Bersatu (autosaved)

174
TINJAUAN SOSIO-YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN MENGENAI PEMBANGUNAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DALAM PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KOTA SEMARANG (Studi Undang-UndangNomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Di Kota Semarang) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun oleh : FREDY BAGUS KUSUMANING YANDI 8111411292

Transcript of Bersatu (autosaved)

Page 1: Bersatu (autosaved)

TINJAUAN SOSIO-YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN

MENGENAI PEMBANGUNAN BIDANG KELUARGA

BERENCANA DALAM PENGENDALIAN PERTUMBUHAN

PENDUDUK DI KOTA SEMARANG (Studi Undang-

UndangNomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Di Kota Semarang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh :

FREDY BAGUS KUSUMANING YANDI

8111411292

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: Bersatu (autosaved)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah mendapatkan persetujuan oleh Pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Judul : TINJAUAN SOSIO-YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN

MENGENAI PEMBANGUNAN BIDANG KELUARGA

BERENCANA DALAM PENGENDALIAN PERTUM-

BUHAN PENDUDUK DI KOTA SEMARANG (Studi

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan

Keluarga Di Kota Semarang)

Mengetahui, Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pembantu Dekan Bid. Akademik

Windiahsari, S. Pd., M.Pd. Drs. Suhadi, S.H., M.Si.

NIP. 198011282008122001 NIP. 196711161993091001

Page 3: Bersatu (autosaved)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang

lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Penulis,

Fredy Bagus Kusumaning Yandi

8111411292

Page 4: Bersatu (autosaved)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Orang yang melanggar hukum adalah sampah, namun orang yang

membiarkan temannya terluka, maka mereka jauh lebih rendah daripada

sampah

2. Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi

jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi

kesalahan lagi.

3. Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja,

hatinyadengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan

ilmu yang bermanfaat, masa depan nya dengan harapan, dan perutnya

dengan makanan.

PERSEMBAHAN

Skripsiinipenulispersembahkanuntuk papah dan mamahkutercinta yang

telahmengorbankansegalanya, yang doanyatakpernahhenti, yang

keringatnyaselalutercurah, yangkesabarannyaselalumengalir, yang

ikhlasdilakukan memberikan semangat dan dorongan agar terus belajar demi

kebaikandan keberhasilan penulis.

Page 5: Bersatu (autosaved)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul TINJAUAN SOSIO-YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN MENGENAI

PEMBANGUNAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DALAM

PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KOTA SEMARANG

(Studi Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Di Kota Semarang). Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana (S1)

Jurusan Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang.Dalam penyusunan skripsi ini

penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, masukan, serta dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Sartono Sahlan, M.H, Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Suhadi, S.H.,M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas

Hukum Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Herry Subondo, M.Hum, Pembantu Dekan Bidang Administrasi

Umum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

5. Ubaidillah Kamal, S.H., M.H, Pembantu Dekan Bidan Kemahasiswaan

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

6. Tri Sulistiyono, S.H., M.H, Ketua Bagian Hukum Tata Negara.

7. Windiahsari, S.Pd., M.Pd, Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar

memberikan pengarahan kepada penulis.

8. Ristina Yudhanti, S.H.,M.H, Dosen Wali.

Page 6: Bersatu (autosaved)

9. Bimbong Yogatama, S.H Kepala Badan Bapermas Kota Semarang.

10. Dra. Siti Maimunah Kabag Bidang KB Bapermas Kota Semarang.

11. Drs. Sri Haryanto Sub Bidang \Jejaring dan Informasi KB Bapermas Kota

Semarang.

12. Syahroni, S.H, Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian Bapermas Kota

Semarang.

13. Kakak saya, Freda Dyah Ayu Kusumaning Yandi yang selalu memberikan

dukungan agar skripsi ini cepat terselesaikan.

14. Ellectrananda, Heni Asmorowati, Eko Kusuma, Najmul Afad, Faikar

Aufa, Arif Budiprasetyo, Daniel Praditya, Ferry Putra, Fadhilah

Riayati,Harry Setiawan, Rizal Habiburohman, Ahmad Solikhin, Boby

Antengdan Elly Zunafikhahselaku pihak dan sahabat yang membantu saya

sampai terselesaikannya skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan

baik materiil maupun moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan senantiasa

melimpahkan pahala yang sebesar-besarnya. Harapan penulis semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik masa kini maupun masa yang akan

datang. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat

diharapkan

Semarang, 2015

Penulis,

Fredy Bagus Kusumaning Yandi

NIM. 8111411292

Page 7: Bersatu (autosaved)

ABSTRAK

Yandi, Fredy Bagus Kusumaning. 2015. Tinjauan Sosio-Yuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Di Kota Semarang (Perencanaan Kebijakan Mengenai Pembangunan Bidang Keluarga Berencana Dalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Di Kota Semarang).. Skripsi, Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Windiahsari., S. Pd., M. Pd

Kata Kunci: Kependudukan.Pembangunan, Keluarga Berencana

Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai masalah lain. Untuk itu,pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yaitu pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keuarga. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Di Kota Semarang menyatakan bahwa Menurut Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, social budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat. Di samping itu di sebutkan pula perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.Dari latar belakang tersebut tiga permasalahan pokok yaitu: (1) Bagaimana peran dan fungsi Bapermas Per dan KB pembangunan terkait program Keluarga Berencana di Kota Semarang; (2)Apa saja kendala yang timbul dalam kebijakan Bapermas Per dan KB pembangunan terkait program keluarga berencana di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-diskriptif melalui pendekatan yuridis sosiologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan observasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dengan fokus penelitian di Badan Pemeberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Semarang yang akan mengkaji proses pelaksanaan program – program dibidang KB dan peran, fungsi serta kendala yang dialami Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana dalam menangani pembangunan kependudukan di Kota Semarang.Hasil penelitian ini menunujukan adannya faktor yang berpengaruh dalam peningkatan jumlah penduduk seperti pernikahan usia dini, kurangnnya kesadaran masyarakat dalamhalmenjalankan program pemerintah serta tingkat kelahiran yang tinggi. Hal inilah yang menjadi tugas yang harus diselesaikan oleh Bapermas,Per, dan KB Kota Semarang.

Page 8: Bersatu (autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia ini kita mengenal adanya istilah “Negara maju” dan “Negara

Berkembang”, keduanya dapat ditinjau dari segi taraf hidup yang dicapai

masyarakat di Negara tersebut. Negara maju adalah Negara yang sudah efektif

menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan

kekayaan alamnya, serta perhatian masyarakatnya lebih menekan kepada

masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan, tidak lagi kepada masalah

produksi, sedangkan negara berkembang adalah Negara pada masa transisi

dimana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari

luar, untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus

berkembang.

Menurut Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, kependudukan

adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan,

persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang

menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan

penduduk setempat. Di samping itu di sebutkan pula perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk

Page 9: Bersatu (autosaved)

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas

penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di dunia.

Masalah yang di hadapi Indonesia untuk mencapai kemakmuran sehingga

menjadi sebuah Negara maju masih terus dihadapi, meskipun telah melewati

kurang lebih enam dekade tapi perjalanan lepas landas masih diambang pintu.

Ini merupakan tantangan untuk Indonesia agar tetap menyatukan tekad

menuju visi Negara sebagai warga Negara Indonesia kita berhak memiliki

keinginan untuk hidup yang makmur dan berkewajiban menjalankan segala

kebijakan yang ada untuk mewujudkan hak kita. Dalam pencapaian hak

tersebut, kebijakan yang ditetapkan harus dijalankan.Salah satu kebijakan

pemerintah adalah Keluarga Berencana. Tingkat pertumbuhan penduduk yang

tinggi di Indonesia merupakan satu dari faktor-faktor penghambat menuju

keselarasan dengan Negara maju. Keluarga berencana merupakan bagian

dalam pembatasan pertumbuhan penduduk.

Pembangunan pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan oleh pemangku kepentingan

pembangunan terutama oleh aparat pemerintah sebagai pengemban amanat

untuk mewujudkan kesejahteraan. Selanjutnya guna menjamin agar kegiatan

pembangunan dapat berjalan efektif, efisien,tepat sasaran dan berke-

sinambungan diperlukan perencanaan pembangunan berkualitas agar mampu

mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

Page 10: Bersatu (autosaved)

Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

mengurangi jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik

melalui peningkatkan infrastruktur ekonomi seperti membangun jalan,

jembatan, pasar, serta sarana lain, maupun membangun derajat dan partisipasi

masyarakat melalui peningkatan pendidikan maupun kesehatan. Kendala utama

yang dihadapi hampir semuanya sama, yang umumnya bersumber pada

permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya angka kematian bayi,

dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak-hak

reproduksi, serta masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk, yang

tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan

Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia

adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan

berbagai masalah lain. Untuk itu,pemerintah mencanangkan program Keluarga

Berencana (KB) yaitu pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap

keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat dan

diakui di tingkat internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-KB

meningkat dari 26% pada tahun 1980, menjadi 50% pada tahun 1991, dan

terakhir menjadi 57% pada tahum 1997. Program Keluarga Berencana telah

berjalan selama kurun waktu 4 pelita dengan hasil yang cukup

menggembirakan, baik secara normatif maupun demografis. Berdasarkan hasil

Survey Pravalensi Indonesia (PSI) tahun 1987 ternyata tingkat kelahiran kasar

telah menurun menjadi sekitar 28-29/1000 dan TFR (Total Fertility Rate)

menjadi 3,4-3,6.

Page 11: Bersatu (autosaved)

Kota Semarang merupakan suatu wilayah yang tidak luput dari sasaran

program Keluarga Berencana Nasional. Pelaksanaan program KB di wilayah

ini telah dilaksanakan dalam kurun waktu yang lama. Dalam rangka kesetaraan

gender, peran serta pria dalam program KB pun mulai digalakkan. Bukan

hanya wanita / istri saja yang berperan serta aktif dalam program KB namun

pria / suami pun dapat ikut turut serta dalam program tersebut. Sejak dahulu

wanita selalu dijadikan objek dalam penggunaan alat-alat kontrasepsi baik

berupa pil, suntik maupun Medis Operatif Wanita (MOW). Seiring dengan

perkembangan jaman, kini mulai tersedia alat kontrasepsi pria berupa kondom

dan vasektomi atau Medis Operatif Pria (MOP).

Dalam pelaksanaan program KB bagi Pria, diharapkan adanya peran

serta dari berbagai pihak baik dari wanita / istri maupun pria / suami. Kendala

dalam peningkatan peran serta pria antara lain disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan pria akan metode KB yang ada. Mereka tidak mengetahui tujuan,

fungsi, efek dari penggunaan metode yang ada.

Selain itu diketemukan pula penyebab keengganan mereka dalam ber-

KB karena banyaknya rumor yang berkembeng. Selain itu, masyarakat dengan

pendidikan rendah pun masih beranggapan bahwa dengan banyak anak maka

banyak rejeki jadi untuk apa ikut KB.

Salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah ialah memeberikan

sosialisasi langsung kepada masyarakat atau ajakan-ajakan yang dapat merubah

pola pikir masyarakat tentang perlunya meminimalisir jumlah pertumbuhan

Page 12: Bersatu (autosaved)

penduduk, dan untuk menunjang keberhasilan proses ini peran aktif masyarakat

juga sangat diperlukan, karena apabila masyarakat hanya menjadi pendengar

saja tanpa ada respon yang dilakukan, semuanya hanya akan menjadi suatu

yang tidak berarti dan boleh dikatakan tidak ada manfaat yang dapat mereka

peroleh.

Dalam pelaksanaannya masih sering terjadi hambatan-hambatan dalam

menjalankan program ini. Hal ini disebabkan oleh hal-hal teknis dan non teknis

yang dapat mempengaruhi misalnya, kurangnya kemampuan dalam

mengemban dan menjalankan tugasnya serta penyediaan fasilitas yang terbatas.

Hal ini sangat berkaitan erat dengan proses untuk meminimalisir pertumbuhan

penduduk yang ada di Negara kita baik dalam skala nasional maupun di tingkat

daerah, bertolak dari hal itu dapat dijadikan suatu tantangan tersendiri bagi

penyelenggaran pemerintahan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan

penduduk.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti

tertarik untuk mengambil judul, TINJAUAN SOSIO-YURIDIS TERHADAP

UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG

PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN

KELUARGA DI KOTA SEMARANG (Perencanaan Kebijakan Mengenai

Pembangunan Bidang Keluarga Berencana Dalam Pengendalian

Pertumbuhan Penduduk Di Kota Semarang).

Page 13: Bersatu (autosaved)

1.2 Idenifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut :

1. Rendahnya pencapaiannya.kesertaan pria dalam program Keluarga

Berencana (KB) masih rendah,

2. Rendahnya kemampuan berkomunikasi tenaga pelaksana di tingkat

lapangan (Penyuluh Keluarga Berencana) dalam memberikan

penyuluhan tentang permasalahan KB pria.

3. Kurang adanya kepastian bentuk organisasi pelaksana di Koa

Semarang yang menangani program KB, karena kurang adanya

dukungan politis yang memadai.

4. Masih sangat terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang tersedia bagi

pria/bapak.

5. Sumber daya manusia pelaksana di tingkat lapangan yang kurang

baik.

1.3 Pembahasan Masalah

1. Fokus

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian akan difokuskan

terhadap Kurang adanya kepastian bentuk organisasi pelaksana di

Kota Semarang yang menangani program KB, karena kurang adanya

dukungan politis yang memadai

Page 14: Bersatu (autosaved)

2. Lokus

Lokus atau tempat penelitian adalah di Kota Semarang

3. Tempos

Tempos atau waktu penelitian direncanakan akan dimulai pada bulan

Maret tahun 2015 sampai dengan selesai.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran dan fungsi Bapermas Per dan KB pembangunan

terkait program Keluarga Berencana di Kota Semarang ?

2. Apa saja kendala yang timbul dalam kebijakan Bapermas Per dan KB

pembangunan terkait program keluarga berencana di Kota

Semarang?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan peran dan fungsi Bapermas Per dan KB

pembangunan terkait program Keluarga Berencana di Kota

Semarang

2. Mengetahui kendala kebijakan Bapermas Per dan KB pembangunan

terkait program keluarga berencana di Kota Semarang

Page 15: Bersatu (autosaved)

1.6 Manfaat Peneliian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu :

1. Manfaat teoritis :

a. Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga

dapat menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi

peneliti khususnya terhadap pentingnya program Keluarga

Berencana

c. Dapat dijadikan acuan atau referensi dalam program pemerintah

2. Manfaat praktis :

a. Dapat ditemukan berbagai persoalan yang dihadapi dalam hal

perencanaan kebijakan program keluarga berencana di Kota

Semarang

b. Dapat diketahui bagaimana sebenarnya proses perencanaan

program KB

Page 16: Bersatu (autosaved)

1.7 Sisematika Penulisan

Sistematika adalah gambaran singkat secara menyeluruh dari suatu

karya ilmiah. Sistematika penulisan dalam hal ini bertujuan agar dengan

mudah dapat memahami karya tulis ini, serta tersusunya skripsi yang teratur

dan sistematis.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tugas akhir serta

memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika

tugas akhir dibagi menjadi tiga bagian. Adapun sistematikanya adalah :

1. Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul,

abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar,

daftar isi, daftar gambar, daftar table, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan,

landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan serta

penutup.

BAB I PENDAHULUAN menguraikan latar belakang, perumusan

dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat, penegasan istilah dan

sistematika penulisan

Page 17: Bersatu (autosaved)

BAB II LANDASAN TEORI Landasan Teori, berisi tentang teori yang

memperkuat penelitian seperti teori welfare, teori pembangunan dan hal –

hal yang berkenaan dengan itu.

BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang dasar penelitian,

pendekatan penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian,sumber data

penelitian, alat dan teknik pengumpulan data, keabsahan data, metode

analisi data, dan prosedur penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN membahas tentang Bagaimana

Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Di Kota

Semarang Mengenai Pembangunan Bidang Keluarga Berencana Dalam

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Di Kota Semarang

BAB V PENUTUP SKRIPSI Pada bagian ini merupakan bab terakhir

yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas.

3. Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan

lampiran. Isi daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang

digunakan dalam penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan

data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.

Page 18: Bersatu (autosaved)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Teori dan Pengertian Kependudukan

Untuk memahami keadaan kependudukan suatu daerah atau negara

maka perlu di dalami kajian demografi. Para ahli biasanya membedakan

antara ilmu kependudukan (demografi) dengan studi-studi tentang

kependudukan (population studies). Demografi berasal dari kata

Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan

tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah,

persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor

tersebut berubah dari waktu ke waktu. Berdasarkan Multilingual

Demografic Dictionary (IUSSP, 1982) defenisi demografi adalah sebagai

berikut.

Demography is the scientific study of human population in primarily with the respect to their size, their structure (composition) and their development (change). (Multilingual Demografic Dictionary (IUSSP, 1982)

Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).

Page 19: Bersatu (autosaved)

Sedangkan Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959)

mengusulkan defenisi demografi sebagai berikut.

Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of population, changes there in and the components of such changes which maybe identified as natality, teritorial movement (migration), and social mobility (change of states). (Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959))

Yang dalam bahasa Indonesia adalah “Demografi mempelajari

jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan -

perubahannya dan sebab sebab perubahan itu, yang biasanya timbul

karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerakan teritorial (migrasi) dan

mobilitas sosial (perubahan status).

Dari kedua defenisi di atas dapatlah kita menyimpulkan bahwa demografi

mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Namun dalam

kesempatan ini kita akan hanya membahas lebih lanjut mengenai kemampuan

pemerintah untuk mengatasi masalah kependudukan ini. Ilmu demografi juga ada

yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif, Demografi yang bersifat

kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography – Demography Formal)

lebih banyak menggunakan perhitungan statistik dan matematik.Tetapi Demografi

yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan

secara deskriptif analitik.

Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis

perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya

dengan situasi sosial di sekitarnya. Ilmu kependudukan yang perlu mendapat

Page 20: Bersatu (autosaved)

perhatian kita sekarang adalah lebih menyerupai studi antar disiplin ilmu yang

dipadu dengan analisis demografi yang lazim diberi istilah “Demografi Sosial”.

Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu

kita perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi.

Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan

tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian

digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang

jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa

lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk

dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan

penduduak di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya

Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi berbagai

pihak di dalam masyarakat.

Bagi pemerintah informasi tentang kependudukan sangat membantu di

dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan,

pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta

informasi tentang kependudukan juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha

industri dapat menggunakan informasi tentang kependudukan untuk perencanaan

produksi dan pemasaran. Studi kependudukan (population studies) lebih luas dari

kajian demografi murni, karena di dalam memahami struktur dan proses

kependudukan di suatu daerah, faktor – faktor non demografi ikut dilibatkan.

Page 21: Bersatu (autosaved)

2.1.1 Teori Kesejahteraan Masyarakat (Welfare)

Menurut Suharto (2006:3) kesejahteraan atau yang disebut social

sevice juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang

dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun

badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui

pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial

Sedangkan definisi masyarakat menurut An-Nabhani adalah

sekelompok individu seperti manusia yang memiliki pemikiran perasaan,

serta sistem aturan yang sama, dan terjadi interaksi antara sesama karena

kesamaan tersebut untuk kebaikan masyarakat itu sendiri dan warga

masyarakat.

Menurut BKKBN (Badan koordinasi Keluarga Berencana

Nasional, Kesejahteraan keluarga digolongan kedalam 3 golongan yaitu :

1.Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria sebagai berikut :

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama

2. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

3. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda dirumah / pergi/bekerja.

4. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

5. Anak sakit ataupun pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB

dibawa kesarana kesehatan.

Page 22: Bersatu (autosaved)

2.Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi :

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur

2. Paling kurang sekali seminggu lauk daging / ikan / telur

3. Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru

4. Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni

5. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dapat

melaksanakan tugas

6. Ada anggota keluarga umur 15 tahun keatas berpenghasilan tetap.

7. Anggota keluarga umur 10 – 60 th. bisa baca tulis latin

8. Anak umur 7 – 15 th. bersekolah

9. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi

3.Keluarga Sejahtera Tahap III, meliputi

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama

2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung

3. Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berko-

munikasi

4. Keluarga sering ikut dalam kegiatan mesyarakat di lingkungan tempat

Page 23: Bersatu (autosaved)

tinggal.

5 Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan.

6. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/majalah/TV/radio.

7. Anggota keluarga menggunakan sarana transportasi setempat.

4.Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi :

1. Keluarga secara teratur memberikan sumbangan

2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan /institusi

masyarakat

2.1.2 Teori Pembangunan

Media adalah salah satu cara untuk menyampaikan informasi.

Salah satu contoh media adalah flip chart yang sering disebut sebagai

bagan balik yang merupakan kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel

yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran

yang cocok untuk pembelajaran kelompok kecil yaitu 30 orang (Nursalam,

2008).

Selain itu bagan ini mampu memberikan ringkasan butir-butir

penting dari suatu presentasi untuk menyampaikan pesan atau kesan

Page 24: Bersatu (autosaved)

tertentu akan tetapi mampu untuk mempengaruhi dan memotivasi

tingkah laku seseorang (Syafrudin, 2008).

Badan dari pemerintah yang mengurus program keluarga

berencana adalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional. Badan ini mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan

keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009,

BKKBN menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

e. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

f. Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.( Pasal 43 Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009)

Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap

pelaksanaan KB, pastinya terdapat kelebihan serta kekurangan dalam

partisipasinya. Partisipasi bersentuhan langsung dengan peran serta

masyarakat, baik dalam mengikuti program tersebut ataupun sebagai aktor

pendukung program Keluarga Berencana.

Page 25: Bersatu (autosaved)

Untuk itu kita akan berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta

bagaimana seharusnya kita berperan dalam mendukung kesuksesan KB

juga akan sedikit kita bahas. Pertama, berbicara terkait partisipasi

masyarakat terhadap pelaksanaan KB yang ternyata kenaikannya hanya

sedikit bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.

Dalam media massa kompas.com disebutkan bahwa: Dalam lima

tahun terakhir, jumlah peserta keluarga berencana hanya bertambah 0,5

persen, dari 57,4 persen pasangan usia subur yang ada pada 2007 menjadi

57,9 persen pada tahun 2012. Sementara itu jumlah rata-rata anak tiap

pasangan usia subur sejak 2002-2012 stagnan diangka 2,6 per pasangan.

Rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya jumlah anak yang dimiliki

membuat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan

mencapai 312,4 juta jiwa. Padahal jumlah penduduk saat itu sebenarnya

bisa ditekan menjadi 288,7 juta jiwa. (tanggal akses 12Juli 2015)

Tingginya jumlah penduduk ini mengancam pemanfaatan jendela

peluang yang bisa dialami Indonesia pada tahun 2030.Jendela peluang

adalah kondisi negara dengan tanggungan penduduk tidak produktif, oleh

penduduk produktif paling sedikit.

Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah tiap bangsa. Menurut

teori ketergantungan penduduk (dependency ratio) angka ketergantungan

penduduk maksimal adalah 44 persen. Artinya, ada 44 penduduk tidak

Page 26: Bersatu (autosaved)

produktif, baik anak-anak maupun orangtua, yang ditanggung 100

penduduk usia produktif berumur 15 tahun hingga 60 tahun.

Menurut Julianto dalam buku Mobilitas Penduduk Inonesia:

Tinjuan Lintas Disipli, untuk mencapai angka ketergantungan 44 persen,

jumlah peserta KB minimal harus mencapai 65 persen dari pasangan usia

subur yang ada pada tahun 2015.

Sementara itu jumlah anak per pasangan usia subur juga harus

ditekan hingga menjadi 2,1 persen anak pada 2014. Akan tetapi, target ini

masih jauh dari kondisi yang ada. Angka ketergantungan pada 2010 masih

mencapai 51,33 persen, turun 2,43 persen dibandingkan dengan tahun

2000. Provinsi yang memiliki angka ketergantungan 44 persen pada tahun

2000 ada lima provinsi, tetapi pada 2010 hanya tinggal satu provinsi, yaitu

DKI Jakarta.

Sebaliknya, laju pertumbuhan penduduk justru naik dari 1,45

persen pada tahun 2000 menjadi 1,49 persen pada 2010. Persentase

kehamilan pada ibu berumur 15-49 tahun pun naik dari 3,9 persen pada

2007 menjadi 4,3 persen pada 2012. Jumlah pasangan usia subur yang ikut

KB pada 2012 hanya 57,9 persen. Adapun masyarakat yang ingin ber-

KB tetapi tidak terjangkau layanan KB hanya turun dari 9,1 persen

pada 2007 ke 8,5 persen pada 2012.

Terbatasnya dana untuk program KB dan kependudukan menjadi

penyebab utamanya."BKKBN menargetkan angka ketergantungan 44

Page 27: Bersatu (autosaved)

persen dapat dicapai pada 2020.Dengan demikian, jika hasilnya tidak

tercapai, masih ada waktu perbaikan menuju2030,"tambahnya. Ketua

Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Nurdadi Saleh

mengatakan, jika jumlah penduduk tak dikendalikan, persoalan fasilitas

pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan penyediaan

lapangan kerja akan terus menjadi masalah. Karena itu, semua pihak harus

mendorong kembali agar pelaksanaan KB di Indonesia bisa sukses

kembali seperti pada dekade 1990-an.

Angka kenaikan yang cukup stagnan ini tentunya menjadi sebuah

pertanyaan besar, sebenarnya apa yang menjadi permasalahan sehingga

partisipasi masyarakat untuk ikut KB sangat minim. Kita sudah tahu

permasalahan yang akan muncul ketika laju pertumbuhan penduduk tidak

dapat dibendung, mulai dari masalah kemiskinan, SDM rendah dan lain

sebagainya. Kalau kita lihat proses sosialisasi KB sendiri masih menemui

banyak kendala, mulai dari masyarakat yang tidak atau kurang peduli

dengan program tersebut sampai pada pelaksanaan program KB tersebut.

Saat ini peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) masih

minim dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga ada kaitannya dengan

jumlah petugas yang hanya sedikit, sampai-sampai satu orang harus

menghandle 3-4 desa dengan jumlah penduduk yang mencapai ratusan

bahkan ribuan.Seharusnya ada peran dari masyarakat, misal ibu-ibu PKK

dalam mendukung terwujudnya program ini.Ada pula indikasi bahwa

Page 28: Bersatu (autosaved)

metode KB yang diterapkan saat ini kurang tepat, sehingga tidak berjalan

maksimal.

Untuk mengatasi permasalahan KB tersebut perlu peran dari semua

lapisan kehidupan, baik pemerintah (dari pusat-kota) hingga masyarakat

itu sendiri. Kepedulian akan tujuan bersama harus ditingkatkan. Perlu juga

pelaksanaan KB yang aman dengan sosialisasi yang baik dari satu

keluarga ke keluarga lain.

Penyediaan tempat untuk informasi dan layanan KB yang baik.

Pemberian reward and punishment juga perlu dijalankan dengan baik, agar

peraturan yang ada tidak dilanggar dengan seenaknya saja.Akan tetapi

yang paling penting adalah kesadaran masyarakat itu sendiri dalam

melaksanakan program KB bagi dirinya, keluarga, serta masyarakat.

Sebenarnya ada beberapa faktor yang dapat mendorong terlaksananya

program KB dengan baik, diantaranya : faktor ideologi, penyediaan alat

kontrasepsi, faktor ekonomi, faktor lokasi sosialisasi program KB, dan

faktor kebijakan negara.

Kedua, kita akan berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap

program KB sebagaimana mereka bertindak sebagai aktor pendukung.

Aktor pendukung bisa berasal dari kalangan mahasiswa, akademisi, medis,

sampai aparat pemrintah (kota sampai desa). Partisipasi mereka dalam

meyerukan program KB demi menekan laju pertumbuhan penduduk

serta masalah lain yang mungkin timbul masih belum maksimal.

Page 29: Bersatu (autosaved)

Seharusnya bekal pendidikan juga bisa dimaksimalkan untuk

sosialisasi, demi partisipasi aktif berbagai elemen dalam mendukung

pelaksanaan program Keluarga Berencana. Sedangkan peran yang perlu

kita lakukan dalam mendukung peningkatan partisipasi masyarakat dalam

program KB diantaranya; Peran kita dalam mensosialisasikan program KB

mulai dari keluarga sendiri, sampai tetangga kita. Memaksimalkan

organisasi masyarakat seperti Karang Taruna dan PKK untuk mendukung

sosialisasi KB di masyarakat dan terakhir kita perlu membangun jaringan

kuat yang mampu berinergi mendukung program KB agar terlaksana

dengan efektif dan efisien.

Keluarga Berencana merupakan salah satu sarana bagi setiap

keluarga baru untuk merencanakan pembentukan keluarga ideal, keluarga

kecil bahagia dan sejahtera lahir dan bathin. Melalui program KB

diharapkan lahir manusia Indonesia yang berkualitas prima, yaitu manusia

Indonesia yang memiliki kualitas diri antara lain beriman, cerdas, trampil,

kreatif, mandiri, menguasai iptek, memiliki daya juang, bekerja keras,

serta berorientasi ke depan. Karena itu KB seharusnya bukan hanya

menjadi program pemerintah tetapi program dari setiap keluarga

masyarakat Indonesia.Masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih

metode kontrasepsi yang diinginkan.

Page 30: Bersatu (autosaved)

Dari hasil wawancara terhadap 40 ibu-ibu di desa “X”, 10 orang di

antara mereka memilih untuk menggunakanmetode kontrasepsi sederhana

tanpa alat dan 30 orang lainnya memilih untuk tidak menggunakan

metode kontrasepsi ini. Responden memiliki alasan yang beragam

mengenai keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat.

Masyarakat pengguna metode kontrasepsi sederhana tanpa alat

memiliki alasan yang berbeda-beda mengenai hal yang mendorong mereka

lebih memilih kontrasepsi tersebut. Adapun faktor pendorong masyarakat

memilih metode ini dengan alasan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

alat kontrasepsi. Mereka bisa memanfaatkan keuangan untuk keperluan

rumah tangga yang lain sehingga dapat menghemat pengeluara serta dapat

melibatkan suami dalam penggunaan kontrasepsi ini seperti pada

senggama terputus dimana suami yang memegang peranan penting,

sehingga tidak istri saja yang harus menggunakan kontrasepsi. Mereka

juga beranggapan, dengan tidak menggunakan alat dapat terhindar dari

efek merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat kontrasepsi.

Hal ini juga dapat menghindarkan diri dari kemungkinan alergi yang

ditimbulkan oleh karena pemakaian alat kontrasepsi.

Selain itu, alat kontrasepsi menurut mereka dapat menyebabkan

sakit dalam pamakaiannya, seperti penggunaan KB suntik 3 bulan dimana

akseptor akan mengalami sakit akibat tusukan jarum setiap 3 bulannya.

Siklus menstruasi dapat menjadi tidak teratur serta berat badan akan naik

Page 31: Bersatu (autosaved)

pada umumnya, sehingga akan mengurangi daya tarik bagi suami mereka

karena kenaikan berat badan yang bertahap. Oleh sebab itu, mereka lebih

memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan

dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti

yang pernah penulis baca diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Windyastuti tahun 1999,

dengan judul“Implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana di

Kabupaten Batang StudiKasus Peningkatan Kesertaan KB Pria di

Kecamatan Batang”, pada penelitian tersebut dijelaskan sikap upaya

peningkatan kesertaan KB pria di Kabupaten Batang.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanafiyatul Ulfa tahun 2009 yaitu

fokus pada faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat desa

Gembongan lebih memilih pelayanan program KB swasta dibandingkan

layanan program KB, dimana tempat penelitian dilakukan di kabupaten

Banjarnegara, dan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

menggunakan metode kualitatif.

Penelitian yang akan dilakukan Anastasya Oktaviani yaitu focus

pada Implementasi Program Keluarga Berencana guna memfokuskan

pada mutu para kader kader KB dalam rangka untuk menyukseskan

program Keluarga Berencana di Kota Semarang.

