Jurnal THT Co-Amoxiclav

11
Pemberian tunggal Co-Amoxiclax tunggal intra- operatif versus terapi oral penuh post-operatif dalam pencegahan morbiditas post- adenotonsilektomi : Uji klinis acak Musyoka D Mutiso 1 dan Isaac M Macharia 2* Abstrak Latar belakang : Adenotonsilektomi menghasilkan angka morbiditas pasca operasi yang mana setiap dokter THT berusaha untuk menguranginya dengan pemberian antibiotik. Regimen yang digunakan cukup bervariasi dengan berbagai pilihan untuk terapi oral penuh pasca operasi sedangkan yang lain memilih dosis profilaksis. Uji klinis acak telah dilakukan di Kenyatta National Hospital, Kenya dengan tujuan untuk membandingkan keberhasilan pemberian Co- Amoxiclav sebagai dosis tunggal intravena dengan pemberian terapi oral penuh dalam pencegahan angka morbiditas pasca adenotonsilektomi. Metode : 126 pasien dibawah usia 12 tahun dijadwalkan untuk dilakukan adenotonsilektomi dibagi acak menjadi 2 kelompok. 63 telah diberi dosis tunggal intravena Enhancin (Co-Amoxiclav) sebagai induksi sedangkan sisanya menerima terapi oral selama 5 hari pada pasca operasi yang sama. Semuanya menerima Pacimol (Paracetamol) secara oral pada periode pascaoperasi. Analisis sudah dilakukan dan perbandingan dibuat diantara 2 kelompok mengenai nyeri, demam dan toleransi makan pada periode pascaoperasi sampai hari ke 7. Hasil : Tidak ada statistik penting yang membedakan antara 2 kelompok tersebut mengenai kejadian pascaoperasi seperti nyeri, demam dan toleransi makan. Semua memiliki P-value > 0.2. Nyeri pascaoperasi merupakan kejadian yang tertinggi pada hari pertama pascaoperasi dan berkurang secara bertahap ke titik terendah pada hari ke 7 pascaoperasi. Ketika nyeri semakin berkurang, hampir seluruh pasien sudah bisa mentolerir makanan yang cukup padat tetapi 6 sudah bisa makan seperti biasa. 4 pasien mengalami demam pada hari ke 1 pascaoperasi yang tidak berlanjut pada keesokan hari. Satu

Transcript of Jurnal THT Co-Amoxiclav

Page 1: Jurnal THT Co-Amoxiclav

Pemberian tunggal Co-Amoxiclax tunggal intra-operatif versus terapi oral penuh post-operatif dalam pencegahan morbiditas post-adenotonsilektomi : Uji klinis acak

Musyoka D Mutiso1 dan Isaac M Macharia2*

Abstrak

Latar belakang : Adenotonsilektomi menghasilkan angka morbiditas pasca operasi yang mana setiap dokter THT berusaha untuk menguranginya dengan pemberian antibiotik. Regimen yang digunakan cukup bervariasi dengan berbagai pilihan untuk terapi oral penuh pasca operasi sedangkan yang lain memilih dosis profilaksis. Uji klinis acak telah dilakukan di Kenyatta National Hospital, Kenya dengan tujuan untuk membandingkan keberhasilan pemberian Co-Amoxiclav sebagai dosis tunggal intravena dengan pemberian terapi oral penuh dalam pencegahan angka morbiditas pasca adenotonsilektomi.

Metode : 126 pasien dibawah usia 12 tahun dijadwalkan untuk dilakukan adenotonsilektomi dibagi acak menjadi 2 kelompok. 63 telah diberi dosis tunggal intravena Enhancin (Co-Amoxiclav) sebagai induksi sedangkan sisanya menerima terapi oral selama 5 hari pada pasca operasi yang sama. Semuanya menerima Pacimol (Paracetamol) secara oral pada periode pascaoperasi. Analisis sudah dilakukan dan perbandingan dibuat diantara 2 kelompok mengenai nyeri, demam dan toleransi makan pada periode pascaoperasi sampai hari ke 7.

