perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan...

23
1 BAB I A. Alasan pemilihan judul Negara Indonesia merupakan negara yang plural dari sisi etnisitas, budaya, bahasa dan agama. Keanekaragaman (pluralitas) etnis dalam sebuah negara menjadi titik tolak keragaman yang lain. Di Indonesia sendiri fakta pluralitas ini terejawantahkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah ikhtiar yang lahir dari berbagai perbedaan yang mustahil bisa disamakan namun tetap berharap untuk tidak sekedar bisa bersama. Lebih dari itu para founding father bangsa kita ingin agar perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa. Adanya kemajemukan agama di Indonesia, di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara antara lain dinyatakan pula agar semua umat beragama dapat terus memelihara kerukunannya, baik diantara sesama penganut agama tertentu maupun dengan penganut agama lain. Diharapkan diantara umat beragama yang berbeda itu terwujud hubungan yang akrab, saling menghormati dan menghargai terhadap agama dan kepercayaan yang dianut masing-masing, serta terjalin kerja sama saling bantu membantu dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, dan selanjutnya dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam praktik, kehidupan beragama dan hubungan antar-pemeluk agama sering kali bermasalah, seperti kasus Ambon dan Poso serta kasus lain yang masih

Transcript of perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan...

Page 1: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

1

BAB I

A. Alasan pemilihan judul

Negara Indonesia merupakan negara yang plural dari sisi etnisitas, budaya,

bahasa dan agama. Keanekaragaman (pluralitas) etnis dalam sebuah negara menjadi

titik tolak keragaman yang lain. Di Indonesia sendiri fakta pluralitas ini

terejawantahkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah ikhtiar yang lahir

dari berbagai perbedaan yang mustahil bisa disamakan namun tetap berharap untuk

tidak sekedar bisa bersama. Lebih dari itu para founding father bangsa kita ingin agar

perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.

Adanya kemajemukan agama di Indonesia, di dalam Garis-garis Besar Haluan

Negara antara lain dinyatakan pula agar semua umat beragama dapat terus

memelihara kerukunannya, baik diantara sesama penganut agama tertentu maupun

dengan penganut agama lain. Diharapkan diantara umat beragama yang berbeda itu

terwujud hubungan yang akrab, saling menghormati dan menghargai terhadap agama

dan kepercayaan yang dianut masing-masing, serta terjalin kerja sama saling bantu

membantu dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, dan selanjutnya dapat

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam praktik, kehidupan beragama dan hubungan antar-pemeluk agama

sering kali bermasalah, seperti kasus Ambon dan Poso serta kasus lain yang masih

Page 2: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

2

baru terjadi yaitu penutupan gereja di beberapa tempat di Bogor, penusukan anggota

jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Pondok Timur Indah Bekasi, kasus

Ahmadiah di Cikeusik dan kerusuhan di Temanggung . Selain kasus-kasus yang

mendapatkan porsi publikasi media massa yang besar, ada juga persoalan-persoalan

dalam kehidupan beragama yang kurang terekspos media, misalnya diskriminasi

terhadap aliran-aliran kepercayaan dan agama di luar agama utama yang ada di

Indonesia dalam hal pembuatan kartu tanda penduduk (KTP). Biarpun tidak terekspos

secara luas, diskriminasi yang didasarkan pada faktor agama dan keyakinan pada

dasarnya adalah wujud dari pelanggaran hak dasar manusia.

Aliran kepercayaan atau kepercayaan sering disebut juga dengan istilah agama

asli. Yang di maksudkan dengan agama asli adalah kerohanian khas dari satuan

bangsa atau dari sukubangsa, sejauh itu berasal dan di perkembangan di tengah-

tengah bangsa itu sendiri dan tidak ditiru atau dijiplak dari kerohanian bangsa lain.

Kerohanian itu timbul dan tumbuh secara spontan bersama dengan timbul dan

tumbuhnya (suku) bangsa itu sendiri. Dia murni terhadap campuran dengan

kerohanian agama lain dan sebegitu, secara asli, hanya terdapat pada masyarakat yang

tertutup terhadap pergaulan antar bangsa. Karena agama yang membadani kerohanian

semacam itu juga disebut agama etnis, agama suku, agama preliterate atau agama

sederhana. Akan tetapi asas setempat itu, bila kemudian berkontak dengan agama

lain, mungkin mempertahan kan diri dan berkembang berkat pengelolaan unsur-unsur

keagamaan dari luar. Unsur-unsur itu disesuaikan dengan kerohanian semula,

sehingga corak khas asli tidak lenyap, melainkan mewujudkan diri lebih lengkap.

