JURNAL Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah

download JURNAL Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah

of 15

Transcript of JURNAL Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah

Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani dan Modal Sosial

Riri RekasiwiDepartemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian BogorKampus Dramaga Bogor [email protected]

Muhammad SyamsunDepartemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian BogorKampus Dramaga Bogor [email protected]

Lindawati KartikaDepartemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian BogorKampus Dramaga Bogor [email protected]

ABSTRAK

UKM Agro adalah jenis usaha yang bergerak dibidang pertanian. UKM Agro Kota Bogor banyak bergerak dibidang pengolahan yang sangat bergantung pada jumlah dan keahlian tenaga kerja yang tersedia. Dengan kata lain, modal insani dan modal sosial memiliki peran penting dalam pengembangan kinerja UKM ini. Hasil analisis deskriptif adalah dimensi struktural, pengetahuan lain dan produktivitas merupakan indikator yang menjadi prioritas dalam membentuk variabel modal insani, modal sosial, dan kinerja. Hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM) adalah modal insani tidak berpengaruh terhadap kinerja dan modal sosial berpengaruh signifikan terhadap kinerja dengan nilai T-statistik sebesar 4,174. Hasil dari kedua analisis diatas mendukung terbentuknya implikasi manajerial berupa The House Model yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja UKM Agro Kota Bogor.Kata kunci : modal insani, kinerja UKM dan modal sosial

ABSTRACT

SMEs Agro is the type of business engaged in agriculture. Bogor many SMEs Agro engaged in processing that relies heavily on the number and skills of available labor. In other words, human capital and social capital has an important role in the development of the SME performance. Descriptive analysis is a structural dimension, other knowledge and productivity is an indicator variable priority in forming human capital, social capital, and performance. The results of the analysis of Structural Equation Modeling (SEM) is the human capital does not affect the performance and social capital significantly influence the performance of the T-statistic value of 4.174. The results of both analyzes support the formation of managerial implications on the form of the House Model is aimed to enhance the performance of SMEs Agro Bogor. Keyword : human capital, SMEss performance and social capital

