jurnal mela.pdf

12
Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar Sebagai Biota Akuakultur di Indonesia Oleh : Dr. G. Nugroho Susanto, M. Sc. Email : [email protected] http://blog.unila.ac.id/gnugroho JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

Transcript of jurnal mela.pdf

Page 1: jurnal mela.pdf

Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar

Sebagai Biota Akuakultur di Indonesia

Oleh :

Dr. G. Nugroho Susanto, M. Sc.

Email : [email protected] http://blog.unila.ac.id/gnugroho

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

Page 2: jurnal mela.pdf

2

Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar Sebagai Biota Akuakultur di Indonesia

G. Nugroho Susanto

Email : [email protected] http://blog.unila.ac.id/gnugroho

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

ABSTRAK Lobster air tawar merupakan anggota Crustacea, seperti udang dengan bentuk badan seperti lobster laut, tetapi seluruh siklus hidupnya berada di air tawar. Biota ini mulai banyak dikembangkan sebagai komoditas ikan hias maupun ikan konsumsi. Hingga saat ini lebih dari 500 species lobster dikenal di dunia yang dikelompokkan dalam 2 super famili utama : Astacoidea (dengan 2 anggota famili Astacidae dan Cambaridae) yang terdapat di hemisfer Utara dan super famili Parastacoidea (dengan anggota famili Parastacidae) yang terdapat di hemisfer Selatan. Di Indonesia lobster air tawar endemik terdapat di wilayah Papua dari species Cherax monticola, C. communis, C. lorentzi dan C. albertisii. Beberapa jenis lobster air tawar yang telah dibudidayakan di luar habitat aslinya antara lain Cherax quadricarinatus, C. tenuimanus, C. destructor, Procambarus clarkii dan Astacopsis gouldi. Biota akuatik ini banyak dikembangkan dalam akuakultur modern karena mempunyai beberapa keunggulan diantaranya mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, bersifat politrofik, pertumbuhannya cepat, fekunditas tinggi, resisten terhadap penyakit, disamping prospeknya akan permintaan pasar dunia yang terus meningkat.

Kata kunci : lobster air tawar, Crustacea, biota, akuakultur

Pendahuluan

Crayfish/ crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar merupakan

salah satu jenis Crustacea yang memiliki ukuran dan bentuk tubuh hampir sama

dengan lobster air laut. Lobster ini memiliki keunggulan dibandingkan lobster laut,

diantaranya sudah dapat dibudidayakan dan teknik budidayanya lebih mudah

dibanding udang windu dan udang galah. Perkembangan hidupnya sederhana

tanpa melalui stadia larva yang rumit (nauplius, zoea,mysis, postlarva), seperti

pada anggota Crustacea udang (Holdich, 1993). Sudah banyak dikembangkan

dalam skala akuarium atau kolam sebagai komoditi ikan hias dan ikan konsumsi.

Lobster ini tidak mudah stres dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan

kebutuhan pakan, kualitas air dan kebutuhan oksigen terpenuhi dapat tumbuh dan

berkembang cepat, sehingga sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Pada

Page 3: jurnal mela.pdf

3

umumnya lobster ini dibudidaya untuk makanan, meskipun ada species di

Amerika yang dikembangkan untuk pakan ikan dari jenis Orconectes immunis.

Biota akuatik ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan

lingkungan, terutama terhadap suhu dan salinitas (Henry dan Wheatly, 1988) dan

bersifat hiperosmoregulator pada perairan tawar melalui mekanisme adaptasi

fisiologis yang meliputi permeabilitas yang rendah dari tegumen terhadap air dan

ion, pengambilan ion secara aktif dari makanan melalui jaringan tranpor-ion pada

rongga insang, serta produksi urin yang bersifat hipotonik (encer) (Susanto dan

Charmantier, 2000). Hewan ini seperti juga kelompok udang dengan bentuk

badan seperti lobster laut yang dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu bagian

kepala-dada (chepalothoraks), bagian badan (abdomen) dan bagian ekor (telson).

