Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf ·...

10
TERBIT MINGGU KEDUA SETIAP BULAN lolume 7, Nomor 11, Juni 2013 lssN 1907-7505 Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional !, \ ff*a- . t \f lf* i # n M :l E- "'t I -.i Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama Prevalence of Hypertension in School and College Students Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue ,

Transcript of Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf ·...

Page 1: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

TERBIT MINGGU KEDUA SETIAP BULAN

lolume 7, Nomor 11, Juni 2013 lssN 1907-7505

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

!, \ff*a-

.

t\flf*

i

#nM :l

E-

"'t

I

-.i

Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat dalam Penemuan PenderitaTuberkulosis

Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama

Prevalence of Hypertension in School and College Students

Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue

,

Page 2: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

W

KesmasJurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

Volume 7, Nomor 11, |uni 2013 ISSN 1907-7505

DAFTAR ISI

Editorial Modal Sosial dan Kebijakan Publik....Nasrin Kodim

481-482

Artikel Telaahan Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan Akseptor KeluargaBerencana Metode Kontrasepsi |angka Panjang.......Suryani Manurung

Artikel Penelitian Faktor Determinan Pemilihan Makanan fajanan pada Siswa SekolahDasar..,.............. 489-494Yohanes Kristianto, Bastianus Doddy Riyadi, Annasari Mustafa

Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat dalam Penemuan PenderitaTuberkulosis........ 495-501Reviono, Endang Sutisna Sulaeman, Bhisma Murti

Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama...... ..............502-508Muhammsd Rachmat, Ridwan Mochtar Thaha, Muhammad Syafar

Prevalence of Hypertension in School and College Students......Djoko Santoso

509-5 15

Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Wanita PekerjaSeksual Langsung....Dewi Pumamawati

514-521

Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue. 522-528Ringga Fidayanto, Hari Susanto, Agus Yohanan, Ririh Yudhastuti

Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia Nomor: 56/DIKTI/Kep/2012 tanggal 24 luli 2012, Kesmas

|urnal Kesehatan Masyarakat Nasional diakui sebagai terbitan berkala ilmiah terakreditasi

Page 3: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

KesmasJurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

Volume 7, Nomor ll,luni2013 ISSN 1907-7505

Kesmas merupakan furnal Kesehatan Masyarakat Nasional yang memuat naskah hasil penelitian maupun naskah konsepdi bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan diterbitkan setiap bulan.

Penanggung Jawab/Pemimpin UmumDrs. Bambang Wispriyono, Apt, PhD (Dekan FKM UI)

Pemimpin PsdaksiProf. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH

Wakil pemimpin RedaksiDrs. Abdur Rahman, MEnv

'ffeb ProgrammerEddy Afriansyah, SKom, MSi

Redaksi PelaksanaDesl'Hi4'ani. SKl\'

Sekretaris RedaksiAziza Aulia Irfa, SKM

Redaksi BahasaDita Sabariah, SHum

Staf PemasaranNadia Humaira

Redaksi KehormatanKetua

Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, MScAnggota

Prof. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH (FKM Universitas Indonesia)Prof. dr. Alimin Maidin, MD, MPH, DrPH (FKM Universitas Hasanuddin)

Dr. Djazuly Chalidyanto, SKM, MARS (FKM Universitas Airlangga)Prof. Dr. Tan Malaka, MOH, DrPH, SpOk (FK Universitas Sriwijaya)dr. Drupadi HS Dillon, MSc, PhD, SpGK (FK Universitas Indonesia)

Prof. dr. Ali Ghufron, MPH, PhD (FK Universitas Gadjah Mada)Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH (FKM Universitas Sumatera Utara)

Mitra Bestari pada Edisi iniProf. Dr. dr. Budhi Setianto Purwowiyoto, SpJP(K), FIHA (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

Prof. Dr. dr. Sofie R. Krisnadi, SpOG(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran)Prof. dr. Anwar Iusuf, SpP(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

Dr. dr. Sri Adiningsih, MS, MCN (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga)Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia)

dr. Hasanuddin Ishak, MSc, PhD (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin)

Diterbitkan olehFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Gd. B Lt. 3 Kampus Baru UI, Depok 16424, Telp/Fax: (021) 78849055, Hp. 0815-1141-6600Email: [email protected] atau [email protected]

Website : www. jurnalkesmas.org

Foto halaman sampul oleh: Abubakar RiryTema: Penduduk di Pulau Buru, Maluku

Page 4: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

-

ArtiketPenelitian

Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue

Control Model of Dengue Hemorrhagic Fever

Ringga Fidayanto* Hari Susantooo Agus Yohanan*** Ririh Yudhastuti*'r**

*PT Astra Argo Lestari, **Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya, '!'*r*'STIKES Widyagama Husada Malang,**ooDepartemen Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga Surabaya