I. Pendahuluan Kota Bogor merupakan kota yang berada di tengah wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi dekat dengan Ibukota Negara. Letak geografis yang strategis membuat kota ini berkembang dari segi infrastruktur maupun perekonomian. Dari segi perekonomian hal itu terlihat pada Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). LPE ini adalah pertumbuhan rill produksi barang dan jasa yang di hasilkan di Kota Bogor. Bersumber dari BPS Kota Bogor LPE kota Bogor mencapai 6,31 pada tahun 2012. Nilai LPE ini lebih tinggi dari laju Provinsi Jawa Barat yang hanya sebesa 6,21. Kemajuan ekonomi kota Bogor ini tidak terlepas dari peran UKM yang membantu perekonomian daerah dengan menghasilkan produk barang dan jasa serta penyerapan tenaga kerja. Pada skala mikro terjadi peningkatan yang signifikan dari 25.804 unit menjadi 27.383 unit di tahun 2012. Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada skala kecil dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sedangkan pada usaha skala menengah terjadi peningkatan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 yaitu 1.614 unit menjadi 1.710 unit. (Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2013)Selain itu UKM memberikan kontribusi lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Bogor dengan menyerap 58.249 tenaga kerja pada tahun 2012. UKM Kota Bogor memiliki peranan dalam kemajuan sektor-sektor perekonomian Kota Bogor. Salah satu sektor yang mendominasi struktur ekonomi Kota Bogor yaitu sektor industri pengolahan sebesar 26,85%. UKM yang memberikan kontribusi pada sektor ini diantaranya adalah UKM Agro. Menurut Iwantono (2003), industri sektor agro merupakan satu subsistem dalam sistem agribisnis. Secara garis besar terdapat empat subsistem produksi/usaha tani (farming), yaitu: (1) penyediaan sarana produksi seperti pupuk, bibit (benih), obat-obatan, mesinpertanian dan sebagainya; (2) pengolahan; (3) pemasaran (tata niaga); dan (4) subsistem pendukung seperti pembiayaan dan asuransi. UKM Agro kota Bogor banyak bergerak di bidang industri pengolahan. Sektor industri pengolahan ini dirasakan mampu menyerap tenaga kerja. Akan tetapi tenaga kerja/SDM di dalam UKM menjadi permasalahan bagi pengembangan UKM (Dinas KUMKM, 2013). Sejalan dengan Dinas Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang melihat bahwa keunggulan kompetitif UKM berasal dari keunggulan SDM. Maka dari itu diperlukan perhatian lebih mengenai perkembangan kinerja UKM melalui modal insani dan modal sosial di UKM Agro Kota Bogor. Pengembangan modal insani dan modal sosial adalah salah satu cara untuk mengembangkan dan memperhatikan SDM sehingga kedua modal tersebut akan menjadi investasi modal yang dapat meningkatkan kinerja UKM Agro Kota Bogor.Perumusan masalah pada penelitian ini adalah : (1) Bagaimana persepsi mengenai modal insani, modal sosial dan kinerja di UKM Agro Kota Bogor?; (2) Bagaimana pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM Agro Kota Bogor?; (3) Bagaimana rekomendasi/implikasi manajerial untuk meningkatkan kinerja UKM Agro Kota Bogor? Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis secara deskriptif mengenai modal insani, modal sosial dan kinerja di UKM Agro Kota Bogor; (2) Menganalisis pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM Agro Kota Bogor; (3) Membuat rekomendasi/implikasi manajerial untuk meningkatkan kinerja UKM Agro Kota BogorII. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama melakukan analisis deskriptif Tahap kedua, akan dilihat pengaruh modal insani yang dibatasi oleh empat indikrtor yakni metode umum dan spesifik on the job training, pendidikan formal, serta pengetahuan lainnya dan modal sosial yang dibatasi pada tiga dimensi yakni dimensi struktural, relasional dan kognitif terhadap kinerja UKM dengan menggunakan alat analisis yang Strucktural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Square (PLS). Tahap selanjutnya adalah memberikan implikasi manajerial yang dapat dijadikan masukan dalam upaya perumusan strategi peningkatan kinerja UKM dengan menggunakan analisis The house Model. Kerangka pemikiran tersebut dijabarkan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitianPenelitian dilaksanakan di UKM Agro di Kota Bogor sejak Juli hingga Oktober 2013. Jumlah populasi UKM Agro di Kota Bogor yang aktif dan terdaftar di DISPERINDAG (Dinias Perindustrian dan Perdagangan) dan KUMKM (Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Kota Bogor tahun 2011 adalah 36 unit usaha. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling dan diperoleh 7 UKM yang menjadi responden penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : A. Analisis DeskriptifAnalisis deskriptif adalah jenis data yang dimaksudkan untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel untuk masing-masing variabel penelitian secara tunggal. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik statistik deskriptif yang meliputi tabel frekuensi, grafik, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran (Muljono 2012)B. Structural Equation Modelling (SEM) Menurut Kusnedi (2008), SEM adalah metode analisis data multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran dan model struktural variabel laten. Model dari penelitian ini menggunakan dua variable laten independen (eksogen) yaitu modal insani dan modal sosial serta kinerja sebagai variabel laten dependen (endogen). Variabel manifes dari modal insani dibatasi pada metode umum (MU) dan spesifik on the job training (MS), pendidikan formal (PF), serta pengetahuan lain (PL). Variabel ini mengacu pada Istaiteyeh (2011). Penelitian untuk modal sosial dibatasi pada variable manifes dimensi struktural (DS), relasional (DR) dan kognitif (DK). Dimensi-dimensi tersebut mengacu dari De Jong (2010). Untuk kinerja, memiliki dua variabel manifes yaitu, Produktivitas (PRO) dan Inovasi (INO) yang mengacu Dokko (2004).Berdasarkan penelitian Rutha (2013) di UKM kluster Kerajinan Kota Bogor membuktikan bahwa modal insani dan modal sosial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UKM. Maka dibuat model pertama yang akan menganalisis pengaruh langsung dari variabel modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM Model pertama dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur model pertamaPenelitian Stam dan Elfring (2008) membuktikan modal sosial merupakan media mediasi yang memperkuat hubungan antara orientasi entrepreneur dengan kinerja. Penelitian ini memfokuskan peran jejaring intra dan ekstra industri sebagai salah satu unsur pembentuk modal sosial. Maka dari itu terbentuklah model kedua yang menganalisis pengaruh langsung modal insani dan modal sosial sebagai variabel moderator dalam mempengaruhi kinerja. Struktur model kedua ditunjukan pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur model kedua

