Jurnal Kepala Sekolah

8
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013 1 PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK MELALUI PENDEKATAN SELF SUPERVISION BAGI GURU DI SMA NEGERI 3 PAREPARE Oleh : Drs. E r m i n (Kepala SMA Negeri 3 Parepare) ABSTRAK Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah sebagai supervisor. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pegagogik bagi guru melalui pendekatan Self Supervision di SMA Negeri 3 Parepare. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober dan November 2013. Pendekatan penelitian mengacu pada sistem siklik, yaitu penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan mengacu empat tahapan tindakan, yaitu; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi, yang pelaksanaannya selama dua siklus. Subyek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri 3 Parepare yang teridentifikasi memerlukan tindakan dengan pendekatan Self Supervision yang berjumlah 10 orang dari 50 tenaga pendidik. Teknik yang digunakan untuk memilih subyek penelitian adalah dengan purposive random sampling tehnigue. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Self Supervision meningkatkan kepercayaan diri bagi guru dalam melaksanakan tugas yang diberikan, walaupun masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 % penerapan kompetensi pedagogik di dalam proses pembelajaran pada siklus I, namun demikian pada siklus II sudah mengalami perubahan dimana rata- rata guru lebih membuka diri dalam menerima kekurangan yang dimiliki sehingga memberikan peluang untuk melakukan pendekatan Self Supervision pada Siklus II, dimana prosentase peningkatan 20 % dengan hasil penilaian sebesar 92 %. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan pendekatan Self Supervision selama dua siklus secara berkesinambungan dapat meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun pelajaran 2013/2014. Kata kunci : kompetensi pedagogik, self supervision

description

jurnal ini digunakan untuk kenaikan pangkat dari IV.a ke IV.b, sebagai salah satu persyaratan administrasi guru

Transcript of Jurnal Kepala Sekolah

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    1

    PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK MELALUI PENDEKATAN

    SELF SUPERVISION BAGI GURU DI SMA NEGERI 3 PAREPARE

    Oleh :

    Drs. E r m i n

    (Kepala SMA Negeri 3 Parepare)

    ABSTRAK

    Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi

    guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk

    meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah sebagai supervisor.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pegagogik bagi guru melalui pendekatan Self Supervision di SMA

    Negeri 3 Parepare. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini

    dilaksanakan pada Oktober dan November 2013. Pendekatan penelitian mengacu pada sistem siklik, yaitu penelitian tindakan

    sekolah (PTS) dengan mengacu empat tahapan tindakan, yaitu; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi,

    yang pelaksanaannya selama dua siklus. Subyek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri 3 Parepare yang teridentifikasi

    memerlukan tindakan dengan pendekatan Self Supervision yang berjumlah 10 orang dari 50 tenaga pendidik. Teknik yang

    digunakan untuk memilih subyek penelitian adalah dengan purposive random sampling tehnigue.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Self Supervision meningkatkan kepercayaan diri bagi guru dalam

    melaksanakan tugas yang diberikan, walaupun masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 % penerapan kompetensi

    pedagogik di dalam proses pembelajaran pada siklus I, namun demikian pada siklus II sudah mengalami perubahan dimana rata-

    rata guru lebih membuka diri dalam menerima kekurangan yang dimiliki sehingga memberikan peluang untuk melakukan

    pendekatan Self Supervision pada Siklus II, dimana prosentase peningkatan 20 % dengan hasil penilaian sebesar 92 %.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan pendekatan Self Supervision selama

    dua siklus secara berkesinambungan dapat meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun

    pelajaran 2013/2014.

    Kata kunci : kompetensi pedagogik, self supervision

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    2

    1. Pendahuluan

    Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19

    Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang

    didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael

    G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Hisyam (2000) mengemukakan bahwa educational change depends on what teachers do and think. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

    Guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam

    pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul

    dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan

    berkepribadian.

    Namun demikian menurut Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di

    Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini

    menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang

    memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

    Menurut Moqvist (2003 kompetensi adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang

    berkaitan dengan lingkungan pekerjaan, baik sebagai individu maupun sebagai pekerja. Dengan kata lain

    bahwa kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam

    suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.

    Dan agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan

    dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

    Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis

    kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005

    tentang Str Nasional Pendidikan. Dan salah satu kompetensi yang menjadi fokus bahasan dalam tulisan

    ini adalah kompetensi pedagogik.

    Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 yang mendeskripsikan bahwa Kompetensi

    pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman

    wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan

    kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

    dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimilikinya.

    Sehubungan dengan hal di atas yang merupakan kondisi ideal yang seyogyanya menjadi acuan bagi

    setiap guru dalam mengembangkan kompetensinya, namun kondisi nyata yang muncul dipermukaan tentu

    sangat berbeda dari kondisi ideal, yakni 80 % guru sudah memiliki kompetensi pedagogik sesuai dengan

    acuan 7 indikator yang dipersyaratkan, namun 20 % dikategorikan masih belum maksimal.

    Dari 20 % tenaga pendidik tersebut menjadi tanggungjawab penulis selaku kepala sekolah untuk

    melakukan pendekatan agar dapat menstimulus tenaga pendidk memiliki kompetensi dalam hal ini

    kompetensi pedagogik yang maksimal, maka upaya yang dilakukan penulis adalah dengan menerapkan

    pendekatan Self Supervision. Tujuan pendekatan tersebut adalah memberikan ruang bagi guru agar secara

    bebas tanpa tekanan untuk melakukan evaluasi terhadap tanggungjawabnya baik sebagai individu maupun

    sebagai tenaga pendidik yang bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran.

    Menurut Exforsys (2010) self supervision atau supervisi diri merupakan kemampuan seorang guru

    untuk memahami kemampuan diri, mengatur diri dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka

    beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan kerjanya, sehingga pada gilirannya dia

    dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif.

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    3

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan Kompetensi Pedagogik melalui Pendekatan Self Supervision bagi Guru di SMA Negeri 3

    Parepare ? Dan tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan Kompetensi Pedagogik melalui Pendekatan Self

    Supervision bagi Guru di SMA Negeri 3 Parepare

    2. Kajian Pustaka

    a. Hakikat Kompetensi

    Kompetensi adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam

    melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan pekerjaan yang diembankan kepadanya.

    Kompetensi adalah suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh seseorang untuk melaksanakan segala

    aktifitas baik untuk memperoleh kelayakan hidup maupun untuk memperoleh pengakuan dari atasannya.

    Kompetensi yang ideal adalah kompetensi yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bagi seorang yang

    berada baik dalam lingkungan formal maupun non formal. Kompetensi yang difokuskan dalam tulisan ini

    adalah kompetensi yang wajib dimiliki bagi seorang guru untuk menjalankan kewajibannya sebagai

    tenaga pendidik pada satuan pendidikan tertentu.

    Menurut Moqvist (2003 kompetensi adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang

    berkaitan dengan lingkungan pekerjaan, baik sebagai individu maupun sebagai pekerja. Sedangkan

    menurut Holmes (1992) kompetensi adalah kemampuan yang harus ditunjukkan di lingkungan kerja

    dalam bentuk prilaku dan hasil kerja.

    Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan

    gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa

    kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Dan agar dapat

    melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan dalam bentuk

    pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

    Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai

    sebagai gambaran tentang apa yang sebaiknya mampu dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan

    pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.

    b. Kompetensi Pedagogik

    Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru.

    Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta

    didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi

    lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.

    Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus

    dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang

    didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang

    bersangkutan.

    Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru Buku 2 (Kemdiknas, 2010 : 44-50)

    mendeskripsikan 7 (tujuh) aspek yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan

    ketujuh aspek kompetensi tersebut sebagai berikut:

    1) Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait

    dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya;

    2) Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik

    secara kreatif sesuai dengan str kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode

    pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk

    belajar;

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    4

    3) Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru

    mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

    peserta didik;

    4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran

    yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan

    berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika

    relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan

    pembelajaran;

    5) Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program

    embelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan

    kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka;

    6) Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon

    yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik;

    7) Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan

    menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan

    pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa 7 (tujuah) acuan penilaian kompetensi

    pedagogik merupakan kewajiban bagi setiap guru untuk memperoleh penilaian kinerja.

    c. Pengertian Self Supervision

    Supervisi merupakan kegiatan kepengawasan oleh kepala sekolah terhadap guru dalam upaya

    membantu meningkatkan profesionalisme guru. Dan untuk tujuan tersebut yang merupakan

    tanggungjawab penulis selaku kepala sekolah pada satuan pendidikan yang notabene masih seumur

    jagung diberi amanah oleh pemerintah dalam mengelola pendidikan di SMA Negeri 3 Parepare.