Page 3: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

3

Kerohanian asli tersebut biasanya tidak diketahui secara refleksif, tidak pula

dinyatakan dalam ajaran sistematis. Akan tetapi kerohanian itu dihayati dalam sikap

batin terhadap zat tertinggi bagaimana juga dinamakan yang mengatasi manusia. Dia

diungkapkan dalam kepercayaan, kesusilaan, adat, nilai upacara serta perayaan aneka

warna. Melaui ungkapan lahir itu pokok batin dapat disadari, dapat ditentukan dan

diperinci lebih lanjut.1 karena bagaimanapun bagi para penganut suatu agama, agama

yang dianutnya itu merupakan suatu kebenaran mutlak. Dengan demikian tentunya

agak sulit untuk dapat memahami ajaran-ajaran atau pandangan agama lain. Apalagi

bila terbentur pada cara berpikir yang sempit, maka bisa saja cara berpikir atau

tingkah laku kita dapat mengganggu keseimbangan dalam pergaulan hidup sehingga

jauh dari kerukunan hidup antar umat beragama, bahkan seagama. harusnya agama

asli Indonesia (aliran kepercayaan) juga harus di hormati sepertihalnya agama impor

yang ada, karena sebelum agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha masuk ke

Indonesia masyarakat Indonesia sudah mempunyai agama aslinya sendiri-sendiri di

masing-masing daerah. Masyarakat suku Samin mengatakan agama dalam arti

kepercayaan dan keyakinan semua sama, yaitu semua agama mempunyai tujuan

baik.pandangan mereka yang demikian ini berpangkal pada pendirian bahwa

manusia ini adalah sama, tidak ada bedanya karena sama makluk hidup yang

mempunyai kepentingan yang sama pula. Yang berbeda adalah tingkah laku dan budi

pekertinya. Menurut mereka meskipun seseorang telah memeluk sesuatu agama,

1 Y. W. M. Bakkers. Y. Agama Asli Indonesia, Pro Munuscrpto, Yogyakarta. 1976 : 1.

Page 4: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

4

namun tingkah lakunya jahat, tidak dapat hidup rukun dangan sesama manusia

(sesama hidup) adalah juga tetap sebagai manusia jahat.2

Penulis melihat bahwa diskriminasi terhadap kepercayaan/agama/asli lokal

merupakan hal yang masih juga sering terjadi, termasuk terhadap masyarakat

penganut aliran kepercayaan Marapu di Sumba Barat. Diskriminasi tidak hanya

muncul dari hubungan horinzontal di antara pemeluk agama/kepercayaan, melainkan

terkadang juga muncul dari sistem hukum yang kurang memberikan perlindungan

dan kurang okomodatif terhadap para pemeluk aliran kepercayaan.

Dengan seiring berjalannya waktu Penganut aliran kepercayaan dipaksa harus

menjadi munafik saat akan mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP). karena tidak ada

kolom untuk aliran kepercayaan, yang ada hanya kolom agama di KTP, maka para

penganut aliran kepercayaan dipaksa harus mengisi dengan memilih salah satu agama

yang diakui pemerintah. Berdasarkan pengamatan, ternyata mereka hanya pemeluk

agama dalam KTP saja, karena umumnya mereka banyak yang tidak pernah atau

belum tahu bagaimana menjalankan ibadat sesuai dengan ajaran agamanya itu (agama

yang diakui oleh pemerintah), mereka hanya memilih salah satu agama yang di akui

oleh pemerintah tapi dalam hal ibadah keagamaan mereka tidak melakukannya sama

sekali, mereka hanya melakukan ibadat sesuai dengan aliran kepercayaan Marapu itu

sendiri.Selain itu dengan menjadi munafik dengan memilih salah satu agama

pemerintah, mereka mendapat jaminan bahwa anak-anak mereka dapat bersekolah.

