jurnal referensi
-
Upload
faishal-ahmad-darmawan -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
description
Transcript of jurnal referensi
JTM Vol. XVII No. 1/2010
31
METODE EVALUASI RENCANA PENGEMBANGAN
LAPANGAN PADA BROWNFIELD DENGAN SIMULASI
RESERVOIR: KASUS LAPANGAN X
Tutuka Ariadji1
, Ni Made Ayu Kusuma Putri2
Sari Rencana pengembangan lapangan merupakan hal yang biasa dilakukan di semua lapangan minyak dan gas
dengan tujuan untuk mengoptimasikan kinerja produksi dan keekonomian. Rencana pengembangan lapangan
(POD/Plan of Development) yang komprehensif dilakukan dengan bantuan simulator yang dapat meramalkan
performa reservoir dengan cukup akurat dengan mengakomodasi model geologi di bawah berbagai kondisi
operasi. Lapangan X merupakan lapangan minyak yang dapat dikategorikan sebagai brownfield, yaitu lapangan
yang sudah tua dengan jumlah kumulatif produksi mendekati maksimum tingkat perolehan yang lazim. Dalam
paper ini dibahas mengenai metode evaluasi usulan POD yang merupakan perbaikan dari POD yang sebelumnya
telah dibuat. Studi ini bertujuan untuk mengajukan suatu metode evaluasi POD yang memberikan hasil perolehan
yang lebih optimal. Namun, sisi keekonomian tidak dibahas pada paper ini karena lebih menitikberatkan pada
langkah-langkah dalam membuat usulan tersebut. Rencana pengembangan lapangan dibagi menjadi 3 skenario
yaitu kerja ulang, infill drilling, dan injeksi air. Titik atau area yang berpotensi untuk ketiga skenario tersebut
kemudian disimulasikan menggunakan simulator sehingga dapat diketahui perolehan minyak yang dihasilkan.
Dari hasil ini, dilakukan analisa terhadap parameter reservoir yang mempengaruhi performa sumur. Dengan
demikian dapat diketahui parameter utama yang mempengaruhi kinerja sumur, dan dapat pula disusun suatu
metode evaluasi POD untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa
parameter yang paling berpengaruh adalah oil/unit area, tekanan, dan letak geologikal sumur. Selain itu dapat
pula ditarik suatu kesimpulan bahwa pemilihan pola injeksi pada injeksi air ditentukan oleh ketersediaan sumur,
arah pengembangan permeabilitas, dan bentuk struktur lapisan. Metode evaluasi yang dihasilkan dari studi ini
mampu meningkatkan pertambahan perolehan minyak yang cukup signifikan. Skenario infill drilling memberikan
peningkatan RF yang paling besar (5,8%). Dengan demikian skenario ini dapat dikatakan sebagai skenario
terbaik, diikuti injeksi air (∆RF = 5,13%) dan kerja ulang (∆RF = 4.7%). Sementara untuk kombinasi skenario
terbaik diberikan oleh penggabungan ketiga skenario dengan ∆RF = 7,65% . Penggabungan injeksi air dan
workover memberi hasil terbaik kedua dengan ∆RF = 6,9%. Kombinasi infill drilling dan injeksi air memberi hasil
sedikit lebih buruk dengan ∆RF = 6,85%.
Kata kunci: POD, brownfield, kerja ulang, infill drilling, injeksi air, peningkatan RF
Abstract Field development is a common project conducted in oil or gas field in order to optimize the production and
economics. A Comprehensive plan of development (POD) is conducted by using simulator, which can predict
reservoir performance accurately by accommodating the geological model under various operating condition. X-
field can be considered as a brownfield1. This paper discuss about the POD evaluation method as a tool to revise
of previous POD. The objective of the study is to offer a POD evaluation method that gives a more optimal
recovery. However, economical side would not be an issue in this paper because it concerns more in steps of
making the POD revision. The POD that offered can be divided into three scenarios that are workover, infill
drilling, and waterflooding. Potential spots or areas for the three scenarios were simulated using simulator to find
the oil recovery. The result was analyzed to find the reservoir parameters that significantly influence the well
performance. After all, the method to evaluate POD can be arranged to reach better recovery. The conclusion of
this study is that oil/unit area, pressure, and the geological location of the well are the parameters, which
significantly influence the well performance. Meanwhile, the parameters that influence the injection pattern are
availability of existing well, the permeability expansion, and structure of reservoir. The POD evaluation method
resulted from this study can significantly increase the oil recovery. Infill drilling gives the best result with 5.8%
increasing RF, i.e. this is the best scenario. Water flooding is in the second place with 5% increasing RF, followed
by work over with 4.7% increasing RF. Meanwhile, the best combination is given by the combination of all
scenarios (∆RF = 7.65%). In the second place is the combination of waterflooding-workover (∆RF = 6.9%) and
the next place is the waterflooding-infill drilling combination (∆RF = 6.85%).
