jurnal HOTS.pdf

11
*) Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika **) Drs. Eddy Budiono, M.Pd. Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang 1 PENERAPAN STRATEGI BRAIN BASED LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Ulfa Luthfiana Al ‘Azzy*, Eddy Budiono** Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected] ; [email protected] ABSTRACT : The purpose of this research is knowing some actions which is appropriate to Brain Based Learning strategies to activate the left and the right brain of students so that students can improve their higher-order thinking skills in learning mathematics VII class SMP Brawijaya Smart School Malang. The subjects of this research is students of class VII C SMP Brawijaya Smart School (BSS) Malang and the object of this study is the overall activities of teachers and students in teaching and learning mathematics through application of Brain Based Learning strategy. Data are collected using student and teacher activities observation sheets, and higher order thinking skills assessment observation sheet of students. This research use research Classroom Action Research (CAR). The results: teacher’s actions such as explanations, instruction, questioning, giving instructional media, and giving rewards. Moreover, those actions can increase the students' higher order thinking skills. At the first observation there are only eight students who have the higher order thinking skills, it show that who have higher order thinking skills in the class is low category. Then students who have the higher order thinking skills are increase become eleven students in first cycle, and still have low category. And then sixteen students have higher order thinking skill in the second cycle, it means they get middle category. Kata kunci: Brain Based Learning, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Confisius seorang filusuf dari China dalam Corpuz dan Salandanan (2003: 11) mengemukakan suatu prinsip yang menarik dalam dunia pendidikan, bahwasanya ada 3 slogan seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran yaitu, What I hear, I forget; What I see, I remember; dan What I do, I understand. Hal ini berarti ketika kita belajar dengan mempraktekkan “do” maka kita akan mengerti tentang apa yang kita pelajari, karena kita terlibat dalam berbagai proses berfikir. Sejalan dengan tujuan pembelajaran Matematika yaitu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006), yang berarti menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikirnya. Keterlibatan kita dalam berbagai proses berpikir berarti kita harus mengusai keterampilan berpikir dari tingkat rendah (Lower Odrder Thinking Skill - LOTS) sampai keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS). LOTS adalah keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum (A. Thomas & G. Thorne dalam gunawan, 2008). Sedangkan HOTS adalah keterampilan yang lebih dari sekedar mengingat, memahami dan mengaplikasikan (Rosnawati, 2005).

Transcript of jurnal HOTS.pdf

Page 1: jurnal HOTS.pdf

*) Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika **) Drs. Eddy Budiono, M.Pd. Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang

1

PENERAPAN STRATEGI BRAIN BASED LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Ulfa Luthfiana Al ‘Azzy*, Eddy Budiono**

Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected]; [email protected]

ABSTRACT : The purpose of this research is knowing some actions which is appropriate to Brain Based Learning strategies to activate the left and the right brain of students so that students can improve their higher-order thinking skills in learning mathematics VII class SMP Brawijaya Smart School Malang. The subjects of this research is students of class VII C SMP Brawijaya Smart School (BSS) Malang and the object of this study is the overall activities of teachers and students in teaching and learning mathematics through application of Brain Based Learning strategy. Data are collected using student and teacher activities observation sheets, and higher order thinking skills assessment observation sheet of students. This research use research Classroom Action Research (CAR). The results: teacher’s actions such as explanations, instruction, questioning, giving instructional media, and giving rewards. Moreover, those actions can increase the students' higher order thinking skills. At the first observation there are only eight students who have the higher order thinking skills, it show that who have higher order thinking skills in the class is low category. Then students who have the higher order thinking skills are increase become eleven students in first cycle, and still have low category. And then sixteen students have higher order thinking skill in the second cycle, it means they get middle category.

