Jurnal PPK(Devita Sihite)

10
8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite) http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 1/10 Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia Nama : Devita marlina Venessa Nim : 06081010020 ECL SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN BARU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DI KOTA SURAKARTA MENUJU OPEN EDUCATION RESOURCES. Tujuan : Meningkatkan ketertarikan siswa kepada mata pelajran kimia dan juga meningkatkan kepekaan teknologi siswa melalui metode ECL ( letronic Chemistry Learning ). Masalah : SMA Negeri 3 Surakarta merupakan salah satu SMA yang telah mempunyai sarana dan layanan laboratorium computer serta jaringan internet. Namun demikian belum ada pembelajarn yang diterapkan dalam menunjang ilmu informatika di sekolah. Metodelogi Penelitian 1. Variabel Penelitian Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ECL (lectronic Chemistry learning) Dan yang menjadi variable terikat adalah hasil belajar kimia siswa. 2. Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA di Kota Surakarta tahun ajaran 2008/2009. Pengambilan sampel menggunakan teknik purpose samplinh, dengan pertimbangan bahwa siswa SMA N 3 Surakarta terlah disediakan jaringana kemudahan mengakses internet. Sampel yang dipilih bukan secara perseorangan melainkan sekelas individu yang menempati ruang kelas tertentu. Dua kelas yang dipilih dengan perincian satu kelas eksperimen dan satu kelas sebagai control. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan ada tiga hal: 1.  Metode Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data tentang banyaknya siswa, nama siswa, dan nilai akhir semester 1 pada mata pelajaran kimia yang menjadi populasi dan sampel dari penelitian. 2. Metode Tes. Tes merupakan alat atau posedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. 3. Metode Observasi. Observasi dilakukan untuk mengambil data nilai psikomotorik dan nilai afektif.

Transcript of Jurnal PPK(Devita Sihite)

Page 1: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 1/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Nama : Devita marlina Venessa

Nim : 06081010020

ECL SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN BARU UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA SMA DI KOTA SURAKARTA MENUJU OPEN EDUCATION

RESOURCES.

Tujuan : Meningkatkan ketertarikan siswa kepada mata pelajran kimia dan juga meningkatkan

kepekaan teknologi siswa melalui metode ECL ( E letronic Chemistry Learning ).

Masalah :

SMA Negeri 3 Surakarta merupakan salah satu SMA yang telah mempunyai sarana dan

layanan laboratorium computer serta jaringan internet. Namun demikian belum ada pembelajarn

yang diterapkan dalam menunjang ilmu informatika di sekolah.

Metodelogi Penelitian

1.  Variabel Penelitian

Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ECL

(E lectronic Chemistry learning) Dan yang menjadi variable terikat adalah hasil belajar 

kimia siswa.

2.  Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA di Kota Surakarta tahun ajaran

2008/2009. Pengambilan sampel menggunakan teknik purpose samplinh, dengan

pertimbangan bahwa siswa SMA N 3 Surakarta terlah disediakan jaringana kemudahan

mengakses internet. Sampel yang dipilih bukan secara perseorangan melainkan sekelas

individu yang menempati ruang kelas tertentu. Dua kelas yang dipilih dengan perincian satu

kelas eksperimen dan satu kelas sebagai control.

3.  Metode Penelitian

Metode yang digunakan ada tiga hal:

1. 

Metode Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data tentang banyaknya siswa,nama siswa, dan nilai akhir semester 1 pada mata pelajaran kimia yang menjadi populasi

dan sampel dari penelitian.

2.  Metode Tes. Tes merupakan alat atau posedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

3.  Metode Observasi. Observasi dilakukan untuk mengambil data nilai psikomotorik dan

nilai afektif.

Page 2: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 2/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

4.  Penyebaran Angket. Angket ini berguna untuk mengetahui keterlibatan dan respon siswa

dan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran

ECL.

Hasil Penelitian

Hasil Belajar Kognitif Pada Pretes dan Postes.

Hasil pretes dan posttes dari kelompok eksperimen dan kelompok control dapat dilihat pada

table 2.

Table 2. Deskripsi Data Pretes dan Posttes.

Sumber 

Variasi

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Pretes Posttes Peningkatan Pretes posstes Peningkatan

Rata-rata 43,91 76,99 33,08 40.75 59,62 18,87

Varians 113,1612 99,7005 138,4012 69,5823 70,2422 116,72

Standar 

Deviasi

10,64 9,99 11,76 8,34 8,38 10,80

Tabel tersebut menyatakan bahwa rata-rata pretes pada kelompok eksperimen 43,91 dengan

varians 113,1612 dan standar deviasu 10,64. Rata-rata pretes pada kelompok control adalah 40,75

dengan varians 69,5823 dan standar deviasi 10,80.