Keywords: POD, brownfield, workover, infill drilling, waterflooding, incremental RF
1) Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp: +62 22-2504955, Fax.: +62 22-25049955, Email: [email protected] 2) Slumberger, 17th Floor Sentra Mulia, Jl. H. R. Rasuna Said Kav. X-6 No. 8, Jakarta 12940
Tutuka Ariadji, Ni Made Ayu Kusuma Putri
32
I. PENDAHULUAN Lapangan X merupakan lapangan minyak yang
terdiri dari 3 blok utama yaitu blok I, blok II,
dan blok III. Ketiga blok ini dipisahkan oleh
patahan utama. Selain itu, terdapat juga
beberapa patahan lain di dalam tiap-tiap blok,
dimana tidak semuanya bersifat sealing.
Masing-masing blok terdiri dari 20 lapisan.
Studi ini hanya dilakukan terhadap blok II
karena merupakan blok yang memiliki sisa
cadangan terbesar.
Lapangan X telah diproduksikan sejak 1927.
Jumlah seluruh sumur hingga tahun 2005
adalah 478. Produksi kumulatif lapangan
adalah sudah mencapai 35% dari cadangan
awal minyak di tempat (Original Oil In Place).
Produksi harian dari lapangan ini hanya sebesar
1129 STB dengan water cut 55%. Dengan
demikian, lapangan ini termasuk dalam
kategori Brownfield. Oleh karena itu akan
dilakukan usaha-usaha pengembangan
lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan
perolehan minyak pada lapangan X ini.
Untuk memperoleh hasil yang optimal pada
pengembangan lapangan tersebut, simulasi
reservoir perlu dilakukan dengan bantuan
simulator komersial. Namun demikian untuk
dapat merancang skenario pengembangan
lapangan, diperlukan pengamatan terhadap
model reservoir terutama pada bagian peta
distribusi saturasi, tekanan dan porositas. Dari
peta-peta tersebut dapat kita tentukan titik atau
area yang berpotensi untuk dikembangkan
melalui beberapa skenario. Kemudian kita cari
parameter reservoir yang berkorelasi kuat pada
produksi sumur untuk memudahkan dalam
penyusunan POD di kemudian hari. Tulisan ini
mencoba mengetengahkan hasil praktek-
praktek melakukan simulasi tersebut ke dalam
suatu metode yang sepengetahuan penulis
belum pernah dipublikasikan.
Pengembangan lapangan yang dilakukan dibagi
menjadi 3 skenario utama yaitu kerja ulang,
infill drilling, dan injeksi air. Penggabungan
beberapa skenario juga dilakukan seperti
injeksi dan kerja ulang, atau kerja ulang dan
injeksi. Usulan pengembangan lapangan ini
merupakan perbaikan dari rencana
pengembangan lapangan yang sebelumnya
pernah dibuat. Oleh karena itu jumlah
penambahan sumur baru atau kerja ulang
mengikuti rencana pengembangan sebelumnya.
Jadi perbaikan yang dilakukan adalah pada
penempatan titik injeksi, infill, dan sumur-
sumur kerja ulang.
II. METODOLOGI Studi ini dikembangkan melalui hasil-hasil
selama praktek simulasi yang disusun menjadi
metode. Beranjak dari sesuatu yang standard
dilakukan dalam simulasi reservoir, dilanjutkan
dengan investigasi yang lebih dalam. Korelasi
yang dibuat mengindikasikan seberapa
berpengaruh suatu parameter terhadap
produksi. Perlu dicatat bahwa kekomplekan
dan ukuran model geologi lapangan yang besar
menyebabkan keunikan tingkat kesulitan yang
tinggi dalam proses simulasi.
Studi ini dilakukan dengan langkah-langkah
seperti ditunjukkan pada flowchart Gambar 1.
Gambar 1. Flowchart metodologi pada
penelitian
Analisa plot diatas dan analisa performa pola injeksi
Penyusunan metode evaluasi skenario WO, titik IF, &
area WF
Memperbaiki skenario WO, IF, dan WF sesuai dengan
metode evaluasi POD diatas
Penggabungan dua atau lebih skenario yang
berbeda
tidak
ya
ya
tidak
Data:
model
reservoir
Observasi peta So, P, φ,
oil/unit area, dan k
Tandai titik/area dengan harga φ, k, So,
oil/unit area, dan p
P tinggi? WF
ada sumur?
WO
IF
Plot korelasi k, φ, So, oil/unit area, dan p terhadap Np
untuk tiap-tiap sumur IF & WO
Metode Evaluasi Rencana Pengembangan Lapangan pada Brownfield dengan
Simulasi Reservoir: Kasus Lapngan X
33
Kinerja reservoir di bawah kondisi operasi WF
atau WO atau IF diprediksi dengan simulator.
Kemudian parameter reservoir (tekanan,
porositas, permeabilitas, oil/unit area, dan
saturasi minyak) pada masing-masing sumur
diplot terhadap produksi kumulatif sumur-
sumur tersebut Dengan demikian dapat dilihat
parameter reservoir apa yang berpengaruh
terhadap produksi. Selanjutnya, metode
evaluasi ketiga skenario diatas disusun
berdasarkan hasil dan analisa dari plot tersebut.
