JURNALISME SASTRA -...

89
JURNALISME SASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Lukman Alhakim NIM 105051102017 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M.

Transcript of JURNALISME SASTRA -...

Page 1: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

JURNALISME SASTRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Lukman Alhakim

NIM 105051102017

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.

Page 2: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 26 Juni 2009

Lukman Alhakim

Page 3: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

JURNALISME SASTRA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Lukman Alhakim

NIM 105051102017

Di Bawah Pembimbing

Tan Tan Hermansah, M.Si

NIP 150370228

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.

Page 4: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul JURNALISME SASTRA telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 26 Juni 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Drs. H. Mahmud Jalal, MA

NIP 150202342

Rubiyanah, MA

NIP 19730822 199803 2 001

Anggota,

Penguji 1

Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001

Penguji 2

Drs. Suhaimi, M. Si NIP 19670906 199403 1 002

Pembimbing

Tan Tan Hermansah, M. Si

NIP 150370228

Page 5: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

ABSTRAK

Lukman Alhakim

Jurnalisme Sastra

Jurnalisme Sastra merupakan salah satu dari tiga nama buat genre atau gerakan tertentu dalam jurnalisme yang berkembang di Amerika Serikat di mana

reportase dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya

sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca. Tom Wolf, wartawan-cum-novelis, pada

1960-an memperkenalkan genre ini dengan nama “new journalism” (jurnalisme

baru).

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif

dengan metode deskriptif analitis yaitu bertujuan membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

objek tertentu.

Penilitian ini bertujuan mendeskripsikan penulisan Jurnalisme Sastra serta

dengan berita-berita yang ditulis dengan straight news maupun feature agar

terlihat letak perbedaan struktur penulisannya. Setelah data terkumpul, peneliti

mendeskripsikan data yang sudah terkumpul dan dijelaskan poin-poin penting

yang berkaitan dengan konstruksi berita tersebut. Di Indonesia Jurnalisme Sastra memberi tempat bagi wartawan untuk

mengakutalisasikan keberadaan dirinya. Sebab, Jurnalisme Sastra menuntut seorang wartawan untuk mampu membuat narasi, ataupun deksripsi yang rinci,

hidup, kontekstual, dan relevan. Jurnalisme Sastra merupakan sebuah metode penulisan dalam jurnalistik di samping metode penulisan yang sudah ada. Berbeda

dengan jurnalisme biasa yang ditulis dengan gaya cepat. Jurnalisme Sastra justru mengedepankan ketajaman, kedalaman, dan keluasan wawasan dan data dari

subjek yang ditulis. Upaya membangun Jurnalisme Sastra di kampus bisa menjadi

tradisi mitra yang sudah bisa dilakukan sebagai mitra akademik semakin kuat.

Pada teknik penulisan dalam jurnalistik lama dan dikenal beberapa jenis artikel

seperti berita lurus dan karangan khas. Berita lurus yang terdiri atas beberapa

elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita yang

ditulis.

Page 6: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan karunia

dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya

kepada seluruh makhluk-Nya. Sehingga peneliti dapat menempuh jenjang

pendidikan sampai saat ini dan dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai

gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).

Sholawat serta salam senantiasa peneliti junjungkan dan curahkan kepada

baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya dari jalan

kesasatan menuju jalan kebenaran.

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menyadari betul bahwa tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, peneliti tidak dapat menyelasaikan karya ini dengan

baik, semua berkat arahan, bantuan, petunjuk serta motivasi dari semua pihak

yang diberikan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini pada

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan banyak

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua yang ku cintai dan ku sayangi, Ayahanda H.

Japarudin dan Ibunda Rumsinah yang selalu memberikan kasih sayang

yang berlimpah luah dan tidak akan pernah bisa terbalas, namun hanya

Doaku kepada Allah SWT semoga ridho-Nya selalu menyertai Ibunda

dan Ayahanda Tercinta.

Page 7: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

2. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi

3. Drs. Mahmud Jalal, M.A. Selaku Pembantu Dekan bidang

Kepagawaian.

4. Drs. Studi Rizal LK. M.A. selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

5. Drs. Suhaimi, M.Si. Selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, dan

Rubiyanah, M.A. Selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang telah

memberikan banyak pengarahan, pendidikan, dan pengajaran kepada

peneliti tentang jurusan.

6. Drs. Tan Tan Hermansah, M.Si. Selaku Pembimbing yang telah

banyak mengarahkan bimbingan, petunjuk, dan pemikirannya kepada

peneliti di sela-sela kesibukan dan aktivitas beliau.

7. Para Dosen, Karyawan, dan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, dan juga seluruh staf pengurus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Kakakku, Ahmad Baehaqi, dan Adik-adikku, Fauziah Fatmawati, M.

Luthfi, Haerul Umam, dan M. Fakhri Ridha yang juga senantiasa

memberikan dukungan dan supportnya kepada peneliti.

9. Para staf Yayasan Pantau dan Andreas Harsono, Budi Setiyono, Mbak

Siti, Mas Udin terima kasih atas data dan informasinya.

10. Sahabat-sahabatku, Aris, Nanda, Akbar, Emi, Tedy, Wildan, Arifin,

Alfan, Yudin, dll, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Dan

rekan-rekan kostan Asep Saeful. R, Endang S, Enan, Dody, Sudirman,

Page 8: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Anwar, Imam, dan Rosyid. Semoga persahabatan kita tetap utuh dan

tidak sampai disini hingga akhir hayat hidup kita.

11. Teman-teman Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2005 dan adik-adik

kelasku Jurnalistik 2006, 2007, 2008, dan 2009 yang banyak

memberikan kenangan, suka maupun duka kita bersama-sama selama

kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

12. Kepala Laboratorium FDK Drs. H Tarmi, MM, beserta staff, dan

rekan-rekan RDK 91,8 FM, Rere, Pita, Septiasari, Aditya, Icha, Rida,

Dito, Andri, Rani, Wiwit, Melisa, Bella, Bilqis, Lala, Rizka, Vivit,

Halimah, Sandika, Dimas, Ihsan dan Iqbal yang senantiasa bersama-

sama membangun Radio Dakwah dan Komunikasi menjadi eksis

sampai saat ini.

Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan

memberi pelajaran hidup kepada peneliti. Semoga Allah SWT semakin

menambah karunia-Nya kepada kita semua. Terimakasih atas segalanya

dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Dan akhirnya semoga skripsi ini

dapat bermanfaat untuk para pembaca, dan khsusnya bagi peneliti. Aamiin

Yaa Robbal Aalamiin.

Wassalam

Jakarta, 26 Juni 2009

Peneliti

Page 9: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan dan Batasan Masalah ............................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

D. Metodologi Penelitian .............................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 8

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Jurnalisme dan Sastra............................................... 9

1. Etimologi ........................................................................... 9

2. Terminologi ....................................................................... 11

B. Sejarah Kelahiran Jurnalisme ................................................... 17

1. Kelahitan Jurnalisme di Dunia ............................................ 17

2. Kelahiran Jurnalisme di Indonesia ...................................... 20

C. Pengertian Jurnalisme Sastra ...................................................... 26

BAB III GAMBARAN UMUM JURNALISME SASTRA DI

INDONESIA

A. Konteks Kelahiran .................................................................... 31

B. Struktur Organisasi Yayasan Pantau ......................................... 35

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Proses Kelahiran Jurnalisme Sastra dan Perkembangannya di

Indonesia .................................................................................. 36

B. Isi Jurnalisme Sastra serta unsur-unsur penulisan Feature dan Straight News ........................................................................... 39

1. Penulisan Jurnalisme Sastra................................................. 39

2. Aturan-aturan Jurnalisme Sastra.......................................... 40

Page 10: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

3. Kategori Feature News ....................................................... 43

4. Struktur Penulisan Feature ................................................. 47

5. Unsur 5W+1H dalam Lead (Straight News)........................ 50

C. Konstruksi Berita yang Ditulis Menggunakan Pendekatan

Straight News dan Berita yang Ditulis Menggunakan Pendekatan Jurnalisme Sastra.................................................... 55

1. Contoh dan Analisis Berita yang Ditulis dengan

pendekatan Straight News ................................................. 55

2. Contoh dan Analisis Berita yang Ditulis dengan pendekatan Jurnalisme Sastra .............................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 74

B. Saran-saran .............................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 78

Page 11: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa, atau dalam hal ini disebut media jurnalistik, merupakan alat

bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri,

secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media

(communication with media). Di dalam medium jurnalistik secara umum baik

media cetak maupun media elektronik keduanya memiliki fungsi yang sama,

yaitu: Pertama menyiarkan informasi, ini merupakan fungsi utama media massa,

sebab masyarakat membeli media tersebut karena memerlukan informasi tentang

berbagai hal yang terjadi didunia ini. Kedua mendidik, karena fungsi yang kedua

ini, media massa menyajikan pesan-pesan atau tulisan-tulisan mengandung

pengetahuan, serta sekaligus dapat dijadikan media pendidikan massa. Ketiga

menghibur, dalam fungsinya untuk menghibur, media massa biasanya menyajikan

rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan. Bertujuan untuk

mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang dapat

menguras perhatian dan fikiran pembaca. Keempat mempengaruhi, dalam hal ini

pers memegang peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarakat. Pers dapat

melakukan kontrol sosial (sosial control) secara bebas dan bertanggung jawab. Ia

dapat mempengaruhi proses pembentukan etika sosial, mekanisme interaksi dan

Page 12: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

bahkan proses pengambilan keputusan pada lembaga-lembaga pemegang

kebijakan formal.1

Untuk memainkan fungsi-fungsinya seperti disebutkan di atas, setiap

media massa memiliki strategi komunikasi masing-masing. Dalam hal ini media

massa cetak memiliki pendekatan yang berbeda dengan media massa elektronik.

Perbedaan itu terutama dapat dilihat pada strategi penyusunan pesan-pesan yang

akan disampaikannya kepada khalayak.

Pada media massa elektonik seperti salah satunya bisa dilihat dalam

televisi dan radio maupun online, pesan-pesan diterima khalayak hanya sekilas. Di

Indonesia, televisi merupakan medium terfavorit bagi para pemasang iklan, dan

karena itu mampu menarik investor untuk membangun industri televisi. Apalagi

televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang.

Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi

dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk membaca, berdiskusi dengan

keluarga atau pasangan mereka.2

Sedangkan pada media cetak, pesan-pesan yang diterima khalyak dapat

dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca kembali pada setiap

kesempatan dimana diperlukan.3

Di dalam media cetak terdapat beberapa gaya penelitian seperti gaya

penelitian straight news, feature, dan narasi. Gaya bahasa yang dilakukan dalam

straight news itu menggunakan bahasa yang informatif dengan data-data yang

faktual, lugas dan akurat yang berpedoman pada rumus 5W1H (what, when,

1 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori Dan Praktik, (Ciputat, PT Logos

Wacana Ilmu Bukit Pamulang Indah, 1999), h. 73, dan 84-85. 2 Morisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Ramdina Prakasa, 2005), h. 1 dan 3. 3 Asep Saeful Muhtadi, hal. 85.

Page 13: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

where, who, why, dan how) dengan kaidah piramida terbalik.

Sedangkan feature itu sendiri adalah berita atau karangan khas yang

berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik, dan tidak

tunduk kepada kaidah pola piramida terbalik dengan rumus 5W1H. Karena

feature itu sendiri menggunakan bahasa yang menarik perhatian banyak pembaca

dengan di bubuhi unsur human touch, yaitu sentuhan penasaran manusia.

Sedangkan Jurnalisme Sastra menurut Andreas Harsono adalah :

“Berita atau karangan khas yang menarik dan relevan yang berpijak pada

fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik dan diambil dari dua

sudut pandang yang berbeda (multiple angles) namun tetap fokus pada struktur

penelitian berita atau karangan yang di buat.”4

Salah satu metode penelitian narasi ini pernah diliris Yayasan Pantau dan

sempat menerbitkan beberapa majalahnya dengan nama majalah Pantau yang

ditulis dengan menggunakan gaya penelitian narasi atau disebut dengan narative

reporting atau Jurnalisme Sastra dan menjadi proyek uji coba Majalah Pantau

semenjak akhir Desember 2000.

Yayasan Pantau adalah sebuah lembaga yang bertujuan meningkatkan

mutu jurnalisme di Indonesia. Sejak 2003, Pantau menjalankan program pelatihan

wartawan, konsultasi media, riset, penerbitan, serta diskusi terbatas demi

mendorong perbaikan mutu jurnalisme berbahasa Melayu.

Sejak 2001, Pantau menjalankan kursus menulis tiap semester: Kursus

Jurnalisme Sastra dengan pengampu Janet Steele dari Universitas George

Washington dan Andreas Harsono dari Pantau. Sejak 2006, Pantau juga membuka

Kursus Narasi yang cocok untuk orang yang berminat menulis esai atau buku.

4 Hasil wawancara langsung dengan Andreas Harsono, pada tanggal 14 April 2009, pukul

11:00 wib, di apartemen Permata Senayan Jakarta Selatan

Page 14: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Kursus ini diampu Andreas Harsono dan Budi Setiyono. Ini majalah pemantau

media massa yang melulu bicara tentang media dan jurnalisme. Ia mendapatkan

sokongan dari Ford Foundation 200.000 dollar Amerika.5

Di sini peneliti menggarisbawahi perkembangan mata kuliah jurnalistik di

berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Terutama dalam hal gaya penelitian

narasi atau Jurnalisme Sastra yang masih minim didapatkan di berbagai

perguruan tinggi terutama di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dengan latar belakang inilah yang mengilhami peneliti untuk mengangkat

penelitian dengan judul “JURNALISME SASTRA”.

B. Perumusan dan Batasan Masalah

Dari judul yang peneliti angkat, peneliti membatasi riset ini terhadap

proses kelahiran dan isi Jurnalisme Sastra dalam media cetak dengan

menggunakan contoh kasus pada majalah Pantau edisi Februari 2004 serta contoh

dari buku Jurnalisme Sastra Antologi Liputan Mendalam dan Memikat.

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka pokok

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses kelahiran Jurnalisme Sastra dan perkembangannya

di Indonesia?

2. Bagaimana isi Jurnalisme Sastra?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

5 Annex 1, Tentang Yayasan Pantau, di ambil pada tanggal 22 April 2009, pukul 14:30

wib.

Page 15: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

1. Mengetahui proses kelahiran Jurnalisme Sastra dan perkembangannya

di Indonesia.

2. Mengetahui bagaimana isi Jurnalisme Sastra.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini berguna mengembangkan pengetahuan ilmiah

bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta di bidang komunikasi massa khususnya yang

berhubungan dengan Jurnalisme Sastra.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi

mahasiswa jurnalistik dan kepada pembaca umumnya dan juga dapat

bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

1. Bentuk penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan

kualitatif dengan metode deskriptif analitis yaitu bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-

sifat populasi atau objek tertentu.6

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.

6 Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:

Kencana Prenada Merdia Group, 2006), h. 69.

Page 16: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

3. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan penelitian adalah kantor majalah Pantau Jalan

Raya Kebayoran Lama 18 CD Jakarta Indonesia 12220. Untuk mencari

data yang diperlukan peneliti mencari data-data di majalah yang terkalit.

Waktu dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama tiga bulan yaitu

dari bulan April sampai Juni 2009.

4. Subjek

Bahan penelitian adalah subjek penelitian. Menurut Suharsini

Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah subjek yang dituju

untuk diteliti oleh peneliti.7 Dalam penlitian ini bahan yang dijadikan

penelitian adalah majalah Pantau edisi Februari 2004.

5. Objek

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah majalah Pantau edisi

Februari 2004

6. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, peneliti akan mendeskripsikan data yang

sudah terkumpul dan dijelaskan poin-poin penting yang berkaitan dengan

konstruksi berita yang ditulis menggunakan Jurnalisme Sastra.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data-data dari beberapa sumber

tertulis yaitu berupa buku yang peneliti gunakan. Kepustakaan ini dilakukan

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1992), h. 122.

Page 17: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

dengan mengkaji, mempelajari dan mencoba mengimplementasikan sumber yang

terkait dengan Jurnalisme Sastra yang sedang berkembang.