Abstrak

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit berbasis vektor yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis termasuk

lndonesia. Penelitian ini bertujuan memprediksi kejadian DBD berdasarkan

faktor iklim yang meliputi curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama

penyinaran matahari serta model pengendalian. Desain penelitian adalah

studi ekologi trme senes dengan data sekunder dari dinas kesehatan kota

Surabaya meliputi kejadian DBD dan angka bebas jentik (ABJ) serta data

iklim curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari

yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Badan (BMKG)

stasiun perak Surabaya. Penelitian tersebut menemukan kelembaban

berkorelasi dengan angka bebas jentik, tetapi ABJ tidak berkorelasi dengan

jumlah kejadian DBD. Model pengendalian DBD dirediksi berdasarkan

korelasi faktor iklim dan kejadian DBD, pengendallan sumber penyakit,

pengendalian media transmisi dan paparan pada masyarakat. Model

pengendalian DBD dapat digunakan untuk tindakan kewaspadaan dini

dengan melakukan pengendalian DBD pada periode bulan Januari hingga

Juni. Pada bulan tersebut, musim hujan akan berakhir, tetapi menyisakan

genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dan pen-

ingkatan suhu udara yang meningkatkan penularan DBD.

Kata kunci: Angka bebas jentik, demam berdarah dengue, iklim, model

pengendalian

Abstract

Dengue Hemonhagic Fever (DHF) is a vector-based diseases are a public

health problem in many tropical countries, including lndonesia. This study

aims to predict the incidence of dengue by climatic factors (rainfall, humi-

dity, air temperature and solar inadiation time) and lts control model. The

study design was ecological time series study, using secondary data for 3

Years i.e.2009,2010 and 2011. The data was the incidence ofdengue lar-

va free number from Surabaya city health department as well as climate da-

ta obtained from the Meteorology and Geophysics Agency, Perak Station

Surabaya. The results showed that the humidity effect on larva-free nurrber (ABJ), but the larvae-free number had no efiect on the incidence of DHF,

but the larvae-free number no significant eflect on the incidence of dengn-

Model predictive control of DHF is based on the correlation between dirn&and dengue incidence, control of diseases, control of transmission. Modeb

can be used to control dengue early warning measures to control dengn

in the month of January until June period in which the month before tl:rainy season ends, but leaves puddles as breeding places ofAedes aegypf

as well as rising the temperature increases lead to transmission of derpcfever.

Keywords: Free number larvae, dengue hemorrhagic fever, climate, cut-

trolling model

PendahuluanPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang di-

sebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui glglmnyamuk Aedes aegypti.l DBD telah muncul sebagaimasalah kesehatan masyarakat intemasional pada abad21. MenurutWorld Health Organization (WHO) (2005)-pada periode tahun 1975 - 1995, DBD terdeteksi di 102

negara dari lima wilayah WHO, meliputi 20 negara diAfrika, 42negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara4 negara di Timur Tengah dan 29 negara di PasifikBarat.2 Wilayah geografis Indonesia yang beriklim tropbdengan suhu yang berkisar 26,0 - 29,OoC dengan tigabulan musim hujan pada Desember, fanuari, Februaridan tiga bulan musim kemarau pada funi, fuli, Agustusdapat menjadi wilayah hiperendemik DBD. Kondisi

Alamat Korespondensi: Ririh Yudhastuti, Departemen Kesehatan LingkungaFKM Universitas Airlangga, Kampus C Unair Mulyorejo Surabaya 60115, I+081 65422697, e-mail: [email protected]

522

Page 5: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

tersebut diperparah oleh perkembangan wilayah per-kotaan yang semakin kompleks dan perkembanganwilayah pedesaan menjadi kota yang menurunkan kuali-tas lingkungan hidup dan berdampak pada perluasanhabitat nyamuk Aedes aegypti vektor penyakit DBD.5Kecenderungan masyarakat beraktivitas di bidang ekono-mi dan dampak gas emisi, berkorelasi dengan pergeser-an curah hujan dan peningkatan suhu rata-rata di bumiyang diperkirakan naik I - 3,5oC.4 Perubahan komponenlingkungan tersebut akan berkorelasi pada berbagaispesies pada ekosistem dan pola penyebaran vektor sertavirus penyakit, seperti DBD.4,5 Di Indonesia, kasus DBDpertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di fakarta danSurabaya. Pada tahun selanjutnya, jumlah kasus penyakitini terus meningkat baik dalam jumlah maupun luaswilayah yang terjangkit dan secara berkaia menimbulkankejadian luar biasa (KLn).s'o Kejadian luar biasa yangterbesar terjadi pada tahun 1998, seluruh provinsi me-laporkan kasus DBD dengan Incidence rate sebesar 120per 100.000 penduduk dengan case fatality rale (CFR)sekitar l,9o/o. Data kasus pertahunan memperlihatkanjumlah kasus DBD meningkat hampir setiap lima tahunsejak 1968. Di Indonesia, penyakit DBD merupakan pe-nyakit endemis yang ditularkan nyamuk Aedes aegyptiyang tersebar luas di seluruh tanah air, kecuali padaketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan1s1X.3,6,7