2 Dr. Andik Purwasito DEA. Agama Tradisional. Lkis. Yogyakarta. 2003 : 79.

Page 5: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

5

Suatu hal yang memprihatinkan karena mereka terpaksa beralih agama untuk alasan

tersebut.

Atas dasar itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat dan

menganalisa bagaimana hukum di Indonesia memberikan perlindungan terhadap

kelompok-kelompok penganut aliran kepercayaan yang rentan terhadap perilaku

diskriminatif. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik tersebut

dengan mengambil fokus pada masyarakat penganut aliran kepercayan Marapu di

kabupaten Sumba Barat. Penelitian tersebut diusulkan dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMELUK ALIRAN KEPERCAYAAN

MARAPU” (STUDI TERHADAP PEMELUK ALIRAN KEPERCAYAAN

MARAPU DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK, KABUPATEN SUMBA

BARAT)

Page 6: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

6

B. Latar belakang masalah

Bagi "agama" yang tidak diakui oleh negara, tidak otomatik negara harus

melarangnya seseorang untuk meyakini suatu keyakinan tertentu. Negara tidak boleh

melarang seseorang untuk meyakini atau tidak meyakini agama atau kepercayaan

tertentu, tetapi negara hanya mengatur aspek administratifnya. Meskipun suatu

"agama" tertentu tidak diakui sebagai agama oleh negara, negara tetap

bertanggungjawab untuk memberi jaminan perlindungan hukum kepada penganutnya,

tetapi dalam kapasitasnya sebagai kelompok masyarakat (umum).

Kepercayaan religius biasanya dilukiskan sebagai suatu ciri homogen dari

seseorang individu, seperti tempat tingalnya, jabatannya, posisinya dalam keuarganya

dan seterusnya. Tetapi kepercayaan religius di tengah-tengah ritus, dimana

kepercayaan itu meliputi keseluruhan pribadi, mengangkutnya, sejauh ia memusatkan

perhatiannya, kedalam cara berada yang lain, dan kepercayaan religius sebagai batas,

refleksi yang di ingat atas pengalaman itu di tengah-tengah kehidupan sehari-hari

tidak persis merupakan hal yang sama; dan kegagalan untuk mewujudkan ini

menyebabkan kebingungan tertentu, terkhusus dalam hubungannya dengan apa yang

disebut masalah mentalitas-primitif.3 Negara tidak boleh melarang orang untuk

mengikuti keyakinan atau kepercayaan tertentu, karena kepercayaan atau keyakinan

adalah urusan yang sangat pribadi dan berada dalam dunia batin atau dunia pikir

seseorang.Tetapi, apabila orang melakukan perbuatan berdasarkan keyakinannya dan 3 Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, Kanisius, Yogyakarta. 1992 : 42.

Page 7: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

7

perbuatan tersebut mengganggu hak orang lain atau ketertiban umum, maka negara

dapat mengatur dan bahkan melarangnya. Alasannya, bukan melarang kepercayaan

atau keyakinan seseorang, tetapi karena mengganggu ketertiban umum atau

ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu, pengembangan ajaran agama yang

menyimpang dari ajaran agama yang kemudian dikatakan “sesat” adalah mengenai isi

dari suatu ajaran agama, maka penilaiannya diserahkan dan ditentukan oleh agama

atau pemeluk agama yang bersangkutan.

Indonesia memberikan jaminan kebebasan beragama atau berkepercayaan dan

beri beribadah, hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 28 (E) ayat 1 dan 2 UUD 1945

hasil amandemen disebutkan: 1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,

serta berhak kembali; 2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,

menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Pada UUD 1945 Bab XI

tentang Agama, pasal 29 ayat 1-2 dinyatakan bahwa “ Negara berdasar atas

Ketuhanan Yang Maha Esa, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

dan kepercayaannya itu”. Berdasarkan pasal tersebut, berarti negara Republik

Indonesia tidak berdasarkan agama tertentu, melainkan berdasarkan kepercayaan

terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti pula bahwa semua agama dan

kepercayaan yang ada dihormati kedudukannya dan seluruh warga negara bebas

Page 8: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

8

memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing serta bebas untuk melaksanakan

ibadatnya masing-masing.