Berdasarkan metode evaluasi diatas, dilakukan
evaluasi terhadap skenario yang telah
dikembangkan. Setelah didapat hasil yang
optimum, dua atau lebih skenario kemudian
digabungkan.
III. ANALISA
3.1 Analisa Parameter Reservoir
Lima parameter yang digunakan untuk evaluasi
dan penentuan teknik pengembangan lapangan
adalah:
1. oil per unit area (So × φ × h)
2. tekanan
3. permeabilitas
4. saturasi minyak
5. porositas
Harga kelima parameter tersebut diatas
kemudian diplot terhadap kumulatif produksi
minyak yang dihasilkan dari masing-masing
sumur. Harga parameter yang dimaksud adalah
pada saat awal pengembangan lapangan (1
Januari 2006).
Oil per Unit Area
Plot oil per unit area terhadap kumulatif
produksi minyak (Np) selama awal simulasi
(Januari 2006) hingga akhir simulasi (Mei
2030) dapat dilihat pada Gambar 2. Dari
gambar ini, terdapat suatu kecenderungan
penyebaran data. Dari kecenderungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin besar harga
oil/unit area suatu grid, maka semakin besar
pula minyak yang dihasilkan. Tetapi pada plot
terdapat lima titik yang tersebar di bawah garis,
dan empat titik di atas garis.
Titik-titik di bawah garis dihasilkan oleh sumur
X384, infill-4, infill-3, infill-5, dan infill 7.
Untuk infill-3, infill-7 dan X384 hal ini
diakibatkan rendahnya tekanan pada grid letak
perforasi sumur-sumur tersebut. Tekanan
tersebut bernilai sama dengan tekanan saturasi
sehingga sejak awal produksi gas telah
mengganggu produksi minyak.
Gambar 2. Pengaruh oil/unit area terhadap produksi minyak kumulatif
Gambar 3. Pengaruh tekanan terhadap produksi kumulatif
Pengaruh oil/unit area terhadap produksi
kumulatif
0.00E+00
1.00E+06
2.00E+06
3.00E+06
4.00E+06
5.00E+06
6.00E+06
7.00E+06
0 20 40 60 80 100
oil/unit area
pro
du
ksi
ku
mu
lati
f
su
mu
r
Pengaruh tekanan terhadap produksi kumulatif
0.00E+00
1.00E+06
2.00E+06
3.00E+06
4.00E+06
5.00E+06
6.00E+06
0 200 400 600 800 1000
tekanan (psi)
pro
du
ksi
ku
mu
lati
f
Tutuka Ariadji, Ni Made Ayu Kusuma Putri
34
Pada plot terdapat satu titik pencilan yang
terletak jauh di bawah kurva. Titik tersebut
dihasilkan infill-4 yang memiliki harga oil per
unit area tertinggi, tetapi produksi yang
dihasilkan justru paling rendah dibandingkan
dengan sumur lain. Selain karena tekanan yang
rendah, infill-4 juga dikelilingi banyak null
block seperti terlihat pada Gambar 3 diatas.
Gambar tersebut menunjukkan distribusi
tekanan di sekitar infill-4. Terlihat bahwa
support tekanan lebih dominan dari arah
lateral. Adanya null block di sebelah kiri
menyebabkan support tekanan hanya dari
kanan. Tetapi terdapat patahan yang terletak
tidak terlalu jauh dari sumur. Kombinasi dari
beberapa hal di atas menyebabkan performa
infill-4 yang sangat buruk.
Berbeda halnya dengan sumur infill-5 yang
memiliki tekanan yang cukup tinggi. Infill-5
menghasilkan produksi minyak yang lebih
rendah dari yang diharapkan dikarenakan
produksi minyak di akhir waktu simulasi
terganggu produksi air yang cukup tinggi.
Apabila dilihat dari harga saturasinya, infill-5
memiliki harga saturasi yang cukup baik (Tabel
1). Peningkatan saturasi air pada sumur infill-5
disebabkan adanya aquifer yang terletak cukup
dekat dengan perforasi terbawah dari infill-5.
Tabel 1. Harga saturasi minyak tiap sumur
Well So Well So
X003 0.5538 infill-8 0.6465
X018 0.5689 infill-10 0.7025
X025 0.49 infill-9 0.6539
X028 0.6385 infill-5 0.5534
X256 0.54 infill-1 0.5531
X363 0.554 infill-7 0.6
X377 0.6528 infill-3 0.6731
X384 0.7025 infill-4 0.6955
XX099 0.5533 infill-2 0.5507
XX165 0.5363 infill-6 0.6561
Sementara itu, untuk dua titik di atas garis
merupakan titik dari sumur X003 dan X025.
Kedua sumur tersebut memiliki nilai oil per
unit area yang paling rendah diantara sumur-
sumur lain. Selain itu, kedua sumur tersebut
terletak dekat dengan patahan yang
mengakibatkan penambahan pressure drop saat
produksi. Keadaan diperparah dengan adanya
null block di sebelah atas dan bawah grid letak
perforasi sumur ini. Dengan demikian suplai
fluida hanya berasal dari arah lateral. Namun,
hasil yang ditunjukkan dari dua sumur tersebut
tidak mengecewakan karena tekanan reservoir
dimana sumur ini diperforasi cukup tinggi dan
merupakan dua sumur dengan tekanan grid
tertinggi.
