Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato...

15
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id 125 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 9 PONTIANAK oleh Netti Yuniarti, St. Y. Slamet, Budhi Setiawan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program PASCASARJANA UNS [email protected] Abstract The purposes of this class action research are to: (1) improve the quality of short stories writing learning with mind mapping methods, and (2) improve the short story writing skill with mind mapping method. This study is Classroom Action Research, which is research type that a form of cooperation or collaboration between researchers, teachers, and students. Classroom Action research was carried out three cycles. Each cycle of two meetings, this includes four stages: (1) action planning, (2) the implementation of action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects were students and teachers of class IX SMP Negeri 9 Pontianak. Data collection techniques used is observation, interviews, tests, and questionnaires. The data validity test used triangulation of data sources and methods. Data analysis techniques used analytical techniques of comparative descriptions, and critical, by comparing the improvement of processes and outcomes in each cycle with success performance indicators that has been set. Based on these results it can be concluded that the mind mapping method, can improve the quality of the learning process, and the results of short story writing skill of students class IX SMP Negeri 9 Pontianak. It can be seen through some of the indicators are as follows: (1) increase the quality of learning process to write short stories, which is characterized by: (a) increasing students’ interest to participating in the study, (b) increasing the teacher’s ability of to generate the student’s interest, (c) increasing the teacher’s ability to implement mind mapping methods in the learning, (d) increasing the teacher’s ability to manage the classroom, and (e) increasing the teacher’s ability to overcome some obstacles of short stories writing learning, and (2) increasing the students’ ability to write a short story from each cycle were implemented, such as the average value of pre cycle is 63,14, increased in the first cycle (66,71), second cycle (72,29) and third cycle (77,43). The value increase has met the minimum completeness criteria (KKM) set is 70. Keywords: teaching quality, short stories writing competence, short stories, and mind mapping PENDAHULUAN Disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahwa standar kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus berorientasi pada belajar bahasa untuk berkomunikasi, dan belajar sastra untuk menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan (Depdiknas, 2006: 5). Belajar bahasa untuk berkomuni-kasi memiliki arti bahwa siswa harus diberi kesempatan yang luas, langsung, dan nyata agar

Transcript of Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato...

Page 1: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

125

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS IX A SMP

NEGERI 9 PONTIANAK

oleh Netti Yuniarti, St. Y. Slamet, Budhi Setiawan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program PASCASARJANA UNS [email protected]

Abstract

The purposes of this class action research are to: (1) improve the quality of short

stories writing learning with mind mapping methods, and (2) improve the short story writing skill with mind mapping method. This study is Classroom Action Research, which is research type that a form of cooperation or collaboration between researchers, teachers, and students. Classroom Action research was carried out three cycles. Each cycle of two meetings, this includes four stages: (1) action planning, (2) the implementation of action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects were students and teachers of class IX SMP Negeri 9 Pontianak. Data collection techniques used is observation, interviews, tests, and questionnaires. The data validity test used triangulation of data sources and methods. Data analysis techniques used analytical techniques of comparative descriptions, and critical, by comparing the improvement of processes and outcomes in each cycle with success performance indicators that has been set. Based on these results it can be concluded that the mind mapping method, can improve the quality of the learning process, and the results of short story writing skill of students class IX SMP Negeri 9 Pontianak. It can be seen through some of the indicators are as follows: (1) increase the quality of learning process to write short stories, which is characterized by: (a) increasing students’ interest to participating in the study, (b) increasing the teacher’s ability of to generate the student’s interest, (c) increasing the teacher’s ability to implement mind mapping methods in the learning, (d) increasing the teacher’s ability to manage the classroom, and (e) increasing the teacher’s ability to overcome some obstacles of short stories writing learning, and (2) increasing the students’ ability to write a short story from each cycle were implemented, such as the average value of pre cycle is 63,14, increased in the first cycle (66,71), second cycle (72,29) and third cycle (77,43). The value increase has met the minimum completeness criteria (KKM) set is 70.

Keywords: teaching quality, short stories writing competence, short stories, and

mind mapping PENDAHULUAN

Disebutkan dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Mata

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP),

bahwa standar kompetensi Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia harus

berorientasi pada belajar bahasa untuk

berkomunikasi, dan belajar sastra untuk

menghargai manusia dan nilai-nilai

kemanusiaan (Depdiknas, 2006: 5). Belajar

bahasa untuk berkomuni-kasi memiliki

arti bahwa siswa harus diberi kesempatan

yang luas, langsung, dan nyata agar

Page 2: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

126

mereka mampu meng-gunakan bahasa

yang dipelajari seba-gai alat atau media

untuk berbagi pengalaman, pikiran,

perasaan dengan orang lain secara baik

dan benar. Sementara itu, belajar sastra

untuk menghargai manusia dan nilai-nilai

kemanusiaan, memiliki arti bahwa dengan

mempelajari sastra diharapkan siswa

tumbuh kepekaan batin, rasa empati yang

dalam untuk saling menghargai

antarsesama.

Khususnya dalam belajar sastra,

terdapat dua hal yang perlu diperhatikan

dalam pembelajarannya, yaitu: (1) siswa

menganggap bahwa karya sastra

merupakan bahan–bahan pela-jaran yang

sulit untuk dimengerti, dan (2) sebagian

besar guru enggan untuk mengajarkan

sastra, sehingga pada umumnya guru

mengambil jalan pintas untuk

mengajarkan teori. (Ariadinata, 2006: 23).

Dari sisi guru, jalan pintas itu sangat

memudahkan karena me-mang teori

mudah diajarkan. Dengan mengajarkan

teori, tanggung jawab terhadap beban

kurikulum menjadi terkurangi. Selain itu,

berdasarkan pengalaman, model–model

tes yang kebanyakan diujikan adalah teori

(sedikit praktik, lebih–lebih apresiasi dan

kreasi). Dari sisi siswa juga melegakan

karena dengan lebih ba-nyak guru

mengajarkan teori, beban “membaca dan

menulis yang sulit” akan terhindarkan.