Setelah diterapkan ECL pada kelompok eksperimen, rata-rata yang diperoleh menjadi 76,99

dengan varians 99,7005 dan standar deviasi 9,99. Pada kelompok control diterapkan metodepembelajaran konvesional yang dapat meningkatkan rata-rata menjadi 59,62 dengan varians

116,7232 dan standar deviasinya adalah 10,80.

Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar Data Pretes dan Posttes

Uji ini dilakukan untuk mengetahui nyata tidaknya peningkatan hasil belajar yang terjadi

paa masing-masing kelompok, dan hasilnya terangkum pada table 6.

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, pada kelompok eksperimen thitung 17,33 > ttabel (1,69)

yang berarti ada peningkatan nyata pada kelompok ekperimen , dimana selisih rata-rata data

kelompok eksperimen, dimana selisih rata-rata data kelompok eksperimen adalah 33,08. Demikian

pula halnya dengan kelompok control diperoleh thitung 10,77 (1,69) yang berarti ada peningkatan

hasil belajar yang nayata pada kelompok control. Pada peningkatan hasil belajar tersebut, selisih

rata-rata data kelompok control 18,87. Peningkatan hasil belajar yang diperoleh kelompok 

eksperimen lebih besar daripada kelompok control.

Page 3: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 3/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Table 6. Uji Peningkatan Hasil belajar Data Pretes dan Posttes.

Kelompok Data Rata-rata Thitung Ttabel Kriteria

Eksperimen Pretes 43,91 17,33 1,69 Ada Peningkatan hasil

Belajar Posttes 40,75

Kontrol Pretes 76,99 10,77 1,69 Ada peningkatan hasil

Belajar Posttes 59,62

Hasil rata-rata nilai afektif siswa pada kedua kelompok 

Nilai rata-rata niafektif siswa diperoleh dari jumlah skor tiap aspek dibagi dengan skor total

dikali seratus. Pada kelompok control rata-rata nilai afektif siswa mencapai 58,50. Nilai ini

termasuk dalam kategori cukup karena terletak pada range 40-59.

Sedangkan pada kelompok eksperimen, rata-rata nilai afektif siswa mencapai 63,68. Nilai

ini termasuk dalam kategori baik karena terletak pada range 60-79. Dengan demikian dapat dilihat

bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok 

control.

Table 8. Kategorisasi Rata-Rata Nilai Afektif 

Skor Siswa Kategori

�80 Sangat baik 

60-79 Baik 

40-59 Cukup

30-39 Jelek < 29 Sangat Jelek 

Hasil rata-rata nilai psikomotorik siswa pada kedua kelompok 

Nilai psikomotorik siswa dipeerleh dari jumlah skor tiap aspek dibagi dengan skor total

dikali seratus. Pada kelompok rata-rata nilai psikomotorik siswa mencapai 50,08. Nilai ini termasuk 

dalam kategori cukup karena terletak pada range 40-59. Perincian nilai psikomotorik siswa pada

kelompok control dapat dilihat pada lampiran 38 halaman 188. Sedangkan pada kelompok 

eksperimen, rata-rata nilai psikomotorik siswa mencapai 60,98. Nilai ini termasuk dalam kategori

baik karena terletak pada range 60-79. Dengan demikian dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar 

psikomotorik siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok control.

Page 4: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 4/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Tabel 9. Kategorisasi Rata-Rata Nilai Psikomotorik.

Range Kategori

�80 Sangat Baik 

60-79 Baik 

40-59 Cukup

30-39 Jelek 

<29 Sangat Jelek.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diambil simpulan:

1.  Ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok  Sistem Periodik unsur 

yang dalam pelajarannya diterapkan ECL dengan siswa yang pembelajarannya diterapkan

model pembelajaran konvesional.

2.  Ada perbedaan hasil belajar pada materi pokok  Sistem Periodik Unsur dalam

pembelajarannya diterapkan ECL dengan siswa yang pembelajrannya diterapkan model

pembelajaran konvesional.

