JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN...

54
JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL Praptanti Sinung AN.,M.Sc (1-5) PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana bertoni) Ricky Era Liudianto.,M.Si.,Apt (7-16) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH MERICA PUTIH (Albi fructus ) Hendra Budiman.,M.Si.,Apt (17-22) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD DR. MOEWARDI Siti Maru’fah.,M.Sc.,Apt (23-34) COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Umi Nafisah.,MM.,M.Sc.,Apt (35-40) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE (Zingiber officinalle Rhizoma) Aptika T.D.,M.Si (41-45)

Transcript of JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN...

Page 1: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

JURNAL FARMASINDO

JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667

VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016

i

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

Praptanti Sinung AN.,M.Sc (1-5)

PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS DAUN STEVIA

(Stevia rebaudiana bertoni)

Ricky Era Liudianto.,M.Si.,Apt (7-16)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH MERICA PUTIH

(Albi fructus )

Hendra Budiman.,M.Si.,Apt (17-22)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT

JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD DR. MOEWARDI

Siti Maru’fah.,M.Sc.,Apt (23-34)

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Umi Nafisah.,MM.,M.Sc.,Apt (35-40)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE (Zingiber

officinalle Rhizoma)

Aptika T.D.,M.Si (41-45)

Page 2: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

ii

ISSN : 2548-6667

JURNAL

FARMASINDO

Penanggung Jawab:

Umi Nafisah, MM.,M.Sc., Apt

Ketua Dewan Editor

Praptanti Sinung AN.,M.Sc.

Editor Ahli

1. Hendra Budiman.,M.Si.,Apt

2. Riyan Setiyanto.,S.Farm.,Apt

Mitra Bestari

1. Dr. Haryoto.,M.Sc

(Fakultas Farmasi UMS)

2. Mufarrihah.,M.Sc.,Apt

(Fakultas Farmasi UNAIR)

Pelaksana Tata Usaha

UPPM Politenik Indonusa

Surakarta

PENGANTAR

Pembaca yang terhormat

Jurnal Farmasindo merupakan jurnal ilmiah

disiplin ilmu Farmasi dan kesehatan bersifat terbuka

yang memuat hasil penelitian. Jurnal ini diterbitkan

oleh Program studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa

Surakarta. Jurnal akan terbit 1 kali dalam setahun,

yakni bulan Desember.

Dalam terbitan Volume 2 Nomor 1, Desember 2016 ini

memuat 6 artikel hasil penelitian. Artikel pertama

Pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai sabun herbal

oleh Praptanti Sinung, M.Sc. Artikel kedua Produksi

Senyawa Steviosida Dengan Kultur Kalus Daun

Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni) oleh Ricky Era

Liudianto, M.Si., Apt. Artikel ketiga Isolasi Dan

Identifikasi Alkaloid Piperin Dari Buah Merica Putih

(Albi Fructus ) oleh Hendra Budiman, M.Si., Apt.

Artikel keempat Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di UDPF

Reguler Instalasi Farmasi Rsud Dr. Moewardi oleh Siti

Ma’rufah, M.Sc., Apt. Artikel kelima Cost Of Illness

Pasien Hemofilia A Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

oleh Umi Nafisah, MM., M.Sc., Apt. Artikel keenam

Isolasi Dan Identifikasi Minyak Atsiri Rimpang

Jahe(Zingiber Officinalle Rhizoma) oleh Aptika

Oktaviana T.D., M.Si.

Ketua Dewan Editor.

Ketua Dewan Editor Jurnal FARMASINDO

Sekretariat UPPM Politeknik Indonusa Surakarta.

Kampus Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi No 31 Mangkuyudan Surakarta

Telp : 0271-743479

Fax : 0271-743479

Email ke: [email protected]

Page 3: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…......................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. .........ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

(Praptanti Sinung AN, M.Sc)............................................................................................1

PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS DAUN

STEVIA (Stevia rebaudiana bertoni)(Ricky Era Liudianto, M.Si.,Apt)...........................7

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH MERICA

PUTIH (Albi fructus )(Hendra Budiman, M.Si.,Apt)...................................................17

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

RAWAT JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD DR.