Kota Surabaya ideal bagi perkembangbiakan nyamukAedes aegyptikarenamempunyai rata-rata suhu 27,85 oC

dengan rata-rata kelembaban 75,75o/o. Antara suhu dankelembaban saling memengaruhi untuk perkembangbiak-an Aedes aegypti. Dengan demikian, kondisi iklim (suhudan kelembaban) ini akan mendukung peningkatan ke-padatan populasi nyamuk tersebut, selanjutnyaberdampak pada penularan dan penyebaran penyakitDBD.8,e Suhu 20 - 30oC dengan kelembaban padakisaran 60 - 90o/o, merupakan kondisi optimum untuktumbuh kembang nyamuk Aedes aegypti.l'10 Nyamuktersebut berperan pada penularan DBD karena hidup didalam dan sekitar rumah ketika masyarakat beraktivitasdi siang hari. Faktor iklim, perubahan ekologi dan faktorsosial demografi memegang peranan penting dalam pe-ningkatan dan perluasan daerah endemis penyakit DBD.Dari 1 60 kelurahan yang ada di kota Surabaya, 85o/o nyatermasuk kategori kelurahan endemis DBD. Itu berartibahwa dalam waktu 3 tahun berturut-turut, pendudukkelurahan tersebut berisiko tinggi DBD. Peningkatanjumlah kelurahan yang endemis DBD menunjukkanbahwa kota Surabaya adalah endemis DBD.8,e,11 Sampaisekarang, belum ada obat dan vaksin yang tepat untukpenyakit DBD, sehingga pemahaman aspek epidemiolo-gi DBD diperlukan untuk mencegah dan menanggulangikejadian DBD sehingga berdaya guna untuk pelaksanansistem kewaspadaan dini (SKD) atau early warning

Fidayanto, Susanto, Yohanan & Yudhastuti, Mlodel Pengendalian Demam Berdarah Dengue

system.6Di kota Surabaya, jumlah kejadian DBD yang tinggi

dan kajian aspek entomologi dan korelasi perubahaniklim terhadap kejadian DBD sangat penting artinyadalam rangka pencegahan dan upaya kewaspadaan dinikejadian DBD. Penelitian ini bertujuan memprediksikejadian DBD berdasarkan angka bebas jentik (ABJ) me-lalui faktor iklim (curah hujan, kelembaban, suhu udaradan lama penyinaran matahari di kota Surabaya.

MetodePenelitian analitik kuantitatif ini menggunakan desain

penelitian ekologi time trend untuk meneliti korelasifaktor iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, dan lamapenyinaran matahari) terhadap angka bebas jentik dankorelasi angka bebas jentik terhadap jumlah kasusDemam Berdarah Dengue tahun 2009 - 20ll di kotaSurabaya.l2 Semua data kasus DBD di kota Surabayaperiode tahun 2009 - 2Oll dijadikan subjek dalampenelitian ini. Variabel penelitian meliputi variabel bebas(data iklim meliputi suhu, curah hujan, kelembabanudara, lama penyinaran matahari), variabel antara (dataABJ), dan variabel terikat (data jumlah kasus DBD).Pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumendari laporan yang ada di dinas kesehatan kota Surabaya,Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)stasiun fuanda dan stasiun Perak kota Surabaya. Analisisbesar korelasi iklim terhadap kasus DBD dan ABf di-lakukan secara triwulan karena data ABf tersedia dalambentuk tiga bulanan. Analisis uji regresi linear sederhanadigunakan untuk menguji korelasi faktor iklim antaralain curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, danlama penyinaran matahari terhadap angka bebas jentikserta analisis korelasi angka bebas jentik terhadap jumlahkejadian DBD di kota Surabaya tahun 2009 - 2011.

HasilIklim yang tergambar dalam distribusi suhu udara,

kelembaban, curah hujan dan sinar matahari di kotaSurabaya pada periode bulan fanuari hingga Desemberselama tahun 2009 - 20ll menunjukkan rata-rata suhuudara (28,4oC), kelembaban (76oh), curah hujan 160dan lama sinar matahari (68) (Tabel 1).

Angka bebas jentik di kota Surabaya tahun 2009tertinggi pada bulan September (88,15ok), terendahpada bulan Maret (84,05%). Rata-rata angka bebasjentik kota Surabaya pada tahun 2009 (86,74o/o). Angkabebas jentik di kota Surabaya tahun 2010 tertinggi padabulan fanuafi (88,94o/o), terendah pada bulan Oktober(86,400/o). Rata-rata angka bebas jentik kota Surabayapada tahun 2010 sebesar 88,0o/o. Rata-rata ABf padatahun 2009 sebesar 86,740/o, pada tahun 2010 sebesar88,0o/o, dan tahun 2011 sebesar 88,67ok.