Dalam buku yang berjudul “Jurnalisme Sastrawi Antologi Liputan

Mendalam dan Memikat (Jakarta Yayasan Pantau Kebayoran Lama 2005)”. Oleh

Andreas Harsono dan Budi Setiyono menggambarakan mengenai sejarah

terbentuknya jurnalime sastra serta beberapa contoh penulisan Jurnalisme Sastra.

Sedangkan judul skripsi peneliti “Jurnalisme Sastra”. Mengangkat tentang

gambaran mengenai sejarah lahirnya Jurnalisme Sastra di Dunia dan di Indonesia

dan bagaimana Isi dan struktur penulisan Jurnalisme Sastra.

F. Sistematika penulisan

Dalam skripsi ini peneliti membahas lima bab dan masing-masing bab

terdiri dari sub bab, yakni :

Bab I Merupakan pendahuluan, dijelaskan mengenai latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka, dan sistematika

penelitian

Bab II Tinjauan teoretis, dijelaskan mengenai pengertian jurnalisme,

sejarah kelahiran jurnalisme di dunia dan di Indonesia, serta

pengertian Jurnalisme Sastra.

Bab III Merupakan gambaran umum, di jelaskan mengenai Jurnalisme

Sastra di Indonesia, konteks kelahiran, dan struktur organisasinya.

Bab IV Hasil dan Analisa data, hasil proses analisa data yang berupa

penjelasan teoretis proses kelahiran Jurnalisme Sastra dan

perkembangannya di Indonesia serta isi Jurnalisme Sastra dengan

Page 18: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

contoh-contoh dan analisis berita yang ditulis menggunakan

pendekatan straight news dan Jurnalisme Sastra.

Bab V Penutup, membahas kesimpulan dan saran-saran.

Page 19: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Jurnalisme dan Sastra

1. Etimologi:

Secara etimologi, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa

Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik

diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan

setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukanlah media massa.

Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja

dan diakui eksistensinya dengan baik.8

Sastra menurut kamus lengkap bahasa Indonesia Moderen adalah: bahasa,

kata-kata, gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab, bukan bahasa sehari-hari

kesusastraan, karya kesenian yang diwujudkan dengan bahasa seperti gubahan-

gubahan prosa dan puisi yang indah-indah.9

Istilah jurnalistik berasal dari kata journalistik dalam bahasa Belanda atau

journalism dalam bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari bahasa latin diurnal

yang berarti harian atau setiap hari. Sedangkan jurnalistik sendiri berarti kegiatan

mengumpulkan bahasa berita, mengelolanya sampai menyebarluaskannya kepada

khalayak. Bahan berita itu bisa berupa kejadian atau peristiwa dan pernyataan

8 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, (Bandung,

Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 2. 9 Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia Moderen, (Jakarta, Pustaka Amanai), h. 389.

Page 20: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

yang diucapkan oleh seseorang yang memiliki daya tarik bagi khalayak dapat

dijadikan berita untuk disebarluaskan ke tengah masyarakat.10

Jurnalistik atau “jurnalisme (journalism)” berasal dari istilah “jurnal” yang

berarti buku catatan tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh seseorang.

Misalnya dalam usaha dagang (jual beli barang dan jasa). Atau tentang acara

rapat, pertemuan-pertemuan suatu organisasi atau kelompok orang yang

mempunyai profesi tertentu. Asal mula jurnalistik ialah berasal dari bahasa Latin,

Acta Diurna. Ketika Julio Caesar menjadi Konsul (penasehat Kerajaan) dalam

tahun 60 sebelum Masehi ia membuat peraturan yang mengharuskan

pengumuman tentang kegiatan Senat di dalam papan pengumuman setiap hari.

Itulah yang di sebut Acta Diurna atau Catatan Harian. Kata diurnal itu sendiri

berarti hari atau sehari-hari.11

Dengan demikian istilah jurnalistik pada mulanya adalah segala sesuatu

yang ditulis untuk diumumkan. Tidak disebut jurnalistik jika tidak tertulis atau

tercetak. Karena itu istilah “jurnalistik udara” (air journalism) atau jurnalistik

media elektronik sejauh ada hubungannya dengan penyiaran berita secara lisan,

misalnya wawancara yang disiarkan secara langsung (live), sudah menyimpang

dari usul pengertian jurnalistik.12

2. Terminologi:

10

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat, Kalam Indonesia Kampung Utan, 2005),

h. 9. 11

H. A. Muis, Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa Menjangkau Era

Cybercommunication Millenium Ketiga, (PT Dharu Anuttama, 1999), h. 23. 12

Ibid. h. 24.

Page 21: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Secara terminologi jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau

kegiatan mengelola bahan berita mulai dari liputan sampai kepada penyusunan

yang layak disebar luskan kepada masyarakat. Apa saja yang terjadi di dunia,

apakah itu fakta peristiwa atau pendapat yang diucapkan seseorang, jika

dieprkirakan akan menarik perhatian khalayak, akan merupakan bahan dasar bagi

jurnalistik, akan merupakan bahan berita untuk dapat sebarluaskan pada

masyarakat.13

Jurnalistik adalah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk

orang ramai (publik) yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarnnya melalui

media komunikasi massa modern.

Roland E. Wolesely dan Laurence R. Cambell, 1949, buku mereka

berjudul EXPLORING JORNALISM : laporan tentang kejadian-kejadian yang

muncul pada saat laporan ditulis, bukan suatu kejadian yang bersifat tetap

menganai suatu situasi (Edwin Emery et al, 1965: 10, buku mereka berjudul

INTRODUCTION TO MASS COMMUNICATION). Menurut Edwin Emery:

“Dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau

aktualitas). Seorang jurnalis memiliki dua fungsi utama. Pertama, melaporkan

berita. Kedua, membuat interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan

pada beritanya.” 14

F. Faros Bond dalam An Introduction to journalism (1961:1) menulis:

Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita

sampai pada kelompok pemerhati. Roland E. Wolsely dalam understending

13 AS Haris Sumadiria, h. 2.

14

H. A. Muis, h. 24-25.

Page 22: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

megazine menyebutkan jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran,

pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, secara sistematik dan dapat

dipercaya untuk diterbitakan kepada suratkabar majalah dan disiarkan distasiun

siaran. Adi Negoro menjelaskan jurnalistik adalah semacam kepandaian

mengarang yang pokoknya memberi kekabaran pada masyarakat dengan selekas-

lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30). Astrid S. Susanto

menyebutkan, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan serta

penyebaran tentang kejadian sehari-hari (Susanto, 1986:73). Onong Uchana

Efendy, mengemukakan, secara sederhanan jurnalistik dapat didefinisikan sebagai

tekhnik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada

menyebarluaskannya kepada masyarakat (Effendy, 2003:95).15

Menurut MacDogall menyebutkan bahwa:

“Journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan

melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat di perlukan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli apapun

perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan baik sosial, ekonomi, politik maupun lain-lainnya.”16

Menurut Jack Fuller, penulis, novelis, pengacara, dan presiden Tribune

Publishing Company yang menerbitkan Chicago Tribunes mengatakan:

“Tujuan utama Jurnalisme adalah menyampaikan kebenaran sehingga

orang-orang akan mempunyai informasi yang mereka butuhkan untuk

berdaulat.”17

15

AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (

Bandung Simbiosa Rekatama Media), h. 4. 16

Muhammad Budyatna, M.A, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya Offset , 2006), h. 15. 17 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Sembilan Elemen Jurnalisme Apa Yang Seharusnya

Di Ketahui Wartawan Dan Diharapkan Publik, (Jakarta, Yayasan Pantau, 2006), h. 14-15.

Page 23: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Jurnalistik selalu berhubungan dengan “berita” (news) yang tertulis. Atau

proses penyampaian pesan tertulis kepada khalayak (banyak komunikan atau

penerima pesan). Tetapi dengan munculnya media massa elektronik baik yang

bersifat audial (dengar) maupun yang bersifat audio-visual (pandang-dengar)

maka berita dapat pula berbentuk lisan.18

Didalam buku Luwi Ishawara (2005). Dijelasakan ada beberapa ciri-ciri

Jurnalisme, diantaranya:

a. Skeptis

Menurut Tom Frideman dari New York Times mengatakan:

“Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu,

meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak

mudah ditipu.” Seorang yang skeptis akan berkata: “Saya kira itu tidak benar.

Saya akan menceknya.” Lain halnya dengan sikap sinis. Orang sinis selalu merasa bahwa dia sudah mempunyai jawaban mengenai seseorang atau

peristiwa yang dihadapinya. Ia akan berkata: “Saya yakin itu tidak benar. Itu tidak mungkin. Saya akan menolaknya.” Jadi inti dari sikap skeptis adalah

keraguan, sedangkan inti dari sikap sinis adalah ketidak percayaan.”

Sikap skeptis hendaknya juga menjadi sikap media. Hanya dengan

bersikap skeptis, sebuah media dapat ‘hidup’. Namun pada kenyataannya

banyak media tidak mampu untuk selalu berusaha bersikap skeptis. Banyak

media tidak mampu untuk selalu berusaha bersikap skeptis. Banyak dari

mereka lebih menyukai memilih dan menghidupi apa yang dinamakan

cheerleader complex19

, yaitu sifat untuk berhura-hura mengikuti arus yang

sudah ada, puas dengan apa yang ada, puas dengan permukaan sebuah

perstiwa, serta enggan mengingatkan kekurangan-kekurangan yang ada dalam

masyarakat.

18 H. A. Muis, Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa Menjangkau Era

Cybercommunication Millenium Ketiga, (PT Dharu Anuttama 1999), h. 24. 19 Jhon Hohenberg, The Professional Journalist, (New York: Holt, Rinehart and

Winston, Inc., 1983), h. 5.

Page 24: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Joseph Pulitzer mengatakan:

“Surat kabar tidak pernah akan bisa menjadi besar dengan hanya sekedar

mencetak selebaran-selebaran yang disiarkan oleh pengusaha maupun tokoh-tokoh politik dan meringkas tentang apa yang terjadi setiap hari. Wartawan

harus terjun kelapangan, berjuang, dan menggali hal-hal yang eksklusif. Ketidaktahuan membuka kesempatan korup, sedangkan pengungkapan

mendorong perubahan. Masyarakat yang mendapat informasi yang lengkap, akan menuntut perbaikan dan reformasi.20

b. Bertindak

Bertindak atau action adalah corak kerja seorang wartawan. Karena

seorang wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan

mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan. Peristiwa

tidak terjadi di ruang redaksi. Ia terjadi luar. Karena itu, yang terbaik bagi

wartawan sebuah terjun langsung ke tempat kejadian sebagai pengamat

pertama.

Filosof Inggris Bertrand Russell menasihati mahasiswanya:

”Lakukanlah pengamatan sendiri. Aristoteles akan bisa menghindari

kekeliruan tentang perkiraannya bahwa wanita mempunyai gigi lebih sedikit dari pria asalkan saja ia mau meminta istrinya untuk membuka mulutnya dan

menghitungnya sendiri. Menganggap bahwa kita tahu, padahal tidak, adalah

kesalahan fatal yang cenderung kita lakukan.21

c. Berubah

Jurnalisme mendorong terjadinya perubahan. Perubahan memang

merupakan hukum utama jurnalisme. Debra Gresh Hernadez, dalam

makalahnya berjudul “Advice For The Future,” yang disampaikan pada

seminar API (American Press Institute), mengatakan:

20

Mitchell V.Charnley, Reporting, (New York: Holt, Rinehart an Winston Inc., 1965), h.

275-276. 21

Bertrand Russell, The Impact of Science on Society, (New York: Simon & Schuster,

1953), h. 7.

Page 25: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

“Satu-satunya yang pasti dan tidak berubah yang dihadapi industri surat

kabar masa depan adalah justru ketidak pastian dan perubahan-the only things

certain and unchanging facing the newspaper industry in the future are

uncertainty and change.”22 Dalam perjalanan sejarahnya, surat kabar itu akan

selalu mendapat dampak dari perubahan yang terjadi di masyarakat dan dalam

teknologi.

d. Seni dan Profesi

Jurnalisme adalah seni dan profesi dengan tanggung jawab profesional

yang mensyaratkan wartawannya melihat dengan mata yang segar pada setiap

peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik. Tetapi mata itu harus

mempunyai fokus, suatu arah untuk mengawali pandangan. Hal ini penting

bagi penulis berita untuk menunjukkan arah yang wajar. Dave Barry, seorang

kolumnis berkata bahwa dirinya adalah seorang penulis yang baik dan

mengira itu sudah cukup untuk menjadi wartawan. Ia sadar bahwa ternyata itu

keliru. Jurnalisme bukanlah tentang menulis saja. Anda belajar tentang apa

sesungguhnya mencari itu dan apa sebenarnya bertanya mengenai hal-hal

pelik dengan kegigihan.

e. Peran Pers

Pers memainkan berbagai peranan dalam masyarakat. Bernard C. Cohen

dalam advanced newagathering karangan Bryce T. Mcintyre menyebutkan

bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers diantaranya sebagai

pelapor. Di sini pers bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan

22

D.G.Hernandez, “Advice for The Future”, dalam Editor & Publisher, Dec. 28, 1996, h.

9.

Page 26: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan

tanpa prasangka.23

Tugas sebagai pelapor ini juga diwujudkan ketika pers kadangkala

berperan sebagai alat pemerintah, misalnya ketika ada siaran langsung pidato

atau komentar seorang presiden di televisi. Tentu saja dalam peran tersebut

pers harus tetap netral. Memang, dalam perkembangan sejarah media kerap

dijadikan saluran untuk penyebaran pernyataan-pernyataan pemerintah yang

sering dieksploitasi oleh tokoh-tokoh politik yang berkuasa.

Selain sebagai pelapor, pers juga memiliki peran sebagai interpreter yang

memberikan penafsiran atau arti pada suatu peristiwa. Di sini selain

melaporkan peristiwa, pers menambah bahan dalam usaha menjelaskan

aetinya, misalnya analisis berita atau komentar berita.

Cohen melaporkan juga bahwa ada yang melihat pers sebagai wakil dari

publik. Hal ini benar bagi politikus, yang menganggap laporan atau berita

mengenai reaksi masyarakat adalah barometer terbaik bagi berhasilnya suatu

kebijaksanaan.24

Pers juga berperan sebagai pengkritik terhadap pemerintah. Konsep yang

sudah disebutkan di atas adalah peran jaga (watchdog).

Terakhir, Cohen menyebutkan bahwa pers sering berperan sebagai pemuat

kebijaksanaan dan advokasi. Peran ini terutama tampak pada penulisan

editorial dan artikel, selain juga tercermin dari jenis berita yang dipilih untuk

ditulis oleh para wartawannya dan cara menyajikannya.

23

Bryce T. Mclntyre, Advanced Newsgathering, (New York: Praeger Publishers, 1991),

h. 8. 24 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta, PT Kompas Media

Nusantara Jl. Palmerah Selatan, 2005), h.1-8.

Page 27: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

B. Sejarah Kelahiran Jurnalisme

1. Kelahiran Jurnalisme di Dunia

Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif

saja. Ini tebukti pada Acta Diurna sebagai produk jurnalistik pertama pada zaman

romawi kuno ketika kaisar Julius Ceisar berkuasa.

Dalam perkembangan selanjutnya, suratkabar yang bisa mencapai rakyat

secara masal itu dipergunakan oleh kaum idealis untuk melakukan sosial control

sehingga suratkabar tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga persuasif. Bukan

saja menyiarkan informasi, tetapi juga membujuk dan mengajak khalayak untuk

mengambil sikap tertentu, agar berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Bentuk jurnalistik yang bersifat persuasif, antara lain ialah, (tajuk rencana atau

editorial) dan pelaporan selidik (investigative reporting).25

Sejarah jurnalistik dimulai ketika tiga ribu tahun yang lalu, Firaun di

Mesir, Amenhotep III, mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di

provinsi-provinsi untuk memberitahukan apa yang terjadi di ibukota. Di Roma

2.000 tahun yang lalu Acta Diurna (“tindakan-tindakan harian”) – tindakan-

tindakan senat, peraturan-peraturan pemerintah, berita kelahiran dan kematian

ditempelkan di tempat-tempat umum. Selama Abad Pertengahan di Eropa, siaran

berita yang ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi para

usahawan.