Kata kunci: Brain Based Learning, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Confisius seorang filusuf dari China dalam Corpuz dan Salandanan (2003:

11) mengemukakan suatu prinsip yang menarik dalam dunia pendidikan, bahwasanya ada 3 slogan seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran yaitu, What I hear, I forget; What I see, I remember; dan What I do, I understand. Hal ini berarti ketika kita belajar dengan mempraktekkan “do” maka kita akan mengerti tentang apa yang kita pelajari, karena kita terlibat dalam berbagai proses berfikir. Sejalan dengan tujuan pembelajaran Matematika yaitu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006), yang berarti menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikirnya. Keterlibatan kita dalam berbagai proses berpikir berarti kita harus mengusai keterampilan berpikir dari tingkat rendah (Lower Odrder Thinking Skill - LOTS) sampai keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS). LOTS adalah keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum (A. Thomas & G. Thorne dalam gunawan, 2008). Sedangkan HOTS adalah keterampilan yang lebih dari sekedar mengingat, memahami dan mengaplikasikan (Rosnawati, 2005).

Page 2: jurnal HOTS.pdf

2

Berarti dalam menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi seseorang harus berpikir lebih dari sekedar mengingat, memahami dan mengaplikasikan rumus saja. Dalam suatu proses pembelajaran Matematika jika seorang anak menggunakan keterampilan berpikir tingkat tingginya maka pembelajaran tersebut akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Karena anak tidak hanya harus mengingat dan menghafal rumus yang banyak ditemui pada pelajaran ini, tetapi anak juga harus mampu memecahkan suatu masalah dengan menggunakan rumus-rumus tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung anak akan lebih paham kegunaan dari rumus tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, hal inilah yang membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan begitu anak juga tidak akan mudah lupa terhadap rumus dan konsep Matematika.

Namun, banyak pembelajaran Matematika dikelas yang belum memanfaatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan observasi awal di kelas VII C SMP Brawijaya Smart School dengan memberikan soal yang menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tingginya. Dari hasil observasi didapat 8 siswa atau 22% dari 36 siswa yang mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini diduga karena Guru jarang memberikan soal yang menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Untuk mengatasi hal itu peneliti menempuh cara memberikan soal yang menuntut siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Namun, Perlu dipahami bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, guru perlu mamahami kerja alami otak siswa untuk menentukan metode belajar yang akan dipilih. Oleh karena itu peneliti menggunakan strategi Brain based learning. Brain based learning adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar (Kotchabakdi, 2005). Sedangkan pelaksanaanya sendiri menggunakan strategi Brain Based Learning dengan mengaktifkan kerja otak kanan dan otak kiri siswa. Selanjutnya Awolola (2011) mengungkapkan bahwa Brain Based Learning adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator yang berperan mendukung kognitiv siswa. Hal ini berarti dalam Brain Based Learning ditekankan kepada student center. Terdapat 3 strategi utama yang dapat dikembangkan dalam penerapan strategi brain based learning, yaitu: menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.

METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yaitu suatu studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas dengan melakukan tindakan yang berupa penerapan strategi Brain Based Learning.

Menurut Arikunto (2006: 94), PTK dilakukan untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, dan penilaian siswa.

Page 3: jurnal HOTS.pdf

3

Keunggulan PTK adalah peneliti sebagai subjek yang melakukan tindakan, mengamati, sekaligus merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan tindakan. Tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri menjadi suatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri. Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya proaktif guru beserta komponen fasilitator pendidikan di kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisator, penafsir data dan sebagai pelapor hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Brawijaya Smart School (BSS) Malang, yang beralamat di Jalan Cipayung 8 Malang. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII C SMP Brawijaya Smart School (BSS) Malang dan objek penelitian ini adalah keseluruhan kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan penerapan strategi Brain Based Learning.

Data yang dikumpulkan berupa: 1) lembar observasi pelaksanaan Brain Based Learning kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran, 2) lembar observasi keterampilan berpikir tingkat tinggi yang digunakan untuk mengetahui hasil keterampilan berpikir yang digunakan siswa, serta 3) foto dan video untuk merekam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Sedangkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, perangkat pembelajaran, penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh 4 observer yang telah ditentukan tugasnya serta seorang juru kamera yang khusus mengambil video maupun foto kegiatan guru.

Setelah data didapat dari lapangan, langkah selanjutnya adalah analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) kategori data, (2) validasi data, dan (3) Interpretasi data. Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, setiap siklus terdapat 2 kali tatap muka. Setiap siklus terdapat 4 tahap penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan keterampilan berpikir siswa kearah yang lebih baik. Target peneliti adalah 40% dari jumlah keseluruhan siswa mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jika dikategorikan maka peneliti menargetkan dari tingkat rendah ke tingkat sedang.

