Jurnal I.docx

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007). Dalam KTSP, proses pembelajaran yang terjadi adalah berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka guru bertindak sebagai fasilitator terhadap permasalahan yang dipecahkan oleh siswa. Ketercapaian kompetensi dasar dalam KTSP adalah sangat penting karena merupakan parameter untuk mengetahui keberhasilan metode pembelajaran yang digunakan untuk mengajar siswa. Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan, maka kunci kesuksesan dalam belajar fisika adalah kemampuan memakai tiga hal pokok fisika yaitu konsep, hukum-hukum atau asas-asas, dan teori-teori (Budikase, 1995). Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal fisika di sekolah. Hal 1

Transcript of Jurnal I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007). Dalam KTSP,

proses pembelajaran yang terjadi adalah berpusat pada siswa (Student Centered

Learning). Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka guru

bertindak sebagai fasilitator terhadap permasalahan yang dipecahkan oleh siswa.

Ketercapaian kompetensi dasar dalam KTSP adalah sangat penting karena

merupakan parameter untuk mengetahui keberhasilan metode pembelajaran yang

digunakan untuk mengajar siswa.

Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada

penghafalan, maka kunci kesuksesan dalam belajar fisika adalah kemampuan

memakai tiga hal pokok fisika yaitu konsep, hukum-hukum atau asas-asas, dan teori-

teori (Budikase, 1995). Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman

konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya

dengan penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik

permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan

fisika dalam bentuk soal-soal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa

pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep

bahkan aplikasi konsep tersebut (Piping, 2005).

Berdasarkan pada hasil wawancara yang telah dilakukan, selama ini pelaksanaan

pembelajaran masih jarang menggunakan media, alat peraga, dan masih jarang

dilakukan praktikum, serta berpusat pada guru. Selain itu, metode pembelajaran yang

selama ini dilaksanakan masih berpusat pada guru sehingga siswa tidak aktif. Metode

pembelajaran seperti ini masih perlu dilakukan perbaikan agar siswa dapat secara

aktif ikut ambil bagian dari setiap proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Pada

dasarnya, pembelajaran yang berorientasi pada KTSP adalah pembelajaran yang

berpusat pada siswa (Student Centered Learning) bukan berpusat pada guru saja

(Teacher Centered Learning), seperti yang selama ini dilakukan.

1

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah umum dalam penelitian tersebut

adalah “Adakah peningkatan hasil belajar dengan menerapkan pembelajaran Problem

Based Instruction berbantuan alat peraga pada materi Cahaya di SMP Negeri 1

Demak?”.

Secara khusus masalah penelitian tersebut dirumuskan ke dalam sub-sub masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum diajarkan dengan penerapan pembelajaran

Problem Based Instruction berbantuan alat peraga pada materi Cahaya di SMP

Negeri 1 Demak?

2. Bagaimana hasil belajar siswa sesudah diajarkan dengan penerapan pembelajaran

Problem Based Instruction berbantuan alat peraga pada materi Cahaya di SMP

Negeri 1 Demak?

3. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Demak selama

diterapkan pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga pada

materi Cahaya?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui adakah peningkatan

hasil belajar dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction

berbantuan alat peraga pada materi Cahaya di SMP Negeri 1 Demak.

Secara khusus tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendapatkan informasi

tentang:

1. Hasil belajar siswa sebelum diajarkan dengan penerapan pembelajaran Problem

Based Instruction berbantuan alat peraga pada materi Cahaya di SMP Negeri 1

Demak.

2. Hasil belajar siswa sesudah diajarkan dengan penerapan pembelajaran Problem

Based Instruction berbantuan alat peraga pada materi Cahaya di SMP Negeri 1

Demak.

2

3. Aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Demak selama diterapkan

pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga pada materi

Cahaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan wawasan keilmuan terutama

ilmu pendidikan fisika khususnya pada materi “Cahaya”, dan dapat menjadi

bahan bacaan dan referensi mahasiswa/ i untuk melakukan kegiatan penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang pendekatan

pembelajaran Problem Based Instruction.

b. Bagi guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam menggunakan

pembelajaran Problem Based Instruction supaya dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang dikehendaki.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi variabel dan definisi operasional, sebagai

berikut:

1. Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu

obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981).

Kerlinger (1973) variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil

dari suatu nilai yang berbeda (different values). Sedangkan menurut Sugiyono

3

(2012: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel Bebas

Menurut Haryono (2005: 207) variabel bebas adalah kondisi-kondisi atau

karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka

untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Fungsi

variabel ini sering disebut variabel pengaruh sebab berfungsi mempengaruhi

variabel lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 61) variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Based Instruction

berbantuan alat peraga pada materi Cahaya.

b. Variabel Terikat

Nawawi (2007: 61) menyatakan bahwa variabel terikat adalah sejumlah

gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau

ditentukan oleh adanya variabel bebas. Menurut Sugiyono (2012: 61) variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diajarkan dengan penerapan

pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga pada

materi Cahaya di SMP Negeri 1 Demak.

2. Aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Demak selama

diterapkan pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat

peraga pada materi Cahaya.

c. Variabel Kontrol

Nawawi (2007:61) mengemukakan bahwa variabel kontrol adalah

sejumlah gejala, faktor atau unsur yang dengan sengaja dikendalikan, agar

4

tidak mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan menurut

Sugiyono (2012: 64) variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau

dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen

tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :

1. Jumlah jam pelajaran

Jumlah jam pelajaran adalah sama, baik dikelas kontrol maupun kelas

eksperimen.

2. Guru yang mengajar

Guru yang mengajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah guru

yang sama yaitu peneliti.

3. Materi pelajaran

Materi yang diajarkan di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah

materi yang sama yaitu Cahaya.

2. Definisi Operasional

Menurut Marzuki, definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas

sifat-sifat yang dapat diamati. Untuk menghindari perbedaan penafsiran pada

istilah-istilah yang terdapat di dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-

batasan dari istilah tersebut. Adapun istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:

a. Penerapan

Penerapan adalah pelaksanaan. Penerapan yang dimaksud dalam

penelitian tersebut adalah pelaksanaan pendekatan pembelajaran Problem

Based Instruction pada materi Cahaya untuk dilihat pengaruhnya terhadap

hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Demak.

b. Pembelajaran Problem Based Instruction

Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang

diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus

menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.

5

Di dalam penelitian tersebut pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

pembelajaran Problem Based Instruction.

Yang dimaksud dengan pembelajaran Problem Based Instruction

dalam penelitian tersebut adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata,

mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk

mengambil satu keputusan pemecahan masalahnya yang kemudian akan

dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja (Afcariono, 2008). Pembelajaran

Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang berpusat pada

siswa, sehingga siswa dituntut untuk aktif melakukan eksperimen dan guru

hanya sebagai fasilitator terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Pembelajaran Problem Based Instruction adalah pembelajaran yang

mengacu pada KTSP, sehingga diharapkan kompetensi dasar dari masing-

masing siswa dapat tercapai melalui kegiatan pembelajaran Problem Based

Instruction ini.

c. Alat Peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga

dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih

efektif dan efisien. (Sudjana, 2002: 59 ).

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat

bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar

mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,

metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang

tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau

tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan.

Dalam pencapaian tersebut, peranan alat peraga memegang peranan yang

penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat

dipahami oleh siswa.

Alat peraga yang digunakan yaitu peralatan dari lab, media lukisan

pembentukan bayangan pada cermin datar, cekung, dan cembung, serta lensa

cekung dan cembung. Alat yang digunakan pada penyelidikan berupa sumber

6

cahaya, cermin, lensa, dan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar yang

berhubungan dengan materi cahaya. Penggunaan media berupa powerpoint

presentasion dan macromedia flash.

d. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai

materi pelajaran sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes yang

mengenai sejumlah materi pelajaran. Yang dimaksud hasil belajar siswa

dalam penelitian tersebut adalah tingkat penguasaan siswa yang diperoleh

dari mengerjakan soal-soal tes penelitian yang diberikan sebelum dan sesudah

mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Problem Based Instruction

pada materi Cahaya.

e. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah kegiatan

belajar yang dilakukan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran

menggunakan pembelajaran Problem Based Instruction.

f. Respon Siswa

Respon siswa dalam penelitian tersebut adalah tanggapan atau jawaban

siswa terhadap sejumlah pertanyaan-pertanyaan berupa tes objektif berbentuk

pilihan ganda setelah mengikuti pembelajaran Problem Based Instruction

pada materi Cahaya. Tes objektif tersebut terdiri dari empat pilihhan jawaban.

Tes ini digunakan untuk mengukur ranah kognitif dari tiap siswa, baik pada

kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

g. Pengaruh

Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah tingkat

pencapaian hasil belajar siswa terhadap sesuatu yang telah dilaksanakan.

Pengaruh dapat diketahui dengan rata–rata hasil belajar, ketuntasan hasil

belajar dan aktivitas siswa. Jika hasil belajar lebih baik dari kelas kontrol,

ketuntasan hasil belajar tuntas secara individual dan klasikal dan aktivitas

siswa aktif.

7

h. Materi Cahaya

Materi Cahaya dalam penelitian tersebut adalah materi yang diajarkan

kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Demak.

F. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2010: 71) mengatakan hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui

data yang terkumpul. Menurut Sugiyono (2012: 96) hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Hipotesis dalam penelitiann tersebut adalah adanya peningkatan hasil belajar

siswa setelah diterapkannya pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan

alat peraga pada materi Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 1 Demak.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Fisika

Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 68) menyebutkan bahwa sebagian besar

perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Moh. Surya

(1997: 46) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai

hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya”. Menurut Djamarah, Syaiful Bahri “belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif dan psikomotor”. Sedangkan menurut Gage & Berliner “belajar

adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”. Hal ini

berarti bahwa seseorang yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan

tingkah laku baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun aspek sikapnya.