Jenis-jenis lobster dapat dikenali dari ukuran dan warna tubuhnya, disamping ciri-

ciri yang lain sebagai pembeda diantaranya ukuran capit (besar/kecil), bagian

rostrum (bergerigi/polos, cembung/cekung pada bagian pangkalnya disebut

carina). Meskipun seluruh siklus hidupnya berada di air tawar, hewan tersebut

mampu hidup pada lingkungan air tawar maupun air payau dengan kadar garam

yang relatif cukup tinggi (Henry dan Wheatly, 1988; Susanto dan Charmantier,

2000). Di Indonesia komoditas lobster air tawar sebagai ikan hias mulai dikenal

sejak tahun 1991. Keberhasilan biota ini dalam teknik budidaya, disamping

pertumbuhannya yang cepat dan dapat mencapai ukuran besar, sehingga sejak

tahun 2003 para pembudidaya mengembangkan jenis udang tawar ini tidak hanya

sebagai komoditas ikan hias, tapi juga untuk komoditas konsumsi, seperti halnya

pada udang. Kebutuhan akan lobster air tawar konsumsi semakin meningkat,

namun produksinya masih sangat rendah sehingga harga di pasaran relatif tinggi.

Klasifikasi dan Morfologi Lobster Air Tawar

Klasifikasi dan morfologi lobster air tawar jarang disajikan dengan lengkap.

Padahal hal ini sangat penting bagi para mahasiswa dan juga para guru, dosen,

peneliti dan kalangan akademisi lainnya. Sebagai contoh Patasik (2004)

mengklasifikasikan jenis lobster air tawar red claw (huna merah) kedalam filum :

Arthropoda; subfilum : Mandibulata; kelas : Crustacea; subkelas : Malacostraca;

seri : Eumalacostraca; superordo : Eucarida; ordo : Decapoda; subordo :

Reptantia; famili : Parastacidae; genus : Cherax; spesies : Cherax quadricarinatus.

Page 4: jurnal mela.pdf

4

Sedangkan Holthuis (1950) mengklasifikasikan jenis huna merah kedalam filum :

Arthropoda; subfilum : Mandibulata; kelas : Crustacea; subkelas : Malacostraca;

superordo : Eucarida; ordo : Decapoda; subordo : Reptantia; famili : Parastacidae;

genus : Cherax; spesies Cherax quadricarinatus.

Secara morfologi tubuh lobster terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan

bagian belakang. Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian

itu disebut chepalothoraks. Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala, yang

disebut carapace (karapaks). Kelopak kepala bagian depan disebut rostrum atau

cucuk kepala. Bentuknya runcing dan bergerigi. Kepala lobster terdiri dari enam

ruas. Pada bagian itu terdapat beberapa organ lain. Sepasang mata berada pada

ruas pertama. Kedua mata itu memiliki tangkai dan bisa bergerak. Pada ruas

kedua dan ketiga terdapat sungut kecil, yang disebut antennula, dan sungut besar

yang disebut antenna. Sedangkan pada ruang, keempat, kelima dan keenam

terdapat rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla II. Ketiga bagian ini berfungsi

sebagai alat makan (Wiyanto dan Hartono, 2003). Organ lain yang ada pada

bagian kepala adalah kaki jalan. Jumlahnya empat pasang, dengan ukuran kaki

paling depan lebih besar. Bagian belakang terdiri dari badan dan ekor. Kedua

bagian itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen ditutupi dengan enam

buah kelopak. Sedangkan bagian bawahnya tidak tertutup, tetapi berisi enam kaki

renang (pleopoda). Ekor terdiri dari bagian tengah yang disebut telson, dan bagian

samping yang disebut uropoda.

Gambar 1. Morfologi dan bagian-bagian utama dari tubuh lobster air tawar

Page 5: jurnal mela.pdf

5

Menurut Wiyanto dan Hartono (2003), ciri utama lobster air tawar dari jenis

red claw adalah kedua ujung capitnya berwarna merah. Untuk jantan warna merah

muncul di bagian capit sebelah luar, sedangkan betina tidak seperti itu, tetapi

terkadang dijumpai warna merah tersebut berada di bagian dalam. Tanda lainnya

hampir seluruh bagian tubuh didominasi, atau berwarna dasar warna biru laut

yang berkilau, tetapi mulai dari bagian hingga ekor berwarna biru pekat dengan

semburat kemerah-merahan, terutama tubuh bagian atas. Adapula terlihat dengan

bintik putih kemerah-merahan. Sementara antara ruas kaki jalan berwarna merah.