Tabel Penentuan Kategori Keberhasilan Penelitian

Banyak siswa Presentase (%) Kategori 25 – 36 68 – 100 Tinggi 13 – 24 34 – 67 Sedang 0 – 12 0 – 33 Rendah

Penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dilakukan dengan

menggunakan pedoman atau rubrik yang telah disusun oleh peneliti. Kemudian rubrik ini akan digunakan oleh para observer untuk membantu peneliti dalam melakukan penilain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Page 4: jurnal HOTS.pdf

4

Tabel Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Skor Kriteria Skala 1 : Menganalisa permasalahan (C4)

4 Analisa (memeriksa dan mengurai informasi, memilah sebab dan akibat, mengambil kesimpulan dan melakukan generalisasi serta menemukan alasan yang mendukungnya) yang dilakukan masuk akal dan mengarah ke jawaban yang tepat

3 Analisa (memeriksa dan mengurai informasi, memilah sebab dan akibat, mengambil kesimpulan dan melakukan generalisasi serta menemukan alasan yang mendukungnya) yang dilakukan masuk akal tetapi mengarah ke jawaban kurang tepat

2 Analisa (memeriksa dan mengurai informasi, memilah sebab dan akibat, mengambil kesimpulan dan melakukan generalisasi serta menemukan alasan yang mendukungnya)yang dilakukan tidak masuk akal

1 Tidak mampu melakukan analisa sama sekali Skala 2 : Mengevaluasi (C5)

4 Mampu mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan, menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) dengan tepat

3 Kurang mampu mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan, menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) dengan tepat

2 Tidak mampu, mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan, menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) dengan tepat

1 Tidak mampu mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi, menilai, membuktikan, menyangkal, atau mendukung (suatu gagasan) sama sekali

Skala 3: Mencipta (C6) 4 Mampu menciptakan karya yang orisinil atau memadukan unsur-unsur menjadi

sesuatu yang utuh, koheren, dan baru 3 Mampu menciptakan karya yang kurang orisinil atau memadukan unsur-unsur

menjadi sesuatu yang utuh, koheren, dan baru 2 Mampu menciptakan karya tetapi tidak orisinil atau memadukan unsur-unsur

menjadi sesuatu yang utuh, koheren, dan baru 1 Tidak mampu menciptakan karya apapun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian keseluruhan yang diperoleh dari temuan siklus 1 dan siklus 2, peneliti akan menjabarkan tindakan-tindakan yang bagaimana sehingga siswa dapat mempunyai bahkan meningkatkan keterampilan tingkat tinginya. Untuk itu peneliti membagi tindakan-tindakan dalam 5 poin yang meliputi, menjelaskan, memberi instruksi, bertanya, memberi media pembelajaran dan memberi penghargaan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing poin.

Tindakan pertama yaitu menjelaskan, menjelaskan adalah menerangkan; menguraikan secara terang (KBBI online, 2012-2013). Beberapa tindakan menjelaskan dilakukan pada beberapa kegiatan pembelajaran. Diataranya adalah kegiatan (1) menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) apersepsi; dan (3) menyampaikan materi inti. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

Kegiatan pertama adalah penyampaian tujuan belajar. Dari hasil analisis pada bab 4 dapat diungkapkan bahwa penjelasan atau penyampaian tujuan pembelajaran yang disampaikan dengan bantuan slide power point lebih efektif

Page 5: jurnal HOTS.pdf

5

dari pada hanya melalui lisan. Hal ini disebabkan karena dengan slide power point yang posisinya ditempatkan di depan dengan sudut pandangnya dapat dijangkau oleh setiap siswa dan tidak terhalang oleh apapun serta warna yang cerah sebagai stimulus yang diterima oleh indera penglihatan selanjutnya diproses oleh otak kanan. Siswa juga diharuskan untuk mendengarkan penjelasan guru secara verbal, dimana stimulus verbal ini akan di proses di otak kiri. Penyeimbangan kerja otak kanan dan kiri ini membuat tujuan pembelajaran dapat ditangkap dengan baik oleh siswa.