Hasil penelitian Nishantha (2011) membuktikan bahwa modal insani memiliki pengaruh tidak langsung melalui modal sosial dalam pertumbuhan organisasi. Penelitian ini dilakukan di 97 perusahaan dengan tenaga kerja dibawah 50 orang di Colombo, Sri Langka. Penelitian ini mejadi dasar terbentuknya model ketiga. Model ketiga mencoba menganalisis modal sosial yang mempengaruhi kinerja UKM sebagai variabel perantara bagi variabel modal insani. Model ketiga ditunjukan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Struktur model ketigaC. The House Model The House Model adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan mimpi dari sebuah organisasi. The House Model tersebut ditunjukan pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5 Kerangka The House Model (Horovitz dan Corbooz, 2007)Horovitz dan Corboz (2007) menyatakan, ada tiga komponen untuk membangun visi yang baik; impian yang terletak pada atap, cara utama yang terdapat pada pilar-pilar dan tindakan/perilaku pendukung. III. Hasil dan Pembahasan III.1 Karakteristik RespondenKarekteristik responden dalam penelitian ini dibagi kedalam dua kategori, yaitu karakteristik tenaga kerja dan karakteristik UKM. Karakteristik tenaga kerja dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, usia, hubungan kekerabatan, lama bekerja, penghasilan dan jumlah tanggungan, sedangkan karateristik UKM dikelompokkan berdasarkan jenis usaha, skala usaha dan lama UKM telah berdiri.Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat karakteristik responden dengan menggunakan software Ms.Excel.

A. Karakteristik Tenaga Kerja

Tabel 3 Karakteristik Tenaga Kerja UKM Agro Kota BogorKarakteristikJumlah Tenaga Kerja (orang)KarakteristikJumlah Tenaga Kerja (orang)Pendidikan :penghasilan :SD11150000012TOTAL32TOTAL32Usia :Lama bekerja :453>20 tahun3TOTAL32TOTAL32Jumlah Tanggungan :Hubungan 1-2 orang12kekerabatan :3-4 orang125-6 orang5Ada67-8 orang3tidak ada26TOTAL32TOTAL32Keterangan : Angka yang dicetak tebal adalah jumlah tertinggi Tenaga kerja yang dijadikan responden berjumlah 32 orang dari 7 UKM yang dipilih melalui teknik convinience sampling. Dapat dilihat dari tingkat pendidikan, bahwa pendidikan bukan menjadi syarat utama untuk bekerja disebuah UKM Agro karena pada umumnya tenaga kerja di UKM agro berpendidikan SD dan SMP. Karakteristik secra lengkap dijelaskan lebih lanjut pada Tabel 3.Data pada Tabel 4 menunjukan dari segi penghasilan pemilik UKM Agro di Kota Bogor menetapkan kompensasi tenaga kerja diatas rata-rata dengan jumlah terbesar >Rp1.500.000,-/bulan yakni 12 orang. Hal ini disebabkan sistem pengupahan di UKM agro bersifat harian dan ditentukan dari jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan serta bergantung pada tingkat pendidikan yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan S1 menjabat sebagai manajer keuangan dan sekretaris di UKM memperoleh penghasilan diatas Rp1.500.000,-.Usia tenaga kerja UKM sektor ini didominasi oleh tenaga kerja pada usia matang yaitu 36-45 yang berjumlah 12 orang. Namun ada seorang tenaga kerja yang berusia 15 tahun hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemilik UKM terkait peraraturan UU No.13 Pasal 68 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Menurut UU ini anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun maka dari itu UKM perlu meninjau kembali tenaga kerja yang berusia dibawah 18 untuk tidak dipekerjakan. Tenga kerja direkrut dari daerah sekitar tetapi tidak seperti UKM pada umumnya UKM Agro di Kota Bogor lebih banyak yang tidak memiliki hubungan kekerabatan/keluarga dengan pemilik UKM. Selain itu tenaga kerja UKM Agro di Kota Bogor cenderung belum loyal terhadap tempat bekerjanya. Tenaga kerja UKM agro Kota Bogor yang bekerja 0-5 tahun sebanyak 19 orang, 5-10 tahun sebanyak 10 orang dan hanya 3 orang yang bertahan lebih dari 20 tahun. Lamanya tenaga kerja bekerja di UKM berada dibawah rata-rata lama berdirinya UKM. Hal ini menggambarkan terdapat permasalahan dibidang pengelolalan SDM karena tingkat keluar masuk tenaga kerja cukup tinggi.B. Karakteristik UKM