Keperluan untuk mengetahui apa yang terjadi merupakan kunci lahirnya

jurnalisme selama berabad-anad. Tetapi, jurnalisme itu sendiri baru benar-benar

dimuali ketika hurup-hurup lepas untuk percetaklan mulai digunakan di Eropa

25 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung, PT Remaja Rosadakarya

Offest ), h. 66.

Page 28: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

pada sekitar tahun 1440. dengan mesin cetak, lembaran-lembaran berita dan

pamflet-pamflet dapat di cetak dengan kecepatan yang lebih tinggi, dalam jumlah

yang lebih banyak, dan dengan ongkos yang lebih rendah.

Suratkabar pertama yang terbit di Eropa secara teratur di mulai di Jerman

pada tahun 1609: Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Tak lama

kemudian, suratkabar-suratkabar lainnya Strasbourgh. Tak lama kemudian,

suratkabar-suratkabar lainnya muncul di Belanda (1618), Prancis (1620), inggris

(1620), dan Italia (1636). Suratkabar-suratkabar abad ke-17 ini bertiras sekitar 100

sampai 200 eksemplar sekali terbit.

Pada tahun 1650, suratkabar pertama terbit sebagai harian adalah

Einkommende Zeitung di Leipzig, Jerman. Pada tahun 1702 menyusul Daily

Courrant di London yang menjadi harian pertama Inggris yang berhasil

diterbitkan. Pada tahun 1833, di New York City, Benjamin H. Day, menerbitkan

untuk pertama kalinya apa yang disebut Penny newspaper (suratkabar murah yang

harganya satu penny). Jurnalisme kini telah tumbuh jauh melampaui suratkabar

pada awal kelahirannya. 26

Jurnalisme modern mulai muncul pada awal abad ke-17 dan betul-betul

lahir dari perbincangan, terutama di tempat publik seperti kafe Inggris, kemudian

di pub, atau “kedai minum,” di Amerika. Di sini, pemilik bar, menjadi tuan rumah

dari perbincangan yang seru dari para pengelana di kedainya. Para pengelana ini

juga sering mencatat apa yang mereka lihat dan dengar dalam sebuah buku yang

disimpan di ujung bar. Di Inggris, kafe mengkhususkan diri pada jenis informasi

spesifik. Suratkabar pertama muncul dari kafe-kafe ini sekitar 1609, ketika

26

Ibid. h. 16-17.

Page 29: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

percetakan mulai mengumpulkan berita perkapalan, gosip, dan argumen politik

dari kafe dan mencetaknya di atas kertas.27

Dengan evolusi suratkabar-suratkabar pertama, para politikus Inggris

mulai membicarakan sebuah fenomena baru, yang mereka sebut opini publik.

Pada awal abad ke-18, wartawan atau penerbit mulai memformulasikan teori

kebebasan berbicara dan pers bebas. Pada 1720, dua orang dari sebuah suratkabar

London, yang menulis dengan nama samaran “Cato,” memperkenalkan ide bahwa

kebenaran harus bisa menjadi pertahanan melawan pencemaran nama baik. Pada

waktu itu, hukum adat Inggris berbunyi sebaliknya, bukan hanya tiap kritik pada

pemerintah adalah sebuah tindak kejahatan, tetapi juga makin besar kebenaran,

makin besar pula pencemaran nama baik yang ditimbulkannya, mengingat

kebenaran mempunyai daya rusak yang lebih hebat.28

Sehingga sampai pada pertengahan dekade tahun 1990-an, The Annenberg

Washington Program in Communication Policy Studies of Northwestern

University memproyeksi “perubahan media berita.” Proyeksi ini mengembangkan

perkembangan jurnalisme yang telah menggunakan multimedia. Koran tidak lagi

menjadi pemeran utama. Media cetak bergabung dengan media televisi, radio dan

internet. Sebuah pola penerimaan informasipun dirancang sampai ketingkat

tekonologi begitu rupa.29

2. Kelahiran Jurnalisme Di Indonesia

Di Indonesia, sejarah jurnalistik atau persuratkabaran muncul sejak zaman

penjajahan sejak. Percobaan pertama penerbitan pers pada zaman Hindia-Belanda

27

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, h. 17. 28 Jhon Trenchard dan William Gordon, Free Press, Hohenberg, h. 38. 29 Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005),

h. 2.

Page 30: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

yaitu pada pertengahan abad ke-17. berita-berita dari Eropa yang sampai ke

Batavia disusun oleh kantor Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen untuk

selanjutnya dikirim dalam bentuk tulisan tangan antara lain ke Ambon. Berita ini

bertajuk miring Memorie de Nouvelles (sekitar 1615) dan merupakan prototipe

suratkabar Belanda di negeri jajahannya ini. Namun demikian, berita yang masih

ditulis tangan ini belum bisa disebut koran pertama yang terbit di Indonesia.30

Namun pada abad ke 18, tahun 1744 muncullah sebuah suratkabar

bernama Bataviasche Nouvelles terbit dengan pengusahaan orang-orang Belanda.

Kemudian di Jakarta terbit Vendi Niews tahun 1776 yang mengutamakan diri pada

berita pelelangan.31

Pada abad ke-19, baik pada massa penjajahan Inggris maupun Belanda,

Koran terus terbit silih berganti. Ketika Inggris berhasil mencaplok kawasan

Hindia Timur pada 1811, terbit koran berbahasa Inggris java Government

Gazertte pada awal 1812. kemudian, sekembalinya Belanda menguasai kawasan

tersebut pada tahun 1814, mereka menghentikan koran Inggris itu dan

menerbitkan lagi koran resminya sendiri, Bataviasche Coureant. Di samping

memuat berita-berita harian, koran ini juga memuat artikel-artikel ilmu

pengetahuan. Lalu, pada 1829 bataviasche Courant diganti lagi dengan Javasche

Courant yang terbit tiga kali seminggu, dan memuat pengumuman-pengumuman

resmi, peraturan-peraturan serta keputusan-keputusan pemerintah.32

Selain itu

juga terbit berbagai suratkabar lainnya yang semuanya diusahakan oleh orang-

orang Belanda untuk para pembaca Belanda dan segelintir penduduk pribumi

30 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori Dan Praktik, (Ciputat, PT Logos

Wacana Ilmu Bukit Pamulang Indah, 1999), h. 21. 31 Sudirman Tebba, h. 17. 32

Asep Saeful Muhtadi, h. 21.

Page 31: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

yang bisa bahasa Belanda. Semua suratkabar ini hanya menyuarakan kepentingan

pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1854 media massa mulai dikelola oleh

kaum pribumi dengan terbitnya Majalah Bianglala dan Bromartani, keduanya di

Weltevreden. Selain itu pada tahun 1865 terbit Soerat Kabar Bahasa Melajoe di

Surabaya.

Sejak itu bermuncullah berbagai suratkabar dengan pemberitaanya yang

bersifat informatif sesuai dengan pemberitaannya yang bersifat informatif sesuai

dengan situasi dan kondisi pada zaman penjajahan. Umumnya media peribumi

menggunakan nama-nama seperti “cahaya”, “sinar”, “terang”, “bintang”, dan

nama-nama lain yag diharapkan membawa harapan bagi kemajuan dan

pembebasan dari penjajahan. Muncul misalnya media yang bernama “Tjahaja

Siang”, “Tjahaja India”, “Tjahaja Moelia”, “Sinar Terang”, “Bintang Timoer”,

“Bintang Barat”, “Bintang Djohar”, “Bintang Betawi”, “Matahari”, dan lain

sebagainya. Umumnya media itu terbit di Jawa. Ini karena percetakan sebagai

sarana yang sangat vital untuk menerbitkan media, fasilitas-fasilitas lainnya serta

khalayak yang melek huruf kebanyakan berada di Jawa.33

Pada awal abad ke-20 kaum pribumi mulai banyak yang menerbitkan

media sendiri. Misalnya terbit Medan Prijaji yang terbit di Bandung. Media ini di

kelola oleh Tirto Hadisurjo alias Raden Mas Djokomono. Mulanya media ini

tahun 1907. Tirto Hardisurjo kemudian dikenal sebagai pelopor yang meletakkan

dasar jurnalistik modren di Indonesia, baik dalam cara pemberitaan, pembuatan

karangan, iklan dan lain sebagainya.

33

Sudirman Tebba, h. 17.

Page 32: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Pers yang dikelola oleh pribumi makin berkembang setelah lahir

organisasi-organisasi massa dan gerakan-gerakan kebangsaan dan keagamaan

yang turut menerbitkan media, karena media itu menjadi alat perjuangan mereka.

Akibatnya media massa ini menyatu dengan perjuangan organisasi dan gerakan

kebangsaan seperti Bung Karno, Bung Hatta, Moh. Yamin, Haji Agoes Salim,

Rangkajo Rasuna Said, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Hadji Misbach,

Soetomo, Iwa Koesoema Soemantri, Ki Hadjar Dewantara, Duwes Dekker alias

Setyabudhi, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan tokoh-tokoh lainnya yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Yang mengakibatkan jatuh bangunnya perjuangan

organisasi dan gerakan itu.34

Perkembangan jurnalistik atau persuratkabaran ini terus tumbuh

berbarengan dengan arus kehidupan pergerakan nasional. Diantara beberapa koran

Indonesia yang bersifat nasional dan dinilai radikal yang terbit di Jawa saat itu,

antara lain, adalah Oetoesan Hindia, terbit di Surabaya di bawah Sarekat Islam

(1914), Neratja di Batavia (1917), Boedi Oetomo di Yogya (1920), Sri Djojobojo

di Kediri (1920), dan lain sebagainya. Di luar Jawa juga muncul semarak koran-

koran yang sebagiannya membawakan citra nasionalis Islam, seperti Tjaja

Soematra di Padang (1914), Benih Merdeka di Medan (1919), Hindia Sepakat di

Sibolga (1920), Oetoesan Islam di Gorontalo dan Oetoesan Boerneo di Pontianak

(1927).35

Setelah negara Indonesia merdeka, kehidupan pers ikut menikmati

kemerdekaan dengan bebas dari berbagai tekanan. Media massa pun bermunculan

seperti cendawan di musim hujan. Misalnya di Jakarta terbit Merdeka pada 1

34

Ibid. h. 18. 35 Asep Saeful Muhtadi, h. 21-22.

Page 33: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Oktober 1945. Di Yogyakarta terbit kedaulatan Rakyat (bekas Sinar Matahari)

tahun 1945, di Surabaya terbit Jawa Pos tahun 1949 dan Surabaya Post tahun

1953, di Semarang terbit Suara Merdeka tahun 1950, di Bandung terbit Pikiran

Rakyat tahun 1956, dan lain sebagainya.

Namun kehidupan pers bebas itu hanya berlangsung selama masa

demokrasi Liberal (1945-1959) atau disebut juga sebagai sistem pers liberal yang

berlanjut sampai pada tahun (1959-1965) yaitu pada masa Demokrasi Terpimpin.

Pada masa inilah banyak pembatasan terhadap kehidupan pers, karenanya,

kehidupan pers Indonesia pada masa itu disebut sebagai pers otoriter. Kehidupan

pers yang tidak bebas itu berubah menjadi sedikit lebih bebas pada masa lahirnya

Orde Baru pada tahun 1966 sampai pada tahun 1974 atau bertepatan pada

peristiwa Malari (malapetaka lima belas januari). Selain itu pers di masa Orde

Baru ini disebut sebagai pers Pancasila. Cirinya adalah bebas dan bertanggung

jawab.36

Selain itu di Indonesia juga terdapat beberapa penyajian sastra dalam

penulisan jurnalisme dipelopori oleh majalah Tempo. Pada tahun 1970-an,

majalah ini tampil menyegarkan dunia jurnalistik di Indonesia.

1. Fenomena Puisi

Di berbagai majalah dan Koran, eksperimen puitik sengaja dibuat untuk

kepentingan sajian rubik-rubik tertentu. Salah satunya catatan pinggir di majalah

Tempo.

2. Sastra

36 Ibid. h. 24.

Page 34: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Menurut Seno Gumira Ajidarma ketika jurnalisme dibungkam, sastra

harus bicara. Karena bila jurnalisme berbicara dengan fakta, sastra berbicara

dengan kebenaran.

3. Bahasa Kekuasaan

Bahasa menjadi sarana untuk membuat sajian informasi beritanya menarik

dan sekaligus berhasil menembus birokrasi bahasa Negara yang menyembunyikan

kebenaran.

4. Puisi

Bahasa puisi merupakan bahasa yang bebas dari dari manipulasi dan

pemalsuan arti. Bahasanya jujur, tulus, dan tertuju pada kehendak untuk

memurnikan arti kata-kata, menjadi sebuah pilihan bagi jurnalis. Dengan bahasa

ini jurnalis dapat menghindari bahasa yang klise, ruwet, takut-takut, penuh

indoktrinasi, dan terbirokrasi.37

Sejalan dengan berkembangnya kehidupan pers di Indonesia khususnya

dan di dunia umumnya muncul pula teori-teori jurnalistik yang mendasari

perkembangan pers, di antaranya yang terpenting ialaha munculnya suatu teori

jurnalistik yang disebut jurnalistik baru yang secara garis besar didefinisikan

sebagai kegiatan jurnalistik yang menggali fakta-fakta yang tersembunyi tidak

terbatas peristiwa yang kelihatan di permukaan saja. Fakta yang tersembunyi

hanya bisa diketahui dengan menggali pada berbagai sumber, seperti wawancara

37 www.bachtiarhakim.wordpress.com.jurnalisme-sastra-septiawan-santana, di ambil pada

tanggal 25 Maret 2009, pukul 20:30 wib.

Page 35: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

dengan orang atau nara sumber yang bersangkutan, berita surat kabar yang pernah

ada, ulasan di majalah dan buku, dan lain sebagainya.

Jika dilihat dari sisi lain jurnalistik juga sudah mulai memasuki dunia

perguruan tinggi setelah Indonesia merdeka. Jurnalistik dikaji dengan melibatkan

berbagai disiplin ilmu yang terkait. Sehingga secara formal, dari sisi kelembagaan,

ilmu itu di tempatkan pada fakultas yang berbeda-beda.38

C. Pengertian Jurnalisme Sastra

Gay Talase (1970) mengatakan: Meski seperti fiksi, jurnalisme ini

bukanlah fiksi. Pengaruh fiksi memang sangat kental dalam laporan jurnalis yang

dijalankan di sela-sela teks fakta.

Menurut Atmakusumah yang mengutip Tom wolf, mengatakan: sebuah

bacaan yang amat langsung, dengan realitas yang terasa kongkret, serta

melibatkan emosi dan mutu penulisnya.”

Menurut Mark Kramer:

“Istilah jurnalisme sastra yang kemudian menyebar dari new journalism

yang diperkenalkan oleh Tom Wolfe, berkembang pada pertengahan tahun 1960-

an yang penuh pemberontakan. Jurnalisme sastra lalu memasuki berbagai wilayah

penulisan, misalnya penulisan traveling, memoar, esai-esai historis dan etnografis,

dan sejumlah fiksi, bahkan semifiksi ambigu yang berasal dari peristiwa-peristiwa

nyata.” (Kurnia, 2002:9-18).

Tom Wolfe membuat empat karakteristik jurnalisme baru yang

membedakannya dengan jurnalisme konvensional, diantaranya: Pemakaian

konstruksi adegan per adegan, pencatatan dialog secara utuh, dan pemakaian

sudut pandang orang ketiga.

38

Asep Saeful Muhtadi, h. 24.

Page 36: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Catatan yang rinci tentang gerak tubuh, kebiasaan, dan pelbagai simbol

kehidupan orang-orang yang muncul dalam peristiwa.