Kegiatan kedua adalah kegiatan apersepsi. Pada siklus 1 peneliti mengambil tindakan untuk menjelaskan dengan cara demonstrasi menggunakan alat demonstrasi berupa bintang berwarna yang terbuat dari kertas dan juga gelas bening. Sebenarnya alat demonstrasi ini cukup efektif untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi irisan dan gabungan himpunan, dikarenakan alat demonstrasi berupa bintang ini sudah tidak asing lagi bagi siswa. Hal ini memudahkan asimilasi kognitif siswa. Asimilasi termasuk dalam teori kognitif Piaget, yaitu proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada (Wikipedia, 2013). Namun alat demonstrasi yang ukurannya kecil menjadi penyebab siswa bagian belakang tidak dapat melihat dengan jelas demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini peneliti. Oleh karena itu, pada siklus 2 peneliti mengubah strategi menjelaskan dengan bercerita menggunakan gambar karikatur yang disajikan pada slide power point. Penggunaan slide power point ini memang lebih efektif dan mudah. Sebagaimana telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya tentang kelebihan menggunakan slide power point yang dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri, pada tahap apersepsi ini peneliti juga menyajikan gambar karikatur yang lucu serta pemberian nama karakter yang menggunakan nama siswa dalam kelas tersebut. Hal ini membuat siswa merasa senang dengan melihat gambar yang lucu. Siswa juga merasa dirinya terlibat dalam masalah yang diajukan oleh guru untuk memahamkan materi pembelajaran. Sehingga siswa lebih tertarik untuk melihat dan mendengarkan penjelasan guru. Dengan menggunakan slide, berarti kita telah menggunakan gambar, warna, dan emosi tertentu, hal ini otomatis mengaktifkan otak kanan anak (Lucy dan Rizky, 2012).

Kegiatan yang ketiga adalah menjelaskan materi inti. Ketika seseorang memperoleh materi baru dalam pelajaran matematika, tentu ada beberapa istilah yang asing dan perlu untuk dihafal. Oleh karena itu guru perlu untuk menjelaskan dengan menekankan istilah penting. Penekanan istilah penting ini bertujuan untuk memperkuat daya ingat siswa. Mengingat dengan menggunakan otak kiri akan menyebabkan anak mudah lupa dan belajar menjadi tidak menyenangkan (Windura, 2008: 87). Oleh karena itu peneliti mengambil tindakan untuk menerapkan hukum asosiasi ingatan, yaitu suatu hukum atau cara untuk mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang sudah ada di dalam otak siswa sebelumnya. Disini peneliti mengasosiasikan simbol irisan dengan huruf “n” serta

Page 6: jurnal HOTS.pdf

6

gabungan dengan huruf “U”. Tindakan peneliti untuk mengasosiasikan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada ini membuat siswa mudah dalam mengingat simbol operasi himpunan.

Tindakan yang kedua adalah memberi instruksi. Instruksi yang diberikan oleh peneliti diterapkan dalam beberapa kegiatan. Adapun beberapa kegiatan yang akan dibahas diantaranya adalah (1) persiapan belajar dan (2) membentuk kelompok. Kegiatan pertama yaitu persiapan belajar. Persiapan belajar yang dilakukan pada penelitian ini lebih bersifat brain gym. Pada kegiatan persiapan pembelajaran, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu metode visualisasi, metode relaksasi, dan metode membangkitkan emosi (Windura, 2008). Namun, dalam penelitian ini peneliti mengambil tindakan untuk menerapkan metode visualisasi dan membangkitkan emosi. Metode visualisasi diterapkan peneliti pada siklus 1 pertemuan 1. Sedangkan metode membangkitkan emosi diterapkan pada siklus 1 pertemuan 2 dan siklus 2 pertemuan 1-2. Pengambilan tindakan peneliti untuk menggunakan metode membangkitkan emosi ini dikarenakan pada waktu peneliti menerapkan metode visualisasi pada siklus 1 pertemuan 1 menemui kendala, yaitu kurang terfokusnya siswa terhadap instruksi guru. Beberapa siswa tidak mau menutup mata seperti yang telah diinstruksikan guru. Instruksi menutup mata ini merupakan serangkaian instruksi metode visualisasi. Berikut antisipasi yang dilakukan ketika siswa kurang terfokus terhadap instruksi guru kepada siswanya untuk menutup mata, dicuplik dari video rekaman.