Distribusi kejadian DBD di kota Surabaya dari bulan

523

t

Page 6: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

Kesmas, Jumal Kesehatan Masyarakat Naslona/ Vol. 7, No. 11, Juni 201 3

Tabel 1. Rekapitulasi Data Iklim

Bulan

Suhu Udara Kelembaban Udara Curah Huiln : -,'r1: =-::

2oog2o1o2oll200920lo2oll20(D2olo2otl2r'2lllo2oll

fanuariFebruariMaretAprilMeiJuni

luliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesemberMean

27.927.428.629.1

28.528.327.627.929.1

30.030.327.428.5

27.828.428.628.628.928.528.628.928.728.929.027.928.6

27.527.728.028.228.627.627.627.528.429.829.028.328.2

376.1

371.02t6.O122.058.050.0

0.1

0.20.00.0

128.0220.0128.5

298.0434.4322.4t33.9147.3

57.766.1

29.9156.3252.O

85.7314.2208.2

l&L5t+'2{612n1-9

701,nso.lo.oo-o

ZL62(Ii.rt55.O1455

7882

79

7879

76

7\6966666973

74

39425846728E

969495E8

57

47@59

82

80808078

71

7l6665

64

75

78

74

808081

828278

75

73

77

77

77

78

78

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Perak Surabaya 2012

Tabel 2. Rekapitulasi Data Penderita DBD

BulanTahun 2O09 Tahun 2010 T$rm 2l)t I

Penderita Meninggal Penderita Meninggal Penderire llcriry l

)anuariFebruariMaretAptilMei

lunifuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesemberTotal

216301

288382275227242139

67

55

47

29

226a

1

1

1

4

1

0

01

0

0009

128242477490475515360209

94

ll9li1lJ9

1179

0o012I0oo0007

02

4

3

4000o0o0rt

138

r32131

110126l.+676462A

2E

2.2t

r(It

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabal-a, 2012

|anuari hingga Desember selama tahun 2009 - 201 1 me-

nunjukkan pada tahun 2009, jumlah kejadian DBD dikota Surabaya adalah 2.268 kasus dengan incidence rate

78 per 1.000 penduduk. Kasus meninggal pada pasien

DBD sebanyak 9 orang, dengan case fatality rate (CFR)

O,2o/o.Tahw2O10, iumlah pasien DBD di kota Surabaya

adalah 3.379 orang. Incidence rate adalah I 16 per 1.000

penduduk. Kasus meninggal pada pasien DBD adalah 15

orang, dengan CFR O,4o/o. Tahun 2011, jumlah pasien

DBD di kota Surabaya adalah 1,008 orang. Incidencerate adalah 36 per 1.000 penduduk kasus meninggalpada pasien DBD adalah 7 orang, dengan CFR 0,69%(Tabel 2).

Sebelum memberikan hasil uji statistik menggunakananalisis regresi linear, ditampilkan beberapa hasil ujisyarat asumsi klasik analisis regresi linear seperti ujinormalitas data. Pada uji normalitas data denganKolmogorov Smirnov, semua jenis data mempunyai nilaiprobabilitas yang lebih dari 0,05 (p > 0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa semua data adalah normal atau

memenuhi persvaratan uji normalitas. Selanjutnya ujiautokorelasi dilakukan dengan menggunakan nilai ujiDurbin Watson unflrk menguji kebebasan sisaan yang

merupakan salah satu asumsi yang harus dipenuhi. NilaiDurbin Watson adalah 0,845, DL = 1,236, dan DU

=1,72 (nilai D < DL < DU), maka syarat atau asumsi

autokorelasi terpenuhi. Setelah itu, dilakukan uji multi-kolinieritas. Salah satu asumsi menyebutkan antarvaria-

bel independen tidak terjadi multikolinieritas karena

nilai VIF < 10 dan tollerance > 0,10 sehingga salah satu

syarat tentang multikolinieritas terpenuhi. Setelah diujidengan beberapa syarat tersebut data penelitian ini da-pat

diuji menggunikan metode regresi linear (Tabel S1.rz

Berdasarkan nilai probabilitas pada model 1, model

2, model 3, dan model 4 didapatkan nilai p < 0,05, pada

kelembaban udara yang berarti terbukti signifikan me-

mengaruhi ABf rutin, sedangkan variabel yang lain tidakberkorelasi. Oleh sebab itu, model 4 yang tidak me-

nyertakan suhu udara, curah hujan, dan lama penyinaran

matahari lebih baik daripada model 1, model 2 dan

524

Page 7: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

Fidayanto, susanto, Yohanan &Yudhastuti, Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov

Probabilitasfenis Data Keterangan

2009 2010 2011

Total nilai variabel penderita DBD/bulanTotal nilai variabel ABI rutin/bulanTotal nilai variabel suhu udara/bulanTotal nilai variabel kelembaban udara/bulanTotal nilai variabel curah hujan/bulanTotal nilai variabel ABI rutin/tahunTotal nilai variabel ABf PE/tahunTotal nilai variabel DBD/tahun

