m1 dasar dasar pengukuran
-
Upload
heru-dermawan -
Category
Documents
-
view
802 -
download
91
Transcript of m1 dasar dasar pengukuran
(Laboratorium Fisika Dasar)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mempelajari cara pemakaian jangka sorong dan micrometer sekrup
2. Mengukur panjang, lebar, tinggi, dan diameter beberapa benda ukur
3. Memahami konsep angka penting
4. Memepelajari cara pengolahan data menggunakan analisa kesalahan
1.2 Landasan Teori
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan atas percobaan. Percobaan
memerlukan pengukuran untuk menjelaskan hasilnya digunakan angka atau
bilangan. Dalam fisika, panjang, suhu, dan volume di sebut dengan istilah besaran.
Jadi besaran adalah suatu yang dapat diukur dan dihasilkannya sesuatu yang dapat
dinyatakan dengan angka. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita selalu
membandingkannya dengan sesuatu yang dijadikan acuan standar. Standar ini
didefinisikan sebagai satuan.
1.2.1 Pengukuran
Pembentuk utama fisika adalah besaran-besaran fisis yang dipakai untuk
menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya: panjang, massa, waktu, gaya,
kecepatan, rapatan, resistivitas, temperature, intensitas cahaya dan lain-lain. Ada
banyak besaran fisis, kadang-kadang saling bergantungan dengan lainnya, misalnya
saja laju. Laju adalah perbandingan antara panjang dan waktu. Yang harus kita
lakukan adalah memilih sejumlah kecil besaran besaran fisis sebagai besaran dasar.
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan
setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Yang paling
penting, keterbatasan ketetapan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan
membaca sebuah instrumental diluar batas bagian terkecil yang ditunjukkan.
Pengukuran dengan alat ukur yang lebih akurat memiliki ketidakpastian lebih kecil
dari alat ukur biasa. Ketidakpastian disebut juga ralat, karena menggambarkan
selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 1
(Laboratorium Fisika Dasar)
1.2.2 Satuan-satuan Dasar SI
Tabel 1.1 Satuan-satuan dasar SI
No Besaran Nama Simbol
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Panjang
Massa
Waktu
Arus listrik
Temperature termodinamik
Jumlah zat
Intesitas cahaya
Meter
Kilogram
Sekon
Ampere
Kelvin
Mole
Candela
m
Kg
S
A
K
mol
cd
Pada beberapa pengukuran, ketidakpastian tidak dinyatakan secara langsung,
hanya digambarkan berdasarkan banyaknya angka penting. Ketika menyatakan hasil
pengukuran, penting juga untuk menyatakan kecepatan, atau perkiraan
ketidakpastian, pada pengukuran tersebut. Sebagai contoh lebar papan dapat
dituliskan sebagai 5,2 ± 0,1 cm, hasil ± 0,1 cm (“kurang lebih 0,1 cm”) menyatakan
perkiraan ketidakpastian pada pengukuran itu, sehingga lebar sebenarnya paling
mungkin berada diantara 5,1 dan 5,3 cm.persen ketidakpastian merupakan rasio
antara ketidakpastian dan nilai yang terukur, dikalikan dengan 100. Misalnya jika
pengukuran adalah 5,2 dan ketidakpastian sekitar 0,1 cm, persen
Ketidakpastian adalah 0,1⁄ 5,2 × 100 = 2%
Beberapa alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang antara lain
penggaris (mistar), jangka sorong dan micrometer. Ketiga alat ini mempunyai
ketelitian yang berbeda.
a. Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur untuk menentukan jarak dengan
ketelitian 0,02 atau 0,05 mm. Jangka terdiri dari dua rahang yaitu pasangan
rahang pertama digunakan untuk mengukur diameter dalam, sedangkan
pasangan rahang yang kedua digunakan untuk mengukur diameter luas. Dari
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 2
(Laboratorium Fisika Dasar)
pasangan rahang ini terdapat rahang yang tidak dapat bergeser (disebut rahang
tetap), dan rahang yang dapat bergeser (disebut rahang geser). Pada rahang
tetap terdapat skala utama dalam satuan cm dan mm. pada rahang geser
terdapat skala terpendek yang terbagi menjadi sepuluh bagian yang sama
disebut nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius atau vernier pada jangka
sorong adalah 9 mm, sehingga panjang satu skala nonius adalah 0,9 mm. jadi
selisih antara skala nonius dengan skala utama 0,1 mm. ketika rahang ditutup
panjang benda diukur adalah nol pada skala sehingga nol pada skala utama
berhimpit dengan angka nol yang terdapat pada skala nonius. Pengukuran dapat
dilakukan dengan menjepit objek pengukuran pada kedua rahang. Apabila
panjang benda yang diukur 3,5 cm rahang geser harus digeser sejauh 3,5 cm
pada skala utama.
b. Micrometer sekrup
Micrometer sekrup merupakan alat ukur benda yang sangat kecil
dengan ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Alat ini lazim digunakan untuk
mengukur ketebalan. Alat ini juga mempunyai skala utama dengan skala terkecil
0,5 mm dan ketelitian lebih tinggi dari jangka sorong dan mistar. Bagian utama
micrometer sekrup adalah sebuah poros bergulir yang dipasang pada silinder
pemutar disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar terdapat garis-garis skala
yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal di gerakkan satu putaran penuh
maka poros akan maju atau mundur 0,01 mm atau 0,01 cm. pada saat
pengukuran panjang benda dengan menggunakan micrometer sekrup, bidal
diputar sehingga benda dapat diletakkan diantara landasan dan poros, ketika
poros hampir menyetuh benda pemutaran dilakukan dengan menggunakan
roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda bergigi ini
putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika poros
menyentuh benda, akan menyebabkan pengukuran menjadi tidak teliti, karena
micrometer sekrup merupakan suatu alat persisi yang penggunaannya harus
benar dan kebersihannya harus tetap di jaga untuk memberikan hasil yang
memuaskan.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 3
(Laboratorium Fisika Dasar)
1.2.3 Mengukur Massa Benda
Massa benda biasanya diukur dengan menggunakan timbangan yaitu
dengan timbangan neraca. Neraca yang sering di gunakan adalah neraca yang
memiliki 3 lengan berskala yang dilengkapi dengan lengan geser. Massa merupakan
ukuran banyaknya zat yang terkandung dalam benda. Massa keseharian disebut
berat. Setiap pengukuran memiliki ketidakpastian. Pengukuran dengan alat yang
mempunyai ketelitian lebih akurat (seperti jangka sorong) memiliki ketidakpastian
lebih kecil dibandingkan pengukuran dengan menggunakan mistar biasa.
Ketidakpastian tersebut mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi
antara lain terukur dengan nilai sebenarnya. Pada banyak kasus, ketidakpastian dari
suatu bilangan yang tidak dicantumkan secara eksplisit. Sebagai penggantinya,
ketidakpastian pengukuran ditunjukkan dengan angka penting atau angka signifikan
dari besaran yang diukur.
1.2.4 Angka Penting
Angka penting adalah dijit yang diketahui yang dapat dipastikan (selain
angka nol yang dipakai untuk menetapkan letak koma). Bilangan 2,50 mempunyai
tiga angka penting, sedangkan 2,503 mempunyai empat angka penting. Bilangan
0,00103 mempunyai tiga angka penting (tiga angka nol yang pertama bukanlah
angka signifikan tetapi hanyalah untuk menempatkan koma).
Adapun aturan penulisan angka penting yaitu:
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh:
Hasil penggukuran 78,51 dan 56,5 berturut-turut mempunyai angka penting 4
dan 3 angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh:
Hasil pengukuran 225 kg dan 1,007 cm berturut-turut mempunyai 3 angka
penting dan 4 angka penting.
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak di
sebelah kiri angka bukan nol baik di sebelah kiri maupun sebelah kanan tanda
koma (desimal), tidak termasuk angka penting.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 4
(Laboratorium Fisika Dasar)
Contoh:
Hasil pengukuran 0,51 cm dan 0,225 gr berturut-turut mempunyai 2 angka
penting dan 3 angka penting.
4. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka
penting, kecuali ada penjelasan lain. Penjelasan ini dapat berupa garis bawah
atau tanda lain pada angka terakhir yang masih dianggap angka penting.
Contoh:
Hasil pengukuran 1700 kg mempunyai 4 angka penting
Hasil pengukuran 1700 kg mempunyai 3 angka penting
Hasil pengukuran 1700 kg mempunyai 2 angka penting
Untuk bilangan yang sangat besar atau sangat kecil angka penting dapat
dikenal baik jika ditulis dengan notasi ilmiah. Hasil dari penjumlahan atau
pengurangan dua bilangan tidak mempunyai angka signifikan di luar tempat
desimal terakhir dimana kedua bilangan asal mempunyai angka signifikan.
Contoh: Hitunglah jumlah dari 1,040 dan 0,2134
Bilangan pertama, 1,040 hanya mempunyai 3 angka penting di belakang koma,
sedangkan bilangan kedua, 0,2134 mempunyai 4 angka penting di belakang koma.
Menurut aturan, hasil penjumlahan hanya dapat mempunyai 3 angka penting di
belakang koma desimal. Jadi, kita peroleh 1,040 + 0,2134 = 1,253. Jumlah angka
penting dalam hasil pengalian atau pembagian tidak lebih besar dari jumlah angka
penting terkecil dari faktor-faktornya.
Kegunaan jangka sorong adalah:
Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang dengan
cara diukur.
Untuk mengukur kedalaman celah atau lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan atau menusukkan” bagian pengukur.
Kegunaan mikrometer sekrup adalah:
Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan,
blok-blok, dan batang-batang.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 5
(Laboratorium Fisika Dasar)
Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu
benda.
Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-
langkah dan slot-slot.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 6
(Laboratorium Fisika Dasar)
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Alat dan bahan
1. Jangka sorong berfungsi untuk
Mengukur panjang sebuah benda
Mengukur diameter luar benda
Mengukur diameter dalam benda
Mengukur kedalaman benda
2. Mikrometer berfungsi untuk
Mengukur ketebalan benda yang tipis
Mengukur diameter luar benda yang kecil
Mengukur kedalaman benda yang kecil pad mikrometer yang memiliki
rahang geser.
3. Penggaris berfungsi untuk mengukur panjang benda.
4. Benda uji bentuk silinder berfungsi untuk diukur tinggi dan diameternya.
5. Benda uji berbentuk kawat berfungsi untuk diukur panjang dan diameternya.
6. Benda uji bentuk balok berfungsi untuk diukur panjang dan diameternya.
7. Benda uji berbentuk plat besi berfungsi untuk diukur panjang, lebar dan
tingginya.
8. Benda uji berupa cairan berfungsi untuk diukur massa airnya.
9. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah bahan cair.
10. Benang tebal berfungsi untuk alat bantu pngukur panjang kawat.
2.2 Cara kerja
A. Pengukuran balok
1. Panjang balok diukur menggunakan penggaris sebanyak 8 kali
2. Lebar dan tinggi balok diukur dengan jangka sorong minimum 8 kali
B. Pengukuran kawat
1. Panjang kawat dapat diukur menggunakan penggaris, benang digunakan
sebagai alat bantu untuk mengukur panjang kawat bila kawat yang
digunakan tidak lurus sempurna.
2. Diameter kawat diukur menggunakan mikrometer, minimum 8 kali
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 7
(Laboratorium Fisika Dasar)
C. Pengukuran volume air
1. Bejana atau gelas ukur kosong ditimbang
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian air ditimbang dan
massa air ditentukan.
3. Gelas ukur dikosongkan lagi, kemudian 100 ml air dimasukkan dan
ditimbang.
4. Diulangi minimum 8 kali
D. Pengukuran benda berbentuk silinder (berlobang)
1. Tinggi silinder diukur dengan jangka sorong sebanyak 8 kali.
2. Diameter dalam dan diameter luar silinder diukur dengan jangka sorong
sebanyak 8 kali.