MOEWARDI(Siti Marufah, M.Sc.,Apt).........................................................................23

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

(Umi Nafisah, MM.,M.Sc.,Apt)......................................................................................35

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE (Zingiber

officinalle Rhizoma)(Aptika Oktaviana T.D., M.Si).......................................................41

Page 4: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 1

PENDAHULUAN

Sabun sudah menjadi kebutuhan primer

untuk semua manusia. Sabun merupakan salah

satu sarana untuk membersihkan diri dari

kotoran, bakteri, dan kuman. Dewasa ini, sabun

tidak hanya sekedar berfungsi agar tubuh menjadi

bersih, tetapi ada beberapa sabun yang sekaligus

berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit,

melembabkan kulit, dan memutihkan kulit.

Secara kimia, sabun merupakan garam

alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat

hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa

bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi

dalam pembuatan sabun disebut sebagai

saponifikasi (Girgis, 2003). Alkali yang

digunakan yaitu NaOH, bahan lain yang

digunakan pada pembuatan sabun mandi yaitu

tigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya

digunakan minyak kelapa sawit, minyak biji katun

dan minyak kacang (Oluwatoyin, 2011). Pabrik

yang merupakan produsen terbesar sabun lebih

mengutamakan menggunakan bahan sintetik (non

herbal) sebagai salah satu komponen

penyusunnya, padahal bahan sintetik mempunyai

dampak negatif bagi kulit konsumen yang

mempunyai kulit sensitif. Penggunaan bahan

sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan

iritasi atau peradangan pada kulit.

Pemanfaatan buah kulit pisang menyisakan

bahan buangan (limbah) kulit pisang. Kulit pisang

umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak

atau limbah organik yang merupakan sumber

pencemaran lingkungan. Diketahui jika senyawa

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG

SEBAGAI SABUN HERBAL

PRAPTANTI SINUNG ADI NUGROHO

[email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat hidrofobik karena

bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Penggunaan bahan sintetik sabun dapat

berbahaya bagi kulit manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit

sensitif, sehingga diperlukan sebuah inovasi baru produk sabun herbal yang menggunakan bahan

aktif alami sebagai komponen penyusunnya. Kulit pisang diketahui memiliki aktivitas antioksidan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging buahnya.

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan sabun herbal menggunakan kulit pisang dan ekstrak

kulit pisang dengan variasi konsentrasi NaOH 7,2%, 10,4%, dan 13,4%. Syarat mutu sabun mandi

didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI), mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu

pH, kadar air, asam lemak bebas, alkali bebas, dan minyak mineral (negatif). Semakin meningkat

jumlah NaOH maka kekerasan produk sabun akan semakin meningkat. Pada pengamatan sifat fisik

dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, didapatkan data jika produk sabun yang

memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaOH

13,42%.

Kata kunci: limbah, kulit pisang, sabun herbal

Page 5: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 2

antioksidan yang terdapat pada kulit pisang yaitu

katekin, gallokatekin dan epikatekin yang

merupakan golongan senyawa flavonoid (Someya

et al., 2002). Selain itu, menurut Zuhrina (2011)

dalam Supriyanti, dkk. (2015), kandungan unsur

gizi yang terdapat pada kulit pisang cukup

lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein,

kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C

dan air. Sehingga kulit pisang memiliki potensi

yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai

sumber antioksidan.

Dari penjabaran di atas, penelitian dengan

memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai bahan

pembuatan sabun herbal perlu dilakukan, dengan

mempertimbangkan keamanan sabun sesuai

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996

mengenai uji kualitas sabun.

METODE PENELITIAN

Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain: alat-alat gelas (Merk), kertas saring,

buret, hotplate stirrer, shoxlet, waterbath, oven,

blender, dan cetakan.

Bahan yang digunakan antara lain: kulit

pisang, NaOH, KOH, HCl, minyak VCO, minyak

kelapa, minyak zaitun, alkohol 70%, eter, KOH-

etanol, fragrance, indikator universal, indikator

PP, dan akuades.

Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang

Pembuatan ekstrak kulit pisang dilakukan

dengan metode soxhletasi. Sebanyak 10 gram

kulit pisang diiris-iris kemudian dikeringkan

dengan oven. Setelah kering, kulit pisang

disoxhlet dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1 L

pada suhu 70 ⁰C. Soxhletasi dilakukan selama 6-7

siklus. Hasil soxhletasi diuapkan di waterbath

hingga pelarut menguap dan hanya tersisa ekstrak

kulit pisang.

Pembuatan Sabun Kulit Pisang dengan Variasi

NaOH

Pada tahap ini dilakukan pembuatan sabun

dengan cara melarutkan NaOH dalam berbagai

macam variasi konsentrasi NaOH. Masing-masing

NaOH yang digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan

13,4%. NaOH dilarutkan dalam akuades.