Perubahan ini misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, ragu menjadi yakin dan

seterusnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling

bertukar informasi. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip

dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga

dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan

hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan

pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

9

Ilmu yang mempelajari gejala alam disebut sains. Sains berasal dari bahasa Latin

yang berarti “mengetahui”. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya

adalah fisika. Menurut Sears dan Zemansky (2002: 1) fisika adalah ilmu

eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha menemukan pola

dan prinsip yang menghubungkan fenomena-fenomena ini. Pola ini disebut teori

fisika atau hukum atau prinsip fisika. Menurut Marcelo Alonso dan Edward J. Finn

fisika adalah suatu ilmu yang tujuannya  mempelajari komponen materi dan saling

antar-aksinya. Dengan menggunakan pengertian antaraksi ini ilmuan menerangkan

sifat materi dalam benda, sebagaimana gejala alam lain yang kita amati. Sedangkan

menurut Freedman, mengungkapkan definisi fisika diantaranya:

1. Fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar dari ilmu pengetahuan.

2. Fisika merupakan dasar dari semua ilmu rekayasa dan teknologi.

3. Fisika adalah ilmu eksperimental.

4. Fisika adalah proses yang membawah kita pada prinsip – prinsip umum yang

mendeskripsikan bagaimana perilaku dunia fisik.

5. Fisika adalah ilmu percobaan

Di dalam Marthen Kanginan (2007: 2) fisika mempelajari gejala-gejala alam

seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi, listrik, dan magnet. Semua gejala tersebut adalah

bentuk dari energi. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa fisika adalah ilmu yang

terutama mempelajari hubungan antara materi dan energi. Fisika diawali dengan

mengamati alam, tetapi hanya duduk di kursi saja dan menyaksikan gejala alam

tidaklah cukup. Pengamatan gejala alam haruslah disertai dengan data kuantitatif

yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, baik

dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor dalam bidang fisika.

10

B. Pembelajaran Problem Based Instruction

1. Pengertian Pembelajaran Problem Based Instruction

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-

teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar Roestiyah N. K (2012:

1). Agar proses belajar mengajar dapat menciptakan suasana yang dapat

menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang secara dinamis kearah

positif, maka diperlukan pemilihan metode yang tepat, berbagai metode yang

dapat digunakan dalam pengajaran IPA Fisika salah satu metode yang sesuai

adalah pendekatan Problem Based Instruction.

Pembelajaran Problem Based Instruction merupakan suatu pendekatan

dalam pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu

peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah

ditentukan sendiri untuk mengambil satu keputusan pemecahan masalahnya yang

kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja (Afcariono, 2008).

Pembelajaran Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang

berpusat pada siswa, sehingga siswa dituntut untuk aktif melakukan eksperimen

dan guru hanya sebagai fasilitator terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Pembelajaran Problem Based Instruction adalah pembelajaran yang mengacu

pada KTSP, sehingga diharapkan kompetensi dasar dari masing-masing siswa

dapat tercapai melalui kegiatan pembelajaran Problem Based Instruction ini.

Problem Based Instruction atau pengajaran berdasarkan masalah adalah

cara pembelajaran dimana pembelajaran itu dapat mendorong pemahaman lebih

dalam dari materi daripada ulasan dangkal, dan juga orientasi masalah

pembelajaran dimana siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan ketika belajar,

namun juga pengalaman bagaimana mereka menggunakan pengetahuan mereka

untuk menyelesaiakan masalah (Bilgin, 2009).

2. Langkah – Langkah Pembelajaran Problem Based Instruction

Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai

dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri

dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut

dijelaskan berdasarkan langkah-langkah seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.

11

Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah (Ibrahim dalam Trianto, 2007)

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelasakan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demonstrasi atau

cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi

siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

yang dipilih.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

Tahap-4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model serta membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses-proses yang mereka

gunakan.

3. Kelebihan Pembelajaran Problem Based Instruction

Teknik Pembelajaran Problem Based Instruction sering kali digunakan

karena memiliki kelebihan yaiu:

a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-

benar diserapnya dengan baik.

b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.

12

c. Siswa berperan aktif dalam KBM.

d. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi.

e. Menjadikan siswa lebih mandiri.

f. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima

pendapat orang lain.

g. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan

pendapat.

C. Materi Cahaya

1. Pengertian Cahaya

Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dalam kondisi

tertentu dapat berkelakuan seperti suatu partikel. Sebagai sebuah gelombang

cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan, serta mengalami polarisasi dan

interferensi.

2. Pemantulan Cahaya

Karena merupakan paket gelombang, cahaya dapat dipantulkan. Jika

mengenai suatu permukaan benda, cahaya akan dipantulkan. Besar pantulan

cahaya bergantung pada jenis permukaan benda. Cermin merupakan benda yang

paling baik dalam pemantulan cahaya. Ada dua macam pemantulan cahaya,

yaitu:

a. Pemantulan teratur

Berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan bidang yang halus dan

rata, akan dipantulkan sejajar. Hal ini mengakibatkan banyaknya sinar pantul

yang masuk ke mata pengamat. Peristiwa ini disebut pemantulan teratur.