Tabel 4 Karakteristik UKM Agro Kota Bogor yang menjadi responden penelitianNama UKMLama Tahun BerdiriSkala UsahaJenis UsahaJumlah tenaga kerjaOmset (juta rupiah) Raos "Tempe" 18kecilPengolahan Tempe8150Mandiri Lestari 4kecilBudidaya Jamur Tiram915Pabrik Tahu 20kecilPengolahan Tahu815Pabrik Tahu11kecilPengolahan Tahu7135Sunda Karya40kecilPenggilingan Tepung1025Hokkie Rubber 25menengahIndustri Pengolahan Barang Jadi Karet2160Mutiarajaya Farm 8kecilIndustri Pemotongan Ayam7720UKM cluster agro yang dijadikan tempat penelitian berjumlah 7 UKM. Lima dari tujuh UKM sektor agro berdiri diatas 11 tahun, sedangkan dua UKM lainnya berdiri dibawah 10 tahun. Akan tetapi lama berdirinya usaha tidak berpengaruh terhadap omset UKM. Tabel 4 menjelaskan karakteristik UKM yang menjadi responden.III. 2 Persepsi Tenaga Kerja UKM Agro terhadap Modal Insani, Modal Sosial dan Kinerja UKM Karyawan pada UKM agro Kota Bogor memiliki pandangan mengenai variabel modal insani, modal sosial, dan kinerja. Penilaian persepsi karyawan UKM agro terhadap variabel modal insani, modal sosial, dan kinerja. Karyawan UKM agro Kota Bogor memiliki persepsi bahwa seluruh indikator dari variabel modal sosial memiliki nilai setuju. Indikator yang paling disetujui oleh karyawan adalah dimensi struktural dengan nilai 4,03. Indikator dimensi struktural dianggap paling mendukung dalam membentuk modal sosial di UKM agro karena dalam lingkungan UKM karyawan saling melakukan komunikasi serta kerjasama dengan rekan kerja baik didalam satu unit kerja atau diluar unit kerja. Sementara karyawan menganggap dimensi kognitif dapat membentuk modal sosial namun tidak menjadi prioritas karena memiliki nilai terndah yaitu 3,82. Aspek kognitif yang menjadi sorotan adalah mencapai visi misi bersama dengan nilai 3,31. Hal ini terjadi dikarenakan pada umumnya UKM agro Kota Bogor belum memiliki visi dan misi sehingga karyawan tidak menjadikan aspek ini sebagai prioritas dalam mebentuk modal sosial di UKM agro. Lebih lengkapnya analisis persepsi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5 Persepsi karyawan terhadap modal insani, modal sosial dan kinerja UKM Agro Kota BogorNoVariabelNilaiKeterangan

