USAHA KECIL MENENGAH

31
USAHA KECIL MENENGAH (UKM) PEMBUATAN BATU BATA 1. Gambaran Umum UKM Usaha kecil menengah yang dipilih dalam penyusunan tugas ini batu bata, disebabkan karena usaha batu bata banyak dijumpai di kota Langsa. UKM ini terdiri dari 5 orang pekerja yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, UKM ini berproduksi berdasarkan order yang datang. Kebetulan saat ini UKM ini mendapatkan order untuk menyelesaikan pasar Kota Langsa. Batu bata adalah bahan bangunan yang paling banyak dipakai sebagai material pembuat dinding rumah. Sejak jaman dahulu, batu bata telah menjadi material utama dalam pembangunan rumah tinggal. Di Indonesia, batu bata yang paling banyak dipakai adalah batu bata yang terbuat dari tanah liat atau lempung. Penggunaan bata merah pada pemasangan dinding memang sedikit lebih mahal karena jumlah yang digunakan cukup banyak dan waktu pemasangan lebih lama, tapi masyarakat Indonesia tetap memilih bata merah karena dapat meredam panas yang berlebihan. Berbeda halnya dengan batako, jika dilihat dari harga dan efisiensi waktu, menggunakan batako akan menghemat biaya, tapi penggunaan batako 1

Transcript of USAHA KECIL MENENGAH

Page 1: USAHA KECIL MENENGAH

USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

PEMBUATAN BATU BATA

1. Gambaran Umum UKM

Usaha kecil menengah yang dipilih dalam penyusunan tugas ini batu bata,

disebabkan karena usaha batu bata banyak dijumpai di kota Langsa. UKM ini

terdiri dari 5 orang pekerja yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 2 orang

perempuan, UKM ini berproduksi berdasarkan order yang datang. Kebetulan saat

ini UKM ini mendapatkan order untuk menyelesaikan pasar Kota Langsa.

Batu bata adalah bahan bangunan yang paling banyak dipakai sebagai

material pembuat dinding rumah. Sejak jaman dahulu, batu bata telah menjadi

material utama dalam pembangunan rumah tinggal. Di Indonesia, batu bata yang

paling banyak dipakai adalah batu bata yang terbuat dari tanah liat atau lempung.

Penggunaan bata merah pada pemasangan dinding memang sedikit lebih mahal

karena jumlah yang digunakan cukup banyak dan waktu pemasangan lebih lama,

tapi masyarakat Indonesia tetap memilih bata merah karena dapat meredam panas

yang berlebihan. Berbeda halnya dengan batako, jika dilihat dari harga dan

efisiensi waktu, menggunakan batako akan menghemat biaya, tapi penggunaan

batako bata dinding akan mengakibatkan suhu ruang menjadi lebih panas.

Tugas ini membahas peta kerja setempat dan peta kerja keseluruhan serta

penilaian postur kerja terhadap masing-masing aktivitas dalam proses produksi

batu bata.

2. Aktivitas kegiatan

aktivitas pembuatan batu bata dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengisian cetakan batu bata

b. Pencetakan batu bata

c. Pemotongan batu bata

d. Pengeringan batu bata

e. Pembakaran

1

Page 2: USAHA KECIL MENENGAH

Aktivitas pembuatan batu bata dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Aktivitas Pembuatan Batu Bata

3. Proses Produksi

Proses pembuatan batu bata keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan

peta aliran proses. Peta aliran proses merupakan suatu diagram yang menunjukkan

urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang

terjadi selama satu proses atau suatu prosedur berlangsung. Di dalamnya memuat

pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang

dibutuhkan dan jarak. Peta aliran proses pembuatan batu bata dapat dilihat pada

Gambar 2.

2

Page 3: USAHA KECIL MENENGAH

3Gambar 4. Peta Aliran Proses

Page 4: USAHA KECIL MENENGAH

Proses pembuatan batu bata dikerjakan oleh lebih dari satu orang pekerja.

