Volume 5 Issue 1 (2021) Pages 1-13 Jurnal Obsesi : Jurnal ...
JURNAL SEMPAL-1
-
Upload
gilangpratama -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
description
Transcript of JURNAL SEMPAL-1
Hubungan Antara Pneumonia Dengan Infeksi Mikroorganisme yang Disebabkan
Penggunaan Ventilator : Sebuah Studi Klinis Dari Sumber Terbatas Unit Perawatan
Intensif
Latar Belakang:
Hubungan ventilator dengan pneumonia (VAP) adalah penyebab paling umum infeksi yang
didapat di rumah sakit dan menyebabkan kematian di antara pasien yang dirawat di ICU.
Mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk VAP bervariasi dari satu tempat ke tempat.
Bakteri Gram Negatif (GNB) merupakan kelompok utama dari patogen yang menyebabkan VAP
dan tahun terakhir antibiotik carbapenem muncul sebagai salah satu antibiotik penting yang
digunakan pada pasien sakit kritis. Terdapat laporan peningkatan terjadinya infeksi oleh bakteri
yang resisten terhadap carbapenem dalam perawatan kesehatan pada beberapa waktu ini.
Tujuan:
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kejadian VAP, gambaran mikrobiologi dengan
mengacu pada carbapenemase memproduksi GNB di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit
perawatan tersier, hubungan carbapenem dengan bakteri gram negatif pada awal terapi antibiotik
empiris, pola sensitivitas, dan hasil.
Bahan dan Metode:
Penelitian prospektif ini dilakukan selama periode 1 tahun (Juli 2010-Juni 2011) pada 100 pasien
yang dipilih secara acak di atas usia 18 tahun mengaku dalam keadaan darurat / ICU dan
membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik selama lebih dari 72 jam. Diagnosis VAP didirikan
atas dasar parameter klinis dan radiologis sesuai pedoman Centre of Pusat Penyakit (CDC).
Sampel awal diperoleh setelah awal intubasi endotrakeal. Setelah itu, kultur dikirim pada hari
pertama munculnya tanda klinis VAP. Kultur dilakukan pada agar darah dan agar MacConkey.
Semua yang resisten strain imipenem ditegaskan lebih lanjut oleh Modifikasi uji Hodge dan
dikombinasikan untuk konfirmasi terhadap masing-masing carbapenemase.
Hasil:
Insiden VAP ditemukan menjadi 51%. GNB terutama Citrobacter 28 (52.83%) dan Klebsiella
pneumoniae 7 (13.21%), adalah patogen yang paling sering diisolasi. Prevalensi carbapenemase
memproduksi GNB cukup tinggi yaitu 24/50 (48%). Seluruh penghasil carbapenemase
menunjukkan resistensi silang tingkat tinggi terhadap antibiotik dengan beberapa sesitivitas
terhadap polimiksin B (94%) dan Tigecycline (96%).
Conclusion: High incidence of VAP and the potential carbapenemase-producing GNB are real
threat in our ICU. The emergence of microorganisms known for its inherent resistance among
most of the common first-line antibiotics calls for a alarm in all upcoming tertiary care hospitals.
Key words: Carbapenemase, multidrug-resistant organisms, nosocomial pneumonia, ventilator-
associated pneumonia
Kesimpulan:
Insiden tinggi dari VAP dan potensi carbapenemase memproduksi GNB merupakan ancaman
nyata di ICU kami. Kemunculan mikroorganisme yang dikenal dengan resistensi bawaan di
antara sebagian besar antibiotic lini pertama menuntut adanya tanda bahaya di semua rumah
sakit perawatan tersier yang akan datang.
