Jurnal Media Tanam

download Jurnal Media Tanam

of 16

description

media tanam

Transcript of Jurnal Media Tanam

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    133

    PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAMBILOTO

    (Andrographis paniculata, Nees)

    Siti Fatimah1, Budi Meryanto Handarto2 1. Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo

    2. Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo

    Abstract The objective of this study was to examine the effect of media composition on the growth and yield of Andrographis paniculata, Nees. The research was arranged in a complete random design with 3 treatments; P0 (soil withouth compost), P1 (1 : 3; soil : compost), P2 (1 : 1; soil : compost), and P3 (3 : 1; soil : compost ). Each treatment was replicated for 5 times. The result showed that media composition influenced significantly on the plant height at 109, 116, 123, and 102 days after planting. The treatment of P2 gaved the highest plant height, branch numbers, and leaf number. The fresh and dry weight of plant was highest at P2. It is concluded that medium composition of P2 gives the highest result. Key words: Kata kunci: compost, sambiloto (Andrographis paniculata, Nees), grumusol (vertisol)

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu

    negara yang memiliki keanekaragaman hayati

    yang cukup besar, hal ini disebabkan karena

    letak geografis Indonesia berada si daerah

    tropis. Dari 30.000 jenis tanaman yang ada,

    lebih dari 2.500 jenis merupakan tumbuhan

    berkhasiat obat yang telah banyak digunakan

    oleh nenek moyang sebagai ramuan obat

    tradisional untuk menyembuhakan berbagai

    macam penyakit. Namun nilai perdagangan

    obat alami Indonesia masih jauh ketinggalan.

    Volume total perdagangan pada tahun 1999

    perkiraan baru mencapai sekitar Rp 400 milyar

    atau ekivalensi dengan US $50 juta.

    Sebenarnya potensi dan peluang

    pengembangan obat alami saat ini masih

    terbuka lebar. Apalagi dengan berkembangnya

    berbagai macam teknologi yang ada di negara-

    negara maju membuat perkembangan volume

    obat alami dibeberapa negara pasar dunia

    cenderung meningkat. Obat alami tersebut

    disajikan dalam bentuk pil, minuman segar,

    kapsul (Supriatna, 2002). Di Amerika Serikat

    tingkat pertumbuhan pasar obat alami tahun

    1993-1999 rata-rata sebesar 12%, di Eropa

    12%, di Jepang 15% dan d Asia Tenggara

    sebesar 12%. Nilai penjualan total obat alami

    diseluruh dunia pada tahun 1998 mencapai

    lebih dari US $17 milyar.

    Sambiloto sudah dikenal luas

    dikalangan masyarakat pengguna tanaman

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    134

    obat, pembuat jamu, pengobatan tradisional,

    dan penelitian obat. Sambiloto tumbuh

    menyebar luas hampir diseluruh nusantara. Ini

    terbukti dari beragamnya nama yang berbeda-

    beda dari tanaman sambiloto. Budidaya

    samboloto tidak sulit, pengembang biakan bisa

    dilakukan secara generatif ataupun vegetatif.

    Selama ini produksi sambiloto sangat terbatas,

    hanya bagi kepentingan praktisi pengobatan

    saja, padahal tanaman ini cukup potensial

    dikembangkan untuk kebutuhan industri jamu,

    farmasi maupun ekspor. Pengalaman

    menunjukkan sambiloto sudah dipakai secara

    turun temuru, baik sebagai jamu maupun obat

    keluarga. Selain itu sambiloto dimasukkan

    dalam TOGA (Tanaman Obat Keluarga)

    karena cara pemeliharaannya mudah, bisa

    ditanam dihalaman rumah atau kebun, tidak

    membutuhkan tempat yang luas, dan tampak

    indah bila sedang berbunga dan mudah

    pengolahannya menjadi obat. Beberapa

    penelitian sambiloto yang sudah dilakukan

    diantaranya tentang etnobotani, kandungan

    kimia, budidaya, efek farmakologi, uji

    praklinis maupun uji klinis. Bahkan, ekstrak

    sambiloto sudah dipatenkan sebagai anti HIV

    pada 1996 oleh Pracelsian Inc, bekerja sama

    dengan Bastry University, dengan nama

    dagang Andro Vir. Berdasarkan hasil-hasil

    penelitian itu, sambiloto sudah memenuhi

    persyaratan obat untuk dimasukkan dalam

    pelayanan kesehatan formal di Indonesia

    (Winarto, 2003).

    Kandungan zat kimia pada daun dan

    cabang sambiloto yaitu laktone yang terdiri

    dari deoxy-andrographolide, neoandro-

    grapholide, 14-deoxy-11, 12

    didehydrographolide, dan

    homoandrographolide (Mahendra, 2005).

    Penggunaan tanaman sambiloto

    berdasarkan penelitian pabrik obat tradisional

    di Indonesia pada tahun 1995 tercatat 24 ton,

    sebagian besar pemenuhan sambiloto sebagai

    bahan baku ramuan obat tradisional diperoleh

    dari tanaman yang tidak jelas budidayanya

    (liar), oleh karena itu perlu dilakukan suatu

    penelitian tentang bagaimana budidaya

    tanaman sambiloto yang baik dan benar agar

    dapat diperoleh hasil dan kualitas yang optimal

    (Sugeng, 2000).