Page 5: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 5/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Judul :

THE APPLICATION OF JIGSAW MODEL OF COOPERATIVE LEARNING METHOD

AT BASIC CHEMISTRY II SUBJECT

( A COMPARATIVE STUDY BETWEEN FIX EXPERT GROUP PATTERN AND

CAHANGING EXPERT GROUP PATTERN AT CHEMISTRY EDUCATION PROGRAM

OF FKIP LAMPUNG UNIVERSITY)

Tujuan :

1.  Menentukan hail penguasaan konsep larutan melalui penerapan metode Cooperative

Learning  model Jig Saw yang menggunakan pola kelompok ahli tetap dan yang

menggunakan kelompok ahli berubah.

2.  Menentukan mana yang lebih efektif hasil penguasaan konsep larutan melalui penerapan

metode Cooperative Learning  model Jig Saw yang menggunakan pola kelompok ahli

tetap atau yang menggunakan kelompok ahli berubah.

Masalah :

Pada awal kuliah, tampak bahwa 60% lebih mahasiswa mendapat kesulitan dalam belajar kimia

dasar 2. Asal SMA merupakan salah satu factor yang mempengaruhi cara menrima pelajaran di

kelas. Sampai akhir semester genap tahun pelajaran 2006-2007, materi kimia dasar 2 disampaikan

dengan metode diskusi, inkuiri dan eksperimen. Pembelajaran secara klasikal ini menganggap

semua mahasiswa sama dalam menerima konsep kimia. Meskipun kenyataannya kecepatan

menerima pelajaran mahasiswa berbeda. Hasil tes awal mahasiswa program studi kimia untuk 

materi pokok larutan larutan rata-rata 55 dengan skor tertinggi 90 dan terendah 35. Pemilihan dan

penggunaan metode yang tidak tepat dalam pembelajaran akan menyulitkan mahasiswa dalam

menguasai konsep kimia.

Metodologi Penelitian

1. 

Variable penelitianYang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Cooperative

Learning  model Jig Saw dengan pola anggota kelompok ahli berubah, pada kelas

eksperimen. Dan yang menjadi variable terikat adalah penguasaan konsep larutan

2.  Subjek Penelitian

Mahasiswa Program Studi Kimia dan Biologi FKIP Universitas Lampung.

3.  Metode Penelitian

Page 6: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 6/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Metode ini dilaksanakan pada 2 kelas yang setara yaitu Program Studi kimia untuk kelas

eksperimen 1 sebagai anggota kelompok ahli tetap dan Program Studi Biologi untuk kelas

eksperimen 2 sebagai anggota kelompok ahli berubah. Hasil kedua tes tersebut

dibandingkan untuk menentukan mana yang lebih efektif dalam usaha meningkatkan

penguasaan konsep kimia mahasiswa, khususnya konsep larutan.

Pada pola kelompok ahli tetap, anggota mahasiswa tidak berubah untuk pembahasan sub

pokok pertama hingga terakhir. Dengan demikian, setiap anggota akan mempelajari

kemampuan dan gaya belajar anggota lain dalam kelompoknya.

Hasil Penelitian

Hasil analisisis Paired Samples Statistics menunjukkan bahwa rata-rata gaik skor kelompok 

ahli tetap () = 4, 3003 dan rata-rata gain skor ahli berubah ()=4,4003. Paired Samples

Corelations menunjukkan angka korelasi sebesar 0,229. Angka tersebut lebih besar dibandingkan

0,05 dan dengan angka signifikansi 0,174. Hal ini berarti korelasi rata-rata peningkatan skor 

kelompok ahli tetap dan kelompok ahli berubah adalah lemah dan tidak signifikans.

Hasil analisis Paired Samples t. adapun besarnyaes, diperoleh harga t = -0,237. Adapun

besarnta t dalam daftar distribusi ttab. Yaitu dengan taraf nyata 5% dan derajat bebas (df) sebesar 28,

didapat t(0,95:0,39) = -1,7011.

Didapat thit = -0,237 yang lebih besar dari t tab=-1,7011. Nilai ini berada dalam kreteria

penolakan Ho. Dengan demikian Ho ditolak atau H1 diterima (  ). Dengan demikian, rata-rata

peningkatan skor hasil penguasaan konsep larutan mahasiswa yang menggunakan metode

Cooperative Learning model Jig Saw dengan pola kelompok ahli tetap lebih tinggi dibandingkan

dengan yang menggunkan pola kelompok ahli berubah.

Aktivitas belajar mahasiswa diamati secara berkala sebanyak tiga kali setiap sub materi,

aktivitas belajar mahasiswa yang diamati terdapat pada table berikut :

Tabel 1: Aktivitas belajar mahasiswa yang diamati dalam penerapan metode Cooperative

Learning model Jigsaw.