Kata kunci: Carbapenemase, organisme yang resisten dengan multidrug , pneumonia
nosokomial,Ventilator associated pneumonia
Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah penyakit pneumonia yang didapat setelah 48 jam
pemasangan intubasi. Kejadian ini merupakan sebab utama infeksi yang didapatkan di rumah
sakit terutama di ICU.[1] Kejadian dari VAP mempunyai range dari 6,8% sampai 44% dan ini
berhubungan dengan peningkatan lamanya waktu dirawat di rumah sakit, angka kematian dan
financial yang terpakai.[2]
Kelas antibiotic yang resisten dengan B-lactam merupakan kejadian yang paling umum dan jenis
yang resisten terhadap pan-drug merupakan awal mula kemunculan. Tekanan yang menyebabkan
evolusi seperti terpapar antibiotik, transfer gen bakteri merupakan penyebab sifat resisten
antibiotic. [3] Kelompok antibiotik carbapenem berdasarkan sifatnya digunakan untuk spektrum
yang luas dari aktivitas antibakteri dan ketahanan terhadap sebagian besar enzim β-laktamase
yang diproduksi oleh bakteri merupakan salah satu golongan yang paling penting dari antibiotic
pada pasien yang sakit kritis. Telah ada walau lambat tapi stabil munculnya bakteri yang resistan
terhadap kelompok antibiotic,yang memainkan peran penting dalam kolonisasi dan infeksi
pasien, terutama di unit perawatan intensif. Itu merupakan alas an terhadap ketahanan pada
carbapenems disebabkan oleh produksi enzim carbapenemase [4] oleh bakteri.
Bakteri yang resistant pada carbapenem tidak banyak ditemukan pada rumah sakit peneliti
sampai 2009, tetapi pada tahun 2010 meningkat pada ruang isolasi di rumah sakit peneliti,
meskipun merupakan organisme yang menyebabkan VAP. Memahami kepentingan tentang
isolasi, kami memakai penelitian dengan studi prospective pada 100 pasien intubasi yang ada di
ICU. Peneliti mengikuti kejadian dari VAP, Organisme bakteri dan kejadian dari merupakan
penghasil carbapenemase yang menjadi organism yang di isolasi pada persiapan kami.
Material dan Metode
Penelitian ini merupakan penggabungan dari unit perawatan khusus dan department mikrobiologi
di rumah sakit peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari intistusi komite etika. Pasien
minimal berumur 18 tahun dan berada di ICU, mendapatkan intubasi dan memakai ventilator
lebih dari 72 jam merupakan criteria inklusi kita. Kriterian ekslusi kita adalah pemasangan
intubator di luar area rumah sakit, mengalami trakotomy atau memiliki pneumonia dan baru
memakai ventilator kurang dari 72 jam. Informed consent tertulis kami dapatkan pada keluarga
terdekat pasien.
Diagnosis dari VAP sudah didapatkan pada awal dari gejala klinis dan radiologi yang didasarkan
pada panduan Centre of disease (CDC) [5] [table 1].
Sampel mikrobiologi di ambil dari aspirasi memakai endotrakea memakai 12-F kateter
penghisap. Sampel dasar didapatkan setelah intubasi endotrakea. Setelah itu dilakukan kultur
yang dikirim pada hari pertama pada gejala klinis dari VAP. Di laboratorium mikrobiologi
sampel yang didapatkan langsung diolah dengan hitung skor kualitas komposit dengan memakai
hapusan dari kelompok bakteri gram yang diteliti dan diobservasi dengan memakai mikroskop
bertenaga tinggi (khusus) yang berfungsi untuk melihat sel pus. Dan keberadaan sel epitel.