0,81 7

0,84s0,9420,7760,760

0,67 |0,86s0,8720,5970,763

0,6240,8900,7150,9530,8970,9930,9731,000

> 0,05> 0,05> 0,05> 0,05> 0,05> 0,05> 0,05> 0,05

p: o,o3l,

Gambar l. Korelasi Antaroariabel Bebas

model 3. Setelah didapat hasil akhir, dari keempat vari-abel bebas yang dihubungkan dengan nilai AB| rutin,hanya variabel kelembaban udara yang berkorelasi cukupkuat terhadap nilai ABf rutin. Persamaan regresi yang di-gunakan adalah yang didasarkan pada nilai B pada mod-el 4, sehingga dapat dibuat persamaan regresi : Y = o *bX = 95,457 - 0,101 X. Y= Angka bebas jentik rutin; a= Konstanta;X2 = Nilai kelembaban udara. Dapat dis-impulkan bahwa hanya variabel kelembaban udara yangberkorelasi dengan ABf rutin dengan nilai probabilitasyang didapat pada tabel coefficienls adalah 0,000 (<0,05). Berarti ada korelasi yang signifikan meskipunhanya satu variabel bebas kelembaban udara.

Persamaan regresi yang digunakan adalah persamaanregresi yang didasarkan pada nilai B pada model 4, se-hingga persamaan regresi adalah : Y = o + bX = 95,457- 0,101 X. Keterangzrfl : Y= Angka bebas jentik rutin; a=Konstanta; X2 = Nilai kelembaban udara. Dengan demi-kian, hanya variabel kelembaban udara yang berkorelasidengan variabel ABf rutin dengan angka probabilitasyang didapat pada tabel coefficients adalah 0,000 (nilai p< 0,05), terdapat korelasi yang signifikan meskipunhanya satu variabel bebas kelembaban udara. Korelasiantar faktor iklim, meliputi suhu, curah hujan, kelemba-ban, dan lama penyinaran matahari.

Terdapat korelasi yang kuat antara suhu udaradengan kelembaban udara dengan nilai p = 0,046 hal iniberarti mempunyai korelasi kuat positif atau semakintinggi suhu udara maka kelembaban semakin tinggi,sebaliknya semakin rendah suhu udara maka kelemba-

ban udara semakin rendah dengan R = 0,285 atau kon-tribusi suhu udara terhadap kelembaban udara sebesar28,5o/o. Terdapat korelasi yang kuat antara penyinaranmatahari dengan kelembaban udara dengan nilai p =0,000, berarti berkorelasi cukup kuat positif atau se-makin lama penyinaran matahari yang berakibat padasuhu udara (Gambar 1).

PembahasanHasil analisis jalur untuk menjelaskan mekanisme ko-

relasi antara curah hujan, kelembaban udara, suhu udaradan ABf di Surabaya. Variabel yang berkorelasi adalahkelembaban udara. Variabel curah hujan meningkatseiring dengan peningkatan kelembaban udara. Hal inimenyebabkan peningkatan kejadian DBD.2 MenurutWHO kelembaban udara memberi korelasi terbesar ter-hadap kejadian penyakit karena vektor termasuk DBD,sehingga kelembaban udara telah ditemukan sebagai fak-tor kritis pada penyakit ini. Seperti pada penyakit berba-sis vektor lainnya, DBD mempunyai pola yang berkaitandengan iklim terutama kelembaban karena terdapat ko-relasi Aedes aegypti dan penularan virus dari satu manu-sia ke manusia lainnya.1,17 Kelembaban udara sebagaifaktor paling kritis yang berkorelasi antar iklim danpenyakit berbasis vektor, seperti DBD menunjukkanpola yang berkaitan antara curah hujan. Penggunaanmanajemen simpul dua (pengendalian pada media penu-laranltransmisi) tentang manajemen lingkungan dan pen-gendalian vektornya, melalui pemeriksaan dan penghi-tungan jentik nyamuk yang direkapitulasi dalam ABJ da-

525

Cuihlujm Suiu

KaTDEDp:o,s,{€

LseP&dM6!i!3teb6i p.o.{xD

p=o,o00

ABJ

Kelearbabau

Page 8: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 1 1, Juni 201 3

pat digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kejadianluar biasa (KLn;.2,0

Didapatkan nilai F = 0,164 dengan nilai p = 0,755 (ni-lai p > 0,05), maka ABf rutin tidak berkorelasi denganjumlah kasus penderita DBD, tahun 2009 - 20ll padataraf kepercayaan 95o/o. Ditarik kesimpulan bahwa ABfrutin tidak berkorelasi secara signifikan dengan jumlahkasus penderita DBD. Status entomologis (vektor) DBDyang tinggi seperti ABf didukung oleh curah hujan yangtinggi dapat mendorong kejadian DBD. Aspek epidemi-ologi lain yang berperan dalam kejadian DBD adalahmekanisme penularan virus dengue (virden).1,13 Pe-nularan virden dapat terjadi secara horizontal, darimanusia pembawa virden oleh nyamuk vektornya di-tularkan ke manusia penerima atau secara vertikal(transovarial), yaitu dari nyamuk Aedes aegypti betinagravid yang terinfeksi virden sebagai induk ke ovum(telur) dalam uterus nyamuk. 1's'13