    Penanaman sambiloto memang tidak

    memerlukan persyaratan tanah khusus tapi

    harus memperhatikan faktor-faktor yang

    berhubungan dengan kesuburan tanah

    diantaranya ketersediaan unsur hara makro dan

    mikro serta mineral, drainase dan tata udara

    dalam tanah (Winarto, 2004).

    Media tumbuh tanaman merupakan

    salah satu faktor yang harus diperhatikan,

    sebab mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman untuk mendapatkan

    hasil yang optimal. Menurut Haryadi (1986),

    menyatakan bahwa media yang baik untuk

    pertumbuhan tanaman harus mempunyai sifat

    fisik yang baik, gembur dan mempunyai

    kemampuan menahan air. Kondisi fisik tanah

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    135

    sangat penting untuk berlangsungnya

    kehidupan tanaman menjadi tanaman dewasa.

    Selanjutnya Kramer (1975),

    menambahkan media yang terbaik untuk

    pertumbuhan tanaman adalah tanah dan

    kompos dengan perbandingan 1 : 1 karena

    mempunyai kemampuan menyerap air yang

    tinggi dan dapat memperbaiki drainase media

    sebab mempunyai ruang pori besar.

    Selanjutnya permasalahan yang dapat

    dikemukakan dalam penelitian adalah

    bagaimana meningkatkan hasil tanaman

    sambiloto melalui pemberian bahan organik

    sehingga dapat diharapkan tanaman yang

    mempunyai nilai produksi tinggi dan

    berkhasiat obat serta bebas dari bahan kimia.

    Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui pengaruh komposisi media tanam

    terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

    Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)

    METODOLOGI PENELITIAN

    Waktu dan Tempat

    Penelitian dilaksanakan di Kebun

    Percobaan Jurusan Agronomi, Fakultas

    Pertanian, Universitas Trunojoyo dengan

    ketinggian tempat 3 (tiga) meter diatas

    permukaan laut, pada bulan Maret - Juni

    2007.

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan adalah polybag

    40 x 20 cm, sprayer, oven, timbangan,

    penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan

    adalah tanah grumosol, kompos dan benih

    sambiloto yang diperoleh dari Desa Socah

    Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    136

    Metode Penelitian

    Penelitian menggukan Rancangan

    Acak Lengkap (RAL) dengan 5 ulangan.

    Perlakuan yang diteliti adalah komposisi media

    tanam (jenis tanah dan kompos) yang terdiri

    atas:

    P0 = Tanah grumosol tanpa kompos

    P1 = 1 : 3 (1/4 bagian tanah grumosol : 3/4

    bagian kompos)

    P2 = 1 : 1 (1/2 bagian tanah grumosol : 1/2

    bagian kompos)

    P3 = 3 : 1 (3/4 bagian tanah grumosol : 1/4

    bagian kompos)

    Pelaksanaan Penelitian

    Persiapan media tanam

    Penanaman Sambiloto dalam

    penelitian ini ditanam pada polybag dengan

    berat media tanam 6 kg, dengan komposisi

    antara tanah dan kompos sesuai dengan

    perlakuan.

    Persemaian

    Persemaian benih Sambiloto dilakukan

    dengan cara menanam kedalam plastik kecil

    yang berukuran 5 x 5 cm yang diisi dengan

    media tanah grumosol.

    Penaburan Benih

    Penaburan benih dilakukan dengan

    cara, benih dikecambahkan dengan direndam

    menggunakan air kelapa selama 1 hari. Benih

    yang sudah terlihat agak putih, dimasukkan

    dalam plastik kecil, setiap plastik diisi 2 benih

    Sambiloto. Sebelum benih ditabur, media

    tanam harus disiram dengan air sampai basah.

    Pemeliharaan Persemaian

    Setelah benih ditabur, dilakukan

    penyiraman secara teratur pagi dan sore agar

    benih terhindar dari kekeringan dan dapat

    tumbuh dengan normal.

    Pemindahan Bibit

    Pemindahan bibit dilakukan pada saat

    tanaman berumur 38 hari dan mempunyai

    sekitar 4 - 6 helai daun yang membuka

    sempurna dengan kondisi bibit kuat dan segar.

    Penanaman

    Penanaman bibit sambiloto dilakukan

    dengan memilih bibit yang tumbuh sehat dan

    kuat. Pada saat pemindahan bibit tersebut

    diusahakan agar tanah tidak retak agar proses

    pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Jarak

    antar polybag yang dilakukan 25 x 25 cm.

    Penyiraman

    Penyiraman dilakukan 2 (dua) kali

    sehari yaitu pagi dan sore. Namun apabila ada

    hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.

    Penyulaman

    Penyulaman dilakukan sedini mungkin

    bila ada bibit yang mati atau pertumbuhan

    tidak normal. Tanaman pengganti harus

    seumur dengan tanaman lama agar

    pertumbuhan sama dengan tanaman lainnya.