Setelah di dapatkan sampel yang mewakili dari saluran pernafasan bawah, sampel ini dikulturkan
dengan darah agar dan MacConkey agar menggunakan pengukuran berulang untuk mengukur
agar jumlah nya dapat diakui. Perhitungan koloni agar didiagnosis adalah 104cfu/ml,
indentifikasi bakteri telah dibuat dengan metode bacterial umum. [6-8] Uji sensivitas telah
dilakukan berdasarkan panduan dari CLSI. [9-11]
Semua golongan yang tahan terhadap imipenem diyakinkan oleh uji Hodge Modifikasi dan
dikombinasi untuk mengkonfirmasikan produksi carbapenemase yang bersangkutan. uji Hodge
Modifikasi dilakukan menggunakan Escherichia coli ATCC 25922 diinokulasi pada permukaan
piring agar Mueller Hinton ( MHA ) dengan seng sulfat dan cakram imipenem pada bagian
tengahnya. Uji strain yang melesat berat dari tepi cakram ke pinggiran piring disimpan untuk
diinkubasi selama satu malam . Kehadiran zona penghambat terdistorsi atau berbentuk daun
semanggi ditafsirkan sebagai hasil positif untuk isolasi produksi carbapenemase. [ 12 ] Test
cakram gabungan dilakukan dengan inokulasi tes tekanan pada MHA dengan satu dari dua
cakram imipenem yang diresapi dengan asam ethylenediaminetetraacetic (EDTA). Setelah
inkubasi selama satu malam pada 37 ° C zona penghambatan imipenem dan imipenem dengan
EDTA dibandingkan hasilnya. Perbedaan zona lebih dari 4 mm antara imipenem dan imipenem
ditambah zona EDTA akan menegaskan isolat dari Metallo beta laktamase ( MBL ) , atau
carbapenemases Klebsiella pneumoniae ( KPC ) dalam kasus K. pneumoniae . [ 13)
TABEL 1 Kriteria Diagnosis Untuk VAP
RADIOLOGI Tanda/Gejala/Laboratorium
2 atau lebih hasil x-foto dada dengan diikuti
salah satu dari : baru atau progresiv dan
infiltrate persisten, kondolidasi dan kavitasi
Untuk pasien dengan minimal 1 dari beberapa :
- Demam (>38oC ) dengan tidak diketahui
penyebabnya
- Leukopeni (<4000WBC/mm), or
leukositosis (>12000 WBC/mm)
- Untuk pasien dewasa (>70 tahun) dengan
perubahan status mental yang tidak
diketahui gejalanya
- Minimal 2 dari :
o Onset akut dengan sputum purulent atau
perubahan bentuk sputum atau
peningkatan pernapasan atau kebutuhan
suction yang meningkat
o Onset akut atau dengan batuk yang
memburuk atau dispneu, takipneu atau
suara napas bronchial
o Pertukaran gas yang memburuk
PaO2/FiO2 <240 (peningkatan kebutuhan
oksigen)
HASIL
Seratus pasien yang diintubasi dalam kelompok usia 18-78 tahun yang disaring berturut-turut
untuk penampilan VAP setelah yang ditemukan memenuhi syarat untuk studi, 67 dari mereka
adalah laki-laki. Semua pasien diikuti berturut-turut sampai pasien tersebut diekstubasi,
tracheotomized, kedaluwarsa, atau hilang dalam follow-up. Indikasi untuk ventilasi mekanis di
antara pasien tersebut berbeda, indikasi umum adalah cedera kepala (34), gagal napas (10),
penyakit saraf (28), keracunan bunuh diri (7), dan lain-lain (21).
Dari 100 pasien yang ditindaklanjuti dalam penelitian ini, sampel pertama tidak menunjukkan
pertumbuhan bakteri yang signifikan atau koloni. Lima puluh tiga (53%) berkembang menjadi
VAP dimana 50 kasus itu berasal dari monobacterial sementara tiga pasien memiliki VAP
polybacterial yang dibuktikan dengan tindak lanjut mikrobiologi berulang. Total jumlah
organisme terisolasi yaitu 56 dimana bakteri Gram-negatif didominasi dalam 50 (89,29%) kasus
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
TABEL 2 : Distribusi organisme yang menyebabkan perkembangan paten menjadi VAP
Isolasi unbakterial Jumlah pasien persentasi
Acinetobacter baumannii 4 7.55
Citrobacter freundii 28 52.83
Coagulase-negative
Staphylococci (CONS)
1 1.89
Escherichia coli 1 1.89
Klebsiella pneumoniae 7 13.21
Morganella morganii 1 1.89
Proteus vulguris 1 1.89
Pseudomonas aeruginosa 2 3.77
Staphylococcus aureus 5 9.43
Multibacterial isolation 2 3.77
Pseudomonas
aeruginosa+Citrobacter
freundii
1 1.89
Pseudomonas
aeruginosa+Klebsiella
pneumoniae
53 100
Empat puluh lima pasien mengalami VAP dalam waktu 48 jam sampai 72 jam dari ventilasi awal
sementara delapan pasien mengalami VAP setelah 72 jam. Diamati bahwa seluruh kasus VAP
polymicrobial (n = 3) adalah kasus onset VAP yang tertunda. Isolasi bakteri sesuai dengan
perkembangan VAP terdapat pada Gambar 1. Semua isolate yang resisten terhadap imipenem
menjadi sasaran tes konfirmasi untuk produksi carbapenemase dan 24 (48%) dari mereka
dikonfirmasi akan menghasilkan carbapenemase. Prevalensi aktivitas carbapenemase tertinggi
dengan A. baumanii (100%), C. freundii (53,33%), dan K. pneumoniae (37,5%) [Gambar 2]
Gambar 1 : Distribusi bakteri dilihat dari onset awal dan onset akhir
Gambar 2 : Distribusi produksi Carbapenamase dan produksi GNB
Pola sensitivitas GNB tersebut oleh metode difusi Kirby Bauer menunjukkan sensitivitas
maksimum untuk Tigecycline (96%) dan Polymyxin B (94%) diikuti oleh levofloxacin (46%).