Guru : (diam sejenak menghentikan instruksi) sudah-sudah... Tenang dulu ya anak-anak...

(Salah satu siswa yang merasa konsentrasinya terganggu berteriak sambil memejamkan mata)

Sunita : heh rek diam rek! Guru : Sekarang yang belum tutup mata saya minta untuk menutup

mata ya... Siswa : (sebagian siswa sudah bisa diam dan mau menutup matanya) Guru : (melanjutkan instruksi) langkah berikutnya adalah ambil

napas panjang lewat mulut dan hembuskan lewat mulut perlahan.

Untuk mengatasi hal ini guru mengambil tindakan untuk mengubah metode

persiapan belajar dari metode visualisasi ke metode membangkitkan emosi yang dilakukan dengan gerak tubuh atau menggambar.

Kegiatan kedua pada tindakan memberi instruksi adalah membentuk kelompok. Pada siklus 1 peneliti menginstruksikan pembentukan kelompok dilakukan dengan sesuka hati oleh siswa, ternyata tindakan ini memberikan dampak positif maupun kurang positif. Dampak positifnya adalah siswa menjadi lebih nyaman dengan teman sekelompoknya karena merupakan pilihan mereka sendiri. Namun dampak yang kurang positifnya adalah terdapat satu kelompok

Page 7: jurnal HOTS.pdf

7

yang semua anggotanya tidak memilki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan penilaian observer pada siklus 1, yang memberikan total skor kurang dari 9 pada semua anggota kelompok 1. Sehingga kelompok tersebut menjadi pasif. Hal ini segera diatasi oleh peneliti dengan membentuk kelompok heterogen pada siklus 2. Namun dalam pelaksanaanya ada sedikit respon kontra dari siswa, namun hal ini segera ditindak lanjuti oleh peneliti dengan memberi pendekatan dan pengertian secara individual kepada siswa yang bermasalah dengan teman kelompok yang baru. Berikut percakapan guru untuk memberi pendekatan.

... Siswa : bu, kelompok saya kok dipecah sih? Guru : gak apa-apa... kan ilmu itu harus dibagi-bagi... iya kan? Siswa : berarti saya pinter ya bu ya? Guru : (tersenyum sambil mengelus pundak siswa) iya... ...

Dengan adanya siswa yang mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi pada setiap kelompok, membuat setiap kelompok menjadi lebih aktif dan semua siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tingginya. Pada intinya pembentukan kelompok heterogen sangat diperlukan dalam pembelajaran kooperatif.

Tindakan ketiga adalah bertanya. Dengan bertanya, guru dapat mengetahui ketrampilan berpikir yang digunakan siswa. Selain itu bertanya juga berfungsi untuk memberi bimbingan kepada siswa untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Pertanyaan dari guru yang diungkapkan secara verbal berupa bahasa akan diproses di otak belahan/hemisfer kiri yang akan menghasilkan logika, setelah otak kiri mampu melogika pertanyaan guru, maka otak kanan akan bertugas membangun ide atau gagasan untuk menjawab pertanyaan guru. Tidak semua jenis pertanyaan dapat diproses di kedua hemisfer otak, hanya pertanyaan-pertanyaan yang menuntut anak membangun ide atau gagasan saja yang dapat diproses di kedua hemisfer otak. Contoh pertanyaan guru yang menuntut siswa membengun ide atau gagasannya yang dicuplik dari percakapan guru dan siswa yang direkam dengan video.

Guru : berarti A ∩ AC sama dengan apa? Siswa : tidak ada Guru : lambangnya apa kalau gitu? Siswa : himpunan kosong (sambil menuliskan ∅ ) Guru : iya bagus, pinter.... Lanjutkan untuk himpunan B dan C. Siswa : (mengerjakan dengan cepat) Guru : apa hasilnya? Siswa : himpunan kosong semua bu! Guru : iya... jadi apa kesimpulan kalian? Siswa : jadi yang dihasilkan adalah himpunan yang sama, himpunan

kosong.

