Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

12
PENGARUH EKSTRAK AIR PEGAGAN (Centella asiatica) TERHADAP FUNGSI MEMORI TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR LEPAS SAPIH MENGGUNAKAN METODE MORRIS WATER MAZE Husnul Khotimah*, Djoko Santoso **, Siti Fitria N*** ABSTRAK Perkembangan otak pada golden period sangat berpengaruh terhadap fungsi memori. Pada masa ini neuron (sel saraf) bermultiplikasi dan membentuk sinaps yang sangat banyak. Oleh karena itu, perlu diberikan stimulus agar otak berkembang optimum dan fungsi memori dapat berkembang dengan baik. Salah satunya dengan pemberian nutrisi yang tepat saat lepas sapih. Pegagan (Centella asiatica) mengandung triterpenoid yang mempunyai efek neuroprotektif dan neurostimulant sehinga dapat meningkatkan fungsi memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak air pegagan terhadap fungsi memori tikus menggunakan metode morris water maze (MWM) dengan parameter waktu latency (waktu tikus sampai mencapai hidden platform). Penelitian ini menggunakan desain true experimental in vivo. Hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus) galur wistar umur ± 4 minggu dengan sampel yang dipilih secara random dan dibagi dalam 5 kelompok dengan jumlah ulangan (n) = 4, yaitu 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak air pegagan=1.5 ml/KgBB, 3 ml /KgBBB, 6 ml/KgBB dan 12 ml/KgBB. Pemberian dilakukan selama 1 bulan dan dilakukan tes memori MWM tiap minggunya. Hasil penelitian didapatkan adanya kecenderungan penurunan waktu latency pada kelompok P1, P2, P3, dan P4. Analisis Oneway ANOVA didapatkan tidak terdapat perbedaan waktu latency secara bermakna antar kelompok setiap minggunya (p=0.092 untuk MWM minggu ke-1; p=0.588 untuk MWM minggu ke-2; p=0.789 untuk MWM minggu ke-3; p=0.599 untuk MWM minggu ke-4). Tetapi pada analisis Post Hoc Test Duncan didapatkan ada perbedaan waktu latency secara bermakna antara kontrol dengan kelompok P2 pada MWM minggu ke-1. Hal ini menunjukkan dosis pada P2 (3 ml/KgBB) berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan memori tikus ( Rattus norvegicus) galur wistar lepas sapih. Kata kunci : pegagan, memori, morris water maze ABSTRACT The brain development at golden period is very influential for memory function. Therefore, it need a stimulant in order that brain can develop optimum. One of stimulant is giving an appropriate nutritions at weaning period. Centella asiatica (CeA) contain triterpenoid that have neurostimulant and neuroprotective effect in memory function improvement. This research aims to study the effect of CeA water extract to memory function of rat was evaluated by giving its water extract orally to four-weeks- old female Rattus norvegicus wistar strain. Parameter of memory function is latency (time period to reach the hidden platform), was measured using morris water maze (MWM) method. This research used true experimental in vivo design. Subject was divided randomly into 5 groups with four repetitions in each group. The groups are one control group and four treatments groups those were given CeA water extracts with 1.5 ml/KgBW, 3 ml/KgBW, 6 ml/KgBW and 12 ml/KgBW. CeA water extract were given per-oral for 4 week s and being done MWM every week . Analysis using Oneway ANOVA showed that latency of MWM decreased not significantly on the groups every weeks. (p=0.092 for the first MWM; p=0.588 for the second MWM; p=0.789 for the third MWM; p=0.599 for the forth MWM). But the result of analysis using Post Hoc Test Duncan showed that latency of MWM decreased significantly among the control group and P2 on the first MWM. It showed that the doses of P2 (3 ml/KgBW CeA water extracts) can effect significantly to improving memory function of Rattus norvegicus on the weaning period. Keywords : Centella asiatica, memory, morris water maze * Laboratorium Farmakologi FKUB ** Laboratorium Anatomi dan Histologi FKUB *** Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

description

Pegagan

Transcript of Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

Page 1: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

PENGARUH EKSTRAK AIR PEGAGAN (Centella asiatica) TERHADAP FUNGSI MEMORI TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR LEPAS SAPIH

MENGGUNAKAN METODE MORRIS WATER MAZE

Husnul Khotimah*, Djoko Santoso **, Siti Fitria N***

ABSTRAK

Perkembangan otak pada golden period sangat berpengaruh terhadap fungsi memori. Pada

masa ini neuron (sel saraf) bermultiplikasi dan membentuk sinaps yang sangat banyak. Oleh karena

itu, perlu diberikan stimulus agar otak berkembang optimum dan fungsi memori dapat berkembang dengan baik. Salah satunya dengan pemberian nutrisi yang tepat saat lepas sapih. Pegagan (Centella asiatica) mengandung triterpenoid yang mempunyai efek neuroprotektif dan neurostimulant

sehinga dapat meningkatkan fungsi memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak air pegagan terhadap fungsi memori tikus menggunakan metode morris water maze (MWM) dengan parameter waktu latency (waktu tikus sampai mencapai hidden platform). Penelitian ini

menggunakan desain true experimental in vivo. Hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus) galur wistar umur ± 4 minggu dengan sampel yang dipilih secara random dan dibagi dalam 5 kelompok dengan jumlah ulangan (n) = 4, yaitu 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok

perlakuan dengan dosis ekstrak air pegagan=1.5 ml/KgBB, 3 ml /KgBBB, 6 ml/KgBB dan 12 ml/KgBB. Pemberian dilakukan selama 1 bulan dan dilakukan tes memori MWM tiap minggunya. Hasil penelitian didapatkan adanya kecenderungan penurunan waktu latency pada kelompok P1, P2, P3,

dan P4. Analisis Oneway ANOVA didapatkan tidak terdapat perbedaan waktu latency secara bermakna antar kelompok setiap minggunya (p=0.092 untuk MWM minggu ke-1; p=0.588 untuk MWM minggu ke-2; p=0.789 untuk MWM minggu ke-3; p=0.599 untuk MWM minggu ke-4). Tetapi pada

analisis Post Hoc Test Duncan didapatkan ada perbedaan waktu latency secara bermakna antara kontrol dengan kelompok P2 pada MWM minggu ke-1. Hal ini menunjukkan dosis pada P2 (3 ml/KgBB) berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan memori tikus (Rattus norvegicus)

galur wistar lepas sapih. Kata kunci : pegagan, memori, morris water maze

ABSTRACT

The brain development at golden period is very influential for memory function. Therefore, it

need a stimulant in order that brain can develop optimum. One of stimulant is giving an appropriate

nutritions at weaning period. Centella asiatica (CeA) contain triterpenoid that have neurostimulant and neuroprotective effect in memory function improvement. This research aims to study the effect of CeA water extract to memory function of rat was evaluated by giving its water extract orally to four-weeks-

old female Rattus norvegicus wistar strain. Parameter of memory function is latency (time period to reach the hidden platform), was measured using morris water maze (MWM) method. This research used true experimental in vivo design. Subject was divided randomly into 5 groups with four

repetitions in each group. The groups are one control group and four treatments groups those were given CeA water extracts with 1.5 ml/KgBW, 3 ml/KgBW, 6 ml/KgBW and 12 ml/KgBW. CeA water extract were given per-oral for 4 weeks and being done MWM every week. Analysis using Oneway

ANOVA showed that latency of MWM decreased not significantly on the groups every weeks. (p=0.092 for the first MWM; p=0.588 for the second MWM; p=0.789 for the third MWM; p=0.599 for the forth MWM). But the result of analysis using Post Hoc Test Duncan showed that latency of MWM

decreased significantly among the control group and P2 on the first MWM. It showed that the doses of P2 (3 ml/KgBW CeA water extracts) can effect significantly to improving memory function of Rattus norvegicus on the weaning period.

