jurnal m1.pdf
description
Transcript of jurnal m1.pdf
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
259
PERBAIKAN KONDISI KERJA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
YANG RELEVAN DENGAN KONSEP ERGONOMI
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN
DAN PRODUKTIVITAS PEMATUNG
DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR
I Made Sutajaya & Ni Putu Ristiati
Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
Abstrak
Tujuan utama penelitian, mengetahui pengaruh penerapan
ergonomik berbasis kearifan lokal terhadap kualitas kesehatan dan
produktivitas pekerja. Penelitian ini dilakukan di Desa Peliatan
Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar yang melibatkan 30 orang
pekerja. Hasil yang diperoleh adalah: (1) 82% stasiun kerjanya
belum mengacu kepada konsep asta kosala-kosali yang sepadan
dengan konsep antropometri; (2) kearifan lokal yang relevan
dengan prinsip ergonomi adalah konsep menyama-braya
(kerjasama tim), pantangan kerja malam hari/ siang hari, penerapan
istirahat aktif melalui kegiatan mebongbong, beternak itik/ ayam/
sapi, pemberian sarin pegae sebagai bonus kerja, melaksanakan
upacara tumpek landep sebagai spirit kerja, menggunakan ukuran
tubuh seperti ajengkal, aguli, adepa, adepa agung saat mengukur
peralatan dan objek kerja (sepadan dengan konsep antropometri);
(3) kualitas kesehatan dilihat dari beban kerjanya ternyata terjadi
peningkatan sebesar 37,5%; keluhan muskuloskeletal meningkat
sebesar 50,8%, dan kelelahan meningkat 31,5%, antara sebelum
dan sesudah kerja, akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Dapat disimpulkan bahwa: (1) data antropometri yang sepadan
dengan konsep asta kosala-kosali sangat diperlukan dalam
mendesain stasiun kerja; (2) kearifan lokal yang ditemukan pada
penelitian ini sangat relevan dengan konsep ergonomi dan ada yang
bersifat umum ada yang bersifat khas di masing-masing daerah; (3)
kualitas kesehatan pekerja ternyata sangat dipengaruhi oleh kondisi
kerjanya, karena terbukti terjadi peningkatan beban kerja,
kelelahan, dan keluhan muskuloskeletal antara sebelum dan
sesudah kerja secara bermakna (p < 0,05). Untuk itu disarankan
agar konsep kearifan lokal yang secara alami sudah teruji
hendaknya dikembangkan kembali dan diterapkan dalam mengatasi
kondisi kerja yang tidak ergonomik.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
260
Kata-kata kunci : antropometri, kearifan lokal, ergonomi, dan
stasiun kerja
Abstract
The main purpose of this study was to know the influence
of the ergonomic application based on the local wisdom to health
quality and productivity. This explorative research was done in
Peliatan Village, Gianyar Regency and involved is about 30
subjects. The result study was found: (1) 82% the working station
had not been designed based asta kosala-kosali concept which
relevance to anthropometric concept; (2) local wisdom which
relevance to ergonomic principles are: menyama-braya concept
(team work), working in the night and afternoon are a taboo; the
applied of active rest pauses through mebongbong (cockfight
exercises) activity, give the sarin pegae as a bonus to motivate the
workers, look after of the cattle such as duck/ chicken/ cow,
tumpek landep ceremony as a working spirit, using the body size
such as ajengkal, aguli, adepa, adepa agung to the size of the hand
grip and working object (relevance to anthropometric concept); (3)
the health quality with the indicators i.e. workload increase about
37.5%, musculoskeletal complaints increase about 50.8%, and
fatigue increase about 31.5%, between before and after working.