Apabila dilihat dari uraian di atas maka hal ini sangat bertentangan dengan

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan landasan normatif

bahwa agama dan keyakinan merupakan hak dasar yang tidak bisa diganggu gugat.

Dalam pasal 22 ditegaskan: 1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; 2) Negara

menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Dalam pasal 8 juga ditegaskan

bahwa “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia

menjadi tanggung jawab negara, terutama pemerintah”.

Tuntutan untuk menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan juga

menjadi tuntutan international sebagaimana tertuang dalam International Covenant

on Civil and Political Rights (ICPPR). Indonesia sudah meratifikasi tentang ICCPR

melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil

dan Politik). Dengan ratifikasi itu, maka Indonesia menjadi Negara Pihak (State

Parties) yang terikat dengan isi ICCPR. Pada Pasal 18 berbunyi :

1. Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama. Hak ini

harus mencakup kebebasan untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau

kepercayaan atas pilihannya, dan kebebasan, baik secara individu atau dalam

komunitas dengan orang lain dan di depan umum atau swasta, untuk

Page 9: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

9

menyatakan agama atau kepercayaan dalam ibadah, praktek ketaatan, dan

pengajaran.

2. Tidak seorangpun dapat dikenakan paksaan yang akan mengganggu

kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau kepercayaan

atas pilihannya.

3. Kebebasan untuk mewujudkan satu agama atau kepercayaan dapat tunduk

hanya pada pembatasan seperti yang ditentukan oleh hukum dan yang

diperlukan untuk melindungi keselamatan publik, ketertiban, kesehatan, atau

moral atau hak-hak mendasar dan kebebasan orang lain.

4. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati

kebebasan orang tua dan, bila diperlukan, wali hukum untuk memastikan

bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan

keyakinan mereka sendiri.

ICCPR pada dasarnya memuat ketentuan mengenai pembatasan penggunaan

kewenangan oleh aparat represif negara, khususnya aparatur represif Negara.

Makanya, hak-hak yang terhimpun di dalamnya juga sering disebut sebagai hak

negatif (negative rights). Artinya, hak-hak dan kebebasan yang dijamin di dalamnya

akan dapat terpenuhi apabila peran negara dibatasi. Apabila negara terlalu intervensi,

hak-hak dan kebebasan yang diatur di dalamnya akan dilanggar oleh negara. Negara-

negara yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak tersebut akan mendapat

kecaman sebagai negara yang telah melakukan pelanggaran serius Hak Asasi

Manusia. Indonesia mengakui keberadaan agama-agama utama yaitu Islam, Kristen,

Page 10: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

10

Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu tertuang dalam Penetapan Presiden No 1

Tahun 1965 yang diundang-undangkan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1969 tentang PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN DAN/ATAU PENODAAN

AGAMA , yang menetapkan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan

Konghuchu merupakan agama resmi penduduk di Indonesia.

Pada kenyataannya di Indonesia masih terdapat aliran kepercayaan diluar

agama/kepercayaan mainstream antara lain :

1. Aliran Kepercayaan Sunda Wiwitan yang kini tersisa pada etnis Baduy di

Kanekes (Banten),

2. Aliran Kepercayaan Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai

agama Cigugur di Kuningan, Jawa Barat,

3. Aliran Kepercayaan Buhun di Jawa Barat,

4. Aliran Kepercayaan Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur,

5. Aliran Kepercayaan Parmalim di Batak,

6. Aliran Kepercayaan Kaharingan di Kalimantan,

7. Aliran Kepercayaan Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi Utara,

8. Aliran Kepercayaan Tolottang di Sulawesi Selatan,

9. Aliran Kepercayaan Wetu Telu di Lombok,

10. Aliran Kepercayaan Marapu di Sumba,

11. Aliran Kepercayaan Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku.

Dalam upaya untuk mengenal dan lebih memahami salah satu kehidupan

beragama di Indonesia, maka perlu diketahui pula keberadaan salah satu aliran

Page 11: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

11

kepercayaan yang masih hidup dan dianut oleh sebagian masyarakat di Pulau Sumba,

Nusa Tenggara Timur. Kepercayaan asli suku Sumba di sebut Marapu.