Keywords : Centella asiatica, memory, morris water maze

* Laboratorium Farmakologi FKUB ** Laboratorium Anatomi dan Histologi FKUB

*** Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Page 2: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

PENDAHULUAN

Memori atau daya ingat adalah kemampuan individu untuk menyimpan sensory stimulus, peristiwa, informasi, dan lain-lain

(Ramasamy, 2008). Memori sebenarnya merupakan hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari suatu neuron ke neuron

berikutnya. Perubahan tersebut kemudian menghasilkan berkas-berkas baru terfasilitasi yang disebut memory trace atau jejak ingatan.

Berkas tersebut akan diaktifkan untuk menimbulkan memori yang sebelumnya telah ada (Guyton and Hall, 1996). Fungsi memori

sangat penting karena menentukan intelegensi seseorang. Dalam penyimpanan dan pengaturan memori ini, struktur otak pada manusia yang

berperan penting adalah hipokampus (Yeshenko, 2006).

Kemampuan fungsi memori pada

manusia ditentukan oleh dua masa penting yaitu masa kehamilan ketika proses neurogenesis serta pada masa anak usia 0-2 tahun. Sejak lahir

hingga usia dua tahun adalah saatnya neuron (sel saraf) di korteks otak bermultiplikasi dan membentuk sinaps (hubungan antara sel saraf)

yang sangat banyak sehingga pada masa ini sel-sel otak akan mencapai perkembangan maksimum yaitu sekitar 80%. Sedangkan pada

usia 3-5 tahun perkembangannya hanya sekitar 20% (Nadhiroh, 2008).

Banyak hal yang berpengaruh terhadap

fungsi memori, salah satunya adalah nutrisi. Nutrisi merupakan determinan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak

sejak dalam kandungan sampai masa tumbuh-kembang anak (Herawati, 2000). Prof. Dr. Darwin Karyadi, Guru besar Ilmu Gizi IPB,

menyatakan bahwa asupan nutrisi yang kurang pada masa balita akan mengakibatkan turunnya tingkat intelektual antara 10-15 poin. Hal ini

mengakibatkan balita akan mengalami ketidakmampuan dalam mengadopsi ilmu pengetahuan (Anonymous, 2009). Bahkan

kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali (Nency, 2009). Jadi, asupan nutrisi yang mempengaruhi otak untuk berkembang optimum

sangat penting pada masa balita. Saat ini nutrisi yang cukup dikenal

berpengaruh terhadap perkembangan otak balita

dalam meningkatkan kecerdasan dan fungsi memori adalah omega 3 dan omega 6, biasanya terdapat dalam susu formula. Namun, susu

formula masih tergolong mahal bagi sebagian masyarakat Indonesia, sehingga daya beli masyarakat masih rendah (Lita, 2007). Selain

kedua bahan tersebut, ada bahan dari alam yang diyakini bisa mempengaruhi kerja otak yaitu

tanaman pegagan (Centella asiatica) (Januwati, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Rao (2005), pegagan dapat mempengaruhi kerja otak karena kandungan asiatic acid dan asiaticoside yang mempunyai efek

neuroprotektif. Selain itu, selama ini sudah banyak penelitian tentang pegagan difokuskan pada efek neuroprotektifnya terhadap sel otak

yang mengalami kerusakan atau mengalami proses degeneratif (kondisi patologis) (Kumar, 2009). Penelitian lain menunjukkan bahwa

pegagan juga berpengaruh pada kondisi fisiologis yaitu dapat meningkatkan kemampuan belajar dan menyimpan memori pada tikus

dewasa dan neonatal (Madhyasta, 2007). Namun, sampai saat ini belum diketahui lebih lanjut pengaruh pemberian pegagan terhadap

fungsi memori pada tikus lepas sapih. Pegagan adalah tanaman liar yang

banyak hidup di daerah tropik termasuk

Indonesia, hidup sepanjang masa dan tumbuh di banyak tempat (Januwati, 2005). Harganya murah dan mudah didapatkan, sehingga

pegagan layak dijadikan sebagai tanaman pemberi nutrisi otak.

Penilaian terhadap fungsi memori pada

tikus lepas sapih ini menggunakan metode morris water maze, karena metode ini sudah digunakan secara luas oleh ahli fisiologi dan

farmakologi untuk menilai dan membandingkan kemampuan learning dan memori tikus (Panlab, 2008). Prinsip kerjanya berdasarkan pada

pemikiran bahwa tikus memiliki kemampuan menyusun strategi untuk mengeksplorasi lingkungannya dan keluar dari air dengan upaya

yang minimal. Dalam hal ini berenang dalam jarak sependek mungkin (Wenk, 2001). Parameter yang digunakan adalah waktu yang

diperlukan tikus sampai mencapai hidden platform untuk menyelamatkan dirinya dari air (waktu latency) (The Jackson laboratory, 2009).

Parameter tersebut cukup memberikan gambaran tentang fungsi memori tikus.

Berdasarkan uraian di atas, maka

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak air pegagan terhadap fungsi memori tikus menggunakan morris water maze.

Mengingat periode emas perkembangan otak manusia adalah masa balita, maka penelitian ini dilakukan pada tikus (Rattus norvegicus) galur

wistar lepas sapih.

Page 3: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain true

experimental in vivo untuk mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak air pegagan terhadap fungsi memori pada tikus (Rattus norvegicus) galur wistar lepas sapih menggunakan metode morris

water maze. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus galur wistar betina lepas sapih yang dibagi dalam lima kelompok eksperimental, kelompok

kontrol, dan kelompok perlakuan P1, P2, P3, dan P4 dengan dosis ekstrak air pegagan masing-masing 1.5 ml/KgBB, 3 ml/KgBB, 6 ml/KgBB dan

12 ml/KgBB Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah tikus galur wistar lepas sapih yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang. Sampel penelitian adalah tikus galur wistar lepas sapih dengan jenis kelamin betina,

umur ± 1 bulan, berat badan 300 – 500 gram, dan dalam kondisi sehat yang ditandai dengan matanya yang jernih, serta pergerakannya aktif

dan gesit.

Cara Kerja dan Pengumpulan Data

1. Pembuatan Ekstrak Air Pegagan Daun pegagan diambil pagi hari, dipilih daun pegagan yang lebar dan segar. Setelah itu

daun pegagan dicuci, dikeringkan kemudian ditumbuk dengan mortar dan pestle sampai halus dan mengeluarkan ekstrak air. Setelah itu

pegagan yang ditumbuk diperas menggunakan kain kasa bersih untuk diambil sarinya. Bahan aktif terlarut dalam sari tersebut.