Fenomena dan gejala serupa yang

telah dipaparkan di atas, terjadi pula

dalam pembelajaran sastra di kelas XI A

SMP Negeri 9 Pontianak khususnya pada

pembelajaran menulis cerita pendek.

Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut

dapat diindikatori oleh tiga hal, sebagaimana

yang diungkapkan oleh Soedijarto dalam

Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto,

M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi

dan jenis kegiatan belajar yang dihayati oleh

siswa, (2) peran guru dalam proses belajar-

mengajar, dan (3) suasana proses belajar.

Mengacu pada indikator pertama yang

digunakan untuk mengukur kualitas

pembelajaran tersebut, berdasarkan observasi

atau pengamatan peneliti pada Jumat, 14

September 2012, pembelajaran menulis cerita

pendek yang telah berlangsung di Kelas IX A

SMP Negeri 9 Pontianak dapat dikatakan

masih rendah, karena partisipasi siswa pada

ketika mengikuti pembelajaran menulis cerita

pendek, belum menunjukkan keaktifannya

yang maksimal. Dari indikator kedua

tersebut, kualitas pembelajaran menulis cerita

pendek yang telah berlangsung di Kelas IX A

SMP Negeri 9 Pontianak dapat dikatakan

masih kurang atau rendah. Hal ini

dikarenakan pembelajaran menulis cerita

pendek yang berlangsung masih berpusat

pada guru.

Untuk menyikapi permasalahan

tersebut diperlukan satu metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran menulis cerita

pendek. Diharapkan dengan peningkatan

kualitas proses pem-belajaran, hasil

pembelajaran berupa kemampuan menulis

Page 3: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

127

cerita pendek siswa pun meningkat. Peta

pikiran atau biasa dikenal dengan istilah

mind mapping adalah metode yang tepat

untuk mengatasi permasalahan ter-sebut.

Berakar dari kesulitan siswa dalam

memahami dan menerapkan unsur

intrinsik dalam menulis cerita pendek

yang dibuatnya serta kesulitan dalam

mengembangkan ide cerita pendek

dipilihlah metode peta pikiran (mind

mapping).

Dalam metode peta pikiran (mind

mapping) tersebut, pertama-tama siswa

menuliskan satu kata kunci dari tema

yang dipilih di tengah kertas. Tema

tersebut kemudian dijabarkan dalam

ranting-ranting berupa unsur cerita

pendek yang meliputi alur, penokohan,

watak, setting, sudut pan-dang serta

ending cerita pendek yang telah dipilih.

Pada dasarnya, dengan metode ini, siswa

dituntut untuk mem-buat perencanaan

sebelum menulis cerita pendek. Bila dalam

perencanaan tulisan sering dikenal dengan

pem-buatan kerangka karangan (outlining),

maka dalam peta pikiran, outlining

tersebut berupa kata kunci yang

dilengkapi dengan gambar berwarna yang

dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan

lain dari peta pikiran ini adalah siswa

dapat menambah kata kunci di mana pun

jika di tengah kegiatan menulis ia

mendapatkan ide baru. Peta pikiran

tersebut dapat terus berkembang sesuai

dengan keinginan penulisnya. Dengan

demikian, dalam metode ini, siswa

dibebaskan untuk menulis “apa pun”

sesuai dengan keinginan serta kreativitas

mereka. Di samping itu, simbol serta

gambar berwarna yang digunakan

berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja

otak kanan yang memacu kreativitas serta

imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak

kehabisan ide dalam menulis cerita

pendek.

Implikasi dari uraian di atas dalam

kaitannya dengan penelitian ini adalah

perlu diterapkannya metode peta pikiran

(mind mapping) sebagai upaya

meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran menulis cerita pendek pada

siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak

dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas

(PTK).

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

(1) meningkatkan kualitas pro-ses

pembelajaran menulis cerita penek siswa

kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak dengan

metode peta pikiran (mind mapping), dan

(2) meningkatkan kemampuan menu-lis

cerita pendek dengan metode peta pikiran

(mind mapping) pada siswa IX A SMP

Negeri 9 Pontianak.

KAJIAN TEORI

Hakikat Kemampuan Menulis Cerita

Pendek

Kata kemampuan yang melekat pada frasa

(kelompok kata) “kemampuan menulis

cerita pendek” pada penelitian ini memiliki

acuan pengertian yang sepadan dengan

salah satu kategori keluaran belajar yang

disebutkan Gagne dan Briggs di atas, yaitu

kemampuan intelektual. Dijelaskan oleh

Page 4: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

128

Winkel (1995: 73), yang dimaksud

kemampuan intelektual ialah kemampuan

untuk berhubungan dengan lingkungan

hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk

suatu representasi, khususnya konsep dan

berbagai lambang/simbol (huruf, angka,

kata, gambar). Menurut Muhibbin Syah

(2000: 119) kemampuan bukan hanya

meliputi gerakan motorik melainkan juga

pengejawantahan fungsi mental yang

bersifat kognitif. Jadi, kemampuan

intelektual di sini berkenaan dengan

kesanggupan orang dalam mendayaguna-

kan segala fungsi mental/ kognitifnya

untuk mencapai hasil secara maksimal.

Melalui penjelasan itu, kata kemampuan

pada penyebutan penelitian ini, bukan

dimaksudkan sebagai kemampuan

motorik yang berhubungan dengan

gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.

Jadi kemampuan ialah kesanggupan

seseorang dalam menampil-kan potensi

maksimalnya tentang sesuatu. Bila itu

dikaitkan dengan kemampuan menulis,

dapat diartikan sebagai kesanggupan

seseorang dalam menuang-kan ide,

gagasan, dan pengalamannya melalui

bahasa tulis.

Menulis adalah kegiatan

berkomunikasi secara tidak langsung

untuk menyampaikan pesan dengan

mengguna-kan tulisan sebagai medium-

nya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian

huruf yang bermakna dengan segala

kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan

dan pungtuasi. Kegiatan menulis ini

bersifat produktif dan ekspresif.

Cerita pendek ialah kisahan pendek

yang dimaksudkan untuk memberikan

kesan tunggal yang do-minan, dan yang

berpusat pada satu tokoh dalam satu

situasi dan pada satu ketika.

Berdasarkan pengertian di atas, istilah

kemampuan menulis cerita pendek

diartikan sebagai kesanggupan seseorang

(siswa) dalam hubungannya dengan

bagaimana ia mendayagunakan semua

fungsi mental/kognitifnya untuk

menuangkan buah pikiran dan imaji-

nasinya secara teratur dan terorganisasi

ke dalam sebuah karangan yang ber-

bentuk cerita pendek.

Pembelajaran merupakan proes

kegiatan akademik yang berupa hu-

bungan timbal balik antara guru dengan

siswa, baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga siswa memperoleh

pengalaman belajar sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Pembelajaran merupakan proses

berkesinambungan antara pembelajar

dengan segala sesuatu yang me-nunjang

terjadinya perubahan tingkah laku. Untuk

mencapai proses yang berkesinambungan

itulah, metode pembelajaran yang tepat

perlu diterap-kan.

Hakikat Metode Peta Pikiran (Mind

Mapping)

Peta pikiran (mind mapping)

merupakan salah satu metode belajar yang

dikembangkan oleh Tony Buzan tahun

1970-an yang didasarkan pada cara kerja

otak. Disebut metode, karena peta pikiran

Page 5: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

129

ini berupa urutan langkah-langkah yang

sistematis. Otak mengingat informasi

dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-

bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak

menyimpan informasi dengan pola dan

asosiasi seperti pohon dengan cabang dan

rantingnya. Otak tidak menyimpan

informasi menurut kata demi kata atau

kolom demi kolom dalam kalimat baris

yang rapi seperti yang kita keluarkan

dalam berbahasa.

Suroso (2004: 85) berpendapat bahwa

peta pikiran merupakan sejenis teknik

merangkum suatu persoalan, sejarah,

kejadian, atau suatu yang memiliki suatu

topik. Namun peta pikiran ini lebih jelas,

mendalam, menarik daripada rangkuman.

Sebab dalam peta pikiran digunakan

teknik grafis dan ruang (baik berupa

gambar dan symbol) serta warna untuk

menandai ide-ide dalam pikiran.

Untuk mengingat kembali dengan

cepat apa yang telah kita pelajari

sebaiknya meniru cara kerja otak dalam

bentuk peta pikiran. Dengan demikian,

proses menyajikan dan menangkap isi

pelajaran dalam peta-peta konsep

mendekati operasi alamiah dalam berpikir

(Sugiyanto, 2007: 41).

Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind

Mapping) dalam Pembelajar-an Menulis

Cerita Pendek

Metode peta pikiran (mind mapping)

sangat tepat digunakan dalam

pembelajaran menulis. Wycoff (2003: 84)

mengemukakan bahwa pemetaan pikiran

adalah cara yang sangat baik untuk

menghasilkan dan menata gagasan

sebelum menulis.

Secara aplikatif, implementasi metode

peta pikiran ini adalah sebagai berikut.

Pertama-tama siswa memilih ide cerita

kemudian menuliskannya di atas selembar

kertas kosong. Penulisan berupa kata

kunci dari ide yang dipilih disertai dengan

simbol atau gambar berwarna.

Selanjutnya, siswa menulis-kan unsur-

unsur cerita pendek dalam ranting-ranting

yang melingkupi pusat/ ide cerita

tersebut. Setelah siswa mem-buat

perencanaan dalam bentuk peta pikiran,

siswa baru ditugaskan untuk menulis

cerpen. Ide yang muncul di tengah

aktivitas menulis dapat di-tuangkan dalam

cabang-cabang atau ranting mana pun

dalam peta pikiran untuk selanjutnya

dituangkan dalam cerpen.

Berdasarkan kajian teori di atas,

dapat diajukan hipotesis dalam penelitian

tindakan kelas ini sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode peta

pikiran (mind mapping) dalam

pembelajaran sastra, khususnya menu-lis

cerita pendek, kualitas pem-belajaran dan

hasil kemampuan menu-lis cerita pendek

siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak

dapat ditingkatkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9

Pontianak, dengan Alamat Jalan Pangeran

Natakusuma, Telepon (0561) 737674, yang

berstatus Akreditasi A dengan Nomor

Page 6: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

130

Surat Ke-putusan 130/Kep/BASKO/2010

Tang-gal 14 Maret 2012. Sementara itu,

kelas yang digunakan untuk penelitian

tindakan kelas adalah kelas IX A dengan

pertimbangan di kelas tersebut terdapat

permasalahan pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya pem-belajaran

menulis dan kemampuan menulis cerita

pendek.

Waktu penelitian dilaksanakan selama

lima bulan yaitu pada bulan Juli –

Nopember 2012.

Penelitian ini berbentuk Pene-litian

Tindakan Kelas (Classroom Acti-on

Research) yaitu sebuah penelitian

kolaboratif antara peneliti, guru, dan

siswa untuk menciptakan kinerja

(tindakan) dalam pembelajaran di kelas

yang lebih baik. Sesuai dengan paparan di

depan, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan

kualitas pembelajaran menulis cerita

pendek, dan kemampuan menulis cerita

pendek siswa dengan penerapan metode

peta pikiran (mind mapping). Di samping

itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

mendeskripsikan penerapan metode peta

pikiran (mind mapping) dalam

pembelajaran menulis cerita pendek.