Orang Sumba yang tidak menganut agama resmi di Indonesia mengindentifikasikan

dirinya sebagai orang Marapu. seluruh bidang kehidupan orang Sumba terikat dengan

pemahaman tentang Marapu. Beberapa penulis mencoba memberikan pengertian atau

definisi tentang Marapu, L. Onvlee berpendapat bahwa kata Marapu terdiri dari dua

kata yaitu ma dan rapu. Kata ma berarti yang dan kata rapu berarti di hormati,

disembah, dan di dewakan . A.A Yewangoe menduga kata Marapu terdiri dari dua

kata yaitu ma dan rappu. Kata ma berarti yang dan rappu artinya tersembunyi.

Dengan demikian, Marapu berarti yang tersembunyi atau sesuatu yang tersembunyi,

yang tidak dapat di lihat. A.A Yewangoe juga memberikan kemungkinan lain tentang

kata marapu yaitu kata mera berarti serupa dan appu berari nenek moyang. Marapu

artinya serupa dengan nenek moyang.4

Dari turun temurun nenek moyang orang Sumba mewarisi adat istiadat dan

agama kepada penerusnya dan sampai sekarang ini masih bertahan dan terus di

wariskan. Penduduk pulau Sumba mempercayai tokoh ilahi yang di sebut Marapu

(agama asli orang sumba), agama Marapu terdiri dari bermacam-macam dan

berpangkat-pangkat :

1. Marapu iyangita (Marapu langit) atau Marapu awange (Marapu awan), yang

tidak termasuk alam manusia, melainkan berada di alam atas. Marapu-

4 F.D. Wellem, Injil dan Marapu, Sekolah Tinggi Teologi. Jakarta, 1995 : 41.

Page 12: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

12

Marapu ini memiliki kekuasaan atas hidup dan nasip manusia. Yang termasuk

golongan Marapu ini adalah :

a. Marapu yang tertinggi, yang di Sumba Barat disebut : ina kalada-Ama

kalada (kakek-nenek) yang di pandang sebagai pencipta. Oleh suku lain

disebut juga ina matunggu-ama matunggu. Pada umumnya Marapu ini

hanya ada di dalam kenang-kenagan yang samar-samar saja, sehingga

tidak memiliki sebutan yang jelas. Tentang Marapu ini hanya di katakan,

bahwa ialah yang menjadikan atau yang mengayam manusia. Ia

bersemayam di atas awan-awan, yang tak pernah mendekati manusia.

b. Di bawahnya ada Marapu yang memerintah, yaitu yang melaksanakan

kehendak Marapu yang tertinggi tadi. Marapu inilah yang menyebabakan

tata-tertib di dalam dunia ini. Segala sesuatu tunduk kepadanya.

c. Marapu yang kedua ini membawahkan Marapu pengawas para dewa,

yang melaksanakan segala yang di rencanakan oleh Marapu yang

memerintah. Jadi ia berfungsi semacam asas yang menghidupkan.

d. Di samping ketiga Marapu yang tinggi ini masih ada lagi Marapu yang

disebut putera bapa dan ibu, yang mewakili segala Marapu dalam

hubungannya dengan dunia manusia, yang juga disebut Marapu yang

datang dan pergi, yang memberikan laporan akan segala yang dilihatnya

dan di dengarnya di dalam dunia manusia. Jadi ia di pandang sebagai

Marapu yang berada di mana-mana.

2. Marapu yang tergolong kepada alam manusia di bedakan antara :

Page 13: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

13

a. Marapu mate (Marapu orang mati), yaitu Marapu yang terjadi dari

arwah orang mati, yang mengalami perpindahan dari alam gaib.

b. Marapu moripa (Marapu hidup), yaitu roh-roh yang keadaannya

memang menjadi Marapu. Mereka hanya mungkin di dekati manusia

dengan perantara Marapu mate.