2. Pemberian Ekstrak Air Pegagan pada Tikus

Berdasarkan penelitian Rao (2006) dosis ekstrak air pegagan yang diberikan pada hewan cobanya adalah 2, 4, dan 6 ml/KgBB. Pada

penelitian ini dosis ekstrak air pegagan yang diberikan adalah 1,5 ml/kgBB (P1), 3 ml/KgBB (P2), 6 ml/KgBB (P3) dan 12 ml/KgBB (P4). Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dosis yang lebih tinggi dan lebih terendah dari penelitian Rao tersebut. Ekstrak air pegagan

diberikan setiap hari pada kelompok P1, P2, P3 dan P4 sesuai dengan dosis masing-masing secara per oral dengan menggunakan spuit yang

ujungnya dipasang sonde sehingga dapat masuk ke mulut tikus hingga ke lambung. Pemberian ekstrak air pegagan ini dilakukan selama 1

bulan. 3. Tes Memori Morris Water Maze Tes memori morris water maze dilakukan

sekali tiap minggu selama pemberian ekstrak air pegagan. Pertama, tikus dimasukkan ke dalam kolam, ekor dahulu mencapai permukaan air

sehingga posisi kepala di atas. Jika dalam 2 menit tikus belum menemukan hidden platform maka tkus diarahkan menuju platform tersebut.

Tikus dibiarkan berada di atas hidden platform selama ± 15 detik untuk orientasi terhadap sekelilingnya. Kemudian tikus diangkat dan

dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah hipotermia. Tikus dapat dilatih sebanyak 4 kali sehari dengan 4 starting point (kuadran) yang

berbeda, tetapi apabila dikhawatirkan tikus mengalami kelelahan, cukup 2 atau 3 kali latihan per hari. Zhang (2009) melakukan tes morris

water maze pada hewan cobanya sebanyak 3 latihan per hari. Semakin banyak tikus dilatih bisa langsung menuju platform (Mayo Clinic,

1998). Parameter yang diukur adalah waktu latency, yaitu waktu yang diperlukan tikus untuk mencapai hidden platform (Anderson, 1998).

HASIL PENELITIAN

1. Tes Memori Morris Water Maze (MWM) Minggu Ke-1

Grafik 1 Rerata Waktu Latency MWM Minggu Ke-1

Pada uji morris water maze minggu ke-1 terdapat perbedaan waktu latency antar kelompok perlakuan. Kelompok kontrol memiliki

nilai waktu latency paling besar (66.12 detik) dibandingkan kelompok P1, P2, P3 maupun P4. Kelompok P1 dan P3 memiliki waktu latency

yang hampir sama. Sedangkan kelompok P2 memiliki waktu latency yang paling rendah (34.16 detik) daripada kelompok lainnya. Ini

menunjukkan adanya proses pembelajaran yang baik pada kelompok yang diberi ekstrak air pegagan selama 1 minggu karena memiliki

waktu latency lebih rendah dibandingkan kontrol. 2. Tes Memori Morris Water Maze (MWM)

Minggu Ke-2

Page 4: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

Grafik 2 Rerata Waktu Latency MWM Minggu Ke-2

Pada uji morris water maze minggu ke-2 pada perbedaan waktu latency antar kelompok

kontrol, P1, P2, P3 dan P4. Waktu latency terendah dicapai oleh kelompok P4 yaitu sebesar 28.90 detik, sedangkan waktu latency terbesar

dicapai oleh kelompok P1 yaitu sebesar 47.71 detik. Kelompok yang memiliki waktu latency lebih besar daripada kontrol adalah kelompok

P1, P2 dan P3. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengalami pembelajaran terbaik adalah P4 karena memiliki waktu latency paling

rendah dibandingkan kelompok lainnya 3. Tes Memori Morris Water Maze (MWM)

Minggu Ke-3 Grafik 3 Rerata Waktu Latency MWM

Minggu Ke-3

Pada minggu ke-3, kelompok kontrol memiliki waktu latency paling besar (18.44 detik) dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi proses pembelajaran yang baik pada kelompok P1, P2, P3 dan P4 karena memiliki waktu latency lebih rendah

daripada kontrol. Proses pembelajaran yang paling baik terjadi pada kelompok P4 karena memiliki waktu latency terendah daripada

kelompok lainnya. 4. Tes Memori Morris Water Maze (MWM)

Minggu Ke-4 Pada minggu ke 4 terdapat perbedaan waktu latency antar kelompok kontrol, P1, P2, P3 dan

P4. Kelompok kontrol memiliki waktu latency paling besar dibandingkan kelompok lainnya yaitu sebesar 38.83 detik. Hal ini sama dengan

hasil uji morris water maze pada minggu ke 3

yaitu didapatkan waktu latency paling besar pada kelompok kontrol. Kelompok P2 memiliki waktu

latency paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Tetapi secara keseluruhan kelompok P1, P2, P3 maupun P4 memiliki waktu latency lebih

rendah dibandingkan kelompok kontrol

Grafik 4 Rerata Waktu Latency MWM

Minggu Ke-4

5. Perbandingan Rerata Waktu Latency

Keseluruhan Antar Kelompok Grafik 5 Rerata Rerata Waktu Latency

Keseluruhan Antar Kelompok

Pada tabel 5 dan grafik di atas menunjukkan pola pembelajaran masing-masing

kelompok hampir sama. Pada tes memori morris water maze mulai dari minggu ke 1 sampai minggu ke 3, rata-rata pada tiap kelompok terjadi

penurunan waktu latency baik kelompok kontrol, P1, P2, P3, maupun P4. Hal ini terlihat dari gambaran kurva yang menurun sampai pada

minggu ke 3. Dari minggu ke 3 sampai minggu ke 4, pada setiap kelompok juga mempunyai gambaran yang sama yaitu terjadi peningkatan

waktu latency. Dari hasil tersebut, pola pembelajaran

yang baik digambarkan oleh semua kelompok,

baik kelompok kontrol, P1, P2, P3, dan P4, yaitu dengan gambaran kurva yang menurun sampai pada minggu ke 3. Hal ini menjelaskan bahwa

ada perbaikan catatan waktu yang diperoleh setiap minggunya selama 3 minggu, dalam arti ada pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk

mengingat dari minggu ke 1 sampai dengan minggu ke 3 dimana lokasi hidden platform.

Page 5: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

ANALISIS DATA

1. Analisis Data MWM Minggu Ke-1 Pada uji Oneway ANOVA diperoleh nilai

p = 0.092, ini berarti pada uji morris water maze

minggu ke-1 perbedaan waktu latency terjadi secara tidak bermakna (p>0.05). Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki

perbedaan waktu latency secara bermakna dilakukan uji Post Hoc Test Duncan. Hasil yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :

Terdapat perbedaan waktu latency secara bermakna (p < 0,05) antara kelompok:

1. (Kontrol) dan (P2)

2. (Kontrol) dengan (P1), (P2), (P3), dan (P4)

3. (P2) dengan (Kontrol), (P1), (P3), dan

(P4) Tidak terdapat perbedaan waktu latency secara bermakna (p > 0,05) antara kelompok :

1. (P1), (P2), (P3) dan (P4) 2. (Kontrol), (P1), (P3) dan (P4).

2. Analisis Data MWM Minggu Ke-2 Uji Oneway ANOVA pada uji morris

water maze minggu ke-2 didapatkan p=0.588

(p>0.05), berarti perbedaan waktu latency terjadi secara tidak berbeda bermakna. Analisis lebih jauh menggunakan uji Post Hoc Test Duncan

didapatkan tidak ada perbedaan waktu latency secara bermakna antar kelompok kontrol, P1, P2, P3 dan P4.

3. Analisis Data MWM Minggu Ke-3

Hasil uji Oneway ANOVA pada uji morris

water maze minggu ke-3 didapatkan p=0.789 (p>0.05), berarti perbedaan waktu latency terjadi secara tidak bermakna. Analisis lebih jauh

menggunakan uji Post Hoc Test Duncan didapatkan tidak ada perbedaan waktu latency secara bermakna antar kelompok kontrol, P1,

P2, P3 dan P4.