Selanjutnya proses memanaskan VCO (Virgin

Coconut Oil), minyak kelapa, dan minyak zaitun

hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaOH.

Minyak yang sudah panas dan larutan NaOH

diaduk menggunakan blender sampai akhir proses

saponifikasi (trace). Menambahkan bubur kulit

pisang sebanyak 5 gram ke dalam blender, lalu

mengaduk dengan blender hingga kulit pisang dan

trace tercampur rata. Parfum ditambahkan

sebanyak 0,5 gram. Sabun yang masih dalam

bentuk trace dituang ke dalam cetakan dan

disimpan selama 2 minggu.

Pembuatan Sabun Ekstrak Kulit Pisang

dengan Variasi NaOH.

Pembuatan sabun ekstrak kulit pisang

dilakukan dengan cara melarutkan NaOH dalam

berbagai macam variasi konsentrasi NaOH.

Masing-masing NaOH yang digunakan adalah

7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaOH dilarutkan dalam

akuades. Selanjutnya proses memanaskan VCO

(Virgin Coconut Oil), minyak kelapa, dan minyak

zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan

NaOH. Minyak VCO yang sudah panas dan

larutan NaOH diaduk menggunakan hotplate

stirrer sampai akhir proses saponifikasi (trace).

Menambahkan ekstrak kulit pisang sebanyak 2

gram, lalu diaduk hingga kulit pisang dan trace

tercampur rata. Pada tahap akhir, ditambahkan 0,5

gram parfum. Sabun yang masih dalam bentuk

trace dituang ke dalam cetakan dan disimpan

selama 2 minggu.

Uji Kualitas Sabun

Uji kualitas sabun herbal kulit pisang dan ekstrak

kulit pisang ditentukan menggunakan SNI 06-

Page 6: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 3

3532-1994 berupa uji pH, kadar air, kadar alkali

bebas, analisis asam lemak bebas, dan uji minyak

mineral.

Tabel. Pengujian kualitas sabun berdasarkan SNI

06-3532-1994

No. Pengujian Syarat mutu

1 pH 8-10

2 Kadar air Maksimal 15%

3 Alkali bebas Maksimal 0,1%

4 Asam lemak bebas Maksimal 2,5%

5 Minyak mineral Negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sabun adalah garam alkali asam lemak

yang dihasilkan melalui reaksi asam basa. Proses

pembuatan sabun disebut saponifikasi.

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak

dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi

berikut (Hicks, 1989).

Reaksi antara lemak dan alkali

menghasilkan produk sabun dan gliserol. Gliserin

atau gliserol [C3H5(OH)3] merupakan hasil

samping reaksi saponifikasi yaitu reaksi

pembentukan sabun. Gliserol adalah senyawa

gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil

yang bersifat hidrofilik dan higroskopik

(Sunsmart, 1998). Fungsi dari gliserol pada sabun

adalah untuk melembabkan kulit, selain itu

berfungsi untuk mengikat minyak (kotoran)

karena struktur gliserol menyerupai struktur

molekul minyak.

Pembuatan sabun kulit pisang dan sabun

ektrak kulit pisang dengan variasi konsentrasi

NaOH

Komposisi komponen bahan untuk

membuat sabun akan berpengaruh pada produk

sabun yang dihasilkan. Variasi penambahan

NaOH menyebabkan perbedaan hasil dari ketiga

sampel sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit

pisang. Perbedaan dapat dilihat pada warna dan

kekerasan dari masing-masing sabun yang

dihasilkan. Adapun perbedaan fisik dari tiga

formulasi pembuatan sabun kulit pisang

ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil sifat fisik sabun kulit pisang (KP)

dan sabun ekstrak kulit pisang (EP)

Formula Warna Kekerasan Homogenitas

KP 1 Cokelat

tua

Lembek Tidak

homogen

KP 2 Cokelat

tua

Agak

keras

Tidak

homogen

KP 3 Cokelat

muda

Keras Homogen

EP 1 Cokelat

muda

Agak

keras

Homogen

EP 2 Cokelat

muda

Agak

keras

Homogen

EP 3 Putih Keras Homogen

KP 1 KP 2

CH2

asam lemak

3 NaOH +

O

C

O

O

C

O

O

C

O

CH

CH2

CH

O

OCH2

H

H

H

+

R'