Page 8: jurnal HOTS.pdf

8

Tindakan yang keempat yaitu memberi media pembelajaran. Media pembelajaran menurut Rossi dan Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2008: 163) adalah seluruh alat dan bahanyang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Dengan demikian LKS dalam penelitian ini termasuk ke dalam media pembelajaran. LKS pada penelitian ini disertai kertas kecil berwarna sebagai alat demonstrasi pelengkap LKS dan juga untuk membantu proses berikir siswa. Dengan menggunakan kertas berwarna maka akan mengaktifkan otak kanan siswa. Disamping itu siswa harus menganalisa, mengevaluasi maupun mencipta menurut permasalahan yang diajukan pada LKS.

Dengan begitu pemberian media kertas kecil kepada siswa dapat memudahkan siswa dalam memahami materi, karena dengan menggunakan warna akan merangsang otak kanan dan kiri bekerja secara seimbang. Hanya saja pada siklus 1 siswa kurang dapat mendemonstrasikan secara mandiri karena keterbatasan waktu. Hal ini segera diatasi peneliti pada siklus kedua dengan mengubah cara demonstrasi secara lisan oleh siswa dengan menggambar.

Kekurangan pada siklus 1 selanjutnya yang didapat dari pengamatan observer adalah pemberian LKS yang hanya 1 pada tiap kelompok. Hal ini membuat anggota kelompok lain hanya melihat saja. Namun pada siklus 2 sesuai dengan hasil refleksi, peneliti juga telah memberikan 1 LKS untuk setiap siswa. Dan hasilnya dengan diberikannya 1 LKS untuk setiap siswa membuat semua siswa termotivasi untuk dapat mengerjakan setiap permasalahan yang ada. Sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kelas tersebut meningkat.

Tindakan kelima yaitu memberi penghargaan atau pujian. Dampak dari pemberian pujian ini juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dengan memberikan pujian, siswa merasa kerja kerasnya dihargai dan siswa akan berusaha serta terus mencoba memecahkan masalah yang dihadapi sehingga keterampilan berpikir tingkat tingginya meningkat. Contoh bentuk pemberian pujian diantaranya, “iya bagus, pinter.... Lanjutkan untuk himpunan B dan C”, bagus.... iya kalian sudah betul”, mengacungkan jempol tangan, dan lain-lain. Dengan diberikannya pujian siswa menjadi bersemangat dan dapat mengerjakan dengan cepat permasalahan yang dihadapinya. Sehingga siswa dapat mengerjakan permasalahan menganalisa, mengevaluasi maupun mencipta.

Selain pujian, penghargaan bisa juga diberikan dalam bentuk barang seperti yang telah dilakukan peneliti pada akhir siklus 2. Sekecil apapun penghargaan yang diberikan oleh guru menjadikan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Pemberian penghargaan juga bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat siswa yang sudah mulai lelah karena mengerjakan soal berpikir tingkat tinggi (Higher Level Questions), dimana soal yang mereka hadapi memang membutuhkan energi dan pikiran yang lebih dari biasanya. Selain itu dengan diberikannya penghargaan membuat siswa menjadi merasa lebih dihargai atas segala kerja keras yang telah mereka lakukan. Pada intinya dengan memberikan penghargaan kepada semua siswa membuat siswa merasa pekerjaan yang dilakukan tidak sia-sia dan memberikan dampak positif pada psikologi siswa.

Dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan memberikan dampak peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Adapun peningkatannya adalah sebagi berikut.

Page 9: jurnal HOTS.pdf

9

Tabel Rekapitulasi Perbandingan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Siswa

Tahapan Banyak siswa yang mempunyai HOTS

Persentase Banyak siswa yang mempunyai

HOTS

Kriteria

Observasi 8 22% Rendah Siklus ke-1 11 30% Rendah Siklus ke-22 16 44% Sedang

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan tindakan-tindakan yang patut dipertimbangkan ketika menerapkan strategi Brain Based Learning dengan mengaktifkan otak kiri dan kanan sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran Matematika kelas VII SMP Brawijaya Smart School Malang adalah sebagai berikut.

a. Memberikan penjelasan dengan menggunakan media/ alat yang besar, dengan sudut pandang yang dapat dilihat oleh setiap siswa, menarik dan membuat siswa merasa terlibat dalam permasalahan yang diajukan guru.