Page 32: Bersatu (autosaved)

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu mengacu pada

Efektifkah Undang-Undang yang telah diberlakukan atau kebijakan, peran,

dan fungsi Bapermas mengenai pembangunan kependudukan serta

permasalahan apa saja yang timbul terkait program keluarga berencana di

Kota Semarang

2.1.1 Sejarah KB

Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya

adalah keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional

telah diubah mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015.

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat,

maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,

bertanggung jawab, harmonis (Saifudin, 2003). Program Keluarga

Berencana Nasional merupakan salah satu program dalam rangka

menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam program

Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak segenap

potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan

membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka

meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk

menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak

(spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai

dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan

Page 33: Bersatu (autosaved)

(ferundity) ( Sheilla,2000). Penyuluhan kesehatan merupakan aspek

penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

karena selain membantu klien untuk memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya, juga membantu klien

dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama sehingga klien lebih puas

dan pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan program KB.

Penyuluhan kesehatan tidak hanya memberikan suatu informasi, namun

juga memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang berguna untuk

meningkatkan kesehatan (Efendy, 2003). Dengan kesadaran karena

adanya informasi tentang berbagai macam alat kontrasepsi dengan

kelebihannya masing-masing, maka ibu-ibu akan termotivasi untuk

menggunakan alat kontrasepsi. Motivasi merupakan dorongan untuk

melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku, motivasi bisa berasal dari

dalam diri maupun luar (Moekijat, 2002).

2.1.2 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992

Keluarga Berencana menurutUUNo10tahun1992 (tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)

adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera (Handayani, 2010) Sasaran utama dari pelayanan KB

adalahPasangan Usia Subur (PUS).

Page 34: Bersatu (autosaved)

Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh

pemerintah maupunswastadari tingkat desa hingga tingkat kota dengan

kompetensi yang sangat bervariasi.Pemberi layanan KBantara lain adalah

Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan

bidan desa.

2.1.3 Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Untuk menindak lanjuti penafsiran Undang Undang Dasar 1945

terutamaPasal 28 ayat (1) di atas, negara memberikan kewenangan kepada

penyelenggarapemerintah(terutama bidang kependudukan) untuk

mengundangkan Undang–Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada tanggal

29 Oktober 2009, menggantikan Undang Undang sebelumnyaNomor 10

Tahun 1992.

Dalam Undang Undang ini dapat terlihat jelas peraturanyang

mengatur masalah kependudukan dan suatu landasan yang digunakan

untuk membuat program kerja dalam usaha untuk menanggulangi masalah

laju pertumbuhan penduduk yang merupakan “pekerjaan rumah” bagi

pemerintah dari tahun ke tahun.

Pada Pasal 20 UU Nomor 52 tahun 2009 mengatakan.

Page 35: Bersatu (autosaved)

Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga

berkualitas, Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana

melalui penyelenggaraan program keluarga berencana.

Pasal ini menunjukan komitmen awal pemerintah dalam mengatasi

masalah kependudukan yang ada di negara kita khususnnya di daerah –

daerah yang masih besar laju pertumbuhan penduduknya.

Untuk masalah kebijakan keluarga pemerintah juga diatur dalam

Undang Undang ini yaitu pada Pasal 21 dan Pasal 22. Pada Pasal 21 ayat

(1) mengatakan.

Kebijakan keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suamiistri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang:

a. Usia ideal perkawinan b.Usia ideal untuk melahirkanc.Jumlah ideal anakd.Jarak ideal kelahiran anake.Penyuluhan kesehatan reproduksi.

pada Pasal 22 ayat (1) mengatakan.

Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dilakukan upaya :a.Peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat b.Pembinaan keluargac.Pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama,kondisi perkembangan sosialekonomi dan budaya, sertatata nilai yang hidup dalam masyarakat.

Pada Pasal ini sudah sangat jelas perlunya kesadaran masyarakat dalam

menjalankan program pemerintah.

Page 36: Bersatu (autosaved)

Pasal 23 ayat (1) undang Undang Nomor 52 tahun 2009

memaparkan.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitass informasi,pendidiikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsi dengan cara:a. menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan

pasangan suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama

b. menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan\c. menyediakan informasi yang lengkap, akurat, dan mudah

diperoleh tentang efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi, termasuk manfaatnya dalam pencegahan penyebaran virus penyebab penyakit penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menular karena hubungan sesksual.

d. Meningkatkan keamanan, keterjangkauan, jaminan kesehatan, serta ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi

e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas keluarga berencana

f. Menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi

g. Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi esensial di tingkat primer dan komprehensif pada tingkat rujukan

h. Melakukan promosi pentingnya ASI serta menyusui secara eksklusif untuk mencegah kehamilan 6 bulan pasca kelahiran, meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak

i. Melalui pemberian informasi tentang pencegahan terjadinya ketidakmampuan pasangan untuk mempunyai anak setelah 12 bulan tanpa menggunakan alat pengaturan kehamilan bagi pasangan suami istri

Sementara untuk Pasal 24 sendiri khususnya ayat (3) mengatakan

Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.

Menyikapi pasal 23 tadi pada Pasal 25 ayat (1) menindaklanjutinya

dengan cara sesuai dengan isinya yaitu:

Page 37: Bersatu (autosaved)

Suami dan/atau istri mempunyai mempunyai kedudukan hak, dan kewaijabn yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana.

Hal diatas juga sesuai dengan Pasal 5 dan 6 mengenai Hak dan kewajiban

penduduk.

Isi dari pasal tersebut diperkuat dengan adanya Pasal 26 ayat (1)

yang menyatakan:

Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan dilakukan atas persetujuan suami istri setelah mendapatkan informasi daritenaga kesehatan yang memiliki dan kewenangan untuk itu.

Sementara untuk Pasal 27 sendiri mengatakan

Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan alat, obat, dan cara kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur yang ditetapkan.

Dari Pasal 27 tadi kita perlu mendapatkan informasi yang lebih

akurat mengenai alat kontrasepsi itu sendiri sesuai bunyi dari Pasal 28

yaitu.

Penyemapaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta dilaksanankan di tempat dan dengan cara yang layak

Untuk peredaran alat dan obat mengenai kontrasepsi pemerintah

wajib untukmengatur guna menghindari penyalahgunaannya.Hal tersebut

sebagaimana diatur dalamPasal 29 ayat (1) berbunyi:

Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur pengadaan dan penyebaran alat dan obat kontrasepsi berdasarkan keseimbangan antara kenutuhan, penyediaan, dan pemerataan pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Page 38: Bersatu (autosaved)

2.1.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

dan UUD`1945 adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan

nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk

perkembangan kependudukan danpembangunankeluarga.

Perkembangan kependudukan masih menjadi masalah utama di

Indonesia, dengan fakta – fakta laju pertumbuhan penduduk tetap tinggi,

kematian anak dan ibu tetap tinggi, akses terhadap pelayanan kesehatan

dan keluarga berencana yang masih kurang ditambah lagi dengan kualitas

penduduk Indonesia yang semakin menurun dan sangat memprihatinkan.

Pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun

1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan mengatakan

bahwa:

Pengelolaan perkembangan kependudukan adalah upaya penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penyuluhan, pengendalian, dan evaluasi masalah perkembangan kependudukan.

Hal yang dapat kita simpulkan bahwa keseriusan pemerintah dalam

mengatasi masalah kependudukan yang ada dari tahun ke tahun.

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga harus menda-

patkan perhatian khusus dalam rangka pembangunan nasional yang

berkelanjutan, penduduk harus menjadi titik sentral pembanggunan agar

Page 39: Bersatu (autosaved)

setiap penduduk dan generasinya mendatang dapat hidup sehat, sejahtera,

produktif dan hormunis dengan lingkungannya serta menjadi sumber daya

manusia yang berkualitas bagi pembangunan,

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010

Tentang Badan Kependudkan dan Keluarga Berencana Nasional

Pada peraturan presiden ini menjelaskan Tujuan dan Fungsi utama

dari BKKBN sesuai dengan yang tertera pada pasal 2 dan pasal 3 ayat (1)

dan ayat (2). Untuk lebih rincinnya tugas BKKBN diatur oleh perpres

iniyang terdapat pada pasal 2 yang berbunyi:

BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

Sedangkan untuk fungsinya sendiri tertera pada Pasal 3 ayat (1),

yang berbunyi

a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengedalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalianpenduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

e. Penyelenggaraanpemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraankeluarga berencana

f. Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian pertumbuhan penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Page 40: Bersatu (autosaved)

.

Bagan 1

TINJAUAN SOSIO-YURIDIS EFEKTIVITAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI

KOTA SEMARANG

1. Rendahnya kesertaan pria dalam program Keluarga

Berencana (KB),yang persentase pencapaiannya masih

rendah.

2. Rendahnya kemampuan berkomunikasi tenaga

pelaksana di tingkatlapangan (Penyuluh Keluarga

Berencana) dalam memberikanpenyuluhan tentang

permasalahan KB pria.

3. Kurang adanya kepastian bentuk organisasi pelaksana

di Kota Semarang yang menangani program KB, karena

kurangadanya dukungan politis yang memadai.

4. Masih sangat terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang

tersedia bagipria/bapak.

5. Sumber daya manusia pelaksana di tingkat

lapangan yang kurang baik

1.Proses di BAPERMAS KB SEMARANG

a. Komunikasi

b. Pengambilan keputusan

c. Pengembangan pegawai

d. Sosialisasi

2. Efisiensi BAPERMAS KOTA SEMARANG:

a. Biaya

b. Waktu

3. Kepuasaan BAPERMAS KOTA SEMARANG:

a. Tingkat kinerja aparatur

b. Tingkat publik/masyarakat

4. Keunggulan BAPERMAS KOTA SEMARANG:

a. Kepuasan

b. Konsisten

c. Struktur birokrasi BAPERMAS KOTA SEMARANG

5. Pengembangan BAPERMAS Kota Semarang:

a. Stategi intervensi

b. Pencapaian tujuan

KEBERHASILAN BAPERMAS KOTA SEMARANG PADA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KOTA SEMARANG

Page 41: Bersatu (autosaved)

2.3 Kerangka Berfikir

Pelaksanaan Program KB

Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah

mengikuti program Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat

diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga

sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat

sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi

umatnya, KB merupakan salah satu upaya pemerintah yang dikoordinir oleh

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), dengan

program untuk membangun keluarga-keluarga bahagia dan sejahtera serta

menjadikan keluarga yang berkualitas.

KB dapat dipahami juga sebagai suatu program nasional yang dijalankan

pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan

pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang

dan jasa. Pelaksanaan program tersebut salah satunya adalah dengan cara

menganjurkan. setiap keluarga agar mengatur dan merencanakan kelahiran

anak, dengan menggunakan alat kontrasepsi modern. Sebab, dengan mengatur

kelahiran anak, keluarga biasanya akan lebih mudah menyeimbangkan antara

keadaan dan kebutuhan, pendapatan dan pengeluaran. Dan pada akhirnya

dapat lebih mudah membentuk sebuah keluarga bahagia dan sejahtera. Bila

pertumbuhan penduduk dapat ditekan, makamasalah yang dihadapi tidak

seberat menghadapi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

Page 42: Bersatu (autosaved)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Penelitian adalah sebuah kegiatan yang dipergunakan oleh seseorang

dalam rangka untuk memperoleh data dan bahan-bahan yang diperlukan dalam

kegiatan penelitian. Dalam penelitiannya, penulis menggunakan metode kualitatif.

Metode kualitatif yaitu mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

dengan mereka, memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

(Nasution, 2002:5). Sehingga penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Dalam hal ini, penulis terjun langsung dalam kehidupan masyarakat

sasaran untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.

Analisis kualitatif ini bersifat deskriptif. Dalam kegiatan analisisnya bertitik

dari analisis sosio-yuridis. Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Aturan-

Aturan Metode Sosiologis, Sosio-yuridis adalah metode penelitian hukum yang

dilakukan dengan meneliti secara analistis dan empiris yang menganalisis atau

mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial

lainnya. Hal tersebut dilakukan karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan

perundang-undangan sebagai norma hukum positif yang menjadi dasar

TINJAUAN SOSIO-YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 52

TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN

PEMBANGUNAN KELUARGA DI KOTA SEMARANG (Perencanaan

Page 43: Bersatu (autosaved)

Kebijakan Mengenai Pembangunan Bidang Keluarga Berencana Dalam

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Di Kota Semarang)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Semarang yang terletak di Jalan Prof. Soedarto 116

Semarang

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

a. Data Primer

Menurut Loflan dalam Moleong (2004: 157) menjelaskan bahwa ”data

primer dapat diperoleh dari kata-kata, tindakan, dan data tambahan seperti

dokumen dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis

data tersebut dibagi dalam dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,

foto, dan statistik.”

Moleong (2004: 157) berpendapat bahwa sumber data utama dapat

diperoleh dari “kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai. Sumber utama ini dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman

video atau audio tape, pengambilan foto, atau film. Pencatatan sumber data

utama melalui wawancara hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,

mendengar, dan bertanya”. Dari penjelasan diatas, penulis hanya

Page 44: Bersatu (autosaved)

menggunakan catatan tertulis dan pengambilan foto untuk mendapatkan

sember data.

Data primer yaitu data yang diperoleh dan hasil wawancara langsung,

dalam hal ini berupa data yang terhimpun dari responden yang terkait. Penulis

melakukan observasi secara langsung. Sebelum melakukan observasi, penulis

membuat surat ijin penelitian dari kampus yang ditujukan untuk Bapermas,Per

KB Kota Semarang. Setelah surat ijin untuk melakukan riset dari pihak

kampus untuk lembaga telah disetujui, kemudian penulis terjun langsung

dalam pada saat akan melakukan wawancara dengan narasumber yang

diwawancarainya dengan membawa instrumen penelitian yang sudah

disiapkan sebelumya. Penulis mencatat melalui buku dan keadaan atau

suasana yang dilihatnya ketika wawancara dengan responden dalam hal ini

Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana (BAPERMAS, PER DAN KB) Kota

Semarang dan Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kependudukan atau

yang ditunjuk.

b. Data Sekunder

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji (1986:28) menjelaskan bahwa :

“Ruang lingkup sumber data sekunder sangat luas, meliputi: surat-surat

pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen resmi

yang di keluarkan oleh pemerintah”.

Page 45: Bersatu (autosaved)

Buku-Buku yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Solusi bagi Pembangunan Bangsa,Info Demografi, Wahana Peningkatan

Pengetahuan Kependudukan

b. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Berwawasan Gender.

c. Buku Penyuluh Keluarga Berencana.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

A. Penelitian Pustaka

Menurut Muhammad Muhammad Abdul Kadir (2004:126) penelitian

dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan landasan teoritis dengan

mempelajari buku, karya ilmiah, hasil penelitian terdahulu, artikel-artikel,

serta sumber-sumber bacaan lain yang ada relevansinya dengan permasalahan

yang diteliti. Data sekunder dan data primer di peroleh di Bapermas Kota

Semarang.

B. Penelitian Lapang

1. Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi adalah suatu proses

yang sangat kompleks,suatu proses yang tersusun dari pelbagai biologis dan

psikologis. Proses yang paling penting adalah proses pengamatan dan ingatan

(Sugiyono,2013:203). Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan

terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya guna

Page 46: Bersatu (autosaved)

mencari data dan fakta yang konkret. Setelah melakukan observasi, lalu akan

diadakan wawancara dengan orang atau pihak terkait untuk menguatkan

penelitian. Peneliti akan melakukan riset tentang berbagai macam kebijakan

program-program KB yang telah dikeluarkakan oleh Bapermas, Per dan KB.

Penelitian ini akan dilakukan di Bapermas, Per dan KB Kota Semarang pada

saat akan melakukan wawancara dengan Kepala Sub Bidang Keluarga

Berencana BAPERMAS, PER DAN KB Kota Semarang.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. “Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan atas pertanyaan itu.” (Moleong 2004:186).