Hasil : Tidak ada statistik penting yang membedakan antara 2 kelompok tersebut mengenai kejadian pascaoperasi seperti nyeri, demam dan toleransi makan. Semua memiliki P-value > 0.2. Nyeri pascaoperasi merupakan kejadian yang tertinggi pada hari pertama pascaoperasi dan berkurang secara bertahap ke titik terendah pada hari ke 7 pascaoperasi. Ketika nyeri semakin berkurang, hampir seluruh pasien sudah bisa mentolerir makanan yang cukup padat tetapi 6 sudah bisa makan seperti biasa. 4 pasien mengalami demam pada hari ke 1 pascaoperasi yang tidak berlanjut pada keesokan hari. Satu pasien mengalami demam pada hari ke 4 dan 7 pascaoperasi dan dinyatakan oleh bangsal anak memiliki infeksi saluran napas. Seluruh pasien yang memiliki riwayat demam termasuk dalam kelompok yang diberikan Co-Amoxiclav oral pascaoperasi.

Kesimpulan : Dosis tunggal Co-Amoxiclav intraoperatif yang diberikan secara intravena sebagai induksi ditemukan sama efektifnya dengan terapi oral penuh pascaoperasi pada pencegahan angka morbiditas pasca adenotonsilektomi. Dosis profilaksis diupayakan untuk menjadi lebih murah nantinya, kepastian ketersediaannya dan membebaskan ketergantungan akan pendinginan dari suspensi oral dimana tidak semua memiliki akses untuk pendinginan di negara ekonomi rendah seperti kita.

Registrasi percobaan : ClinicalTrials.gov: NCT01267942

Page 2: Jurnal THT Co-Amoxiclav

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik perioperatif telah menunjukkan hasll efektif dalam mengurangi morbiditas pasca adenotonsilektomi yaitu seperti nyeri pascaoperasi, demam dan perdarahan diantara lainnya. Odinofagia dapat menyebabkan kemungkinan kurangnya asupan makanan dan minuman yang dapat berakibat menjadi dehidrasi. Infeksi luka operasi telah dipikirkan menjadi faktor utama kejadian diatas dimana setiap dokter THT berusaha untuk mencegahnya dengan antibiotik.

Adenotonsilektomi adalah operasi yang bersih-kontaminasi dimana profilaksis merupakan suatu indikasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi mikroorganisme di daerah operasi dan antibiotik diberikan intravena sebagai pengatur utama terhadap kontaminasi dari jaringan yang sebelumnya steril. Hal ini membebaskan kebutuhan akan penggunaan antibiotik oral pascaoperasi yang kemungkinan dapat menjadi kurang optimal pasca adenotonsilektomi dalam kaitan dengan odinofagia yang berasal dari luka jaringan faring dengan kemungkinan akan timbulnya resistensi.

Penyebaran yang luas dan penggunaan yang tidak tepat terhadap antibiotik spektrum luas betanggung jawab dalam perkembangan dan penyebaran resistensi bakteri. Penggunaan antibiotik secara rasional diperlukan jika perkembangan virulensi mikroorganisme ingin dicegah. Praktik saat ini dalam penggunaan antibiotik mengenai adenotonsilektomi tidak ada standar baku dibuktikan dari banyaknya variasi regimen yang telah digunakan di seluruh dunia. Sebagian doker THT memberi antibiotik oral pascaoperasi, sebagian memberi antibiotik intravena ketika dokter THT lainnya memilih tidak memberi antibiotik. Berbagai studi telah dilakukan mengenai penggunaan antibiotik perioperasi pada adenotonsilektomi dan tidak satupun ditemukan yang fokus terhadap penggunaan antibiotik intravena tunggal preoperasi. Hal ini menyadarkan kita untuk melakukan studi yang membandingkan dosis profilaksis Enhancin (Co-Amoxiclav) dengan terapi oral penuh pascaoperasi yang sama.

Tujuan

Membandingkan dosis profilaksis Co-Amoxiclav yang diberikan sebagai induksi dengan terapi oral penuh pascaoperasi yang sama terhadap kemampuan mengurangi morbiditas pasca adenotonsilektomi.

Metode

Studi desain

Uji klinis acak

Persetujuan etis

Protokol ditinjau dan disetujui oleh Kenyatta National Hospital; Komite Etik dan Pengembangan.

Tempat

Page 3: Jurnal THT Co-Amoxiclav

Kenyatta National Hospital (Kenya), Departemen Ilmu THT

Kriteria inklusi

a. Pasien dibawah umur 12 tahun yang akan menjalani adenotonsilektomi.b. Persetujuan orang tua atau pengasuh terhadap tindakan pembedahan.