R''

R

3 RC

O

ONa

alkali gliserol sabun

O

CH2

Page 7: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 4

KP 3

Gambar 1. Sabun kulit pisang (KP) dengan

variasi konsentrasi NaOH

EP 1 EP 2

EP 3

Gambar 2. Sabun ekstrak kulit pisang (EP)

dengan variasi NaOH

Dari ciri-ciri yang dimiliki setiap formulasi,

semakin banyak NaOH yang ditambahkan

semakin keras sabun yang terbentuk. Penambahan

NaOH menyebabkan semakin banyak alkali yang

bereaksi dengan minyak, sehingga menambah

tingkat kekerasan produk sabun. Produk sabun

kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang

disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Dari

pembuatan sabun kulit pisang dan ekstrak kulit

pisang, dapat dijelaskan jika fungsi NaOH adalah

meningkatkan kekerasan fisik dari produk sabun

dan menyebabkan warna sabun semakin terang.

Uji kualitas sabun kulit pisang dan sabun

ekstrak kulit pisang

Variasi konsentrasi pada produk sabun

dapat mempengaruhi pH, kadar air, kadar alkali,

kandungan asam lemak bebas, dan minyak

mineral. Banyaknya NaOH yang ditambahkan

mempengaruhi proses saponifikasi, sehingga

dapat mempengaruhi kualitas sabun. Uji kualitas

sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang

dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji kualitas formulasi variasi NaOH

pada sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit

pisang

Formula pH Air

(%)

Alkali

bebas

(%)

Asam

lemak

bebas

(%)

Minyak

mineral

KP 1 8 18 0,056 4 Negatif

KP 2 8 13,5 0,070 9 Negatif

KP 3 9 12 0,089 2 Negatif

EP 1 8 12 0,067 4,5 Negatif

EP 2 8 10,5 0,089 3 Negatif

EP 3 9,5 9,5 0,010 2 Negatif

Derajat keasaman (pH) merupakan salah

satu parameter kualitas sabun. Produk sabun

dengan pH sangat rendah atau sangat tinggi akan

menambah daya absorbansi kulit sehingga

menyebabkan kulit dapat mengalami iritasi.

Berdasarkan uji yang dilakukan, semua sabun

mempunyai kualitas sesuai SNI, yaitu di bawah

pH 10.

Kadar air merupakan banyaknya air yang

terkandung dalam sabun. Semakin banyak air

yang terkandung dalam sabun maka akan semakin

meningkatkan daya tengik sabun. Sabun yang

baik menurut SNI adalah sabun yang mempunyai

kadar kurang dari 15%. Pada pengujian dapat

diketahui jika semakin banyak NaOH yang

ditambahkan, maka kandungan air pada produk

sabun semakin berkurang. Dari data dapat dilihat

bahwa hanya formula1 (dengan NaOH 7,2%) dari

sabun kulit pisang yang mempunyai kadar air

yang tidak sesuai dengan standar SNI, yaitu

sebesar 18%.

Kadar alkali bebas menunjukkan bahwa

alkali dalam sabun tidak terikat sebagai senyawa.

Page 8: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 5

Pada pengujian yang telah dilakukan, terdapat

data bahwa semua produk sabun mempunyai

kadar alkali bebas yang masih diperbolehkan SNI,

yaitu 0,1%.

Asam lemak bebas merupakan bilangan

yang menunjukkan banyaknya NaOH yang

dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas

dalam sabun. Berdasarkan analisis data yang telah

diperoleh, didapatkan bahwa sabun kulit pisang

formula 1 dan 2 mempunyai hasil yang melebihi

ambang batas SNI, yaitu 4% dan 9%. Pada

pembuatan sabun ekstrak kulit pisang, formula 1

dan 2 juga tidak memenuhi standar SNI, karena

mempunyai kadar 4,5% dan 3%. Sehingga, dapat

dikatakan jika yang memenuhi standar pengujian

hanya produk sabun kulit pisang dan sabun

ekstrak kulit pisang formulasi 3 (NaOH 13,4%).

Minyak mineral adalah minyak-minyak

yang tidak dapat disabunkan. Pengujian kualitatif

minyak mineral positif pada sabun akan ditandai

dengan kekeruhan saat larutan disemprot dengan

air. Pada pengujian ini semua produk sabun tidak

menunjukkan adanya kekeruhan, sehingga dapat

dikatakan jika produk sabun tidak mengandung

minyak mineral.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat

diambil kesimpulan jika penambahan NaOH

meningkatkan kekerasan produk sabun. Pada

pengamatan sifat fisik dan pengujian kualitas

sabun yang telah dilakukan, produk sabun yang

memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan

sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaOH

13,4%.