    Penyiangan

    Penyiangan dilakukan terhadap gulma

    yang tumbuh di polybag penanaman dan

    sekitar tanaman agar tidak terjadi kompetisi,

    selain itu mencegah dari bersarangnya hama

    dan penyakit yang dapat menyerang tanaman

    sambiloto. Penyiangan dilakukan dengan cara

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    137

    mekanis yaitu menggunakan tangan dengan

    cara dicabut. Penyiangan dilakukan seminggu

    atau tergantung dari kondisi gulma.

    Pemupukan

    Pemupukan penelitian tanaman

    Sambiloto ini disesuaikan pada perlakuan

    komposisi media tanam (jenis tanah dan

    kompos) yang ada pada metode penelitian.

    Pemangkasan

    Pemangkasan pucuk dilakukan pada

    saat tanaman Sambiloto berumur dua bulan

    setelah tanam, menurut penelitian sebelumnya

    yang dilakukan oleh Ariyana Dwi Astuti 2007

    dengan tingkat pemangkasan sebesar 50% dari

    jumlah daun yang dilakukan setiap 3 minggu

    sekali memberikan hasil yang maksimal.

    Penanggulangan Hama dan Penyakit

    Perlindungan tanaman dari serangan

    hama dengan menggunakan teknik

    pengendalian fisik yaitu dengan cara

    mengumpulkan ulat, larva, dan serangga yang

    menjadi hama pengganggu lalu memusnahkan

    atau membakar.

    Pemanenan

    Produk hasil sambiloto biasanya

    berupa daun, tangkai daun, dan batang. Ciri-

    ciri tanaman siap panen berumur 3-4 bulan

    pada saat tanaman belum tumbuh maksimal

    atau belum tampaknya bunga atau biji

    sambiloto.

    Parameter Pengamatan

    Pengamatan dilakukan secara merusak

    tanaman (destruktif) dan tidak merusak

    tanaman (non destruktif) meliputi :

    1. Tinggi tanaman, dihitung dari pangkal

    sampai titik tumbuh tanaman.

    2. Jumlah cabang, dihitung cabang yang

    mempunyai daun yang telah membuka

    sempurna.

    3. Jumlah daun, dihitung daun yang telah

    membuka sempurna.

    4. Berat segar total tanaman, dihitung dengan

    menimbang keseluruhan bagian-bagian

    tanaman (akar, batang dan daun) yang

    terlebih dahulu dibersihkan dari tanah

    yang menempel.

    5. Berat kering total tanaman, dihitung

    dengan cara menimbang keseluruhan

    tanaman (akar, batang dan daun) yang

    telah di oven pada suhu 80o C selama 2 x

    24 jam.

    6. Analisis tanah media dilakukan di

    Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian.

    Analisis Data

    Untuk mengetahui pengaruh

    komposisi media tanam terhadap pertumbuhan

    dan hasil tanaman Sambiloto maka data yang

    diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis

    dengan menggunakan tabel Anova dan apabila

    ada pengaruh dilanjutkan dengan

    menggunakan uji BNT 5%.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tinggi Tanaman

    Hasil analisis sidik ragam terhadap

    tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan

    komposisi media tanam (grumosol dan

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    138

    kompos) tidak berpengaruh nyata pada umur

    pengamatan 74, 81, 88, 95 hari setelah tanam

    (HST), berpengaruh nyata (P = 0,05) pada

    umur 109, 116, 123 HST dan berpengaruh

    sangat nyata (P = 0,01) pada umur 102 HST,

    hal ini dapat ditunjukkan pada (lampiran 1).

    Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai umur

    pengamatan disajikan pada tabel 1.

    Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) akibat perlakuan komposisi media tanam (tanah grumosol dan kompos) pada berbagai umur pengamatan (HST).

    Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman pada umur pengamatan

    74 81 88 95 102 109 116 123

    P0 17,5 17,7 18 22,1 24,2 a 32,4 a 39,2 a 43,8 a

    P1 19,4 19,9 20,34 22,8 25,9 a 35,2 a 43,8 b 48,2 a

    P2 18,3 19 19,2 29,3 35,3 c

    45

    c 54,4 c 58,5 b

    P3 20,8 21,1 21,36 26,5 31,8 b 40,6 b 45,8 b 48,1 a

    BNT 5% tn tn tn tn 3,09 3,92 4,48 4,49

    Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (P = 0,05), tn = tidak berbeda nyata.

    Berdasarkan pada tabel 1 dapat

    dijelaskan bahwa perlakuan komposisi media

    tanam ( bagian grumosol : bagian kompos)

    P2 memberikan rata-rata tinggi yang paling

    tinggi, namun komposisi media tanam

    terendah dicapai pada perlakuan (grumosol

    tanpa kompos) P0, sedangkan pada perlakuan

    ( bagian grumosol : bagian kompos) P3

    dan ( bagian grumosol : bagian kompos)

    P1 memberikan rata-rata yang hampir sama

    pada umur pengamatan 123 HST dan tanaman

    tidak bertambah tingginya karena adanya

    faktor genetik yang hanya akan memperbanyak

    pertumbuhan jumlah cabang.