Wawancara adalah teknik pengumpulan data di lapangan dalam

penelitian ini dilakukan dengan Wawancara, yakni melakukan pembicaraan

dengan pihak terkait untuk mengetahui kebenaran.Wawancara dilakukan

untuk mengumpulkan data yang bersifat primer dan ada relevansinya dengan

permasalahan. Teknik wawancara tidak didasarkan pada daftar pertanyaan

tertulis dan tersusun, tetapi wawancara langsung tanpa membacakan daftar

pertanyaan. Wawancara dilakukan secara resmi dengan mendatangi Kepala

Sub Bidang Keluarga Berencana di Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Semarang di tempat bekerjanya.

Page 47: Bersatu (autosaved)

a. Analisis Data

Pola analisis data dalam penelitian ini didasarkan pada metode kualitatif,

yakni melalui penafsiran secara kualitatif terhadap data yang terkumpul baik

data primer maupun data sekunder.Analisis kualitatif yang bersifat deskriptif

analistis ini dalam kegiatan analisisnya bertitik dari analisis sosio-

yuridis.Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Aturan-Aturan Metode

Sosiologis, Sosio-yuridis adalah metode penelitian hukum yang dilakukan

dengan meneliti secara analistis dan empiris yang menganalisis atau

mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial

lainnya. Hal tersebut dilakukankarena penelitian ini bertitik tolak dari

peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum positif yang menjadi

dasar Tinjauan Sosio-Yuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Perencanaan Kebijakan Mengenai Pembangunan Bidang

Keluarga Berencana Di Kota Semarang.

3.5 Validitasi Data

Vailiditasi data menggunakan trianggulasi sumber. Teknik trianggulasi

adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu” (Moleong, 2007:330). Triangulasi dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

Page 48: Bersatu (autosaved)

dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi pada hakikatnya merupakan

pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan

dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti

dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika

didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut

pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran

yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data

atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang

berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada

saat pengumpulan dan analisis data.

Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri

merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif

sangat tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya

melakukan penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin

banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka

memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai

manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena

itu, tugas peneliti mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar

Page 49: Bersatu (autosaved)

diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis

meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara

ekstrim menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.

Teknik triangulasi dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2) Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan yang dikatakan secara pribadi.

3)Membandingkan suatu wawancara dengan suatu dokumen yang

berkaitan (Moleong, 2004:178).

Page 50: Bersatu (autosaved)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Kota Semarang

Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2

juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan

Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan

Purwodadi Kabupaten Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa,

merupakan Wilayah Metropolis terpadat keempat, setelah Jabodetabek (Jakarta),

Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya. Dalam beberapa tahun

terakhir, perkembangan Semarang ditandai pula dengan munculnya beberapa

gedung pencakar langit di beberapa sudut kota. Sayangnya, pesatnya jumlah

penduduk membuat kemacetan lalu lintas di dalam Kota Semarang semakin

macet. Kota Semarang dipimpin oleh wali kota Hendrar Prihadi, S.E, M.M. Kota

ini terletak sekitar 558 km sebelah timur Jakarta, atau 512 km sebelah barat

Surabaya, atau 621 km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara). Semarang

berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten

Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.Luas Kota 373.67 km2.

Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4

kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota

bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan,

banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran

Page 51: Bersatu (autosaved)

tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan

Candi, Mijen, Gunungpati,Tembalang, dan Banyumanik.

. 4.2 Gambaran Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga

Berencana

4.2.1 Sejarah Berdirinya Bapermasper Kota Semarang

Lokasi Kantor Sekretariat BAPERMASPER & KB Kota Semarang

terletak di Jalan Raya Prof. Sudarto 116, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.

Kantor yang letaknya berada tidak jauh dari pusat Kota, menjadi instansi yang

mengkoordinasikan seluruh Kantor Keluarga Berencana yang ada di Kota

Semarang. Letak Kantor BAPERMAS KB Kota Semarang sangat strategis, yaitu

terletak di didaerah Universitas Negeri Diponegoro.

Page 52: Bersatu (autosaved)

BAPERMASPER KB Kota Semarang telah memiliki Visi dan Misi,

adapun Visi dari BAPERMASPER KB Kota Semarang yaitu “Ayo Ikut KB” dan

Misinya adalah “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera”, setelah

BAPERMAS KB di Kota Semarang berdiri, masyarakat di Kota Semarang

menjadi mengerti akan peran dan fungsi BAPERMAS KB itu sendiri.

4.2.2 Dasar Hukum

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008

pasal 15, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana

(BAPERMAS,PEREMPUAN & KB) adalah merupakan unsur pendukung tugas

Walikota. Selain itu juga Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan

Keluarga Berencana dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris

Daerah.

Setiap badan atau lembaga dalam pemerintahan baik dalam sekala nasional

maupun daerah, memiliki susunan organisasi masing-masing terkait dengan

Tupoksinya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun

2008, susunan organisasi BAPERMAS,PEREMPUAN& KB terdiri dari :

Page 53: Bersatu (autosaved)

4.3 Peranan dan Fungsi Serta Tugas Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan Kota Semarang Dalam Mengendalikan

Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Semarang.

Pemerintah memiliki tugas yang sangat berat dalam mengatasi laju

pertumbuhan penduduk, sehingga pemerintah membentuk suatu badan yang di

tugaskan untuk mengatasi hal tersebut yaitu BKKBN dan sesuai dengan Pepres

Nomor 62 Tahun 2010. Strategi untuk melaksanankan arah kebijakan Nasional di

bidang pengendalian pertumbuhan penduduk dan pembangunan keluarga telah

ditetapkan strategi utama di mana BKKBN sebagai badan yang ditunjuk untuk

mengambil kebijakan yang berkaitan dengan hal pertumbuhan penduduk telah

mengeluarkan kebijakannya yaitu, meliputi :

Page 54: Bersatu (autosaved)

1. Menyerasikan kebijakan pengendalian penduduk dan pembangunan KB

2. Menggerakan dan memberdayakan para pemangku kepentingan

(stakeholders), mitra kerja serta masyarakat

3. Menata kelembagaan

4. Memperkuat sunber daya manusia, pegawai dan tenaga penyuluh

5. Meningkatkan pembiayaan.

Melihat kebijakan di atas di tiap-tiap daerah juga memiliki kebijakan

sendiri tetapi harus berdasarkan kebijakan dari pusat, salah satunya daerah Kota

Semarang, kalimat ini di benarkan oleh kepala BAPERMAS-KB KOTA

SEMARANGibu Dra Romlah , yang menyatakan:

“dalam membuat program kerja di daerah harus berdasarkan perpaduan antara kebijakan nasional dan kebijakan yang ada di daerah”

(Hasil wawancara Tanggal, 20April 2015)

Selain arah kebijakan yang dikeluarkan, BKKBN pusat maupun yang ada

didaerah mempunyai tugas yang harus mereka jalankan, khususnya untuk daerah

Kota Semarang sendiri BAPERMAS KB mempunyai tugas yang dapat

menunjukan apakah peran dan fungsi BAPERMAS KBsebagai instansi yang

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dapat berjalan sesuai dengan posisi

dan koridornya masing – masing terutama para pegawai yang mempunyai peran

tersendiri sesuai dengan jabatan yang mereka miliki.

Dalam suatu instansi tidak terkecuali Badan Keluarga Berencana untuk

menjalankan tugas yang sudah ditentukan, mereka membentuk berbagai bidang

Page 55: Bersatu (autosaved)

yang akan menjalankan fungsinya sesuai dengan peraturan dari pusat. Dalam hal

pengendalian pertumbuhan penduduk Badan Keluarga Berencana Kota Semarang

telah menentukan bidang – bidang yang akan mengatasi hal tersebut sesuai

dengan fungsi dan peran yang mereka miliki. Semua bidang yang ada dalam

Badan Keluarga Berencana hampir memiliki fungsi untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk, namun ada beberapa yang sangat vital dalam hal tersebut.

4.3.1 Tugas, Peran dan Fungsi Badan Keluarga Berencana Kota

Semarang

Kita dapat mengeluarkan pendapat kalau laju pertumbuhan

penduduk di Indonesia tidak dapat kita pungkiri boleh dikatakan sangat

tinggi, seperti juga yang terdapat di Jawa Tengah tapi khusus di Kota

Semarang jumlah pertumbuhan penduduknya tidaklah terlalu tinggi. Hal ini

dikarenakan instansi pemerintah dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Hal ini sesuai dengan data perolehan jumlah penduduk 3 tahun terakhir

di Kota Semarang yang tertera pada tabel frekuensi dan grafik

pertumbuhan penduduk sebagai berikut

Page 56: Bersatu (autosaved)

Tabel 4.1

Jumlah penduduk Kota Semarang

Kecamatan2011 2012 2013

L P Total L P Total L P Total

Mijen 27.61

7

27.25

8

54.875 28.47

9

28.09

1

56.570 29.19

2

28.69

5

57.887

Gunungpati 36.75

0

36.70

9

73.459 37.53

4

37.49

3

75.027 37.96

3

37.92

2

75.885

Banyumanik 63.21

6

63.96

0

127.17

6

63.58

9

64.52

5

128.11

4

64.11

2

66.32

6

130.43

8

Gajah

Mungkur

31.55

6

31.57

9

63.135 31.72

7

31.65

3

63.380 31.82

7

31.71

7

63.544

Semarang

Selatan

41.41

9

41.70

4

83.123 41.35

0

41.57

1

82.921 40.75

2

41.53

4

82.286

Candisari 39.64

9

40.28

9

79.938 39.64

1

40.24

9

79.890 39.50

9

40.18

5

79.694

Tembalang 69.82

4

68.53

3

138.35

7

72.23

2

70.70

4

142.93

6

74.62

7

72.93

1

147.55

8

Pedurungan 86.01

2

87.99

3

174.00

5

86.80

1

88.85

1

175.65

2

87.36

4

89.67

7

177.04

1

Genuk 44.63 44.32 88.967 42.92 45.59 91.527 46.91 46.52 93.439

Page 57: Bersatu (autosaved)

8 9 8 9 2 7

Gayamsari 36.83

2

36.22

0

73.052 37.09

9

36.48

5

73.857 37.25

4

36.49

1

73.745

Semarang

Timur

39.11

7

40.45

6

79.573 38.82

7

40.03

0

78.857 38.65

7

39.93

3

78.590

Semarang

Utara

61.94

2

65.45

3

127.39

5

62.32

5

65.57

2

127.89

7

62.24

2

65.76

0

128.00

2

Semarang

Tengah

35.29

1

36.85

5

72.146 34.84

1

36.42

2

71.263 34.58

4

36.20

6

70.790

Semarang

Barat

79.35

2

80.75

0

72.146 79.20

9

79.76

2

158.97

1

78.95

5

79.68

8

158.64

3

Tugu 15.05

5

14.75

2

29.807 15.39

3

15.51

1

30.904 15.64

2

15.63

7

31.279

Ngaliyan 59.17

6

59.27

1

118.44

7

60.35

6

60.53

1

120.88

7

61.15

7

61.36

3

122.52

0

Sumber Data : RKPD Kota Semarang Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total jumlah penduduk pria dan

wanita terbanyak di Kota Semarang pada tahun 2011 terdapat di Kecamatan

Pedurungan dengan total 174.005 penduduk dan yang terendah terdapat di

Kecamatan Tugu dengan total 29.807 penduduk. Sementara pada tahun 2012

dapat diketahui bahwa total jumlah penduduk pria dan wanita terbanyak di Kota

Semarang terdapat di Wilayah Semarang Barat dengan total 158.791 penduduk

Page 58: Bersatu (autosaved)

dan yang terendah terdapat di Kecamatan Tugu dengan total 30.904 penduduk.

Sedangkan pada tahun 2013 diketahui bahwa total jumlah penduduk pria dan

wanita terbanyak di Kota Semarang terdapat di Kecamatan Pedurungan dengan

total 177.041 penduduk dan yang terendah terdapat di Kecamatan Tugu dengan

15.367 penduduk.

Selain tabel di atas berikut tabel jumlah penduduk yang membedakan jenis

kelamin antara laki – laki dan perempuan:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Semarang

Tahun Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan

2012 775.793 jiwa 783.405 jiwa

2013 781.176 jiwa 790.929 jiwa

Sumber Data : RKPD Kota Semarang 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total jumlah penduduk terbanyak

berdasarkan jenis kelamin di Kota Semarang yakni pada tahun 2012 jumlah

penduduk dengan jenis kelamin laki-laki mencapai 775.793 jiwa dan jumlah

penduduk dengan jenis kelamin perempuan mencapai 783.405. Sementara pada

tahun 2013 jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki mencapai 781.176

Page 59: Bersatu (autosaved)

jiwa dan jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan mencapai 790.929

jiwa

Tabel 4.3

Jumlah Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Tingkat

Kelahiran di Kota Semarang

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (persen)

2011 1.544.358 1,11

2012 1.559.198 0,96

2013 1.572.105 0,83

Sumber Data : BPS Kota Semarang

Dari tabel frekuensi dan grafik dapat kita lihat adanya peningkatan

jumlah penduduk yang tidak terlalu signifikan, khusunya tingkat kelahiran

yang ada di Kota Semarang dari tahun 2011 sampai 2013 boleh dikatakan

cukup berhasil dalam proses penekanan jumlah penduduk. Hal ini tidak

terlepas dari upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah khususnya

BAPERMASPER-KB, peningkatan jumlah kelahiran yang terjadi di tahun

2011 tidak lepas dari turunnya peserta KB aktif di tahun 2012, belajar dari

kejadian itulah pihak Bapermasper KB Kota Semarang melakukan tindakan

yang lebih aktif dan hasilnya jumlah kelahiran di tahun 2012 dan tahun 2013

mengalami penurunan. Hal yang dilakukan BAPERMAS-KB diantaranya

Page 60: Bersatu (autosaved)

adanya peningkatan jumlah alat kontrasepsi. Untuk lebih jelasnya berikut

tabel jumlah peserta KB aktif dan alat kontrasepsi yang digunakan:

Tabel 4.4

Piramida Penduduk

Sumber Data : BPS Kota Semarang dalam buku Semarang dalam Angka 2015

Komposisi penduduk Kota Semarang didominasi oleh penduduk

muda/dewasa. Kelompok usia produktif (Kelompok usia 25-39) terlihat

sangat mendominasi, dimana kelompok usia ini adalah mereka yang terlibat

aktif dalam lapangan pekerjaan. Mereka pada umumnya telah menyelesaikan

pendidikan tinggi maupun sudah berumah tangga.Kondisi seperti ini tentunya

harus menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil langkah-langkah

Page 61: Bersatu (autosaved)

kebijakan di bidang kependudukan utamanya ketersediaan lapangan

pekerjaan. Sehingga diharapkan bisa menjadi penggerak roda perekonomian,

bukanmalah sebaliknya menjadi beban pembangunan

Tabel 4.5

Peserta KB Aktif dan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Tahun 2013

BULAN PIL IUD KONDOM SUNTIK

JANUARI 536 466 226 1555

FEBRUARI 375 468 114 1525

MARET 361 435 142 1659

APRIL 397 441 263 1652

MEI 302 528 152 1386

JUNI 384 526 347 1595

JULI 335 434 160 1477

AGUSTUS 322 457 329 1593

SEPTEMBER 341 541 462 1591

OKTOBER 321 505 463 1573

NOVEMBER 368 505 361 1700

DESEMBER 374 539 82 1359

Dalam tabel diatas bahwa peserta keluarga berencana memiliki

kecenderungan menggunakan metode suntik. Penggunaan metode suntik ini

berada dalam 1555 orang peserta namun jumlah peserta metode suntik ini

memiliki kecenderungan menurun dalam setiap bulannya.

Page 62: Bersatu (autosaved)

Berdasarkan hal diatas penulis dapat mengatakan hal ini perlu

dipertahankan atau bahkan di tekan agar bisa lebih baik lagi. Hal di atas juga

senada dengan pendapat kepala BAPERMAS-KB ibu Dra Romlah .Beliau

mengatakan.