Saran untuk kemajuan penelitian ini adalah

diperlukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh

variasi kulit pisang dan ekstrak kulit pisang yang

digunakan pada pembuatan sabun, diperlukan

pengujian daya antioksidan produk sabun

menggunakan DPPH, dan penambahan pengawet

agar dapat menambah daya tahan sabun.

DAFTAR PUSTAKA

Girgis, A. Y., 2003, Production of High Quality

Castile Soap from High Rancid Olive Oil,

Gracas y Aceites, 54(3) : 226-233.

Hicks, J., 1981, Comprehensive Chemistry SI

Edition, London: The Macmillan Press Ltd.

Oluwatoyin SM., 2011, Quality Soaps Using

Different Oil Blends, Journal of Microbiology

and Biotechnology Research, 1(1), 29-34.

Someya, S., Y. Yoshiki and K. Okubo, 2002,

Food Chemistry, 79(3) : 351354.

Sunsmart, 1998, Anatomy of The Skin, J.

Cosmetics and Toiletries, SunSmart Inc., New

York,.

Supriyanti, F.M.T., Suanda, H. dan Rosdiana, R.,

2015, Pemanfaatan Ekstrak Kulit Pisang

Kepok (Musa Bluggoe) sebagai Sumber

Antioksidan pada Produksi Tahu. Seminar

Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII.

Universitas Sebelas Maret.

Zuhrina, 2011, “Pengaruh Penambahan Tepung

Kulit Pisang (Musa paradisiciaca) Terhadap

Daya Terima Kue Donat”, Skripsi, Program

Sarjana, Universitas Sumatera Utara : Tidak

Diterbitkan.

Page 9: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 6

Page 10: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 7

PENDAHULUAN

Bumi Indonesia kaya akan berbagai macam

flora dan fauna yang diantaranya mengandung

metabolit-metabolit sekunder, yang memiliki efek

fisiologik, sehingga hewan atau tumbuhan yang

mengandung metabolit-metabolit sekunder dapat

dimanfaatkan sebagai obat alam. Langkah-

langkah yang tepat, bahan-bahan asal nabati

maupun hewani yang mengandung metabolit

sekunder tersebut perlu dikembangkan agar dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk upaya-

upaya kesehatan masyarakat serta untuk menuju

tercapainya kemandirian di bidang obat

(Soegihardjo, dkk., 1987).

Senyawa-senyawa kimia yang terkandung

di dalam tumbuhan merupakan sumber utama

untuk industri farmasi. Sebagian besar senyawa-

senyawa kimia tersebut berasal dari species-

species tumbuhan tropis, tetapi karena kualitas

ketersediaan dan biaya yang mahal, menyebabkan

sintesis kimiawi tidak ekonomis maka

dikembangkan teknik kultur jaringan tanaman

untuk biosintesis metabolit sekunder (Anonim,

1989).

PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS

DAUN STEVIA

(Stevia rebaudiana bertoni)

RICKY ERA LIUDIANTO

[email protected] Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakartaa

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) digunakan sebagai antidiabetes, menurunkan

berat badan, antihipertensi, antimikroba, oraltonik, obat sakit pencernaan, dan antikanker. Penelitian

ini bertujuan untuk megetahui kemampuan 2,4-D dan BAP pada medium New Phalaenopsis (NP)

dalam menginduksi kalus daun Stevia dan merangsang pembentukan steviosida dalam kalus daun

Stevia serta mengetahui kadar steviosida yang terkandung di dalam kalus. Pengamatan dilakukan

pada minggu ke-4, dan juga dilakukan evaluasi kalus, pemeriksaan kandungan kimia dengan uji

kualitatif yaitu dengan KLT menggunakan fase gerak kloroform-etanol-air (15:10:1) v/v dan fase diam

Silika gel F254 yang kemudian diamati perubahan warna, menghitung Rf-nya, dan menghitung kadar

kandungan kimianya (steviosida) dengan menggunakan TLC Scanner. Hasil yang didapat dari

penelitian ini adalah waktu induksi kalus daun stevia yang tercepat diperoleh dengan perlakuan

penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D 0,5 mg/l dan BAP 0,5 mg/l, yaitu 14,8 hari dengan prosentase

keberhasilan 96%. Pada analisa steviosida dalam kalus daun stevia dengan menggunakan KLT

didapatkan senyawa steviosida dalam ekstrak kalus daun stevia berupa bercak berwarna kuning coklat

setelah disemprot dengan larutan Lieberman Burchard dan memiliki harga Rf 0,76-0,79. Pada

perhitungan kadar steviosida di dalam kalus daun stevia didapatkan kadar rata-rata 1,00 %.