Modal Sosial

1Dimensi Struktural4,03Setuju

2Dimensi Relasional3,98Setuju

3Dimensi Kognitif3,82Setuju

Modal Insani

1Pendidikan Formal2,69Cukup Setuju

2Metode umum on the job training3,54Setuju

3Metode spesifik on the job training3,49Setuju

4Pengetahuan Lain3,78Setuju

Kinerja

1Produktivitas4,12Setuju

2Daya Inovasi3,98Setuju

Keterangan : Angka yang berwarna biru merupakan nilai terbesar dan berwarna merah ialah nilai terkecil Kemudian pengetahuan lain dianggap paling disetujui untuk investasi modal insani dengan nilai 3,78 sedangkan pendidikan formal memiliki nilai 2,69 ini merupakan nilai terendah dari seluruh indikator yang digunakan dalam merefleksikan variabel modal insani. Pendidikan formal bukan menjadi prioritas dalam bekerja di UKM agro Kota Bogor karena tingkat pendidikan bukan menjadi syarat utama bagi karyawan untuk diterima bekerja di UKM agro. Maka dari itu karyawan menganggap bahwa pendidikan formal sebagai prioritas terakhir dalam membentuk modal insani. Persepsi karyawan terhadap variabel kinerja memperoleh nilai setuju pada dua indikator yang mewakili kinerja UKM. Karyawan menganggap bahwa produktivitas memiliki peran penting dalam membentuk kinerja UKM dengan nilai tertinggi yaitu 4,12. Di Industri pengolahan tentunya hasil yang dilihat adalah memaksimalkan output dari input yang tersedia. Sementara daya inovasi memiliki prioritas dibawah produktivitas (3,98) karena UKM Agro Kota Bogor tidak dapat banyak melakukan inovasi terhadap produk sebab produk yang dihasilkan bersifat produk setengah jadi. III. 3 Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UKM dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)Penelitian ini terdiri dari tiga variabel laten, yaitu modal sosial, modal insani dan kinerja. Analisis yang digunakan yaitu untuk melihat bentuk dan besar pengaruh variabel eksogen yaitu modal sosial dan modal insani terhadap variabel laten endogen yaitu kinerja. Model yang akan diujikan yaitu model pertama yang akan menganalisis pengaruh langsung dari variabel modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM, model kedua menganalisis pengaruh langsung modal insani dan modal sosial sebagai variabel moderator dalam mempengaruhi kinerja dan model ketiga menganalisis modal sosial yang mempengaruhi kinerja UKM sebagai variabel perantara bagi variabel modal insani. Alat analisis yang digunakan adalah SEM dengan pendekatan Partial Least Square (PLS) yang diolah dengan SmartPLS. Untuk mengevaluasi model dalam penelitian ini diperlukan beberapa cara bergantung pada model yang telah dibentuk. Evaluasi model dilakukan untuk melihat pengaruh variabel eksogen terhadap variabel laten endogen serta melihat model terbaik dari ketiga model yang telah dibuat. Secara umum, evaluasi dan interpretasi dari ketiga model dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Evaluasi outer model dan inner model pada model 1, 2 dan 3KriteriaStandar penilaian MODEL 1MODEL 2MODEL 3

Loading Factor(OUTER MODEL)Nilai loading faktor > 0.70tidak ada indikator yang berada dibawah 0,7 tidak ada indikator yang direduksi. Seluruh indikator telah merefleksikan variabel-variabel laten (Valid)tidak ada indikator yang berada dibawah 0,7 tidak ada indikator yang direduksi. Seluruh indikator telah merefleksikan variabel-variabel laten (Valid)tidak ada indikator yang berada dibawah 0,7 tidak ada indikator yang direduksi. Seluruh indikator telah merefleksikan variabel-variabel laten (Valid)

Average Variance Extracted(OUTER MODEL)Nilai AVE > 0.50 modal insani (0,999522), modal sosial (0,999922), kinerja (0,999882) (Valid)modal insani (0,999522), modal sosial(0,999922), kinerja (0,999882) modal insani*modal sosial (1,000000) (Valid)modal insani (0,999522), modal sosial (0,999922), kinerja (0,999882) (valid)

Composite Reliability(OUTER MODEL)Composite Reliability > 0.7modal insani (0,999880), modal sosial(0,999974), kinerja (0,999941) (Reliabel)modal insani (0,999880), modal sosial(0,999974), kinerja (0,999941) modal insani*modal sosial (1,00000) (Reliabel)modal insani (0,999880), modal sosial(0,999974), kinerja (0,999941) (Reliabel)

Cross Loading(OUTER MODEL)Cross Loading > 0,7 untuk setiap variabelnilai cross loading untuk setiap variabel > 0,7 (setiap variabel telah masuk kedalam pengelompokan sesuai jenis ragamnya) (Valid)nilai cross loading untuk setiap variabel > 0,7 (setiap variabel telah masuk kedalam pengelompokan sesuai jenis ragamnya) (Valid)nilai cross loading untuk setiap variabel > 0,7 (setiap variabel telah masuk kedalam pengelompokan sesuai jenis ragamnya) (Valid)