Aspek Cooperative Learning Aktivitas belajar 

1.  S

aling Ketergantungan a. 

Bertanyab.  Memperhatikan orang lain

2.  Bekerja sama c.  Berdiskusi

3.  Tanggung jawab individu d.  Membaca

e.  Mencatat

f.  Membuat laporan

Page 7: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 7/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

4.  Interaksi sosial g.  Memebri saran

h.  ng Menyatakan pendapat.

5.  Proses kelompok i.  Semangat

j.  Mendominasi.

Table 2. jumlah mahasiswa yang dimati aktivitas belajarnya.

No Jenis Aktivitas

Ke las 1 Kelas 2

1 bertanya 29 32

2 Memperhatikan orang lain. 31 23

3 Berdiskusi 32 37

4 Membaca 33 35

5 Mencatat 35 39

6 Membuat laporan 35 39

7 Memberi saran 3 8

8 Semnagt 4 12

9 Menyatakan pendapat 31 36

10 Mendominasi 1 5 S 

Tabel 2 memperlihatkan bahwa kelas 1 yang berjumlah 35 orang dari program studi Biologi

dengan metode Cooperative Learning model JigSaw padakelompok ahli tetap 90% aktif bertanya,

ememperhatikan orang lain, berdiskusi, membaca, mencatat, membuat laporan dan bersemangat.

Perbedaan yang Nampak pada kedua kelompok tersebut adalah kelas 1 kurang mendominasi kelas,

kurang banyak yang menyatakan pendapat dan kurang banyak yang member saran dibandingkan

kelas 2, )

Simpulan

Berdasarkan pengamatan dan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa

1.  Penerapan metode Cooperative learning  model Jig Saw dapat meningkatkan aktivitas

belajar kimia mahasiswa, untuk materi pokok larutan.

2.  Penerapan metode Cooperative Learning  model Jig Saw pola kelompok ahli tetap lebih

efektif dibandingkan pola kelompok ahli berubah.

Page 8: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 8/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Judul

Concept Mapping, Vee Diagram And Thinking Skiils In The Chemistry Of Teaching.

Tujuan :

1.  Mengkaji keberkesanan strategi pengajaran kimia menggunakan peta konsep dan peta Vee

yang diintegrasikan dengan kemahiran berfikir untuk meningkatkan kemahiran berfikir sains

pada siswa SMA.

2.  Mengkaji peranan tahap kemampuan siswa dalam pembelajaran kimia dengan menggunakan

peta konsep dan peta Vee yang diintegrasikan dengan kemahiran berfikir untuk 

meningkatkan kemahiran berfikir sains pada siswa SMA.

Masalah :

Pengetahuan bukan merupakan sekelompok fakta-fakta, konsep atau kaedah yang siap untuk 

diaplikasikan dan diingat. Tetapi manusia harus membangun sendiri pengetahuan itu dan memberi

makna melalui pengalaman dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini,

pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mampu mengajarkan bagaimna belajar,

bagaimana befikir, bagaimana menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dan bagaimana

memotivasi mereka untuk belajar.

Metodelogi Penelitian

1.  Variabel Penelitian

Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran penggunaan

peta konsep dan peta Vee. Dan yang menjadi variable terikat adalah peningkatan kemahiran

berfikir sains.

2.  Definisi Operasional variable.

-  Kemahiran berfikir sains adalah kemampuan seseorang untuk berfikir secara tersusun,

sistematik berdasarkan kaedah sains menggunakan kelengkapan ilmu pengetahuan,

sehingga hasil pemikirannya logic, sistematik, dan sesuai dengan fakta.

3.  S

ubjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas X SMA di Ciamis, Jawa Barat.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan dua cara. Pertama, untuk menentukan jenis

(kulafikasi) sekolah digunakan secara purposive sampling, hasil pemilihan yaitu tiga

kelompok siswa berkemampuan sederhana (PK S) dan tiga kelompok siswa berkemampuan

rendah ( PKR) masing-masing berjumlah 120 orang. Kedua, untuk menentukan anggota

dalam kelompok siswa dilakukan dengan cara random sampling. Hasil pemilihan yaitu

Page 9: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 9/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Sembilan kelompok siswa masing-masing berjumlah 40 orang. Jumlah keseluruhan sampel

dari kelompok PKT, PK S dan PKR berjumlah 360 orang.