    Mengacu pada kondisi dimana penulis selaku kepala sekolah pada satuan pendidikan yang memiliki

    tenaga pendidik yang rata-rata berpangkat pembina, maka kurang ideal bila supervisi yang dilakukan

    sifatnya monoton, olehnya itu salah satu bentuk pendekatan supervisi yang sesuai dengan kondisi dimana

    penulis diberi amanah mengemban tanggung jawab dengan memilih Self Supervision sebagai tindakan

    membantu guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya.

    Istilah Self Supervision (Supervisi Diri) menurut Sudrajat (2013) yaitu salah satu model supervisi

    yang memungkinkan pihak yang disupervisi (supervisee) memiliki independensi dalam bekerja, dapat

    mengelola diri dan bertanggung atas pertumbuhan profesionalismenya sendiri.

    Menurut Exforsys (2010) bahwa Self Supervision diartikan sebagai kemampuan seorang guru

    untuk memahami kemampuan diri, mengatur diri dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka

    beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan kerjanya, sehingga pada gilirannya dia

    dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif, khususnya dalam konteks pengembangan profesi guru.

    Disamping itu Sudrajat (2013) menyatakan bahwa Self Supervision dapat memandu guru dalam

    mengelola berbagai kegiatan pembelajaran. Ada 4 (empat) hal, yang dapat dilakukan guru dalam proses

    Self Supervision, yaitu; a) Guru dapat melakukan tugas tanpa terus-menerus harus diingatkan oleh kepala

    sekolah; b) Guru membuat program dan rencana pembelajaran tertulis secara benar dan tepat; c) Guru

    mampu mencurahkan segenap pikirannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan tanpa gagal

    dan tepat waktu; d) Guru membuat laporan hasil belajar siswa yang telah diselesaikannya secara tertulis.

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    5

    Exforsys (2010) menekankan bahwa Self Supervision memiliki dua aspek penting yaitu; (1)

    observasi diri (self-observation) dan (2) penilaian diri (self-assessment). Observasi diri yaitu senantiasa

    memperhatikan dan waspada atas apa yang lakukan saat ini, di dalamnya mencakup pikiran, perasaan

    dan tindakan sebagai guru. Sedangkan penilaian diri adalah mengevaluasi kinerja sendiri, mengukur

    proses dan hasil kegiatan dan tugas-tugas yang dilakukan, termasuk di dalamnya mempertanyakan

    kembali dampak dan efektivitas dari supervisi diri yang sedang dikembangkannya.

    Self Supervision bukan berarti menjadikan diri kita sebagai Guru yang dapat bertindak semena-

    mena atas diri sendiri (apalagi terhadap orang lain), terkait dengan pekerjaan, tetapi lebih mengarah dan

    menekankan pada pembentukan kesadaran dan tanggung jawab atas tugas-tugas keseharian sebagai guru

    pada satuan pendidikan.

    Exforsys (2010) menambahkan bahwa terdapat tiga kemungkinan hasil supervisi diri, yaitu: (1)

    hasil yang obyektif, menggambarkan keadaan dan ukuran nyata; (2) hasil yang under-estimate,

    menggambarkan keadaan dan ukuran di bawah kondisi nyata, dan (3) hasil yang over-estimate,

    menggambarkan keadaan dan ukuran di atas kondisi nyata. Tentu, yang terbaik adalah supervisi yang

    dapat menggambarkan keadaan dan ukuran nyata dan sedapat mungkin menghindari terjadinya under-

    estimate atau over-estimate.

    Exforsys dalam Sudrajat (2013) mengungkapkan 4 (empat) teknik yang dapat digunakan dalam

    melakukan Self Supervision, yaitu; (1) Mengkondisikan pikiran secara tepat dan memadai; (2) Membuat

    Checklist Keterampilan; (3) Membuat daftar tugas (to do list); dan (4) Teknik Bercermin (mirroring

    technique).

    Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Self Supervision

    merupakan pendekatan supervisi yang dapat digunakan pada satuan pendidikan dimana kondisi guru-guru

    sudah memiliki kedewasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya

    sebagai tenaga pendidik.