    Grafik 1. Tinggi Tanaman pada berbagai umur pengamatan

    Tinggi Tanaman

    010203040506070

    74 81 88 95 102 109 116 123

    Umur Pengamatan

    cm

    P0 P1 P2 P3

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    139

    Rata-rata tinggi tanaman pada umur

    pengamatan 74, 81, 88, 95 HST tidak berbeda

    nyata, hal ini disebabkan pada saat umur

    pertumbuhan tersebut mikro organisme masih

    belum melakuan aktivitasnya secara penuh,

    sehingga unsur hara yang ada dalam kompos

    belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman

    (Guritno, 1986). Kadar N (nitrogen) yang

    rendah pada media tanam sangat

    mempengaruhi terhadap pertumbuhan fase

    vegetatif, yang dicirikan oleh penambahan

    volume sel tanaman (tinggi dan panjang

    tanaman) dan organ tanaman lainnya, berupa

    daun dan cabang baru. Saat fase tersebut, peran

    unsur N sangat penting, khususnya pada saat

    pembelahan sel yang termasuk bagian dari

    proses metabolisme bagi tanaman.

    Kompos mempunyai peran yang

    sangat penting yaitu untuk menggemburkan

    lapisan tanah permukaan (top soil),

    meningkatkan populasi jasad renik,

    mempertinggi daya serap dan daya simpan air,

    yang keseluruhannya dapat meningkatkan

    kesuburan tanah (Sutejo, 1999). Menurut

    Rinsema, (1983) peningkatan tinggi tanaman

    merupakan suatu pencerminan dari

    pertumbuhan tanaman yang menyebabkan

    perpanjangan ruas-ruas tanaman akibat

    memanjang dan membesarnya sel-sel, seiring

    dengan bertambahnya umur tanaman, untuk

    pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh

    tersedianya unsur hara dalam tanah.

    Haryadi, (1986) menambahkan bahwa

    pemberian air dalam kondisi optimal

    memungkinkan hormon tertentu bekerja

    secara aktif dalam dinding sel untuk

    merentang. Kondisi ini pula memacu

    pembentukan gula yang dapat memperbesar

    sel-sel sehingga vakuola yang besar terbentuk

    dan secara relatif mengisap air dalam jumlah

    besar akibat absorbsi. Keberadaan hormon

    perentang sel memacu untuk memanjang dan

    dinding sel bertambah tebal sebagai akibat

    menumpuknya selulosa tambahan yang

    terbentuk dari gula. Jadi apabila suatu

    tanaman membuat sel baru, pemanjangan dan

    pembelahan sel akan mempercepat

    pertumbuhan batang, daun dan sistem

    perakaran.

    Jumlah Cabang

    Hasil analisis sidik ragam terhadap

    jumlah cabang menunjukkan bahwa perlakuan

    komposisi media tanam (grumosol dan

    kompos) tidak berpengaruh nyata pada umur

    pengamatan 81, 88, 109, 116 HST, dan

    berpengaruh sangat nyata (P = 0,01) pada

    umur 95, 102, 123 HST, hal ini dapat

    ditunjukkan pada (lampiran 2). Rata-rata

    jumlah cabang per tanaman pada berbagai

    umur pengamatan disajikan pada tabel 2.

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    140

    Tabel 2. Rata-rata jumlah cabang akibat perlakuan komposisi media tanam (grumosol dan kompos) pada berbagai umur pengamatan (HST).

    Perlakuan Rata-rata jumlah cabang pada umur pengamatan

    81 88 95 102 109 116 123

    P0 2,8 4 5 ab 5,2 a 12,8 16,4 14,8 a

    P1 1,4 3 4,6 a 5,4 a 12,4 16,8 18,4 b

    P2 3 4,2 7,6 c 12,2 b 15,4 20,6 25,6 c

    P3 2,6 4,8 5,8 b 5,8 a 12,8 14,8 16,4 ab

    BNT 5% tn tn 0,8 1,29 tn tn 2,71

    Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (P = 0,05), tn = tidak berbeda nyata.

    Berdasarkan pada tabel 2 dapat

    dijelaskan bahwa perlakuan komposisi media

    tanam ( bagian grumosol : bagian kompos)

    P2 memberikan rata-rata jumlah cabang yang

    paling banyak, namun perlakuan (grumosol

    tanpa kompos) P0 memberikan rata-rata

    jumlah cabang yang paling sedikit

    dibandingkan dengan perlakuan ( bagian

    grumosol : bagian kompos) P3 dan (

    bagian grumosol : bagian kompos) P1 pada

    umur pengamatan 123 HST.