Kata kunci : steviosida, kalus daun stevia, 2,4-D, BAP, media New Phalaenopsis (NP).

Page 11: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 8

Stevia rebaudiana Bertoni atau Eupatorium

rebaudianum L. merupakan salah satu jenis

tanaman obat di Indonesia, yang termasuk dalam

familia Compositae / Asteraceae (Syamsuhidayat,

dkk., 1991). Budidaya tanaman ini adalah dengan

perbanyakan biji. Cara ini sangat mudah dan

menghemat biaya, namun jumlah bibit dan

hasilnya sangat sedikit serta memerlukan waktu

yang lama untuk memperolehnya. Budidaya

tanaman dengan menggunakan biji tidak akan

menjadi masalah bila untuk dikonsumsi sendiri,

tetapi jika digunakan untuk tujuan komersial,

yaitu dengan mengambil senyawa metabolit yang

dikandung dalam tanaman tersebut untuk

digunakan sebagai bahan obat, maka perbanyakan

dengan menggunakan biji kurang efektif dan

efisien. Dewasa ini telah banyak dikembangkan

cara perbanyakan vegetatif, yaitu dengan teknik

kultur jaringan tanaman atau teknik in vitro,

sehingga dapat menghasilkan ribuan calon anakan

tanaman dalam waktu yang singkat dan

mempunyai mutu yang homogen (Street, 1977).

Produksi senyawa metabolit sekunder

dengan teknik kultur jaringan tanaman sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berupa

faktor genetik di dalam kultur, dan faktor

lingkungan di luar kultur (Anonim, 1989).

Keberhasilan kultur jaringan tanaman ditentukan

oleh unsur esensial dalam jumlah dan

perbandingan yang benar dalam medium,

memenuhi sifat-sifat fisikokimia yang diperlukan

untuk pertumbuhan sel atau jaringan seperti pH.

Selain itu, juga tergantung dari umur tanaman,

ukuran eksplan, dan jenis tanaman (Street, 1977).

Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan

sebagai komponen media pertumbuhan dan

diferensiasi. Tanpa penambahan zat pengatur

tumbuh dalam media, pertumbuhan sangat

terhambat bahkan mungkin tidak tumbuh sama

sekali (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Golongan zat pengatur tumbuh yang berpengaruh

sekali adalah auksin dan sitokinin (Wattimena dan

Gunawan, 1991). Golongan auksin yang sering

ditambahkan dalam medium adalah asam 2,4-

diklorofenoksi asetat (2,4-D), asam naftalen asetat

(NAA), asam indol asetat (IAA), asam indol

butirat (IBA), sedangkan golongan sitokinin yang

sering ditambahkan dalam media antara lain

adalah kinetin, zeatin, dan benzil amino purin

(BAP). Pembentukan kalus dan organ-organ

ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat

pengatur tumbuh tersebut (Hendaryono dan

Wijayani, 1994).

Daun Stevia rebaudiana Bertoni

mengandung steviosida (4-13 % berat kering),

rebaudiosida A (2-4 %), rebaudiosida B,

rebaudiosida C (1-2 %), rebaudiosida D,

rebaudiosida E, steviolbiosida, dulkosida A (0,4-

0,7 %). Disamping itu, daun stevia juga

mengandung protein (6,2 %), lipid (5,6 %),

karbohidrat total (52,8 %), dan senyawa lain

golongan saponin, flavonoid, terpenoid,

komponen minyak menguap, pigmen, dan

polifenol (SCF, 1999). Steviosida memiliki 200-

300 kali kemanisan sukrosa (gula tebu) dan

bersifat anti diabetik sehingga dapat digunakan

penderita diabetes mellitus sebagai pemanis

alami. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, stevia dapat digunakan untuk

menurunkan kadar gula darah, menurunkan berat

badan, menurunkan tekanan darah, antimikroba,

pencegah bau mulut, obat sakit pencernaan, dan

penghalus kulit (Elkins, 1997).