Kriteria eksklusi

a. Tidak disetujui oleh orang tua atau pengasuh untuk menjalani tindakan pembedahan.b. Penggunaan antibiotik terutama di minggu sebelum pendaftaran.c. Pasien yang mempunyai komplikasi terhadap perubahan antibiotik atau membutuhkan

perawatan misalnya susah dibangunkan dari anestesi umum.d. Pasien dengan kondisi komorbid seperti malnutrisi, anemia dsb.e. Didapatkan alergi terhadap penisilin atau Co-Amoxiclav

Penentuan ukuran sampel

Ukuran sampel diperlukan untuk mengetahui secara statistik mengenai perbedaan penting antara tes dan kelompok kontrol dalam pengurangan morbiditas dengan kekuatan 80% dan 5% ukuran yang dihitung menggunakan rumus oleh Cyrus R. Mehta dibawah ini.

2N=4 (Zα+Z β )2σ2

82 ❑

2N = Total jumlah pasien di kedua sisi dari studiZ = 1.96 untuk kesalahan tipe 1 dari 5%Z = 0.842 untuk kesalahan tipe 2 dari 20%O = variasi dari studi lain8 = perbedaan antara tes dan kontrol dengan mempertimbangkan secara klinis.

Dari perhitungan, total jumlah dari 126 dibutuhkan untuk studi; 63 di tiap sisi.

Uji desainDesain dibagi menjadi grup A dan B. Pasien grup A mendapatkan Enhancin (Co-Amoxiclav) intravena sementara yang lain dari grup B mendapatkan Enhancin (Co-Amoxiclav) pascaoperasi. Kepala Penguji menggunakan kotak yang berisi susunan acak dengan 2 kotak dengan jumlah sama dan perbandingan 1:1. Pengocokan dilakukan di tiap kelompok dan hasilnya dirahasiakan di dalam amplop bernomor yang tertutup dan tidak tembus pandang.Pasien-pasien diambil oleh kepala penguji dan ditempatkan di masing-masing kelompok sesuai dengan nomor urut dari amplop tersebut.

Analisis StatistikData diperiksa dengan menggunakan program komputer SPSS. Student T test secara mandiri digunakan untuk membandingkan data dari 2 kelompok dengan penghitungan t value di tiap

Page 4: Jurnal THT Co-Amoxiclav

variabel. Setelah itu dihitung probability value, yang akan menentukan hal penting dari observasi yang dilakukan.

ProsedurJumlah riset diberikan kepada pasien secara teratur dari 1 sampai 126 saat studi dimulai. Kepala peneliti tidak ikut berpartisipasi dalam pembedahan. Dokter bedah dan anestesi menjadwalkan operasi dengan meninjau ulang kesiapan preoperasi. Dokter bedah melakukan operasi tanpa tahu pasien yang mana tetapi tidak dengan dokter anestesi yang memberikan Enhancin intravena pada pasien grup A. Sebelumnya pasien harus puasa selama 6 jam sebelum operasi.Pasien dibawa ke kamar operasi keesokannya dan diberi Atropin setengah jam sebelum operasi untuk mengurangi sekresi bronkus dan oral dengan dosis 20 microgram/KgBB. Pasien dalam grup A menerima Enhancin intravena sebagai induksi dengan dosis 25 mg/Kg dan Pacimol supposituria 125mg untuk pasien dibawah 5 tahun dan 250mg untuk diatas 5 tahun. Oral Pacimol diberikan pada masa pascaoperasi dengan dosis 10mg/Kg.Pasien grup B menerima Atropin dan Pacimol pada waktu dan dosis yang sama seperti grup A. Mereka menerima Enhancin oral selama 5 hari dalam masa pascaoperasi dengan dosis 25mg/Kg berupa Amoxycilin. Tidak ada Enhancin intraoperasi yang diberikan pada grup ini.Tonsilektomi dilakukan dengan diseksi tumpul sedangkan adenoidektomi dengan kuret. Diathermi dan penekanan menyebabkan haemostasis. Dokumentasi dilakukan secara tepat seolah seperti dibuat dengan yang ada di teater.Pasien dikembalikan di hari setelah operasi dilakukan. Segala komplikasi pada kondisi umum yang timbul diselidiki dan ditangani dengan tepat.Pasien, pengasuh atau orang tua diberitahukan untuk mengawasi perdarahan, demam pascaoperasi, nyeri menelan hebat dan muntah dalam masa pascaoperasi. Mereka diberitahukan untuk mengabarkan ke pihak rumah sakit secepatnya apabila terdapat perubahan pada kondisi umumnya untuk dikaji lebih lanjut. Kepala peneliti memberi nomor selulernya ke seluruh pasien yang diteliti dan secepatnya merespon apabila ada kasus yang memerlukan informasi. HasilPengkaji mengumpulkan data yang dibutuhkan pada hari ke 1, 4 dan 7 pascaoperasi tanpa identifikasi sebelumnya. Pengkaji tidak tahu bahwa pasien dibagi menjadi 2 kelompok atau bedanya terapi yang diberikan. Perbandingan antara 2 kelompok tersebut dilakukan dengan penekanan khusus sesuai hasil dibawah.