    3. Metode Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober dan November 2013. Pendekatan penelitian mengacu pada

    sistem siklik, yaitu penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan mengacu empat tahapan tindakan, yaitu; (1)

    perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Subyek penelitian adalah guru-guru SMA

    Negeri 3 Parepare yang teridentifikasi memerlukan tindakan dengan pendekatan Self Supervision yang

    berjumlah 10 orang dari 50 tenaga pendidik di sekolah tersebut. Teknik yang digunakan untuk memilih

    subyek penelitian adalah dengan purposive random sampling tehnigue. Pemaparan hasil penelitian

    merujuk pada pendekatan penelitian tindakan dengan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif.

    Tindakan perencanaan dilakukan dengan cara; 1) mengidentifikasi kompetensi pedagogik bagi guru

    SMA Negeri 3 Parepare, 2) menyiapkan instrumen lembar penilaian kinerja guru, 3) menyiapkan

    instrumen penilaian kompetensi pedagogik, dan 4) membuat check list pelaksanaan pembelajaran.

    Kemudian pelaksanaan tindakan kepada 10 subyek penelitian dengan memberikan tindakan Self

    Supervision baik pada siklus I maupun pada siklus II, selanjutnya tindakan pengamatan dilakukan setelah

    memberian tindakan Self Supervision untuk mengetahui efektifitas tindakan yang diberikan, dan pada

    tindakan refleksi dengan melakukan evaluasi dari tindakan dengan pendekatan Self Supervision kepada

    subyek penelitian.

    Pelaksanaan penelitian selama dua siklus, siklus I dilaksanakan pada bulan Oktober dan siklus II

    pada bulan November. Perolehan data penelitian melalui instrumen lembar observasi dan Check List.

    Instrumen lembar observasi yang digunakan dalam penilaian peningkatan kompetensi pedagogik bagi

    subyek penelitian disajikan sebagai berikut;

    No. Aspek Kompetensi Skor

    1. Menguasai karakteristik peserta didik

    2. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    6

    3. Pengembangan kurikulum/silabus

    4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

    5. Pengembangan potensi peserta didik

    6. Komunikasi dengan peserta didik

    7. Penilaian dan Evaluasi

    Jumlah Skor

    Prosentase (%)

    Skor Penilaian :

    a. Skor 1 = Sangat Kurang c. Skor 3 = Cukup e. Skor 5 = Baik Sekali

    b. Skor 2 = Kurang d. Skor 4 = Baik

    Kriteria Penilaian :

    a. 90 100 = Sangat Baik c. 71 79 = Cukup e. 40 - 60 = Sangat Kurang b. 81 89 = Baik d. 61 70 = Kurang

    4. Hasil dan Pembahasan

    Pelaksanaan tindakan dengan Self Supervision dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi

    pedagogik bagi subyek penelitian pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan 16 % bila dibandingkan

    dengan hasil identifikasi sebelum pelaksanaan tindakan dengan Self Supervision sebesar 55 %. Hasil

    tindakan dengan Self Supervision pada siklus I mendorong guru dapat melakukan tugas sesuai fungsinya

    tanpa diberi peringatan atau tanpa ditegur untuk melakukan tugas diberikan, demikian juga dalam

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran adanya perubahan yang pada pra tindakan, rata-rata guru

    SMA Negeri 3 Parepare menyatakan ada di laptop dan belum di printout namun setelah diberikan

    tindakan maka diperoleh data bahwa 70 % dari 10 guru telah melakukan fungsinya sebagai tenaga

    pendidik, walaupun masih belum sempurna, dan juga guru telah mampu mengerjakan tugas-tugas yang

    diberikan tepat waktu, serta guru telah membuat laporan hasil belajar pada setiap pelaksanaan ulangan

    harian dalam bentuk analisis ulangan harian.

    Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa 70 % telah mampu mengimplementasikan kompetensi

    pedagogik setelah diberikan tindakan dengan pendekatan Self Supervision. Hasil tindakan tersebut

    menunjukkan peningkatan terhadap kepercayaan diri guru dalam melaksanakan tugas yang diberikan,

    walaupun masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 % penerapan kompetensi pedagogik di dalam

    proses pembelajaran pada siklus I.

    Perolehan hasil penilaian kompetensi pedagogik dengan mengacu pada 7 (tujuh) indikator pada

    siklus I menunjukkan bahwa rata-rata 76 % guru menguasai karakteristik peserta didik, rata-rata 72 %

    guru menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, rata-rata 68 % guru dapat

    mengembangkan silabus untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, rata-rata 72 % guru

    melaksanakan pembelajaran yang mendidik, rata-rata 68 % guru dapat mengembangkan potensi peserta

    didik pada saat pelaksanaan pembelajaran, rata-rata 76 % guru dapat melakukan komunikasi dengan

    peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas, dan rata-rata 68 % guru dapat melakukan penilaian dan

    evaluasi setelah melaksanakan pembelajaran yang dibuktikan dengan analisis hasil ulangan harian.

