SMA 2 Negara. Yang ditampilkan sebagai guru model untuk di SMAN 1
Negara adalah guru-guru untuk mata pelajaran Matematika, Sejarah, dan Bahasa Inggris.
Sedang kan yang dijadikan guru model untuk pelaksanaan open lesson di SMAN 2 Negara
adalah untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan untuk mata pelajaran Geografi.
Tabel berikut menggambarkan kegiatan open lesson study di SMAN 1 Melaya (siklus I)
25
Tabel 05 Detail Pelaksanaan Open Lesson Study Siklus I di SMAN 1 Melaya
No. Guru Model Mata
Pelajaran
Materi Pembelajaran Tempat
Pelaksanaan
1. I Nengah Juliawan, S.Pd Matematika Pengertian fungsi SMA 1 Melaya
2. Drs. I Made
Sumantrayasa, M.Pd
Bahasa
Indonesia
Menjadi warga negara
yang baik
SMA 1 Melaya
3. Drs. I Nengah Subawa Sejarah Perlawanan bangsa
Indonesia terhadap
penjajah
SMA 1 Melaya
Pelaksanaan berikutnya, yaitu pelaksanaan untuk siklus II, dilakukan di SMAN 2 Negara.
Rincian pelaksanaan open lesson study siklus II disajikan secara detail pada Tabel 04 berikut.
Tabel 06 Detail Pelaksanaan Open Lesson Study Siklus II di SMAN 2 Negara
No. Guru Model Mata Pelajaran Materi Pembelajaran
Tempat Pelaksanaan
1. Ni Made Sri Rusmini, SS., M.Pd
Bhs. Ingris Askinhg and giving opinion
SMAN 2 Negara
2. Drs. I Ketut Suantra Geografi Sungai menurut letak
SMAN 2 Negara
3. I Gede Eri Sastrawan, S.Pd Matematika Matriks SMAN 2 Negara
Evaluasi Kefektivan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, efektivitas pembelajarannya diobservasi
menggunakan lembar observasi pembelajaran. Dari 6 guru yang melaksanakan pembelajaran
berbasiskan pada kaji tindak-pembelajaran diperoleh bahwa semua guru memperoleh skor
pembelajaran lebih dari atau sama dengan 75,32. Sebagaimana disajikan pada konversi
kualiatas pembelajaran, skor 75,32 ada pada kategori baik. Itu berarti sebanyak 100% guru
26
model dalam open lesson study telah menampilkan perfomansi pembelajan yang setidak-
tidaknya ada pada kategori baik.
5.2 Hasil Implementasi Model Kaji Tindak Pembelajaran
Hasil penerapan model pembinaan guru-guru berbasiskan kaji tindak pembelajaran di
kedua SMAN ini: SMAN 1 Melaya dan SMAN 2 Negara, dapat dipilah-pilah berdasarkan
subyek nya menjadi bagian-bagian berikut.
a. Manfaat Bagi Murid
Saat pelaksanaan pembelajaran dalam pola open lesson berlangsung, pada umumnya
dapat dikatakan bahwa murid-murid dapat menerima model pembelajaran dengan baik yang
dapat dilihat dari antusiasme mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Mereka tampak
sangat aktif dalam proses pembelajaran baik secara pribadi maupun dalam kelompoknya. Ada
kesan dari guru bahwa tingginya antusiamse siswa saat penyelenggaraan open lesson,
disebabkan oleh sifat natural manusia yang selalu ingin menunjukkan yang terbaik di depan
orang yang dianggap penting baginya. Itu berarti kunjungan orang-orang yang penting bagi
siswa ketika mereka belajar adalah salah satu yang dapat membangkitkan semangat kinerja
siswa. Bahkan sebagaimana dikhawatirkan sebelumnya, yaitu konsentrasi siswa terganggu
saat dilihat aktivitas belajarnya, sama sekali tidak terjadi. Mereka tampak tidak terpengaruh
konsentrasi belajarnya walaupun dikunjungi kelasnya oleh banyak pengamat. Secara umum
siswa terkesan ingin menampilkan kinerjanya yang optimal. Mereka tampak begitu aktif
berdiskusi dengan teman-teman sekelompoknya, dan sesegera mungkin menyampaikan
permasalahannya kepada gurunya ketika di dalam kelompoknya mereka tidak menemukan
jawaban yang memuaskan atas permasalahan yang dihadapi kelompoknya. Tampak ada
keberanian yang tinggi untuk berpendapat. Jadi dapat disimpulkan bahwa, semangat siswa
27
tampak tinggi dalam proses pembelajaran ketika mereka dikunjungi oleh orang luar
(pengamat-pengamat). Kesan ini didukung kuat oleh pendapat yang disampaikan oleh guru-
guru mereka yang ketika itu menjadi guru model atau terlibat sebagai pengamat.