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi Stevia rebaudiana Bertoni dari

penelitian ini adalah tanaman Stevia rebaudiana

Bertoni yang tumbuh di Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional, Tawangmangu, Jawa Tengah, dengan

ketinggian 1200 meter dari permukaan laut.

Sampel yang digunakan adalah daun Stevia

rebaudiana Bertoni dari tanaman yang sehat.

Pengambilan eksplan dilakukan dengan cara

Page 12: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 9

mengambil daun yang masih muda terletak pada

daun yang kedua dan ketiga dari ujung tanaman.

Variabel Penelitian

Identifikasi variabel utama

Variabel utama pertama adalah zat pengatur

tumbuh yang digunakan untuk membentuk kalus

dari eksplan daun stevia, yaitu 2,4-D dan BAP.

Variabel utama kedua adalah kalus yang

dihasilkan dari eksplan daun stevia dengan teknik

kultur jaringan tanaman menggunakan media New

Phalaenopsis (NP).

Variabel utama ketiga adalah kadar

steviosida dalam kalus daun stevia yang dianalisis

menggunakan Thin Layer Chromatography

Scanner (TLC Scanner).

Definisi operasional variabel utama

Pertama, steviosida adalah senyawa

metabolit sekunder golongan glikosida diterpen

yang pada uji Kromatografi Lapis Tipis tidak

berfluoresensi dengan UV tetapi memberikan

bercak berwarna kuning kecoklatan bila

disemprot dengan pereaksi Lieberman Burchard

seperti yang ditunjukkan oleh steviosida

pembandingnya.

Kedua, zat pengatur tumbuh adalah zat

organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi

kecil dapat mendorong atau menghambat

perkembangan dan pertumbuhan dari tanaman.

Ketiga, waktu induksi kalus adalah saat

pertama kali teramati adanya gundukan kalus

secara visual. Hitungan dinyatakan dalam hari.

Keempat, kalus adalah jaringan tumor tak

terorganisir yang biasanya timbul pada luka dari

jaringan-jaringan yang telah terdeferensiasi.

Kelima, eksplan adalah bagian dari jaringan

atau organ tumbuhan yang digunakan untuk

memulai suatu kultur jaringan tanaman.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan tanaman. Sebagai sumber eksplan dipakai

daun dari Stevia rebaudiana Bertoni yang tumbuh

di daerah Tawangmangu, Jawa Tengah.

Bahan kimia. Bahan-bahan meliputi bahan kimia

penyusun media New Phalaenopsis (NP) dengan

komposisi tertulis pada lampiran 3, steviosida

standar yang bersertifikat analisis dan spesifikasi,

steviosida pembanding yang berasal dari serbuk

kering daun Stevia rebaudiana Bertoni, aquadest

steril, pH stick, etanol 96% p.a., kloroform p.a., n-

butanol p.a., metanol p.a., plat silika gel F254, fase

gerak kloroform-etanol-air (15:10:1 v/v), hormon

auksin (2,4-D), hormon sitokinin (BAP), sunclin

50 % dan etanol 70 % untuk disinfektan, Dithane

M-45 untuk antifungi dan deterjen, kalium

hidroksida 10%, asam klorida 10%, pereaksi

semprot Lieberman Burchard.

Alat

Laminair Air Flow ( LAF ), otoklaf, ruang

inkubasi yang dilengkapi dengan penerangan

lampu TL, alat soxhlet dengan vakum evaporator,

lampu UV, bejana elusi untuk KLT, dan TLC

Scanner merk Camag S/N 160602.

Metode Penelitian

Pengambilan bahan dan deskripsi tanaman

Bahan diambil dari kebun koleksi Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Jawa

Tengah pada bulan Juni 2009. Sebelum dilakukan

pengambilan eksplan, terlebih dahulu dilakukan

deskripsi terhadap tanaman stevia.

Pembuatan media New Phalaenopsis (NP) semi

padat

Bahan-bahan yang digunakan untuk

membuat media New Phalaenopsis (NP)

disiapkan terlebih dahulu (lampiran 3) meliputi

makronutrien, mikronutrien, sumber besi,

vitamin, mio-inositol yang kesemuanya tersedia

Page 13: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 10

dalam bentuk stok. Pembuatan media dilakukan

untuk formulasi 1 liter media. Kelima macam

larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 1

liter. Ditimbang sukrosa sesuai dengan ketentuan,

dilarutkan ke dalam air suling kurang lebih 300

ml. Larutan ini ditambahkan dalam labu takar

yang berisi lima macam larutan stok tersebut yang

kemudian ditambahkan kombinasi zat pengatur

tumbuh dengan konsentrasi yang telah ditentukan.