4. Analisis Data MWM Minggu Ke-4

Uji Oneway ANOVA didapatkan p=0.599 (p>0.05) berarti terjadi perbedaan waktu latency secara tidak bermakna pada uji morris water

maze minggu ke-4. Analisis lebih jauh

menggunakan uji Post Hoc Test Duncan didapatkan tidak ada perbedaan waktu latency secara bermakna antar kelompok kontrol, P1,

P2, P3 dan P4.

5. Analisis Data Rerata Waktu Latency

Keseluruhan Uji Oneway ANOVA didapatkan p=0.042

(p<0.05), hal ini berarti terjadi perbedaan secara

bermakna pada rerata waktu latency keseluruhan uji morris water maze pada semua kelompok. Analisis lebih jauh menggunakan uji

Post Hoc Test Duncan didapatkan hasil sebagai berikut : Terdapat perbedaan waktu latency secara

bermakna (p < 0,05) antara kelompok: 1. (Kontrol), (P2), (P4) 2. (Kontrol) dan (P1) dengan (P2), (P3),

dan (P4) 3. (P2) dan (P4) dengan (Kontrol), (P1),

dan (P3)

Tidak terdapat perbedaan waktu latency secara bermakna (p > 0,05) antara kelompok :

1. (P2), (P3), dan (P4)

2. (Kontrol), (P1), dan (P3)

Untuk mengetahui besarnya hubungan

dan pengaruh dari pemberian ekstrak air pegagan terhadap penurunan waktu latency, maka digunakan uji korelasi. Hasil pegujian bisa

dilihat pada tabel 5.11 di bawah ini : Tabel 5.11 Uji Korelasi

Keterangan R p

Pemberian ekstrak air pegagan

-0.443 0.051

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa pada analisis korelasi diperoleh angka signifikansi 0.051

(p<0,05) yang berarti terdapat hubungan (korelasi) yang tidak bermakna antara pemberian ekstrak air pegagan terhadap waktu latency.

Besar korelasi R = -0.443 menunjukkan bahwa semakin besar pemberian ekstrak air pegagan maka waktu latency cenderung turun (tanda

negatif menunjukkan hubungan yang terbalik

PEMBAHASAN Telah dilakukan serangkaian percobaan

untuk meneliti pengaruh pemberian ekstrak air pegagan terhadap fungsi memori tikus yang diukur dengan tes fungsi memori morris water

maze, yaitu tes untuk meneliti aspek tertentu dari spesimen atau memori berdasar pengenalan ruang, biasanya menggunakan tikus atau mencit

sebagai hewan cobanya. Tes ini berdasar pada

pemikiran bahwa tikus memiliki kemampuan

menyusun strategi untuk mengeksplorasi lingkungannya (Wenk, 2001). Metode ini sudah digunakan secara luas oleh ahli fisiologi dan

farmakologi untuk menilai dan membandingkan kemampuan learning dan memori tikus (Panlab, 2008). Keuntungan morris water maze adalah

tikus selalu ingin segera keluar, sehingga dia

Page 6: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

segera mencari jalan keluar dan tidak pernah menunggu. Yang kedua adalah di dalam air tidak

ada petunjuk yang tertinggal (Anderson, 1998). Hasil penelitian yang didapat dari tes

morris water maze adalah berupa data kualitatif

dan kuantitatif. Hasil kualitatif berupa pengamatan perilaku hewan coba selama dilakukan tes memori morris water maze.

Pengamatan ini diperlukan untuk membantu penjelasan hasil secara kuantitatif. Hasil kuantitatif diperoleh dengan cara melakukan

pengukuran waktu latency sebagai parameter fungsi memori pada morris water maze. Waktu latency adalah waktu yang diperlukan tikus

sampai menemukan hidden platform. Parameter lain seperti swim distance (jarak renang), rata-rata kecepatan berenang dan pola eksplorasi

(menjelajahi morris water maze) (The Jackson Laboratory, 2009), tidak dilakukan pengukuran karena keterbatasan sarana dan prasarana.

Pada percobaan ini, pertama kali tikus dimasukkan ke dalam kolam. Awalnya tikus akan berenang menyusuri pinggiran kolam untuk

menyelamatkan diri. Karena tidak ada jalan keluar akhirnya tikus ke tengah dan mencapai hidden platform. Semakin banyak tikus dilatih

akan semakin cepat mencapai platform, yang berarti tikus tersebut mempunyai fungsi memori yang baik (Mayo Clinic, 1998). Hal ini terjadi

karena tikus tersebut sudah mengenali lingkungan sekitarnya dan tahu dimana lokasi hidden platform (Redish dan Touretzky, 1998).

Pada tes memori morris water maze minggu pertama diperoleh perbedaan waktu latency secara tidak bermakna (p=0.092).

Demikian pula pada tes morris water maze pada minggu ke-2, ke-3 maupun ke-4 didapatkan perbedaan waktu latency secara tidak bermakna

(p>0.05). Hal ini kemungkinan terjadi karena proses pembentukan memori sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari

kondisi tikus maupun faktor yang berasal dari pelaksanaan tes memori morris water maze (lingkungan dan perlakuan).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan memori yang berasal dari kondisi tikus diantaranya adalah behavior tikus, fungsi

sensoris dan motoris (Tilson, 1980). Sebenarnya tikus adalah binatang yang pintar. Tikus termasuk binatang nokturnal yaitu beraktivitas di

malam hari, keluar sarangnya dan aktif pada malam hari untuk mencari makan (Depkes, 2002). Pada penelitian ini uji morris water maze

dilakukan pada pagi hari. Hal ini mengganggu aktivitas tidur tikus dan menambah takanan (stres). Kondisi stres berpengaruh terhadap

perkembangan memori tikus (Wenk, 2004). Disebutkan oleh Pawlak (2005) bahwa stres yang kronik dapat mengubah neuron di

hipokampus yaitu menurunkan dendrite spines

dan respetor N-methyl D-Aspartate (NMDA) dimana dua komponen ini merupakan struktur

yang penting untuk memori. Tetapi proses tersebut tidak berpengaruh pada short-term memory. Selain itu, pada kondisi stres terjadi

peningkatan hormon kortisol. Kortisol mampu mempengaruhi fungsi neurotransmitter memori (The Franklin Insutitute, 2004).

Proses pembentukan memori meliputi 3 hal yaitu menerima informasi (encoding), menyimpan (storage) dan menimbulkan kembali

apa yang dialami atau diterima (retrieval atau recall) (Walgito, 1997). Proses yang paling menentukan adalah proses pertama yaitu

menerima informasi. Proses menerima informasi sangat berkaitan dengan fungsi sensoris individu misalnya visual, audio dan kinestetik. Pada

penelitian ini, tikus menggunakan fungsi visualnya untuk menerima (memasukkan informasi) pada tes memori morris water maze

(Noldus Informational Technology, 2005). Tikus akan memandang seluruh kolam dan menjadikan sebuah benda sebagai penanda (cues)

(Anderson, 1998). Sedangkan fungsi visual yang dimiliki tikus bisa saja berbeda sehingga informasi yang dimasukkan akan berbeda pula.