b. Memberikan instruksi yang membuat siswa dapat mengaktifkan otak kanannya dengan melakukan gerakan, menunjukkan kreativitas, menggambar, berimajinasi, dan lain-lain. Serta memberikan tindakan antisipasi jika siswa tidak melaksanakan instruksi yang diberikan guru.

c. Memberikan pertanyaan yang menuntut siswa dapat mengkonstruksi pikirannya sehingga mereka dapat bekerja secara mandiri, dengan kata lain memberikan pertanyaan yang memunculkan ide/gagasan siswa.

d. Memberikan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

e. Memberikan penghargaan berupa pujian maupun reward berupa benda konkrit kepada semua siswa. Hal ini akan membuat siswa merasa pekerjaan yang dilakukan tidak sia-sia dan memberikan dampak positif pada psikologi siswa.

f. Dengan memberikan tindakan-tindakan seperti yang telah tersebut diatas memberikan dampak peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelasVII C SMP BSS Malang. Pada saat observasi awal hanya terdapat 8 siswa (22% - kategori rendah) yang memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut menunjukkan masih pada kategori rendah. Pada siklus 1 meningkat menjadi 11 siswa (30% - kategori rendah), dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 16 siswa (44% - kategori sedang) yang memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu masih diperlukan banyak perbaikan. Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut.

Page 10: jurnal HOTS.pdf

10

1. Bagi peneliti, diharapkan terdapat kesempatan untuk melakukan penelitian pada lain waktu sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih banyak dilakukan peneliti pada pelaksanaan penelitian ini.

2. Kepada pihak sekolah, diharapkan agar strategi Brain Based Learning ini dapat menjadi strategi pembelajaran alternatif yang digunakan di SMP Brawijaya Smart School dan dapat dilaksanakan secara bergantian dengan pendekatan atau model pembelajaran yang lain. Karena penerapan strategi Brain Based Learning ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

3. Untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa, hendaknya guru memberikan permasalahan tingkat tinggi pula pada materi pembelajaran yang lain. Setiap kali mengajar guru hendaknya mempertimbangkan stimulus otak kiri dan kanan untuk siswa secara seimbang.

4. Penelitian yang serupa hendaknya dilakukan pada pokok bahasan lain atau bahkan bidang studi lain yang mencakup aspek selain keterampilan berpikir tingkat tinggi. Karena penelitian dengan menggunakan strategi Brain Based Learning ini merupakan strategi pembelajaran yang fleksibel sehigga dapat diterapkan pada bidang yang lain.

Page 11: jurnal HOTS.pdf

11

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Awolola, Samuel Adejare. 2011. Cypriot Journal of Educational Science: Effect if brain based learning strategy on student’s achievement in senior secondary school mathematics in Oyo State, Nigeria. Pdf. (Online), (www.world-education-center.org/index.php/cjes). diakses 25 Oktober 2012.

BSNP. 2006. Pengembangan Penilaian. Jakarta: Depdiknas

Corpuz, Brenda B. And Salandanan, Gloria G. 2003. Prinsiples and Strategies of Taeching. Metro Manila: Lorimar Publishing Co., Inc.

Ebta Setiawan. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)-Kamus versi online/daring (dalam jaringan). (Online), (http://kbbi.web.id/), diakses 6 April 2013

Gunawan, Hendra. 2008. Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam matematika SMP. Pdf. (Online), ( personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2011/04/developing-higher-order-thinking-skills.pdf.), diakses 25 November 2012.

Kotchabhakdi, Napich. 2005. Brain Based Learning: From theories to Practice. (Online), (http://neuroscience.mahidol.ac.th/NBBC2009/NK_BrainBasedLearning_Jan2005a_English.pdf), diakses 26 Januari 2013.

Lucy, Bunda dan Rizky, Ade Julius. 2012. Dahsyatnya Brain Smart Teaching: Cara Super Jitu Optimalkan Kecerdasan Otak dan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: Penebar Plus

Rosnawati. (2005). Pembelajaran Matematika Yang Mengembangkan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional.

Wikipedia.2012.Teori perkembangan kognitif. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif), diakses 7April 2013

Windura, Sutanto. 2008. Brain Management Series For Learning Strategy Be An Absolute Genius!: panduan Praktis Learn How To Learn Sesuai Cara Kerja Alami Otak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.