1. Nyeri pascaoperasi dinilai dengan visual analogue scale. Orang tua atau pengasuh akan diperlihatkan skala dan dijelaskan cara penggunaannya. Kemudian mereka akan ditanya untuk menentukan derajat nyeri yang mereka simpulkan dengan melihat pasien dan diindikasikan pada skala yang terdapat derajat 0 sampai 10 dengan interpretasi bahwa 0 berarti ‘tidak nyeri’ dan 10 berarti ‘nyeri hebat yang dapat dibayangkan’. Hal ini dinilai sekali pada hari ke 1, 4 dan 7 pascaoperasi.

2. Demam definisikan sebagai peningkatan suhu diatas 37.2 derajat Celsius yang diukur di axilla. Termometer diletakkan di axilla pasien sampai keluar bunyi yang menandakan suhu maximal sudah tercapai. Suhu diukur setiap 4 jam selama masa pascaoperasi sampai pasien dipulangkan dan dilaporkan selama saat follow up.

3. Kembalinya konsumsi makanan normal dinilai dengan lamanya waktu yang didapatkan untuk pasien memulai memakan makanan yang biasa dimakan setelah operasi. Penilaian secara bertahap dilakukan terhadap konsistensi makanan yang ditolerir mulai dari ‘tidak ada’, ‘cair’, ‘lunak’ dan ‘biasa’. Hal ini dicatat sekali setiap hari pengkajian.

HasilDrop out

Page 5: Jurnal THT Co-Amoxiclav

Ada penurunan 10,6 % dari total 141 pasien yang Direkrut ke studi dengan 15 yang dikecualikan karena berbagai alasan. Sisa 126 pasien , 63 di masing-masing kelompok tetap dianalisa. Dari pengecualian terdapat 5 pasien di Grup B yang diberikan Amoxycillin pascaoperasi sebagai ganti Enhancin (Co – Amoxiclav). Dua pasien di Grup A keliru diresepkan Enhancin oral pascaoperasi (Co-Amoxiclav) setelah mereka sudah menerima dosis tunggal intravena antibiotik intraoperatif. 8 pasien tidak muncul untuk dikaji , masing-masing 4 di tiap kelompok.

UsiaSemua pasien yang direkrut ke dalam penelitian dengan usia di bawah dua belas tahun dengan rata-rata 4 tahun untuk kedua kelompok. Usia maksimum yang direkrut adalah 7 tahun untuk kelompok A dan 9 tahun untuk Grup B. Usia minimum adalah 1,5 tahun untuk kedua kelompok.

SeksLebih banyak laki-laki yang direkrut ke dalam studi daripada perempuan di kedua kelompok. 36 dari 63 di Grup A adalah laki-laki membentuk 57% sementara terdapat 74% di Grup B yaitu 47 dari63 pasien.

Indikasi Untuk BedahUntuk acuan standar penelitian, hanya pasien yang akan menjalani operasi adenoid dan tonsil yang direkrut. Oleh karena itu, indikasi untuk operasi terbagi dalam dua kelompok. Satukelompok memiliki gejala obstruktif karena hipertrofi adenoid dan tonsil sedangkan kelompok lainnya telah terjadi tonsilitis kronis berulang dan hipertrofi adenoid. Grup A memiliki 50 dari 63 pasien dengan hipertrofi adenotonsillar sementara kelompok B memiliki 53 dari 63 pasien dengan indikasi ini. Ini diterjemahkan menjadi 79% dan 84% masing-masing di Grup A dan Grup B.