Kedua capit berwarna biru dan bagian pangkalnya dikelilingi warna merah, jika

dilihat seperti cincin melingkar.

Sedangkan menurut Iskandar (2003), lobster air tawar merupakan hewan

yang tidak memiliki tulang dalam (internal skeleton), tetapi seluruh tubuhnya

terbungkus cangkang (ekternal skeleton). Lalu, bila dilihat bagian luar, lobster air

tawar memiliki alat pelengkap, yaitu : (1). sepasang antena yang berfungsi

sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungann. (2)

sepasang antenula yang berfungsi sebagai alat penciuman, mulut dan sepasang

capit (cheliped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang jika dibandingkan dengan

ruas dasar capitnya. (3) enam ruas badan (abdomen) memipih, sedikit dengan

lebar rata-rata hampir sama dengan lebar kepala. (4) ekor. Ekor terdiri dari ekor

tengah (telson) memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus yang muncul

di semua bagian tepi ekor. Bagian ekor lainnya adalah dua pasang ekor samping

(uropod) yang juga memipih. (5) enam pasang kaki renang (pleopoda) yang

berperan dalam melakukan gerakan renang. Disamping sebagai alat berenang,

kaki induk pada betina digunakan sebagai alat untuk menambah oksigen dengan

pergerakannya. Selain itu juga digunakan untuk membersihkan telur atau larva

dari tumpukan kotoran yang terendap. (6) empat pasang kaki jalan (pereipoda).

Huna capit merah merupakan jenis lobster air tawar yang mempunyai capit

berwarna merah dan warna tubuhnya hijau kemerahan. Seluruh permukaan huna

capit merah memiliki duri-duri kecil berwarna putih. Telurnya berwarna kuning

kemerahan.

Distribusi Geografis dan Keberadaannya di Indonesia

Lobster air tawar secara geografis hidup tersebar di beberapa perairan

dunia. Lebih dari 500 species lobster air tawar di dunia yang termasuk dalam 3

Page 6: jurnal mela.pdf

6

famili utama yaitu Astacidae, Cambaridae dan Parastacidae (Hobbs, 1988;

Hunner dan Lindqvist, 1995). Famili Astacidae banyak ditemukan di perairan barat

Rocky Mountains di barat laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan di

Eropa. Famili Cambaridae banyak ditemukan di bagian timur Amerika Serikat

(80 % dari jumlah species) dan bagian Selatan Meksiko. Sementara famili

Parastacidae ditemukan banyak di perairan Australia, Selandia Baru, Amerika

Selatan dan Madagaskar.

Ketiga famili ini tersebar secara geografis yang dapat dibedakan dalam 2

super famili utama : Astacoidea yang berada di belahan bumi (hemisfer) Utara

dan Parastacoidea di hemisfer Selatan. Secara alami lobster tersebut menyebar di

hampir semua benua kecuali Afrika dan Antartika, meskipun di kedua benua

tersebut pernah ditemukan fosilnya. Perbedaaan kedua superfamili ini terletak

pada tempat pelekatan larva selama perkembangannya, baik pada larva stadium I

maupun stadium II di kaki abdomen (pleopoda) induknya (Susanto, 2000).

Gambar 2. Distribusi geografis tiga famili penting lobster air tawar di dunia : famili Astacidae, Cambaridae dan Parastacidae (Hobbs, 1988; Crandall and Fetzner, 1998)

Page 7: jurnal mela.pdf

7

Gambar 3. Perbedaan pelekatan larva lobster air tawar pada kaki abdomen induk (pleopoda) Antara superfamili Parastacoidea pada larva stadium I (A) dan dan larva stadium II (B) dari species Parastacoides tasmanicus tasmanicus (Hamr, 1992) dan super famili Astacoidea pada larva stadium I (C) dari species Astacus leptodactylus (Arrignon, 1991).