Selain itu, kondisi pencahayaan yang berbeda dapat mempengaruhi memori visual tikus. Akibatnya tikus akan me-recall informasi yang

berbeda pula. Jadi, kekuatan dan kebenaran memori juga ditentukan oleh kekuatan sensorik individu dalam menangkap atau menerima

informasi dari luar (Yeli, 2009). Hal ini kemungkinan juga menjadi penyebab penurunan waktu latency pada tes memori morris water

maze terjadi secara tidak bermakna. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil

dari tes memori morris water maze diantaranya

adalah diameter kolam, suhu air, jenis kelamin tikus, perbedaan jadwal uji morris water maze, parameter yang diukur, stres ketika prenatal,

nutrisi ketika pre-natal dan post-natal, status hormonal, dan suhu tubuh Sharma (2009). Pengaruh tersebut bisa diminimalkan dengan

menyamakan subjek penelitian (hewan coba) seperti umur dan jenis kelamin, serta menyamakan waktu (jadwal) dalam melakukan

uji morris water maze. Pada penelitian ini kondisi tikus relatif sama yaitu menggunakan tikus Rattus norvegicus umur ± 4 minggu. Tetapi ada

perbedaan pada kondisi lingkungan sekitar tempat uji morris water maze. Hal ini disebabkan karena jam pengujian tidak tepat sama tiap

minggunya (antara jam 8-11 siang), jadi kemungkinan pencahayaan yang diterima sedikit berbeda. Selain itu, ada perbedaan benda-benda

yang dijadikan clue (petunjuk) di sekitar kolam, hal ini akan mempengaruhi memori visual tikus. Kemungkinan faktor inilah yang menyebabkan

Page 7: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

penurunan waktu latency pada tiap minggunya tidak berbeda secara bermakna.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor pengulangan tes memori morris water maze juga sangat

mempengaruhi perkembangan fungsi memori (Briones, 2005). Latihan morris water maze yang diulang ini akan direkam oleh otak tikus dan

disimpannya sebagai memori. Semakin sering tes memori yang dilakukan, tikus akan bisa mengingat lokasi hidden platform, ia tidak perlu

mencari hidden platform melainkan langsung menuju lokasinya (di tengah kolam), sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai hidden

platform semakin singkat (Mayo Clinic, 1998). Hal ini kemungkinan menyebabkan hasil pengukuran waktu latency pada semua

kelompok tidak berbeda secara bermakna karena mendapatkan pengulangan morris water maze yang sama tiap minggunya.

Telah disebutkan di atas bahwa hasil analisis Oneway ANOVA pada setiap minggunya didapatkan perbedaan waktu latency secara

tidak bermakna. Tetapi analisis lebih jauh menggunakan Post Hoc Test Duncan didapatkan perbedaan waktu latency secara bermakna antar

kelompok kontrol dengan kelompok P2 (dosis = 3 ml/KgBB) khusunya pada minggu pertama tes memori morris water maze. Analisis Post Hoc

Duncan pada minggu ke-2, ke-3 dan ke-4 tidak didapatkan perbedaan waktu latency secara bermakna antar kelompok, tetapi terdapat

kecenderungan penurunan waktu latency pada kelompok P1 (dosis = 1.5 ml/KgBB), P3 (dosis = 6 ml/KgBB) dan P4 (dosis = 12 ml/KgBB). Hal ini

menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh peningkatan fungsi memori pada kelompok yang diberi ekstrak air pegagan. Tetapi karena banyak

faktor yang mempengaruhi perkembangan memori seperti disebutkan di atas maka peningkatan memori secara bermakna tidak

terjadi pada semua kelompok yang diberi ekstrak air pegagan.

Perbedaan waktu latency pada berbagai

kelompok sangat berhubungan dengan dosis ekstrak air pegagan. Seperti pada penelitian Rao (2005), dosis 2 ml ekstrak air pegagan tidak

berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan learning behavior tikus, tetapi dengan dosis 4 ml dan 6 ml mampu

meningkatkan learning behavior tikus secara bermakna. Pada penelitian ini diperoleh P2 dengan dosis 3 ml/KgBB memberikan pengaruh

bermakna terhadap penuurnan waktu latency. Hal ini menunjukkan kemungkinan dosis ekstrak air pegagan pada P1 yaitu 1.5 ml/KgBB kurang

optimum sehingga pengaruh yang diberikan tidak bermakna. Sedangkan dosis pada P3 (6 ml/KgBB) maupun P4 (12 ml/KgBB)

kemungkinan sudah melebihi dosis optimum.

Pada penelitian ini, dosis ekstrak air pegagan berhubungan dengan berat badan

tikus. Semakin meningkat berat badan tikus maka dosis yang dibutuhkan semakin bertambah. Dari data penimbangan tikus

didapatkan berat badan tikus yang homogen dengan standar deviasi <5%. Jadi dosis yang dibutuhkan setiap tikus juga homogen sesuai

dosis kelompok perlakuan. Pada rerata waktu latency keseluruhan

baik kelompok kontrol, P1, P2, P3 maupun P4

secara umum mempunyai pola grafik yang hampir sama yaitu tiap kelompok mengalami penurunan waktu latency antara minggu ke-1

sampai minggu ke-3 dan mengalami peningkatan waktu latency pada minggu ke-4. Peningkatan waktu latency pada minggu ke 4 kemungkinan

karena pengaruh ekstrak air pegagan yang kurang efektif setelah pemberian selama 4 minggu. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

Rao (2005) yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air pegagan selama 4 minggu dan 6 minggu memberikan pengaruh yang

bermakna terhadap peningkatan fungsi memori tikus. Pada kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak air pegagan juga mengalami peningkatan

waktu latency pada minggu ke-4. Jadi kemungkinan penyebab peningkatan tersebut karena adanya faktor-faktor lain seperti yang

telah disebutkan sebelumnya yang berakibat tidak adanya penurunan waktu latency secara bermakna pada tes memori morris water maze

minggu berikutnya. Peningkatan waktu latency pada minggu

ke-4 kemungkinan juga disebabkan karena

terjadi proses habituasi. Habituasi adalah tipe ingatan negatif yang mengakibatkan lingkaran neuronal kehilangan responnya terhadap

peristiwa berulang yang tak berarti. Hal ini bisa terjadi karena rangsangan hanya terjadi pada terminal sensorik dan tidak ada rangsangan

pada terminal fasilitator. Jadi, pengulangan terhadap suatu informasi tidak selamanya bersifat positif (menambah retensi memori),

tetapi bisa juga bersifat negatif (mengurangi retensi memori) apabila informasi itu tidak dianggap penting (Guyton, 2006). Pada

penelitian ini pengulangan morris water maze dalam hal ini proses berenang tikus dalam mencari hidden platform untuk menyelamatkan

diri, kemungkinan terjadi habituasi karena hal tersebut sudah dianggap biasa oleh tikus dan tidak memberikan suatu akibat yang lain. Apabila

dalam pengulangan morris water maze selanjutnya diberi tambahan reward ataupun punishment lain kemungkinan tikus akan

meresponnya menjadi sebuah ingatan positif (terjadi sensitisasi ingatan). Regio limbik basal otak mampu menentukan apakah suatu

informasi bersifat penting atau tidak penting, dan

Page 8: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

membuat keputusan secara tidak sadar apakah informasi ini akan disimpan sebagai jejak ingatan

yang kuat atau justru ditekannya. Hasil analisis oneway ANOVA terhadap

rerata waktu latency semua kelompok

didapatkan p=0.042 (p<0.05) artinya terdapat perbedaan waktu latency secara bermakna antar semua kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak air pegagan mampu meningkatkan fungsi memori tikus dalam hal ini dilihat dari adanya penurunan waktu latency

secara bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rao (2005), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air

pegagan (Centella asiatica) meningkatkan learning dan memori tikus. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dash (1996) menunjukkan bahwa

ekstrak air pegagan mampu meningkatkan kemampuan mental dan pola perilaku pada anak yang mengalami retardasi mental. Pengaruh

lainnya disampaikan oleh Shobi (2001) bahwa ekstrak air pegagan mencegah radiasi yang menginduksi perubahan perilaku selama proses

radioterapi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lee (2000) membuktikan bahwa ekstrak air pegagan efektif dalam melindungi neuron dari

kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh paparan glutamat. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa pegagan (Centella asiatica)

memiliki efek neuroprotektif sehingga bisa menjaga dan meningkatkan fungsi memori.