    Berdasarkan hasil penilaian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik

    guru meningkat setelah diberikan tindakan dengan pendekatan Self Supervision sehingga guru lebih

    percaya diri terhadap kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga

    pendidik, walaupun rata-rata penilaian masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 %.

    Tindakan pada siklus II merupakan hasil refleksi pada siklus I, dan hasil tindakan pada siklus II

    dengan pendekatan Self Supervision menstimulus guru untuk lebih percaya diri dalam melakukan tugas

    dan tanggung jawabnya tanpa harus diperingatkan lagi oleh peneliti selaku kepala sekolah, dan dengan

    pendekatan tersebut juga mendorong guru dapat membuat program dan rencana pelaksanaan

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    7

    pembelajaran secara tertulis dan telah di printout, demikian juga guru telah mampu mencurahkan segenap

    pikirannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan tanpa gagal dan tepat waktu, serta guru dapat

    menyusun analisis hasil belajar peserta didik yang telah diselesaikannya secara tertulis.

    Berdasarkan deskripsi hasil tindakan melalui pendekatan Self Supervision pada siklus II

    menunjukkan peningkatan 20 % bila dibandingkan dengan hasilnya pada siklus I, hal tersebut tergambar

    pada hasil penilaian kompetensi pedagogik yang menunjukkan rata-rata 96 % guru sudah menguasai

    karakteristik peserta didik, rata-rata 84 % guru telah menerapkan model pembelajaran sesuai dengan

    materi ajar yang disajikan di kelas, rata-rata 96 % guru telah menjabarkan silabus yang mereka buat

    dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP, rata-rata 92 % guru telah melaksanakan

    pembelajaran yang menyenangkan peserta didik, rata-rata 92 % guru telah mengembangkan potensi

    peserta didik melalui kegiatan mandiri yang diberikan oleh masing-masing guru, rata-rata 90% guru melakukan komunikasi interaktif dengan peserta didik, dan rata-rata 92 % guru telah melakukan penilaian

    dan evaluasi setiap kompetensi dasar yang disajikan kepada peserta didik.

    Mengacu pada deskripsi hasil penilaian dari 7 (tujuh) aspek kompetensi pedagogik bagi guru SMA

    Negeri 3 Parepare di atas maka dapat dikatakan bahwa pendekatan Self Supervision dengan memberikan

    kepercayaan kepada guru dan stimulasi yang tidak monoton mendorong guru melakukan tugas dan

    fungsinya baik sebagai tenaga pendidik maupun dalam melaksanakan tugas tambahan yang diembankan

    kepada mereka. Hal tersebut mengacu pada hasil penilaian kompetensi pedagogik yang dikategorikan

    Sangat Baik dengan perolehan rata-rata penilaian sebesar 92 %. Dengan perolehan hasil penilaian tersebut

    menunjukkan bahwa rata-rata guru telah membuka diri terhadap kekurangan yang dimiliki dan berjanji

    untuk melakukan perbaikan demi untuk peningkatan kompetensi pedagogik masing-masing guru.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan pendekatan

    Self Supervision baik pada siklus I maupun pada siklus II dapat meningkatkan Kompetensi Pedagogik

    Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun pelajaran 2013/2014.

    5. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kompetensi

    Pedagogik Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkat setelah

    diberikan tindakan dengan pendekatan Self Supervision selama dua siklus secara berkesinambungan.

    Daftar Pustaka

    Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga

    Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

    Dilworth, Mary E. & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform Agenda. ERIC

    Digest. 1995. (diakses 29 November 2013 ).

    Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Jakarta.

    bermutuprofesi.org.

    Moqvist, Louise. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image

    among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of

    Humans, Technology and Organisation, Linkping University.

    Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

    Sudrajat, Akhmad. 2013. Peran Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kompetensi Guru. Kuningan :

    FKIP-UNIKU.

    Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium

    III. Yogyakarta : Adi Cita.

  • Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013

    8

    Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

    http://www.exforsys.com/career-center/self-supervision/self-supervision-introduction.html, (diakses 10

    November 2013).