Menurut Holthuis (1950), di Indonesia terutama di perairan Jayawijaya,

Papua, ditemukan beberapa jenis anggota Parastidae, diantaranya Cherax

monticola, C. communis, C. lorentzi, dan C. albertisii. Sabar (1975) menjelaskan

bahwa ada 14 jenis Cherax sp di Irian, 12 jenis di Irian Barat (sekarang Papua)

dan 2 jenis di Papua (Papua New Guinea). Berdasarkan hasil inventarisasi udang

Cherax di kabupaten Jayawijaya ada 9 jenis yang dapat dibedakan berdasarkan

ciri-ciri morfologi dan habitatnya, namun pemanfaatannya baru terbatas pada

penangkapan di alam dan belum dibudidayakan secara tradisional maupun

intensif.

Domestikasi Species Lobster Air Tawar Dalam Akuakultur

Domestikasi merupakan tahap awal dari budidaya sebagai upaya untuk

melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru (Maskur dkk, 2005). Species

lobster yang telah didomestikasi dan dikembangkan oleh beberapa negara dalam

akuakultur antara lain :

- Famili Astacidae : Astacus astacus, Astacus leptodactylus (Turki, Eropa

Tengah), Pacifastacus leniusculus (AS, Swedia, UK)

Page 8: jurnal mela.pdf

8

- Famili Cambaridae : Orconectes immunis (AS), Procambarus clarkii (AS,

RRC) dan Procambarus zonangulatus, Pacifastacus leniusculus (USA)

- Familia Parastacidae : Cherax destructor, Cherax quadricarinatus, Cherax

tenuimanus (Australia, Indonesia).

Budidaya lobster air tawar asal Australia telah dimulai sejak 1991 dan terus

dikembangkan oleh para pembudidaya di Indonesia sejak species introduksi ini

disetujui oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Ada 3

jenis yang telah dimasukkan ke Indonesia Cherax tenuimanus (marron), Cherax

destructor/ albidus (yabbi) dan Cherax quadricarintus (red claw) (Sukmajaya dkk,

2004; Maskur dkk, 2005).

Selain lobster air tawar asal Australia juga dikembangkan species yang

berasal dari Lousiana, Amerika Serikat yaitu Procambarus sp (red crayfish) pada

tahun 1990 (Trubus, 2003). Procambarus clarkii adalah species yang paling

banyak dibudidayakan, lebih dari 80% dari lobster dunia kecuali di Australia dan

Antartika. Jumlah ini merupakan produksi kumulatif dari hasil buidaya maupun

tangkapan liar di alam. Species ini berhasil cepat diintroduksikan di seluruh dunia

dan dikembangkan dalam akuakultur secara besar-besaran. Sedangkan di

Australia species yang paling banyak dibudidaya adalah Cherax destructor yang

meliputi 80 % dari panen tahunan. Hasil budidaya lobster C. tenuimanus di

Australia dapat mencapai ukuran berat 2 kg, sedangkan C. quadricarinatus

mencapai 0,5 kg dalam waktu singkat (Masser and Rouse, 1997). Berdasarkan

hasil inventarisasi lobster di kabupaten Jayawijaya, terdapat 9 jenis Cherax yang

dibedakan berdasarkan ciri morfologi dan habitatnya (Dinas Perikanan dan

Kelautan Pemerintah Propinsi Papua, 2003).

Lobster air tawar adalah Decapoda air tawar yang dapat tumbuh menjadi

besar. Jumlah lobster air tawar saat ini mencapai lebih dari 500 jenis yang

tersebar di seluruh dunia sebagai specimen asli, antara lain Eropa Selatan,

Jepang Utara, Cina Timur Laut, Rusia Tenggara, Australia, Tasmania, New

Zealand, Uruguay, Brazil Selatan, Chili Selatan dan Madagaskar. Di Indonesia,

terutama di perairan Jaya Wijaya terdapat beberapa species, diantaranya Cherax

monticola, C. lorenzi, C. communis, C. papuana dan C. waselli (Amarullah dkk,

1984; Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Propinsi Papua, 2003). Pada

awalnya lobster air tawar dikenal sebagai komoditas ikan hias. Warna dan bentuk

tubuhnya menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai pajangan di

Page 9: jurnal mela.pdf

9

akuarium. Berbagai jenis lobster air tawar telah didatangkan (diimpor) untuk

memenuhi pasar ikan hias di Indonesia. Selain itu, para hobiis lobster hias juga

berburu jenis-jenis species lokal asli Indonesia untuk pengembangannya dalam

akuakultur.