Tekanan Tekanan merupakan parameter kedua yang
sangat berpengaruh pada hasil produksi tiap
sumur. Dari plot tekanan terhadap produksi
kumulatif (Gambar 2) dapat di tarik suatu garis
yang menunjukkan hubungan yang sebanding
antara tekanan dan produksi kumulatif.
Pengaruh tekanan akan semakin kuat pada
tekanan tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya kemiringan kurva pada tekanan
tinggi.
Pada plot tekanan terhadap Np juga terdapat
beberapa titik yang berada di atas maupun di
bawah trendline seperti pada plot oil/unit area
terhadap produksi kumulatif minyak. Titik-titik
yang berada di atas garis dihasilkan oleh sumur
X363, infill-7, infill-8, infill-9 dan infill-10.
Sementara titik-titik yang berada di bawah
garis adalah hasil dari X003, X028, XX099,
dan infill-2.
Untuk titik-titik yang berada di bawah
trendline, hal ini kebanyakan disebabkan
rendahnya harga oil/unit area pada sumur
tersebut. Sehingga, walaupun tekanannya
tinggi, produksi yang dihasilkan tidak seperti
yang diharapkan. Hal ini terutama berlaku
untuk X003 dan infill-2 yang berturut-turut
merupakan sumur dengan oil/unit area pertama
dan ketiga terendah. Sementara untuk dua
sumur lain (XX099 dan X028), penyimpangan
lebih disebabkan hal lain karena pada
kenyataannya harga oil/unit area kedua sumur
ini cukup bagus. Penyimpangan pada XX099
lebih disebabkan karena letaknya yang dekat
dengan sumur aktif lain (XX165) sehingga
mengganggu produksi minyak. XX165
memiliki tekanan yang lebih rendah dari
XX099, tetapi memiliki oil/unit area yang
lebih besar. Hasil simulasi menunjukkan
XX165 memproduksi minyak yang lebih
banyak. Dari sini, dapat disimpulkan parameter
oil/unit area lebih mempengaruhi hasil
produksi suatu sumur. Sementara pada kasus
X028, adanya patahan yang amat dekat dengan
lokasi sumur menyebabkan penyimpangan
yang terjadi. Patahan menyebabkan adanya
tambahan penurunan tekanan. Sementara untuk
titik-titik yang berada di atas menunjukkan
harga oil per unit area yang tinggi.
Porositas, Saturasi, dan Permeabilitas
Parameter lain seperti porositas, saturasi
minyak, dan permeabilitas ternyata tidak
menghasilkan suatu garis kecenderungan
(Gambar 4, 5 dan 6).
Metode Evaluasi Rencana Pengembangan Lapangan pada Brownfield dengan
Simulasi Reservoir: Kasus Lapngan X
35
Gambar 4. Plot saturasi minyak terhadap produksi kumulatif
Gambar 5. Plot permeabilitas terhadap produksi kumulatif
Gambar 6. Plot porositas terhadap produksi kumulatif
Pada kasus ini parameter tersebut tidak terlalu
berpengaruh secara individual, atau
pengaruhnya tidak terlihat dengan jelas karena
ketersediaan data yang kurang banyak. Tetapi
kombinasi dari parameter tersebutlah sangat
mempengaruhi produksi kumulatif yang
dihasilkan. Namun pengaruh secara individual
dari parameter ini mungkin dapat menjadi
signifikan pada rentang harga yang lebar atau
pada nilai-nilai yang ekstrim.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
parameter yang mempengaruhi produksi adalah
tekanan dan oil/unit area. Untuk melihat
parameter mana yang lebih mempengaruhi,
maka parameter tersebut dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok; tinggi, sedang, rendah
(Tabel 2). BHP minimum yang digunakan pada
studi ini adalah 200 psi. Jadi apabila tekanan
telah berada di bawah 200 psi maka sumur
tidak akan mengalir tanpa bantuan metode
pengangkatan buatan. Perbandingan parameter
pengaruh saturasi minyak terhadap produksi kumulatif per
sumur
0.00E+00
1.00E+06
2.00E+06
3.00E+06
4.00E+06
5.00E+06
6.00E+06
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
saturasi minyak
pro
du
ks
i ku
mu
lati
f p
er
su
mu
r (b
bl)
pengaruh permeabilitas terhadap produksi
kumulatif tiap sumur
0.00E+00
1.00E+06
2.00E+06
3.00E+06
4.00E+06
5.00E+06
6.00E+06
0 500 1000 1500 2000
permeabilitas (md)
pro
du
ks
i ku
mu
latif
tia
p
su
mu
r
Pengaruh porositas terhadap produksi kumulatif tiap sumur
0.00E+00 1.00E+06 2.00E+06 3.00E+06 4.00E+06 5.00E+06 6.00E+06
0 0.2 0. 0.6 0.8 1
porositas
pro
du
ksi k
um
ula
tif
tiap
su
mu
r
Tutuka Ariadji, Ni Made Ayu Kusuma Putri
36
terhadap performa sumur ditampilkan
berdasarkan pengelompokan tersebut (Tabel 3).