This condition was predicted to productivity. Therefore, it could be
concluded that: (1) anthropometric data similar to asta kosala-
kosali concept is most needed in designing the working station; (2)
the local wisdom which was found in this study most relevance to
ergonomic concept and it had generally and specific characteristic
in the each regency; (3) the workers health quality is most
influenced to working condition, because in this study was found
that the significantly increase of workload, fatigue, and
musculoskeletal complaints between before and after working (p <
0.05); (4) the productivity could be increased through the
application of the local wisdom which relevance to ergonomic
principles. So, it could be recommended that the local wisdom
which had been tested naturally must be developed and applied in
overcoming the un-ergonomic working condition.
Keywords : anthropometric, local wisdom, ergonomic, work
station
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
261
Pendahuluan
Di dalam mendesain stasiun dan proses kerja, sampai saat ini belum
mengacu kepada data antropometri pekerja yang ada di areal tempat mereka
beraktivitas. Umumnya yang digunakan sebagai acuan adalah data sekunder
yang ada pada litetatur atau sumber bacaan yang relevan yang umumnya
masih menggunakan ukuran orang barat. Untuk mengatasi masalah tersebut
perlu dilakukan eksplorasi data dasar yang akan digunakan sebagai acuan di
dalam membuat desain stasiun kerja yang ergonomis. Di samping itu melalui
pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) akan
terwujud desain stasiun dan proses kerja yang secara teknis sesuai dengan
pekerjanya dan secara fisiologis tidak menimbulkan keluhan
muskuloskeletal, tidak mengakibatkan beban kerja yang terlalu berat dan
dapat memperlambat munculnya kelelahan (Manuaba, 2006 a; Azadeh, et al,
2007; Ercan, et al, 2006).
Antropometri merupakan ukuran dan proporsi tubuh manusia yang
mempunyai manfaat praktis untuk menentukan ukuran tempat duduk, meja
kerja, jangkauan, genggaman, ruang gerak dan batas-batas gerakan sendi
(Grandjean, 2007). Jika dikaji mengenai hubungan antara alat, menusia dan
pekerjaannya masing-masing, maka data antropometri akan sangat
dibutuhkan untuk memperoleh kesesuaian antara ukuran diri mereka dengan
alat-alat yang digunakan. Saat ini masih belum banyak dimanfaatkan ukuran-
ukuran antropometri di dalam mendesain alat-alat kerja dan tempat kerja,
padahal sesungguhnya antropometri ini sudah dimanfaatkan oleh orang Bali
pada saat membangun rumah dan membuat peralatan kerja yaitu dengan
menggunakan asta kosala-kosali dan asta bumi yang pada prinsipnya hampir
sama dengan konsep antropometri. Di samping itu konsep yang tertuang
pada Tri Hita Karana, konsep pemali, dan Ayurveda Ilmu Kedokteran Hindu
juga digunakan sebagai acuan di dalam memperbaiki stasiun dan proses kerja
di industri kecil yang dikaitkan dengan parameter kualitas kesehatan dan
produktivitas. Ini merupakan kearifan lokal yang dapat diterapkan di
masyarakat dengan mengacu kepada prinsip-prinsip ergonomi.
Penerapan ergonomi yang mengupayakan agar pekerja selalu dalam
kondisi sehat, aman, dan nyaman dalam proses kerja merupakan suatu yang
penting untuk dilaksanakan dan sesegera mungkin harus diimplementasikan
(Manuaba, 2006 b; Azadeh, et al, 2007; Ercan, et al, 2006). Jika hal ini
diabaikan, maka kualitas kesehatan pekerja diyakini akan terganggu bahkan
bisa menimbulkan deformitas pada organ tubuhnya dan pada akhirnya akan
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
262
menurunkan produktivitas kerja. Salah satu cara yang bisa ditempuh agar
para pekerja yang berkecimpung di dalam kegiatan yang ada di industri kecil
tetap dalam kondisi yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien serta
produktivitasnya tinggi maka diperlukan kaidah-kaidah ergonomi yang
berbasis kearifan lokal di dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di tempat
kerja. Sebab seandainya hal ini tidak dilakukan maka akan menimbulkan
berbagai macam gangguan, kelainan dan penyakit yang terkait dengan sistem
otot dan rangka, misalnya; (1) terganggunya mekanika tubuh manusia secara
umum, (2) bisa terjadi luka atau cedera pada persendian, (3) epimisium dan
perimisium otot bisa sobek, (4) rasa sakit pada vertebrae (tulang belakang)
dan (5) terjadi deformitas atau degenerasi pada diskus intervertebralis
(cakram atau piringan pada persendian tulang belakang)(Grandjean, 2007).