Untuk memberikan gambaran perasaan siswa yang lebih pasti mengenai keberadaan
mereka dalam kegiatan pembelajaran dengan model open lesson tersebut, kepada siswa
diberikan angket yang berkaitan dengan bagaimana mereka terlibat dalam pembelajaran
berkaitan dengan penampilan yang ditunjukkan oleh guru model. Angket ini terdiri dari 15
item positip dengan dua option/jawaban ya atau tidak. Masing-masing kelas diberikan angket
sebanyak kelompok yang belajar siswa atau paling banyak 10 angket bagi yng
pembelajarannya tidak dalam kelompok. Dari 48 pengembalian angket diperoleh sebanyak 39
siswa atau 81,29 persen menjawab ya, dan sisanya menjawab tidak. Ini memberikan
gambaran bahwa kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan berdasarkan pada bimbingan
teknik yang dilakukan secara terintegrasi baik kepada guru, pengawas, maupun kepala
sekolah, yang berbasis pada kaji tindak-pembelajaran, ditanggapi sangat positif oleh siswa.
b. Manfaat Bagi Guru
Selain tanggapan dari siswa-siswa mengenai kebermanfaatan proses pembelajaran
yang dilakukan pada kaji-tindak pembelajaran, kepada guru juga diberikan sejumlah
pertanyaan atau pernyataan untuk ditanggapi. Tanggapan dari guru-guru berasal dari dua
kelompok guruL yang pertama adalah kelompok guru yang menjadi guru model, dan yang
kedua adalah kelompok guru pengamat. Berdasarkan tanggapan yang disampaikan oleh guru-
guru model, dapat disimpulkan bahwa pada awalnya mereka merasakan agak kurang percaya
diri untuk melaksanakan pembelajaran dalam format open lesson (dilihat prilakunya saat
melaksanakan pembelajaran). Akan tetapi, dalam perjalanan kegiatan pembelajaran, perasaan
mereka tidak lagi dipengaruhi secara negatif oleh kehadiran pengamat. Hal ini karena
28
disadari bahwa kehadiran pengamat tidak dalam rangka mencari kesalahan, tetapi mencari
solusi terhadap kegiatan pembelajaran yang berdampak pada kurang optimalnya kegiatan
belajar siswa. Cepatnya menghalau rasa grogi saat tampil sebagai guru model juga dirasakan
akibat persiapan pembelajarannya telah dilakukan lebih baik dari biasanya. Guru-guru model
juga merasakan bahwa usaha mereka sangat tinggi untuk tampil menjadi pembelajar yang
baik.
Bagi guru-guru pengamat, mereka juga mendapatkan pengalaman yang sangat berarti tentang
bagaimana mengoptimalkan peran masing-masing siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal
yang dirasakan sangat penting bagi guru adalah adanya diskusi sejawat (kegiatan refleksi
pembelajaran), yang diarahkan untuk memperbaiki kinerja atau kualitas pembelajaran
bersama. Memang dikatakan guru bahwa kegiatan MGMP sudah merupakan vasilitas untuk
diskusi mereka, akan tetapi lebih cendrung mendiskusikan materi pelajaran dibandingkan
dengan diskusi tentang bagaimana materi itu disajikan atau bagaimana menanggulangi
persoalan pembelajaran.