3. Kecuali Marapu-marapu yang sudah disebut di atas, segala sesuatu yang di

pandang sebagai berkaitan dengan kuasa gaib juga disebut Marapu, di

antaranya adalah :

a. Watu kabala (batu meteor), yang diminta pertolongannya untuk

membunuh atau mencelakakan musuh. Kadang-kadang kepada watu

kabala ini juga di persembahkan perjanjian.

b. Alat-alat kerja dan senjata, yang dahulu di pakai oleh nenek

moyangnya. Semuanya dipandang sebagai berpengaruh baik atau pun

jahat kepada manusia.

c. Batu-batu yang berada di Sumba Tengah dan Sumba Timur disebut

katoda. Batu-batu ini di pandang sebagai berpengaruh juga, karena

dapat meneruskan perjanjian-pejanjian yang di letakan disitu atau

meneruskan permohonan-permohonan orang yang di naikkan kepada

Marapu yang bersangkutan. Jadi batu-batu ini berfungsi sebagai

tempat bersaji.5

5Dr. Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba, BPK Gunung Mulia, 1985 : 30.

Page 14: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

14

Walaupun aliran kepercayaan Marapu diartikan berbeda-beda, tetapi hal itu

sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya sang Maha Pencipta.

Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur

itu sendiri,tetapi kepada sang maha pencipta yaitu nai marapu lolu jaga (tuhan

pencipta dan pencaga). Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta biasanya dinyatakan

dengan kata-kata atau kalimat kiasan dalam acara atau ritual adat atau upacara-

upacara keagamaan seperti dalam upacara “wulla podu” (bulan suci), yang terdapat

pada Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Wullla Poddu

mempunyai arti yang sangat mendalam bagi masyarakat Loli, dimana “wulla” berarti

bulan dan “poddu” berarti suci”. Jadi Wulla Poddu berarti bulan suci. Dengan

demikian Wulla Poddu dapat diartikan sebagai bulan suci atau bulan tabu. Maka

setiap orang atau masyarakat pendukung harus mematuhinya sebagai tanda kepatuhan

dan penghormatan mereka pada pelaksannan ritus Wulla Poddu, maka semua aktifitas

lain yang tidak ada hubungannya dengan ritus tersebut dihentikan yang ada, hanyalah

ritus penyembahan terhadap Marapu (leluhur atau dewa). Termasuk agama-agama

lain yang berada di kecamatan Kota Waikabubak selalu mematuhi larangan-larangan

yang di tetapkan tua-tua adat yang berlaku bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Seperti halnya dengan religi-religi lain dari berbagai suku-bangsa di dunia, maka

religi marapu juga mempunyai empat unsur pokok, yaitu :

1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius.

Page 15: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

15

2. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan

manusia tentang sifat-sifat tuhan, serta tentang wujud dari alam gaib

(sepernatural).

3. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan

Tuhan, Dewa-dewa, atau makluk-makluk halus yang mendiami alam gaib.

4. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut

sistem kepercayaan tersebut dalam mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi

beserta sistem upacara-upacara keagamaannya.6

Menurut para pemeluk aliran kepercayaan Marapu, sang pencipta tidak boleh

dicampur adukkan dengan urusan-urusan yang bersifat duniawi karena dia adalah

Tuhan yang maha kuasa yang suci yang dapat berbuat apa saja yang hendak ia

kehendaki dan para Marapu itu sendiri dianggap sebagai media perantara untuk

menghubungkan manusia dengan Penciptanya, oleh karena itu upacara-upacara adat

nama sang pencipta tidak di sebutkan secara langsung atau hanya secara kiasan saja

karena untuk menyebut nama nya saja di pantangkan.

Meskipun banyak peraturan-peraturan yang tidak mendukung adanya aliran

kepercayaan Marapu, jumlah penganutnya masih terbilang banyak di kabupaten

sumba barat, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1 No Agama Jumlah pemeluk 1 Kristen 65.350 2 Katolik 22.084 3 Islam 8.543 6Koenjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Hal. 137-138.

Page 16: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

16

4 Hindu 199 5 Budha 0 6 Lain-lain (Marapu) 14.148 Sumber : Sumba Barat dalam angka tahun 2010 (Dinas BAPPEDA Kab.Sumba Barat)

Apabila dilihat dalam tabel tersebut diatas agama Kristen dan Katolik

merupakan agama yang paling banyak di anut oleh warga Kabupaten Sumba Barat,

tetapi semuanya bukanlah penghayat murni agama Kristen, Katolik, Islam, dan

Hindu, dari jumlah tersebut diatas sudah termasuk orang kepercayaan Marapu yang

terpaksa memilih agama Kristen, Katolik, Islam, dan Hindu yang merupakan agama

mayoritas.orang Marapu memilih agama itu hanya sebagai formalitas belaka untuk

mendapat KTP, sedang tata cara beribadahnya mereka sama sekali tidak pernah

melakukannya sesuai dengan agama KTP yang mereka pilih.