Analisis nyeriSkala analog visual digunakan untuk mengevaluasi nyeri yang dirasakan pasien pasca operasi pada hari ke 1, 4 dan 7. Pasien dalam kedua kelompok dilaporkan mendapat skor tinggi dalam hari pertama pasca operasi dengan pengurangan yang sama terjadi pada semuanya dimana skor terendah dicapai pada hari ke 7. Perbandingan antara kedua kelompok dibuat dengan menggunakanuji Student T (independent sample test) pada hari ke 1, 4 dan 7.Seluruh hari dianalisa, ambang batas yang diperlukan untuk menolak hipotesis nol tidak tercapai. Oleh karena itu, mengenai nyeri , tidak ada perbedaan yang terbukti antara dosis tunggal Enhancin (Co-Amoxiclav) intravena dengan induksi dan terapi oral penuh pascaoperasi yang sama.

DietMakanan yang pasien dapat tolerir dinilai pada hari 1, 4 dan 7. Umumnya hal ini dicatat seperti hari-hari sebelumnya setelah operasi, pasien dapat mentolerir makanan yang lebih padat seperti yang diharapkan. Tidak ada statistik signifikan yang membedakan antara kedua kelompok tersebut. Uji Student T (independent sample test) digunakan untuk membandingkan kelompok yang berkaitan dengan makanan di hari-hari berikutnya. Kedua kelompok tidak ditemukan memiliki perbedaan statistik yang berkaitan dengan makanan pada semua hari yang dianalisis. Untuk itu tidak ada bukti perbedaan antara dosis tunggal Co-Amoxiclav intravena diberikan saat induksi dan terapi oral penuh pasca operasi yang sama berkaitan dengan kembalinya makanan yang biasa dimakan setelah operasi.

SuhuTidak ada pasien yang mengalami demam pada hari operasi dari kedua kelompok yang ada. Pada hari pertama pasca operasi 4 pasien di kelompok B menderita demam. Tidak ada yang demam dalam kelompok A.

Page 6: Jurnal THT Co-Amoxiclav

Pada hari ke 4 pasca operasi, hanya 1 pasien dalam kelompok B menderita demam. Pasien ini bukan diantara yang menderita demam pada hari ke 1 pasca operasi. Tidak ada pasien dalam kelompokA mengalami demam.Pada hari ke-7 pasca operasi, pasien yang sama dengan demam pada hari ke 4 pasca operasi mengalami demam. Pasien ini dinyatakan oleh bangsal anak mengalami infeksi saluran napas pada hari berikutnya. Pasien tersebut menerima Enhancin (Co- Amoxiclav) dan Pacimol (Parasetamol)selama lima hari seperti yang telah diinstruksikan.Analisis kedua kelompok berkaitan dengan suhu dibuat dengan uji Student T (uji sampel independen). Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara kedua kelompok. Hal ini dapat disimpulkan oleh karena tidak ada perbedaan antara dosis tunggal Enhancin intravena (Co-Amoxiclav) saat induksi dan terapi oral penuh pasca operasi yang sama dalam pencegahaninfeksi pasca operasi.Untuk semua hasil yang dianalisis, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan ( Tabel 1 ).

DiskusiDemam pada periode pasca operasi bisa karena infeksi atau sebagai respon terhadap cedera jaringan. Kedua kondisi menimbulkan sitokin pirogenik yang menyebabkan produksi Prostaglandin E2 sebagi pengatur ulang dari ambang termal hipotalamus. Interleukin 2 telah diidentifikasi sebagaikomunikasi intraselular penting dalam proses demam akibat trauma atau infeksi [ 10 ].Demam berkembangk selama dua hari pertama pasca operasi biasanya dianggap terjadi karena respon tubuh terhadap trauma yang kemudian berkembang menjadi seperti patofisiologi infeksi. Empat pasien berkembang menjadi demam di hari pertama pasca operasi, dimana hari kedua mengalami perbaikan. Semua termasuk dalam kelompok B dan mendapatkan oral Enhancin (Co- Amoxiclav) dan Pacimol (Parasetamol). Semua memiliki demam ringan karena tidak ada suhu lebih dari 38 derajat Celcius. Data tersebut hanya 3,1 % dari semua pasien dalam penelitian ini dibandingkan dengan 54 % pada Studi V.T. Anand tentang demam pasca operasi dalam pediatri setelah tonsilektomi [ 11 ]. Dalam studi selanjutnya, suhu dipantau tiap 2 jam setelah operasi pada 24 jam pertama sementara itu pada studi saat ini dimonitor tiap 4 jam dengan dokumentasi dimulai sehari setelah operasi. Ini bisa berarti bahwa beberapa pasien mengalami demam tapi tidak terpantau dalam 24 jam pertama karena pemantauan tidak dilakukan secara komprehensif. Hal ini juga bisa dianggap bahwa apakah deksametason diberikan atau tidak menjelang operasi mengingat praktek beberapa dokter anestesi. Ini bisa menekan respon inflamasi dalam 24 jam pertama oleh sebab itu akan segera mengurangi pasien demam pada periode pasca operasi. Pengaruh Pacimol (Parasetamol) harus juga diperhitungkan karena aktivitas antipiretiknya. Hal itu dianggap tidak melihat apakah antipiretik diberikan sebelum atau setelah suhu diambil.