Signifikansi

(INNER MODEL)Nilai T-Startistik > 1,96 (5%)Modal Insani >>Kinerja (0,73884) (Tidak berpengaruh) Modal Sosial >> Kinerja (3,710238) (Berpengaruh)Modal Insani >>Kinerja (0,350202) (Tidak berpengaruh) modal insani*modal sosial >> kinerja (0,422221) (Tidak Berpengaruh) modal Sosial >> Kinerja (3,420083) (Berpengaruh)Modal Insani >>Kinerja (0,964326) (tidak berpengaruh) Modal Insani>>Sosial (2,508503) (Berpengaruh) Modal Sosial >> Kinerja (4,174068) (Berpengaruh)

Original Sample

(INNER MODEL)>Angka (+) memiliki pengaruh positif langsung >Angka (-) tidak memiliki pengaruh positif langusngModal Insani >>Kinerja (-0,183336) (Tidak berpengaruh positif langsung), Modal Sosial >> Kinerja (1,183185) (Berpengaruh positif langsung)Modal Insani >>Kinerja (-0,234090) (Tidak berpengaruh positif langsung), modal.insani*modal.sosial >> kinerja (0,326165) (Berpengaruh positif langsung), Modal Sosial >> Kinerja (0,907781) (Berpengaruh positif langsung)Modal Insani >>Kinerja (-0,183345) (Tidak berpengaruh positif langsung), Modal Sosial >> Kinerja (1,183193 ) (Berpengaruh positif langsung), Modal Insani>> Modal Sosial (0,999670) (Berpengaruh positif langsung)

R-Square

(INNER MODEL)R-square 0.67, 0,33 dan 0,19 (model kuat, moderate, dan lemah)R-square kinerja sebesar 0,99984 (Model Kuat)R-square kinerja sebesar 0,999854 (Model Kuat)R-square kinerja sebesar 0,999840 R-square m.sosial 0,999340 (Model Kuat)