13

b. Pemantulan baur

Berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan bidang yang kasar atau

tidak rata, akan dipantulkan ke segala arah. Hal ini mengakibatkan banyaknya

sinar pantul yang tidak masuk ke mata pengamat. Peristiwa ini disebut

pemantulan baur (difus).

Benda yang terlihat oleh mata ada dua macam, yaitu sumber cahaya dan

benda gelap. Sumber cahaya memancarkan berkas cahaya yang masuk ke

mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Contoh sumber cahaya: lilin,

lampu, matahari, bintang, dan lain-lain.

Benda gelap akan terlihat oleh mata jika berkas cahaya yang dipantulkan

oleh benda tersebut masuk ke mata. Benda gelap ada 3 macam: benda bening,

benda tembus cahaya, benda tak tembus cahaya.

3. Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya (refraksi) adalah peristiwa pembelokan berkas cahaya

yang merambat dari suatu medium ke medium yang lainnya yang berbeda

kerapatan optiknya.

“Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang dan

ketiganya berpotongan pada satu titik”. Pernyataan tersebut dikenal dengan

dengan Hukum I Snellius

“Sinar datang dari medium renggang, menuju ke medium rapat dibiaskan

mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium rapat menuju ke

medium renggang dibiaskan menjauhi garis normal”. Pernyataan ini disebut

dengan Hukum II Snellius

Cahaya yang merambat dari suatu medium ke medium lain akan mengalami

perubahan kecepatan. Perbandingan antara indeks bias mutlak medium tujuan

dan indeks bias mutlak medium asal disebut indeks bias relatif. Pada saat cahaya

merambat dari udara ke medium lain, panjang gelombang cahaya berubah, tetapi

14

frekuensinya tetap. Sudut bias adalah sudut antara sinar bias dengan garis normal.

Sedangkan sudut datang adalah sudut antara sinar datang dan garis normal.

4. Pembentukan Bayangan Cermin Datar

Cermin datar merupakan benda mengkilap yang dapat memantulkan hampir

semua cahaya yang mengenainya secara teratur. Sifat-sifat bayangan yang terjadi

pada cermin datar:

a. Maya, karena bayangan benda tidak dapat ditangkap layar

b. Tegak, karena posisi bayangan sama dengan posisi benda

c. Sama besar, karena bayangan sama besar dengan benda

d. Bersebelahan, karena letak bayangan selalu berlawanan dengan letak benda

e. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin

5. Pembentukan Bayangan Cermin Dan Lensa Cekung

Cermin cekung mempunyai permukaan bagian dalam yang mengkilap

sehingga dapat memantulkan hampir semua cahaya yang mengenainya. Berkas

sinar datang dengan sumbu utama dipantukan mengumpul menuju ke titik fokus.

Lensa cekung bersifat divergen, yaitu menyebarkan berkas cahaya yang

dibiaskan. Pembentukan bayangan oleh lensa cekung. Sifat sifat bayangan yang

dibentuk oleh lensa cekung selalu tegak, selalu maya, didepan lensa, selalu

diperkecil.

6. Pembentukan Bayangan Cermin Dan Lensa Cembung

Cermin cembung mempunyai permukaan luar yang mengkilap sehingga dapat

memantulkan hampir seluruh cahaya yang mengenainya. Sinar yang datang

menuju cermin cembung dipantulkan dengan sudut yang besarnya sama dengan

sudut datang.

Lensa cembung bersifat konvergen, yaitu: mengumpulkan berkas cahaya

yang dibiaskan. Pembentukan bayangan oleh lensa cembung memiliki sifat

bayangan terbalik, nyata, dibelakang lensa, diperbesar.

15

D. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai materi

pelajaran sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes yang mengenai sejumlah

materi pelajaran. Yang dimaksud hasil belajar siswa dalam penelitian tersebut adalah

tingkat penguasaan siswa yang diperoleh dari mengerjakan soal-soal tes penelitian

yang diberikan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran

Problem Based Instruction pada materi Cahaya.

E. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah kegiatan belajar

yang dilakukan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran menggunakan

pembelajaran Problem Based Instruction.

F. Respon Siswa

Respon siswa dalam penelitian tersebut adalah tanggapan atau jawaban siswa

terhadap sejumlah pertanyaan-pertanyaan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda

setelah mengikuti pembelajaran Problem Based Instruction pada materi Cahaya.

Tes objektif tersebut terdiri dari empat pilihhan jawaban. Tes ini digunakan untuk

mengukur ranah kognitif dari tiap siswa, baik pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen.

16

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Bentuk Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012: 03). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu suatu cara untuk mencari

hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau

menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu, karena eksperimen selalu

dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Arikunto, 2010:

03).

2. Bentuk Penelitian

Penelitian eksperimen yang digunakan adalah dengan model True

Eksperimental Design. Digunakannya bentuk True Eksperimental Design agar

peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya

eksperimen.

Pada penelitian tersebut digunakan rancangan Pretest-Posttest Control Group

Design. Dalam penelitian tersebut digunakan dua kelompok sampel. Penelitian

tersebut untuk mengetahui keefektifan suatu metode mengajar terlebih dahulu

melakukan pretest (tes awal) terhadap sampel penelitian sebelum diberikan

perlakuan kemudian baru diadakan posttest (tes akhir) pada masing-masing kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

17

Adapun populasi dalam penelitian tersebut adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Demak kelas VIII A dan VIII B yang akan mempelajari materi cahaya.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut

dan populasi yang ada dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik

cluster random sampling yakni teknik penarikan sampel dari populasi dengan

cara memilih kelas secara acak untuk dipilih sebagai kelas kontrol dan

eksperimen.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi di SMP Negeri 1 Demak.

b. Mengurus surat izin yang diperlukan, baik dari lembaga maupun dari

sekolah yang bersangkutan.

c. Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

d. Membuat instrumen penelitian berupa soal pre-test, post-test, bahan ajar.

e. Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

f. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian

g. Menganalisis data hasil uji coba

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pre-test untuk melihat kondisi awal siswa pada kelas kontrol

dan eksperimen.

b. Memberikan perlakuan pembelajaran Problem Based Instruction

sesuai dengan langkah-langkahnya.

c. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada saat diberi

pembelajaran Problem Based Instruction yang dilakukan oleh peneliti.

d. Memberikan post-test.

18

e. Memberikan skor hasil pre-test dan post-test.

3. Tahap Analisis Data

a. Mendeskripsikan data ke dalam tabel hasil pre-test, post-test, tabel

aktivitas siswa.

b. Mengolah data dengan rumus yang ditetapkan.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis hasil pengolahan data serta

menyimpulkan sebagai jawaban dari masalah penelitian.

d. Menyusun laporan penelitian.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam setiap penelitian diperlukan kemampuan memilih dan menyusun teknik

dan alat pengumpul data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun

teknik dan alat pengumpul data sangat berpengaruh pada objektivitas hasil penelitian.

Teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan

memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Menurut Nawawi (2007: 94) ada 6 teknik penelitian sebagai cara yang dapat

ditempuh untuk mengumpulkan data yaitu teknik observasi langsung, teknik

observasi tidak langsung, teknik komunikasi langsung, teknik komunikasi tidak

langsung, teknik pengukuran, teknik studi dokumenter / bibliographis.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Teknik Pengukuran

Pengukuran berarti usaha untuk mengetahui suatu keadaan berupa

kecerdasan, kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu, panjang,

19

berat, dan lain-lain dibandingkan dengan norma tertentu (Nawawi, 2007: 125).

Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif.

Teknik pengukuran dilakukan untuk mengetahui data hasil belajar siswa pada

materi cahaya. Kegiatan pengukuran yang dimaksud adalah pemberian tes awal

(pre-test) dan tes akhir (post-test). Dalam menghitung hasil tes menggunakan

pengskoran dengan memberikan siswa skor setiap butir soal yang dijawab dengan

benar sesuai dengan tabel penskoran dan kunci jawaban. Setelah diperoleh skor

hasil tes, siswa diberikan nilai. Adapun perhitungan nilai sebagai berikut:

N= skor yagdiperoleh siswaskala maksimum

x 100

b. Teknik Observasi Langsung

Teknik observasi langsung adalah cara pengumpulan data yang dilakukan

melalui pengamatan dan pencatatan gejala yang tampak pada objek penelitian

yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau

situasi yang sedang terjadi. (Nawawi, 1997: 94)

Teknik observasi langsung dilakukan untuk melihat aktivitas belajar siswa

dalam penerapan pembelajaran Problem Based Instruction pada materi cahaya

kelas VIII SMP Negeri 1 Demak. Pengamatan dilakukan dari guru membuka

pelajaran sampai menutup pelajaran.

2. Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut adalah teknik

pengukuran hasil belajar siswa. Menurut Nawawi (2007: 125) pengukuran adalah

usaha untuk mengetahui keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata

(achievement) dalam bidang tertentu. Alat pengumpul data yang digunakan

dalam penelitian tersebut adalah tes yang berupa pre-test dan post test dalam

bentuk objektif pilihan ganda dengan empat pilihan. Uraian instrument dan

perangkat pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

20

a. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang dipilih dalam penelitian tersebut

adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda. Tes ini diberikan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi.

Dalam penyusunan soal tes harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penulisan butir soal

Penulisan butir soal sesuai dengan kisi-kisi soal yang dibuat berdasarkan

pada kurikulum yang digunakan yaitu KTSP dan buku pelajaran yang

digunakan. Dalam penyusunan butir soal langkah yang ditempuh adalah

membuat kisi-kisi sebagai acuan yang memuat standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, aspek penilaian dan nomor soal tes.

2. Membuat Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran

Pembuatan kunci jawaban atas butir soal yang dibuat dengan berpedoman

pada penskoran. Perhitungan dilakukan dengan memberikan skor setiap

butir soal yang dijawab benar sesuai dengan kunci jawaban dan kriteria

pada rubrik penskoran.

3. Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrument. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat

penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa

yang seharusnya dinilai. Karena penulisan butir soal berpedoman pada

kisi-kisi yang disusun berdasarkan kurikulum 2006, maka jenis validitasi

yang digunakan adalah validitas isi (content validitasi). Selanjutnya

Sudjana mengemukakan bahwa validitas isi tidak memerlukan ujicoba

dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka tetapi

cukup dimintakan kepada para ahli bidang studi untuk menelaah apakah

konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes.

21

4. Reliabilitas

Reliabilitas artinya dapat dipercaya dan berkenaan dengan ketetapan alat

tes. Hal ini berarti alat tes tidak beleh bersifat temporer, namun harus

konstan. Setelah tes ini diuji cobakan, selanjutnya dihitung reliabilitas

tesnya. Karena tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan

ganda, maka rumus untuk menentukan reliabilitas menggunakan rumus

alpha. Adapun rumus alpha adalah sebagai berikut :

r11 = [ kk−1 ][1−∑ σi2

σ i2 ]

Keterangan :

r 11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σi2 : Jumlah varians butir

σi2 : Varians total

Dengan

σi2 = ∑ x2−(∑ x )2

NN

Keterangan :

(Σx)2 : Kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa

∑ x 2 : Jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa

N : Jumlah subjek

Kriteria reliabilitas r 11 yang digunakan adalah :

0,800 – 1,00 : sangat tinggi

0,600 – 0,799 : tinggi

0,400 – 0,599 : cukup

0,200 – 0,399 : rendah

< 0,200 : sangat rendah

(Arikunto, 2010: 167)

22

5. Daya Pembeda (Discrimination Power) Soal

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong

mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau

lemah prestasinya. Daya pembeda soal ditentukan dengan mencari indeks

pembeda soal (Discrimination Index of a test item). Indeks pembeda soal

adalah angka yang menunjukkan perbedaan kelompok tinggi (HG) dam

kelompok rendah (LG). Karena kelompok kecil (kurang dari 100 orang)

atau genap maka data dibagi dua sama besar 50% nilai teratas sebagai

kelompok tinggi dan 50% nilai terendah sebagai kelompok terendah.

Daya pembeda ditentukan dengan :

DP =SA−SB

12

n .maks

Keterangan :

DP =daya pembeda

SA =jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB =jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

n =banyaknya peserta tes

maks =skor maksimal soal yang bersangkutan

Interpretasi nilai DP sebagai berikut :

0,71-1,00 : sangat baik

0,40-0,70 : baik

0,20-0,40 : cukup

0,20-0,00 : jelek,dibuang atau dirombak

6. Indeks Kesukaran (Difficulty Indekx)

23

Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki

keseimbangan tingkat kesukarannya, yaitu apakah soal tersebut termasuk

soal yang mudah, sedang atau sukar. Soal-soal yang terlalu mudah atau

terlalu sukar harus direvisi atau diganti.

Untuk menentukan tingkat kesukaran soal bentuk uraian

menggunakan rumus sebagai berikut :

P = BJS

Keterangan :

P =indeks kesukaran

B =banyaknya siswa yang menjawab benar butir soal

N =jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria interprestasi tingkat kesukaran yang digunakan :

0,00 - 0,30 : sukar

0,31 - 0,70 : sedang

0,71 – 1,00 : mudah

b. Lembar Pengamatan Akivitas Siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk melihat keterlibatan

siswa dalam pembelajaran. Ada beberapa tingkah laku yang dinilai dalam lembar

aktivitas siswa antara lain :

(1) bersikap tidak relevan dengan KBM, seperti bergurau, tidur dll,

(2) mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru,

(3) membaca buku pegangan,

(4) menulis yang relevan dengan KBM,

(5) berdiskusi antar teman,

(6) berdiskusi antar teman dan guru,

24

(7) menjawab pertanyaan yang ada dilembar soal,

(8) mengerjakan tugas dan mengumpulkan tepat waktu.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menjawab sub masalah pertama dan kedua yaitu mengetahui hasil belajar

siswa maka digunakan statistik deskriptif dengan cara menentukan rata-rata dan

standar deviasi skor.

a. Mencari nilai rata-rata X :

X=∑i=1

n

ᵪi

n

b. Mencari standar deviasi : SD

SD = √ ( X i−X 0 )2−1n

[∑ ( X i−X0 ) ]n

Keterangan :

SD = Standar Deviasi

Xi = Nilai Data

X0 = Nilai Rata-rata

n = Banyak Data

2. Untuk menjawab sub masalah ketiga yaitu aktivitas belajar siswa. Hasil

pengamatan aktivitas belajar siswa dideskripsikan dengan cara menganalisis

menggunakan persentase yang menggunakan rumus sebagai berikut :

X % = nN

x 100 %

Keterangan :

X = presentase aktivis siswa

25

n = jumlah siswa yang melakukan aktivis

N = jumlah keseluruhan siswa yang diobservasi

Dengan kriteria :