Tabel 1 Tabel penyajiian hasilHasil Nyeri Diet SuhuHari 1 4 7 1 4 7 1 4 7T valueDfP valueSignifikan

Hanya 1 pasien mengalami demam pada hari ke 4 dan 7. Pasien tersebut termasuk dalam kelompok B dan dengan oral Enhancin (Co- Amoxiclav) dan Pacimol (Parasetamol) dan tidak memiliki demam pada hari ke 1. Pasien tersebut diakui di bangsal anak dan diobati untuk pneumonia dengan obat intravena selama 5 hari.

Page 7: Jurnal THT Co-Amoxiclav

Analisis terhadap pemberian Enhancin (Co- Amoxiclav) sebagai dosis tunggal dengan induksi dan pemberian secara oral pasca operasi menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kemampuan untuk mencegah infeksi pasca operasi, yang menyebabkan gejala klinis sebagai demam.Nyeri pada periode pasca operasi dihasilkan dari trauma operasi jaringan sekitarnya , diathermy atau ligasi apalagi jika ada yang terjepit. Infeksi menimbulkan peradangan, dimana menjadi penyebab meningkatnya nyeri yang dialami oleh pasien. Nyeri pada dua hari pertama pasca operasi disebabkan karena trauma di jaringan sekitarnya sementara peningkatan rasa nyeri pada hari berikutnya kemungkinan disebabkan oleh infeksi. Nyeri dapat membatasi asupan makanan dan minuman dan mengakibatkan dehidrasi. Pemenuhan terhadap obat oral pada periode pasca operasi bisa menjadi suboptimal karena odynophagia akibat mikroorganisme yang resisten. Dalam studi tersebut, rasa nyeri tercatat tertinggi pada hari pertama pasca operasi dan sedikitnya pada hari ke 7. Diharapkan dengan tidak adanya infeksi , rasa nyeri seharusnya berkurang seiring dengan penyembuhan secara bertahap dari jaringan yang memungkinkan pasien untuk mentolerir makanan lebih keras sekaligus mengurangi rasa tidak nyaman pada orofaring.Pasien yang mengalami infeksi saluran napas pada hari ke 4 pasca operasi makan makanan lunak sampai hari ke 7. Pasien tersebut tidak mampu mengkonsumsi makanan biasa pada hari ke 7. Pasien tidak memiliki infeksi di daerah tonsil dan ketidakmampuan untuk mengkonsumsi makanan biasa bisa saja disalahtafsirkan dengan anoreksia , yang mana merupakan tanda dariinfeksi saluran pernapasan. Analisis kedua kelompok berkaitan dengan nyeri pasca operasi dan diet menunjukkan tidak ada statistik signifikan. Ini berarti bahwa dosis tunggal Enhancin (Co- Amoxicav) saat induksi sama efektif dengan terapi oral penuh selama periode pasca operasi yang sama dengan mempertimbangkan rasa nyeri dan diet, yang berlaku juga pada penyembuhan.Colveary M.P melakukan penelitian tentang efek pasca operasi Amoxycillin / asam Klavulanat pada pasien pasca tonsilektomi mengenai nyeri pasca operasi dan toleransi diet. Mereka membandingkan sekelompok pasien yang diberi antibiotik oral pasca operasi dengan pasien yang tidak diberikan. Penggunaan antibiotik ditemukan berguna dalam mengurangi morbiditas pasca operasi seperti dinilai dari jumlah analgesik yang digunakan ( P = 0,379 ), waktu untuk melanjutkan diet biasa ( P = 0,0072 ) dan skala analog visual ( p = 0,0006 ) [ 1 ]. Mereka tidak mempertimbangkan demam pasca operasi dalam studi mereka. Fennesby menemukan bukti tingkat 1 terhadap antibiotik yang dapat mengurangi kejadian demam pasca operas , nyeri orofaring dan kembalinya ke aktivitas normal pasca tonsilektomi [ 12 ]. Para penulis telah melakukan pengkajian literatur melalui PubMed dalam upaya untuk mengidentifikasi bukti yang mendukung atau melemahkan terhadap penggunaan profilaksis untuk berbagai operasi telinga, hidung dan tenggorokan. Hal ini sebagai tambahan bagi studi lain yang menegaskan bahwa antibiotik mengurangi morbiditas pasca tonsilektomi. Oleh karena itu pasien yang telah menjalani adenotonsilektomi tidak diberikan antibiotik dengan harapan akan timbul peningkatan insidens yang tinggi terhadap demam pasca operasi, nyeri dan butuh waktu lebih lama untuk dapat makan seperti biasa. Studi kami ini menunjukkan bahwa kedua cara baik pemberian dosis profilaksis ataupun dosis oral penuh pasca operasi memiliki manfaat yang sama sebagai pencegahan morbiditas pasca adenotonsilektomi. Seandainya kelompok ketiga ditambahkan ke dalam studi dimana pasien tidak diberi antibiotik diharapkan menjadi lebih nyeri, lebih tinggi kejadian demam dan butuh waktu lebih lama agar dapat kembali ke diet biasa. Studi ini berbeda dengan studi kita yang fokus mengenai profilaksis berkaitan dengan adenotonsilektomi. Penelitian Colveary meskipun berjudul : ' Antibiotik profilaksis pasca tonsilektomi apakah bermanfaat ' tidak lulus sebagai profilaksis karena antibiotik diberikan secara oral pasca operasi. Prinsip-prinsip profilaksis membutuhkan antibiotik yang harus diberikan secara intravena saat induksi dengan dosis yang adekuat sehingga memiliki konsentrasi yang adekuat dalam jaringan sebelum insisi [ 13 ]. Studi yang sudah ada dalam penggunaan dosis tunggal antibiotik tidak lulus baik dari segi profilaksis atau antibiotik yang digunakan maupun pemberian secara oral sebelum atau setelah operasi . Tidak ada penelitian mengenai dosis tunggal antibiotik intravena pra operasi dalam mengurangi morbiditas pasca operasi karena ini adalah persyaratan untuk kualifikasi sebagai profilaksis. Hal ini kami pikirkan

Page 8: Jurnal THT Co-Amoxiclav

bahwa studi yang kami lakukan akan lebih memberikan pencerahan mengenai profilaksis yang telah terbukti menjadi sama efektifnya dengan terapi oral penuh pasca operasi.

Kekurangan dari StudiTanpa bantuan oleh orang tua / pasien studi tidak dapat dilakukan. Hal ini dapat memiliki hasil yang subyektif seperti nyeri dan toleransi makanan. Suhu merupakan hasil yang objektif yang tidak dipengaruhi oleh kurangnya kerjasama seperti yang diatas.

KesimpulanDari hasil penelitian dan analisis, dosis tunggal Enhancin (Co – Amoxiclav) intraoperasi saat induksi sama efektifnya dengan terapi oral penuh pasca operasi yang sama dalam pencegahan morbiditas pasca adenotonsilektomi.Di awal disebutkan bahwa obat lebih murah dan cukup diberikan sekali sehingga kepatuhan terjamin. Munculnya resitensi dan virulensi mikroorganisme dapat dicegah dengan obat profilaksis ini, namun kepatuhan terhadap obat oral pada pasien pasca adenotonsilektomi tidak bisa dijamin karena berkaitan dengan odinofagia.Oral Enhancin (Co- Amoxiclav) membutuhkan pendinginan saat setelah dilarutkan sehingga memastikan potensi tetap terjaga. Karena pendingin mungkin tidak tersedia di beberapa rumah dari pasien, dosis tunggal saat induksi lebih mudah dilakukan.Sebuah dosis tunggal profilaksis Enhancin (Co- Amoxiclav) yang diberikan saat induksi lebih dianjurkan.