Tabel 2. Pengelompokan parameter dan
produksi kumulatif
Rendah sedang tinggi
tekanan
(psi)
< 2 ×
min BHP
2 - 2,5 ×
min BHP
> 2,5 × min
BHP
prod.kum
(Mbbl) < 1750
1750-
3400 > 3400
oil/unit
area (ft) < 35 35 - 60 > 60
Tabel 3. Perbandingan parameter terhadap
performa sumur nama
sumur Tekanan
oil/unit
area Np
X003 Tinggi Rendah Sedang
X018 Sedang Rendah Sedang
X025 Tinggi Rendah Sedang
X028 Sedang Rendah Rendah
X256 Sedang Rendah Rendah
X363 Sedang Sedang Sedang
X377 Sedang Rendah Rendah
X384 rendah Sedang Rendah
XX099 tinggi Rendah Rendah
XX165 sedang Rendah Rendah
infill-8 rendah Sedang Tinggi
infill-10 sedang Rendah Sedang
infill-9 sedang Sedang Sedang
infill-5 tinggi Sedang Rendah
infill-1 sedang Rendah Rendah
infill-7 rendah Sedang Rendah
infill-3 sedang Sedang Rendah
infill-4 rendah Tinggi Rendah
infill-2 tinggi Rendah Rendah
infill-6 Rendah Rendah Rendah
Dari tabel dapat dilihat bahwa oil/unit area
lebih menentukan performa sumur daripada
tekanan.
Sumur dengan highlight kuning menunjukkan
hasil produksi yang berada di bawah harapan.
Sumur-sumur tersebut memiliki harga tekanan
dan oil/unit area yang sedang atau bahkan
tinggi, namun produksinya rendah. Ternyata
penyimpangan tersebut disebabkan oleh
berbagai hal yang berbeda-beda. Pada infill-2,
infill-4, dan infill-5, penyimpangan lebih
diakibatkan oleh faktor geologi. Infill-4 terletak
dekat patahan. Selain itu, sumur ini juga
dikelilingi banyak null block seperti pada infill-
2. Sementara infill-5 terletak dekat dengan
aquifer yang berpotensi menghasilkan water
coning dan menghasilkan banyak by-passed
oil.
Berbeda halnya pada sumur XX099 dan infill-
3. Penyimpangan lebih diakibatkan karena
letaknya yang dekat dengan sumur produksi
lain sehingga terjadi pengurasan minyak dari
tempat akumulasi minyak yang sama
(perebutan minyak) diantara kedua sumur
tersebut. XX099 menguras area yang sama
dengan XX165, sementara infill-3 ’berebut
minyak’ dengan X377.
Penyimpangan tidak hanya terjadi ke arah yang
lebih buruk. Pada infill-8, penyimpangan justru
mengarah menuju arah yang lebih baik. Profil
tekanan dan oil/unit area pada sumur ini tidak
terlalu fantastis. Tetapi justru sumur ini
memberikan produksi minyak yang terbaik.
Hal tersebut ternyata disebabkan area
pengurasan yang sangat luas pada sumur ini.
Patahan di dekat sumur infill-8 bersifat leaking.
Selain itu sumur-sumur di sekitar infill-8
merupakan sumur yang sejak lama tidak aktif.
Dengan demikian, dapat dipastikan daerah
pengurasan tersebut berasal dari infill-8.
IV. HASIL STUDI : METODE EVALUASI
4.1 Prosedur Pemilihan Sumur Infill Atau
Kerja Ulang
Prosedur pemilihan titik sumur baru ataupun
pemilihan sumur untuk skenario kerja ulang
adalah sebagai berikut:
1. Pilih grid dengan oil/unit area tertinggi.
Oil/unit area menunjukkan perbandingan
volume minyak dan volume bulk. Namun
saturasi minyak juga harus diperhatikan.
Harga oil per unit area yang tinggi belum
tentu menunjukkan saturasi minyak yang
lebih besar dari saturasi air.
2. Cek tekanan pada grid tersebut. Apabila
tekanannya rendah sebaiknya memilih grid
dengan oil per unit area sedikit lebih
rendah tetapi memiliki tekanan yang lebih
tinggi. Hasil plot sebelumnya
menunjukkan pengaruh tekanan lebih
sensitif terhadap produksi kumulatif
daripada pengaruh oil per unit area.
3. Perhatikan kondisi sekitar dari grid yang
kita pilih tadi. Adanya patahan yang
sealing dan sumur aktif lain di sekitar grid
akan menyebabkan penurunan tekanan
yang lebih besar, sehingga sumur lebih
cepat mati walaupun minyaknya masih
banyak tersedia.