0 % ≤ P ˂ 20 % kurang sekali

21 % ≤ P ˂ 40 % kurang

41 % ≤ P ˂ 60 % cukup

61 % ≤ P ˂ 80 % baik

81 % ≤ P ˂ 100 % baik sekali

3. Menguji hipotesis penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji statistik, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mengetes uji normalitas pre-test dan post-test dengan menggunakan rumus

chi kuadrat, sebagai berikut :

χ2 = ∑ (Oi−E i )2

Ei

Keterangan :

χ2 = Chi Kuadrat

Oi = Frekuensi Observasi

Ei = Frekuensi Ekspektasi

Kriteria pengujian normalitas : “ jika χ2 hitung˂ χ2 tabel, maka data berdistribusi

normal. Pada keadaan lain, data tidak berdistribusi normal”

b. Jika data berdistribusi normal, maka diuji dengan uji-t satu kelompok.

Rumus uji-t adalah sebagai berikut :

t =

Md

√∑ d2−(∑ d )2

nn (n−1 )

26

Keterangan :

t = Uji- t

Md = Rata-rata beda antara per-test dan post-test

d = Gain ( selisih ) skor post-test terhadap pre-test

setiap subjek

n = Jumlah subjek

BAB IV

PEMBAHASAN

Data yang diperoleh merupakan data hasil tes kognitif materi cahaya pada kelas

kontrol maupun eksperimen setelah pelaksanaan pembelajaran. Pada kelas kontrol

dilakukan pembelajaran seperti biasanya, sedangkan pada kelas eksperimen

dilakukan pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga. Hasil

belajar kognitif siswa dapat dilihat pada tabel 2. Data nilai kognitif ini juga digunakan

untuk menguji hipotesis dari pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan

alat peraga di SMP Negeri 1 Demak, dengan menggunakan uji t.

Uji peningkatan hasil belajar dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

peningkatan hasil belajar kelas eksperimen, serta untuk membandingkan besarnya

peningkatan hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Dalam uji

peningkatan hasil belajar rumus yang digunakan adalah uji gain. Berdasarkan

perhitungan diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 3 di bawah.

Data hasil observasi tentang keaktifan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. dilakukan baik pada kelas kontrol, maupun pada kelas eksperimen.

Hasil aktivitas siswa pada materi cahaya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah.

Berdasarkan hasil analisis data, hasil belajar kognitif siswa mengalami

peningkatan baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pada kelas

eksperimen terjadi peningkatan yang lebih signifikan dari pada kelas kontrol, hal

tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih

baik dari pada kelas kontrol. Rata-rata nilai kognitif untuk kelas kontrol adalah

69,3415 sedangkan kelas eksperimen sebesar 73,5238. Ketuntasan klasikal untuk

kelas kontrol sebesar 87,80% sedangkan kelas ekperimen sebesar 92,86%.

Perbedaan hasil tes kognitif siswa dapat terlihat jelas setelah diadakan uji t untuk

27

menguji hipotesis, yang menunjukkan bahwa besarnya t hitung(4,2447) > ttabel

(1,993) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Uji hipotesis ini menunjukkan bahwa

rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata hasil

belajar kelas kontrol. Kelas ekperimen mempunyai hasil yang lebih baik karena

menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga yang

sebelumnya belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

28

Selama ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih bersifat

konvensional. Akibat pembelajaran konvensional tersebut siswa merasa bosan

sehingga hasil belajar dari beberapa siswa masih belum mencapai KKM yaitu 67.

Menurut Kurnaz, (2008) bahwa pemahaman siswa terhadap konsep akan menjadi

lebih baik ketika siswa melakukan aktivitas konseptual, yaitu siswa menemukan

konsep dari aktivitas memecahkan masalah. Siswa juga merasa bahwa aktivitas

memecahkan masalah membuat siswa tidak merasa bosan dan siswa sangat tertarik

dengan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini memberikan pengertian kepada siswa

bahwa permasalahan sederhana dan peristiwa alam yang terjadi di lingkungan siswa

sangat erat kaitannya dengan fisika.

Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen juga disebabkan

oleh keaktifan dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

29

Siswa dihadapkan pada peristiwa- peristiwa menarik dalam kehidupan sehari-hari

yang berhubungan dengan fisika, kemudian siswa diarahkan untuk melakukan

eksperimen yang merupakan penyederhanaan dari peristiwa-peristiwa menarik

tersebut dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Hal ini

sesuai dengan pendapat dari Piping (2005) bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran

hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.

Pada kelas kontrol, pertemuan I menunjukkan 32 siswa termasuk dalam kriteria

cukup aktif, 6 siswa pada kriteria rendah, dan 3 siswa pada kriteria tinggi. Pada

pertemuan II menunjukkan 36 siswa masuk dalam kriteria cukup aktif, 3 siswa dalam

kriteria rendah, dan 3 siswa dalam kriteria tinggi. Pada pertemuan III menunjukkan

33 siswa masuk dalam kriteria cukup aktif, 4 siswa dalam kriteria rendah, dan 4 siswa

dalam kriteria tinggi.