“Selama ini jumlah penduduk yang ada di Kota Semarang masih sedikit dan masih bisa terkendali, dan yang jelasnya komitmen pemerintah (pimpinan daerah) untuk menanggulangi masalah pertumbuhan penduduk perlu ditingkatkan”

(Hasil wawancara Tanggal, 20 April 2015)

Pendapat kepala kantor hampir sama dengan pendapat yang dilontarkan

oleh Ibu Hasnia, S.Ip yaitu:

“Jumlah penduduk di sebagian kawasan Kota Semarang masih dapat dikendalikan walaupun sebagian lagi masih cukup tinngi, salah satu Kecamatan yang penduduknya masih dapat dikendalikan yaitu penduduk yang ada di Kota Semarang”

(Hasil wawancara Tanggal, 20 April 2015)

Selain melihat fungsi dan perannya, salah satu cara untuk mengukur

tingkat keberhasilan suatu instansi apakah mereka berhasil atau tidak yaitu

dengan menilai hasil karja mereka dalam menjalankan tugas yang mereka

miliki. Tidak terkecuali Badan Keluarga Berencana Kota Semarang dalam

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang ada di kawasan Kota

Semarang, mereka memiliki tugas – tugas yang harus dijalankan diantaranya:

Page 63: Bersatu (autosaved)

4.3.1.1. Menumbuhkan Serta Meningkatkan Kepedulian

Masyarakat Dalam Rangka Pembudayaan Keluarga

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13

Tahun 2008 paragraf 2 pasal 16 Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan dan Keluarga Berencana (BAPERMAS, PEREMPUAN

&KB) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang pemberdayaan

masyarakat, perempuan dan keluarga berencana.

Bidang yang bersifat spesifik tersebut diantaranya terkait

dengan bidang pengembangan sumber daya alam (SDA), lingkungan

hidup (LH) dan teknologi tepat guna (TTG), bidang kelembagaan dan

sosial budaya masyarakat, bidang pengembangan ekonomi

masyarakat; bidang pemberdayaan perempuan serta bidang keluarga

berencana.

Dalam hal ini Badan Keluarga Berencana lebih

memfokuskan kapada masalah pendewasaan usia pernikahan,

pengaturan kelahiran, dan pembinaan ketahanan keluarga serta

peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk pendewasaan usia

pernikahan Badan Keluarga Berencana memiliki batasan umur

tersendiri yaitu 25 tahun bagi laki – laki dan untuk wanita sendiri harus

menginjak usia antara 20 - 21 tahun. Hal ini senada dengan yang

Page 64: Bersatu (autosaved)

disampaiakan oleh Bapak Sukiman selaku Kasubid. Data dan Evaluasi

Program, beliau mengatakan:

“Dalam menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia khususnya Kab. Enrekang, Badan Keluarga Berencana memberi penekanan dalam menekan pertumbuhan penduduk hal yang dilakukan yaitu menunda usia pernikahan, bagi laki – laki dalam usia 25 tahun dan wanita dalam usia 20 tahun.”

(Hasil wawancara tanggal, 21 April 2015)

Untuk menyikapi masalah pernikahan dini yang menjadi salah satu penyebab

terjadinya pertumbuhan penduduk, Ibu Dra Romlah mengungkapkan beberapa

cara yang dapat kita lakukan dan merupakan langkah – langkah yang dilakukan

oleh Badan Keluarga Berencana, beliau mengatakan:

Hal – hal yang dapat dilakukan Pemerintah (BAPERMAS-KB) yaitu:

Mengajak para remaja baik pria maupun wanita supaya menikah sesuai dengan usia yang di anjuran BKB-PP

Apabila pernikahan di usia muda tidak dapat dihindari di anjurkan memakai salah satu alat kontrasepsi sampai umur cukup ideal untuk melahirkan

Apabila sudah melahirkan anak pertama di harapakan untuk ber KB

(Hasil wawancara tanggal, 21 April 2015)

Pengaturan kelahiran di sini maksudnya yaitu mengatur jarak kelahiran dari

anak pertama ke anak berikutnya.Dalam hal ini pengaturan jarak kelahiran.

Pemerintah (Bapermas-KB) memiliki cara tersendiri untuk menjalankan tugas

Page 65: Bersatu (autosaved)

ini, salah satunya dengan cara mengadakan sosialisasi langsung ke masyarakat

dan menganjurkan masyarakat untuk mengikuti anjuran yang diberikan oleh

pihak Badan Keluarga Berencana tentang pentingnya mengatur jarak kelahiran.

Setelah melewati fase ini pembinaan ketahanan keluarga juga sangat penting

untuk dijalankan agar supaya dapat tercipta keluarga yang sejahtera.

Berdasarkan Rakernas Program KB tahun 2000, yang mengamanatkan

perlunya ditingkatkan peran pria/laki-laki dalam Keluarga Berencana, ditindak

lanjuti melalui Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 10/HK-010/B5/2001

tanggal 17 Januari 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional,dengan membentuk Direktorat Partisipasi Pria di

Bawah Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang

bertugas merumuskan kebijakan operasional Peningkatan Partisipasi pria,

diputuskan perlunya

intervensi khusus melalui program peningkatan partisipasi pria yang tujuan

akhirnya ”Terwujudnya keluarga berkualitas melalui upaya peningkatan kualitas

pelayanan, promosi KB dan kesehatan reproduksi yang berwawasan gender pada

tahun 2015”. Salah satu sasaran programnya adalah meningkatkan pria/suami

sebagai peserta KB, motivator dan kader, serta mendukung istri dalam KB dan

kesehatan reproduksi, yang tolok ukurnya

(1)Meningkatnya peserta KB Kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) 10 %,

dan (2) Meningkatnya motivator/kader pria 10 %. Untuk mendukung efektifitas

pelaksanaan di lapangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Kepala

Page 66: Bersatu (autosaved)

BKKBN melalui Keputusan nomor : 70/HK-010/B5/2001, Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan KoordinasiKeluarga Berencana Nasional Propinsi dan

Kabupaten/Kota membentuk Seksi khusus Peningkatan Patisipasi Pria di bawah

Bidang Pengendalian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang

bertugas menyusun paket informasi sesuai kondisi sosial, menyiapkan, dan

mengembangkan segmentasi sasaran dalam rangka peningkatan partisipasi KB

pria yang pelaksanaanya secara tekhnis di kecamatan dan desa dilaksanakan oleh

PLKB dan PPLKB.

Upaya peningkatan kesertaan KB pria diperkuat Melalui Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 disebutkan bahwa :

“Sasaran pembangunan kependudukan dan pembangunan keluarga kecil

berkualitas adalah terkendalinya pertumbuhan penduduk dan

meningkatnya keluarga kecil berkualitas ditandai dengan : (1)

Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14

persen per tahun; Total fertilitas rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan;

persentase pasangan usia subur yang tidak terlayani menjadi 6 persen; (b)

Meningkatnyakesertaan KB laki-laki menjadi 4,5 persen, (c)

Meningkatnya penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien, (d)

Meningkatnya usia kawin pertamaperempuan menjadi 21 tahun, (e)

Meningkatnya partisipasi keluarga dalam tumbuh kembang anak, (f)

Meningkatnya keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I yang aktif dalam

uasaha ekonomi produktif; dan (g) Meningkatnya jumlah institusi

Page 67: Bersatu (autosaved)

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi.(RPJMN Tahun 2004-2009 halaman 45)

Perkembangan pelaksanaan program peningkatan kesertaan KB pria di

lapangan ternyata belum seperti apa yang diharapkan. Dalam kenyataannya

terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam implementasi program yang

dilaksanakan, antara lain : Operasionalisasi program yang dilaksanakan selama

ini lebih mengarah kepada wanita sebagai sasaran, penyiapan tempat pelayanan,

tenaga pelayanan dan juga penyediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) untuk

pria sangat terbatas, hampir semuanya adalah untuk wanita, demikian juga

adanya prioritas peng-gunaan Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) juga

hampir semuanya untuk wanita. Kondisi demikian ini ikut mempengaruhi

kemampuan dan keterampilan petugas (PLKB) dalam mengkomunikasikan dan

memasarkan alat kontrasepsi bagi pria, karena kurang terbiasa dan sangat

terbatasnya pilihan kontrasepsinya.

Berdasarkan rangkaian tugas di atas, pemerintah mempunyai bidang yang

menjalankan tugas tersebut, yaitu Bidang KB dan KS. Untuk bidang KB dan KS

ini sangat berpengaruh karena melalui bidang inilah kita dapat mengetahui alat –

alat kontrasepsi yang baik dan yang dianjurkan oleh pemerintah untuk digunakan

dalam mengatur jarak kelahiran serta perencanaan keluaraga yang baik, fungsi

yang mereka harus jalankan yaitu diantaranya:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang keluarga berencana dan

keluarga sejahtera

Page 68: Bersatu (autosaved)

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang keluarga berencana dan

keluarga sejahtera

Sebelum menjalankan tugas di atas mereka harus melihat bidang yang

tepat dansesuai dengan fungsinya untuk melaksanankan tugas tersebut agar dapat

berjalan sesuai dengan yang diinginkan.Selain itu peran Badan Keluarga

Berencana harus berjalan dengan baik, sehingga keinginan untuk mengendalikan

laju pertumbuhan penduduk dapat tercapai. Salah satu cara untuk menunjukan

perannya yaitu dengan cara menjalankan program kerja yang telah dibuat, berikut

program kerja yang telah dibuat yang sesuai dengan tugas dan fungsi dari bidang

yang dimaksudkan pada uraian di atas yaitu :

1.Koordinasi Pengelolaan dan Pelayanan Program KB

Adanya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan

untuk keberhasilan program pemerintah, tidak terkecuali program yang disajikan

oleh Badan Keluarga Berencana.Khususnya di Kota Semarang sendiri koordinasi

ini sangat dibutuhkan karena pelayanan program KB langsung tertuju kepada

masyarakat. Hal ini senada dengan Ibu Dra Romlah yang mengatakan:

“respon masyarakat sudah cukup bagus, karena pada setiap

mengadakan penyuluhan masyarakat yang hadir sangat tinggi”

Page 69: Bersatu (autosaved)

(Hasil wawancara tanggal, 20 April 2015)

2.Pengadaan Alat Kontrasepsi

Adanya keinginan pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk

yang ada di Kota Semarang khususnya di Kota Semarang pengadaan alat

kontrasepsi sangat dibutuhkan.Karena dengan alat kontrasepsi inilah masyarakat

dapat mengatasi masalah kependudukan salah satunya mengatur jarak kelahiran

yang ideal sesuai dengan yang dianjurkan oleh pemerintah. Alat kontrasepsi yang

digunakan juga sudah bertaraf internasional dan aman digunakan, tetapi harus

sesuai melalui konsultasi terlebih dahulu kepada pihak yang lebih mengerti

sebelum menggunakannya, berikut ini alat – alat kontrasepsi yang disediakan oleh

BAPERMASPER-KB untuk masyarakat khususnya Kota Semarang:

4.3.1.2 Melakukan Pendekatan Kepada Masyarakat Dalam Hal

Perencanaan Keluarga Secara Cermat

Perencanaan yang dilakukan oleh keluarga sebaiknya

dilakukan mengacu pada tahap perkembangan siklus hidup keluarga.

Karena dalam membuat sebuah perencanaan, pada hakikatnya kita akan

dihadapkan pada masalah yang fundamental (mendasar), yaitu

penyesuaian terhadap tugas perkembangan manusia dalam menuju

harapan sosial. Membuat rencana keluarga berdasarkan tahap-tahap

perkembangan manusia merupakan fokus utama yang harus dilakukan

Page 70: Bersatu (autosaved)

bila ingin sumber daya yang dihasilkan dapat berkualitas, kompetitif,

dan unggul. Alasannya dari tahap-tahap perkembangan inilah muncul

kebutuhan-kebutuhan lainnya yang menjadi pelengkap dalam sebuah

perencanaan. Dalam hal merencanakan keluarga secara cermat peran

dari suami dan isteri sangat penting, karena mereka dapat mengatur

jarak kelahiran serta alat kontrasepsi apa yang baik untuk mereka

gunakan sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini Badan Keluarga

Berencana mempunyai tugas untuk melakukan pendekatan dan

memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang perencanaan

keluarga yang baik.

Dalam menjalankan tugas ini Bidang Penggerak

Masyarakat dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)

memiliki andil yang sangat besar, karena merekalah yang akan terjun

langsung ke masyarakat guna memberikan informasi tentang

pentingnnya ber KB. Pada bidang penggerak masyarakat hal yang perlu

diperhatikan adalah hubungan dengan masyarakat, dalam hal ini

pengadaan sosialisasi secara berkelanjutan sangan penting, sehingga

masyarakat yang tadinya kurang memahami pentingnya berKB sudah

mulai tahu dan mulai menyadari bahwa pentingnya untuk ber KB.

Fungsi yang mereka harus jalankan diantaranya:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pergerakan Masyarakat

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang Pergerakan Masyarakat

Page 71: Bersatu (autosaved)

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pergerakan

Masyarakat.

Selain itu pada PLKB sendiri juga harus mempunyai

kecakapan yang cukup baik dalam beinteraksi dengan masyarakat agar

supaya dalam memberikan pengarahan tentang KB, masyarakat dapat

memahami maksud dan tujuan yang disampaikan. PLKB memiliki

fungsi yang berkaitan dengan upayanya melakukan pendekatan kepada

masyarakat, yaitu:

1. Perumusan kebijakan teknis khusunya dalam pelaksanaan program

kerja KB di lapangan

2. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dalam pelaksanaan program

kerja KB di lapangan

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Data PPLKB/PLKB Provinsi Jawa Tengah

Sebelum

Desentralisasi

Setelah

Sentralisasi

Keterangan

PPLKB 543 480 -11,31%

Page 72: Bersatu (autosaved)

PLKB 3375 3157 -11,95%

Melihat fungsi di atas serta tugas yang harus di jalankan,

perumusan kegiatan mutlak untuk dilakukan guna tercapainya tujuan

yang diinginkan. Khususnya pada indikator tugas kali ini peran PLKB

akan sangat dibutuhkan, dan dalam melakukan suatu kegiatan PLKB

didampingi oleh pengawas dari Badan Keluaraga Berencana itu sendiri

serta tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, melalui

kegiatan inilah peran mereka dapat terlihat.Namun sayangnya di

provinsi Jawa Tengah sendiri jumlah PPLKB sangat terbatas yakni 480

orang jauh menurun apabila dibandingkan keadaan PPLKB sebelum

diadakan desentralisai kebijakan keluarga berencana. Kegiatan yang

dijalankan oleh PLKB dan bidang yang berkaitan dengan tugas ini

sudah terprogram dalam program pemerintah yang mereka telah buat,

diantaranya:

d. Pembinaan Keluarga Berencana

Dalam hal ini pemerintah selaku pelaksana yang sangat

berpengaruh, sudah melakukan pembinaan kepada masyarakat agar

dapat mengerti program pemerintah yang bertujuan membina suatu

keluarga dengan cara melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Dalam menggerakkan masyarakat peduli KB sangat

dibutuhkan, karena masyarakatlah yang berperan dalam

Page 73: Bersatu (autosaved)

keberhasilan program – program yang disajikan oleh pihak badan

Keluarga Berencana. Salah satu cara untuk mengenalkan program

keluarga berencana adalah adanya program Penyiapan Kehidupan

Berkeluarga Bagi Remaja melalui PIK-REMAJA. Adapun jumlah

PIK-REMAJA hingga November 2014 adalah 46 Kelompok PIK-

REMAJA tumbuh, 7 Tegak dan Tegar 8 Kelompok untuk wilayah

Kota Semarang. Keberadaan PIK-KRR ini masih ditambah dengan

lembaga swasta dari Persatuan Keluarga Berencana Indonesia yang

peduli terhadap program pendidikan seks usia remaja serta sebagai

upaya tambahan adanya lembaga sosialisasi keluarga berencana di

Kota Semarang.)

e. Pelayanan Konseling KB

Pelayanan konseling dalam hal KB sangat penting, karena ada

beberapa masyarakat yang malu – malu untuk mengatakan

masalahnya secara terbuka.Dengan adanya pelayanan khusus

masyarakan juga sudah tidak merasa malu untuk mengatakan

permasalahannya khususnya masalah alat – alat kontrasepsi yang

aman dan baik untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

f. Pengelolaan Jasa Pelayanan/pemasangan

Page 74: Bersatu (autosaved)

Dalam pengeloalaan ini adanya jasa pelayanan/pemasangan alat

kontrasepsi yang dianjurkan oleh pemerintah, sangat membantu

sehingga masyarakat sudah tidak merasa takut lagi untuk

menggunakan alat kontrasepsi karena adanya tenaga ahli yang

diturunkan pemerintah untuk menanggulangi pelayanan ini, sehingga

program pemerintah dapat berjalan dengan baik. Pelayanan ini di

lakukan dengan bekerjasama dengan bidan-bidan yang ada baik

Bidan Praktek Swasta maupun Bidan Delima Proses pelayanan

Program Keluarga Berencana berawal dari masyarakat sebagai calon

peserta KB dengan datang secara langsung ke klinik KB terdekat

baik itu bidan, dokter maupun puskesmas. Setelah tiba di klinik

masyarakat akan diberikan pengarahan berupa konseling, pada tahap

ini masyarakat akan dijelaskan tentang Program KB secara lebih

detail. Setelah melakukan konseling masyarakat akan diperiksa

kesehatannya jika ingin ikut KB, kemudian baru menentukan produk

apa yang ingin digunakan dan setelah menemukan pilihan yang

dirasa tepat kemudian dilakukan pemasangan alat dan jadilah

masyarakat menjadi peserta KB aktif baru.