Perlawanan maksimal terlihat untuk sefalosporin [Tabel 3]. Isolat yang memproduksi
carbapenemase menunjukkan 100% resistensi silang terhadap semua antibiotik lainnya dari
Gram-negatif. Pola sensitivitas isolat Gram-positif menunjukkan sensitivitas tertinggi terhadap
Linezolid, Tigecycline, Vancomycin, dan Teicoplanin 100% masing-masing diikuti oleh,
Tobramycin dan Netilmisin 83,33%. Prevalensi MRS antara Staphylococcus adalah 50%. [Tabel
4].
TABEL 3 : pola AST dari isolasi organism gram negative yang berbeda yang diteliti
Jenis Antibiotik Isolasi sensitive Persentasi
Gentamisin 9 18
Amikacin 9 18
Tobramycin 12 24
Netilimycin 15 30
Amoxy clav 2 4
Ceftriaxone 5 10
Ceftazidime 6 12
Cefepime 5 10
Piper-tazo 14 28
Tiger-clav 8 16
Cefop-Sulbact 12 24
Imepenem 24 50
Polymyxin B 47 94
Tigercycline 48 96
Levoflox 23 46
TABEL 4 : Pola AST pada bakteri gram positif (n=6)
Jenis Antibiotik Total
S %
Gentamisin 1 16.66
Amikacin 4 66.66
Tobramicin 5 83.33
Netilmicin 5 83.33
Ceftriaxone 3 50.00
Tigercycline 6 100.00
Lovefloxacin 1 16.66
Clindamycin 1 16.66
Teicoplanin 6 100.00
Linezolid 6 100.00
Vancomycin 6 100.00
Kami juga mengikuti laporan kultur dan membandingkan sensitivitas organisme yang terisolasi
dengan antibiotik profilaksis empiris / antibiotik terapi digunakan setelah intubasi dan inisiasi
dari ventilasi mekanik. Antibiotik empiris yang paling umum digunakan yaitu sefalosporin (63),
kuinolon (34), vankomisin (20) secara individual atau dalam kombinasi. Setelah mikrobiologi
tindak lanjut itu terlihat bahwa hanya 35 (70%) pasien organisme diisolasi sebagai agen
penyebab VAP memiliki relevansi dengan antibiotik empiris awal yang digunakan. Di antara
mereka 35 isolat yang memiliki relevansi hanya 6 (20%) isolat memiliki kepekaan terhadap
antibiotik awal disarankan.
Dari pasien yang mengalami VAP 24 dibuang dengan tracheostomy, 21 meninggal, dan 8 tidak
dapat ditelusuri sebagai petugas bergeser pasien keluar dari rumah sakit terhadap nasihat medis.