Budaya orang sumba tidak pernah lepas dari hubungannya dengan Marapu itu

sendiri. Seperti halnya upacara adat Wulla Podu di Kecamatan Kota Waikabubak dan

acara adat Pasola di Kecamatan Wanukaka, kedua upacara adat tersebut merupakan

andalan pariwisata di kabupaten Sumba Barat yang terbukti telah menyedot

wisatawan asing maupun wisatawan lokal, hal ini memberikan dampak positif

terhadap perokonomian untuk pemasukan devisa negara. Dari tahun ketahun jumlah

wisatawan yang datang melihat acara ini semakin bertambah. Oleh karena itu

perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana di lakukan oleh PEMDA kabupaten Sumba

Barat seperti pembuatan jalan setapak pada kampung-kampung adat, pembuatan

Page 17: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

17

tribun penonton pada tempat di laksanakannya pasola, pembuatan jamban pada

kampung-kampung adat, dan pelebaran jalan menuju tempat pelaksanaan Pasola.

Perlindungan hukum yang di maksud dalam judul adalah suatu bentuk

kepastian, kejelasan, jaminan yang di berikan oleh hukum yang berlaku kepada para

penganut Marapu untuk dilindungi/diperhatikan kepentingan-kepentingannya dan

hak-haknya sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan. Dengan kata

lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep

dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan

dan kedamaian.

penganut agama lokal Marapu, terutama mereka yang disebut sebagai

penghayat murni, beberapa masalah yang sering timbul oleh aliran kepercayaan

adalah sebagai berikut :

1. Banyak dari pemeluk aliran kepercayaan Marapu yang tidak membuat KTP,

karena harus mengisi kolom agama pada KTP, padahal dalam pasal 64 ayat 1

dan 2, Undang-undang NO 23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan mengatakan (1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda

Pancasila dan peta wilayah negara Republik Indonesia, memuat keterangan

tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, lakilaki atau perempuan, agama,

status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas

foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tandatangan

pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang

menandatanganinya. (2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud

Page 18: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

18

pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama

sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat

kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database

kependudukan. tapi dalam prakteknya di lapangan tidak pernah terjadi, hal ini

sangat membuat penganut aliran kepercayaan merasa terdiskriminasi.

2. Dalam pengurusan kartu keluarga juga harus mencantumkan agama. padahal

dalam pasal 61 ayat 1 dan 2, Undang-undang NO 23 tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan mengatakan (1) KK memuat keterangan

mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota

keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga,

kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua. (2) Keterangan

mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk

yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi,

tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan.

3. Pernikahan di kalangan mereka tidak mendapatkan akte dari kantor Catatan

Sipil karena kantor Catatan Sipil tidak mau mencatatnya dengan alasan bahwa

pernikahan mereka itu adalah pernikahan di luar agama atau pernikahan yang

tidak berdasarkan agama.oleh karena itu para pemeluk kepercayaan Marapu

hanya melakukan pernikahan secara adat istiadat saja. Padahal dalam Undang-

Undang no 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 2 ayat 1.

Page 19: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

19

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Di perbolehkan adanya perkawinan secara

aliran kepercayaan sedangkan dalam prakteknya di lapangan tidak pernah

terjadi.

4. anak-anak dari keluarga kepercayaan atau agama lokal ini dapat kehilangan

hak atas pendidikannya hanya karena orangtuanya adalah penghayat murni.

Ini secara nyata dialami oleh sebagian besar pemeluk Marapu di sumba yang

sangat merasa di terdiskriminasi7.