Prosedur pelayanan dalam pelayanan KB oleh Badan

Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana

Kota Semarang dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang

menunjukan kejelasan yang diperoleh masyarakat. masyarakat

Page 75: Bersatu (autosaved)

yang tidak paham dapat bertanya langsung kepada bidan, dokter

maupun petugas puskesmas

g. Pelayanan dan Penanggulangan Side Effect Pasca Pemasangan

Alat Kontrasepsi

Demi kenyamanan masyarakat setelah menggunakan alat

kontrasepsi, pemerintah juga terus memantaunya dan ini sudah

dilakukan BKB di Kota Semarang dengan adanya pelayanan dan

sosialisasi awal kepada masyarakat tentang efek yang dapat timbul

setelah menggunakan alat ini sehingga masyarakat sudah siap

menerima resiko yang ada.

Kompetensi petugas pemberi pelayanan KB terus diasah

dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

KB.Pengembangan dan peningkatan kompetensi tersebut dilakukan

dengan menyelenggarakan pelatihan.

Pelatihan yang diselenggarakan berasal dari Pusdiklat

BKKBN baik yang berada di provinsi maupun yang berada di

pusat.Pelatihan dilakukan setiap satu tahun sekali dengan mengirim

peserta secara bergilir tiap tahunnya supaya pengembangan

kompetensi petugas yang ada dapat dilakukan secara merata.

Dengan adanya pelatihan ini, kompetensi petugas semakin tahun

akan semakin membaik karena kekurangan-kekurangan yang ada

Page 76: Bersatu (autosaved)

dapat diminimalisir dan kelebihan dari tiap-tiap petugas dapat

semakin digali dan dioptimalkan

4.3.1.3. Meningkatkan Upaya Pemberdayaan Perempuan

Pada dasarnya perempuan merupakan sosok yang boleh

dikatakan lebih lemah dari pihak laki – laki. Oleh karena itu sebagian

besar kalangan wanita lebih bergantung dari pihak laki – laki apalagi

yang sudah menjalini kehidupan berumah tangga. Dalam kehidupan

berumah tangga wanita sangat berpengaruh dalam proses peningkatan

jumlah penduduk, hal inilah yang mendorong Badan Keluarga

Berencana untuk melakukan upaya pemberdayaan perempuan dan

menyetarakan gender. Hal ini dilakukan dengan harapan perempuan

dapat mengurangi ketergantungan dari pihak laki – laki terutama dalam

urusan jumlah keturunan. Selain itu perlunya pemberdayaan perempuan

juga dikemukakan oleh Ibu Suryani, SKM selaku Staf. Pemberdayaan

Perempuan di BAPERMAS, PER dan KB Kota Semarang, beliau

mengungkapkan,

Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk:

Memperbaiki kehidupan perempuan dalam pembangunan

Untuk mengejar ketertinggalan perempuan dalam pembangunan

Mengejar kesetaraan gender yaitu kesetaraan perempuan dan laki – laki

Page 77: Bersatu (autosaved)

(Hasil wawancara tanggal, 21 April 2015)

Dari hal yang disampaikan dapat dilihat bahwa perempuan harus

menyetarakan kedudukannya dengan pihak laki – laki, sehingga dengan

adanya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan inilah

pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.Hal ini dikarenakan adanya

kepentingan masing – masing pihak yang secara tidak langsung

keinginan untuk dapat memiliki keturunan dapat diatur sesuai dengan

hasil kesepakatan yang dibuat antara kedua pihak (wanita dan laki –

laki). Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Suryani, SKM pada saat

wawancara, beliau mengungkapkan bahwa:

Dengan adanya kesetaraan dan keadilan gender serta pemberdayaan perempuan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan karena salah satu yang dapat mendukung adalah kesepakatan dalam merencanakan keluarga dapat mempengaruhi dimana hak dan kewajiban sudah setara antara suami dan isteri sehingga sangat memperhatikan adanya keadilan dalam rumah tangga.

(Hasil wawancara tanggal, 27 April 2015)

Dari pendapat diatas dapat kita katakan bahwa wanita sangatlah penting

dalam kehidupan dan sangat berpengaruh dalam menentukan jumlah

penduduk apakah akan bertambah atau dapat dikendalikan sesuai

dengan keinginan Badan Keluarga Berencana

Tabel 4.5

Rasio Kepadatan Penduduk

Page 78: Bersatu (autosaved)

Jumlah penduduk Kota Semarang mencapai1,45 juta jiwa

pada tahun 2007. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2009 telah

mencapai 1,50 juta jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tiga

tahun terakhir berfluktuatif. Dimana tercatat pada tahun 2007 sebesar

1,43% kemudian meningkat agak tajam menjadi 1,86% di tahun 2008

dan terakhir mengalami sedikit penurunan 0,15% di tahun 2009.

Dengan luas wilayah sekitar 377 km2, ini berarti setiap

km2 ditempati penduduk sebanyak 4.032 orang pada tahun 2009. Selain

itu anggota rumah tangga dalam setiap rumah tangga terlihat cenderung

menurun.

Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun 2009, untuk setiap

100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki.

Agar supaya dalam menjalankan tugasnya untuk

meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan Badan Keluarga

Page 79: Bersatu (autosaved)

Berencana membentuk suatu bidang yang akan mengatasi hal ini.

Bidang yang dimaksud adalah Bidang Pemberdayaan Perempuan,

Dalam hal pemberdayaan perempuan yang sangat perlu dilakukan

adalah memberikan gambaran kapada pihak perempuan bahwa dengan

adanaya kesetaraan gender yang dimilki maka dapat membuat

pengendalian pertumbuhan penduduk dapat terpenuhi dengan cara

adanya kesepakatan yang dibuat oleh pihak wanita dan pria yang sesuai

dengan anjuran dari pihak Badan Keluarga Berencana mengenai waktu

melahirkan. Fungsi yang harus dijalankan diantaranya:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan Perempuan

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang Pemberdayaan Perempuan

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Pemberdayaan perempuan

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat dilihat

bahwa pertumbuhan penduduk di Kota Semarang masih perlu untuk di

kendalikan walaupun jumlahnya boleh dikatakan tidak terlalu tinggi

meskipun ada peningkatan jumlah penduduknya dua tahun kemarin antara

tahun 2009 sampai tahun 2010, untuk mengatasinya atau menstabilkan

jumlah pertumbuhan penduduk ada beberapa terobosan program kerja yang

dikeluarkan oleh pihak Badan Keluarga Berencana, dan disinilah kita dapat

melihat peran yang sangat penting di pegang oleh Badan Keluarga Berencana

untuk mengatasi masalah ini di antaranya:

Page 80: Bersatu (autosaved)

a. Sebagai instansi utama pembuat program penanggulangan masalah

kependudukan

b. Sebagai instansi yang terjun langsung dalam penyuluhan masalah

kependudukan

c. sebagai penyedia data jumlah penduduk

terlepas dari itu kita juga harus mengingat kalau peran pemerintah daerah

juga sangat dibutuhkan.

Berdasarkan uraian dan program yang telah ada di atas dapat kita katakan

bahwa fungsi dan peran Badan Keluaraga Berencana sangatlah penting dalam

mengendalikan pertumbuhan penduduk.Dari fungsi yang dikemukakan diatas

tadi, apabila dapat berjalan dengan baik sudah dapat dipastikan bahwa

pengendalian jumlah pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Selain itu

tujuan dari fungsi yang diatas tadi sesuai dengan fungsi yang terdapat pada

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional pada Pasal 3 ayat (1) poin a

yang berbunyi:

Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Selain fungsi yang mereka jalankan, peran yang dimikili Badan Keluarga

Berencanadalam mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk juga harus

diperhatikan, fungsi ini baru bisa dikatakan berjalan dengan baik ketika sudah

menjalankan perannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang telah ada.

Page 81: Bersatu (autosaved)

Salah satu cara untuk menunjukan perannya yaitu dengan menjalankan program

kerja yang telah dibuat sebelumnya.

Keberhasilan program pemerintah utamanya program Badan Keluarga

Berencana dalam mengendalikan jumlah penduduk sangat bergantung dari ikut

sertanya dan kesadaran seluruh masyarakat di daerah Kota Semarang dan

detailnya untuk masyarakat kec.Enrekang. Salah satu jalan yang dapat ditempuh

yaitu sosialisasi langsung atau denagn kata lain terjun langsung dan bertemu

langsung dengan objek yang akan diberikan pengarahan yaitu masyarakat sendiri

untuk melakukan perkenalan terhadap program yang akan diterapkan. Sosialisasi

ini di anggap sangat efektif untuk diterapkan bukan hanya Badan Keluarga

Berencana yang melakukan hal ini tetapi hampir semua instansi melakukannya

untuk mengenalkan program mereka masing-masing. Dalam hal pengendalian

penduduk, sosialisasi sangat dibutuhkan dan Badan Keluarga Berencana

meresponnya dengan memebentuk tim penyuluh yang langsung terjun

kemasyarakat untuk memeberikan pengarahan kepada masyarakat. Di samping

tenaga penyuluh yang masih kurang serta letak topografi kawasan kota Semarang

yang terkenal dengan kawasan pegunungannya, alokasi dana dari pemerintah

daerah juga sangat penting dalam proses penyuluhan ini. Dengan adanya

komitmen serius dari pemerintah daerah untuk menaggulangi masalah

kependudukan ini akan mudah juga dana kegiatan akan diperoleh. Namun yang

terjadi di lapangan dana yang dikeluarkan untuk tiap penyuluhan masih sangat

minim, hal ini juga diungkapkan oleh kepala Badan Keluarga Berencana pada saat

proses wawancara, beliau mengatakan:

Page 82: Bersatu (autosaved)

“untuk dana yang dialokasikan kepadan kita (BAPERMASPER-KB)

dari pemerintah daerah masih sangat minim”

(Hasil wawancara tanggal, 20 April 2015)

Disamping itu adanya penyimpangan alokasi dana yang dilakukan oleh Kabid

kepada Staf pelaksana juga menjadi hambatan yang sangat berpengaruh, dan bisa

jadi mengakibatkan keterlambatan dalam malaksanakan penyuluhan sehingga

program pemerintah tertunda pelaksanaannya.

Terkait dengan tugasnya, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 paragraf 3 pasal 17 BAPERMAS,PEREMPUAN & KB mempunyai sejumlah fungsi sebagai berikut :a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengembangan keluarga berencana; b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengembangan sumber daya alam, lingkungan hidup dan teknologi tegat guna, kelembagaan dan sosial budaya masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas (Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran Badan) di bidang pengembangan sumber daya alam, lingkungan

dan teknologi tepat guna, kelembagaan dan sosial budaya masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya, yang meliputi:

1. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2. Perempuan dan keluarga Berencana;3.Pelaksanaan kajian teknis atau rekomendasi di bidang pemberdayaan masyarakat, perempuan dan keluarga berencana

4. Pengelolaan urusan kesekretariatan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan keluarga Berencana;

5. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi terhadap UPTB;

6. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan keluarga berencana. sumber daya alam, lingkungan hidup dan teknologi tepat guna, kelembagaan dan sosial budaya masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

Page 83: Bersatu (autosaved)

4.1.2 Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Dalam Peningkatan Jumlah

Pertumbuhan Penduduk di Kota Semarang

Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu

mengalami peningkatan tidak terkecuali di Kota Semarangtidak terlalu signifikan

dan masih dapat dikendalikan, berkaitan dengan masalah peningkatan jumlah

penduduk tersebut terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh yang bisa

menjadi penyebab utamanya, beberapa faktor tersebut diantaranya

4.1.2.1.Pernikahan Yang Dilakukan Pada Usia Yang Masih Muda

( pernikahan usia dini )

Menurut pandangan beberapa kalangan, pernikahan merupakan hal yang

sangat sakral dilakukan, sehingga sebelum memutuskan untuk melakukan

pernikahan kita harus memikirkannya secara matang dan baik sehingga dapat

terskema dengan baik. Terlepas dari itu pemerintah pusat juga membuat peraturan

mengenai masalah pernikahan yang tertuang dalam Undang – Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan, pada Pasal 7 ayat (1) berbunyi:

Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Berdasarkan Undang Undang di atas, hal tersebut dapat memicu terjadinya

pernikahan diusia yang boleh dikatakan remaja. Hal ini senada dengan argumen

yang diungkapkan oleh Bapak Nurhasan selaku Ka. Bid. Data dan Informasi,

beliau mengatakan:

Page 84: Bersatu (autosaved)

“usia pernikahan yang disebutkan oleh Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan tidak ssuai dengan keinginan Badan Keluarga Berencana, sebab keinginan BKB usia perkawinan yang ideal adalah umur 25 tahun bagi pria dan umur 21 tahun. Apabila peraturan pemerintah mengenai usia pernikahan ( 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita ) sangat beresiko tinggi untuk menambah jumlah pertumbuhan penduduk.”

(Hasil wawancara tanggal, 26April 2014)

Menurut Sanderowitz dan Paxman, pernikahan di usia muda juga sering

terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan,

mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Disamping itu

adanya campur tangan orang tua dalam urusan pernikahan anak mereka juga dapat

menimbulkan terjadinya pernikahan yang sangat cepat.

Untuk di kawasan daerah – daerah pedalaman memiliki permasalahan

mengenai pernikahan usia dini yang berbeda, masih rendahnya kualitas ekonomi

dan kesenjangan pendidikan masih merupakan hal memicu terjadinya pernikahan

di usia muda. Hal ini disebabkan karena lokasi penyuluhannya sangat sulit untuk

dijangkau, karena akses menuju daerah tersebut masih sangat buruk.

Letak topografi Kota Semarangyang berada di kawasan perbukitan sangat

mempengaruhi sosialoisi yang dilakukan oleh pemerintah, Hal ini sama dengan

yang diungkapkan oleh Kepala BAPERMASPERKB Kota Semarangyaitu :

“untuk wilayah seperti daerah kita (daerah perbukitan) efesiennya satu penyuluh untuk tiga desa, tidak sama dengan daerah yang topografinya rata mereka bisa mengadakan penyuluhan lima desa sekaligus dengan menggunakan satu tenaga penyuluh”.