Pengaruh ekstrak air pegagan tidak

hanya sebagai neuroprotektif, tetapi juga sebagai neurostimulant yaitu dengan mempengaruhi sistem neurotransmitter dan struktur saraf.

Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air pegagan meningkatkan level neurotransmitter GABA yaitu

suatu hormon yang bekerja di hipokampus (Ji, 1995). Pengaruh pada sistem neurotransmitter juga disampaikan oleh (Farr, 2000; Hatfield,

1999; Ji, 1995) bahwa ekstrak air pegagan juga berpengaruh terhadap biosintesis asetilkolin, neoradrenalin, 5HT dan dopamine yang

merupakan neurotransmitter learning dan memori. Sedangkan pengaruh pada struktur saraf, ekstrak air pegagan mampu meningkatkan

panjang (intersection) dan jumlah cabang dendrit (arborisation) pada hipokampus tikus (Rao, 2006). Pengaruh neurostimulant ini berperan

dalam peningkatan fungsi memori lepas sapih. Pada penelitian lain yang satu tim

dengan peneliti didapatkan bahwa ekstrak air

pegagan memberikan peningkatan secara bermakna terhadap panjang dendrit (Mafrukha, 2010) dan jumlah cabang dendrit (Najihah,

2010). Semakin panjang dendrit dan semakin banyak cabang dendrti maka daerah reseptif neuron juga semakin luas, sehingga daya

tampung untuk menyimpan sinap-sinap menjadi

lebih lama. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan panjang dan jumlah cabang dendrit

mengindikasikan adanya peningkatan penyimpanan memori (proses storage) (Mafrukha, 2010).

Selain mempengaruhi struktur saraf dan neurotransmitter di otak, ekstrak air pegagan juga mempengaruhi faktor neurotropik otak

seperti Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Pada kelompok penelitian ini, dibuktikan adanya tren yang meningkat pada kadar BDNF

setelah diberi ekstrak pegagan. Peningkatan kadar BDNF ini menunjukkan adanya fungsi memori yang baik pada tikus (Munawaroh,

2010). Kandungan pegagan (Centella asiatica)

yang berpengaruh terhadap fungsi memori

adalah triterpenoid. Tritepenoid pegagan dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak menjadi lancar,

memberikan efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental menjadi yang lebih baik (Steven, 2008). Selain itu triterpenoid dapat

meningkatkan fungsi HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal) axis dan meningkatkan neurotransmitter monoamin yang berpengaruh

terhadap memori (Anonymous, 2009). Contoh triterpenoid yang terkandung

dalam pegagan adalah asiaticoside, asiatic acid,

dan bacoside-B. Menurut Barbosa (2008), asiaticoside memiliki potensial farmakologi di neuron sentral, seperti mempengaruhi enzim-

enzim dan neurotransmitter di otak. Perlindungan sel-sel otak dari kerusakan akibat radikal bebas diperankan antioksidan lain yang terdapat dalam

pegagan. Sedangakan asiatic acid, menurut penelitian yang dilakukan oleh Lee (2000) dapat digunakan sebagai terapi untuk dementia dan

untuk meningkatkan fungsi kognitif (Lee, 2000). Bacoside-B adalah suatu protein yang menutrisi otak dapat meningkatkan mental clarity, rasa

percaya diri, intelegensi dan memory recall (101Herbs, 2004). Pada masa lepas sapih yang merupakan periode emas perkembangan otak,

pemberian ekstrak air pegagan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak. Sel-sel saraf di otak akan berkembang secara

optimum karena tercukupinya nutrisi oleh pegagan (Nadhiroh, 2008) sehingga dapat meningkatkan fungsi memori.

Analisis pada data rerata waktu latency semua kelompok menggunakan uji Post Hoc Test Duncan didapatkan ada perbedaan secara

bermakna antar kelompok kontrol dan P1 dengan kelompok P2, P3 dan P4. Hal ini menunjukkan peningkatan dosis ekstrak air

pegagan memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan fungsi memori (menurunkan waktu latency). Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji

korelasi didapatkan besar korelasi R = -0.443

Page 9: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

menunjukkan bahwa semakin besar dosis pemberian ekstrak air pegagan maka waktu

latency cenderung turun (tanda negatif menunjukkan hubungan yang terbalik).

Dari uraian di atas didapatkan bahwa

kelompok P2 dengan dosis ekstrak air pegagan 3 ml/KgBB berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan fungsi memori tikus galur

wistar lepas sapih. Sedangkan pada kelompok P1 (dosis = 1.5 ml/KgBB), P3 (dosis = 6

ml/KgBB) dan P4 (dosis = 12 ml/KgBB) memiliki kecenderungan dapat menurutkan waktu latency dengan kata lain dapat meningkatkan fungsi

memori tikus galur wistar lepas sapih.

KESIMPULAN

.Kesimpulan 1. Pemberian ekstrak air pegagan (Centella

aisatica) dapat meningkatkan fungsi memori tikus (Rattus norvegicus) galur wistar lepas sapih melalui penurunan waktu latency pada

tes memori morris water maze. 2. Dosis optimum ekstrak air pegagan (Centella

aisatica) dalam meningkatkan fungsi memori

tikus (Rattus norvegicus) galur wistar lepas sapih adalah 3 ml/KgBB.

Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh ekstrak air pegagan terhadap perubahan neurofisiologi dan neurokimia pada tubuh, serta uji toksisitas

untuk mengetahui apakah mempunyai efek samping yang merugikan terhadap tubuh.

2. Perlu dilakukan budidaya tanaman pegagan

karena manfaat pegagan yang sangat baik untuk fungsi memori serta pembuatan suplemen pegagan sebagai penambah daya

ingat.

DAFTAR PUSTAKA

101Herbs. 2004. Centella asiatica. (Online)

http://centella-asiatica.101herbs. com/.

Diakses pada tanggal 19 September 2009

Anderson, R. 1998. Morris Water Maze. (Online)

http:// www.watermaze.org. Diakses pada tanggal 19 September 2009

Annisa. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air

Daun Pegagan (Centella asiatica) terhadap Kemampuan Kognitif dan Kadar Monoamin pada Hipokampus

Tikus (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar Jantan Dewasa. (Online).http://digilib.sith.itb.ac.id/go.php

?id=jbptitbbi-gdl-s1-2006-annisarf -1534. Diakses pada tanggal 3 April 2010

Anonymous. 2004. Centella asiatica (Online).

http:// www.cancercure. co.za/images/ faithexplained. pdf. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2010

Anonymous. 2007. Nutrisi untuk Otak . (Online). http://www.warmas.if.co.id/kesehatan online/mod.php? mod =publisher& op

=viewarticle & artid =67. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2009

Anonymous. 2009. Brain (Online)

http://www.find-health-articles.com/fhas earch. htm?q=centella&submit=Search. Diakses pada tanggal 23 September

2009 Anonymous. 2009. Centella asiatica Extract.

(Online). http://www. motherherbs. com/

centella-asiatica-extract.html. Diakses pada tanggal 24 September 2009

Anonymous. 2009. Centella asiatica (Pegagan). (Online). http://www. webspawner.com/ users/ pegagan/index.html. Diakses

pada tanggal 19 September 2009 Anonymous. 2009. Pengaruh Nutrisi Terhadap

Tumbuh Kembang Otak .(Online).

http://www.viladavid.co.cc/?p=95. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2009

Asiamaya. 2009. Pegagan (Centella asiatica

Urban). (Online). http://www. asiamaya.com/jamu/isi/pegagan_centellaasiatica.htm. Diakses pada tanggal 10

September 2009 Barbosa, N.R. 2008. Centella asiatica water

extract inhibits Ipla2 and Cpla2 activities

in rat cerebellum. (Online). http://www.sciencedirect. com/science?ob=ArticleURL&_udi.