Korelasi yang kuat antara suhu udara dengan ke-lembaban udara dengan nilai p = 0,046, berarti mem-punyai korelasi kuat positif. Semakin tinggi suhu udaramaka kelembaban semakin tinggi. Sebaliknya, semakinrendah suhu udara maka kelembaban udara semakin ren-dah dengan nilai R = 0,285 atau kontribusi suhu udaraterhadap kelembaban udara adalah sekitar 28,5o/o.Terdapat korelasi yang kuat antara penyinaran mataharidengan kelembaban udara dengan nilai p = 0,000 hal iniberarti mempunyai korelasi cukup kuat positif atausemakin lama penyinaran matahari yang berakibat suhuudara naik maka kelembaban udara semakin turundengan R = 0,823 atau kontribusi penyinaran matahariterhadap kelembaban udara sebesar 82,3o/o.

Korelasi yang kuat antara curah hujan dengan kelem-baban udara dengan nilai p = 0,000 hal ini berarti mem-punyai korelasi cukup kuat positif atau semakin tinggicurah hujan maka kelembaban udara semakin tinggi.Sebaliknya, semakin rendah curah hujan maka kelemba-ban udara semakin rendah dengan R = 0,698 atau kon-tribusi curah hujan terhadap kelembaban udara sebesar69,8o/o.13'14'15 Hal ini sesuai dengan penelitian dariChakravarti dan Kumaria,la yung melakukan korelasi ik-lim dan kejadian DBD di New Delhi India. Kesimpulanyang didapat adalah curah hujan, kelembaban dan suhusecara bersama-sama memengaruhi wabah DBD. Morbi-ditas DBD yang berkorelasi dengan musim, dapat di-gunakan sebagai travel warnilzg tentang adanya risiko re-latif DBD sesuai dengan musim di daerah 1s11sn1u.13-15

Pola curah hujan pada periode 2009 - 2011 menun-jukkan puncak hujan berada di bulan fanuari sampaiApril, menurun pada bulan selanjutnya dan meng-alami peningkatan lagi pada akhir tahun, pada bulanNovember dan Desember. 16 Sementara angka bebasjentik di Surabaya yang terendah sekitar bulan Maret.Indikator rendahnya angka AB| menunjukkan relatif

526

risiko terjadinya penularan DBD akan tinggi, hal iniberlawanan dengan penelitian dari Bangs Ml et al.1House Index tidak berkorelasi dengan kejadian DBD.House Index adalah ukuran kepadatan larva dari suaturumah atau lingkungan pemukiman. Kepadatan larvabelum menentukan penularan DBD selama sumber in-feksi (penderita DBD) tidak ada. Kondisi larva atau nya-muk Aedes aegypti steril, tanpa virus dengue.13Pemberantasan sarang n1'amuk (PSN). fogging, pem-berantasan jentik berkala (PIB) dan abatisasi selektif di-perlukan sesuai dengan pola curah hujan yang terjadipada tahun tersebut. Variabilitas hujan dapat mempunyaikonsekuensi langsung pada r*'abah penyakit infeksi.Curah hujan yang tinggi dapat berkorelasi dengan vektornyamuk melalui kelembaban udara vang meningkatsehingga berkorelasi dengan umur vektor. Kelembabanberkorelasi tidak langsung dengan kasus DBD, tetapiberkorelasi dengan umur nlamuk. Kelembaban dapatmemengaruhi transmisi rector bome disease terutamavektor serangga. Kemampuan ny'amuk bertahan hidupmengalami penurunan pada kondisi kering. Vektornyamuk bersifat sensitif terhadap kelembaban.7,17

Vektor DBD tinggal pada lingkungan dengan rata-rata suhu 25,OoC - 27 ,0oC yang merupakan suhu optimalperkembangan larva dari vektor DBD. Rata-rata suhuudara di kota Surabaya sepanjang periode 2009 - 2olladalah sebesar 28,4oC sehingga tidak termasuk dalamsuhu optimal perkembangan larva vektor DBD. Per-ubahan yang terjadi pada suhu dapat mengubah musimpenularan,7,13 WHO menyatakan bahwa suhu berkore-lasi dengan kemampuan bertahan hidup vektor.2 Korelasilama penyinaran matahari dengan kasus DBD secaratidak langsung karena cahaya berpengaruh pada kebiasa-an nyamuk untuk mencari makan atau tempat beristira-hat. Terdapat pula spesies nyamuk yang meninggalkantempat istirahat setelah 20 - 30 menit matahari ter-benam. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaanberistirahat di tempat yang gelap dan terlindung darisinar matahari, begitu pula dalam kebiasaan meletakkantelur.7,15