Untuk melihat kerja masing-masing operator dapat dilihat melalui peta grup kerja.

Peta grup kerja merupakan bagian dari peta aliran proses. Memang pada dasarnya

peta proses kelompok kerja merupakan hasil perkembangan dari suatu peta aliran

proses . Peta ini bisa digunakan dalam suatu tempat kerja di mana untuk

melaksanakan pekerjaan tersebut memerlukan kerja sama yang baik dari

sekelompok pekerja.Peta grup kerja dapat dilihat pada Gambar 3.

4. Penentuan Waktu Baku

Sebelum menghitung waktu baku, terlebih dahulu harus dihitung waktu

waktu siklus dan waktu normal. Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan elemen-elemen kerja. Waktu siklus dalam pembuatan batu bata ini

diperoleh dari peta aliran proses. Dalam peta aliran proses dalam satu siklus kerja

menghasilkan 225 unit batu bata. Waktu siklus produk diperoleh dari waktu siklus

proses kegiatan. Perhitungan waktu siklus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Urutan Proses Produksi

Urutan proses waktu (detik)Pengisian tanah liat ke dalam cetakan 300Pencetakan 35Pemotongan 2.313pengeringan 604.850Pembakaran 605.100Jumlah 1.212.598

Sehingg waktu siklus pembuatan batu bata adalah 1.212.598 detik 14 hari

50 menit.

4

Page 5: USAHA KECIL MENENGAH

5Gambar 3. Peta Grup Kerja

Page 6: USAHA KECIL MENENGAH

Waktu normal adalah waktu siklus yang telah mempertimbangkan rating

factor. Rating factor adalah perbandingan prestasi seorang pekerja dengan konsep

normal yang telah disepakati untuk pekerjaan yang dilakukannya. Bila seorang

pekerja berprestasi sama seperti konsep normal pekerjaannya, berarti rating

factornya 100%. Penentuan rating factor ada beberapa cara, namun dalam tulisan

ini digunakan cara ”Westinghouse system of rating” karena sistem ini

mempertimbangkan lebih banyak faktor dan lebih terperinci. Rating factor setiap

pekerja dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rating Factor Pekerja

No Faktor Kelas (lambang) PenyesuaianFarol

1 Keterampilan Average (D) 0,002 Usaha Good (C1) +0,053 Kondisi kerja Fair (E) -0,034 Konsistensi Average (D) 0,00

Jumlah +0,02Lukman

1 Keterampilan Good (C1) +0,062 Usaha excellent (B2) +0,083 Kondisi kerja Fair (E) -0,034 Konsistensi Average (D) 0,00

Jumlah +0,11Agam

1 Keterampilan Excellent (C1) +0,082 Usaha Good (C1) +0,053 Kondisi kerja Fair (E) -0,034 Konsistensi Average (D) 0,00

Jumlah +0,10Nani

1 Keterampilan Good (C1) +0,062 Usaha Good (C1) +0,053 Kondisi kerja Fair (E) -0,034 Konsistensi Average (D) 0,00

Jumlah +0,08

6

Page 7: USAHA KECIL MENENGAH

Waktu normal adalah waktu yang digunakan oleh tenaga kerja terampil

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada keadaan normal, dimana operator

bekerja sesuai metode kerja yang ditetapkan. Secara matematis waktu normal

ditentukan dengan rumus berikut.

Wn =Wi x Rf

Keterangan :

Wn : Waktu normal

Wi : Waktu kegiatan ke i

Rf : Rating Factor (%).

Perhitungan waktu normal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Waktu Normal

Urutan Proses Waktu (detik) Waktu normalPengisian tanah liat ke dalam cetakan 300 306Pencetakan 35 38,85Pemotongan dan penyusunan 2.313 2544,3Pengeringan 604.850 653238Pembakaran 605.100 617202Jumlah 1.212.598 1.273.329,15

Waktu normal 1 unit batu bata adalah 1.273.329,15 detik 14 hari 17 jam

42 menit.