4.  Metodologi Penelitian

Desain penelitian ini termasuk kategori quasi-eksperimen. Eksperimen yang dilakukan

terhadap kelompok E1 yaitu kaedah pengajaran menggunakan peta konsep dan peta Vee

diintegrasikan dengan kemahiran berrfikir dalam pengajaran kimia. Kelompok E2

menggunakan kaedah pengajaran dengan peta konsep saja, sedangkan kelompok K 

menggunakan kaedah konvensional

5.  Hasil Penelitian

Berdasarkan strategi pengajaran, keseluruhan kelompok siswa yang diajarkan

dengan SPE1 memeperoleh peningkatan skor min lebih tinggi jika dibandingkan dengan

kelompok yang diajarkan dengan SPE2 dan SPK. Skor min seluruh katefori juga turut

menunjukkan hal yang sama. Disamping itu, tahap kemampuan siswa, menunjukkan bahwa

kelompok PKT memeperoleh skor yang lebih tinggi berbanding kelompok PK S dan PKR.

Bagaimanapun, penelitian ini menunjukkan peningkatan skor min bagi semua kelompok 

siswa yang diajarkan dengan SPE1 lebih tinggi berbanding dengan SPE2 dan SPK. Ini

bermakna kesan strategi lebih dominan terhadap peningkatan kemahiran berfikir sains.

Bagi kelompok PKT, PK S, dan PKR diperoleh bahwa kategori 1,2,3,5, mengalami

peningkatan skor min bagi siswa yang diajarkan dengan SPE1, SPE2 dan SPK. Tetapi

peningkatan kelompok SPK adalah yang paling rendah. Namun, kesan strategi pengajaran

terhadap peningkatan skor min diperoleh lebih tinggi berbanding dengan kesan tahap

kemampuan siswa. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi SPE1

mungkin lebih berkesan terhadap peningkatan kemahiran berfikir sains, terutama keputusan

hasil analisis setiap kategori kemahiran berfikir sains.

Tabel 3 Keputusan ANCOVA Perbedaan Keberkesanan Kemahiran berfikir SainsSetiap

Kelompok BerdasarkanS

trategi Pengajaran dan Tahap Kemampuan siswa.Pemboleh

Ubah

bersandar 

Kesan Utama

J.K.D D.K M.K.D Nilai F

Tahap

Sig

Kemahiran

Kemahiran

Pra

271.063 1 271.063 25.598 0.000**

Strategi 356.817 2 178.408 16.848 0.000**

Page 10: Jurnal PPK(Devita Sihite)

8/7/2019 Jurnal PPK(Devita Sihite)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ppkdevita-sihite 10/10

Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia

Berfikir 

Sains

Peng1) 

Tahap

kemampuan2)

2706.070 2 1353.035 127.774 0.000**

Interaksi

Strategi

Tahap

keumampuan

485.0204  4 121.255 11.451 0.000**

Ralat 3685,083 248 10.589

Jumlah 11050.864 359

Berdasarkan table 3 diperoleh bahwa hipotesis 1 ( H1) ditolak. Ini bermakna terdapat

perbedaan yang signifikan antara skor kemahiran berfikir sains dalam pembelajaran kimia

dalam ujian pasca antara kelompok eksperimen ( SPE1 dan SPE2) dengan kelompok control

(SPK), nilai F(2,359) = 16.848, p=0.000 (p<0.025). Hipotesis 2(H2) juga ditolak. Ini

bermakna terdpat perbedaan yang signifikan antara skor min kemahiran berfikir sains dalam

pembelajaran kimia dalam ujian pasca antara kelompok PKT, PK S, dan PKR ( nilai

F(2,359)=127.774, p=0.000). Begitu juga dengan hipotesis 3(H3) adalah ditolak, ini

bermakna terdapat kesan interaksi yang signifikan antara kelompok berdasarkan tingkat

kemampuan terhadap kemahiran berfikir sains dalam pembelajaran kimia pada ujian pasca.

6.  Simpulan

Dua aspek penting dalam pengajaran sains yang perlu mendapat perhatian yaitu aspek penguasaan konsep dan kemahiran berfikir. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan aspek 

pemetaan konsep dan kemahiran berfikir dalam pembelajaran. Penggunaan strategi

pembelajaraan dan penentuan kelompok belajar disekolah perlu disesuaikan dengan tahap

kemampuan siswa. Cadangan penelitian lanjutan diperlukan bagi kelompok PKR,

khususnya dalam penggunaan peta konsep dan pete Vee.