Strategi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kua-litatif.

Strategi ini bertujuan untuk

menggambarkan serta menjelaskan

kenyataan di lapangan. Kenyataan yang

dimaksud adalah proses pem-belajaran

menulis cerita pendek se-belum dan

sesudah diberi tindakan berupa penerapan

metode peta pikiran (mind mapping).

Subjek penelitian adalah siswa kelas

IX A SMP Negeri 9 Pontianak sejumlah 35

siswa, dengan rincian siswa laki-laki 15

orang, dan siswa perempuan 20 orang.

Selain siswa, subjek penelitian ini adalah

guru pengampu mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia IX A yaitu Bapak

Subhan, S.Pd., M.Pd., beliau adalah lulusan

magister (S2) Program Studi Pendidikan

Bahasa Indonesia dari Universitas

Tanjungpura Tahun 2011.

Sumber data penelitian tindakan kelas

ini meliputi:

1. Peristiwa proses pembelajaran me-

nulis cerita pendek.

Data yang dikumpulkan yaitu data

tentang pelaksanaan pembelajaran

menulis cerita pendek di kelas IX A SMP

Negeri 9 Pontianak baik sebelum tindakan

(survei awal) maupun yang telah dikenai

tindakan pada setiap siklusnya. Pada

survei awal atau sebelum tindakan kelas

dilaksanakan, data peristiwa proses

pembelajaran menulis cerita pendek

diperoleh mela-lui observasi (pengamatan

langsung) peneliti di kelas IX A pada

Jumat, 14 September 2012 pk 09.20-11.20.

Sementara itu, data peristiwa proses

pembelajaran menulis cerita pendek

dengan metode mind mapping pada Siklus

I diperoleh melalui observasi (pengamatan

langsung) pada Selasa,25 September 2012,

dan Jumat 28 September 2012; pada Siklus

II pengamatan terhadap peristiwa proses

pembelajaran menulis cerita pendek

Page 7: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

131

dengan metode mind mapping dilaku-kan

pada selasa 9 oktober 2012, dan jumat 12

oktober 2012, dan pada siklus iii

pengamatan terhadap peristiwa proses

pembelajaran menulis cerita pendek

dengan metode mind mapping dilakukan

pada selasa 16 oktober 2012.

2. Informan

Sumber data penelitian yang berupa

informan di sini ada dua yaitu (a) guru

mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di kelas IX A, yaitu Bapak

Subhan, S.Pd., M.Pd., dan (b) tiga siswa

kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak, yaitu

(1) Bella Elvara Pratiwi, (2) Muhammad

Ilham; dan (3) Sekar Aprilia Maharani.

Data yang dikumpulkan mela-lui

sumber data guru mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di kelas IX A, yaitu

Bapak Subhan, S.Pd., M.Pd., adalah data

tentang (1) pelaksanaan pembelajaran

menulis cerita pendek dengan metode

mind mapping yang dilakukan di kelas; (2)

hambatan-hambatan yang dihadapi oleh

guru dalam pelaksanaan pem-belajaran

menulis cerita pendek dengan metode

peta pikiran (mind mapping); (3) usaha–

usaha yang ditempuh guru dalam

mengatasi ham-batan-hambatan yang

dihadapinya ketika melaksungkan

pembelajaran menulis cerita pendek

dengan metode peta pikiran (mind

mapping).

Data yang dikumpulkan mela-lui

sumber data para siswa kelas IX A SMP

Negeri 9 Pontianak adalah (1) data

mengenai keaktifan siswa meng-ikuti

proses pembelajaran menulis cerita

pendek dengan metode peta pikiran (mind

mapping) yang dilaksanakan oleh guru

yang dikum-pulkan dengan angket, (2)

data tentang tanggapan siswa terhadap

cara meng-ajar guru.

3. Dokumen

Dokumen yang dikumpulkan, antara

lain: (1) rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), (2) foto kegiatan

pembelajaran menulis cerita pendek

dengan metode peta pikiran (mind

mapping), (3) peta pikiran (mind map-ping)

yang dibuat siswa, (4) hasil tes siswa

berupa tulisan cerita pendek, serta (5)

hasil angket yang diisi oleh siswa, dan (6)

hasil angket yang diisi oleh guru

pengampu mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia.

Data-data dalam penelitian tindakan

kelas ini dikumpulkan dengan teknik:

observasi, wawancara, dan analisis

dokumen.

Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis

kritis. Teknik analisis tersebut bermaksud

mengungkap kekurangan dan kelebihan

kinerja guru dan siswa selama proses

pembelajaran di dalam kelas. Kriteria

dalam teknik ini didasarkan pada

kerangka teoretis yang telah dipaparkan

sebelumnya. Hasil analisis dijadikan dasar

untuk menyusun rencana tindakan kelas

berikutnya sesuai dengan siklus yang telah

direncanakan. Karena penelitian ini

merupakan penelitian kolaboratif, analisis

data dilakukan bersama-sama antara

Page 8: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

132

peneliti dan guru pengampu. Analisis

kritis terhadap kemampuan menulis cerita

pendek siswa mencakup isi cerita pendek

yang ditulis siswa, pengorganisasian

tulisan, kosakata yang digunakan,

pengembangan baha-sa serta penerapan

mekanika penu-lisan. Aspek isi mencakup

kreativitas siswa dalam menentukan ide

cerita serta mengembangkannya seunik

mungkin. Adapun analisis kritis yang

dilakukan terhadap proses pem-belajaran

yang berlangsung meliputi keaktifan serta

minat siswa terhadap pembelajaran

menulis cerita pendek.

Prosedur penelitian merupakan

rangkaian tahapan penelitian dari awal

hingga akhir penelitian. Penelitian ini

adalah proses pengkajian sistem berdaur

sebagaimana kerangka ber-pikir. Prosedur

dalam Penelitian Tindakan Kelas ini

mencakup langkah-langkah: (1) persiapan,

(2) studi/survei awal, (3) pelaksanaan

siklus, dan (4) penyusunan laporan.