Diakses pada tanggal 20 September 2009

Behrman, R.E, Kliegman, R.M, Jenson, H.B,

Editor. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics 17

th ed. USA: Saunders

Bloom F.E. 1988. Brain, Mind and Behaviour.

2nd ed. New York : W.H. Freeman,p. 240-269

Briones, T.L, Suh, H, Hattar, Wadowska. 2005.

Dentate Gyrus Neurogenesis after Cerebral Ischemia and Behavioral Training, Biological Research for

Nursing, vol. 6, no. 3, pp. 167–179

Page 10: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

Canadian Institute of Health Research (CIHR). 2009. Plasticity in Neural Networks.

(Online) http://thebrain.mcgill.c-a/flash/ a/a_07/a07cl/a07 cltra/a 07cltra.html. Diakses pada tanggal 23 September

2009 Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat

Indonesia Jilid 2. Ungaran: Trubus

Agriwidya. Dash P.K, Mistry I.U, Rao A.R, Patel K.S. 1996.

Role of Medhya Rasayana in School

Children. Ayu ; 12:15 Depkes. 2002. Pedoman Pengendalian Tikus

khusus di Rumah Sak it (Online). http://

www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2010

Dorell, A. 1998. Five Ways to Stimulate Brain Power in Your Child. (Online) http://www.kidsource.com/kidsource/cont

ent4/brain.power.html. Diakses pada tanggal23 September 2009

Elearning. 2008. Ingatan (Memori). (Online).

http://elearning.gunadarma.ac.id/doc modul/psikologi_umum_1 /Bab_6.pdf. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2010

El-Sherif, Y. 2008. The Hippocampus. (Online).

http://www.angelfire.com/yt

/yas709neuroscience/hippocampus.htm. Diakses pada tanggal 27 September 2009

Farmer. J, X. Zhao, H. Van Praag, K. Wodtke, F. H, Gage, and Christie, B.R. 2004. Effects of Voluntary Exercise on Synaptic

Plasticity and Gene Expression in The Dentate Gyrus of Adult Male Sprague-Dawley Rats in Vivo, Neuroscience, vol.

124, no.1, pp. 71–79 Farr, S.A, Banks WA, Morley J.E. 2000. Estradiol

Potentiates Acetylcholine and

Glutamate-Mediated Post-Trial Memory Processing in The Hippocampus. Brain Res ; 864: 263–269

Ganong, W.F. 2003. Review of Medical Physiology. 21

st. Ed. Carge medical

Books/Mc Grow-Hill Companies : United

States of America. Guyton A. and John E.H. 2006. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Terjemahan oleh Irawati Setiawan. 2007. Jakarta: EGC

Hargreave, E. 2007. The Hippocampus. (Online)

http://homepages.nyu.edu/~eh597/ seahorse.htm. Diakses pada tanggal 20 September 2009

Hatfield T, McGaugh J.L. 1999. Norepinephrine Infused into The Basolateral Amygdala Posttraining Enhances Retention in A

Spatial Water Maze Task. Neurobiol. Learn Mem ; 71: 232–239

Herawati, N. 2000. Peranan DHA Terhadap Tumbuh Kembang Otak . Disertasi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

Pertanian Bogor Horne, S. Perretty P. 2008. Gotu kola. J for NSP

Distb ; 24(4): 1

Ilmanda, T. 2005. Evaluasi Kualitas Air Sungai Cikapundung Respon Kemampuan Belajar dan Mengingat pada Rat (Mus

Musculus L.) Swiss Webster. (Online). http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-03021061047 33/. Diakses pada tanggal

10 September 2009 Imagelanka. 2009. Gotu Kola–Centella asiatica.

(Online). http://www.Imagelanka

.com/index.php?option=com_joomgallery&func=watermark&catid= 4&id= 544 &Itemid=2. Diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 Janus, C. 2008. Morris Water Maze. (Online).

http://webcache.googleuser

content.com/search?q=cache:5KV0e6HBr7EJ:www.watermaze.org/+morris+water+maze+chris+janus&cd=1&hl=id&ct=cl

nk&gl=id& client= firefox- a. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2010

Januwati, M. dan Yusron, M. 2005. Budidaya

Tanaman Pegagan. (Online). http://www.balittro.go.id/includes/Pegagan.pdf. Diakses pada tanggal 15

September 2009 Ji W.Q, Zhang C.C, Zhang G.H. 1995. Effect of

Somatostatin and GABA on Long Term

Potentiation in Hippocampal CA1 Area in Rats. Zhongguo Yao Li Xue Bao. 16: 380–382

Kikusui T, Mori Y. 2009. Behavioural and neurochemical consequences of early weaning in rodents. (Online).

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 19207810. Diakses pada tanggal 24 September 2010

Kodama, Y. Kikusui, T. 2008. Effects of early weaning on anxiety and prefrontal cortical and hippocampal myelination in

male and female wistar rats. (Online). http:// onlinelibrary. wiley. com/ doi/ 10.1002/ dev.20289/ abstract. Diakses

pada tanggal 23 September 2010 Kumar, A. 2009. Neuroprotective Effects of

Centella asiatica against

Intracerebroventricular Colchicine-Induced Cognitive Impairment and Oxidative Stress. (Online).

http://www.sage-hindawi.com/journals /ijad/2009/972178.html. Diakses pada tanggal 5 Januari 2010

Page 11: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

Lee, M.K and Kim S.R. 2000. Asiatic Acid Derivatives Protect Cultured Cortical

Neurons from Glutamate-Induced Excitotoxicity. Res. Commun. Mol. Pathol. Pharmacol ; 108: 75–86

Lita. 2007. Menyoal Harga dan Suplementasi AA-DHA di Susu Formula Bayi (Online) http://lita.inirumahku.com/health/lita/men

yoal-harga-dan-suplem entasi-aa-dha-di- susu-formula-bayi/). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2009

Liza. 2007. Otak Manusia, Neurotransmiter , dan Stress. (Online). http:// adiwarsito.files. wordpress. com/ 2010/ 03/ 6224830 –

otak – manusia - neurotransmiter- dan – stress –by-dr-liza-pasca-sarjana-stain-cirebon.pdf. Diakses pada tanggal 26

September 2010 Madhyasta, Somayaji S.N, Bairy K.L, Prakas.