E. Pengukuran plat besi
1. Panjang plat diukur menggunakan penggaris sebanyak 8 kali.
2. Lebar plat diukur menggunakan jangka sorong dan tinggi plat
menggunakan mikrometer, masing-masing minimum 8 kali.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 8
(Laboratorium Fisika Dasar)
2.3 Skema alat
Gambar 2.1 skema alat
Keterangan :
1. Neraca
2. Benda uji berbentuk kawat
3. Benda uji bentuk plat besi
4. Benda uji bentuk silinder
5. Jangka sorong
6. Mikrometer sekrup
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 9
1
2
3
4
5
6
(Laboratorium Fisika Dasar)
JURNAL
DASAR PENGUKURAN (M1)
A. Menentukan massa jenis akrilik
No m (g) P (cm) l (cm) t (cm)
1 247,9 4,05 4,05 2
2 247,8 4,05 4,05 2
3 248,2 4,05 4,05 2
B. Menentukan massa jenis kawatNo m (g) d (cm) p (cm)
1 5,7 0,20003 12
2 5,72 0,2001 11,9
3 5,69 0,2002 12
C. Menentukan menis massa jenis airNo m (g) V (ml)
1 61,2 60
2 84,6 80
3 98,8 100
D. Menentukan massa jenis tabung beronggaNo m (g) t (cm) ddalam (cm) dluar (cm)
1 19,4 6,725 2,15 2,65
2 19,49 6,72 2,15 2,55
3 19,5 6,725 2,15 2,65
Mengetahui Padang,10 Maret 2014Asisten Praktikan
Putri Asriya Kelompok I
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 10
(Laboratorium Fisika Dasar)
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 11
(Laboratorium Fisika Dasar)
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Jurnal (terlampir)
3.2 Perhitungan
A. Menentukan massa jenis balok besi
m1 = 247,9 gr V = p x l x t
p1 = 4,05 cm = 4,05 x 4,05 x 2
l1 = 4,05 cm = 32,8 cm3
t1 = 2 cm
Tabel 3.1 Hasil pengukuran massa jenis balok besi
No m (gr) V (cm3) ρ ( 3)
1 247,9 32,8 7,56
2 247,8 32,8 7,55
3 248,2 32,8 7,57
Tabel 3.2 Ralat pengukuran massa jenis balok besi
No - (ρ - )2
1 7,56 7,56 0 0
2 7,55 7,56 -0,01 0,0001
3 7,57 7,56 0,01 0,0001
Σ (ρ - )2 0,0002
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 12
(Laboratorium Fisika Dasar)
RM = RN = × 100%
= = × 100%
= = 0,13 %
= 0,01
B. Menentukan massa jenis kawat
m1 = 4,17 gr
d1 = 6,3 cm
p1 = 9,4 cm
V = π d x p
= 3,14 (0,20003)2 . 12
= 0,38 cm3
Tabel 3.3 Hasil pengukuran massa jenis kawat
No m (gr) V (cm3) ρ ( 3)
1 5,7 0,38 15
2 5,72 0,38 15,5
3 5,69 0,38 14,49
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 13
(Laboratorium Fisika Dasar)
Tabel 3.4 Ralat pengukuran massa jenis kawat
No - (ρ - )2
1 15 15,15 0,15 0,0225
2 15,5 15,15 0,35 0,1225
3 14,96 15,15 -0,19 0,0036
Σ (ρ - )2 0,1486
RM = RN = × 100%
= = × 100%
= = 4,79 %
= 0,726
C. Menentukan massa jenis air
mair = 61,2 gr
Vair = 60 ml
Tabel 3.5 Hasil pengukuran massa jenis air
No m (gr) V (ml) ρ ( 3)
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 14
(Laboratorium Fisika Dasar)
1 61,2 60 1,02
2 84,6 80 0,95
3 98,8 100 1,01
Tabel 3.6 Ralat pengukuran massa jenis air
No - (ρ - )2
1 1,02 0,99 0,03 0,0009
2 0,95 0,99 -0,07 0,0049
3 1,01 0,99 0,02 0,0004
Σ (ρ - )2 0,0062
RM = RN = × 100%
= = × 100%
= = 5,66 %
= 0,056
D. Menentukan massa jenis tabung berongga
m1 = 19,4 gr
ddalam1 = 2,15 cm
dluar1 = 2,65 cm
t1 = 6,725 cm
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 15
(Laboratorium Fisika Dasar)