Pelaksanaan siklus meliputi (a)

perencanaan tin-dakan (planning), (b)

pelaksanaan tin-dakan (acting), (c)

pengamatan (observing), (d) refleksi

(reflecting). Banyaknya siklus yang telah

dilak-sanakan ada tiga mengingat dalam

penelitian tindakan ini, pada siklus

terakhir (siklus III) telah mencapai

indikator kinerja atau capaian yang telah

ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan yang

dirumuskan dalam bagian pendahuluan

serta deskripsi hasil penelitian, berikut ini

dijabarkan pembahasan hasil penelitian

penerapan metode peta pikiran (mind

mapping) pada pembelajaran menulis

cerita pendek di kelas IX SMP Negeri 9

Pontianak.

1. Penerapan Metode Mind Mapping

dalam Pembelajaran Menulis Cerita

Pendek

Berdasarkan hasil survei awal,

diperoleh gambaran bahwa minat dan

motivasi siswa dalam pembelajaran

menulis cerita pendek masih rendah.

Siswa kurang tertarik dengan cerita

pendek dan pembelajarannya. Hal tersebut

merupakan akibat dari proses

pembelajaran yang kurang memper-

hatikan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran. Dari hasil pengamatan awal

diperoleh permasalahan sebagai berikut :

a) pembelajaran masih ber-sifat

konvensional yang masih terpusat pada

guru; b) kemampuan menulis cerita

pendek siswa belum mema-dai/cukup,

nilai belum mencapai KKM, dan c) siswa

tidak tertarik / bosan dengan

pembelajaran menulis cerita pendek.

Guru masih menjadi pusat

pembelajaran, akibatnya pembelajaran

menjadi kurang kondusif dan kurang

menyenangkan. Kondisi tersebut mem-

bawa dampak yang negatif terhadap

kemampuan menulis cerita pendek. Dari

hasil ulangan harian dalam tahap

pratindakan, hanya 42,86% siswa yang

memperoleh nilai diatas kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.

Page 9: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

133

Sedangkan siswa yang lainnya yaitu

57,14% memperoleh nilai masih di-bawah

KKM yang ditetapkan dalam kurikulum.

Dari hasil tersebut dapat di-

simpulkan, bahwa antara proses pem-

belajaran dan hasil mempunyai hubungan

timbal balik yang erat. guru harus

mengubah paradigma dalam pembelajaran

sesuai dengan per-kembangan zaman.

Pemilihan metode pembelajaran yang

efektif menjadi hal penting bagi guru.

Berdasarkan per-masalahan tersebut

tindakan yang telah dilakukan dalam

penelitian adalah menerapkan menulis

cerita pendek. Alasan pemilihan metode

ini setelah berdiskusi : 1) melalui

pemetaan pikir-an kemampuan siswa

dalam mere-konstruksi kejadian menjadi

lebih terarah; 2) melalui metode ini siswa

akan terbiasa mengonsep sesuatu secara

terstruktur dan berdasarkan

pertimbangan dan pemetaan yang

matang.. Hal ini sangat memungkinkan

siswa untuk belajar menulis cerita pendek

dengan merekonstruksi ber-bagai kejadian

yang pernah mereka alami menjadi sebuah

cerita yang menarik.

Dengan metode peta pikiran (mind

mapping) dapat menjadikan siswa lebih

aktif dalam proses pem-belajaran, mereka

terlibat langsung dalam menyimak,

memahami, meng-analisis kejadian, dan

menulisnya menjadi cerita pendek yang

menarik. Pembelajaran ini disusun dalam

se-buah usaha untuk meningkatkan par-

tisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan

pengalaman pengambilan keputusan

secara pribadi, serta mem-berikan

kesempatan kepada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama

siswa yang berbeda latar belakangnya.

Dengan bekerja berdasarkan konsep

berpikir yang matang, maka siswa akan

terbiasa untuk melakukan segala sesuatu

berdasarkan konsep pola pikir yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Metode peta pikiran (mind mapping)

telah diterapkan dalam pembelajaran

menulis cerita pendek melalui tindakan

sebanyak tiga siklus. Pada siklus I, siklus

II, dan siklus III dilaksanakan dalam dua

pertemuan. Berdasarkan hasil observasi

dan hasil tes yang telah dilakukan dari

siklus I sampai siklus III pembelajaran

menulis cerita pendek mengalami

peningkatan. Peningkatan mencakup

peningkatan kualitas proses pembelajaran

menulis cerita pendek dan peningkatan

kemampuan menulis cerita pendek siswa

kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak.

2. Pembahasan Persiklus

Pada bagian ini akan dibahas

kemampuan menulis dan keaktifan siswa

tiap siklus dalam proses pem-belajaran

dengan menggunakan me-tode peta

pikiran (mind mapping.)

a. Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Pada siklus I jumlah siswa yang

mencapai KKM belum mencapai 75%.

Namun ada peningkatan dari pratindakan,

yaitu dari 42, 86 % yang memperoleh nilai

diatas kriteria ketun-tasan minimal (KKM)

meningkat menjadi 54,29%, kenaikan

sebesar 11,43 %. Setelah dilakukan analisis

Page 10: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

134

dan refleksi kekurangan pada siklus I,

disepakati untuk dilaksanakan siklus II.

Pada siklus II siswa diberikan

pembelajaran menulis cerita pendek

dengan menerapkan metode Mind

Mapping tetapi diiringi dengan bebe-rapa

perbaikan. Pemberian reward berupa

pujian dan hadiah menambah motivasi

siswa. Peran guru dalam melakukan

pengawasan dan pengon-trolan lebih

diperhatikan. Pada siklus II mengalami

peningkatan kualitas proses dan hasil

pembelajaran. Nilai yang diperoleh di

siklus II meningkat menjadi 71,43% sudah

mencapai KKM atau peningkatan sebesar

17,14% dari siklus I. Peningkatan ini sudah

mencapai KKM sebesar 66,71 tetapi

ketuntasan klasikal belum mencapai 75%

sehingga menulis cerita pendek

dilanjutkan pada siklus III.