Menentukan Kelonggaran (Allowance)

Kelonggaran terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Kelonggaran untuk kebutuhan Pribadi

Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal seperti

minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil,

bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan

ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja.

7

Page 8: USAHA KECIL MENENGAH

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique

Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik

jumlah maupun kualitas. Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada

diri seseorang sebagai akibat melakukan pekerjaan. Karena itulah

kelonggaran untuk melepaskan rasa lelah karena fatique ini perlu

ditambahkan.

3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan.

Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan terjadi di luar

kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya, misalnya mesin terhenti

akibat terputusnya aliran listrik, meminta petunjuk dari pengawas,

kerusakan pada mesin, dan lain-lain.

Perhitungan allowance dalam pembuatan batu bata dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Allowances Pekerja

No FaktorAllowance

(%)Farol

1 Tenaga yang dikeluarkan 122 Sikap kerja 13 Gerakan kerja 04 Kelelahan mata 0

5Keadaan temperatur tempat kerja 5

6 Keadaan atmosfer 07 keadaan lingkungan yang baik 1

Jumlah   19Lukman

1 Tenaga yang dikeluarkan 242 Sikap kerja 13 Gerakan kerja 04 Kelelahan mata 0

5Keadaan temperatur tempat kerja 5

6 Keadaan atmosfer 07 keadaan lingkungan yang baik 1

Jumlah   31

8

Page 9: USAHA KECIL MENENGAH

Tabel 4. Allowances Pekerja(Lanjutan)

No FaktorAllowance

(%)Agam

1 Tenaga yang dikeluarkan 192 Sikap kerja 13 Gerakan kerja 04 Kelelahan mata 0

5Keadaan temperatur tempat kerja 5

6 Keadaan atmosfer 07 keadaan lingkungan yang baik 1

Jumlah   26Nani

1 Tenaga yang dikeluarkan 52 Sikap kerja 13 Gerakan kerja 04 Kelelahan mata 0

5Keadaan temperatur tempat kerja 5

6 Keadaan atmosfer 07 keadaan lingkungan yang baik 1

Jumlah   12

Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal

untuk bekerja secara wajar dalam sistem kerja yang terbaik. Penentuan waktu

standar didasarkan pada pengukuran waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang

disesuaikan dengan keadaan normal dan ditambah dengan allowance yang

diberikan . Waktu standar dihitung dengan rumus berikut.

Ws = Wn x (1 + All)

Keterangan :

Ws : Waktu baku

Wn : Waktu normal

All : Allowance.

9

Page 10: USAHA KECIL MENENGAH

Perhitungan waktu baku dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Waktu Baku

Urutan ProsesWaktu Normal

(detik)Allowance

Waktu Baku (detik)

Pengisian tanah liat ke dalam cetakan 306 1,19 364,14 Pencetakan 38,85 1,31 50,89 Pemotongan dan penyusunan 2544,3 1,26 3.205,82 Pengeringan 653238 1,12 731.626,56 Pembakaran 617202 1,19 734.470,38 Jumlah 1.273.329 1.469.717,79

Waktu baku pembuatan batu bata adalah 1.469.717,79 detik 17 hari 16

menit.

5. Postur kerja

Penilaian postur kerja digunakan untuk mengetahui tindakan yang harus

dilakukan apabila postur kerja melebihi batas level tertentun. postur kerja dinilai

dengan menggunakan metode REBA. Postur kerja pembuatan batu bata dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Pengisian cetakan batu bata

Penilaian postur pengisian cetakan batu bata dapat dilihat pada Gambar 4.

10

Page 11: USAHA KECIL MENENGAH

11

Gambar 4. Penilaian Postur Mengisi Cetakan

Page 12: USAHA KECIL MENENGAH

Analisa pengisian cetakan batu bata

Level resiko sedang dan perlu tindakan, tindakan yang bisa dilakukan

adalah merancang alat bantu untuk mengisi tanah liat ke dalam cetakan

tanpa harus dilakukan secara manual, dengan memperhatikan dimensi

antropometri dan kekuatan otot, sehingga dimensi dan material yang

digunakan dapat mengakomodasi pekerja dengan baik.

b. Menahan cetakan

Penilaian postur menahan cetakan dapat dilihat pada Gambar 5.