Hal itu terlihat bahwa tingkat kematian maksimal adalah pada mereka pasien yang terinfeksi
dengan S. aureus 4 dari 5 (80%), diikuti oleh C. freundii (28,57%). Tingkat kematian adalah nihil
antara isolat A. baumanii, koagulase-negatif Staphylococcus dan E. coli. Para pasien yang
mengembangkan VAP dengan kematian bakteri ganda adalah 100% (3/3). Bakteri Gram-negatif
adalah penyebab kematian pada 39% (21/53) kasus. MBL dan non-MBL produser sebagai
penyebab kematian terlihat pada 29% (07/24) dan 38% (10/26).
DISKUSI
VAP adalah komplikasi yang paling umum setelah ventilasi mekanis dengan kejadian
diperkirakan 3% per hari selama 5 hari pertama dari ventilasi, 2% per hari antara hari
5 dan 10 ventilasi dan 1% per hari setelahnya. [14] Akca et al. dalam penelitian mereka telah
menemukan faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk infeksi bakteri multiresisten onset awal
- intubasi darurat, aspirasi, dan Glasgow Skala Coma (GCS) kurang dari 9. [15] Bronchard et al.
[16] telah menunjukkan bahwa kehilangan kesadaran yang lebih pada intubasi trakea merupakan
faktor risiko independen untuk awal onset VAP. Penelitian kami meliputi jumlah maksimum
pasien yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik dengan diagnosis cedera kepala
(34%), keracunan (7%), penyakit sistem saraf pusat (28%), dan gagal napas (10%). Asosiasi
intubasi darurat, aspirasi mikro dan GCS rendah semuanya terkait di sebagian besar pasien kami
dan mungkin telah bertanggung jawab atas tingginya insiden VAP onset awal (48%)
dibandingkan dengan 8% kejadian akhir onset VAP. Setelah penelitian ini,berkas pencegahan
VAP telah disosialisasikan untuk menurunkan kejadian VAP onset tinggi awal.
Faktor risiko pneumonia termasuk penggunaan tabung nasogastrik, pemberian makanan enteral
kontinu, ventilasi mekanis berkepanjangan (> 1 hari), penggunaan antagonis reseptor H2,
sukralfat, relaksan otot, kortikosteroid, barbiturat, dan agen inotropik, tekanan akhir ekspirasi
positif, intens sedasi, intubasi-ulang, dan tracheostomy.
Patogen resisten seperti C. freundii , P. aeruginosa , A. baumanii , dan S. aureus ditemukan
menjadi organisme umum yang menyebabkan VAP. Hal ini menjadi kebutuhan untuk
pengobatan kasus VAP dengan antibiotik lini kedua yang efektif terhadap patogen MDR ini .
Temuan ini juga memerlukan tindakan pencegahan yang ketat terhadap VAP ,karena pengobatan
dari VAP yang sangat mahal , dengan angka kasus kematian yang fatal. [ 17 ] Munculnya C.
freundii sebagai organisme penyebab untuk VAP banyak di antaranya yang memproduksi
carbapenemase ( 53,33 % ) merupakan temuan baru dalam penelitian kami . Hal ini jauh lebih
dari kecenderungan umum yang diharapkan mengutip tingkat Citrobacter prevalensi
serendah 1 % [ 18,19 ] C. freundii adalah aerobik Gram -negatif basil keluarga
enterobacteriaceae dan dikenal sebagai patogen oportunistik yang bertanggung jawab untuk
sejumlah infeksi oportunistik yang signifikan dan kepemilikan dari berbagai intrinsik gen
resistensi obat . [ 20 ] Meskipun kejadian Citrobacter rendah , Jakribettu [ 21 ] et al . dalam
penelitian mereka menunjukkan isolasi sekitar 17 isolat . Ini menandakan bahwa kejadian
tersebut terus meningkat meskipun mungkin tidak telah mencapai proporsi yang signifikan .
Peningkatan insiden dalam penelitian kami membutuhkan evaluasi lebih lanjut sebagai
penyebabnya.