Jurnalistik sastra itu sendiri mengikuti terminologi Kolumnis Mahbub

Djunaidi. Kisahnya di mulai Amerika Serikat, yaitu pada dekade 1960 lahir dan

kemudian tumbuh apa yang disebut jurnalisme baru (new journalisme). Pada

dasarnya, penganut aliran jurnalisme baru menolak berbagai paham dan kinerja

yang sudah lama dikembangkan jurnalisme lama yang konvensional. Fadler

seorang komunikolog membagi jurnalisme baru dalam empat pengertian, di

antaranya:

a. Advocacy Journalism

Advocacy Journalismi atau jurnalisme advokasi adalah kegiatan jurnalistik

yang berupaya menyuntikkan opini kedalam berita. Tiap reportase, tanpa

menginkari fakta, diarahkan untuk membentuk opini publik. Rangkian opini yang

terbentuk dan hendak diapungkan didapat dari kerja para jurnalis ketika memroses

liputan fakta demi fakta secara intens dan sungguh-sunggh. Jadi, kesimpulan opini

mereka memiliki korelasi erat dengan ralitas fakta peristiwa yang terjadi dalam

masyarakat.

b. Alternative Journalism

Alternative Journalism atau jurnalisme alternatif merupakan kegiatan

jurnalistik yang menyangkut publikasi internal dan bersifat lebih personal. Jurnal-

jurnal alternatif memunculkan tulisan-tulisan yang hendak membasmi korupsi,

dengan tampilan yang lain dari “anjing menyalak”, dan melebihi media

underground konvensional dalam performa kritikan dan liputannya. Tujuan

mereka adalah menggerakkan minat dan sikap dan prilaku. Tampilan profesional,

Page 37: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

spesifikasi bidang pemberitaan, dan target umum pembaca digarap sebaik-baiknya

oleh jurnalisme alternatif.

c. Precision Journalism

Precision Journalism atau jurnalisme presisi adalah kegiatan jurnalistik

yang menekankan ketepatan (presisi) informasi dengan memakai pendekatan ilmu

sosial dalam proses kerjanya. Perkembangan jurnalisme presisi difokuskan pada

kerja pencarian data. Kerja jurnalistik dibatasi dengan ukuran ketepatan informasi

yang empirik. Hasil kerja liputan para jurnalisnya harus memiliki kredibilitas

akademis ketika diinterpretasi oleh masyarakat dengan menggunakan kegiatan

penelitian yang terencana dan sistematis.

d. Literacy Journalism

Literacy Journalism atau jurnalisme sastra, membahas pamakaian gaya

penulisan fiksi untuk kepentingan dramatisasi pelaporan dan membuat artikel

menjadi memikat. Teknik pelaporan dipenuhi dengan gaya penyajian fiksi yang

memberikan detail-detail potret subjek, yang secara sengaja diserahkan kepada

pembaca untuk dipikirkan, digambarkan, dan ditarik kesimpulannya. Pembaca

disuruhi mengimajikan tampakan fakta-fakta yang telah dirancang jurnalis dalam

urutan adegan, percakapan, dan amatan suasana.39

Jurnalisme Sastra merupakan sebuah metode penulisan dalam jurnalistik di

samping metode penulisan yang sudah ada. Jurnalisme Sastra satu berada di ranah

fakta. Satu lagi di ranah fiksi dan menjadi sebuah konsep yang kontrakdiktif: fiksi

atau fakta. Ia seratus persen jurnalisme. Hanya saja ditulis dengan gaya sastra. Ia

39AS Haris Sumadiria, h. 168-172.

Page 38: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

juga seratus persen fakta, bukan fiksi. Pada teknik penulisan dalam jurnalistik

lama, umpamanya, dikenal beberapa jenis artikel seperti berita lurus dan karangan

khas. Berita lurus, sebagai contoh, terdiri atas beberapa elemen 5W+1H. Elemen

yang dianggap terpenting menjadi teras.

Elemen-elemen selanjutnya memberikan penjelasan tambahan atas teras.

Informasi tambahan semakin lama semakin tidak penting atau semakin bisa

dibuang. Struktur penulisan semacam ini memungkinkan editor menyesuaikan

teks berita dengan keterbatasan ruang secara gampang. Jika ruang tak mampu

menampung teks berita secara penuh, bagian terbawah dipotong, atau dihapus

lantaran kurang penting dibanding bagian di atasnya.

Menurut Andreas Harsono ketua Yayasan Pantau memaparkan pengertian

Jurnalisme Sastra, yaitu:

“Jurnalisme adalah segala upaya menyampaikan informasi untuk

menyampaikan kebenaran atau faktual kepadaya khalayak luas. Namun ada beberapa bagian penting dalam struktur penulisan jurnalistik di media cetak,

seperti piramida terbalik atau disebut juga Straight news, yang kedua yaitu feature

yang penulisannya dibuat dengan satu sudut pandang yang berbeda (one angles)

dan tetap fokus pada struktur penulisannya dan yang ketiga yaitu narasi yang di

buat dari dua sudut pandang yang berbeda-beda (multiple angles) dan tetap fokus

pada struktur penulisannya. Salah satu penggunaan gaya penulisan yang

digunakan dalam jurnalistik sastrawi yaitu menggunakan gaya narasi atau di sebut

juga narative reporting.”40

Jurnalisme Sastra merupakan salah satu dari tiga nama buat genre atau

gerakan tertentu dalam jurnalisme yang berkembang di Amerika Serikat di mana

reportase dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya

sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca. Tom Wolf, wartawan-cum-novelis, pada

1960-an memperkenalkan genre ini dengan nama “new journalism” (jurnalisme

baru). Genre ini kemudian dikenal dengan nama literary journalism atau

40 Hasil wawancara langsung dengan Andreas Harsono, pada tanggal 14 April 2009,

pukul 11:00 wib, di apartemen Permata Senayan Jakarta Selatan.

Page 39: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

narrative reporting. Suratkabar-suratkabar Amerika banyak memakai elemennya

ketika kecepatan televisi dan dotcom memaksa mereka tampil dengan laporan-

laporan yang analitis dan mendalam. Suratkabar tak mungkin bersaing cepat

dengan televisi.

Roy Peter Clark, seorang guru menulis dari Poynter Institute, Florida,

mengembangkan pedoman standar menjadi pendekatan baru yang naratif 5W 1H

adalah singkatan dari who (siapa), what (apa), where (dimana), whene (kapan),

why (mengapa), dan how (bagaimana). Pada narasi, menurut Clark dalam sebuah

esei Nieman Report, who berubah menjadi karakter, what menjadi plot atau alur,

where menjadi setting, when menjadi kronologi, why menjadi motif, how menjadi

narasi. 41

Ada juga yang bilang genre ini adalah jawaban media cetak terhadap

serbuan televisi, radio, dan internet. Suratkabar bisa berkembang bila menyajikan

berita yang dalam dan analitis.

Dari beberapa pengertian tentang Jurnalisme Sastra yang telah dijelaskan

sebelumnya, penulis menyimpulkan bahawa narasi atau Jurnalisme Sastra

merupakan karya jurnalistik sastra yang dibuat dalam gaya penulisan fiksi, naratif,

dan imajinatif yang memiliki nilai sastra yang tinggi dan berupaya keras untuk

membuat hal yang penting menarik dan relevan sehingga pembaca tertarik untuk

masuk mendalami sebuah karya sastra jurnalistik tersebut.

41

Andreas Harsono dan Budi Setiyono, h.viii-ix.

Page 40: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

BAB III

GAMBARAN UMUM

JURNALISME SASTRA DI INDONESIA

A. Konteks Kelahiran

Kehidupan pers bebas di Indonesia baru mulai pada 1998 saat Soeharto

ambruk. Buntutnya, republik ini tidak punya sejarah jurnalisme yang panjang.

Indonesia belum pernah punya majalah atau harian yang secara sadar

menggunakan narasi sebagai tulang punggung cerita-ceritannya.

Yayasan Pantau adalah sebuah lembaga yang bertujuan meningkatkan

mutu jurnalisme. Mulanya ia didirikan sebagai sebuah majalah pada 1999. Namun

majalah Pantau ditutup pada 2003. Awaknya, mendirikan Yayasan Pantau untuk

meneruskan cita-cita majalah.

Pantau juga bertujuan memperbarui jurnalisme di Indonesia. Sejak 2003,

Pantau aktif dan berinsiatif menjalankan program pelatihan wartawan, konsultan

media, riset, penerbitan, serta diskusi terbatas demi mendorong perbaikan mutu

jurnalisme di Indonesia, utamanya kawasan timur Indonesia.

Awalnya Pantau sebuah majalah yang diterbitkan oleh Institut Studi Arus

Informasi (ISAI) pada 1999. Majalah ini terbit tiap bulan dengan laporan-laporan

panjang dan mendalam, soal media, Aceh, terorisme, dan lain-lain. Isinya, sekitar

60 persen soal media dan 40 persen nonmedia. Pantau jadi fenomena baru dalam

jurnalisme Indonesia karena untuk kali pertama media Indonesia diliput media

lain dengan standar wajar -tanpa standar ganda karena khawatir saling

mengganggu sesama wartawan.

Page 41: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Sejak 2001, Yayasan Pantau menjalankan kursus menulis tiap semester:

Kursus Jurnalisme Sastra dengan pengampu Janet Steele dari Universitas George

Washington, dan Andreas Harsono serta Linda Christanty dari Pantau.

Menurut Wakil Direktur Yayasan Pantau Budi Setiyono:

“Sejak 2001 Yayasan Pantau mengulas media dengan Jurnalisme Sastra (lebih mengadopsi unsusr-unsur sastra) dengan cangkupan lebih luas dan liputan

lebih mendalam lagi, serta terdapat standarisasi dari media-media lainnya. Bahasa

yang digunakan adalah bahasa narasi akan tetapi lebih ke feature. Sistem yang bergerak di dalamnya terdapat kontributor-kontributor di berbagai daerah, selain

itu juga Pantau mengadakan kursus narasi, guna melatih para peserta bisa membuat narasi dengan baik.”42

Sejak 2003, Yayasan Pantau aktif menjalankan program pelatihan

wartawan serta diskusi demi mendorong perbaikan mutu jurnalisme di Indonesia

dan sekitarnya. Pada Februari 2003, manajemen ISAI memutuskan menutup

majalah Pantau karena kesulitan cash flow. Ini mengecewakan cukup banyak

kontributor Pantau. Mereka merasa misi meningkatkan mutu jurnalisme Indonesia

dan melayani publik lewat informasi-informasi yang independen dan bermutu jadi

terputus. Mereka ingin majalah ini diterbitkan lagi karena di Indonesia tak ada

media yang menyajikan informasi dengan bercerita atau "story telling" macam

The New Yorker atau The Atlantic Monthly. Riset dalam, banyak referensi, dan

enak dibaca.

Pada Agustus 2003, mereka berinsiatif mendirikan Yayasan Pantau.

Majalahnya terbit lagi. Isunya diperluas: politik-cum-kebudayaan. Tapi karena

investor yang tadinya mau masuk mengurungkan niatnya dan Pantau sendiri tak

punya tenaga bisnis yang mumpuni, majalah ini kembali berhenti terbit. Majalah

42 Hasil wawancara langsung dengan Budi Setiyono, pada tanggal 13 April 2009, pukul

13:00 wib, di Yaysan Pantau Jakarta Selatan.

Page 42: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

ini hanya sempat hadir tiga edisi.

Berbagai kerjasama telah dilakukan. Pada Desember 2003 misalnya,

Pantau bekerjasama dengan Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta menghadirkan

Bill Kovach, wartawan terkemuka dunia, ketua Committee of Concerned

Journalist dan kurator Nieman Foundation, Harvard University. Kovach

berdiskusi di sejumlah kota di Indonesia, sambil meluncurkan bukunya "The

Elements of Journalism," yang diterbitkan Yayasan Pantau dalam bahasa Melayu.

Pada Desember 2004, Yayasan Pantau menggandeng Michael Cowan,

pengajar pada Columbia Graduate School of Journalism, New York, yang juga

produser acara "Today" NBC.

Kerjasama internasional lain adalah dengan penulis buku "Covering

Globalization," Anya Schiffrin dari Initiative of Policy Dialogue, sebuah lembaga

nirlaba yang dikembangkan penerima Nobel Joseph E. Stiglitz. Beberapa nama

lain adalah Mila Rosenthal dari Columbia University.

Sejak April 2005, Pantau bekerjasama dengan Bisnis Indonesia untuk

melakukan workshop terhadap 60 wartawannya yang berlangsung selama empat

bulan. Pada Mei 2005, Pantau bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia melatih

wartawan-wartawan di Papua. Pantau juga mengorganisir jadwal dan kunjungan

US Jefferson Fellows di Indonesia dan pada Juli hingga Desember 2005. Pantau

terlibat dengan sejumlah riset dan training di Kupang, Ende, Aceh, Lampung,

Pontianak, Jember dan sebagainya.

Yayasan Pantau juga membuka Kursus Narasi yang cocok untuk orang

yang berminat menulis esai atau buku sejak tahun 2007. Pendekatannya pada

materi nonfiksi. Kursus ini diampu oleh Andreas Harsono dan Budi Setiyono (klik

Page 43: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

“TRAINING”).

Yayasan Pantau juga memiliki sebuah kantor di Aceh, yang menjalankan

program pemantauan atas rekonstruksi dan media di Aceh pascatsunami dan

pascakonflik. Seiring dengan kebutuhan pengembangan tema liputan dan

permintaan pembaca, kini kantor ini juga menyediakan feature atau narasi dari

luar Aceh. Liputan-liputannya dijual melalui Sindikasi Pantau.

Yayasan Pantau juga mengelola sebuah mailing list pantau-

[email protected] dengan anggota lebih dari 600 wartawan, produser,

dan mahasiswa. Ada juga mailing list [email protected] yang

jadi medium komunikasi anggota Pantau. Sejumlah anggota Pantau telah

memenangi beberapa penghargaan dalam bidang jurnalisme, fotografi, kartun,

desain, dan karya fiksi.43

Yayasan Pantau juga memiliki banyak cara untuk menunjukkan sikap

perduli terhadap jurnalisme di Indonesia, tak hanya sebatas menerbitkan majalah

tapi juga melatih wartawan-wartawan di Indonesia dan menjalin kerjasama

sinergi, baik dalam skala lokal, nasional, dan internasional. Banyak alumni dari

program-program ini ikut menulis. Kini ada sekitar 90 orang yang ikut menulis,

memotret atau menggambar untuk majalah maupun sindikasi Pantau.

43 www.pantau.com, di ambil pada tanggal 29 Mei 2009, pukul 10:30 wib

Page 44: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

B. Struktur Organisasi Yayasan Pantau

Ketua Yayasan: Andreas Harsono

Sekretaris Yayasan: BudiSetiyono Bendahara Yayasan: Artine Utomo

44

44 Yayasan Pantau, (Jakarta, Kebayoran Lama, 2009).

BOARDBOARDBOARDBOARD RTS Masli

Daniel Dhakidae Hamid Basyaib Artine Utomo

DIREKTURDIREKTURDIREKTURDIREKTUR Andreas Harsono WAKIL DIREKTURWAKIL DIREKTURWAKIL DIREKTURWAKIL DIREKTUR

Budi Setiyono

MANAGER PROGRAMMANAGER PROGRAMMANAGER PROGRAMMANAGER PROGRAM Imam Shofwan

STAF KEUANGANSTAF KEUANGANSTAF KEUANGANSTAF KEUANGAN Widji Lestari

STAF PROGRAMSTAF PROGRAMSTAF PROGRAMSTAF PROGRAM

Siiti Nurrofiqoh

STAF UMUMSTAF UMUMSTAF UMUMSTAF UMUM Khoirudin

KONTRIBUTORKONTRIBUTORKONTRIBUTORKONTRIBUTOR//// HONORERHONORERHONORERHONORER

Page 45: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Proses Kelahiran Jurnalisme Sastra dan Perkembangannya di Indonesia

Sejarah lahirnya Jurnalisme Sastra di awalai oleh Tom Wolfe, wartawan

cum novelis wartawan asal Amerika, pada 1960-an memperkenalkan genre atau

gerakan ini dengan nama new journalism (jurnalisme baru). Ia memberikan

batasan Jurnalisme Sastra pada tahun 1973 dalam antologi berjudul The New

Journalism. Isinya kumpulan artikel-artikel terkemuka pada saat itu. Ia menyebut

artikel-artikel itu sebagai jurnalisme baru, sedangkan para penulisnya jurnalis

baru.

Pada 1973, Wolfe dan E. Johnson menerbitkan ontologi dengan judul The

New Journalism. Mereka memasukkan narasi-narasi terkemuka pada zaman itu,

antara lain tulisan dari Hunter S. Thompson, Joan Didion, Truman Capote, Jimmy

Breslin, dan Wolfe sendiri. Mereka bilang genre ini berbeda dari reportase sehari-

hari karena dalam bertutur menggunakan adegan demi adegan (scene by scene

construction), reportase yang menyeluruh (immersion reporting), menggunakan

sudut pandang orang ketiga (third person point of view), dan penuh dengan detail.