2007. Neuroprotective Effect of Centella

asiatica Leaf Extract Treatment on Cognition and Hippocampal Morphology Against Prenatal Stress. The journal of

Physiological Sciences vol 20. No.2 Mafrukha, L. 2010. Pengaruh Ekstrak Pegagan

(Centella Asiatica) terhadap Panjang

(Intersection) Dendrit sebagai Indikator Fungsi Memori pada Hipokampus Tikus (Rattus Norvegicus Strain Wistar) Lepas

Sapih. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang

Mayo Clinic. 1998. Morris Water Maze. (Online). http://www.watermaze.org/.Diakses pada tanggal 28 Juli 2010

Munawaroh, E.F. 2010. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) terhadap Kadar BDNF (Brain Derived

Neurotrophic Factor) pada Hipokampus Tikus (Rattus norvegicus strain Wistar) Lepas Sapih. Tugas Akhir. Tidak

diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Nadhiroh. 2008. Golden Period Pertumbuhan

Anak . (Online). http:// nadhiroh. blog.unair.ac. id/2008/11/14/golden-period-pertumbuhan-anak/). Diakses

pada tanggal 1 Oktober 2009 Najihah, N.R. 2010. Pengaruh Ekstrak -Air

Pegagan (Centella asiatica) Terhadap

Jumlah Cabang Dendrit Pada Hipokampus Tikus (Rattus Norvegicus) Galur Wistar Lepas Sapih. Tugas Akhir.

Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Narenda. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan

Remaja. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonseia, Sagung Seto

Nency, Y.2009. Gizi Buruk, Ancaman Generasi

yang Hilang (Online). http://io.ppi-

jepang.org/cetak.php?id=113. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2009

NSRL.2001.Our Service.(Online). www. neurostructural.com/pdf/services.PDF. Diakses pada tanggal 29 September

2009 Noldus Informational Technology. 2005. How to

Use Ethovision with the Morris Water

Maze. (Online).http://www.noldus.com/ site/content/file s/application notes /noldus ethovision water maze. Diakses

pada tanggal 29 September 2009 Panlab. 2008. Water maze test (online).

www.panlab.com. Panlab, s.l.u. Diakses

tanggal 11 Desember 2009 Pawlak, R, Rao, B, Melchor J.P. 2005. Tissue

Plasminogen Activator and Plasminogen

Mediate Stress-Induced Decline of Neuronal and Cognitive Functions in the Mouse hippocampus. Proc National

Academy Science USA ; 102(50): 18201-6

PublicHealth. 2009. Weaning Your Breastfed

Baby. (Online).http://www. publichealthgrey bruce.on.ca/family/Breastfeeding/Weanin

g.htm. Diakses pada tanggal 24 September 2010

Ramasamy, I. 2008. What Are Good Memory

Enhancers?(Online).http://www .celastrusshop.com/?p=74. Diakses pada tanggal 25 Desember 2009

Rao M.K.G, Rao M.S, Rao G.S. 2005. Centella Asiatica (Linn) Induced Behavioural Changes During Growth Spurt in

Neonatal Rats Rao M.K.G, Rao M.S, Rao GS. 2005.

Enhacement of Amygdaloid Neuronal

Dendritic Arborization by Fresh Leaf Juice of Centella sciatica (Linn) During the Growth Spurt Period in Rats

Rao KG, Rao M.S, Rao G.S. 2006. Centella sciatica (L.) Leaf Extract Treatment During the Growth Spurt Period

Enhances Hippocampal CA3 Neuronal Dendritic Arborization in Rats.

Ratan. 1996. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak

Manusia. Jakarta: CV.Sagung Seto Redish dan Touretzky. 1998. The Role of

hippocampus in solving the morris Water

Maze. Neural computation. 10:73-111 Sentra Informasi IPTEK. 2005. Tanaman Obat

Indonesia : Pegagan. (Online).

http://iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=50. Diakses 15 September 2009

Sharma, V.K. 2009. Morris Water Maze – A Versatile Cognitive Tool. (Online). Http://Jbstonline.Com/Documents/Vol1is

Page 12: Jurnal Pegagan Daya Ingat Metode Morris

sue1/Jbst2010010103.Pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2010

Shobi V, Goel H.C. 2001. Protection Against Radiation Induced Conditioned Taste Aversion by Centella asiatica. Behav.

2001; 73: 19–23. Siswadi. 2006. Budidaya Tanaman Obat.

Yogyakarta: PT. Intan Sejati

Snell, R. 2005. Neuroanatomi Klinik 2. Terjemahan oleh Liliana Sugiharto. 2007. Jakarta: EGC

Solimun. 2001. Dik lat Metodologi Penelitian LKIP dan PKM kelompok Agrokompleks. Malang: Universitas Brawijaya

Steven, E. 2008. Gotu kola (Online). http://www.umm.edu/altmed/ articles/gotu-kola-000253.htm. Diakses

pada tanggal 7 Agustus 2010 Svantesson, Ingemar. 2004. Learning Maps and

Memory Sk ill terj. Bambang Prajoko.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 106.

The Franklin Institute. Stress on The Brain.

(Online). 2004. http://www. fi.edu/learn/brain/ stress.html. Diakses pada tanggal 24 September 2010

The Jackson laboratory. 2009. Morris Water Maze test. (Online) http:/ /jaxservices.jax.org/

phenotyping/watermaze.html. Diakses pada tanggal 27 September 2009

Tilson, H.A., Cabe, P.A., Spencer, P.S.. 1980.

Experimental and Clinical Neurotoxicity. 22,758-761

United States Departement of Agriculture

(USDA). 2009. Plants Profile for Centella asiatica (L.) Urb. Spadeleaf. (Online) http://plants. usda.gov /java/profile

?symbol=CEAS. Diakses pada tanggal 27 September 2009

University of Birmingham division of

neuroscience. Hippocampus. 2009. (Online).www.neuroscience.bham .ac.uk/ neurophysiology/ hippocampus .htm.

Diakses pada tanggal 28 September 2009

Walgito, B. 1997. Pengantar Psikologi Umum.

Yogyakarta: Andi Offset. hlm. 109-112 Wenk. 2001. Learning and Memory. Current

Protocols in Neuroscience. John Willey &

Sons, Inc Wenk. 2004. Assessment of Spatial Memory

Using the Radial Arm Maze and Morris

Water Maze. (Online). http://www.nshtvn.org/ebook/molbio/Current %20Protocols/CPNS/ns0805a.pdf.

Diakses pada tanggal 31 Agustus 2010 Wiertelak, E.P. 2004. Hippocampal structure.

(Online). www.macalester.edu/

psychology/whathap/UBNRP/ltp04/struct

ure.htm. Diakses pada tanggal 19 September 2009

Wikipedia. 2008. Gray739-emphasizing-hippocampus.png. (Online). http://en. wikipedia.org/wiki/File:Gray739-

emphasizing-hippocampus.png. Diakses pada tanggal 16 September 2009

Yeli, S. 2009. Memori dan Pembelajaran.

(Online). http://uinsuska.info/ tarbiyah/images/jurnal/2009/salma_pem.pdf. Diakses pada tanggal 11 Agustus

2010 Yeshenko, Oxana, Sheri J.Y. Mizumori. 2006.

Memory Influences on Hippocampal and

Striatal Neural Codes: Effects of a Shift Between Task Rules. (Online) http://www.pubmedcentral.nih.gov/article

render.f cgi? artid=1940837. Diakses pada tanggal 3 September 2009

Zhang, Y. 2009. Forepaw Sensorimotor

Deprivation in Early Life Leads to the Impairments on Spatial Memory andSynaptic Plasticity in Rats.

(Onoline).http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2804797/pdf/JBB2009-919276.pdf. Diakses pada tanggal 11

September 2010 Zheng C.J and Qin L.P. 2007. Chemical

Components of Centella asiatica and

Their Bioactivities. J Chin Integr Med /; 5(3): 348-351