Metode Evaluasi Rencana Pengembangan Lapangan pada Brownfield dengan
Simulasi Reservoir: Kasus Lapngan X
37
4. Perhatikan pula adanya null block. Null
block di sebelah atas atau bawah biasanya
tidak mempengaruhi hasil produksi sumur.
Null block pada arah lateral dari sumur
lebih mempengaruhi hal tersebut.
5. Letak aquifer terdekat juga harus
diperhatikan. Masalah water coning dapat
menggangu produksi dalam skala yang
cukup besar.
6. Membuka semua lapisan yang berpotensi
belum tentu menghasilkan produksi yang
lebih baik daripada hanya membuka
sebagian lapisan. Formasi yang
ditinggalkan atau tidak dioperasikan
biasanya yang terdapat pada lapisan teratas
dan terbawah. Formasi dangkal biasanya
bermasalah pada tekanan yang seringkali
rendah (dalam waktu singkat tekanan alir
sumur telah mencapai batas terendah untuk
mengalirkan sumur secara alami).
Sementara formasi yang terlampau dalam
biasanya dekat dengan aquifer.
Pengurangan jumlah lapisan yang dibuka
telah dicoba pada infill-4, infill-7, infill-8,
dan X384 dan menghasilkan hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.
7. Penambahan sumur baru sebaiknya tidak
terlalu jauh dengan sumur lain untuk
menghasilkan tingkat kepercayaan pada
hasil prediksi. Semakin dekat dengan
sumur lain dapat semakin memastikan
bahwa parameter resevoir pada sumur baru
akurat. Harga parameter reservoir biasanya
akurat pada daerah di sekitar sumur karena
pengukutan parameter tersebut dilakukan
di sumur.
4.2 Prosedur Pemilihan Pola Injeksi Air Langkah-langkah dalam menentukan pola
injeksi air pada studi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghemat biaya, pemilihan pola
injeksi di dasarkan pada ketersediaan
sumur pada daerah yang akan diinjeksi.
Dengan demikian biaya penambahan
sumur baru untuk sumur produksi ataupun
sumur injeksi dapat ditekan.
2. Permeabilitas pada daerah yang akan
diinjeksi sebaiknya tidak terlalu bervariasi
sehingga penyebaran air dapat lebih
merata.
3. Sumur injeksi dan sumur produksi
sebaiknya dibuka pada lapisan yang sama.
Sehingga terjadi kesinambungan.
4. Prediksi harus dilakukan pada dua kondisi;
membuka semua sumur produksi dengan
dan tanpa adanya sumur injeksi (hanya
kerja ulang atau infill drilling). Hasil
dengan sumur injeksi belum tentu lebih
baik. Pada rencana pengembangan kali ini
hanya ditawarkan 3 pola injeksi dengan
dasar pemikiran bahwa pada beberapa
daerah lain yang tampak laik diinjeksi
ternyata dapat menghasilkan produksi
yang lebih baik hanya dengan kerja ulang
atau infill drilling.
5. Laju injeksi besar belum tentu
menghasilkan perolehan yang lebih baik.
Laju injeksi yang lebih besar ternyata
dapat justru menurunkan perolehan karena
terjadi fingering. Sementara laju injeksi
yang terlalu kecil tidak akan mampu
mendorong minyak menuju sumur
produksi.
V. HASIL IMPLEMENTASI METODE
EVALUASI UNTUK OPTIMASI
PENGEMBANGAN LAPANGAN
5.1 Kerja Ulang Dalam skenario ini dilakukan pemilihan
terhadap sumur-sumur yang sudah tersedia
untuk dilakukan kegiatan kerja ulang
(workover). Kerja ulang yang dimaksud disini
adalah salah satu atau kombinasi dari beberapa
kegiatan di bawah ini:
1. pembukaan kembali sumur yang sudah
ditutup
2. penambahan perforasi pada lapisan yang
lebih dangkal
3. penambahan jumlah fluida yang
diproduksikan.
Asumsi yang digunakan adalah simulasi
dilakukan di bawah tekanan alir dasar sumur
minimum yang sanggup mengalirkan fluida
produksi menuju fasilitas permukaan dengan
demikian tidak memperhatikan metode
pengangkatan buatan apa yang dipergunakan.
Terdapat beberapa sumur yang laik untuk
proyek kerja ulang pada lapangan-X ini.
Namun, hanya diambil 10 sumur terbaik dalam
usulan pengembangan lapangan dengan
skenario kerja ulang. Hal ini bertujuan agar
hasil yang diperoleh dapat dibandingkan
dengan POD sebelumnya yang juga
menawarkan 10 sumur untuk dilakukan kerja
ulang. Perolehan yang dihasilkan dengan
melakukan kerja ulang pada 10 sumur adalah
4,68% dengan kenaikan sebesar 1,4% dari
skenario sebelumnya. Semua sumur
berproduksi pada laju produksi awal 600
bbl/hari. Dengan batasan ini hasil akhir yang
diperoleh akan lebih baik daripada
mengoperasikan sumur pada laju maksimum.
5.2 Infill Drilling
Skenario kedua yang ditawarkan adalah infill
drilling atau penambahan sumur baru.