Wawancara bisa dilakukan dengan puluhan bahkan ratusan narasumber. Risetnya

tidak main-main. Waktu bekerjanya bisa berbualn-bulan.

Beberapa pemikir jurnalisme mengembangkan temuan Wolfe. Ada yang

menyebut narrative reporting atau passionate journalism. Pulitzer Prize

menyebutnya explorative journalism. Apapun sebutannya, genre ini menukik

Page 46: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

sangat dalam. Lebih dalam daripada apa yang disebut sebagai in-depth reporting.

Laporannya panjang dan utuh tidak dipecah-pecah ke dalam beberapa laporan.45

Sejarah lahirnya jurnalisme baru menurut JB Wahyudi, jurnalistik baru

dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Paul Williams, seorang perintis laporan

investigatif atau unvestigative reporting. Ia juga seorang pendiri Perkumpulan

Wartawan dan Editor yang melakukan upaya pemasyarakatan laporan

investigative di Indianapolis Amerika Serikat pada tahun 1976.

Jurnalistik baru beritanya bersifat mulitilinier, tidak seperti jurnalistik lama

yang bersifat linier (satu referensi saja). Artinya jurnalistik baru mengunakan

referensi-refernsi pokok, yaitu kejadiannya, juga dilengkapi dengan referensi-

referensi lain, seperti wawancara dengan orang yang mengetahui kejadian itu,

kliping surat kabar, majalah, buku dan sebagainya. Sehingga beritanya jauh lebih

lengkap daripada berita yang ditulis dengan gaya jurnalistik lama. Contohnya jika

terjadi banji, maka beritanya tidak terbatas banjir itu saja, tetapi dilengkapai

dengan data lain tentang peristiwa banjir ditempat itu di waktu yang lalu, seperti

minggu lalu atau bulan lalu atau sekian tahun lalu di tempat tersebut pernah terjadi

banjir yang sama besarnya atau malah lebih besar dari pada yang terjadi sekarang.

Jadi, jurnalistik baru menggali fakta-fakta yang tersembunyi yang

kelihatan di permukaan saja. Fakta yang tersembunyi hanya bisa diketahui dengan

menggali pada berbagai sumber, seperti wawancara dengan orang yang

mengetahui kasus itu, berita surat kabar yang pernah ada, ulasan majalah dan

buku, dan sebagainya.46

45

Andreas Harsono dan Budi Setiyono, Jurnalisme Sastra Antologi Liputan Mendalam

dan Memikat, (Jakarta, Yayasan Pantau Kebayoran Lama), 2005, h. viii. 46 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat, Kalam Indonesia Kampung Utan, 2005),

h. 23-25.

Page 47: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Di Indoneisa Jurnalisme Sastra memberi tempat bagi wartawan untuk

mengakutalisasikan keberadaan dirinya. Sebab, ia menuntut seorang wartawan

untuk mampu membuat narasi, ataupun deksripsi yang rinci, hidup, kontekstual,

dan relevan. Tidak mungkin seorang wartawan hasil seminggu pelatihan hanya

dengan bekal 5W+1H bisa memenuhi standar karya Jurnalisme Sastra

Namun gerakan ini tidak berkembang karena tak ada media yang mau

menyediakan tempat, uang, dan waktu untuk naskah yang panjang. Mekipun

hanya ada satu media yaitu Yayasan Pantau dan sempat menerbitkan majalah

pantau sejak tahun 1999 sampai pada tahun 2004. Namun di karenakan masalah

finacial yang kurang memadai dan biaya produksi semakin membengkak karena

ruang halaman harus tersedia lebih banyak. maka majalah ini tidak terbit lagi dan

tutup pada tahun 2004.

Untuk menutupi kegagalan itu Yayasan Pantau mengadakan kursus

menulis tiap semester: Kursus Jurnalisme Sastra dengan pengampu Janet Steele

dari Universitas George Washington, dan Andreas Harsono serta Linda Christanty

dari Yayasan Pantau. Yang bertujuan mengembangkan bakat para penulis berita

atau wartawan yang ingin mendalami penulisan berita Jurnalisme Sastra.47

B. Isi Jurnalisme Sastra serta Unsur-unsur Penulisan Feature dan Straight News.

1. Penulisan Jurnalisme Sastra.

Ada tiga hal yang penting di dalam Jurnalisme Sastra, yaitu :

a. Tulisannya bersifat jurnalistik, yang disuguhkan kepada pembaca. Sifat

jurnalistiknya tercermin dari penggalian subyek berita yang sungguh-

47

Yayasan Pantau, Jakarta, 2009.

Page 48: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

sungguh menerapkan asas-asas jurnalistik: berdasar peristiwa aktual,

wawancara atau datang langsung ke sumber berita, jujur, mencakup

sumber dua arah, dan lainnya.

b. Tak sekadar suatu laporan yang singkat dan dangkal. Yaitu berdasar pada

suatu investigasi yang mendalam, yang meliputi pengamatan dan

wawancara yang luas. Pada tingkat tertentu, boleh dikata, investigasi ini

sudah setara untuk tidak mengatakannya kadang bahkan melebihi suatu

penelitian sosial. Tak jarang ia diperlengkapi pula dengan studi pustaka.

Membacanya kita bukan semata beroleh keping-keping informasi, tapi

juga suatu pengetahuan. Kita tak sekadar mendapat kesan, tapi sungguh

seperti menemu ilmu.

c. Sebagaimana adjektif yang disandang Jurnalisme Sastra dihadirkan

sebagai laporan panjang atau sejenis feature yang ditulis dengan pola

seperti orang bercerita. Dan memang pada dasarnya ia hendak bercerita,

bukan sekadar berkabar. Lancar, mengalir, dan renyah. Tidak kaku dan

berat sebagaimana bahasa ilmiah, namun juga tidak dangkal sebagaimana

tulisan straight news biasa. Diksinya dipilih dengan cermat. Sebisa

mungkin tidak boleh ada pengulangan kata. Kalimat-kalimat yang panjang

dan bertingkat, yang membuat rumit dan berbelit, sedemikian rupa

dihindari. Pembaca lalu seperti disuguhkan sebuah tulisan bergaya sastra,

yang tak membosankan dan ingin terus mencicipinya.

Dari ketiga hal di atas setara pentingnya. Tak ada yang lebih utama dan tak

ada yang lebih di belakang. Ketiganya merupakan pokok yang menyatu dan

berada dalam satu tubuh yang disebut Jurnalisme Sastra itu. Kemampuan

Page 49: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

jurnalistik, penelitian sosial, dan penulisan bergaya sastra sekaligus tampaknya

harus dimiliki oleh seorang pelaku Jurnalisme Sastra.48

2. Aturan-Aturan Jurnalisme Sastra

a. Riset mendalam dan melibatkan diri dengan subjek

Jurnalisme sastra membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan

reportase. Oleh sebab itu data yang ada lebih akurat dan mendalam. Selain itu para

jurnalis sastra harus lebih mendekatkan diri kepada sumber agar data yang ada

semakin akurat. Jurnalis juga harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap

perilaku sumber.

b. Jujur kepada pembaca dan sumber berita

Pembaca merupakan hakim yang tidak boleh dibohongi penulis.oleh

karena itu, jurnalis harus menjaga hubungan baik dengan pembaca dan sumber

berita.

• Hubungan penulis dengan pembaca

Penulis tidak boleh dengan sengaja mengkombinasi atau memperbaiki

adegan demi adegan, mengagregasi karakter, memoles kutipan, atau mengubah

keaslian materi liputan mereka. Ini yang membedakan mereka dengan penulis

fiksi.

• Hubungan penulis dengan sumber berita

Ini menyangkut cara mencari dan menjaga kepercayaan narasumber

terhadap penulis. Penulis harus tetap bisa memperoleh informasi yang otentik

berdasarkan kesepakatan dengan para narasumber seperti mitra bisnis, atau teman

dekat.

48 www.semestanet.com, di ambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 20:00 wib.

Page 50: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

c. Fokus pada peristiwa rutin

Untuk memudahkan penulis memperoleh bahan maka biasanya mereka

mencarinya di tempat yang dapat dikunjungi.

d. Menyajikan tulisan yang akrab-informal-manusiawi

Penulis harus menulis secara akrab, tulus ironis, keliru, penuh penilaian

dan manusiawi. Namun tetap tanpa opini pribadi. Karena apa yang disajikan

kepada pembaca adalah fakta.

e. Gaya penulisan yang sederhana dan memikat

Penulisan sederhana dan memikat diperlukan untuk membuat pembaca

tidak hanya melihat tetapi juga merasakan peristiwa.

f. Sudut pandang yang langsung menyapa pembaca

Penulis tidak memposisikan diri secara statis.

g. Menggabungkan narasi primer dan narasi simpangan

Penulis menggabungkan antara kisah utama dengan kisah pendukung yang

akan melengkapi laporan.49

Menurut Robert Vare seoarang wartawan majalah The New Yorker dan

The Rolling Stones, mengatakan:

“ Ada tujuh pertimbangan bila anda hendak menulis narasi, diantaranya :

a. Fakta, jurnalisme menyucikan fakta. Walau pake dasar “sastra” tetapi ia tetap jurnalisme. Setiap detail harus berupa fakta. Nama-nama oarang adalah nama

49

www.wordpress.com, Jurnalisme-Sastra-Septiawan-Santana, di ambil pada tanggal

tanggal 25 Maret 2009, pukul 20:15 wib.

Page 51: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

sebenarnya. Tempat juga memang nyata. Kejadian benar-benar kejadian.

Merah disebut merah. Hitam hitam. Biru biru. Jurnalisme sastra bukan reportase yang ditulis dengan kata-kata puitis, Narasi boleh puitis tapi tak

semua prosa yang puitis adalah narasi. b. Konflik, sebuah tulisan panjang lebih mudah dipertahankan daya pikatnya bila

ada konflik atau sengketa. Sengketa bisa berupa pertikaian satu orang dengan orang lain, ia juga bisa berupa pertikaian antar kelompok, pertentangan

seseorang dengan hati nuraninya, bisa berupa pertentengan seseoarang dengan nilai-nilai dimasyarakatnya, dan lain sebagainya. Pendek kata, konflik atau

sengketa termasuk unur penting dalam narasi.

c. Karakter, narasi minta ada karakter-karakter. Karakter membantu mengikat

cerita. Ada karakter utama dan karakter pembantu. Karakter utama

seyogyanya orang yang terlibat dalam pertikaian. Ia harus punya kepribadian

menarik. Tak datar dan tak menyerah denga mudah.

d. Akses, bisa berupa wawancara, dokumen, korespondensi, foto, buku harian,

gambar, kawan, musuh, dan lain sebagainya.

e. Emosi, ia bisa rasa cinta, pengkhianatan, kebencian, kesetiaan, kekaguman,

sikap menjilat dan lain sebagainya.

f. Perjalanan waktu, diibaratkan laporan suratkabar “biasa” dengan sebuah

potret. Snap shot. Klik. Klik. Klik. Laporan panjang adalah sebuah film yang

berputar. Ia juga membedakan narasi dari feature. Narasi semacam vedeo

“series of time” peristiwa berjalan bersama waktu. Sedangkan feature semacam potret sekali jepret. Panjang perjalanan waktu tergantung kebutuhan.

g. Unsur kebaruan, tidak ada gunanya mengulang-ulang lagu lama. Mungkin lebih mudah mengungkapkan kebaruan itu dari kacamata orang biasa yang

jadi saksi mata peristiwa besar.”50

Jika digambarkan, srtuktur penulisan jurnalisme sastra seperti gambar di

bawah ini:

50 Andreas Harsono dan Budi Setiyono, Jurnalisme Sastra Antologi Liputan Mendalam

dan Memikat, (Jakarta, Yayasan Pantau Kebayoran Lama, 2005), h. xii-xv.

Page 52: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

3. Kategori Feature News

Friedlander dan Lee memilih beberapa ketegori feature. Ada 14 tipe

newspaper feature. Tiap kategori memiliki kekuatan Appeal tertentu dan tiap-

tiap kategori membangun tipoik-topik tertentu,

a. The Bussiness Story

Kisah-kisah human interest diseputar soal bisnis. Pengisahnya biasanya

melaporkan bagaimana dunia bisnis penjualan, para pelaku bisnis. Seperti

seorang direktur penjualan yang sukses dibeli oleh perusahaan lain dengan

harga mahal. Kisah feature melaporkan cara kerja, konsep dan filosofi

kerja, sampai kehidupan masa kecil dan keluarganya.

b. The Commemorative Story

Page 53: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Kisah-kisah human interest mengenai perayaan, peringatan, atau nostalgia

yang diupacarakan. Dalam hal ini media sering mengkhususkan laporan

mengenai peryaan Tahun Baru.

c. The Explanatory Story

Feature yang melaporkan proses kegiatan seperti bagaimana persiapan

partai-partai politik menghadapi pelaksanaan pemilihan umum, bagaimana

sebuah satsiun radio komersial memprogramkan acara siarannya,

bagaimana perajin lokal memproduksi barang yang berkualitas ekspor, dan

lain sebagainya.

d. The First-Person Story

Feature yang menceritakan seorang yang menuturkan pengalamannya.

Ada peristiwa personal yang ditunggu khalayak. Korban bencana alam

nasional yang selamat, pertemuan seseorang dengan tokoh terkenal, dan

lain sebagainya.

e. The Historical Story

Feature tentang sejarah. Tempat-tempat bersejarah, kisah di balik

peristiwa sejarah, dibalik kehidupan tokoh-tokoh sejarah, dan lain

sebagainya.

f. The Hobbyist Story

Page 54: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Feature yang menceritakan tentang kegemaran yang unik dari seseorang.

Kisah-kisah kolektor barang-barang antik seperti kolektor mainan

kendaraan perang, dan lain sebagainya.

g. The How-To Story

Feature yang menceritakan “how to how-how” bagaimana seseorang atau

sesuatu hal memproses sebuah kegiatan. Seperti bagaimana keberhasilan

seseorang mencangkok tanaman tertentu hingga tumbuh dan berbuah

dalam waktu yang tidak biasa, kisah pengacara yang selalu memenangkan

perkaranya, dan lain sebagainya.

h. The Invention Story

Feature yang menceritakan tentang penemuan-penemuan, seperti seorang

peneliti menemukan pengobatan dari tetumbuhan atau hewan-hewan atau

sesuatu yang tidak terduga, seperti menemukan rakitan teknologi robot,

dan lain sebagainya.

i. The Medical Story

Feature yang menceritakan tentang penyakit-penyakit yang diderita oleh

manusia yang menyebabkan kematian, seperti penyakit AIDS, kangker,

tumor, jantung, dan lain sebagainya.

j. The Odd-Ocuption Story

Feature yang menceritakan seorang pekerja yang memiliki pekerjakan

yang unik. Seperti kisah pembersih jendela luar gedung pencakar langit

yang menempel di ketinggian puluhan tingkat dikota-kota besar atau kisah

seorang penggali kuburm perias jenazah atau pembakar mayat orang yang

diabukan, dan lain sebagainya.

Page 55: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

k. The Overview Story

Feature yang menceritakan sebuah fenomena aktual di masyarakat, seperti

peristiwa kebakaran yang dilaporkan melalui penuturan human interest,

problema-problema sosial, dan lain sebagainya.

l. The Participation Story

Kisah-kisah Feature yang dibuat dengan keterlibatan penuh dari penulis.

Seperti seorang wartawan tinggal dan hidup berbulan-berbulan di wilayah

konflik, mengikuti dan mengamati pertempuran yang terjadi. Laporannya

memberi detail-detail yang jarang terungkap pemberitaan reguler.

m. The Profile Story

Feature yang menceritakan profil tokoh-tokoh publik yang tengah jadi

pembicaraan. Yaitu menggambarkan potret diri seseorang. Tidak hanya

untuk lebih baik lagi penulis profil mengerjakan riset dan wawancara

orang-orang yang mengenali tokoh tersebut.

n. The Unfamiliar Visitor Story

Didalam kisah feature ini yaitu mengangkat perspektif orang-orang yang

menjadi unfamiliar visitor di masyarakat sehingga khalayak memahami

sebuah peristiwa denga lebih bak lagi. Seperti konflik agama dan suku

terjadi di wilayah timur Indonesia, orang-orang Ambon atau Maluku

(unfamiliar visitor) yang tengah berada di Jakarta diwawancara.