Contoh kasus :

Seingu dukku adalah salah seorang anak yang orang tuanya adalah pemeluk aliran

kepercayaan Marapu, pada saat ia mendaftarkan diri pada salah satu sekolah negeri ia

tidak jadi mendaftar karena guru memaksakan kepada orang tua agar memilih salah

satu agama yang di akui oleh negara. Dan orang tua dari anak itu tidak lain adalah

salah satu Rato (sebutan bagi kepala agama Marapu) yang sering memimpin nobba

(pemimpin dalam menjalankan doa) pada ritual wulla podu (hari raya agama Marapu

di masyarakat Loli, Sumba Barat). Tradisi adat wulla podu akan di lanjutkan oleh

seingu rua, itu merupakan alasan dari orang tua seingu dukka8.

seharusnya negara harus memberikan perlindungan kepada aliran kepercayaan

asli seperti Marapu karena aliran ini sudah ada sebelum negara ini berdiri dan agama-

7 Wawancara dengan raga seingu, juli 2010. 8 Wawancara dengan Ruwa dato, 11 Agustus 2010, jam 2.

Page 20: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

20

agama resmi sekarang ini ada. agama di pandang sebagai suatu institusi yang

lain,yang mengemban tugas (fungsi) agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik

dalam lingkup lokal, regional, nasional maupun modial. Maka dalam tinjauannya

yang terpenting ialah daya guna dan pengaruh agama terhadap masyarakat, sehingga

berkat eksistensi dan fungsi agama (agama-agama) cita-cita masyarakat (akan

keadilan dan kedamaian, dan akan kesejahteraan jasmani dan rohani) dapat terwujud.9

Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi

sebuah tulisan.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi pemeluk aliran

kepercayaan Marapu di Kecamatan Kota Waikabubak ?

D. Tujuan Penelitian

Menggambarkan bentuk-bentuk dan pelaksanaan perlindungan hukum bagi

pemeluk aliran kepercayaan Marapu di Kecamatan Kota Waikabubak.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu penelitian yang didasarkan pada

suatu ketentuan hukum (peraturan-peraturan yang berlaku) dengan fenomena

atau kenyataan yang terjadi dilapangan. 9 Drs. D. Hendropuspito. OC, Sosiologi Agama. Kanisius, Yogyakarta. 1983: 29-30.

Page 21: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

21

2. Pendekatan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang di atas, maka

dibutuhkan suatu pendekatan penelitian. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah metode yang di

gunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang

mengandung makna. Makna sendiri merupakan data yang sebenarnya, data

yang pasti, merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.

3. Jenis Data

1) Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dilokasi

penelitian melalui wawancara responden.

2) Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari tulisan ilmiah atau

buku-buku yang berhubungan dengan penulisan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, maka cara atau teknik yang digunakan adalah

a. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan

pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sum ber

data (responden). Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung.10

Beberapa sumber yang akan di wawancarai yaitu :

1. Dinas kependudukan dan pencatatan sipil. 10Rianto Adi. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. Jakarta. 2004 : 72.

Page 22: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

22

2. Jemy saba ora ,SSTP (PNS/Sekretaris camat kota

waikabubak)

3. Anderias Umbu Lele (kepala Desa Kalimbukuni).

4. Dukka Bongo (salah seorang penghayat murni Marapu).

5. Pale seingu (penghayat kampung adat kanakat pada ritus

wulla podu/bulan suci).

6. Rowa Dima (Rato kampung adat BodoMaroto pada ritus

wulla podu/bulan suci)

7. Tagubore Nono (penghayat aliran kepercayaaan Marapu

kampung adat Bodo Maroto pada ritus wulla podu/bulan

suci)

5. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi dalam kegiatan penelitian ini adalah Kecamatan Kota

Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat.

6. Unit amatan dan unit analisa

a. Unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk

memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan

Page 23: perbedaan itu bersatu dan bersinergi menjadi kekayaan bangsa.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/2/T1_312007081_BAB I.pdf · memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam

23

tentang satuan analisis.11 Maka yang menjadi unit amatan dalam

penelitian ini adalah penganut aliran kepercayaan Marapu di

Kecamatan kota, Kabupaten Sumba barat.

b. Unit analisis adalah suatu keberadaan atau populasi yang

tentangnya dibuat kesimpulan atau kerampatan empirik.12 Dengan

demikian unit analisa dalam penelitian ini adalah Perlindungan

hukum Terhadap para penganut aliran kepercayaan Marapu.

11 John Ihalauw. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. 1985 : 174. 12 John Ihalauw. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. 1985 : 29.