Tabel 6 menjelaskan hasil evaluasi dari ketiga model diatas menyatakan bahwa model yang memiliki hasil evaluasi yang baik adalah model 3. Evaluasi berdasarkan standar penilaian menurut Chin (1998) yang disitasi Ghozali (2012) dari model pengukuran dan model struktural. Model pengukuran (outer model) merupakan pengukuran dari masing-masing indikator terhadap masing-masing variabel (Ghozali, 2008). Lebih lanjut dikatakan bahwa jika koefisien atau faktor loading dari masing-masing indikator pada model kurang dari 0,7 maka harus direduksi. Pereduksian dilakukan satu per- satu dari nilai yang paling rendah dari 0,7. Tidak ada indikator yang harus direduksi pada model 3. Outer model 3 dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Outer model terpilihHal ini menyatakan bahwa seluruh indikatordapat merefleksikan variabel-variabel laten. Dimensi struktural (DS), dimensi relasional (DR), dan dimensi kognitif (DK) dapat merefleksikan variabel modal sosial dengan baik. Pengetahuan lain (PL), pelatihan spesifik (MS), pelatihan umum (MU), dan pendidikan formal (PF) dapat merefleksikan variabel modal insani dengan baik, hanya saja nilai loading faktor pada pendidikan formal (PF) memiliki niali lebih rendah hal ini dikarenakan responden melihat pendidikan formal di UKM agro sebagai hal yang tidak diprioritaskan. Nilai R-Square yang terdapat pada model adalah 1,00 hal ini menjelaskan bahwa variabel konstruk kinerja UKM dapat dijelaskan oleh variabel konstruk modal insani dan modal sosial sebesar 100%. Tampak pada gambar nilai-nilai loading factor yang sudah sesuai dan merefleksikan laten, sehingga dapat dilakukan tahap selanjutnya yaitu boostrapping untuk menghasilkan model struktural. Model struktural atau disebut juga inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten. Melalui langkah bootstrapping pada smartPLS, dapat diperoleh nilai original sample (O), kesalahan baku standar (standard errors), koefisien jalur (path coefficients/S), dan nilai T-Statistik. Dengan teknik ini, peneliti dapat menilai signifikansi statistik model penelitian dengan menguji hipotesis untuk tiap jalur hubungan. Hasil bootstraping model 3 terdapat pada Gambar 8 Inner Model terpilihGambar 8.Gambar 8 menggambarkan tentang pengaruh tidak langsung modal insani melalui modal sosial terhadap kinerja UKM (Hasil output dari smartPLS ditampilkan pada Lampiran 5). Hasil output inner model terpilih menunjukkan nilai original sample (O), koefisien untuk tiap jalur hipotesis dan nilai T-Statistiknya yang diperoleh dari hasil output. Hubungan diantara variabel dengan melihat nilai original sampel (O) diperoleh hubungan positif antara variabel modal insani teerhadap modal social dan variabel modal sosial terhadap kinerja UKM. Sedangkan variabel modal insani memiliki hubungan negatif terhadap kinerja UKM .Pengujian terhadap model struktural selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat niai T-statistik. Jika niali T hitung > dari T tabel yaitu 1,96 untuk tingkat error 5% dapat disimpulkan :1. Konstruk Modal Insani terhadap Kinerja UKM memiliki T-statistik sebesar 0,964. Nilai T hitung < dari T tabel sehingga modal insani tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM 2. Konstruk modal insani terhadap modal sosial meiliki T-Statistik sebesar 2,609. Nilai T hitung > T tabel sehingga modal insani memiliki pengaruh yang signifikan terhadap modal sosial.3. Konstruk Modal sosial terhadap kinerja UKM memiliki T- statistik sebesar 4,174. Nilai T hitung > T tabel sehingga modal sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja UKM.Modal insani tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja UKM Agro Kota Bogor. Ketidak berpengaruhan modal insani secara langsung terhadap kinerja mengindikasikan ada faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap kinerja karena pada penelitian ini hanya dilihat dari satu sisi fungsional manajemen yakni manajemen sumberdaya manusia. Akan tetapi modal insani memiliki pengaruh terhadap modal sosial dan modal sosial memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja UKM. Artinya modal sosial menjadi perantara bagi modal insani terhadap peningkatan kinerja UKM. Modal insani yang direfleksikan oleh indikator pengetahuan lain, pendidikan formal, pelatihan umum dan pelatihan spesifik pada dasarnya menggambarkan skill dan kemampuan tenaga kerja dibutuhkan oleh UKM. Skill dan kemampuan tersebut dibutuhkan oleh UKM yang bergerak di bidang pengolahan untuk meningkatkan kinerjanya. Melalui modal sosial inilah skill dan kemampuan di dalam diri tenaga kerja dapat tersalurkan melalui modal sosial karena modal sosial merupakan proses pembentukan jaringan antar tenaga kerja dan hubungan antar tenaga kerja berupa komunikasi dan kerjasama dalam mencapai kepentingan bersama di dalam UKM. Hal ini terefleksikan oleh dimensi relasional, struktural dan kognitif yang terangkum dalam variabel modal sosial dalam penelitian ini.

Implikasi ManajerialBerdasarkan hasil penelitian implikasi manajerial yang dapat digunakan oleh UKM Agro Kota Bogor sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja UKM melalui The house model yang dapat diimplementasikan dalam rangka perbaikan lingkungan internal UKM. Kebanyakan dari UKM yang dijadikan sampel penelitian belum memilki visi dan misi yang jelas dan didokumentasikan. Tujuan dari UKM ini pada umumnya sekedar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini timbul dikarenakan motivasi UKM untuk berkembang masih tergolong rendah. Untuk itu diperlukan sebuah batu loncatan sebagai standar yang dapat memotivasi UKM dalam mencapai cita-citanya. The house model merupakan alat yang dapat digunakan oleh UKM untuk membantu UKM dalam merancang strategi dan menentukan impian dari usaha yang didirikannya. Berikut adalah rancangan The House Model UKM Agro Kota Bogor yang terdapat pada Gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9 The House Model UKM Agro Kota Bogor