V = π ( dluar-ddlam)2 . t
= . 3,14. (2,65 – 2,15)2 6,725
= 1,32 cm3
Tabel 3.7 Hasil pengukuran massa jenis tabung berongga
No m (gr) V (cm3) ρ ( 3)
1 19,4 1,32 14,7
2 19,49 1,32 14,77
3 19,5 1,32 14,78
Tabel 3.8 Ralat pengukuran massa jenis tabung berongga
No - (ρ - )2
1 14,7 14,75 -0,05 0,0025
2 14,77 14,75 0,02 0,0004
3 14,78 14,75 0,03 0,0009
Σ (ρ - )2 0,0038
RM = RN = × 100%
= = × 100%
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 16
(Laboratorium Fisika Dasar)
= = 0,3 %
= 0,04
3.3 Analisa
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai perhitungan massa jenis
dari beberapa benda dengan tiga kali percobaan, yaitu balok besi, kawat besi, dan
tabung berongga yang akan dibandingkan dengan nilai massa jenis tersebut yang ada
pada literature (berdasarkan teori). Dimana masing-masing benda tersebut memiliki
nilai massa jenis yang telah ditetapkan.
Pada pengukuran balok besi digunakan jangka sorong untuk mengukur panjang,
lebar, dan tinggi sehingga didapatkan volume balok tersebut. Sedangkan untuk
mengukur massanya digunakan neraca. Dengan menggunakan rumus massa jenis maka
didapatkan massajenis tersebut. Dari hasil praktikum yang didapatkan ternyata massa
jenis balok pada literatur dengan hasil praktikum yang didapatkan tidak jauh dari
literatur, nilai literaturnya adalah 7,6 – 7,8 g/cm3, sedangkan nilai pada praktikum
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 17
(Laboratorium Fisika Dasar)
didapatkan 7,56. Hal ini sebenarnya bsia tidak terjadi apabila lebih teliti dalam
penyetelan alat dan dalam pengukuran yang dilakukan.
Pada percobaan kedua adalah mengukur massa jenis kawat. Kawat yang
digunakan adalah kawat besi. Dari perhitungan ini didapatkan hasil perhitungan massa
jenis kawat yang sangat berbeda dengan literatur. Yang mana literaturnya adalah 8,9
g/cm3 , sedangkan nilai yang didapatkan besarnya dua kali lipat nilai literature. Maka
pada percobaan ini dapat dikatakan gagal. Kesalahan yang terjadi terdapat pada saat
mengukur diameter kawat dengan menggunakan mikrometer sekrup membutuhkan
ketelitian yang tinggi dalam pembacaan skalanya.
Percobaan ketiga mengukur massa jenis air. Dalam percobaan ini didapatkan
massa jenis air yang dicari pada saat praktikum mendekati atau sama massa jenis air
pada literatur. Yang mana nilai literatur massa jenis air yaitu 1 g/cm3 . Pada percobaan
nilainya berkisar dari 0,95 – 1,02.
Percobaan yang terakhir adalah mengukur massa jenis tabung berongga yang
didapat dari pengukuran yaitu niainya sangat jauh dari nilai literature tabung berongga
yang besarnya 8,80 g/cm3 . Sedangkan nilai yang didapatkan yaitu sekitar 14 g/cm3.
Hasil pengukuran yang didaptkan terhadap beberapa benda tersebut, secara
umum dapat dikatakan cukup akurat, karena hasil yang didapatkan dari pengukuran
mendekati nilai yang ada pada ralat dan nilai RN pada pengukuran pada pengukuran
dibawah 5%. Namun satu dari empat percobaan yang dilakukan pada saat menentukan
massa jenis air, ralatnya lebih dari 5%, hal ini diakibatkan karena tidak telitinya dalam
mengukur air dan berat bejana yang digunakan.