Pada siklus III pembelajaran sehingga

menulis cerita pendek dilakukan dengan

menerapkan metode Mind Mapping

dengan beberapa perbaikan-perbaikan atas

kekurangan pada siklus II. Pada siklus III

mengalami peningkatan dilihat dari

penilaian proses dan penilaian hasil.

Penilaian proses seperti dijelaskan pada

bab sebelumnya, sedangkan penilaian

hasil yang digunakan untuk mengetahui

kompetensi siswa dalam menulis cerita

pendek. Penilaian hasil pada siklus III

ditekankan pada kemampuan : (1)

mengidentifikasi tema, tokoh, latar, dan

alur dari cerita pendek yang dihasilkan; (2)

mengem-bangkan tema, tokoh, latar, dan

alur dalam sebuah cerita pendek dengan

memerhatikan gaya bahasa yang menarik.

1) Membacakan cerpen dengan

memerhatikan lafal, intonasi, dan

ekspresi

Setelah dilakukan uji kompe-tensi

siklus III siswa yang dapat mencapai KKM

sebanyak 88,57%. Sebelumnya 71,43%.

Pada siklus III ini pencapaian ketuntasan

klasikal sebesar 75% dan nilai kemampuan

minimal 70 telah tercapai sehingga

penelitian tindakan kelas yang dila-kukan

dinyatakan berhasil sehingga dianggap

selesai.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan tampak bahwa

secara teoritis dan secara empiris hasil

penelitian tersebut cukup bermanfaat

dalam meningkat-kan kualitas

pembelajaran dan me-ningkatkan

kemampuan menulis cerita pendek. Secara

teoritis penelitian yang dilakukan oleh

peneliti didukung dengan teori-teori yang

relevan dengan masalah yang dihadapi.

Secara empiris tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh peneliti memiliki dampak

yang bermanfaat bagi peningkatan

kemam-puan menulis cerita pendek.

Terhadap empat siswa yang tidak

mencapai batas minimal ke-tuntasan

belajar (nilai > 70) peneliti telah

melakukan wawancara mendalam baik

pada siswa tersebut maupun pada guru

yang bersangkutan. Dari wawan-cara pada

guru terungkap bahwa keempat siswa

tersebut tergolong siswa yang berkesulitan

belajar. Siswa tersebut memang lebih

Page 11: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

135

lambat dalam pembelajaran. Hal ini

diketahui dari perolehan nilai siswa pada

pelajaran yang lain. Keempat siswa

tersebut mendapat nilai kurang dibanding

dengan siswa yang lain. Akan tetapi guru

yang bersangkutan menggaris bawahi

bahwa keempat siswa tersebut tergolong

rajin dan patuh pada guru. Biasanya guru

memberikan remidi lagi untuk anak-anak

yang nilainya masih kurang.

b. Proses Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam pem-belajaran

menulis cerita pendek mengalami

peningkatan. Keterlibatan siswa yang

diwujudkan dalam kerja sama antar siswa

dalam kelompok selama proses

pembelajaran me-ningkat. Keaktifan siswa

dalam pem-belajaran dipantau dengan

lembar penilaian sikap (afektif) yang

terdiri dari aspek : 1) kedisiplinan; 2)

minat; 3) kerja sama; 4) keaktifan; dan 5)

tanggung jawab.

Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran menjadi sangat penting

sehingga harus dipahami oleh guru, bahwa

guru harus menciptakan proses

pembelajaran yang menempatkan siswa

sebagai subjek dan guru tidak

mendominasi dalam proses pem-belajaran.

Hasil nilai kemampuan menulis cerita

pendek. Pada siklus I yaitu 35 siswa

dihasilkan nilai yang lebih dari KKM

54,39%, ketuntasan klasikal 54,39%, rata-

rata 66,71 yang kurang dari KKM 45,61%

hal ini disebabkan 1) aktivitas siswa masih

kurang; 2) siswa belum memahami metode

Mind Mapping dengan baik.

Pada siklus II dari 35 siswa dihasilkan

nilai lebih dari KKM 71,43%, ketuntasan

klasikal 71,43%, rata-rata 72,29 kurang

dari KKM 38,57% hal ini disebabkan 1)

siswa kurang aktif dalam proses pem-

belajaran; 2) siswa kurang optimal

berdiskusi dalam kelompok.

Sedangkan pada siklus III dari 35

siswa dihasilkan nilai lebih dari KKM

88,57%, ketuntasan klasikal 88,57%, rata-

rata 77,43 yang kurang dari KKM 11,43%

hal ini disebabkan 1) siswa tidak aktif

dalam proses pembelajaran; 2) siswa tidak

optimal berdiskusi dalam kelompok

3. Pembahasan Antar Siklus

a. Peningkatan Kualitas Pem-belajaran

Menulis Cerita Pendek

Setelah diterapkan metode Mind

Mapping dalam pembelajaran menulis

cerita pendek, maka dalam proses

pembelajaran selama ber-langsung terasa

lebih hidup dari pada sebelumnya.

Tindakan-tindakan yang dilaksanakan

dalam tiap siklus mampu meningkatkan

kualitas pembelajaran menulis cerita

pendek siswa kelas IX A SMP Negeri 9

Pontianak. Hal ini dapat dilihat pada

indikator-indikator berikut :

1) Keaktifan Siswa

Pada pra tindakan keaktifan siswa

sangat rendah, pada siklus I keaktifan

siswa rendah, pada siklus II keaktifan

siswa sedang, sedangkan pada siklus III

keaktifan siswa tinggi.