Melalui pelaksanaan refleksi yang dilakukan sesaat setelah guru melaksanakan proses
pembelajaran, secara umum mereka mendapatkan banyak hal penting dari pembelajaran
dengan berbasiskan pengkajian tindakan pembelajaran. Masukan-masukan atau komentar-
komentar yang disampaikan saat kegiatan refleksi baik oleh para sejawat, kepala sekolah
maupun pengawas atau pengamat lainnya, dirasakan oleh semua yang terlibat pada kegiatan
refleksi merupakan hal yang sangat bermanfaat. Mereka telah mulai belajar lebih terbuka dan
yang paling penting mereka lebih menyadari tentang hal-hal yang baik atau kurang baik
dilakukan ketika mereka menemukan kasus tertentu pada proses pembelajaran.
29
c. Manfaat Bagi Kepala Sekolah
Walaupun arah dari kegiatan pembelajaran yang berpola pada kaji-tindak
pembelajaran adalah perbaikan hasil belajar melalui kualitas pembelajaran, akan tetapi
kegiatan ini juga memberikan kemanfaatan pada pihak-pihak yang terkait seperti kepala
sekolah. Kegiatan bimbingan teknis terintegrasi terhadap pembelajaran guru yang didasarkan
pada kaji tindak-pembelajaran ini sangat memberikan kemanfaatan bagi para kepala sekolah
dalam hal melakukan pengawasan/supervisi pembelajaran kepada guru-guru.
Kebermanfaatan yang dirasakan oleh kepala sekolah banyak terungkap dalam kegiatan
refleksi. Secara umum mereka berkomentar bahwa bimbingan teknis terpadu ini memberi
kesempatan kepada dirinya untuk bersama-sama guru, pengawas, dan kadang-kadang pakar
dari perguruan tinggi bertukar pikiran dalam rangka mengupayakan terwujudnya kebutuhan
riil sekolah yang utamanya diarahkan untuk optimalisasi pelaksanaan proses pembelajaran.
Biasanya kepala sekolah merasa “ewuh pakewuh” atau sungkan untuk memberikan masukan
atau saran perbaikan pembelajaran, karena ada guru yang merasakan saran dan perbaikan
yang disampaikan oleh mereka dianggap sebagai kritik. Esensi pembelajaran berbasis kaji-
tindak pembelajaran ini adalah “pembelajaran kita”. Dengan demikian kita selalu berusaha
untuk memilih pernyataan-pernyataan yang membangun dibandingkan dengan pernyataan
yang cendrung menghakimi. Kesadaran kepala sekolah atas esensi ini dirasakan sangat
membantu mereka untuk melakukan pengawasan yang lebih bermakna dalam arti lebih rela
untuk ditindaklanjuti oleh guru-guru dalam pembelajaran riilnya. Bimbingan secara terpadu
lambat laun mengurangi “rasa sungkan” kepala sekolah untuk secara langsung mengamati
kegiatan riil pembelajaran oleh guru-guru. Hal ini salah satunya diungkapkan oleh kepala
sekolah di saat diminta komentarnya berkaitan dengan pelaksanaan lesson study di
sekolahnya. Mereka kepala sekolah dibuat lebih menyadari fakta bahwa persiapan
administratif yang baik oleh guru, tidak berarti secara serta merta berakibat pada baiknya
30
kualitas penyelenggaraan pembelajaran guru bersangkutan. Akan tetapi, persiapan
pembelajaran yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh merupakan syarat perlu bagi
terselenggaranya pembelajaran yang berkualitas. Itu berarti, selain persiapan administratif
yang baik, seorang guru masih memerlukan semangat maju dalam dirinya melalui
keterbukaan untuk diamati dalam proses pembelajaran riilnya.