Penambahan sumur dilakukan di daerah
dimana terdapat akumulasi minyak yang belum
Tutuka Ariadji, Ni Made Ayu Kusuma Putri
38
pernah terproduksi sebelumnya atau hanya
sedikit terproduksi, tetapi masih relatif dekat
dengan sumur yang ada. Semakin dekat suatu
grid terhadap grid lain yang telah
diproduksikan, maka semakin tinggi tingkat
keakuratan harga-harga parameter pada grid
tersebut. Pengukuran parameter reservoir
biasanya dilakukan di sumur, sehingga harga
parameter pada grid dengan perforasi dapat
dikatakan akurat. Sementara untuk grid-grid
lain diperkirakan melalui korelasi antarsumur
yang belum tentu benar. Dengan demikian
menambah sumur terlalu jauh dari sumur yang
telah ada cukup berisiko sehingga tidak
dilakukan pada studi ini. Namun hal tersebut
dapat sengaja dilakukan untuk kepentingan
tertentu misalnya untuk mengetahui batas
reservoir di awal eksplorasi.
Seperti pada skenario kerja ulang, dilakukan 10
infill drilling sesuai dengan jumlah sumur infill
pada POD terdahulu. Kesepuluh sumur tersebut
juga tidak memerlukan pengangkatan buatan
hingga akhir waktu simulasi. Hasil yang
diperoleh adalah sebesar 5.8% atau 2.4% lebih
besar daripada POD sebelumnya. Sementara
apabila dilakukan penggabungan antara
skenario kerja ulang dan infill drilling akan
diperoleh recovery sebesar 6.96%. Hasil ini
tidak dapat dibandingkan dengan POD
sebelumnya karena tidak dilakukan
penggabungan antar kedua skenario ini.
5.3 Injeksi Air
Skenario terakhir yang diajukan adalah injeksi
air. Pada studi ini telah dilakukan simulasi
beberapa pola injeksi di beberapa tempat. Dari
hasil simulasi didapat beberapa hal penting
yaitu:
- injeksi dilakukan di tengah lapangan
(pattern flooding) karena terdapat edge
water di sekeliling reservoir
- pemilihan pola injeksi dilakukan berdasar
atas ketersediaan sumur sehingga dapat
menekan biaya operasi.
Injeksi air yang ditawarkan mencakup 3 area.
Area pertama merupakan pola 7 spot inverted.
Sebenarnya dari ketersediaan sumur, pola
injeksi yang dapat dikembangkan adalah pola 8
spot inverted. Tetapi 1 dari 7 sumur produksi
(dilingkari pada Gambar 7) tersebut tidak juga
berproduksi walaupun laju injeksi telah
ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh bentuk
top grid yang tidak memadai untuk pola 8 titik
dimana air injeksi tidak dapat menjangkau
salah satu titik.
Gambar 7. Area injeksi air pola - 1
1,302,000 1,303,000 1,304,000 1,305,000 1,306,000
1,302,000 1,303,000 1,304,000 1,305,000 1,306,000
1,5
79
,00
01
,58
0,0
00
1,5
81
,00
0
1,5
79
,00
01
,58
0,0
00
1,5
81
,00
01
,58
2,0
00
0.00 645.00 1290.00 feet
0.00 200.00 400.00 meters
File: WF_1.irf
User: USER
Date: 4/2/2006
Scale: 1:8629
Y/X: 1.00:1
Axis Units: ft
990
1,251
1,513
1,774
2,035
2,296
2,557
2,819
3,080
3,341
3,602
Grid Top (ft) 2030-05-01 K layer: 12
Metode Evaluasi Rencana Pengembangan Lapangan pada Brownfield dengan
Simulasi Reservoir: Kasus Lapngan X
39
Sementara pola kedua dan ketiga adalah berturut-
turut line drive dan 4-spot inverted. Pola ini
dikembangkan karena mengikuti pengembangan
permeabilitas.
Pada POD terdahulu, injeksi air dilakukan hanya
pada lapisan 12 yang memiliki cadangan terbesar.
Tetapi kebanyakan sumur pada lapisan 12 masih laik
untuk dilakukan kerja ulang. Oleh karena itu skenario
injeksi air dari studi ini masih dilakukan pada lapisan
12 tetapi hanya 1 pola saja. Sementara untuk pola
kedua dan ketiga dilakukan pada lapisan-lapisan atas.
Sumur pada lapangan X kebanyakan telah beroperasi
di bawah tekanan gelembung. Oleh karena itu, injeksi
air yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah
perolehan, bukan untuk program pressure
maintanance.
Perbandingan POD terdahulu dengan usulan dari
studi kali ini untuk skenario injeksi air dapat dilihat
pada Tabel 4. Sementara perbandingan POD untuk
keseluruhan skenario berikut kombinasinya
ditampilkan pada Tabel 5. Peningkatan RF masing-
masing skenario dapat dilihat pada Gambar 8.