(Hasil wawancara tanggal, 20 April 2015)

Page 85: Bersatu (autosaved)

4.1.2.2. Minimnya Pemanfaatan Program Pemerintah

Masalah lain yang timbul dimasyarakat pada umumnya yang

dapat memicu peningkatan jumlah penduduk adalah minimnya

pemanfaatan program pemerinah, dan salah satu programnya

yaitu penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini berbanding terbalik

dari program Badan Keluarga Berencana Yaitu “Dua Anak Lebih

Baik”. Adanya perbedaan tingkat pola pikir masyarakat mengenai

alat kontrasepsi menjadi pemicu utama, misalnya:

Kurang pahamnya masyarakat tertentu tentang alat kontrasepsi

Kurang mengetahui kegunaan alat kontrasepsi

Ketakutan untuk menggunakan alat kontrasepsi

Kesadaran masyarakat terhadap ledakan penduduk

Selain itu efek yang timbul dari penggunaan alat ini masih

menjadi momok bagi masyarakat kita.

Di samping itu hal yang menjadi hambatannya yaitu

ketersediannya tenaga penyuluh, Pengadaan tenaga penyuluh

yang ada di lapangan dengan topografi seperti yang ada di Kota

Semarangsangat membantu bahkan menjadi tumpuan bagi Badan

Keluarga Berencana.Namun demikian dalam mengadakan

penyuluhan ke masyarakat jumlah tenaga penyuluh yang dimiliki

masih sangat kurang sehingga belum bisa mengcover banyak

kawasan sekaligus dalam mengadakan penyuluhan. Menurut Ibu

Dra Romlah:

Page 86: Bersatu (autosaved)

“jumlah personel (tenaga penyuluh) yang ada di lapangan masih sangat kurang dan tidak sebanding dengan jumlah keluarga dan luas wilayah yang dilayani”

(Hasil wawancara tanggal, 20 April 2015)

4.1.2.3Tingkat Kelahiran Yang Sangat Tinggi

Tingkat keberhasilan program pemerintah dalam mengatasi

laju/ledakan penduduk masih sangat minim. Salah satu

pemicunya adalah jumlah kelahiran dari tahun ke tahun semakin

meningkat, hal ini dikarenalan dua hal dia atas yaitu pernikahan

yang dilakukan di usia muda dan tingkat penggunaan alat

kontrasepsi yang masih rendah. Dalam hal tingkat kelahiran ini

tidak teraturnya jarak kelahiran dari anak yang satu ke anak yang

berikutnya menjadi faktornya, karena dengan tidak terkontrolnya

jarak kelahiran ini kita tidak tahu lagi berapa banyak jumlah

penduduk Indonesia nantinya pada umumnya tidak terkecuali

Kota Semarang sendiri.Selain itu partisipasi masyarakat juga

menjadi sorotan yang patut diperhatikan, masih adanya pemikiran

masyarakat bahwa “banyak anak banyak rejeki” masih

menghambat keberhasilan penyuluhan yang dilakukan oleh

pemerintah (BAPERMAS-KB) Kota Semarang. Pola pemikiran

inilah yang menjadi pekerjaan dan harus cepat dihilangkan

masyarakat, apalagi bagi masyarakat yang ada di kawasan yang

sulit dijangkau. Selain itu masyarakat yang ada didaerah juga

Page 87: Bersatu (autosaved)

masih kurang memahami pentingnya ber KB sesuai dengan

keinginan pemerintah.

Dari beberapa hambatan yang didapatkan oleh Badan BAPERMAS-KB

dalam menjalankan tugas, fungsi dan perannya, tidak lepas dari tujuan mereka

untuk mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk.Dengan adanya keseriuasan

dari pemerintah dan kesediaan dari masyarakat untuk menerima program –

program yang diajukan oleh pemerintah sudah dapat dipastikan bahwa jumlah

pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan oleh

pemerintah.

4.2. Kebijakan BAPERMASPER-KB Dalam Pembangunan Terkait Program

Keluarga Berencana di Kota Semarang

4.2.1 Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

BAPERMASPER-KB

Page 88: Bersatu (autosaved)

Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau

kegiatan yang bersifat jasa. Perannya akan lebih besar dan bersifat

menentukan manakala dalam kegiatan-kegiatan jasa di masyarakat itu

terdapat kompetisi dalam usaha merebut pasaran atau langganan. Begitu

pula di bidang Pemerintahan, masalah pelayanan perannya sangat besar

karena menyangkut kepentingan umum, bahkan kepentingan rakyat secara

keseluruhan. Karena pelayanan peranan umum yang diselenggarakan oleh

pemerintah melibatkan seluruh aparat Pegawai Negeri makin terasa

dengan adanya peningkatan kesadaran bernegara dan bermasyarakat, maka

pelayanan telah meningkat kedudukannya di mata masyarakat menjadi

suatu hak, yaitu hak atas pelayanan.

Salah satu instansi penyedia pelayanan yang masih dipertanyakan

kualitas pelayanannya adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan dan Keluarga Berencana. Terutama yang disorot dalam

pelaksanaannya adalah program Keluarga Berencana yang berfungsi

menekan laju pertumbuhan. Setelah program KB yang semula dipegang

oleh BKKBN ini melebur untuk tingkat kota dan kabupaten, yang mana

untuk tingkat kota Semarang sendiri pelaksanaannya dijalankan oleh

Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana,

mulai muncul semacam keraguan apakah Badan Pemberdayaan

Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana dapat meneruskan tren

positif pelaksanaan program KB.

Page 89: Bersatu (autosaved)

Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Dan Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu Kota Semarang, Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan Dan Keluarga Berencana merupakan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) baru sebagai salah satu unsur perangkat pemerintah kota

yang membidangi urusan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan

Keluarga Berencana sebagaimana tertuang dalam Peraturan Walikota

Semarang Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi

Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Keluarga Berencana

(BAPERMAS,PEREMPUAN & KB) Kota Semarang dengan Unit

Pelaksana Teknis Badan yang diatur dengan Peraturan Walikota

Semarang, Nomor 89 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan

Keluarga Berencana (UPTB) Kecamatan Kota Semarang.

Penyelenggaraan pelayanan masyarakat dididang Pemberdayaan

Masyarakat, Perempuan Dan Keluarga Berencana pada Tahun 2009 dan

2010 melayani urusan urusan sebagai berikut :

1. Urusan Pemerintahan Umum

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan

Pengendalian PelaksanaanKebijakan KDH ; dengan kegiatan :

1) Pelaksanaan pengawasan internal secara berkala

2) Pelaksanaan wasdal bantuan infrastruktur pemerintah yg lebih tinggi

3) Pelaksanaan pengawasan internal secara berkala

Page 90: Bersatu (autosaved)

4) Pelaksanaan wasdal bantuan infrastruktur pemerintah yg lebih tinggi

2. Urusan Perencanaan

Program Pengembangan Data Informasi dengan kegiatan :

1) Pengembangan Sistem Informasi Profil Kelurahan

3. Urusan Kesehatan

Program Perbaikan Gizi Masyarakat ; dengan kegiatan :

1) Pemberian Tambahan Makanan Dan Vitamin

4. Urusan Sosial

Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial ; dengan

kegiatan :

1) Peningkatan kapasitas dan jaring kelembagaan pemberdayaan

perempuan dan anak (SERUNI)

5. Urusan Pemberdayaan Perempuan

1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2) Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

3) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian

kinerja dan keuangan

4) Program peningkatan pelayanan kedinasan KDH

Page 91: Bersatu (autosaved)

5) Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak &

perempuan ; dengan kegiatan perumusan kebijakan peningkatan

peran dan posisi perempuan dibidang politik dan jabatan publik

6) Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan Gender dan

Anak ; dengankegiatan :

1) Advokasi dan fasilitasi PUG bagi perempuan

2) Penguatan kelembagaan pengarusutamaan Gender dan Anak ;

3) Peningkatan kapasitas & jaringan kelembagaan pemberd PA

4) Pameran hasil karya perempuan

7) Program Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan;

dengan kegiatan fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap

tindak kekerasan

8). Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam

pembangunan ; dengan kegiatan :

1) Pembinaan organisasi perempuan

2) Diklat peningkatan peran serta dan kesetaraan gender

6. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera:

a. Program Keluarga Berencana ; dengan kegiatan :

1) Penyediaan Pelayanan KB & Alkon bagi Keluarga Miskin ;

2) Pembinaan KB

b. Program Kesehatan Reproduksi Remaja ; dengan kegiatan :

Page 92: Bersatu (autosaved)

1) Advokasi & KIE ttg Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

2) Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat

c. Program Pelayanan Kontrasepsi ; dengan kegiatan :

1) Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB ;

2) Pelayanan KB MO ;

3) Pengadaan Sarana Pelayanan KB

d. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan

KB/KR yang mandiri ; dengan kegiatan :

1) Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB

e. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling

KRR ; dengan kegiatan :

1) Fasilitasi forum pelayanan KKR bagi kelompok remaja dan

kelompok sebaya di luar sekolah

f, Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan

pembinaan tumbuh kembang anak

g. Program Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan;

dengan kegiatan :

1) Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak

kekerasan

Page 93: Bersatu (autosaved)

h. Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam

pembangunan ; dengan kegiatan :

1) Pembinaan organisasi perempuan

2) Diklat peningkatan peran serta dan kesetaraan gender

i. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan ; dengan

kegiatan :

1) Pelatihan perempuan di perdesaan dalam bidang usaha ekonomi

produk

Urusan KB dan KS pada Bapermas perempuan & KB, menjadi tupoksi

Bidang Keluarga Berencana dan sebagian pada Bidang Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat. Peningkatan perekonomian daerah akan menjadi tidak signifikan atau

mempunyai nilai pada pertumbuhan ekonomi keluarga apabila secara bersamaan

pertambahan jumlah penduduk menjadi tidak terkendali. Program Keluarga

Berencana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera merupakan

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga. Laju Pertumbuhan Penduduk mendorong

pemerintah dalam pemberdayaan KB dengan pencanangan Era Kebangkitan

Keluarga Berencana, sejalan dengan hal tersebut amanat UU No 25 Tahun 2000

Page 94: Bersatu (autosaved)

Tentang program nasional bahwa Program KB mencakup 4 (empat) program

pokok yaitu Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, Ketahanan dan

Pemberdayaan Keluarga serta Penguatan Kelembagaan Keluarga Kecil

Berkualitas dan Jaringan KB. Tingkat partisipasi masyarakat Kota Semarang

dalam ber KB Tahun 2009 sebesar 198.086 dengan PUS 250.891 (78,95 %) dan

pada Tahun 2010 sebesar 198.040 dengan PUS 254.798 (77,72 %) menunjukkan

peningkatan. Peserta KB baru Tahun 2009 sebesar 35.967 dari Target 33.810

(106,38%) dan pada Tahun 2010 sebesar 20.499 dari target 39.347 (52,10%)

Penundaan Usia Perkawinan (PUS ˂ 20 Tahun dibanding total PUS) dapat

dipertahankan ˂ 1 % , Tahun 2009 dan 2010 realisasi 0,5 % .

Pelayanan pemberdayaan KB dan KS meliputi :

1) Program Keluarga Berencana, untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk ber KB melalui penyediaan Pelayanan KB & Alkon bagi

Keluarga Miskin serta Pembinaan KB.

Kegiatan pelayanan KB dengan dukungan Klinik Keluarga

Berencana (KKB) dan rumah sakit yang ada diperoleh hasil peserta KB

baru sebanyak 2.749 (6,99%)

Akseptor, dengan metode kontrasepsi IUD 185, MOW 215, MOP

5, Implant 93, Suntik 1.698, Pil 445, Kondom 108, dari jumlah peserta

KB baru tersebut apabila dilihat berdasarkan tempat pelayanan adalah

sebagai berikut Klinik Pemerintah 766 (27,86%), Klinik Swasta 850

Page 95: Bersatu (autosaved)

(30,92%), Dokter Praktek Swasta 263 (9,57%) dan Bidan Praktek Swasta

870 (31,65%). Tingkat partisipasi masyarakat sebanyak 196.699 (77,35%)

dari Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 254.307 dengan alkon, IUD

14.454, MOW 13.716, MOP2.246, Implant 11.155, Suntik 113.555, Pil

28.408, Kondom 13.165.

2) Program Kesehatan Reproduksi Remaja, untuk memberikan informasi dan

konseling dalam upaya mempertahankan angka kelahiran (TFR) bagi

Remaja, Sebaya maupun Pasangan Usia Subur (PUS) melalui advokasi &

KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja(KRR) serta memperkuat

dukungan dan partisipasi masyarakat.

3) Program Pelayanan Kontrasepsi, untuk menjaga pelayanan ketersediaan

Alat Kontrasepsi KB kepada masyarakat melalui pengadaan sarana

pelayanan KB hingga fasilitasi Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB

serta Pelayanan KB MO.

4) Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang

mandiri, untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan

KB/KR melalui Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB.

5) Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR,

untuk merintis pembentukan kelompok di tingkat basis dalam

penyampaian informasi dan konseling tentang Kesehatan Reproduksi

Page 96: Bersatu (autosaved)

Remaja (KRR) serta penyuluhan tentang Narkoba dan HIV/AIDS melalui

Fasilitasi forum pelayanan KKR bagi kelompok remaja dan kelompok

sebaya di luar sekolah. Kota Semarang pada Tahun 2009 telah terbentuk

29 Kelompok Pusat Informasi dan Konseling – Kesehatan Reprodukasi

Remaja (PIK-KRR) dan Tahun 2010 meningkat menjadi 40 Kelompok,

tersebar di 16 Kecamatan.

6) Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan

pembinaan tumbuh kembang anak, untuk memberikan ketersediaan

informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

melalui Pengumpulan bahan informasi tentang pengasuhan & pembinaan

tumbuh kembang anak.

7) Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga, untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendamping kelompok bina

keluarga melalui Pelatihan tenaga pendamping kelompok bina keluarga

di Kecamatan serta Pengadaan BKB Kit.

4.2.2 Kendala Program Keluarga Berencana di Kota Semarang

Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga

Berencana (BAPERMASPER & KB) salah satu bidang yang penting yaitu

bidang keluarga berencana. Hal ini terkait dengan masih rendahnya tingkat

kesadaran masyarakat mengenai pentingnya turut serta mensukseskan program

Page 97: Bersatu (autosaved)

KB. Selain itu juga masih terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan

KB di Kota Semarang sebagai berikut:

1. Rendahnya Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

Ketahanan dan pemberdayaan keluarga berhubungan dengan bagaimana

suatukeluarga dapat melangsungkan hidupnya, dan bertahan pada kondisi yang

baik dari segala bentuk permasalahan kehidupan keluarga. Ketahanan dan

pemberdayaan ini dapat dikaitkan dengan bagaimana suatu keluarga dapat

memenuhi kebutuhan kesehatan dan gizi keluarga serta bekerja. Akan tetapi

secara umum sebagian besar keluarga di Kota Semarang kesadaran mengenai

pemenuhan gizi dan kebutuhan kesehatan masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan

dengan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kota

Semarang pada tahun 2008 yang hanya berjumlah 1066 kelompok dengan

jumlah anggota UPPKS sebanyak 23.345 orang. Dari angka tersebut sekitar

17.392 orang (74,50%) merupakan anggota penerima bantuan modal, 10.888

orang (46,64%) anggota yang berusaha dan 12.475 (56,36%) merupakan anggota

yang tidak berusaha. Selain itu, jika ditinjau dari beberapa aspek peran serta

masyarakat untuk ikut dalam UPPKS sebagian mengalami kenaikan dan

penurunan dari 2007 ke 2008.

Tabel 4.6

UMK Jawa Tengah tahun 2014

Page 98: Bersatu (autosaved)

Dari tabel di atas Upah Minimum Kota Semarang menjadi upah minimum

tertinggi di Jawa Tengah.Namun hal tersebut diiringi dengan tingginya biaya

hidup di Kota Semarang.

Tabel 4.7

Struktur Ekonomi di Semarang

Page 99: Bersatu (autosaved)

Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa dalam Kota Semarang sebagian

besar dari UMK yang diterima berasal dari perdagangan dan industri pengolahan

dimana industri tersebut merupakan industru padat karya yang mudah terpengaruh

oleh gejolak ekonomi.

Permasalahan gizi buruk pada anak balita sebagaimana telah diuraikan

diatas erat kaitannya dengan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal

ini dikarenakan pada balita pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah

biasanya asupan gizi dan kondisi kesehatannya kurang diperhatikan.Kurangnya

berat badan balita di Kota Semarang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

kurangnya gizi atau adanya kemungkinan menderita penyakit lain. Kekurangan

gizi sangat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat, kontaminasi

makanan dan minuman balita akibat lingkungan yang tidak sehat dan prioritas

hidup lainnya selain makanan bergizi. Di sisi lain, anggaran khusus untuk

mengantisipasi bergesernya kasus BGM menjadi gizi buruk belum maksimal.