Tanggapan, kepedulian, dan kehidupan mereka di laporkan.51

4. Struktur Penulisan Feature

51

Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005),

hal. 39-41.

Page 56: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Kisah penulisan feature berkembang sejak jurnalisme modern diterapkan

di Amerika. Pada fase “penny press” di tahun 1830-an. Kisahnya mengadopsi

struktur cerita pendek.

Struktur penulisan Feature terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: awal

(beginnings), tengah (middles), dan akhir (ends). Berbeda dengan kisah berita,

feature tidak mengarahkan pembaca. Penulis feature membangun bacaan

seutuh mungkin, dalam urutan yang mudah dipahami. Kisahnya tidak bisa

dipenggal-penggal. Hanya bisa diedit dengan hati-hati, pada setip bagian dan

keseluruhan kisahnya, dari awal sampai akhir kisahnya.

Menurut Daniel R. Williamson (1975: 26) dalam buku Feature Writing for

Newspapers, mengatakan:

“Kunci pembuka kisah feature ada di paragraf pertama, the lead”

Lead menjadi awal pembaca hendak meneruskan bacaannya. Wartawan

berusaha keras mengarangsir kata-kata dibagian-bagian ini, agar bisa

mengajak pembaca masuk ke dalam pengisahan.

Usai mengatasi lead, penulis feature berhadapan dengan body (tubuh

berita) dan ending (penutup). Bila diurut, struktur feature terdiri dari:

a. Judul

Setiap judul memerlukan penanganan yang cermat. Melalui judul,

pembaca diajak dan ditarik minat perhatiannya. Dalam feature, judul tidak

perlu berupa ringkasan. Yang penting, harus dibuat semenarik mungkin

dan dapat menggugah pembaca.

Page 57: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Judul feature tidak mesti berkaitan dengan lead. Model ini tidak harus

di tulis secara S-P-O-K (Subyek-Predikat-Objek-Keterangan). Tidak harus

tegas menyiratkan arti. Makna ambigu kerap dibutuhkan bahkan bila perlu

imajinatif karena semua ini diperlukan untuk menggugah pembaca.

b. Lead

Lead berguna sebagai pemancing minat dan atensi pembaca. Setiap

reporter punya kesadaran tinggi akan perlunya lead. Mereka menghindari

lead tidak bermutu dan itu-itu saja.

Lead pada feature memiliki dua tujuan, pertama, menarik pembaca

untuk mengikuti materi tulisan. Kedua, merupakan cara melancarkan

pemaparan kisah.

Untuk dua tujuan itu, lead pun terdiri dari beberapa pilihan dengan

kegunaan masing-masing. Ada yang untuk menyentak pembaca, atau

menggelitik rasa ingin tahu pembaca, atau merojok imajinasi pembaca,

atau meringkas isi feature yang akan dibaca.

Tapi, dalam feature, penulis punya banyak keleluasaan dalam

memaparkan atau menjelaskan yang ingin diungkapkan. Karena itu, dalam

lead, penulis bisa mengombinasi satu-dua jenis lead yang dianggap tepat.

c. Body

Body kisah feature memiliki karakteristik tertentu. Setiap bagiannya

bersifat unity (saling menyatu), koheren (saling berhubungan), dan

mengundang emphasis (penekanan tertentu) pada tiap paragrapnya.

Page 58: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Ketiga hal itu melancarkan pengisahan. Ketiganya mengarahkan tema

pokok laporan, mengemas materi penting, menjembatani perpindahan

paragraf dengan enak, mengalir, dan menjauhi kekakuan.

d. ending.

Penutup merupakan bagian akhir dari struktur penulisan feature. Suatu

feature memerlukan ending. Ending menjadi penguat tulisan disusun

dengan cermat, dan berhubungan dengan keseluruhan laporan. Penutup

mendorong akhir kisah menjadi satu kesatuan dengan lead dan Body.52

Jiga digambarkan, struktur penulisan feature seperti gambar di bawah ini:

5. Unsur 5 W + 1 H dalam Lead (Straight News)

52 Ibid. h. 41-47.

Page 59: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Jurnalisme seringkali disebut “literatur in hurry,” kesusastraan yang

terburu-buru. Dalam pekerjaan jurnalistik ada unsur ketergesa-gesaan dan

kebutuhan akan kecepatan. Itulah sebabnya, sejak munculnya suratkabar sampai

sekarang berkembang teknik-teknik penulisan berita yang mengacu pada

kecepatan ini, sehingga berita-berita yang ditulis di suratkabar-suratkabar, apalagi

di radio dan televisi bentuknya singkat, padat, dan ringkas.53

Tetapi, perlu diketahui bahwa tidak ada satu cara pun yang sama yang

digunakan suratkabar dalam penulisan beritanya meskipun acuannya masih sama,

yaitu kecepatan. Cobalah perhatikan berita-berita yang ditulis suratkabar-

suratkabar tentang peristiwa yang sama, maka kita akan mengerti tentang maksud

kalimat diatas. Meskipun demikian, jika diperhatikan dengan lebih seksama, maka

terilaht bahwa berita-berita di suratkabar umumnya mengikuti sebuah pola, yakni

pola piramida terbalik.

53Muhammad Budyatna, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Offset, 2006), h. 125.

Page 60: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Lead berarti “yang diatas”, “yang didepan”, dan “yang memimpin”.

Karena itu, lead atau teras atau intro dalam berita ialah sebuah kalimat atau

sejumlah kalimat pertama pada sebuah berita yang dimaksudkan untuk menarik

minat agar khalayak (pemonton, pendengar, pembaca) mengikuti berita itu. Juga

dimaksudkan untuk membuat jalan supaya alur berita jadi lancar dan untuk

menekankan arti berita.54

Lead harus mengungkapkan unsur terpenting dalam sebuah berita. Unsur

terpenting dalam sebuah berita, bisa berupa:

a. Pelaku kejahatan, misalnya:

54

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (-Ciputat, Kalam Indonesia Kampung Utan, 2005),

h. 96.

Lead

(5W+1H) ……………………

Pengembangan

secara

Lebih detail

Page 61: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Dua pengedar narkoba di bekuk polisi pagi tadi.

b. Korban jiwa atau harta benda, mislanya:

i. Delapan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam

tabrakan truk dengan bus di jalan Jagorawi kemarin.

ii. Sepuluh rumah musnah terbakar di Tanah Abang kemarin.

c. Kemajuan, misalnya:

Untuk menaiki kereta api cepat tidak perlu ke Jepang atau negara maju

lainnya, karena pemerintah sedang membangun rel kereta api sepat

yang mulai beroperasi tahun depan.

d. Baru, misalnya:

Pihak TNI tidak keberatan untuk menghapus Pasal 19 RUU TNI yang

banyak ditentang itu. Sebelumnya pihak TNI terkesan membela pasal

itu dengan mengatakan bahwa TNI tidak bermaksud menggunakan

pasal itu untuk melakukan kudeta.

e. Aneh, misalnya:

Seorang perempuan melahirkan seekor buaya di rumah sakit kemarin.

Lead berita yang ditulis dalam piramida terbalik dibagi menjadi dua

macam, yaitu:

a. Formal lead, yaitu lead yang mengandung semua unsur berita

(5W+1H), contohnya:

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri kongres Partai

Demokrat di Jakarta kemarin agar pihak-pihak yang berseteru bersatu

kembali mengembangakan partai ini.

Unsur who: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Page 62: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Unsur what: menghadiri kongres partai.

Unsur when: kemarin.

Unsur why: Adanya pihak-pihak yang berseteru.

Unsur how: bersatu kembali.

b. Informal lead, yaitu lead yang hanya mengandung sebagian unsur

berita. Contohnya:

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri kongres Partai

Demokrat kemarin.

Hal itu dimaksudkan agar pihak-pihak yang berseteru dapat bersatu

kembali untuk membesarkan partai ini.55

Berita dimulai dengan ringkasan atau klimaks dalam alenia pembukanya

yang kemudaian dikembangkan lebih lanjut dalam alinea-alinea selanjutnya

dengan memaparkan rincian cerita secara kronologis atau dalam urutan yang

semakin menurun daya tariknya. Alinea-alinea berikutnya yang memuat rincian

berita disebut tubuh berita dan kalimat pembuka yang memuat ringkasan berita

yaitu teras berita atau lead. Contohnya ketika anda menceritakan peristiwa

kecelakaan: “Eh, tadi ada tukang sayur terserempet motor, kasihan, deh!” Dalam

hal ini, si penggambar pasti tidak akan menceritakan dulu berapa umur tukang

sayur, dan bagaimana tukang sayur itu berjalan sambil membawa sayurannya

tanpa disengaja ia terserempet motor. Apa yang dilakukan adalah pertama-tama

membuka ceritera anda dengan ringkasan ceritera tentang kejadian yang ingin

55

Ibid. h. 96-98.

Page 63: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

disampaikan, kemudian baru menambah cerita itu dengan rincian yang mungkin

menarik untuk didengarkan.56

Rumus 5W+1H dalam jurnalistik termasuk kedalam unsur-unsur yang

lengkap dalam lead. Lead yang baik membutuhkan antara lain selektivitas, yaitu

penentuan tentang unsur apa saja yang paling penting. Contoh simpelnya :

peristiwa kebakaran (Apa) pengguna kendaraan yang membuang puntung rokok

dalam keadaan menyala (Bagaimana) di pom bensin Ciputat Tangerang (Dimana)

pengguna kendaraan truk (Siapa) karena api dari puntung rokok yang langsung

menyambar bensin (Mengapa) pada siang hari pukul 12:00 WIB (Kapan).

Dari beberapa pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa straight

news adalah kegiatan menyampaikan berita berupa fakta atau informasi untuk

disampaikan kepada khalayak luas dan tidak terlepas dari unsur 5W+1H dengan

struktur penulisan piramida terbalik. Sedangkan feature merupakan berita atau

cerita yang dibuat berupa fakta atau informasi semenarik mungkin namun tidak

selalu berpedoman pada unsusr 5W+1H. Sedangkan Jurnalisme Sastra atau

narrative reporting merupakan penulisan berita yang dibuat dalam bentuk narasi

dari berbagai sudut pandang yang berbeda sesuai dengan fakta-fakta yang ada dan

bukan karangan fiktif belaka.

C. Konstruksi Berita yang Ditulis Menggunakan Pendekatan Staright News dan

Berita yang Ditulis Menggunakan Pendekatan Jurnalisme Sastra

1. Contoh dan Analisis Berita yang Ditulis dengan Pendekatan Straight News

PRESIDEN: HENTIKAN PROVOKASI MALAYSIA Ambalat Wilayah Indonesia

56 Muhammad Budyatna, M.A, Jurnalistik Pendekatan Teori Dan Praktik, (Ciputat, PT

Logos Wacana Ilmu Bukit Pamulang Indah, 1999), h 125-127.

Page 64: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Jakarta, Kompas – Presiden Susilo bambang Yudhoyono meminta

Malaysia menghentikan provokasi menggunakan armada perangnya di perairan Ambalat, Indonesia. Provokasi yang dilakukan saat diplomasi dan perundingan

untuk garis batas perairan berlangsung akan meperburuk hubungan baik selama ini.

Penegasan Presiden disampaikan saat menerima enam anggota Komisi I DPR di Kantor Presiden, sabtu (6/6) malam. Lima anggota Komisi I DPR yang

datang bersama ketua Komisi I Theol L Sambuaga adalah Yusron Ihza Mahendra, Happy Bone Zulkarnain, Sidky Wahab, Dojoko Susilo, dan Andreas Parera. Tim

ini akan ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk mengurus masalah Ambalat (wilayah

ambang batas lautan antara Indonesia dan Malaysia).

“Hentikan provokasi di Ambalat. Begitu kata Presiden. Tim ke Malaysia

untuk mengingatkan. Jangan sambil bicara (berunding) membuat maneuver-

manuver di Ambalat. Hentikan manuver itu,” ujar Yusron yang menjadi

pemimpin tim ke Malaysia seusai bertemu dengan Presiden.

Di Malaysia, Tim komisi I DPR akan bertemu dengan unsur pimpinan

parlemen Malaysia dan komisi terkait. Setelah itu, bersama-sama dengan

parlemen Malaysia, tim komisi I akan bertemu dengan pemerintah Malaysia, surat

yang dikirim untuk bertemu perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak belum

ada jawaban sampai semalam.

Sampai saat ini belum ada jawaban dari pihak Malaysia soal pertemuan

dengan pemerintah karena PM Najib sedang berada di China. Tidak ada penjelasan apakah Najib kembali saat tim Komisi I DPR masih berada di

Malaysia. Pertemuan ini, kata Theo, diprakarsai untuk mendesak Malaysia menjaga hubungan baik dengn Indonesia.

“Kami hendak meyakinkan Malaysia lewat parlemen mereka supaya menjaga hubungan baik Indonesia-Malaysia dengan tidak melakukan provokasi-

provokasi di perairan Ambalat. Provokasi itu jelas-jelas memperburuk hubungan baik, “ujar Theo dalam jumpa pers seusai melapor ke pada Presiden.57

Tabel.1

NO JUDUL LEAD TUBUH

BERITA

KAKI

BERITA

UNSUR

BERITA

(5W+1H)

1 Presiden

Hentikan

Provokasi

Malaysia

2

Ambalat

Wilayah

Indonesia

Jakarta, Kompas

– Presiden

Susilo bambang

Yudhoyono

Who (Siapa)

57 Kompas Minggu, Jakarta, 7 Maret 2009,h 1.

Page 65: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

meminta

Malaysia

menghentikan

provokasi menggunakan

armada perangnya di

perairan Ambalat,

Indonesia. Provokasi yang

dilakukan saat

diplomasi dan

perundingan

untuk garis

batas perairan

berlangsung

akan

meperburuk

hubungan baik

selama ini.

3

Sabtu (6/6) malam.

When (Kapan)

4

Lima anggota

Komisi I DPR

yang datang

bersama ketua

Komisi I Theol

L Sambuaga adalah Yusron

Ihza Mahendra, Happy Bone

Zulkarnain, Sidky Wahab,

Dojoko Susilo, dan Andreas

Parera.

Who (Siapa)

5

Tim ini akan ke

Kuala Lumpur,

Malaysia, untuk

mengurus

masalah

Ambalat

(wilayah

What (Apa)

Page 66: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

ambang batas

lautan antara

Indonesia dan

Malaysia).

6

Malaysia menggunakan

armada perangnya di

perairan ambalat

How

(Bagaimana)

7 Di Malaysia Where

(Dimana)

8

Malaysia jelas-

jelas ingin

memperburuk

hubungan baik

dengan

Indonesia

Why

(Mengapa)

9

Sampai saat

ini belum ada

jawaban dari

pihak

Malaysia soal

pertemuan dengan

pemerintah karena PM

Najib sedang berada di

China. Tidak ada penjelasan

apakah Najib

kembali saat

tim Komisi I

DPR masih

berada di

Malaysia.

Pertemuan ini,

kata Theo,

diprakarsai

untuk

mendesak

Malaysia

menjaga

hubungan baik

dengn

Indonesia.

Page 67: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

2. Contoh dan Analisis Berita yang Ditulis dengan Pendekatan Jurnalisme Sastra

Obrolan

Layar

Rantai Film Musikal

Sejarah Industri film modern di mulai dari film musical. Di tahun 1920, ketika film masih hitam-putih, dunia dihebohkan oleh kehadiran The Jazz Singer,

Sunny Side Up, dan The King of Jazz. Namun, pasang-naik film-film musical baru berlangsung 30 tahun kemudian ketika industri film diramaikan oleh AnAmerican

in Paris, Oklahoma!, Singin’ in the Rain, dan The King and I.

Hingga satu dasawarsa berikutnya, di tahun 1960-an film-film musical

tetap berjaya. Orang-orang tua kita mungkin ingat beberapa judul yang membekas

di benak mereka, macam Camelot, My Fair Lady, atau The Sound of Music.

Puncaknya, pada 1970-an ketika Grease yang dibintangi Jhon Travolta

menduduki box office di mana-mana. Dalam kurun waktu ini pula Cabaret, Jesus

Christ Superstar, dan Saturday Night Fever jadi topic perbincangan. Di Indonesia,

Jesus Christ Superstar bahkan sempat diangkat ke panggung teater oleh seniman

Remy Sylado di Senayan, Jakarta, dan memunculkan kontroversi, Pasalnya, Yesus

diperankan oleh seorang kulit gelap.