    Grafik 2. Jumlah Cabang pada berbagai umur

    pengamatan

    Jumlah Cabang

    05

    1015202530

    81 88 95 102 109 116 123

    Umur Pengamatan

    Jum

    lah

    P0 P1 P2 P3

    Rata-rata jumlah cabang pada umur

    pengamatan 81 dan 88 HST tidak berbeda

    nyata, hal ini disebabkan pada saat umur

    pertumbuhan tersebut peran bahan organik

    pada kompos dalam menyediakan unsur hara

    relatif lambat bila dibandingkan unsur hara

    yang sudah dalam pupuk tersedia, sedangkan

    bahan organik masih mengalami dekomposisi

    sehingga membutuhkan waktu yang agak

    lama. Begitu pula pada umur pengamatan 109

    dan 116 HST tidak berbeda nyata, hal ini

    disebabkan pada fase vegetatif tunas cabang

    yang akan tumbuh terhambat atau terhalang

    oleh tunas yang ada di pucuk dan

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    141

    mengakibatkan batang memanjang dan tinggi

    tanaman pada umur pengamatan tersebut

    semakin meningkat.

    Menurut Widiana et al., (1993)

    menyatakan bahwa tersedianya nitrogen di

    dalam tanah dan di permukaan tanah dapat

    meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi

    tanaman. Unsur nitrogen banyak berperan

    dalam pertumbuhan vegetatif tanaman seperti

    pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang

    dibutuhkan dalam fotosintesis sebagai proses

    memasak makanan di daun melalui bantuan

    sinar matahari, membutuhkan unsur karbon

    (C) dan nitrogen (N) sebagai bahan utama

    penghasil fotosintat yang dibutuhkan untuk

    pertumbuhan cabang, batang, daun dan akar.

    Jumlah fotosintat yang cukup pada fase

    vegetatif akan menyebabkan munculnya tunas

    baru pada organ tubuh tanaman.

    Jumlah Daun

    Hasil analisis sidik ragam terhadap

    jumlah daun (helai) menunjukkan bahwa

    perlakuan komposisi media tanam (grumosol

    dan kompos) tidak berpengaruh nyata pada

    umur pengamatan 74, 81, 88, 109, 116 hari

    setelah tanam HST, berpengaruh nyata (P =

    0,05) pada umur 123 HST dan berpengaruh

    sangat nyata (P = 0,01) pada umur 95, 102

    HST, hal ini dapat ditunjukkan pada (lampiran

    3). Rata-rata jumlah daun per tanaman pada

    berbagai umur pengamatan disajikan pada

    tabel 3.

    Tabel 3. Rata-rata jumlah daun (helai) akibat perlakuan komposisi media tanam (grumosol dan kompos) pada berbagai umur pengamatan (HST).

    Perlakuan Rata-rata jumlah daun pada umur pengamatan

    74 81 88 95 102 109 116 123

    P0 6,6 12 14,2 14,2 b 35,2 c 77,2 102,8 102,6 a

    P1 4,6 6,4 9,6 9,6 a 26,2 b 73,6 95,8 113,2 b

    P2 7,4 14,2 17,8 38,6 c 64 d 81,6 124,4 133 c

    P3 6,6 9,8 13,6 13,6 b 17,2 a 71,6 98,2 110,2 ab

    BNT 5% tn tn tn 3,74 8,77 tn tn 9,29

    Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (P = 0,05), tn = tidak berbeda nyata.

    Berdasarkan pada tabel 3 dapat

    dijelaskan bahwa perlakuan komposisi media

    tanam ( bagian grumosol : bagian kompos)

    P2 memberikan rata-rata jumlah daun yang

    paling banyak pada semua umur pengamatan,

    namun perlakuan (grumosol tanpa kompos) P0

    memberikan rata-rata jumlah daun yang paling

    sedikit dibandingkan dengan perlakuan (

    bagian grumosol : bagian kompos) P1 dan

    ( bagian grumosol : bagian kompos) P3

    pada umur pengamatan 123 HST.

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    142

    Grafik 3. Jumlah Daun pada berbagai umur pengamatan

    Jumlah Daun

    020406080

    100120140160

    74 81 88 95 102 109 116 123

    Umur Pengamatan

    Jum

    lah

    (hel

    ai)

    P0 P1 P2 P3

    Rata-rata jumlah daun pada umur

    pengamatan 74, 81, 88 HST tidak berbeda

    nyata, hal ini disebabkan pada fase vegetatif

    tersebut bahan organik pada kompos belum

    terdekomposisi secara sempurna, sehingga

    unsur hara yang ada belum dapat dimanfaatkan

    oleh tanaman. Sedangkan pada umur

    pengamatan 109 dan 116 HST tidak berbeda

    nyata, hal ini disebabkan pada saat fase

    vegetatif pembentukan daun yang akan tumbuh

    terhambat atau terhalang oleh tunas yang ada

    di pucuk dan mengakibatkan batang

    memanjang tinggi tanaman pada umur

    pengamatan tersebut meningkat. Peningkatan

    jumlah daun sangat dipengaruhi oleh unsur

    netrogen, fosfor dan kalium selain faktor

    lingkungan seperti suhu dan cahaya. Hal ini

    juga tidak terlepas dari fungsi ketiga unsur

    tersebut bagi tanaman, yaitu dapat memacu

    pertumbuhan.