Pada tahun 1994 Amerika Serikat (AS) mengekspor lobster, terutama jenis

redswamp crayfish, Procambarus clarkii dan signal crayfish, Pacifastacus

leniusculus lebih dari 4.000 ton. Semakin tahun produksinya semakin menurun,

sehingga impornya menjadi semakin meningkat. Pada tahun 2000, AS sudah tidak

atau sedikit mengekspor lobster air tawar. Pada tahun 2004 impor lobster air tawar

AS mencapai 7000 ton, sedangkan produksinya pada tahun 2002 mencapai

30.000 ton. Melihat permasalahan tersebut ternyata pengembangan lobster air

tawar sebagai komoditas konsumsi dinilai lebih potensial. Hal ini didasarkan pada

beberapa alasan, antara lain adalah permintaan pasar yang masih belum

terpenuhi, baik domestik maupun ekspor. Selain itu salah satu hal yang

melatarbelakangi adalah ketidakstabilan hasil tangkapan lobster air laut. Alasan

lain adalah apabila lobster air tawar sebagai komoditas yang dikonsumsi, maka

ketersediaan stok lobster air tawar akan selalu dibutuhkan. Hal ini tidak hanya

untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor, karena pasar domestikpun saat ini

masih belum terpenuhi secara stabil.

Di Indonesia, hidangan lobster air tawar masih terbatas pada restauran di

kota-kota besar dan hotel berbintang dengan harga yang sangat tinggi. Kondisi

tersebut menjadikan komoditas lobster air tawar akan menjadi peluang bisnis yang

potensial. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan

masyarakat menuntut dilakukannya upaya menggali berbagai alternatif untuk

meningkatkan produksi sebagai penunjang ketersediaan bahan pangan. Kondisi

sumberdaya alam di Indonesia secara umum juga sangat cocok untuk

pengembangan budidaya lobster air tawar.

Beberapa Keunggulan Lobster Air Tawar Sebagai Biota Akuakultur

Lobster air tawar banyak dikembangkan karena mempunyai kemampuan

adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, terutama iklim, salinitas dan

Page 10: jurnal mela.pdf

10

suhu. Selain itu biota tersebut berperan dalam mengatur rantai makanan yaitu

melalui proses penghancuran (detritivor) vegetasi maupun sampah-sampah daun

sebagai makanannya di perairan. Hal ini akan meningkatkan kandungan nutrien

dan bahan-bahan organik yang tentunya akan dimanfaatkan oleh organisme lain.

Habitatnya meliputi daerah yang beriklim sedang sampai daerah beriklim tropis.

Ada beberapa keunggulan lobster air tawar yang menguntungkan sehingga

banyak dikembangkan dalam akuakultur modern di banyak negara, termasuk di

Indonesia (Holdich, 1993; Holdich et al. 1997; Susanto dan Charmantier, 2000;

Iskandar, 2003; Wiyanto dan Hartono, 2003), yaitu :

1) kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan (iklim,

salinitas, suhu, dll.)

2) bersifat politrofik, artinya memakan segala jenis makanan dari tumbuhan

termasuk biji-bijian sampai berbagai jenis hewan yang ada di dalam

perairan. Hewan ini mempunyai sistem pencernaan (digestiva) yang sangat

sederhana, sehingga dengan makanan yang cukup dapat mempertahankan

kehidupannya.

3) pertumbuhan yang relatif cepat untuk mencapai ukuran dan berat tertentu

4) fekunditas yang tinggi yang meliputi jumlah individu yang dihasilkan dalam

masa reproduksi dan jumlah masa reproduksi dalam periode waktu tertentu.

Lobster ini dapat melakukan proses reproduksi sekali atau beberapa kali

dalam setahun.

5) resisten terhadap penyakit

6) permintaan pasar dunia yang terus mengalami peningkatan

Kesimpulan

Lobster air tawar mempunyai kawasan distribusi geografis yang sangat luas

di dunia dan memiliki beberapa keunggulan sebagai hewan budidaya. Beberapa

species lobster ini telah berhasil didomestikasi dan diintroduksikan ke dalam

habitatnya yang baru, sehingga mampu meningkatkan keanekaragaman jenis

dari biota akuatik yang ada, serta mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam

akuakultur modern. Permintaan pasar dunia akan hasil perikanan budidaya yang

terus meningkat, khususnya jenis lobster ini merupakan tantangan dalam upaya

pengembangannya di masa mendatang termasuk di Indonesia.