Dengan demikian kualitas kesehatan pekerja akan terancam yang pada
akhirnya produktivitas kerja akan menurun.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah menyesuaikan antropometri
pekerja dengan ukuran alat kerjanya?; (2) Bagaimanakah mendesain stasiun
kerja berbasis kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi agar
tidak menimbulkan efek negatif terhadap kualitas kesehatan pekerja? ; (3)
Bagaimanakah menentukan kriteria beban kerja yang menyertai pekerja di
sektor industri kecil pada saat melakukan aktivitas di tempat kerja ?; (4)
Bagaimanakah menentukan lokasi keluhan muskuloskletal yang terjadi
seandainya ukuran alat kerja tidak sesuai dengan antropometri pekerja?; dan
(5) Bagaimanakah menentukan kelelahan pekerja pada saat beraktivitas?
Metode
Penelitian deskriptif-eksploratif ini dirancang berdasarkan
pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP).
Khusus mengenai kualitas kesehatan dan produktivitas pekerja sebelum dan
sesudah penerapan ergonomi berbasis kearifan lokal dilakukan penelitian
eksperimental dengan rancangan pre and post test group design (treatment
by subjects design).
Populasi adalah pekerja di industri kecil yang ada di Desa Peliatan,
Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar berjumlah 567 orang. Melalui
pemilihan sampel secara multistage random sampling, terpilih 30 orang
pekerja yang tergabung dalam satu kelompok kerja. Data yang diperoleh
dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
263
Hasil Dan Pembahasan
Kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi adalah: (a)
pemanfaatan ukuran tubuh pekerja dalam mendesain alat kerja yang
mengacu kepada konsep asta kosala-kosali sangat relevan dengan konsep
antropometri; (b) penentuan jarak antar tempat kerja yang menggunakan
konsep asta bumi sangat relevan dengan konsep geometri dalam ergonomi;
(c) konsep pamali dalam bekerja di siang hari (tengai tepet/ rikala tajeg Sang
Hyang Surya) dan bekerja sandikala (menjelang malam) serta bekerja malam
hari sangat relevan dengan konsep istirahat panjang, istirahat pendek, dan
kerja lembur; (d) konsep sarin pegae sangat relevan dengan konsep bonus
kerja dalam ergonomi; (e) penempatan pelangkiran di setiap tempat kerja
relevan dengan konsep spirit kerja dalam ergonomi; (f) rasa jengah dalam
berkarya relevan dengan konsep motivasi kerja dalam ergonomi; (g) konsep
sagilik-saguluk, salunglung-sabaya-antaka dan menyama-braya amat
relevan dengan konsep kerjasama tim yang kondusif dalam ergonomi; (h)
upacara tumpek landep amat relevan dengan upaya maintenance peralatan
kerja dalam ergonomi.
Kualitas kesehatan yang didata adalah berupa keluhan
muskuloskeletal pekerja, kelelahan, dan beban kerja. Sedangkan
produktivitas yang didata di dua pilot projek penelitian menunjukkan adanya
peningkatan setelah diterapkan istirahat aktif dan istirahat pendek serta
pengaturan stasiun kerja yang mengacu kepada potensi kearifan lokal yang
ada di daerah tersebut yang relevan dengan konsep ergonomi.
Tabel 1
Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan Pematung
No Variabel Sebelum kerja Sesudah kerja Nilai
t
Nilai p Persenta
se
Peningk
at-an
Rerata SB Rerata SB
1 Beban kerja
pematung
74,67 8,24 102,70 7,87 14,629 0,0001 37,5%
2 Keluhan
musculoskelet
al pematung
29,50 1,64 44,47 3,37 19,645 0,0001 50,8%
3 Kelelahan
pematung
31,47 1,41 41,37 2,25 20,117 0,0001 31,5%
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
264
Manfaat Praktis Antropometri dalam Mendesain Tempat kerja
Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa sampai saat ini
secara umum penggunaan ukuran tubuh manusia yang dikenal dengan
konsep asta kosala-kosali masih digunakan di masyarakat khususnya dalam
menentukan ukuran alat kerja (hand tools). Akan tetapi ada beberapa alat
kerja di beberapa industri kecil yang ada di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar,
Bali yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya. Kondisi tersebut
dapat memicu munculnya keluhan muskuloskeletal pekerja dilihat dari
peningkatan skor keluhan muskuloskeletal antara sebelum dan sesudah
beraktivitas. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan keluhan
muskuloskeletal sebesar 50,8%. Ini menunjukkan bahwa peningkatan
keluhan muskuloskeletal tersebut memerlukan penanganan yang serius
sehingga tidak menganggu produktivitas kerjanya. Di samping itu juga
terjadi peningkatan kelelahan pekerja sebesar 31,5% yang diprediksi
diakibatkan oleh stasiun kerja yang tidak ergonomik dan kurang
dimanfaatkannya potensi kearifan lokal yang sudah ada sejak leluhur mereka
bekerja di tempat tersebut. Beban kerja juga menunjukkan peningkatan yang
bermakna yaitu sebesar 37,5% antara sebelum dan sesudah beraktivitas. Ini
menunjukkan bahwa beban kerja yang diakibatkan oleh kondisi kerja yang
tidak ergonomik perlu diperbaiki yang mengacu kepada potensi kearifan
lokal yang relevan dengan konsep-konsep ergonomi seperti konsep asta
kosala-kosali, asta bumi, pamali, upakara dan upacara, tabu, dan beberapa
pantangan lainnya yang berkaitan dengan waktu kerja.
Beban Kerja Pematung
Perbaikan kondisi kerja yang dilakukan di industri kerajinan patung
di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar sangat diperlukan
sebagai upaya untuk mengurangi beban kerja perajin, karena ternyata setelah
bekerja pematung mengalami peningkatan beban kerja sebesar 37,5% (p <
0,05). Persentase peningkatan beban kerja yang relatif besar tersebut
mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif dan perbaikan sikap kerja
sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan
beban kerja secara bermakna. Pernyataan ini didukung oleh peneliti lain
yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja
secara ergonomis dapat mengurangi beban kerja para pembuat minyak
kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 14,69%; (b) Erawan (2002)
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
265
melaporkan bahwa perbaikan rancang bangun traktor tangan dapat
mengurangi beban kerja pekerja sebesar 35,04%; (c) Hilda (2000)
melaporkan bahwa perbaikan sikap kerja saat mengangkat dan mengangkut
kotak kemas dapat mengurangi beban kerja sebesar 18,02%; (d) Artayasa
(2006) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat
angkut kelapa dapat mengurangi beban kerja sebesar 10,61%; dan (e)
Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan
ergonomi total dapat mengurangi beban kerja pekerja di industri gerabah
Kasongan Bantul sebesar 21,69%
Keluhan Muskuloskeletal Pematung
Perbaikan kondisi kerja yang dilakukan di industri kerajinan patung
di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar sebagai upaya untuk
mengurangi keluhan muskuloskeletal perajin sangat diperlukan, karena
ternyata setelah bekerja mengalami peningkatan keluhan muskuloskeletal
sebesar 50,8% (p < 0,05). Persentase peningkatan keluhan muskuloskeletal
yang relatif besar pada kerajinan patung tersebut mengindikasikan bahwa
kondisi kerja mereka belum ergonomis, sehingga penerapan istirahat aktif
dan perbaikan sikap kerja sangat diperlukan sebagai salah satu implementasi
ergonomi yang berbasis kearifan lokal. Hal ini didukung oleh: (a) Erlangga
dan Sutalaksana (2001) yang menyatakan bahwa gangguan muskuloskeletal
merupakan fenomena kecelakaan kerja yang bersifat kumulatif yang sering
diakibatkan oleh posisi dan sikap kerja yang tidak alamiah karena tidak
diperhatikannya antara antropometri pekerja dengan tinggi bidang kerjanya;
(b) Yassierli dan Sutalaksana (2000) menyatakan bahwa dalam bekerja
manusia akan memposisikan dirinya mengikuti rancangan sistem yang ada
dan hal ini sering menimbulkan posisi dan sikap kerja yang tidak alamiah
yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan atau rasa sakit pada tulang
belakang, leher, bahu, lengan, pergelangan tangan, tangan, paha, betis, dan
kaki; dan (c) Diwyastra (2000) melaporkan bahwa perajin ukiran sanggah di
Desa Semana, 80% mengeluh nyeri punggung dan 100% nyeri pinggang
yang diakibatkan oleh sikap kerja membungkuk dan duduk bersila yang
dilakukan dalam waktu relatif lama.
Kelelahan Pematung
Perbaikan kondisi kerja yang dilakukan di industri kerajinan patung di
Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar sangat perlu dilakukan
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
266
sebagai upaya untuk mengurangi kelelahan perajin. Dapat dikatakan
demikian, karena ternyata setelah mereka bekerja mengalami peningkatan
kelelahan sebesar 31,5% (p < 0,05). Persentase peningkatan kelelahan yang
relatif besar tersebut semakin meyakinkan bahwa penerapan istirahat aktif
dan perbaikan sikap kerja mutlak diperlukan untuk menurunkan kelelahan
secara bermakna. Pernyataan tersebut didukung oleh: (a) Sutjana & Adiputra
(2006) melaporkan bahwa kelelahan pekerja antara sebelum dan sesudah
kerja pada proses angkat-angkut sebelum dilakukan perbaikan meningkat
sebesar 44,09% (p < 0,05), akan tetapi setelah dilakukan perbaikan cara
angkat dan angkut sesuai antropometri ternyata dapat mengurangi kelelahan
sebesar 41,18% ( p < 0,05); (b) Tunas & Sutajaya (2005) menemukan bahwa
kondisi kerja yang tidak ergonomik ternyata dapat meningkatkan kelelahan
perajin perak di Desa Poh Manis Penatih Denpasar sebesar 39,94% antara
sebelum dan sesudah kerja (p < 0,05), dan dari hasil perbaikan kondisi kerja
yang mengupayakan agar para perajin tidak selalu berada di satu tempat dan
dapat melakukan istirahat aktif ternyata mampu mengurangi kelelahan
sebesar 45,77% antara sebelum dan sesudah perbaikan kondisi kerja (p <
0,05); (c) Sudiadjeng (2003) melaporkan bahwa tempat kerja yang
ergonomik pada proses pengadukan beton dapat mengurangi kelelahan
pekerja sebesar 30,76% (p < 0,05); dan (d) Wulanyani (2003) melaporkan
bahwa pengaturan istirahat dan penggunaan musik pengiring kerja dapat
mengurangi kelelahan pelinting rokok sebesar 28,42% (p < 0,05).
Produktivitas Pematung
Perbaikan yang mengacu kepada kearifan lokal yang relevan dengan
konsep ergonomi diharapkan mampu untuk mengatasi penurunan kualitas
kesehatan yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal,
dan kelelahan. Jika ini bisa dilakukan bukan hal yang mustahil jika terjadi
peningkatan produktivitas. Ini bisa terjadi karena beban kerja para perajin
dapat diturunkan dan disertai dengan tidak terjadinya akumulasi kelelahan.