Tabel 4. Perbanding skenario WF POD terdahulu dan
POD revisi
Parameter POD
terdahulu
POD
sekarang
jumlah sumur tambahan 3 2
jumlah sumur workover 12 12
jumlah air injeksi per
hari
15000
bbl 700 bbl
recovery hingga Mei
2030 2.77% 5.13%
Tabel 5. Perbandingan hasil POD revisi dengan POD
sebelumnya
Skenario ∆RF (%) dari base case
POD dahulu POD revisi
WO 3.28 4.68
IF 3.41 5.8
WF 2.77 5.13
WO + WF 4.25 6.94
IF + WF 6.25 6.85
WO+WF+IF 7.2 7.65
Gambar 8. Prediksi perolehan minyak pada POD
usulan
Dapat dilihat bahwa studi ini dapat menghasilkan
perolehan yang lebih besar 2.36%, yaitu dari 2.77%
ke 5.13% dan justru mengunakan laju yang jauh lebih
kecil. Hal ini adalah suatu keunggulan (penemuan
baru) dari metode ini yang lebih memilih satu pola
injeksi dengan demikian hanya memerlukan jauh
lebih kecil laju injeksi.
Perlu diketahui juga bahwa laju injeksi pada POD
sebelmnya sebesar 15.000 BWPD adalah berdasarkan
laju injeksi yang dipergunakan saat ini. Selanjutnya,
kemanfaatan dari hasil ini jelas akan berdampak pada
desain pompa injeksi yang jauh lebih kecil tentunya
dengan pengoperasian yang lebih mudah.
VI. NILAI KEMANFAATAN DIRI Selama ini dalam melakukan praktek rutin simulasi
reservoir kebanyakan berdasarkan pengalaman atau
engineering judgement. Investigasi mendalam
mengapa dilakukan keputusan-keputusan tertentu
saat melakukan simulasi reservoir dan
mendokumentasikannya dalam suatu metode belum
penulis temukan dalam literature-literatur. Harapan
kami dengan tilisan ini bagi para pemula dapat
menggunakannya sebagai referensi dan para pakar
dapat mengkritisinya untuk dapat dihasilkan suatu
bagi metode yang jauh lebih lebih sempurna.
Evalusai menyeluruh terhadap peta porositas,
permeabilitas, saturasi minyak, oil/unit area dan
tekanan dan memplotnya terhadap kumulatif
produksi masing-masing sumur dapat menghasilkan
scenario pengembangan dengan kerja ulang dan atau
infill drilling yang lebih tepat.
Tutuka Ariadji, Ni Made Ayu Kusuma Putri
40
Skenario injeksi air adalah scenario yang dapat
dilakukan apabila sudah dioptimalkan scenario kerja
ulang. Sehingga dapat memaksimalkan hasil injeksi
air dan sekaligus menghemat seperti dalam kasus
studi yang hanya memerlukan 1 pola injeksi dengan
laju injeksi yang jauh lebih kecil dari sebelumnya.
Walaupun demikian, dalam scenario injeksi air tetap
memperhatikan factor-faktor tenaga dorong yang
dalam hal ini adalah edge water drive dan
ketersediaan sumur yang ada sebagai sumur injeksi.
VII. KESIMPULAN 1. Metode evaluasi yang dihasilkan dari studi ini
mengkoreksi Rencana Pengembangan Lapangan
sebelumnya dan mampu meningkatkan
pertambahan perolehan minyak yang cukup
signifikan.
2. Parameter yang paling utama dievaluasi adalah
oil/unit area, tekanan, dan letak geologikal
sumur.
3. Pemilihan pola injeksi pada injeksi air ditentukan
oleh ketersediaan sumur, arah pengembangan
permeabilitas, dan bentuk struktur lapisan.
4. Infill drilling merupakan skenario terbaik yang
memberikan penambahan perolehan paling besar
yaitu sebesar 5.8%.
5. Skenario injeksi air pada Rencana
Pengembangan Lapangan (POD) sebelumnya
telah dikoreksi menjadi satu pola injeksi dan
menggunakan laju injeksi yang jauh lebih kecil,
yaitu dari semula 15.000 BWPD menjadi 700
BWPD, namun dapat diperoleh kenaikan faktor
perolehan sebesar 5.13%.
DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmed, U., 2004. Brownfield Schlumberger
White Paper, Oilfield Marketing Communication
Houston.
2. Aziz, K. and Settari, A., 1979. Petroleum
Reservoir Simulation, London : Applied Science
Publishers LTD.
3. Fanchi, J.R., 2002. Shared Earth Modeling :
Methodologies for Integrated Reservoir
Simulations. USA: Elsevier Science.
4. Mattax, C. Calvin, Robert, L. and Dalton, 1990.
Reservoir Simulation Monograph Volume 13
SPE Henry L. Doherti Series : USA.
5. Willhite, G. P., 1986. Waterflooding SPE
Textbook Series Vol. 3, USA.
DAFTAR SIMBOL RF = recovery factor (faktor perolehan)
∆RF = penambahan RF
WF = water flooding (injeksi air)
WO = work over (kerja ulang)
IF = infill drilling (penambahan sumur
baru)
Np = produksi kumulatif
So = saturasi minyak
φ = porositas
h = tebal bersih formasi minyak