Page 11: jurnal mela.pdf

11

Daftar Pustaka

Amarullah, M.H., Aliah, R. S., Sabar, F., Hartoto, D. I., Kusmiati, Wowor, D., Irawati, S., Rachmatika, I.., Surachman, M., Siluba, M., Pranowo, M. 1984. Pengkajian ekologi Udi, Cherax monticola sebagai dasar teknik budidaya. Progress Report. Kerjasama Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan LBN -LIPI.

Arrignon, J. 1991. L’ecrevisse et son elevage. 2° edition revue et augmentee,

Lavoisier, Technique et Documentation, Paris, 208 p. Crandall, K.A., Fetzner, J.W.JR. 1998. Astacidea-crayfish. Website Decapoda

1995-2000. Department of Zoology et Monte L. Bean Life Science Museum, Birgham Young University, Provo, USA.

Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Propinsi Papua. 2003. Inventarisasi

potensi pengembangan udang Cherax spp di kabupaten Jayawijaya. Laporan Akhir, Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Provinsi Papua.

Hamr, P. 1992. Embryonic and postembryonic development in the Tasmanian

freshwater crayfish, Astacopsis gouldi, Astacopsis franklinii, Parastacoides tasmanicus tasmanicus (Decapoda, Parastacidae). Aust. J. Mar. Freshwat. Res. 43:861-878.

Henry, R. P. and Wheatly, M. G. 1988. Dynamics of salinity adaptations in the

euryhaline crayfish. Pacifastacus leniusculus. Physiol. Zool.,61 (3) : 260-271.

Hobbs, H. H, Jr. 1988. Crayfish distribution, adaptive radiation and evolution. In :

Freshwater crayfish : biology, management and exploitation, p. 52-82. D.M. Holdich, R.S. Lowery, eds. Chapman and Hall, London.

Holdich, D. M. 1993. A review of astaciculture : freshwater crayfish farming. Aquat.

Living Resour. 6, 307-317. Holdich, D. M., Horlioglu, M.M., Firkins, I. 1997. Salinity adaptations of crayfish in

British waters with particular reference to Austropotamobius pallipes, Astacus leptodactylus, and Pacifastacus leniusculus. Est. Coast. Shelf Sci. 44: 147-154.

Holthuis, L. B., 1950. The Crustacea Decapoda Macrura collected by the Archbold

New Guinea Expeditions. Result of the Archbold expeditions no. 63. The American Museum of Natural History City of New York, June 23, Number 1461.

Huner, J. V. and Lindqvist, O.V. 1995. Physiological adaptations of freshwater

crayfishes that permit successful aquacultural enterprises. Amer. Zool., 35 : 12-19.

Page 12: jurnal mela.pdf

12

Iskandar, T. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka. Jakarta. Masser, M. P. and Rouse, D.B, 1997. Australian red claw crayfish. SRAC

Publication No. 244. Maskur, Sukmajaya, Y., Mudjiutami, E., Murtiati. 2005. Domestikasi dan

pengembangan Cherax albertisii di Indonesia. Paper pada Temu Udang Nasional, Jakarta.

Patasik, S. 2004. Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua. Penebar Swadaya.

Jakarta. Sabar, F. 1975. Udi (crayfish) di Irian. Buletin Kebun Raya, vol. 2. No. 1, April

1975. Sukmajaya, Y., dkk. 2004. Domestikasi Cherax sp. Laporan Tinjauan Hasil Proyek

Pengembangan Rekayasa Teknologi Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Susanto, G. N., Charmantier, G. 2000. Ontogeny of osmoregulation in the crayfish

Astacus leptodactylus. Physiological and Biochemical Zoology, 73 (2) : 169-176.

Susanto, G. N. 2000. Crayfish adaptation to freshwater : ontogeny of

osmoregulation in Astacus leptodactylus. Doctoral dissertation, Universite Montpellier II, France, 129p.

Trubus, 2003. Lobster akuarium 10 bulan kembali modal. Trubus 401-April 2003/

XXXIV. Wiyanto, R. H., Hartono, R. 2003. Lobster air tawar, pembenihan dan

pembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta, 79 hal.