Kini bagaimana kabar film-film musical? Memasuki kurun 2000-an

sekarang, film-film musical kurang dari hitungan jari, dan hanya dua saja yang

berhasil menerobos pasar internasional: Moulin Rouge! Dan Chicago. Di

Indonesia, nasibnya lebih mengenaskan lagi. Hanya ada satu judul, Pertualangan

Sherina yang di buat oleh Riri Riza. Ini pun tak sepenuhnya musical. Riri Riza pada film ini berada dalam situasi tarik-menarik antara membuat film musical dan

film drama tidur. Pertualangan Sherina mungkin sama bentuknya dengan film-film musikal

Indonesia di masa lalu, sebagaimana ditunjukkan oleh film-film Bing Slamet, Benyamin, atau Rohma Irama. Film-film mereka tak sepenuhnya musical, musik

sekedar “tempelan,” dalam artian bukan bagian dari cara bertutur. Demikian juga

Gejolak Kawula Muda, Tari Kejang, dan Demam Tari, atau operat lebaran Papiko

rancangan Titiek Puspa.

Alhasil, di Indonesia tradisi pembikinan film-film musical mengalami

Page 68: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

mata rantai terputus, terhitung sejak pasang naik di paroh kedua tahun 1950-an

sampai 1960-an. Dari titik pandang ini, selayaknya kita berterima kasih pada IndraYudistira membuat film musikal di tengah menjamurnya film-film drama.

Yudistira membuat film musical di tengah menjamurnya film-film drama. Yudistira membuat Biarkan Bintang Menari (BBM) dan siap berlaga untuk

memperebutkan kue pasar film di Indonesia. Mampukah BBM jadi trend-setter

seperti film-film musical di masa lalu?

Pada 1950-an, Tiga Dara dan Asmara Dara -keduanya disutradarai oleh Usmar Ismail dengan musik oleh Sjaiful Bachrie, yang mengambil beberapa

soundtrack dari karya Ismail Marzuki seperti Rindu Lukisan dan Sersan Mayorku-

boleh dibilang punya nilai penting bagi sejarah film itu dinyanyikan banyak orang

dan seolah menjadi penanda zaman. Lalu Tiga Dara prosuksi Perfini tahun1956

berhasil melejitkan nama Chitra Dewi, Mieke Widjaya, dan Indiarti iskak. Busana

dan rambut mereka ditiru banyak orang. Bahkan sempat orang menggelar lomba

mirip karakter-karakter dalam Tiga Dara itu.

Belum lagi Asmara Dara produksi perfini pada 1958. Film ini tak kalah

dahsyat. Masih tetap berbalut musical yang kental dengan tarian dan nyanyian ala

Broadway., film ini menghadirkan tema yang tak lapuk di makan usia, semisal

soal cinta segiempat atau intrik dalam keluarga. Film ini melambungkan nama-

nama dari Aminah Cendrakasih, Bambang Irawan, Baby Huwae, Bambang

Hermanto, Nurbani Jusuf, hingga Suzanna si “Ratu Mistik.” Suzanna mendapat

penghargaan Festival film Asia 1960 sebagai cilik terbaik. BBM punya kemungkinan untuk jadi trend-setter. Pertama, film ini

menganut “system bintang.” Ladya Cherryl, pameran Alya dalam segmen remaja. Orang tahu, pangsa pasar film terbesar di mana pun adalah remaja. Dan ketiga,

mutu dari film itu sendiri. Monty Tiwa, penulis scenario, mengatakan bahwa film ini adalah gabungan dari grease dan The Sound of Music. Tariannya sendiri kental

dengan nuansa Broadway, garapan koreografer Johan Jaffar yang tempo hari bekerja di sana selama dua tahun.

Beberapa tarian dalam film tersebut mengingatkan orang pada Les

Parapluies de Cherbourg (Jacques Demy, 1964). Sepintas pula, tariannya

mengadopsi Les Demoiselles de Rochefort (Demy, 1967) yang meraih Grand prix

di Festival Film Cannes 1964, di susul nominasi Oscar untuk musik dan scenario

terbaik. Tetapi, nuansa The Sound of Music, khusunya adegan masa kecil di awal

film, dan Grease, sangat membelut BBM.

Yang menarik, adegan saat Ariyo menari dan tiba-tiba melompat dan tidur

di kursi panjang dengan iringan lagu ingin yang dilantunkan vokalis Ariyo dan

Dea Mirella. Adegan itu mengingatkan pada film Asmara Dara saat Bambang

Hermanto merayu kekasihnya, Baby Huwae, dengan iringan lagu Rindu Lukisan

karya Ismail Marzuki.

Ada juga catatan lain dari mutu film ini. Taruhlah memasuki lagu

Dongeng Kalsik yang dibawakan oleh aktris cilik Ratna Dewi ketika bermain-main dengan “Sang Pengembara” dan berupa-pura jadi seekor kelinci, dengan

didiringi lagu Dongeng Klasik…ini sungguh perpaduan tari, nyanyian, dan gambar yang menawan –terutama karena setting nya dibuat seperti di negeri

dongeng. Atau tengok adegan saat Neyna (Ladya Cherry) yang telat ikut orientasi di perguruan tinggi. Adegan tarian dan nyanyian klosal itu sungguh merupakan

sesuatu yang baru dalam dunia perfilman kita.

Page 69: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Apa artinya? Sekalipun, misalnya, pasarnya jeblok kelak, Yudistira layak

mendapat acungan jempol, terutama untuk susah-payahnya mengayuh ide di tengah-tengah ketakpercayaan sekian banyak produser yang mau terjun ke film

musical. Bukan produser Indonesia saja, tapi juga produser internasional.-EKKY

IMANJAYA.58

Tabel. 2

NO JUDUL BERITA

UNSUR BERITA (5W+1H)

1 Rantai Film Musikal

2

Sejarah Industri film

modern di mulai dari film musical. Di tahun

1920.

When (kapan)

3

Ketika film masih hitam-

putih, dunia dihebohkan

oleh kehadiran The Jazz

Singer, Sunny Side Up,

dan The King of Jazz.

How (Bagaimana)

4

Pasang-naik film-film

musical baru

berlangsung 30 tahun

kemudian ketika Industri film diramaikan oleh

AnAmerican in Paris,

Oklahoma!, Singin’ in

the Rain, dan The King

and I.

Hingga satu dasawarsa berikutnya,

What (apa)

5 di tahun 1960-an film-film musical tetap

berjaya.

When (Kapan)

6

Orang-orang tua kita mungkin ingat beberapa

judul yang membekas di benak mereka, macam

What (Apa)

58 Majalah Pantau edisi Februari 2004, h. 13-14.

Page 70: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Camelot, My Fair Lady,

atau The Sound of

Music..

7

Puncaknya, pada 1970-

an ketika Grease yang dibintangi Jhon Travolta

menduduki box office di mana-mana.

When (Kapan)

8

Dalam kurun waktu ini pula Cabaret, Jesus

Christ Superstar, dan Saturday Night Fever

jadi topic perbincangan.

What (Apa)

9

Di Indonesia Where (Dimana)

10

Jesus Christ Superstar

Who (Siapa)

11

bahkan sempat diangkat

ke panggung teater oleh

seniman Remy Sylado di

Senayan, Jakarta, dan

memunculkan

kontroversi, Pasalnya, Yesus diperankan oleh

seorang kulit gelap. Memasuki kurun 2000-

an sekarang, film-film musical kurang dari

hitungan jari, dan hanya dua saja yang berhasil

menerobos pasar

internasional: Moulin

Rouge! Dan Chicago. Di

Indonesia, nasibnya lebih

mengenaskan lagi.

How (Bagaimana)

Page 71: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

12

Hanya ada satu judul,

Pertualangan Sherina

yang di buat oleh Riri

Riza. Ini pun tak sepenuhnya musical. Riri

Riza pada film ini berada dalam situasi tarik-

menarik antara membuat film musical dan film

drama tidur.

What (Apa)

13

Pertualangan Sherina

mungkin sama

bentuknya dengan film-film musikal Indonesia

di masa lalu, sebagaimana ditunjukkan

oleh film-film Bing Slamet, Benyamin, atau

Rohma Irama. Film-film mereka tak sepenuhnya

musical, musik sekedar

“tempelan,” dalam artian

bukan bagian dari cara

bertutur. Demikian juga

Gejolak Kawula Muda,

Tari Kejang, dan Demam

Tari, atau operat lebaran

Papiko rancangan Titiek

Puspa.

What (Apa)

Alhasil, di Indonesia

tradisi pembikinan film-

film musical mengalami

mata rantai terputus,

terhitung sejak pasang

naik di paroh kedua tahun 1950-an sampai

1960-an. Dari titik pandang ini, selayaknya

kita berterima kasih pada IndraYudistira membuat

film musikal di tengah menjamurnya fllm-film

drama.

How (Bagaimana)

Page 72: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

14

Yudistira membuat film

musical di tengah

menjamurnya film-film

drama. Yudistira membuat Biarkan

Bintang Menari (BBM) dan siap berlaga untuk

memperebutkan kue pasar film di Indonesia.

Who (Siapa) dan

What (Apa)

15

Pada 1950-an When (kapan)

16

Tiga Dara dan Asmara

Dara -keduanya disutradarai

What (Apa)

17

oleh Usmar Ismail

dengan musik oleh Sjaiful Bachrie

Who (Siapa)

18

yang mengambil

beberapa soundtrack dari karya Ismail Marzuki

seperti Rindu Lukisan

dan Sersan Mayorku-

boleh dibilang punya

nilai penting bagi sejarah

film itu dinyanyikan

banyak orang dan seolah

menjadi penanda zaman.

How (Bagaimana)

19

Lalu Tiga Dara prosuksi

Perfini tahun1956

berhasil melejitkan nama

Chitra Dewi, Mieke

Widjaya, dan Indiarti

iskak. Busana dan

rambut mereka ditiru banyak orang. Bahkan

sempat orang menggelar lomba mirip karakter-

karakter dalam Tiga

Dara itu.

How (Bagaimana)

dan When (Kapan)

20

Belum lagi Asmara Dara

produksi perfini pada 1958

What (Apa) dan

Whene (Kapan)

Page 73: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

21

Film ini tak kalah

dahsyat. Masih tetap

berbalut musical yang

kental dengan tarian dan nyanyian ala Broadway.,

film ini menghadirkan tema yang tak lapuk di

makan usia, semisal soal cinta segiempat atau

intrik dalam keluarga. Film ini melambungkan

nama-nama dari Aminah

Cendrakasih, Bambang

Irawan, Baby Huwae,

Bambang Hermanto,

Nurbani Jusuf, hingga

Suzanna si “Ratu

Mistik.” Suzanna

mendapat penghargaan

Festival film Asia 1960

sebagai cilik terbaik.

BBM punya

kemungkinan untuk jadi

trend-setter. Pertama, film ini menganut

“system bintang.” Ladya Cherryl, pameran Alya

dalam segmen remaja. Orang tahu, pangsa pasar

film terbesar di mana pun adalah remaja. Dan

ketiga, mutu dari film itu

sendiri. Monty Tiwa,

penulis scenario,

mengatakan bahwa film

ini adalah gabungan dari

grease dan The Sound of

Music. Tariannya sendiri

kental dengan nuansa

Broadway, garapan

koreografer Johan Jaffar

yang tempo hari bekerja

di sana selama dua tahun

Beberapa tarian dalam film tersebut

mengingatkan orang pada Les Parapluies de

Cherbourg (Jacques

Why (Mengapa)

Page 74: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Demy, 1964). Sepintas

pula, tariannya

mengadopsi Les

Demoiselles de

Rochefort (Demy, 1967)

yang meraih Grand prix di Festival Film Cannes

1964, di susul nominasi Oscar untuk musik dan

scenario terbaik. Tetapi, nuansa The Sound of

Music, khusunya adegan

masa kecil di awal film,

dan Grease, sangat

membelut BBM. Yang

menarik, adegan saat

Ariyo menari dan tiba-

tiba melompat dan tidur

di kursi panjang dengan

iringan lagu ingin yang

dilantunkan vokalis.

Cermin Jakarta, Cermin New York

Jatuh-bangun majalah The New Yorker

Waktu itu Salatiga hangat dengan macam-macam diskusi politik dan distribusi novel Pramoedya Ananta Toer yang dilarang pemerintah. Mahasiswa

mengagumi Arief Budiman, seorang pembangkang-cum-dosen Universitas Kristen Satya Wacana, yang melancarkan banyak kritik terhadap kapitalisme dan

libralisme, seraya mempromosikan sosialisme. Orang suka bicara politik walau berbisik.

Suatu sore yang tenang, disebuah pondokan di jalan Cemara II, seorang mahasiswa menyodorkan fotokopi majalah berbahasa Inggris yang berisi laporan

tentang Soeharto, bisnis anak-anaknya, perseturuan Jenderal Benny Moerdani dan

Wakil Presiden Sudharmono, Islam, Timor Timur, dan sebagainya.

Saya kurang perhatikan judulnya. Tapi ada kalimat “A Reporter at Large”

yang mencolok. Desain majalahnya agak tak lazim, model majalah kuno pada

1960-an.

“Berapa ongkos fotokopi ini?” Tanya saya.

“Gampang,” ujarnya singkat.

Malam ini saya baca laporan yang ditulis oleh Raymond Bonner. Laporan

dibuka dengan isi dokumen rahasia Rand Corporation –lembaga think tank

berpengaruh di Washington DC-beberapa saat setelah Shah Reza Pahlevi dari Iran

tersingkir oleh gerakan revolusi Islam. Menurut laporan itu, ada tiga Negara lain yang bisa meniru Iran: Korea Selatan, Filipina, dan Indonesia.

Ketiganya dipimpin oleh penguasa otoriter: Chun Doo Hwan, Ferdinand

Page 75: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Marcos, serta Soeharto, yang tak segan memanipulasi Pemilihan Umum,

melakukan pembunuhan politik, korupsi, serta dekat dengan dunia Barat. Pada lapisan menengah dan bawah ada ketakpuasan yang akut terhadap Chun, Marcos,

dan Soeharto. Konon saking rahasia, laporan Rand Corporation hanya dicetak 20 eksemplar dan dibagikan ke kalangan terbatas. Presiden Ronald Reagan termasuk

satu diantaranya. Perlahan laporan itu menarik saya masuk ke detail demi detail politik

Indonesia. Bonner mengutip professor-professor Yogyakarta, mahasiswa Bandung, cendikiawan Padang, wartawan Jakarta, dan seorang rector Makasar.

Bagai film kolosal, Bonner menghanyutkan pembaca, pelan-pelan memahami

kerumitan sebuah negara yang bernama Indonesia.

Bonner tinggal selama dua bulan di Indonesia. Dia membuat janji

wawancara di Jakarta, Padang, Makassar, Yogyakarta, Bandung, bahkan Darwin

di Australia, ketika dia tak mendapat izin pergi ke Timor Timur.

Bonner bicara dengn orang-orang asing yang kenal Indonesia, misalnya Ed

Masters dan Marshall Green, keduanya mantan duta besar Amerika di Jakarta.

Fredick Bunnel, professor ilmu politik dari Amerika. Jack Whittleton, duta besar

kanada di Jakarta. Bonner juga bicara dengan Jose Costa Alves yang menjadi

konsul jenderal Portugis di Darwin atau Gubernur Timor Timur Mario Viegas

Carrascalao, serta pengusaha “Hotel Turismo” Dili Sebastian Calado.

Buat mahasiswa yang suka diskusi, laporan itu menyenangkan karena

informasi yang jarang dimuat media massa Jakarta tercetak lengkap, dari fakta, gossip, hingga rasa kecewa, marah, dan kecut. Ibaratnya, saya mengerti politik

Jakarta dengan memandang cermin yang diletakkan oleh Bonner. Saya agak lupa berapa lama say abaca laporan Bonner. Semuanya 40 halaman tanpa foto. Tapi

seingat saya, semalam saya pakai buat membacanya. Esok hari saya terlambat bangun.

Dalam kantuk, saya perhatikan apa nama majalah yang memberi tempat buat artikel sedahsyat ini.