Hal serupa juga dilaporkan oleh beberapa peneliti yaitu: (a) Arimbawa
(2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat
meningkatkan produktivitas kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan
Dawan Klungkung sebesar 35,71%; (b) Wulanyani (2004) melaporkan
bahwa penerapan istirahat aktif dan pemberian musik pengiring pada proses
pelintingan rokok di CV X Denpasar dapat meningkatkan produktivitas
sebesar 121,89%; (c) Erawan (2002) melaporkan bahwa perbaikan rancang
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
267
bangun traktor tangan meningkatkan produktivitas pekerja sebesar 23,25%;
(d) Hilda (2000) melaporkan bahwa perbaikan sikap kerja saat mengangkat
dan mengangkut kotak kemas dapat meningkatkan produktivitas sebesar
119,71%; (e) Adiatmika (2007) melaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja
dengan pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas perajin
pengecatan logam di Kediri Tabanan sebesar 61,66%; (f) Artayasa (2006)
melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut
kelapa dapat meningkatkan produktivitas sebesar 48,84%; dan (g) Purnomo
(2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total
dapat meningkatkan produktivitas pekerja di industri gerabah Kasongan
Bantul sebesar 59,49%
Simpulan
Bertolak dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
dan dikaji di atas dapat dibuat simpulan sebagai berikut. (1) Penyesuaian
antropometri pekerja dengan ukuran alat kerja perajin mengacu kepada
konsep asta kosala-kosali sebagai salah satu kearifan lokal yang masih
relevan diterapkan dalam mendesain peralatan kerja; (2) Stasiun kerja dapat
didesain melalui penerapan kearifan lokal yang relevan dengan konsep
ergonomi agar implementasinya dapat berkesinambungan; (3) Kriteria beban
kerja dapat ditentukan berdasarkan perubahan frekuensi denyut nadi, dan
dalam penelitian ini ditemukan bahwa kondisi kerja yang tidak ergonomis
dapat meningkatkan beban kerja pematung sebesar 37,5%; (4) Lokasi
keluhan muskuloskeletal dapat ditelusuri melalui peta otot tubuh manusia
dan pada penelitian ini ditemukan bahwa kondisi kerja yang tidak ergonomis
dapat meningkatkan keluhan muskuloskeletal pematung sebesar 50,8%; dan
(5) Kelelahan dapat ditentukan berdasarkan kondisi tubuh seseorang yang
diekpresikan melalui berbagai perasaan yang berkaitan dengan indikator
kelelahan dan pada penelitian ini ditemukan bahwa kondisi kerja yang tidak
ergonomis dapat meningkatkan kelelahan pematung sebesar 31,5%.
Saran
Saran yang tampaknya penting untuk disampaikan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut. (1) Agar para pekerja di industri kecil mencermati
kondisi kerjanya ditinjau dari pendekatan ergonomik dan dipadukan dengan
kearifan local yang relevan; (2) Penerapan kearifan lokal yang relevan
dengan konsep ergonomi hendaknya dimaksimalkan agar dicapai hasil yang
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
268
memuaskan terkait dengan upaya perbaikan stasiun kerja; dan (3) Penerapan
konsep ergonomi berbasis kearifan lokal sudah seharusnya dilakukan agar
dicapai kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif, dan efisien serta
tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.
Daftar Rujukan
Adiatmika, I P.G.2007. Perbaikan Kondisi Kerja dengan Pendekatan
Ergonomi Total Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan
Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin pengecatan
Logam di Kediri Tabanan. Disertasi. Program Pascasarjana S3 Ilmu
Kedokteran Universitas Udayana.
Arimbawa, I M.G. 2009. Redesain Peralatan Kerja secara Ergonomis
Meningkatkan Kinerja Pembuat Minyak Kelapa Tradisional di
Kecamatan Dawan Klungkung. Disertasi. Program Pascasarjana S3
Ilmu Kedokteran Universitas Udayana.
Artayasa, N. 2006. Total Ergonomis Application of Women Coconut
Handler. Proceeding Ergo Future, International Symposium on Past,
Present and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed.
Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar: Department of Physiology,
Udayana University.
Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M. 2007. A Total Ergonomis Design
Approach to Enhance the Productivity in A Complicated Control
System. Journal of Information Technology. 6 (7): 1036 – 1042.
Erawan, I.N. 2002. Perbaikan Rancang Bangun Handel Traktor Tangan
yang Mengacu Aspek Antropometri dapat Mengurangi Beban Kerja
dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Operator Traktor di Desa
Werdhi Agung Propinsi Sulut. Tesis. Program Pascasarjana S2
Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana
Ercan, S., & Erdinc, O. 2006. Challenges of Leardership in Industrial
Ergonomis Projects. Journal Istanbul Ticaret Universitesi Fen
Bilimleri Dergisi. Vol.5 (9): 119 – 127.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
269
Dwyastra. 2000. Keluhan Subjektif Tukang Ukir Sanggah pada Perajin
MLS di Desa Semana Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung,
Bali. dalam Prosiding Seminar Nasional Ergonomi 2000 di
Surabaya.
Erlangga, E. 2001 Gangguan Jaringan Muskuloskeletal Akibat Bekerja.
Teknik Industri ITB. Bandung.
Grandjean, E. 2007. Fitting the task to the Man. A Textbook of Occupational
Ergonomis. 4th Edition. London: Taylor & Francis.
Hilda, S. 2000. Mengangkat dan Meletakkan Kotak Kemas dengan
Menekukkan Lutut, Mengangkut dengan Memakai Troley
Menurunkan Beban Kerja dan Meningkatkan Produktivitas Tenaga
Kerja Wanita di Perusahaan Pengalengan Makanan. Tesis. Program
Pascasarjana S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana.
Manuaba, A. 2006 a. Aplikasi Ergonomi dengan Pendekatan Holistik Perlu,
Demi Hasil yang Lebih Lestari dan Mampu Bersaing. Jurnal Sosial
dan Humaniora, Vol. 01 No. 03: 235-249.
Manuaba, A. 2006 b. Total Ergonomis Approach is a Must to Attain
Humane, Competitive and Sustainable Work System and Products.
Proceeding Ergo Future. International Symposium on Past, Present
and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed.
Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar: Department of Physiology,
Udayana University.
Purnomo, H. 2007. Sistem Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total
Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Beban Kerja
serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja Industri Gerabah di
Kasongan Bantul. Disertasi. Program Pascasarjana S3 Ilmu
Kedokteran Universitas Udayana.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 5(3), 259-270
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
270
Sudiadjeng, L. 2003. Peneduh di Areal Kerja Menekan Kelelahan dan
Meningkatkan Produktivitas Pengadukan Spesi Beton secara
Konvensional. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Yogyakarta.
Sutjana, I.D.P. & Adiputra, N. 2006. Change of Ergonomi Application in
Bali Agricultural Tool Design-A SHIP Approach Experience.
Proceeding Ergo Future, International Symposium on Past, Present
and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed.
Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar:Department of
Physiology, Udayana University.
Tunas, K dan Sutajaya, I.M. 2005. Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi
Beban Kerja, Gangguan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta
Meningkatkan Produktivitas Perajin Perak Di Desa Poh Manis
Penatih Denpasar. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi.
Yogyakarta.
Wulanyani, N.M.S. 2003. Pengaturan Istirahat dan Musik Pengiring Kerja
Menurunkan Kelelahan dan Stress Kerja Pelinting Kertas Rokok di
CV “X” Denpasar. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi.
Yogyakarta.
Wulanyani, N.M.S. 2004. Pengaturan Istirahat dan Musik Pengiring Kerja
Meningkatkan Produktivitas Pelinting Kertas Rokok di CV “X”
Denpasar. Tesis. Program Pascasarjana S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja.
Universitas Udayana.
Yassierli dan Sutalaksana, I. Z. 2000. Evaluasi dan Analisis Postur Kerja
dalam Sistem Kerja Permesinan Konvensional Indonesia. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Ergonomi 2000 di Surabaya.