Kebermanfatan lainnya dari kegiatan kaji-tindak pembelajaran adalah terciptanya
hubungan yang lebih kondusif yakni hubungan yang lebih bersifat kolegial antara guru dan
kepala sekolah terutama dalam hal pengkajian proses pembelajaran. Pengkajian pembelajaran
yang didasarkan pada fakta riil yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung, dapat
merupakan sarana bagi kepala sekolah untuk lebih intensif melakukan pembinaan staf.
Aktifitas pengkajian bersama terhadap proses pembelajaran dapat merupakan sarana bagi
kepala sekolah untuk membangun citra bahwa kepala sekolah tidak hanya pintar di belakang
meja, tetapi juga piawai ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan riil pembelajaran di
sekolahnya. Apabila hal ini terjadi, berarti dapat mendongkrak kualitas penyelenggaraan
manajemen sekolah oleh kepala sekolah bersangkutan.
d. Manfaat Bagi Pengawas
Kehadiran pengawas dalam kegiatan pembelajaran riil di kelas adalah sangat penting
bagi pengawas dalam memberikan saran-saran perbaikan bagi terwujudnya proses
pembelajaran yang aktual. Jadi proses pengawasan oleh pengawas kepada guru-guru
binaannya sangat penting dilakukan. Akan tetapi tidak jarang terjadi pengawasan oleh
pengawas hanya berlangsung secara parsial, yang lebih terkonsentrasi pada pengawasan yang
bersifat administratif. Pengawasan yang seperti ini akan menjadikan guru-guru piawai hanya
pada urusan administratif, yang jarang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran
riil di dalam kelas. Kehadiran pengawas di kelas untuk mencermati proses pembelajaran yang
31
dilakukan guru binaannya pasti merupakan pengalaman yang berharga bagi pengawas karena
dapat secara aktual mencermati kelebihan atau kekurangan pembelajaran yang dilakukan
guru, dan itu berarti dapat secara lebih tepat dalam memberikan perbaikan-perbaikan
pelaksanaan pembelajaran.
Selebihnya, keterlibatan pengawas secara bersama-sama dengan kepala sekolah dan
suatu waktu jug bersama pakar dari perguruan tinggi untuk berdiskusi tentang peningkatan
kualitas pembelajaran mempunyai makna tersendiri bagi pengawas. Seorang pengawas
mengungkapkan pada saat melakukan refleksi pembelajaran bahwa penting sekali dilakukan
diskusi-diskusi mengenai pelaksanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran
berikutnya. Kehadiran pakar dalam mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran menjadi sangat
berarti dalam kapasitasnya sebagai narasumber ketika ada hal-hal yang masih ada dalam
perdebatan.
Pada saat kepada pengawas diminta tanggapannya mengenai kemungkinan kelanjutan
kegiatan bimbingan teknis terpadu dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
seluruh pengawas menyatakan sangat mendukung keberlanjutan kegiatan dimaksud. Banyak
sekali hal positip yang dirasakan dapat dibangun oleh kegiatan seperti itu. Diantaranya adalah
dalam peningkatan penguasaan konten, peningkatan keterampilan mengajar, keterampilan
mengawasi, atau keterampilan nyata dalam memberikan supervisi.
e. Manfaat bagi dosen (perguruan tinggi)
Kegiatan pengkajian terhadap tindakan pembelajaran riil di kelas juga dapat
memberikan manfaat bagi dosen. Manfaat utama yang didapat dari kegiatan kaji-tindak
pembelajaran adalah diperolehnya informasi aktual tentang gambaran nyata atau profil
pembelajaran di sekolah, dalam hal ini SMA, yang sangat bermanfaat sebagai pedoman atau
rujukan dalam menyelaraskan pembelajaran mengenai teori-teori pembelajaran dengan dunia
32
praktisnya di lapangan. Praktek-praktek pembelajaran yang unggul di sekolah juga sangat
bermanfaat dalam pemberian makna pada konsep teoritis pembelajran di perguruan tinggi.