The house model yang dirancang pada Gambar 9 diperoleh berdasarkan analisis deskriptif dan analisisi SEM. The house model UKM Agro kota Bogor memiliki atap yang berisikan sebuah visi dengan sebuah pilar yang terdiri dari key way dan action/milestone serta pondasi berupa tindakan yang harus dilaksanakan oleh UKM Agro Kota Bogor. Berdasarkan hasil analisis deskriptif produktivitas memiliki nilai persepsi lebih besar dibandingkan dengan daya inovasi dalam menggambarkan indikator peningkatan kinerja. Maka Visi yang diterapkan oleh UKM Agro di Kota Bogor adalah Menjadi UKM yang Produktif dan Suistainable (berkelanjutan) Periode 5 Tahun. Visi tersebut akan menjadi atap dari House Model.Bagian kedua merupakan pilar terdiri dari key way dan action/milestone yang berfungsi sebagai penyokong berdirinya sebuah visi. Pilar tersebut diperoleh melalui permasalahan SDM yang diangkat dalam penelitian ini yakni peningkatan kinerja melalui modal insani dan modal sosial. Key way dari House Model ini berupaPengembangan Modal Sosial berdasarkan hasil hubungan laten antar variabel dalam analisis SEM. Action/milestone diperoleh melalui analisis persepsi. Nilai yang digunakan adalah nilai persepsi terendah (seperti ditunjukan Lampiran 4) pada setiap indikator-indikator modal sosial. Pada indikator dimensi struktural sub-indikator penyelesaian konflik memperoleh nilai terendah sehingga diperlukan manajemen konflik yang baik. Kemudian indikator dimensi relasional yang harus diperhatikan melalui pembentukan norma dan nilai-nilai karena pemahaman mengenai norma dan nilai-nilai yang berlaku di perusahaan memperoleh nilai terendah. Sementara pada dimensi kognitif sub-indikator shared vision yang memperoleh nilai terendah. Hal ini dikarenakan UKM Agro Kota Bogor belum memiliki visi, misi dan tujuan usaha yang jelas. Maka perlu dibentuknya batu loncatan berupa pembentukan visi, misi dan tujuan UKM. Berdasarkan pilar house model di atas dapat dilihat indikator kinerja utama yang akan digunakan oleh UKM Agro Kota Bogor. Tabel 7 menyajikan sasaran strategis, indikator pemicu, indikator kinerja utama dan target yang harus di capai oleh UKM Agro Kota Bogor.

Tabel 7 Indikator Kinerja Utama UKM Agro Kota BogorSasaran StrategisIndikator Pemicu UtamaIndikator Kinerja Utama HasilTargetPengembangan Modal SosialMeminimalkan konflikPresentase kegiatan kebersamaan/ keakraban2x dalam setahunTerbentuknya visi, misi dan tujuan UKMPembentukan visi, misi dan tujuan UKMTercapai 2014Terciptanya tenaga kerja yang taat aturanSOP disiplin kerja pegawaiTercapai 2014Penetapan sangsi kerja pegawaiTercapai 2015

Bagian house model selanjutnya adalah pondasi. Pondasi merupakan perilaku pendukung agar tercapainya visi yang telah dibuat. Pondasi tersebut diperoleh melalui analisis persepsi pada sub-indikator dalam indikator-indikator modal sosial yang memiliki nilai tertinggi. Sub-indikator yang memperoleh persepsi tertinggi adalah komunikasi dan hubungan kerjasama. Nilai tertinggi ini menggambarkan bahwa komunikasi dan kerjasama terlah berjalan dengan baik dan menjadi kekuatan UKM pada indikator modal sosial. Maka kedua hal ini perlu ditingkatkan untuk mendukung pilar agar UKM Agro Kota Bogor dapat mencapai impian/visinya.SIMPULAN DAN SARANSimpulanPengelolaan SDM menjadi permasalahan bagi UKM cluster agro Kota Bogor terutama pada pengembangan modal insani yang dianggap kurang penting dalam meningkatkan kinerja UKM. Simpulan dari hasil penelitian Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UKM cluster Agro Kota Bogor adalah sebagai berikut: (1) Hasil analisis deskriptif diperoleh dimensi struktural yang dominan dalam membentuk modal sosial. Kemudian pengetahuan lainnya dianggap paling dominan dan diprioritaskan dalam membentuk modal insani. Sementara kinerja UKM agro lebih dibentuk oleh produktivitas dari pada daya inovasi; (2) Hasil analisis SEM (Structural Equation Modelling) terpilih model ketiga dengan modal sosial sebagai variabel perantara, bahwa modal insani tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja akan tetapi memiliki pengaruh terhadap modal sosial sedangkan modal sosial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UKM; (3) Rekomendasi untuk meningkatkan kinerja UKM yang pertama adalah The house models yang digunakan sebagai langkah UKM untuk menggapai impian dengan terfokus pada pengembangan modal sosial untuk meningatkan kinerja UKM.