Oleh karenanya, diperlukan suatu tindakan tegas dari semua pihak untuk

mengurangi jumlah balita penderita gizi kurang dan buruk demi peningkatan

kualitas sumber daya manusia Kota Semarang yang lebih baik.

Page 100: Bersatu (autosaved)

Indikasi lain dari rendahnya kesejahteraan dan ketahanan keluarga adalah

tingginya angka kematian ibu melahirkan. Hal ini didasarkan pada profile

kesehatan Kota Semarang bahwa pada tahun 2005 angka kematian ibu melahirkan

di Kota Semarang mencapai 449 jiwa dan cenderung berfluktuasi dari tahun ke

tahun. Apabila dibandingkan dengan angka kematian ibu di tingkat nasional (307

jiwa), angka tersebut dinilai lebih tinggi, walaupun jika dibandingkan dengan

angka kematian ibu melahirkan di tingkat Jawa Tengah (509 jiwa) masih lebih

rendah (Kartu Penilaian Pengentasan Kemiskinan Kota Semarang, 2005 dan

Profil Kesehatan Kota Semarang, 2005).

2. Pertumbuhan Penduduk yang Relatif Tinggi

Tingginya pertumbuhan penduduk diakibatkan salah satunya oleh angka

pertumbuhanalamiah dimana tingkat fertilitas yang masih relatif tinggi. Hal ini

disebabkan karena tingkat kesadaran masyarakat di Kota Semarang untuk

mengikuti program keluarga berencana (KB) masih sangat rendah. Pada tahun

2008 pencapaian peserta KB baru Kota Semarang adalah PB 39.286 jiwa atau

117,57% dari jumlah PPM yakni 33.414 jiwa. Sedangkan pencapaian peserta KB

baru adalah 196.876 jiwa atau 79,63% dari total pasangan usia subur (PUS)

sebanyak 247.228 jiwa.

Partisipasi dalam mengadopsi IUD juga sangat rendah. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan data penggunaan IUD tahun 2008 bagi peserta KB baru

sebanyak 2.235 (5,69%) yang mengalami kenaikan dari tahun 2007 sebanyak

1.724 jiwa. Sedangkan untuk peserta KB lama penggunaan IUD mengalami

Page 101: Bersatu (autosaved)

penurunan pada tahun 2008 sebanyak 15.346 jiwa (6,21%) dan 2007 sebanyak

15.403 jiwa.

Masih adanya kasus komplikasi kegagalan KB diduga menjadi penyebab

lain belum optimalnya pembudayaan KB guna menekan pertumbuhan penduduk.

Pada tahun 2008 kasus komplikasi dan kegagalan KB mengalami

kenaikan.Dimana untuk kasus komplikasi KB pada tahun 2007 sebanyak 6 kasus

dan pada 2008 menjadi 12 kasus. Sedangkan untuk kegagalan KB pada tahun

2007 sebanyak 10 kasus dan 2008 menjadi 15 kasus.Permasalahan tingginya laju

pertumbuhan alami penduduk terkait juga dengan tidak berfungsinya secara

optimal kelembagaan dan jejaring KB. Program Penguatan Kelembagaan dan

jaringan KB di Kota Semarang, erat kaitannya dengan Institusi Masyarakat

Perkotaan (IMP).

Institusi ini merupakan institusi di tingkat lini lapangan (kelurahan ke

bawah) sebagai tenaga relawan yang mempunyai peran bantu pelaksanaan

program keluarga berencana, sehingga mempunyai peran yang sangat strategis

serta sebagai ujung tombak suksesnya program KB Nasional. IMP ini dapat

diklasifikasikan:

Tabel 4.8

Klasifikasi IMP di Kota Semarang

NO

URAIAN

PPKBD SUB PPKBD KLP KS

JUM

LAH

% JUMLAH % JUMLAH %

Page 102: Bersatu (autosaved)

1 DASAR 0 0 176 12,12 1,789 20,79

2 BERKEMBANG 25 14,12 593 43,62 3,374 43,40

3 MANDIRI 152 87,88 595 43,62 3,080 38,80

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan permasalahan bidang

Program Penguatan Kelembagaan dan jaringan KB adalah sebagai berikut: (1)

Keterbatasan kuantitas dan kulitas Kader terkait dengan adanya kesulitan

pengkaderan; (2) Dana Operasional bari sampai di tingkat PPKBD/ SKD; dan (3)

Pemahaman Program KB Sebagai investasi jangka panjang belum dipahami

masyarakat luas.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga terkait dengan kurang efektifnya

penanganan permasalahan kesehatan dan reproduksi remaja (KRR). Pada

kenyataannya masih sedikit masyarakat Kota Semarang yang memahami

pengetahuan dan permasalahan yang terkait dengan reproduksi remaja. Akibatnya

muncul permasalahan terkait dengan reproduksi remaja yakni masih sangat

terbatasnya akses informasi tentang KRR di masyarakat. Hal ini mendorong

ketidaktahuan remaja yang memasuki usia perkawinan pada usia yang belum

matang. Di Kota Semarang jumlah PUS yang berada di bawah usia 20 tahun

yakni sebesar 1 %. Kondisi ini juga didukung dengan masih sedikitnya Pusat

Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) yang hanya

berjumlah 19 kelompok di Kota Semarang.

Page 103: Bersatu (autosaved)

3. Komunikasi

Komunikasi dalam penyampaian informasi mengenai dampak positif

Keluarga Berencana terutama di kalangan pria sebagai sasaran dari program KB,

tidak mempercayai rumor yang ada dan berkembang di masyarakat. Pelaksanaan

program KB mengalami berbagai kendala, antara lain sikap dari masyarakat

cenderung dipengaruhi oleh keadaan masa lampaunya yang memandang bahwa

KB itu tugas wanita bukan pria. Wanitalah yang mengandung dan melahirkan jadi

wanita harus ber-KB. Selain itu muncul juga parasangka yang memandang KB

Pria itu berbahaya dan dapat menyebabkan impotensi sehingga baik dari pihak

pria / suami maupun wanita / istri tidak setuju pada program KB Pria melalui

KONTAP.

4. Tingginya Kekerasan pada Anak dan Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan masih sering terjadi dalam bentuk yang

cukup variatif.Kekerasan terhadap perempuan ini tidak lagi memandang korban

dari satu dimensi saja.Namun, banyak dimenasi. Seperti usia, jenis kelamin, status

sosial, dan sebagainya. Tindak kekerasan masih menempatkan perempuan sebagai

objek korban. Kekerasan terhadap kaum hawa ini dapat dikatagorikan ke dalam

beberapa hal antara lain penyelundupan, kekerasan rumah tangga, penyekapan,

pemerkosaan, perampokan, penganiayaan, pembunuhan, dan trafiking atau

perdagangan perempuan dan anak-anak.

Penyelundupan ini dilakukan dengan modus adopsi sampai penjualan

organ-organ tubuh korban.Selain itu, perkosaan juga menempatkan perempuan

sebagai korban dan peristiwa ini sering kali dilakukan oleh orang dekat atau orang

Page 104: Bersatu (autosaved)

lainnya.Bahkan, pelaku pemerkosaan bisa saja orang yang memiliki hubungan

darah seperti ayah, kakak, kakek, atau malah paman sendiri. Parahnya lagi, tindak

pemerkosaan ini sebagian dilakukan tidak cukup hanya sekali, bahkan sering kali

hingga korban hamil dan melahirkan anak hasil hubungan gelapnya.

Kekerasan terhadap perempuan terjadi akibat dua faktor utama yaitu faktor

kultur dan struktur. Keduanya saling mempengaruhi dan saling memperkuat,

sehingga memberantas kekerasan terhadap perempuan memerlukan komitmen

bersama untuk secara sungguh-sungguh, sistematis dan berlanjut dalam

memeranginya. Faktor kultur ini bermula dari nilai-nilai dan norma-norma yang

menempatkan laki-laki sebagai pihak pengambil keputusan yang memiliki

kekuasaan atau power, serta merupakan pihak yang mengevaluasi dan memonitor

segala yang dimiliki dan dilakukan perempuan. Paham ini disebut ideologi

patriarkhi. Idelogi patriarkhi akan melahirkan paham gender.

BAB V

PENUTUP

Page 105: Bersatu (autosaved)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti ambil, maka penulis dapat

menarik kesimpulan :

1. Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 46 Tahun 2008 Tentang

Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan

dan Keluarga Berencana , tugas pokok Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan dan Keluarga Berencana adalah melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang Pengembangan

Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Teknologi Tepat Guna; bidang

Kelembagaan dan Sosial Budaya Masyarakat; bidang Pengembangan Ekonomi

Masyarakat; bidang Pemberdayaan Perempuan serta bidang Keluarga

Berencana ( pasal 3 ) . Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,

Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana

mempunyai fungsi ( pasal 4 ) : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan

dan Keluarga Berencana mempunyai fungsi ( pasal 4 ) :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pengembangan Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Teknologi Tepat Guna; bidang Kelembagaan dan Sosial Budaya Masyarakat; bidang Pengembangan Ekonomi Masyarakat; bidang Pemberdayaan Perempuan serta bidang Keluarga Berencana ;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Pengembangan Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Teknologi Tepat Guna; bidang Kelembagaan dan Sosial Budaya Masyarakat; bidang Pengembangan Ekonomi Masyarakat; bidang Pemberdayaan Perempuan serta bidang Keluarga Berencana;

c. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana

Page 106: Bersatu (autosaved)

d. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana;

e. Pelaksanaan kajian teknis atau rekomendasi di bidang pemberdayaan masyarakat, perempuan dan keluarga berencana;

f. Pengelolaan urusan kesekretariatan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana;

g. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi terhadap UPTB;

h. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana;

i. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Kendala dalam pelaksanaan kebijakan program KB guna mengatasi masalah

laju pertumbuhan penduduk di Kota Semarang, dan faktor yang paling

berpengaruh adalah pernikahan yang terjadi diusia dini, serta dekatnya jarak

kelahiran anak karena kurang memaksimalkan program pemerintah dalam

penggulangan masalah ini terutama program pemerintah yaitu penggunaan alat

kontrasepsi. Dalam menjalankan program yang telah dibuat dan disetujui oleh

pemerintah daerah melalui serangkain musyawarah rencana pembangunan, ada

beberapa hambatan yang didapatkan dan yang paling menonjol yaitu keadaan

topografi wilayah Kota Semarang yang berada pada kawasan berbukit sehingga

dalam proses penyuluhan agak sulit dilakukan, apalagi ketika memasuki daerah

yang sulit untuk dijangkau.

5.2. Saran

Page 107: Bersatu (autosaved)

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, peneliti mengambil saran sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan kegiatan sosialisasi tentang pentingnya keluarga berencana dan

melakukan kegiatan seperti Pelatihan atau contoh cara untuk melakukan

keluarga berencana dengan benar agar masyarakat mengetahui pentingnya

program keluarga berencana.

2. Perlu dilakukan penambahan anggota penyuluh keluarga berencana atau

adanya penambahan personel pelaksana lapangan sehingga dapat menjangkau

seluruh kawasan yang tadinya sulit untuk dijangkau.ditempat yang cukup sulit

dijangkau seperti di kawasan Gunung Pati dan sekitarnya.

3. Perlu strategi guna meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut Keluarga

Berencana. Maka proses di Bapermasper KB Semarang harus dilakukan

dengan benar mulai dari komunikasi, sosialisasi, hingga proses dilapangan agar

keberhasilan program Keluarga Berencana dapat tercapai guna mengurangi

pertumbuhan penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

, 2009, Memahami Kebijakan Administrasi Kependudukan, Jakarta, The

Indonesian Legal Resource Center (ILRC).

Page 108: Bersatu (autosaved)

Bagoes Mantra, Ida, 2009, Demografi Umum, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar.

Darwin, Muhadjir. 2000, Aspek Kemanusiaan Dalam Pengendalian

Pertumbuhan Penduduk, Aditya Media.

Faturochman dan Agus Dwiyanto (Editor). 2000, Reorientasi Kebijakan

Kependudukan. Aditya Media.

Haris, Abdul & Nyoman Andika (eitor). 2003, Dinamika Kependudukan

dan Pembangunan di Indonesia: Dari Perspektif Makro ke Realitas

Mikro. Lesfi.

Hasibuan, Malayu, S. P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia (cet. 6),

Jakarta, PT Bumi Aksara.

Suharto, Edi. 2010 Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat

(kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan

sosial), Bandung, Refika Aditama.

Soeroso, Santoso. 2004 Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan

Kependudukan di Indonesia, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Tjiptoherijanto, Prijono. 2004 Kependudukan Birokrasi dan Reformasi

Ekonomi, Jakarta, Rineke Cipta.

Tukiran, et all (Eds). 2002 Mobilitas Penduduk Inonesia: Tinjuan Lintas

Disiplin, Yogyakarta, CPPS, UGM.

Page 109: Bersatu (autosaved)

B. Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk, tentang pengertian penduduk,

diakses pada 22 Maret 2015 pada pukul 16.21 WIB

http://slamet-triyono.blogspot.com/2009/11/macam-macam-pertumbuhan-

penduduk.html , tentang dampak pertumbuhan penduduk diakses pada tanggal 22

Maret 2015 pada pukul 16.29 WIB

http://syadiashare.com/penduduk-indonesia.html, tentang pengertian

penduduk diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pada pukul 22.15 WIB

http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/220/220/ , tentang

data keluarga berencana di Indonesia diakses pada tanggal 26 Maret pada pukul

22.37 WIB

http://www.tribunnews.com/2010/08/16/jumlah-penduduk-indonesia-

nomor-4- terbesar-di-dunia. , tentang jumlah penduduk di Indonesia diakses pada

tanggal 26 Maret 2015 pada pukul 2253 WIB

C. Peraturan Perundang-undangan Dan Peraturan Pemerintah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Page 110: Bersatu (autosaved)

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan

Perkembangan Kependudukan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 57 Tahun 2009 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan

Perkembangan Kependudukan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 Tentang

Badan Kependudkan dan Keluarga Berencana Nasional

LAMPIRAN

Page 111: Bersatu (autosaved)
Page 112: Bersatu (autosaved)
Page 113: Bersatu (autosaved)

Daftar Pertanyaan

A. Identitas Narasumber :

Nama :

Jabatan :

Page 114: Bersatu (autosaved)

B. Pertanyaan :

1. Apakah menurut Bapak/Ibu jumlah penduduk di Kota Semarang bisa

dikatakan cukup tinggi ?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah pertumbuhan penduduk di Kota Semarang sudah dapat

dikendalikan?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah peraturan yang sudah ada dalam pengendalian pertumbuhan

penduduk sudah diterapkan di Kota Semarang ?

a. Ya

b. Tidak

4. Menurut Bapak/Ibu, berhasilkah penerapan peraturan pemerintah

mengenai pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Semarang ?

a. Ya

b. Tidak

Page 115: Bersatu (autosaved)

5. Apakah sosialisasi mengenai masalah kependudukan khususnya

pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Semarang sudah dilakukan ?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah ada hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan sosialisai masalah

pengendalian pertumbuhan penduduk ?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah menurut Bapak/Ibu sosialisasi mengenai pengendalian

pertumbuhan penduduk perlu dilakukan ?

a. Ya

b. Tidak

8. Menurut Bapak/Ibu apakah pola pikir masyarakat yaitu “banyak anak

banyak rejeki” masih memepengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk ?

a. Ya

b. Tidak

Page 116: Bersatu (autosaved)

9. Apakah perlu dilakukan pembaruan peraturan khususnya mengenai

masalah pengendalian pertumbuhan penduduk ?

a. Ya

b. Tidak

10. Bagaimana seharusnya sikap pemerintah dalam mengatasi masalah

pertumbuhan penduduk saat ini di Kota Semarang ?

Jawaban : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .