JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3...
Transcript of JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3...
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3
1
Abstrak—Tingginya angka pembangunan perumahan kelas
menengah ke atas pada saat ini sejalan dengan banyaknya
fasilitas-fasilitas yang dihadirkan di dalamnya. Fasilitas tersebut
biasa disebut club house. Namun hanya mengejar fungsi belaka,
tetapi tidak memberikan kesan suasana pada pengunjung. Salah
satu yang mendasari adanya bangunan ini adalah ingin
dihadirkannya suasana Timur Tengah dan memperkenalkannya.
Pemilihan tema pada objek rancang ialah “majlas” atau
cangkruk, merupakan filosofi dari kebiasaan orang Indonesia
maupun Timur Tengah yang suka kumpul dan ngobrol.
Penerapan tema juga terlihat pada rancangan ruang luar dan
bentuk bangunan. Dilain sisi terdapat sebuah tantangan dalam
merancang arena tersebut, yaitu bagaimana dapat
mengkombinasikan dua budaya yang berbeda menjadi satu.
Kata Kunci—Budaya, Cangkruk, Nuansa, Timur-Tengah.
I. PENDAHULUAN
Menghadirkan kesan suasana Timur Tengah pada bentuk
bangunan di Indonesia membutuhkan berbagai macam
pertimbangan. Salah satu yang menjadi pertimbangan dalam
merancang bangunan tersebut ialah faktor budaya atau
kebiasaan masyarakat dari Indonesia maupun Timur Tengah.
Berbagai macam perbedaan maupun kesamaan budaya dapat
dijadikan pertimbangan dalam merancang objek tersebut.
Objek arsitektur yang dirancang dengan menggunakan
metode ini adalah Arena Guyub Rasa Timur Tengah. Arena
Guyub Rasa Timur Tengah merupakan suatu fasilitas umum
sejenis club house yang di dalamnya menawarkan beberapa
fasilitas. Diantaranya café, restaurant, kolam renang, dan
fitness center. Salah satu tujuan menghadirkannya objek
tersebut ialah ingin memperkenalkannya suasana Timur
Tengah. Dengan demikian dipilihlah lokasi yang terletak di
Jalan Mayjend. Sungkono, dimana lokasi tersebut jauh dari
wilayah Surabaya Utara atau Ampel. Selain itu wilayah
tersebut juga diperuntukkan sebagai area komersial.
Pada rancangan ini penulis menggunakan tema ”majlas”,
yang kemudian dijabarkan menjadi empat bagian, diantaranya
yaitu melingkar, kontradiktif, informatif dan spontan.
Gambar 1. Site plan
Gambar 2. Perspektif mata burung
Menghubungkan Budaya Indonesia dan Timur
Tengah dalam Proses Rancang Arsitektur
Aiman Mochamad B, dan Josef Prijotomo
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3
2
II. METODA PERANCANGAN
Penerapan konsep perancangan pada bangunan ditentukan
melalui tema. Dalam melakukan pemilihan tema pun seorang
perancang dapat mengambil dari berbagai sumber yang ada.
Termasuk dari berbagai macam kegiatan yang sangat
berhubungan atau kental dengan kebiasaan ataupun
kebudayaan masyarakat Timur Tengah. Berbagai macam
kebudayaan masyarakat Timur Tengah yang banyak diadopsi
dan dilakukan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Juga
terdapat beberapa aktifitas yang telah menjadi kebiasaan dari
kedua bagian masyarakat tersebut.
Dalam suasana yang guyub ada kerukunan atau harmoni.
Kerukunan itu berarti suasana damai, tidak ada pertengkaran.
Kerukunan itu berarti pula ada perasaan satu hati, ada
kesepakatan. Itulah mengapa dalam struktur masyarakat di
Indonesia ada istilah rukun tetangga dan rukun warga.
Maksudnya tidak lain agar di dalam kelompok masyarakat itu
tercipta damai.
(A. Luluk Widyawan, Pr)
Bukankah tidak bisa seorang diri untuk melakukan apa saja,
termasuk untuk melayani diri sendiri sekalipun. Sebagaimana
kata sosiolog, orang baru dikatakan orang apabila sekurang-
kurangnya terdapat dua orang. Pada titik inilah kebersamaan
dan keguyuban menemukan arti yang demikian penting.
(Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi)
III. EKSPLORASI DAN HASIL
Sifat kekeluargaan, keramahan, mudah berinteraksi dengan
masyarakat baru, dan berbagai macam sifat yang sama yang
telah dimiliki dalam diri masing-masing individu masyarakat
negeri ini dan masyarakat keturunan Arab tersebut menjadi
salah satu bagian untuk mengarahkan pada tema yang dipilih.
Kebiasaan saling bertegur sapa, berbincang-bincang dengan
kawan, maupun bergurau bersama, menjadi alasan terkuat
yang menyebabkan munculnya tema ini.
Aktifitas yang lebih sering didengar dengan istilah cangkru’
tersebut merupakan sebuah aktifitas yang spontan. Dimana
biasanya sekelompok orang yang berkumpul pada satu tempat.
Banyak sisi positif yang bisa didapat dari aktifitas tersebut,
diantaranya berbagai macam informasi bisa didapatkan,
menjadi sebuah tempat untuk melepas penat, maupun hanya
sekedar menghabiskan waktu untuk bersilaturahim. Namun
banyak juga yang berasumsi bahwa aktifitas tersebut
merupakan aktifitas yang negatife. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya contoh masyarakat yang suka cangkru’ merupakan
orang-orang yang tidak dapat menghargai waktu dan boros.
Hal semacam ini banyak terjadi di Indonesia. Aktifitas
cangkru’ semakin membudaya pada aktifitas masyarakat di
negeri ini. Namun semua itu tidak berbeda dengan apa yang
terjadi pada masyarakat Timur Tengah. Hal semacam itu juga
sering terjadi pada aktifitas sehari-hari. Maka dari situlah
perancang dapat menyimpulkan beberapa kesamaan yang
dapat membantu dalam merancang objek tersebut.
Gambar 3. Layout plan
Gambar 3. Layout Plan
Gambar 4. Perspektif Normal
Gambar 5. Perspektif Normal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3
3
IV. KESIMPULAN
Dari berbagai macam perbedaan antara masyarakat
Indonesia dan Timur Tengah, namun masih terdapat
kesamaan-kesamaan yang dapat diadopsi untuk dijadikan
sebuah panduan dalam merancang objek tersebut. Sehingga
bagaimana sebuah desain dapat menghadirkan suasana
kekeluargaan yang tidak hanya muncul dari aktifitas
pengunjung, namun suasana bangunan juga dapat mendukung
kesan tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Josef
Prijotomo, M.Arch., IAI atas bimbingan beliau selama proses
pengerjaan tugas akhir penulis. Penulis juga menyampaikan
ucapan terima kasih kepada keluarga besar jurusan Arsitektur
ITS.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pemerintah Kota Surabaya. 2008. Rencana Detail Tata
Ruang Kota UP Satelit.
[2] Critchlow, Keith. 1983. Islamic Patterns. Slovenia:
Mladinska Knjiga.
[3] Ballantyne, Andrew. 2002. What is Architecture?.
London: Routledge Publishing.
[4] Umam, Helmi. (2011). Cangkru’an: Modal Sosial
Budaya Lokal. [online]. Tersedia:
http://serbadutapost.blogspot.com/2011/10/cangkruan-
modal-sosial-budaya-lokal.html. [10 Januari 2013].
[5] Suheri. [2012]. Nuansa dan Suasana. [online]. Tersedia:
http://kbplpengkajian.wordpress.com/2013/06/21/nuansa-
dan-suasana/. [10 januari 2013].
Gambar 6. Perspektif Mata Burung
Gambar 7. Perspektif Mata Burung