    Unsur netrogen dapat memperbaiki

    pembelahan sel dan pembentukan bunga, unsur

    kalium dapat mengaktifkan enzim dan

    melancarkan proses penyerapan unsur hara

    (Haryadi, 1986). Hara yang ada dalam tanah

    akan terangkut mengikuti air yang terserap

    oleh akar tanaman. Kemampuan atau daya

    hisap matrik/ partikel tanah sangat jelas

    mempengaruhi jumlah air tersedia. Faktor-

    faktor yang mempengaruhi hal tersebut selain

    tekstur tanah adalah struktur dan ketersediaan

    bahan organik tanah.

    Struktur tanah merupakan penyusunan

    partikel primer tanah seperti pasir, debu dan

    liat yang membentuk agregat. Struktur

    memodifikasikan pengaruh tekstur dalam

    hubungannya dengan kelembaban, porositas,

    tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup

    dan pertumbuhan akar. Struktur tanah

    grumosol didominasi oleh fraksi liat. Semakin

    tinggi kadar liat maka kapasitas tukar kation

    (KTK) akan semakin baik (Hakim et al, 1986).

    KTK tanah yang semakin baik akan mampu

    menjerap hara lebih baik, sehingga unsur

    tersedia bagi pertumbuhan tanaman akan lebih

    baik pula.

    Deposit bahan organik dalam bentuk

    kompos dalam tanah akan mempengaruhi

    terhadap pertumbuhan tanaman sebagai bahan

    asupan dasar dalam proses pembentukan sel-

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    143

    sel baru bagi tanaman. Sehingga semakin baik

    kemampuan tanah dalam mengikat air dan

    menjerap hara, maka tanah tersebut akan

    semakin baik dalam memberikan tunjangan

    bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu

    indikator bagi pertumbuhan tanaman yang baik

    adalah perkembangan daun tanaman yang baik

    pula.

    Lakitan (1996), menambahkan bahwa

    unsur hara yang paling berpengaruh dalam

    pertumbuhan dan perkembangan daun adalah

    nitrogen, konsentrasi nitrogen tinggi umumnya

    menghasilkan jumlah daun yang lebih besar.

    Menurut Susilo (1991) dengan adanya nitrogen

    yang cukup dalam tanah dapat meningkatkan

    sintesis protein untuk pembelahan dan

    pembesaran sel yang menyebabkan

    bertambahnya jumlah dan peningkatan ukuran

    sel sehingga pertumbuhan tanaman dan jumlah

    daun meningkat.

    Berat Segar Total Tanaman

    Hasil analisis sidik ragam

    menunjukkan bahwa perlakuan komposisi

    media tanam (grumosol dan kompos)

    berpengaruh sangat nyata (P = 0,01) pada

    semua perlakuan terhadap berat segar total

    tanaman sambiloto, hal ini dapat ditunjukkan

    pada (lampiran 4). Rata-rata berat segar total

    tanaman pada semua perlakuan disajikan pada

    tabel 4.

    Tabel 4. Rata-rata berat segar total tanaman (gr) akibat perlakuan komposisi media tanam (grumosol dan kompos) pada berbagai perlakuan.

    Perlakuan Rata-rata berat segar total tanaman (pada saat panen)

    P0 30,26 a

    P1 41,4 c

    P2 43,24 c

    P3 36,52 b

    BNT 5% 2,58

    Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (P = 0,05), tn = tidak berbeda nyata.

    Berdasarkan pada tabel 4 dapat

    dijelaskan bahwa pengamatan pada saat panen

    menunjukkan bahwa nilai rata-rata berat segar

    total tanaman akibat perlakuan komposisi

    media tanam lebih banyak diperoleh pada

    perlakuan ( bagian grumosol : bagian

    kompos) P2, namun pada perlakuan (grumosol

    tanpa kompos) P0 memberikan nilai paling

    sedikit dibandingkan dengan perlakuan (

    bagian grumosol dan bagian kompos) P1, (

    bagian grumosol : bagian kompos) P3, berat

    segar total tanaman merupakan hasil

    pertumbuhan suatu tanaman diperoleh dari

    pengubahan energi matahari menjadi energi

    kimia yang berkaitan pula dengan ketersediaan

    hara dan air dalam tanah.

    Grafik 4. Berat Segar Total Tanaman

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    144

    05

    1015202530354045

    gram

    P0 P1 P2 P3

    Perlakuan

    Berat Segar Total Tanaman

    Air merupakan komponen utama

    dalam kehidupan tanaman, sekitar 70-90%

    berat segar tanaman berupa air yang

    merupakan media penunjang untuk

    berlangsungnya reaksi biokimia. Didalam

    tubuh tanaman air dapat masuk ke jaringan

    tanaman berlangsung melalui proses difusi.

    Proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor

    diantaranya adanya faktor lingkungan yang

    berperan dalam proses keseimbangan air yang

    ada pada sistem tanah, tanaman dan udara.