Secara keseluruhan, besar korelasi variabel angkabebas jentik terhadap jumlah kasus DBD di kotaSurabaya adalah sekitar 14,lo/o dan korelasi sisanyadapat dijelaskan oleh faktor lain. Kasus penyakit DBD inidapat disebabkan oleh intervensi baik langsung maupuntidak langsung terhadap nyamuk dan habitatnya sepertifaktor lingkungan, pelaksanaan program PSN, dan abati-sasi.9

Model pengendalian DBD terbagi menjadi beberapamanajemen simpul yaitu manajemen simpul satu tentangpengendalian pada sumber penyakitnya seperti penderitaDBD dengan melakukan pencarian kasus secara aktif danmenetapkan kasus dalam upaya promotif sekaliguspreventif karena mencegah agar tidak timbul penularan

Page 9: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

lebih lanjut dalam masyarakat. Untuk itu, petugaslapangan diperlukan untuk membantu mencari danmengobati kasus dengan baik secara proaktif, misalnyapetugas surveilans DBD.2 Manajemen simpul duatentang pengendalian pada media penularan atau trans-misi, dilakukan dengan mengendalikan agent penyakitmelalui media transmisi, misalnya pada lingkungan ter-masuk curah hujan yang tinggi.2,6'17

Kewaspadaan dini sebaiknya dilakukan ketika curahhujan di kota Surabaya tinggi yaitu antara bulan fanuarisampai bulan April. Peningkatan hujan dapat meningkat-kan keberadaan vektor penyakit dengan memperluasukuran habitat larva yang ada dan membuat tempatperindukan nyamuk yang baru. Hujan merupakan faktoryang penting dalam memkorelasii vektor, misalnyanyamuk. Vektor ini mempunyai larva yang hidupnya diair untuk perkembangan pupa. Beberapa spesies ber-kembang biak pada sisa aliran air ketika musim hujan.Hujan yang lebat akan menghilangkan larva vektor terse-but atau membunuh vektor ini secara langsung. Vektoryang lain seperti Aedes aegypti telah beradaptasi padalingkungan urban, tempat perindukkannya adalahkontainer yang terisi air hujan. Pada musim kemaraudapat menyebabkan sungai melambat dan menjadikankolam stagnan yang menjadi habitat ideal bagi vektoruntuk tempat perindukan nyamuk.2,6' 1 5

Manajemen pengendalian ketika curah hujan di kotaSurabaya semakin tinggi adalah dengan cara pemberan-tasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M, yaitu menguras(dan menyikat) bak mandi, bak WC dan lain-lain; menu-tup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan,drum, dan lain-lain); mengubur, menyingkirkan ataumemusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban,dan lain-lain). Pengurasan tempat-tempat penampungan(TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurang-nya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkem-bang biak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pulaistilah 3M plus yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Hal inidapat meningkatkan status angka bebas jentik pada kon-tainer dan rumah di masyarakal.2'6,7

Suhu udara yang cukup panas di kota Surabaya dankelembaban yang cukup tinggi berkorelasi dengan angkabebas jentik di kota Surabaya. Manajemen lingkungandalam menjaga kelembaban di lingkungan rumahataupun pemukiman dianjurkan dalam pengendalianpenyakit DBD. Penataan ruangan yang baik, ventilasiyang cukup serta menghindari penyimpanan barangseperti gantungan baju yang berpotensi menjadi tempatistirahat nyamuk vektor di tempat yang gelap dan lembabdapat dilakukan sebagai upaya manajemen lingkungan.2$

Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti akan lebihefektif jika berdasarkan pemeriksaan jentik berkala (PJB)yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan menghitungABf secara rutin setiap sebulan sekali. Angka bebas

Fidayanto, Susanto, Yohanan & Yudhastuti, Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue

jentik merupakan indikator keberadaan jentik nyamuk didalam kontainer atau rumah. Manajemen pengendalianketika angka bebas jentik rendah berarti keberadaanjentik pada suatu rumah semakin tinggi sehingga di-perlukan pengendalian vektor dalam pemberantasanpenularan penyakit DBD. Pengendalian vektor me-rupakan salah satu cara mengendalikan penyakit yang di-tularkan vektor penyakit, seperti nyamuk Aedes aegypty.Pengendalian dapat secara biologis yaitu upaya pe-manfaatan agent biologi untuk pengendalian vektorDBD. Misalnya, dengan menggunakan predator sepertiikan kepala timah. Beberapa kelompok Copepoda ata',t

Cyclops, jenis ini sebenarnya jenis Crustacea denganukuran mikro yang masih dalam tahap penelitian. Spesiessudah diuji coba dan efektif, antara lain Mesocyclopsaspericornis diuji coba di Vietnam, Tahiti dan juga diBalai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir, Salatiga.6