Multidrug resisten dan fermenter Carbapenemase yang terutama bertanggungjawab untuk akhir
onset VAP. Dalam penelitian kami tingkat dari bakteri penghasil Carbapenemase antar semua
GNB adalah 48% lebih tinggi dari penelitian lain yang telah terbit dahulu, [22] sebagian besar
Carbapenemase ini 19/24 (79,16%) yang juga keluarga Enterobacteriaceae. Penelitian lain dari
India, menunjukkan tingkat antara 18,75 dan 26%, [23-24] Tingkat Carbapenemase yang lebih
tinggi mungkin karena meningkatnya prevalensi bakteri ini sebagai koloni silang di rumah sakit,
terutama pada Negara berkembang dengan pengawasan kontrol latihan infeksi yang buruk. Ini
adalah penyebab untuk masalah yang dipikirkan bersamaan Carbapenemase dahulu lebih sering
dalam non-fermenter seperti Acinetobacter dan Pseudomonas, tetapi resistensi ini sekarang
terlihat berpindah ke Enterobactericeae juga. Peningkatan insidensi produksi Carbapenemase
kemungkinan adalah akibat penggunaan antibiotik Grup-Carbapenem yang merajalela dan
pengaturan alami dari bakteri seperti plasmid dan transfer gen diperantarai-kromosom pada
spesies enterobactericeae penghasil carbapenemase. Ini cepat menjadi ancaman kesehatan yang
besar di dalam ICU Negara-negara berkembang.[23]
Penelitian ini juga menjadi indikasi bahawa ada lebih sedikit korelasi antara pemberian antibiotik
profilaksis di awal dan sensitivitas bakteri. Penyebabnya kemungkinan multifaktor, penyebab
umum perubahan flora mikroba menyebabkan infeksi dari waktu ke waktu, kurangnya
kewaspadaan organism penyebab dan pola sensitivitas mereka, kelanjutan penggunaan antibiotik
awal dalam beberapa infeksi primer. Rumah sakit yang lebih keras dalam kebijakan antibiotic
terjamin untuk mengurangi kesalahan obat ini. Mengikuti penelitian ini kebijakan antibiotic yang
keras di lembagai dengan kerjasama orang-orang intensives, dokter, mikrobiologis dan tim
control infeksi dari rumah sakit. Kami sudah mengobservasi bahwa Cephalosporin adalah obat
terfavorit sebagai terapi lini-pertama tetapi efektivitasnya kami temukan akan buruk, [26]
sensitivitas tertinggi dapat dilihat untuk Tigecyclin dan Polymyxin B melawan isolate Gram-
negatif dan Vancomycin dan Linezolid terhadap Gram-positif. Hal tersebut demikian karena
obat-obatan ini merupakan cadangan sebagai terapi antibiotik lini kedua.
Batasan penelitian kami adalah keterbatasan sumber, dengan jumlah pasien VAP yang sedikit
dan dalam pusat individu (single-center), beberapa pasien menghilang bersamaan mereka
meninggalkan saran medis akibat terbatasnya finansial dan peningkatan biaya terapi. Tambahan,
kami mengenali bahwa penemuan penelitian ini tidak penting dalam merefleksikan situasi di
pusat kecanggihan India. Insidensi VAP dalam penelitian kami lebih dari pusat canggih lainnya
meskipun setelah penelitian kami juga menerapkan cara-cara ketat mengontrol VAP dengan
sumber daya yang terbatas. Kami menyarankan penelitian multi-centre lebih lanjut dengan
populasi pasien yang lebih besar untuk mengkonfirmasi temuan kami, khususnya tingginya
Carbapenemase dengan pathogen MDR lainnya di ICU India.
KESIMPULAN
Munculnya organisme dengan tingkat resistensi intrinsik tinggi seperti Citrobacter dan Klebsiella
sebagai agen penyebab untuk VAP adalah perhatian serius. Pengetahuan yang selalu berubah
mengenai pola kerentanan dengan patogen lokal harus memandu pemillihan antibiotik.
Meskipun Polymyxin B dan Tigecycline masih efektif terhadap isolate Gram-negatif yang paling
resisten sementara Vancomycin masih menahan forte melawan bahaya organisme Gram-positif
sebaiknya harus diamati melawan maraknya penggunaan obat ini. Kita sebaiknya dipandu oleh
follow-up kemajuan mikrobiologi dan pengobatan setiap pasien dengan ventilator dan
ini telah muncul sebagai kebutuhan hari ini.