Pada kelas e ksperimen, pertemuan I menunjukkan bahwa 30 siswa dalam kriteria

cukup aktif dan 12 siswa dalam kriteria tinggi. Pada pertemuan II menunjukkan 12

siswa masuk dalam kriteria cukup aktif dan 29 siswa dalam kriteria tinggi. Pada

pertemuan III menunjukkan 8 siswa masuk dalam kriteria cukup aktif dan 34 dalam

kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Problem Based

Instruction yang dilaksanakan di kelas eksperimen mampu memotivasi siswa untuk

meningkatkan minat belajar selama proses pembelajaran.

Pada peningkatan hasil belajar kelas kontrol sebesar 45 %, sedangkan kelas

eksperimen sebesar 52%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

Problem Based Instruction berbantuan alat peraga memberikan pengaruh dan hasil

yang lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam hal pencapaian

ketuntasan baik secara individu maupun klasikal, serta dalam hal peningkatan hasil

belajar siswa.

Pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga memberikan

hasil positif pada pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Bilgin (2009) yaitu pengajaran berdasarkan masalah dapat mendorong pemahaman

lebih dalam dari materi daripada ulasan dangkal, dan juga orientasi masalah

pembelajaran di mana siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan ketika belajar,

namun juga pengalaman bagaimana mereka menggunakan pengetahuan mereka untuk

menyelesaikan masalah.

Berdasarkan hasil tanggapan siswa mengenai pembelajaran Problem Based

30

Instruction secara umum siswa memberikan tanggapan positif dengan persentase

yang bervariasi. Para siswa sangat setuju terhadap pembelajaran Problem Based

Instruction yang diterapkan di kelas, terbukti sebanyak 48,8% siswa menjawab

sangat cocok. Pada hasil tanggapan berikutnya, 34,1% siswa sangat tertarik dengan

pembelajaran Problem Based Instruction. Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa

dalam pembelajaran sangat tinggi. Pembelajaran Problem Based Instruction

memberikan pengaruh positif pada kegiatan yang dilakukan, mereka akan lebih

termotivasi dan akibatnya dalam mempelajari materi cahaya akan lebih bisa

menyerap dengan baik.

Respon terhadap pembelajaran Problem Based Instruction juga

mengindikasikan bahwa belajar, khususnya belajar fisika bukan hanya sekedar

menghafal rumus, namun penguasaan konsep menjadi hal terpenting. Belajar berbuat

untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal

ini berarti penentuan strategi pembelajaran yang digunakan guru harus dapat

mendorong aktivitas siswa, yang dibuktikan dengan aktivitas siswa pada kelas

eksperimen dan kontrol. Terdapat perbedaan aktivitas siswa yang cukup signifikan

antara kelas eksperimen dan kontrol, terbukti pada kelas eksperimen sebagian besar

siswa termasuk dalam kategori aktivitas tinggi. Para siswa kelas eksperimen lebih

antusias dengan pembelajaran yang baru, karena pembelajaran yang selama ini

dilaksanakan kurang variatif sehingga membuat siswa merasa bosan. Hal ini

menyebabkan penurunan motivasi belajar siswa dalam memahami materi yang

diajarkan.

Respon guru sendiri terhadap pembelajaran Problem Based Instruction sangat

positif, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan berpengaruh pada aktivitas

siswa. Strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa akan mampu

meningkatkan minat siswa untuk lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.

Adanya minat dari guru untuk melaksanakan pembelajaran Problem Based

Instruction member kenyamanan guru dalam kegiatan untuk mengajar.

Penerapan pembelajaran Problem Based Instrtuction berbantuan alat peraga

dapat mencapai kompetensi dasar di SMP Negeri 1 Demak, dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, serta dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

31

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Pertama,

pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan alat peraga dapat mencapai

kompetensi dasar siswa serta meningkatkan hasil belajar pada materi cahaya di SMP

Negeri 1 Demak tahun ajaran 2009/2010. Kedua, pembelajaran Problem Based

Instruction berbantuan alat peraga lebih baik dari pada pembelajaran konvensional di

SMP Negeri 1 Demak tahun ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

belajar kognitif siswa, dengan nilai rata-rata pada kelas kontrol sebesar 69,3415

sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 73,5238. Peningkatan hasil belajar pada

kelas kontrol sebesar 45% sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 52%.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti dengan tujuan memberikan sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam kegiatan belajar

mengajar untuk mata pelajaran IPA (fisika) di SMP Negeri 1 Demak yaitu sebagai

berikut: Pertama, guru seyogianya mempertimbangkan pembelajaran Problem

Based Instruction berbantuan alat peraga untuk diterapkan, karena metode

pembelajaran ini terbukti mampu mencapai kompetensi dasar dari tiap siswa dan

mampu meningkatkan hasi belajar siswa secara signifikan. Kedua, pelaksanaan

pembelajaran Problem Based Instruction membutuhkan waktu yang panjang,

sehingga efisiensi waktu sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

32

DAFTAR PUSTAKA

Amirul Hadi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka

Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Gadjah Mada University.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sears dan Zemansky. 2002. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

33