Dalam konteks ini, pembelajaran diharapkan dapat lebih menumbuhkembangkan motivasi
mahasiswa untuk melakukan pendalaman materi. Manfaat lainnya yang dapat diperoleh dari
penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah dalam hal perancangan
kegiatan pengabdian berikutnya. Hal ini penting sebagai wujud tanggung jawab salah satu
dharma dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, dalam kaitannya dengan menyepadankan antara
kebutuhan lapangan dengan gagasan yang dirancang sebagai kegiatan pengabdian pada
masyarakat.
Apabila dibuatkan ringkasannya, berdasarkan pada fakta-fakta sebagaimana diuraikan
di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan bimbingan teknis terintegrasi berbasis pada kaji
tindak-pembelajaran dapat memberikan kemanfaatan besar pada hal-hal berikut:
(1) Peningkatan kompetensi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi tenaga
pendidik (Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas), dalam hal substansi (materi
pembelajaran). Dengan peningkatan kompetensi ini, tenaga pendidik akan lebih
menghargai profesinya karena merasakan mendapatkan kebermanfaatan yang
lebih dari profesi yang diembannya.
(2) Peningkatan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran (Standar Proses dan
Standar Penilaian). Hal ini merupakan dampak dari terjadinya peningkatan
kompetensi dari masing-masing komponen tenaga pendidik sebagaimana
disebutkan pada bagian (1) di atas. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan
kualitas capaian hasil belajar peserta didik.
(3) Peningkatan kualitas supervisi akademik berbasis proses pembelajaran riil di
kelas. Tingginya kualitas supervisi akademik serta pengawasan bagi
penyelenggaraan proses pembelajaran riil, merupakan sarat perlu bagi terciptanya
33
hubungan yang harmonis antara semua elemen tenaga pendidik. Ini memicu dan
juga memacu atmosfer akademik sekolah menjadi sangat kondusif.
(4) Peningkatan kualitas manajemen sekolah. Khususnya ini sangat berkaitan dengan
kepala sekolah. Manajemen yang baik berpotensi sangat besar untuk
menumbuhkan motivasi eksternal para penyelenggara pendidikan di sekolah
berssangkutan. Jika motivasi seperti ini tetap terpelihara di kalangan tenaga
pendidik, tidak menutup kemungkinan ia akan menumbuhkembangkan motivasi
berprestasi secara internal masing-masing elemen tenaga pendidik.
34
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pertemuan-pertemuan dengan kepala-kepala sekolah di SMA 1 Melaya dan SMA 2
Negara, pertemuan dengan Kepala Dinas terkait, dan para pengawas pembina, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini sangat diharapkan dalam rangka
menambah wawasan guru-guru, dan khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Mereka menyatakan dukungan yang positif bagi keberlanjutan program ini.
Oleh karena itu, komunikasi atau koordinasi pelaksana pengabdian dengan pihak-pihak
terkait di Kabupaten Jembrana harus senantiasa di jaga dengan baik. Hal ini adalah dalam
rangka mengupayakan sedapat mungkin sepadannya kebutuhan riil guru-guru di lapangan
dengan gagasan yang diimplementasikan.
35
DAFTAR PUSTAKA
McNiff, J. 1992. Action Research: Principles and Practice. London. Routledge.
Suparta, I N., dkk. 2011. Profil dan Pengembangan Penguasaan Kompetensi Mata Pelajaran
Ujian Nasional SMA di KAbupaten Buleleng dan Jembrana Tahun 2011.
Laporan Penelitian PPMP. Universitas Pendidikan Ganesha.
Suparta, I N., dkk. 2012. Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik SMA melalui Bimbingan Teknik Terpadu Berbasis Kaji-Tindak Pembelajaran di Kabupaten Buleleng dan Jembrana Provinsi Bali. Laporan Pengabdian PM-PMP. Universitas Pendidikan Ganesha.