2) Minat dan Motivasi Siswa

Pada pra tindakan minat dan

motivasi siswa kurang berminat, setelah

Page 12: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

136

dilakukan tindakan dengan menerapkan

metode Mind Mapping, siswa tampak lebih

berminat dan termotivasi mengikuti

pembelajaran menulis cerita pendek.

Pemberian reward/penghargaan berupa

pujian dan hadiah berupa barang (buku

tulis) bagi individu yang memperoleh

point tertinggi mampu meningkatkan

minat dan motivasi siswa lain.

3) Tanggung Jawab dan Keberanian

Siswa

Pra tindakan tanggung jawab dan

keberanian siswa rendah, setelah

dilakukan pembelajaran dengan metode

Mind Mapping dapat melatih tanggung

jawab siswa untuk menger-jakan tugasnya.

Siswa menyatakan bahwa dengan metode

Mind Mapping mereka menjadi lebih

percaya diri. Mereka dapat berkomunikasi

lebih lancar tanpa rasa minder.

Keberanian siswa untuk men-ceritakan

kembali cerita pendek yang ditulisnya di

depan kelas meningkat. Keberanian siswa

sangat berkaitan dengan rasa harga diri.

Seperti yang diungkapkan Slavin (2007:

122) bahwa rasa harga diri yang dimiliki

oleh siswa adalah perasaan bahwa mereka

memang disukai oleh teman-teman

mereka dan perasaan bahwa siswa dapat

melakukan hal-hal yang berbau akademik

dapat diterima oleh teman-temannya.

4) Keterampilan guru dalam menge-lola

kelas

Kemampuan guru dalam mengelola

kelas merupakan salah satu penentu

keberhasilan proses pem-belajaran. Guru

yang professional mempunyai ciri-ciri 1)

memiliki ke-pribadian yang matang dan

ber-kembang; 2) penggunaan ilmu yang

kuat; 3) keterampilan untuk mem-

bangkitkan peserta didik kepada sains dan

teknologi; dan 4) pengembangan profesi

secara berkesinambungan. Pada pra

tindakan pembelajaran didominasi dengan

metode ceramah. Dalam pembelajaran

dengan metode Mind Mapping, peran guru

sebagai pengontrol kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran sudah tidak didominasi

dengan metode ceramah, guru sudah

menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif. Guru telah mampu

membangkitkan minat, keaktifan dan

tanggung jawab siswa. Guru aktif dalam

memantau kinerja siswa dan menekankan

kepada siswa bahwa mereka mempunyai

tanggung jawab untuk memastikan setiap

aspek yang dipelajari dapat diserap

dengan baik. Sewaktu para siswa sedang

bekerja, guru berkeliling kelas, dan kadang

guru duduk dengan tiap siswa untuk

mendengarkan bagaimana siswa bekerja.

5) Peningkatan kemampuan menulis

cerita pendek

Peningkatan kualitas pem-belajaran

menulis cerita pendek juga berimplikasi

pada kemampuan siswa dalam menulis

cerita pendek. Berdasarkan hasil

pengamatan awal dan hasil pra tindakan,

diperoleh nilai siswa yang rendah. Hal ini

disebabkan karena proses pembelajaran

yang belum menyentuh taraf apresiastif.

Keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran masih kurang, juga belum

memanfaatkan potensi diri secara optimal.

Page 13: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

137

Hasil ulangan harian sebelum tindakan

dengan nilai rata-rata yang dicapai masih

rendah yaitu 63,14 masih dibawah KKM

yang ditetapkan dalam kurikulum yaitu

70. Berdasarkan permasalahan tersebut

peneliti melaksanakan penelitian tindakan

kelas untuk meningkatkan kemampuan

apresiasi siswa terhadap karya sastra

khususnya menulis cerita pendek dengan

menerapkan metode Mind Mapping.

Tujuannya agar siswa memiliki

kemampuan sesuai dengan standar

kompetensi yang telah ditentukan, juga

mencapai batas KKM yang ditetapkan

dalam kurikulum yakni 70 dan daya serap

mencapai 75%.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dengan menerapkan metode Mind

Mapping, merupakan pertama kali baru

dialami oleh siswa. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa siswa belum

memiliki pengalaman belajar dengan

metode Mind Mapping. Guru pun

menyadai bahwa minat siswa terhadap

pembelajaran menulis cerita pendek

masih rendah sehingga berpengaruh

terhadap nilai mereka. Guru belum pernah

menerapkan strategi pembelajaran khusus

yang mampu membangkitkan minat siswa

dan melibatkan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran. Dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran menulis cerita

pendek belum berjalan dengan baik.

Setelah diterapkan metode Mind Mapping

dalam pembelajaran menulis cerita

pendek dari siklus I sampai siklus III

mengalami peningkatan yang cukup

bagus.

Peningkatan tersebut dilihat dari

penilaian proses dan penilaian hasil.

Penilaian proses seperti dijelaskan pada

bab sebelumnya, sedangkan penilaian

hasil yang digunakan untuk mengetahui

kompetensi siswa dalam menulis cerita

pendek. Penilaian hasil pada siklus I dan

siklus II ditekankan pada kemampuan

siswa menulis cerita pendek dari kejadian-

kejadian yang pernah dialami kemudian

mampu menemukan unsur-unsur intrinsic

serta hal-hal yang menarik, dan

kemampuan menceritakan kembali cerita

pendek yang sudah ditulis. Aspek yang

dinilai meliputi : 1) Mengidentifikasi tema,

tokoh, latar, dan alur dari cerita pendek

yang dihasilkan. 2) Mengembangkan tema,

tokoh, latar, dan alur dalam sebuah cerpen

dengan memerhatikan gaya bahasa yang

menarik. Dan 3) Membacakan cerpen

dengan memer-hatikan lafal, intonasi, dan

ekspresi.

b. Kelebihan dan kelemahan antar siklus

Kekurangan pada pra tindakan

adalah siswa sering mengalami kesulitan

dalam menulis cerita pendek, minat siswa

rendah dan metode didominasi dengan

metode ceramah. Sedangkan kelebihan

guru mau mengubah metode

pembelajaran dari ceramah menjadi

metode Mind Mapping sehingga dapat

meningkatkan minat siswa.