    Proses pembentukan dan

    perkembangan organ tanaman sangat

    dipengaruhi oleh ketersediaan air dan kompos

    dalam tanah. Pembentukan dan perkembangan

    organ tanaman (daun, akar, dan batang)

    berhubungan dengan proses sel tanaman untuk

    membesar. Sel tanaman akan membesar

    seiring dengan menebalnya dinding sel dan

    terbentuknya selulosa pada tanaman. pengaruh

    lainnya terkait dengan ketersediaan air bagi

    tanaman, berupa transport hara dari tanah bagi

    tanaman. Hara yang berada dalam tanah

    diangkut melalui air yang terserap oleh

    tanaman melalui proses difusi osmosis yang

    terjadi. Semakin baik hara yang terjerap oleh

    tanaman, maka ketersediaan bahan dasar bagi

    proses fotosintesis akan semakin baik pula.

    Proses fotosintesis yang berlangsung dengan

    baik, akan memacu penimbunan karbohidrat

    dan protein pada organ tubuh tanaman

    sambiloto. Penimbunan karbohidrat dan

    protein sebagai akumulasi hasil proses

    fotosintesis akan berpengaruh pada berat basah

    tanaman. Hasil ini menunjukkan bahwa

    semakin banyak kompos yang diberikan maka

    berat basah tanaman semakin berkurang

    begitupula sebaliknya jika tanaman sambiloto

    kekurangan kompos berat basah tanaman

    sangat rendah.

    Berat Kering Total Tanaman

    Hasil analisis sidik ragam

    menunjukkan bahwa perlakuan komposisi

    media tanam (grumosol dan kompos)

    berpengaruh sangat nyata (P = 0,01) terhadap

    berat kering total tanaman sambiloto, hal ini

    dapat ditunjukkan pada (lampiran 5). Rata-rata

    berat kering total tanaman pada semua

    perlakuan disajikan pada tabel 5.

    Tabel 5. Rata-rata berat kering total tanaman (gr) akibat perlakuan komposisi media tanam (grumosol dan kompos) pada berbagai perlakuan.

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    145

    Perlakuan Rata-rata berat kering total tanaman (pada saat panen)

    P0 8,42 a

    P1 11,34 c

    P2 12,34 c

    P3 9,84 b

    BNT 5% 1,05

    Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (P = 0,05), tn = tidak berbeda nyata.

    Berdasarkan pada tabel 5 dapat

    dijelaskan bahwa perlakuan (grumosol tanpa

    kompos) P0 memberikan nilai paling sedikit

    bila dibandingkan dengan perlakuan ( bagian

    grumosol : bagian kompos) P3, perlakuan

    ( bagian grumosol : bagian kompos) P1,

    namun pada perlakuan ( bagian grumosol :

    bagian kompos) P2 memberikan nilai yang

    paling banyak.

    Grafik 5. Berat Kering Total Tanaman

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    gram

    P0 P1 P2 P3

    Perlakuan

    Berat Kering Total Tanaman

    Dari hasil sidik ragam berpengaruh

    sangat nyata terhadap berat kering total

    tanaman sambiloto, besarnya nilai berat kering

    tanaman sangat tergantung dari proses

    fotosintesis yang dilakukan. Proses fotosintesis

    merupakan proses memasak makanan dalam

    daun yang memerlukan bahan dasar yang

    berupa bahan organik, air dan matahari.

    Ketersediaan bahan organik dan air tersebut

    sangat tergantung pada kemampuan tanah

    dalam menyediakan kedua bahan tersebut, tiap

    komposisi media tanam memiliki kemampuan

    yang berbeda dalam menyediakan bahan

    organik dan air bagi pertumbuhan tanaman.

    Kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

    sifat fisik (tekstur dan struktur), sifat kimia

    (KTK, pH dan suhu) dan sifat biologi

    (kandungan mikrobiologi tanah).

    Menurut (Dwijiseputro, 1990) bahwa

    pertumbuhan tinggi tanaman, batang dan

    jumlah daun yang baik akan menghasilkan

    berat kering total tanaman yang lebih baik.

    Berat kering total tanaman merupakan hasil

    keseimbangan antara pengambilan

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    146

    karbondioksida dan pengeluaran oksigen

    secara nyata ditunjukkan pada berat segar

    tanaman, begitu pula dengan laju fotosintesis

    yang berpengaruh terhadap berat kering

    tanaman dimana semakin tinggi laju

    fotosintesis semakin meningkat pula berat

    kering tanaman.

    Menurut Anas (1979), berat kering

    yang dihasilkan oleh suatu tanaman sangat

    bergantung pada perkembangan daun. Proses

    fotosintesis adalah suatu faktor yang penting

    dalam pertumbuhan tanaman dimana

    banyaknya daun yang tinggi dapat menerima

    sinar matahari yang tinggi pula, sehingga

    menyebabkan hasil fotosintesis meningkat

    yang kemudian senyawa-senyawa hasil

    fotosintesis diedarkan keseluruh organ

    tanaman yang membutuhkan dan

    menyebabkan bahan kering tanaman menjadi

    tinggi.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat

    disimpulkan sebagai berikut :

    1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

    perlakuan komposisi media tanam

    grumosol dan kompos berpengaruh nyata

    pada umur pengamatan 109, 116, 123 HST

    dan berpengaruh sangat nyata pada umur

    pengamatan 102 HST terhadap parameter

    tinggi tanaman. Hasil uji BNT pada

    parameter tinggi tanaman memberikan

    nilai tertinggi pada perlakuan bagian

    tanah grumosol dan bagian kompos

    (P2).