Universitas Pendidikan Ganesha. 2008. Pedoman Studi. Universitas pendidikan Ganesha.
36
Lampiran-Lampiran:
Instrumen Pelaksanaan Lesson Study (Action plan, monitoring keg. Do, dan monitoring
keg. See)
Action Plan Mata Pelajaran : ……………………………………………………………. Kelas : ……………………………………………………………. Semester : ……………………………………………………………. Tim Lesson Study : a. Guru Model : …………………………………………………………... b. Observer :
1. ………………………………………………………….. 2. …………………………………………………………. 3. …………………………………………………………. 4. ………………………………………………………….. 5. …………………………………………………………..
Siklus Topik Materi Tahapan LS Hari/Tanggal Jam Ruang
I Plan
Do & See
II Plan
Do & See
III Plan
Do & See
IV Plan
Do & See
…….…………….,……………………………2014 Penanggung Jawab Kepala Sekolah …………………………………………….. ………………………………………………
37
Instrumen Monitoring Kegiatan Do Mata Pelajaran : Sekolah : Lokasi/Ruang : Topik Materi : Nama Guru Model : Hari dan tanggal pelaksanaan : Waktu pelaksanaan : Jumlah guru yang hadir : Jumlah siswa : Petunjuk Berilah tanda centang () pada kolom “Ya” atau “Tidak” dan berikan keterangan pada kolom komentar jika diperlukan. No. Kegiatan Ya Tidak Komentar 1 Apakah semua anggota Tim LS hadir? 2 Apakah Tim LS dan observer membawa
RPP?
3 Apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP?
4 Apakah terjadi interaksi multiarah? 5 Apakah semua siswa berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran?
6 Apakah pembelajarannya inspriratif? 7 Apakah suasana pembelajaran
menyenangkan?
8 Apakah tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang?
9 Apakah guru model dapat memotivasi siswa belajar?
10 Apakah guru model menguasai materi yang dibelajarkan?
11 Apakah media pembelajaran digunakan secara efektif?
12 Apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai?
* Jika kolom komentar tidak cukup, dapat ditulis pada kertas lain **Lampirkan daftar hadir dan foto kegiatan Catatan Tambahan (misalnya seting perkuliahan, strategi pembelajaran, dll) ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………….,…………………………..2014
Yang Memonitor
………………………………………………
38
Instrumen Monitoring Kegiatan See (Refleksi) Mata Pelajaran : Sekolah : Lokasi/Ruang : Topik Materi : Nama Guru Model : Hari dan tanggal pelaksanaan : Waktu pelaksanaan : Jumlah guru yang hadir : Petunjuk Berilah tanda centang () pada kolom “Ya” atau “Tidak” dan berikan keterangan pada kolom komentar jika diperlukan. No. Kegiatan Ya Tidak Komentar 1 Apakah moderator memperkenalkan Tim
LS?
2 Apakah moderator menyampaikan agenda acara refleksi?
3 Apakah moderator menyampiakan tatatertib refleksi?
4 Apakah moderator memberikan kesempatan pertama menyampaikan refleksi diri?
5 Apakah komentar observer semua berdasarkan fakta pembelajaran?
6 Apakah semua observer diberi kesempatan berbicara?
7 Apakah komentar observer lebih banyak positif?
8 Apakah komentar disertai solusi alternatif?
9 Apakah kegiatan refleksi didominasi oleh satu atau beberapa orang?
10 Apakah ada komentar observer semua berfokus pada aktivitas belajar siswa?
11 Apakah refleksi berjalan secara efektif? 12 Apakah guru model diberi kesempatan
untuk menanggapi komentar observer?
13 Apakah komentar dicatat oleh seorang notulis
14 Apakah kesimpulan hasil refelksi dibacakan?
* Jika kolom komentar tidak cukup, dapat ditulis pada kertas lain **Lampirkan daftar hadir dan foto kegiatan Catatan Tambahan:
…………………….,…………………………..2014 Yang Memonitor
………………………………………………