Kekurangan pada siklus I adalah siswa

yang mencapai KKM masih rendah,

keaktifan siswa dalam pembelajaran

Page 14: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

138

belum maksimal, siswa kurang serius dan

kurang konsentrasi. Guru belum mampu

mengelola kelas dengan menerapkan

metode Mind Mapping dengan baik.

Kelebihan pada siklus I adalah adanya

kemauan siswa untuk meningkatkan diri

dan menerima bimbingan guru untuk

menjadi lebih baik. Selain itu adanya

kemauan guru untuk meningkatkan diri

didalam menguasai metode Mind Mapping.

Kekurangan pada siklus II adalah

keaktifan siswa masih belum maksimal,

sebagaian siswa kurang konsentrasi, siswa

ada yang belum memperoleh sesuai KKM,

serta guru belum sepenuhnya mampu

melaksanakan metode Mind Mapping.

Kelebihan pada siklus II adalah adanya

kemauan siswa untuk meningkatkan diri

dan menerima bimbingan guru untuk

menjadi lebih baik. Guru meningkatkan

kinerjanya dalam proses pembelajaran

dengan metode Mind Mapping.

Kekurangan pada siklus III adalah

masih ada siswa yang belum aktif, kurang

serius, dan memperoleh nilai dibawah

KKM. Kelebihannya jumlah siswa yang

belum aktif, kurang serius dan yang

memperoleh nilai dibawah KKM jumlahnya

relatif kecil dari jumlah seluruh kelas.

c. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam

Peningkatan Kemampuan Menulis

Cerita Pendek dengan Menerapkan

Metode Mind Mapping

Dalam suatu proses kegiatan belajar-

mengajar sering terjadi suatu hambatan-

hambatan atau kendala-kendala yang

sering dialami oleh guru maupun siswa.

Hal ini pun disebabkan oleh berbagai

pihak, baik oleh guru, siswa keterbatasan

sarana dan prasarana maupun faktor

lainnya. Kendala yang dihadapi dalam

peningkatan kemampuan menulis cerita

pendek dengan menerapkan metode Mind

Mapping dapat dideskripsikan sebagai

berikut :

1) Guru dan siswa yang belum terbiasa

menerapkan metode Mind Mapping

dalam proses pem-belajaran, pada

siklus I terkesan kaku sehingga situasi

pem-belajaran tidak kondusif. Kendala

ini dianalisis peneliti dan dila-kukan

perbaikan pada siklus II dan siklus III

sehingga berhasil diatasi.

2) Jumlah siswa dalam satu kelas yang

cukup besar, yaitu 35 siswa.

Menghadapi 35 siswa berarti

menghadapi 35 individu dengan

karakter yang berbeda-beda. Sehingga

melakukan pengawasan dan

pengontrolan terhadap 35 siswa

dalam satu kelas merupakan jumlah

yang besar dan merupakan pekerjaan

yang sulit. Hal ini tentu berhubungan

dengan metode Mind Mapping yang

mengharuskan peserta didik

memecahkan masalah secara individu.

3) Adanya siswa yang memang agak sulit

untuk dikondisikan, karena masih

memiliki kedisiplinan, tanggung

jawab, minat dan motivasi yang masih

rendah dalam pembelajaran.

4) Alokasi waktu yang terbatas untuk

terus melakukan penelitian. Masalah

alokasi waktu sebelumnya masih

Page 15: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No … · 2013. 7. 12. · Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

139

klasik yang harus dimanajemen oleh

guru dalam mengorganisasikan materi

pelajaran. Namun, masalah waktu

dalam proses penelitian ini menjadi

salah satu kendala, karena peneliti

tidak dapat melakukan perbaikan lagi

terhadap ke-kurangan yang dianggap

masih perlu diperbaiki. Karena waktu

yang terbatas, tidak mungkin seluruh

siswa tampil satu per satu ke depan

kelas untuk men-ceritakan kembali

cerita pendek yang telah dibuat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa metode Peta Pikiran

(Mind Mapping), dapat me-ningkatkan

mutu proses pembelajaran bahasa

Indonesia dan menghasilkan peningkatan

kualitas kemampuan menulis cerita

pendek siswa kelas IX A SMP Negeri 9

Pontianak. Hal tersebut terefleksi dari

beberapa indikator keberhasilan sebagai

berikut: (1) minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran menulis meningkat, (2) guru

mampu membangkitkan minat siswa, (3)

guru mampu menerapkan metode Mind

Mapping (Peta Pikiran)dalam

pembelajaran, (4) guru mampu mengelola

kelas dengan baik serta dapat mengatasi

beberapa kendala dalam pembelajaran

menulis cerita pendek, dan (5)

kemampuan menulis cerita pendek siswa

terus meningkat dari nilai rata-rata 63,14

pada pra siklus, meningkat pada siklus I

(66,71), siklus II (72,29) dan siklus III

(77,43). Peningkatan nilai tersebut telah

memenuhi batas kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.

Bagi peneliti lain, hasil penelitian

ini bisa dijadikan bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis lainnya atau

mengkaji lebih mendalam tentang satu sisi

menarik dalam cerpen yang dikaji ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ariadinata. 2006. Pengajaran Sastra di Sekolah. Jakarta: Gramedia. Buzan, Tony. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru

Rayon 13. Suroso. 2004. Smart Brain Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman

Memori. Penerbit SIC. Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S. 1995. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.