    2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

    perlakuan komposisi media tanam

    grumosol dan kompos pada parameter

    jumlah cabang pada umur pengamatan 95,

    102, 123 HST berpengaruh sangat nyata.

    Hasil uji BNT pada parameter jumlah

    cabang memberikan nilai tertinggi pada

    perlakuan bagian tanah grumosol dan

    bagian kompos (P2).

    3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

    perlakuan komposisi media tanam

    grumosol dan kompos pada parameter

    jumlah daun memberikan pengaruh nyata

    pada umur pengamatan 123 HST, dan

    berpengaruh sangat nyata pada umur

    pengamatan 95, 102 HST. Hasil uji BNT

    pada parameter jumlah daun memberikan

    nilai tertinggi pada perlakuan bagian

    tanah grumosol dan bagian kompos

    (P2).

    4. Perlakuan komposisi media tanam

    grumosol dan kompos memberikan

    pengaruh sangat nyata terhadap parameter

    berat segar total tanaman dan berat kering

    total tanaman. Hasil uji BNT pada

    parameter berat segar total tanaman dan

    berat kering total tanaman memberikan

    nilai tertinggi pada perlakuan bagian

    tanah grumosol dan bagian kompos

    (P2).

    Saran

  • EMBRYO VOL. 5 NO. 2 DESEMBER 2008 ISSN 0216-0188

    147

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

    tentang komposisi media tanam jenis tanah

    dan kompos agar didapatkan hasil yang lebih

    akurat, selanjutnya yang perlu diperhatikan

    adalah:

    1. Analisis terhadap media dilakukan

    sebelum tanam dan setelah panen untuk

    mengetahui kadar unsur hara yang

    terserap tanaman.

    2. Sampel tanaman sebaiknya lebih dari tiga

    agar diperoleh data sebaran normal.

    Perlu juga adanya penelitian lain untuk

    meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

    sambiloto agar teknologi budidayanya lebih

    dikenal oleh masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anas, M. Didi Suari dan Haryono, 1978.

    Pengaruh Naungan Terhadap

    Pertumbuhan dan Hasil Biji

    Kedelai. Balitan Bogor P : 1978

    Anonimous.2000b. Gema Teknologi EM. IPSA

    Vol 2 No 1. Jakarta Hal 2-3

    Buckman, P. 1983. Pengantar Pengkajian

    Tanah-Tanah Wilayah Tropis Dan

    Sub Tropika. Gajah Mada

    University Press. Yogyakarta. 164

    Hal.

    Effendi, S. 1982. Ensiklopedi Tumbuh-

    Tumbuhan. Karya Anda.

    Surabaya.

    Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.

    Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 218 Hal.

    ____________1993. Klasifikasi Tanah dan

    Pedogenesis. Akademi Presindo

    Jakarta. 274 Hal.

    Haryadi , 1986. Pengantar Agronomi.

    Departemen Agronomi Fakultas

    Pertanian IPB PP : 191 hal

    Hakim, N. , M. Y. Nyakpa, A. M Lubis, S. G.

    Nugroho. 1986. Dasar-dasar Ilmu

    Tanah. Universitas Lampung. 285

    hal.

    Kramer, P. J.1975.Plant And Soil Water

    Relation Ships Modern Syntesis.Tata Mc.

    Graw Hill. Pub. Co. Ltd. New

    Delhi. 482 Hal.

    Kartasapoetra, G.1992.Budidaya Tanaman

    Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta

    Mahendra, B.2005. 13 Jenis Tanaman Obat

    Ampuh. Penebar Swadaya.

    Jakarta. 140 Hal.

    Murbandono, L.2000. Membuat Kompos. PT

    Penebar Swadaya. Jakarta.

    54 Hal.

    Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman

    Sayur. PT Penebar Swadaya.

    Jakarta. 69 Hal.

    Rinsema, W. T. 1983. Pupuk dan Pemupukan.

    Bharata Karya Aksara. Jakarta.

    41-43 hal.

    Soepardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Penebar

    Swadaya. Jakarta. 35 hal.

    Sugito, Y. , Nuraini, Y. Dan Nihayati, E.1994.

    Sistem Pertanian Organik.

    Universitas Brawijaya. Malang.

    47 Hal

  • Pengaruh Komposisi Media 133148 (Siti Fatimah, Budi MH)

    148

    Supriatna, S. 2002. Warta Penelitian dan

    Pengambangan Tanaman

    Industri, Vol 8 no 2. Balitro

    Susilo, H. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

    Universitas Indonesia Press

    Salemba. Jakarta. Hal 113 121.

    Sutejo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara

    Pemupukan. PT. Reneka Cipta.

    Jakarta. 177 hal.

    Winarto, W, P.2004. Sambiloto Budidaya dan

    Pemanfaatan untuk Obat. Penebar

    Swadaya. Jakarta. 72 Hal.