Namanya…. The New Yorker. –Andreas Harsono.59

Tabel. 3

NO JUDUL BERITA

UNSUR BERITA

(5W+1H)

1 Cermin Jakarta, Cermin New York

Jatuh-bangun

majalah The New

Yorker

2

Waktu itu Salatiga

hangat dengan macam-

macam diskusi politik dan distribusi novel

What (apa)

59

Andreas Harsono dan Budi Setiyono, Jurnalisme Sastra Antologi Liputan Mendalam

dan Memikat, (Jakarta, Yayasan Pantau Kebayoran Lama), 2005, h. 307-309.

Page 76: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Pramoedya Ananta

Toer yang dilarang

pemerintah.

3

Mahasiswa mengagumi

Arief Budiman, seorang pembangkang-

cum-dosen Universitas Kristen Satya Wacana,

Who (Siapa)

4

yang melancarkan

banyak kritik terhadap kapitalisme dan

libralisme, seraya mempromosikan

sosialisme. Orang suka bicara politik walau

berbisik.

Why (Mengapa)

5 Suatu sore yang tenang,

disebuah pondokan di

jalan Cemara II,

seorang mahasiswa menyodorkan fotokopi

majalah berbahasa Inggris yang berisi

laporan tentang

Soeharto, bisnis anak-

anaknya, perseturuan

Jenderal Benny

Moerdani dan Wakil

Presiden Sudharmono, Islam, Timor Timur,

dan sebagainya.

How (Bagaimana)

6

Saya kurang perhatikan

judulnya. Tapi ada

kalimat “A Reporter at

Large” yang mencolok.

Desain majalahnya

agak tak lazim, model

majalah kuno pada

1960-an.

“Berapa ongkos

fotokopi ini?” Tanya

saya.“Gampang,”

ujarnya singkat.

What (Apa)

Page 77: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

7

Malam ini When (Kapan)

8

saya baca laporan yang

ditulis oleh Raymond

Bonner. Laporan

dibuka dengan isi

dokumen rahasia Rand

Corporation –lembaga think tank berpengaruh

di Washington DC-

beberapa saat setelah

Shah Reza Pahlevi dari

Iran tersingkir oleh

gerakan revolusi Islam.

Menurut laporan itu,

ada tiga Negara lain

yang bisa meniru Iran: Korea Selatan, Filipina,

dan Indonesia.

What (Apa)

9

Ketiganya dipimpin

oleh penguasa otoriter: Chun Doo Hwan,

Ferdinand Marcos, serta Soeharto,

Who (Siapa)

10

yang tak segan

memanipulasi Pemilihan Umum,

melakukan pembunuhan politik,

korupsi, serta dekat

dengan dunia Barat.

What (Apa)

11

Pada lapisan menengah

dan bawah ada

ketakpuasan yang akut

terhadap Chun,

Marcos, dan Soeharto.

Konon saking rahasia,

laporan Rand

Corporation hanya

dicetak 20 eksemplar

dan dibagikan ke

kalangan terbatas.

Presiden Ronald Reagan termasuk satu

Why (Mengapa)

Page 78: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

diantaranya.

Perlahan laporan itu

menarik saya masuk ke

detail demi detail politik Indonesia.

12

Bonner mengutip

professor-professor Yogyakarta, mahasiswa

Bandung, cendikiawan Padang, wartawan

Jakarta, dan seorang rector Makasar.

Who (Siapa)

13

Bagai film kolosal,

Bonner menghanyutkan

pembaca, pelan-pelan

memahami kerumitan

sebuah negara yang

bernama Indonesia.

What (Apa)

14

Bonner tinggal selama

dua bulan di Indonesia. Dia membuat janji

wawancara di Jakarta, Padang, Makassar,

Yogyakarta, Bandung,

bahkan Darwin di

Australia, ketika dia tak

mendapat izin pergi ke Timor Timur.

Bonner bicara dengn

orang-orang asing yang kenal Indonesia,

misalnya Ed Masters dan Marshall Green,

keduanya mantan duta

besar Amerika di

Jakarta. Fredick

Bunnel, professor ilmu

politik dari Amerika.

Jack Whittleton, duta

How (Bagaimana)

Page 79: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

besar kanada di Jakarta.

Bonner juga bicara

dengan Jose Costa

Alves yang menjadi konsul jenderal

Portugis di Darwin atau Gubernur Timor Timur

Mario Viegas Carrascalao, serta

pengusaha “Hotel Turismo” Dili

Sebastian Calado.

15

Buat mahasiswa yang suka diskusi, laporan

itu menyenangkan

karena informasi yang

jarang dimuat media

massa Jakarta tercetak

lengkap, dari fakta,

gossip, hingga rasa

kecewa, marah, dan

kecut. Ibaratnya, saya

mengerti politik Jakarta

dengan memandang

cermin yang diletakkan oleh Bonner. Saya agak

lupa berapa lama say abaca laporan Bonner.

Semuanya 40 halaman tanpa foto. Tapi seingat

saya, semalam saya pakai buat

membacanya. Esok hari saya terlambat bangun.

Why (Mengapa)

16

Dalam kantuk, saya

perhatikan apa nama

majalah yang memberi

tempat buat artikel

sedahsyat ini.

Namanya…. The New

Yorker

What (Apa)

Page 80: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Dari ke tiga tabel tersebut peneliti menyimpulkan bahwa berita yang

ditulis dengan menggunakan straight news hanya memaparkan berita secara

langsung, singkat, padat dan jelas dan hanya mengandung satu unsure 5W+1H..

Sedangkan berita dengan menggunakan gaya narasi atau jurnalisme sastra ditulis

menggunakan metode riset dan investigasi yang lebih mendalam lagi, dengan

unsur 5W+1H yang lebih dari satu unsur dan bisa bercabang-cabang seperti pada

contoh Tabel. 3 dan Tabel. 4.

Page 81: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lahirnya Jurnalisme Sastra di Indonesia seperti yang diliris Yayasan

Pantau sejak tahun 1999 dan sempat menerbitkan majalah pantau sampai pada

tahun 2004 di karenakan urusan financial yang tidak memadai. Namun pihak

Yayasan Pantau menggantinya dengan mengadakan kursus narasi yang di adakan

setiap semester sampai sekarang.

Peneliti mengambil judul Jurnalisme Sastra atau di kenal dengan narrative

reporting guna ingin mengenal lebih jauh lagi struktur dan isi penulisannya.

Banyak sekali perbedaan yang di buat dalam Jurnalisme Sastra dengan straight

news (berita langsung) maupun feature. Bahwa Jurnalisme Sastra merupakan

berita yang ditulis menggunakan gaya narasi yang berkenaan dengan rangkaian

peristiwa dengan fakta-fakta yang ada. Tujuannya adalah mengatakan pembaca

apa-apa yang terjadi. Selain itu juga struktur penulisannya dibuat dari dua sudut

pandang yang berbeda-beda (multiple angles) dan tetap fokus pada struktur

penulisan jurnalistik (5W+1H).

Jika dibandingkan dengan straight news maupun feature bahwa Jurnalisme

Sastra lebih banyak memuat berita layaknya bercerita dengan unsur sastra dengan

melakukan observasi atau investigasi jauh lebih dalam dan lebih panjang. Maka

Jurnalisme Sastra di kenal dengan liputan panjang. Karena proses liputannya

memakan waktu yang sangat lama bahkan sampai berbulan-bulan.

Page 82: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

B. Saran-saran

Jurnalisme Sastra sudah menjadi tren global dalam hal penulisan berita

khususnya di media cetak. Seorang wartawan media cetak harus mampu membuat

berita dengan gaya narasi atau Jurnalisme Sastra. Karena tidaklah mungkin

seorang wartawan dengan hasil seminggu mengikuti kursus narasi hanya dengan

bekal 5W+1H bisa memenuhi standar karya Jurnalisme Sastra.

Jurnalisme Sastra sebaiknya di masyarakatkan di lingkungan akademik

agar pemakai Jurnalisme Sastra semakin banyak dan berkembang. Peneliti

menyarankan supaya diadakan mata kuliah junalisme sastrawi di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi. Guna mengembangkan bakat dan wawasan mahasiswa

khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Konsentrasi Jurnalistik

dan umumnya bagi mahasiswa lainnya terutama dalam hal membuat berita tidak

hanya straight news ataupun feature yang dikuasai namun Jurnalisme Sastra pun

sangat di perlukan.

Page 83: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1992.

Annex 1, Tentang Yayasan Pantau, di ambil pada tanggal 22 April 2009, pukul 14:30 wib.

Budyatna, Muhammad, Jurnalistik Teori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya

Offset – Bandung, 2006.

- - - - -, Jurnalistik Pendekatan Teori Dan Praktik, PT Logos Wacana Ilmu Bukit

Pamulang Indah – Ciputat, 1999.

Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, PT Remaja Rosadakarya Offest

–Bandung.

Harsono, Andreas dan Setiyono, Budi, Jurnalisme Sastrawi Antologi Liputan

Mendalam dan Memikat, Yayasan Pantau Kebayoran Lama, Jakarta, 2005.

Hernandez, D.G, “Advice for The Future”, dalam Editor & Publisher, Dec. 28,

1996.

Hohenberg, Jhon, The Professional Journalist, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1983.

Ishwara, Luwi, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, PT Kompas Media Nusantara

Jl. Palmerah Selatan, 2005.

Kompas Minggu, Jakarta, 7 Maret 2009.

Kovach, Bill dan Rosenstiel, Tom, Sembilan Elemen Jurnalisme Apa Yang

Seharusnya Di Ketahui Wartawan Dan Diharapkan Publik, Yayasan

Pantau Jakarta, 2006.

Kriyantono, Rachmat, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis

Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,

Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group, 2006.

Mclntyre, Bryce T, Advanced Newsgathering, New York: Praeger Publishers,

1991.

Morisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ramdina Prakasa, 2005.

Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori Dan Praktik, PT Logos

Wacana Ilmu Bukit Pamulang Indah – Ciputat, 1999

Muis, H.A., Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa Menjangkau Era

Cybercommunication Millenium Ketiga, PT Dharu Anuttama, 1999.

Page 84: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Russell, Bertrand, The Impact of Science on Society, New York: Simon & Schuster, 1953.

Santana, Septian K, Jurnalisme Kontemporer, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,

2005.

Sumadiria, AS Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006.

- - - - -, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Simbiosa

Rekatama Media – Bandung.

Majalah Pantau edisi Februari 2004.

Tebba, Sudirman, Jurnalistik Baru, Kalam Indonesia Kampung Utan-Ciputat,

2005.

Trenchard, Jhon dan Gordon, William, Free Press, Hohenberg.

V.Charnley, Mitchell, Reporting, New York: Holt, Rinehart an Winston Inc.,

1965.

www.bachtiarhakim.wordpress.com.jurnalisme-sastra-septiawan-santana, di ambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 20:30 wib.

www.pantau.com, di ambil pada tanggal 29 Mei 2009, pukul 10:30 wib.

www.semestanet.com, di ambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 20:00 wib.

www.wordpress.com, Jurnalisme-Sastra-Septiawan-Santana, di ambil pada

tanggal tanggal 25 Maret 2009, pukul 20:15 wib.

LAMPIRAN WAWANCARA

Page 85: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

Laporan hasil wawancara langsung dengan Andreas Harsono, pemilik Yayasan

Pantau.

P :Kapan terbentuknya jurnalisme sastrawi di Indonesia ?

J :Ide itu berjalan dari tempat lain ke sini, dan sebenarnya tidak tahu kapan

di bentuknya. Mungkin salah satu pencetus pertama di Indonesia secara

sadar yaitu Yayasan Pantau dan sempat menerbitkan majalah pantau yang

isi beritanya menggunakan bahasa jurnalisme sastrawi.

P :Aktor-aktor terpenting dalam jurnalisme sastrawi selain bapak sendiri

terutama di Indonesia?

J :Arif Hidayat dari majalah Rolling stones, Budi Setiyono dkk dari majalah

pantau, dan kelompok-kelompok yang terbentuk di berbagai daerah.

P :Apakah unsur feature yang digunakan majalah pantau dalam penulisan

jurnalisme satrawi akan hilang?

J :Jurnalisme sastrawi tidak pernah menyebut jumlah enol, artinya tidak

semua unsur-unsurnya hilang, meskipun berbeda dengan feature tetapi ia

tidak lepas dari unsur yang ada didalam feature.

P :Apa yang membedakan antara penulisan straight news, feature, dan

jurnalisme sastrawi?

J :Yang membedakannya adalah struktur penulisannya saja. Jurnalisme

sastrawi bisa di sebut juga sebagai feature yang bertumpuk-tumpuk, yaitu

satu fokus dan memiliki beberapa sudut pandang yang berbeda-beda

(multiple angeles). Tidak seperti struktur penulisan straight news yang

beritanya di tulis secara langsung atau disebut dengan susunan piramida

terbalik, ataupun feature yang beritanya ditulis secara tidak langsung

Page 86: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

(dilayed news) dan hanya memiliki satu sudut pandang yang sama (one

angele). Menurut Robert Vare straight news diibaratkan type recorder,

feature diibaratkan kamera foto sedangkan jurnalisme sastrawi diibaratkan

video dan bisa menyimpan sepuluh ribu kata.

Mengatahui,

(Andreas

Harsono)

Page 87: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DEPARTEMEN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Telephone/Fak. : (021)

7432728/74703580

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: www.fdkuinjakarta.ac.id , E-mail :

[email protected]

FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE-76

TAHUN AKADEMIK 2008/2009

1. Nama : Lukman Alhakim

2. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 6 Mei 1988

3. Nomor Pokok : 105051102017

4. Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

5. Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Konsentrasi Jurnalistik

6. Program : S1/S2/S3

7. Judul Skripsi : Jurnalisme Sastra

8. Tanggal Lulus : 26 Juni 2009

9. No. Ijazah :

10. Indek Prestasi : 3, 54 Yudisium: Cum Laude

11. Jabatan dalam Organisasi

Kemahasiswaan

: -

12. Alamat Asal : Jl. Kedaung Barat RT/RW 001/003 No. 6, Desa Pondok Jaya, Kap. Benda Baru, Kec.

Sepatan, Kab. Tangerang, Banten 15520 13. Alamat Sekarang : Jl. Kedaung Barat RT/RW 001/003 No. 6,

Desa Pondok Jaya, Kap. Benda Baru, Kec. Sepatan, Kab. Tangerang, Banten 15520

14. Nama Ayah : H. Japarudin 15. Pendidikan Ayah : SD

16. Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

17. Nama Ibu : Rumsinah

18. Pendidikan Ibu : SD

19. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Jakarta, 29

Juni 2009

Lukman Alhakim

DEPARTEMEN AGAMA

Pas Foto 3 X 4

Page 88: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Telephone/Fak. : (021) 7432728/74703580

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: www.fdkuinjakarta.ac.id , E-mail :

[email protected]

IDENTITAS ALUMNI

Wisuda ke: 76/Tahun Akademik: 2008/2009

Yang bertandatangan di bawah ini,

1. Nama : Lukman Alhakim 2. Nomor Pokok/ NIM : 105051102017

3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 6 Mei 1988

5. Alamat Asal : Jl. Kedaung Barat RT/RW 001/003 No. 6, Desa Pondok Jaya, Kap. Benda Baru, Kec.

Sepatan, Kab. Tangerang, Banten 15520 6. Alamat Sekarang : Jl. Kedaung Barat RT/RW 001/003 No. 6,

Desa Pondok Jaya, Kap. Benda Baru, Kec.

Sepatan, Kab. Tangerang, Banten

7. Kode Pos : 15520

8. Telepon : ……………………Hp: 05868308810

9. Jurusan/Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam/Konsentrasi

Jurnalistik

10. Judul Skripsi : Jurnalisme Sastra

11. Pembimbing : Tan Tan Hermansah, M.Si

12. Penguji 1 : Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd

13. Penguji 2 : Drs. Suhaimi, M. Si

14. Tanggal Lulus Ujian : 26 Juni 2009

15. IP/Yudisium : 3, 54 Yudisium: Cum Laude

16. Nomor & Tgl. Ijazah : 17. Pekerjaan :

18. Alamat Pekerjaan :

Mengetahui, Jakarta, 29 Juni 2009

Ketua Konsentrasi Jurnalistik

Drs. Suhaimi, M.Si Lukman

Alhakim

Pas Foto 4 X 6

Page 89: JURNALISME SASTRA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8211/1/LUKMAN... · elemen 5W+1H. Elemen yang dianggap terpenting menjadi teras berita