Pengendalian kimiawi yaitu cara-cara Aedes aegyptidengan menggunakan insektisida baik pada fase larvamaupun dewasa (larvasida) ini dikenal dengan istilahlarvasidasi. Larvasidasi yang biasa digunakan antara lainadalah temephos. Formulasi temephos yang digunakanadalah sand granules. Dosis yang digunakan I ppm atau10 gram (*1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air.Larvasidasi dengan temephos ini mempunyai efek residu3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insectgrowth regulator. Penggunaan insektisida dalam pengen-dalian vektor DBD mempunyai efek samping terutamapada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Apalagi bilatidak, dosis, sasaran, waktu dan cakupan pengendalianvektor.l'5'11'17 Manajemen simpul tiga berupa pe-ngendalian proses pajanan/kontak pada masyarakat.Emisi sumber agent penyakit yang telah berada padamedia transmisi (lingkungan) kemudian berinteraksidengan penduduk atau masyarakat setempat. Intensitaskorelasi interaktif antara media transmisi (lingkungan)dengan masyarakat tergantung pola perilaku individuatau kelompoknya, misalnya perilaku menghindar, hobi,pekerjaan, dan sebagainya.6

Ada sejumlah upaya termasuk upaya teknologi untukmencegah masyarakat tertentu tidak kontak dengankomponen yang berpotensi membahayakan kesehatan.Upaya yang telah dikenal antara lain perbaikan perilakuhidup bersih dan sehat (PHBS), penggunaan alat pelin-dung diri, imunisasi dan kekebalan alamiah ketika terja-di wabah DBD. Perlindungan Individu yang dapatdilakukan adalah melindungi pribadi dari risiko penu-laran penyakit DBD. Individu dapat menggunakan repel-lent, menggtnakan baju lengan panjang dan celana pan-jang untuk mengurangi kontak dengan nyamukmeskipun sementara. Untuk mengurangi kontak dengannyamuk, keluarga dapat memasang kelambu pada waktutidur dan kasa anti nyamuk. Penggunaan insektisidaaerosol dan repellent, obat nyamuk bakar, vaporize mats

527

Page 10: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional - …repository.unair.ac.id/41172/9/622. 41172.pdf · Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan ...

Kesmas, Jurnal Kesehatan MasyarakatNasionalVol. T, No. 11, Juni 2013

(VP), dan repellent oles anti nyamuk dapat digunakanoleh individu .1,2,6,17

Partisipasi masyarakat dapat dilibatkan dalam hal ini,namun memerlukan proses panjang dan butuh kesabaran

dan upaya pengendalian vektornya seperti, melakukan3M plus atau PSN di lingkungan mereka. Namun, adanya

keterbatasan pendidikan, pemahaman dan latarbelakangnya sehingga belum mampu mandiri dalam pe-

laksanaannya. Mengingat kenyataan tersebut, penyuluh-

an tentang vektor dan metode pengendaliannya masihsangat dibutuhkan oleh masyarakat secara berkesinam-bungan. Adanya kader juru pemantau jentik (jumantik),

ibu ataupun siswa pemantau jentik melalui aktivitas dok-

ter kecil/unit kesehatan sekolahdapat menjadi suatukegiatan yang dapat dilaksanakan secara rutin dan si-

multan dalam upaya program pengendalian DBD.2'6

KesimpulanDari hasil dan pembahasan variabel kelembaban

udara merupakan faktor lingkungan yang berkorelasi sig-

nifikan dengan variabel ABf. Variabel kelembaban udaramerupakan faktor lingkungan yang berkorelasi signifikandengan ABJ di kota Surabaya. Angka bebas jentik tidakberkorelasi dengan jumlah kasus penderita DBD dan

tidak dapat dipakai untuk memprediksi jumlah kasus

penderita DBD ke depan. Model pengendalian DemamBerdarah Dengue berdasarkan faktor iklim ini terdiri darimanajemen simpul satu (pengendalian pada sumberpenyakit) yaitu pencarian kasus DBD pada sumberpenyakit secara aktif dan penyelidikan epidemiologi olehpetugas surveilans DBD. Nlanajemen simpul dua(pengendalian pada media penularan/transmisi) tentangmanajemen lingkungan dan pengendalian vektornl'a'baik secara biologis, komia pada fase larva hinggadewasa. Manajemen simpul tiga (Pengendalian proses

pajanan/kontak pada masyarakat), yaitu perlindunganindividu dari kontak atau gigitan nyamuk penular DBD,serta partisipasi masyarakat dalam pengendalian vektorseperti 5 M plus, PSN hingga menjadi juru pemantaujentik (jumantik).

SaranBerdasarkan faktor iklim disarankan pada masyarakat

untuk meningkatkan kewaspadaan dini pada bulan

fanuari hingga funi. Pada bulan-bulan tersebut, populasi

nyamuk Aedes aegypti akan meningkat sehingga risikopenularan penyakit DBD akan meningkat pula.

Daftar Pustaka1. Khin MM, Than KA. Transovarial transmission of dengue-2 virus by

Aedes aegypti nature. American lournal and Tropical Medicine and

528