12

Page 13: USAHA KECIL MENENGAH

13

Gambar 5. Penilaian Postur Menahan Cetakan

Page 14: USAHA KECIL MENENGAH

Analisa postur menahan cetakan.

Level resiko tinggi dan perlu tindakan secepatnya, tindakan yang bisa

dilakukan adalah mesin cetakan batu bata sebaiknya dilengkapi dengan

penahan yang kokoh sehingga tanah terpress secara sempurna. Sehingga

tidak lagi dilakukan pengeprsan manual.

c. Pemotongan batu bata

Penilaian postur emotongan batu bata dapat dilihat pada Gambar 6.

14

Page 15: USAHA KECIL MENENGAH

15Gambar 6. Penilaian Postur Memotong Batu Bata

Page 16: USAHA KECIL MENENGAH

Level resiko sedang dan perlu tindakan, tindakan yang bisa dilakukan

adalah mendesain pegangan yang benar sesuai dimensi antropometri dan

mengganti bahan pemotong batu bata yang tajam dan tidak lengket sehingga

saat memotong batu bata usaha yang dikeluarkan tidak besar sekali.

d. Penyususnan batu bata ke gerobak dorong

Penilaian postur penyusunan batu bata ke gerobak dorong dapat dilihat pada

Gambar 7.

16

Page 17: USAHA KECIL MENENGAH

e.

17Gambar 7. Penilaian Postur Menyusun Batu Bata ke Gerobak

Page 18: USAHA KECIL MENENGAH

Level resiko tinggi dan perlu tindakan secepatnya, tindakan yang bisa

dilakukan adalah mendesain gerobak dorong yang dilengkapi dengan belt

conveyor yang bisa dipasang dan dilepas di meja pemotongan batu bata,

sehingga batu bata tidak lagi disusun secara manual ke gerobak dorong.

f. Membawa gerobak dorong ke tempat pengeringan

Penilaian postur membawa gerobak dorong ke tempat pengeringan dapat

dilihat pada Gambar 8.

18

Page 19: USAHA KECIL MENENGAH

19

Gambar 8. Penilaian Postur Membawa Gerobak Batu Bata

Page 20: USAHA KECIL MENENGAH

Level resiko tinggi dan perlu tindakan secepatnya, tindakan yang bisa

dilakukan adalah karena beratnya beban dan banyaknya jumlah unit yang

diproduksi sebaiknya dipasang belt conveyor dari meja pemotongan ke

tempat pengeringan, sehingga gerobak dorong tidak lagi digunakan dan batu

bata tidak lagi secara manual.

g. Menurunkan batu bata dari gerobak dorong ke lantai

Penilaian postur menurunkan batu bata dari gerobak dapat dilihat pada

Gambar 9.

20

Page 21: USAHA KECIL MENENGAH

21

Gambar 9. Penilaian Postur Menurunkan Batu Bata dari Gerobak

Page 22: USAHA KECIL MENENGAH

Level resiko tinggi dan perlu tindakan secepatnya, tindakan yang bisa dilakukan

adalah tempat pengeringan dilengkapi dengan meja pengeringan yang

dilengkapi dengan per, sehingga saat tumpukan bata tinggi meja otomastis

turun sesuai dengan berat massa yang diterima.

h. Penyusunan batu bata

Penilaian postur penyusunan batu bata dapat dilihat pada Gambar 10.

22

Page 23: USAHA KECIL MENENGAH

23

Gambar 10. Penilaian Postur Menyusun Batu Bata

Page 24: USAHA KECIL MENENGAH

Level resiko tinggi dan perlu tindakan secepatnya, tindakan yang bisa dilakukan

sama seperti analisa postur penurunan batu bata dari gerobak dorong.

24