Adapun kesalahan- kesalahan yang terjadi adalah hal yang tidak boleh terjadi,
namun kesalahan tetap terjadi. Kesalahan yang terjadi berada pada saat pengkuran yang
mana alat ukur yang digunakan tidak teliti.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 18
(Laboratorium Fisika Dasar)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
a. Mengukur adalah usaha untuk memecahkan suatu permasalahan secara
kuantitatif.
b. Nilai suatu pengukuran tidak bisa ditetapkan dari satu kali pengukuran,
tetapi harus ada pengulangan agar didapatkan hasil yang mendekati
bahkan sama dengan literatur.
c. Setiap pengukuran memiliki tingkat ketelitian sesuai dengan alat yang
digunakan, semakin tinggi ketelitian, semakin tinggi pula kebenarannya.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 19
(Laboratorium Fisika Dasar)
4.2 Saran
Adapun saran yang diberikan agar praktikan lebih memahami tentang
percobaan yang dilakukan, yaitu :
a. Praktikan lebih memahami teori
b. Pahami langkah kerja dengan baik agar terhindar dari kesalahan.
c. Lebih teliti dalam melakukan pengukuran yang dilakukan agar hasil
yang didapatkan lebih akurat.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Berapakah skala terkecil dari alat ukur jangka sorong, mikrometer, dan
penggaris ?
Jawab:
Skala terkecil dari jangka sorong adalah 1 mm dengan ketelitian 0.05 mm.
Skala terkecil dari micrometer adalah 0,5 mm dengan ketelitian 0,01 mm.
Skala terkecil dari penggaris adalah 1 mm
2. Sebutkan kesalahan yang dapat terjadi bila melakukan pengukuran beserta
contohnya !
Jawab:
Kesalahan yang dapat terjadi saat melakukan pengukura adalah kesalahan
sistematis dan kesalahan acak.
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 20
(Laboratorium Fisika Dasar)
Contoh kesalahan sitematis: kesalahan akibat peralatan yang tidak di kalibrasi
dengan benar.
Contoh kesalahan acak: kesalahan saat pembacaan skala pada ukuran terkecil.
3. Mengapa dalam eksperimen pengukuran harus diulangi beberapa kali ?
Jawab:
Pengukuran harus diulangi beberapa kali agar kita mendapatkan data yang
akurat atau ukuran yang sebenarnya.
4. Bagaimana cara mendapat variasi data yang berbeda untuk mengukur dimensi
benda ?
Jawab:
Agar mendapat variasi data yang berbeda, pengukuran harus dilakukan secara
berulang di beberapa titik yang berbeda.
5. Papan persegi panjang memiliki panjang (21,3 + 0,2)cm dan lebar (98,0 + 0,1)cm.
Hitunglah luas papan dan ketidakpastian dalam perhitungan luas !
Jawab:
Dik : p = (21,3 + 0,2)cm
l = (98,0 + 0,1)cm
Dit : L = ?
Berdasarkan aturan angka penting, maka hasil perhitungan di atas adalah 209
cm2.
6. Berapakah jumlah angka penting pada nilai terukur ini (a) 23 cm (b) 3,589 (c)
4,67.103 m/s (d) 0,0032m ?
Jawab:
(a) 23 cm = 2 angka penting
(b) 3,589 = 4 angka penting
(c) 4,67.103m/s= 3 angka penting
(d) 0,0032 m = 2 angka penting
7. Buatlah perkiraan bagan data pengamatan untuk percobaan ini !
A.Menentukan massa jenis balok besi
No. m (g) p (cm) l (cm) t (cm)
1
2
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 21
(Laboratorium Fisika Dasar)
3
B. Menentukan massa jenis kawat
No. m (g) d (cm) p (cm)
1
2
3
C. Menentukan massa jenis air
No m (g) V (cm3)
1
2
3
D. Menentukan Massa Jenis Tabung Berongga
No. m (g) t (cm) ddalam (cm) dluar (cm)
1
2
3
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 22
(Laboratorium Fisika Dasar)
DAFTAR PUSTAKA
Alonso,Marcelo dan Edward J. Finn.1994.Dasar - dasar Fisika Universitas.
Bandung:Edisi Mahasiswa
Giancoli,Douglas C.2001.Fisika Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta:Erlangga
Halliday,David.1987.Fisika Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta:Erlangga
Dasar-Dasar Pengukuran (M1)Teknik Elektro 23