Air suling ditambahkan dalam labu takar sehingga

volume campuran mendekati 1 liter. Campuran

kemudian digojok sampai homogen. Setelah

homogen kemudian diukur pHnya dengan

menggunakan pH stick, pH larutan dibuat antara

5,7-5,8 dengan ditambah kalium hidroksida 10 %

b/v jika terlalu asam dan asam sulfat 10 % v/v

jika terlalu basa. Jika pH telah sesuai, air suling

ditambahkan lagi ke dalam labu takar hingga

volume tepat 1 liter. Campuran kemudian dituang

ke beaker glass atau gelas piala, Agar yang sudah

ditimbang dicampurkan dan dipanaskan sambil

diaduk sampai larutan mendidih dan menjadi

jernih. Larutan media ini kemudian dibagi-bagi ke

dalam botol-botol kultur / erlenmeyer dengan

volume yang sama, ditutup rapat dengan

aluminium foil dan diberi label, kemudian

disterilkan dalam otoklaf pada suhu 1210

C

dengan tekanan 1 atm selama 15-45 menit.

Sterilisasi, penanaman eksplan, dan subkultur

kalus

Sterilisasi eksplan. Daun stevia diambil yang

masih muda kira-kira 2-3 ruas batang dari ujung

tanaman stevia, kemudian dicuci dan direndam

dalam deterjen selama 3 menit, kemudian setelah

itu dicuci dengan aquadest. Kemudian direndam

dalam 0,3 % b/v antijamur (Dithane M-45)

selama 15 menit dan dibilas dengan aquadest

steril 2 kali, lalu direndam dengan sunclin 50 %

selama 3-5 menit kemudian dimasukkan ke dalam

etanol 70 % selama 10-15 menit dan dicuci

dengan aquadest steril sebanyak 3 kali pencucian

masing-masing selama 3-5-15 menit.

Penanaman eksplan. Sebelum mulai penanaman,

alat-alat yang dibutuhkan seperti pinset steril,

skalpel steril, dan cawan petri steril dimasukkan

ke dalam Laminair Air Flow, kemudian lampu

UV dinyalakan dan udara bersih dialirkan ke

dalam Laminair Air Flow dan dibiarkan kira-kira

10-20 menit. Setelah itu, eksplan daun Stevia

yang telah siap untuk ditanam (sudah steril)

dipotong-potong dengan skalpel di dalam cawan

petri. Potongan-potongan eksplan tersebut

kemudian dimasukkan ke dalam botol kultur /

erlenmeyer yang berisi media tumbuh, hingga

permukaan yang teriris bersentuhan dengan

medium. Selanjutnya, botol kultur / erlenmeyer

tersebut ditutup kembali dengan aluminium foil

dan diinkubasikan di dalam ruang inkubator

dengan suhu dan intensitas cahaya disesuaikan

dengan yang dikehendaki.

Subkultur kalus. Bila medium yang ditumbuhi

kalus terlihat akan habis atau bila ingin

memperbanyak kalus maka perlu dilakukan

subkultur dengan cara kalus yang akan

dipindahkan dikeluarkan dari medium kemudian

di potong-potong kembali. Potongan kalus

tersebut dimasukkan ke dalam botol kultur /

erlenmeyer yang berisi media tumbuh yang baru.

Proses subkultur dilakukan secara aseptis di

dalam Laminair Air Flow. Selanjutnya, ditutup

dengan alminium foil dan diinkubasi kembali.

Cara isolasi steviosida

Cara isolasi steviosida pada penelitian ini

mengacu pada buku karangan Dobberstein dan

Ahmad (1982). Adapun cara isolasinya adalah

sebagai berikut:

a. Penyarian steviosida. Serbuk kering

atau kalus daun stevia diekstraksi dengan etanol

96 % p.a. dengan menggunakan metode penyarian

dengan alat Soxhlet sampai didapatkan filtrat

yang tidak berwarna, setelah itu filtrat disaring.

Ekstrak etanol kemudian dipekatkan dengan

Page 14: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 11

Determinasi Tanaman

Pengambilan Bahan

Pembuatan Media NP

Sterilisasi Media NP

Sterilisasi Eksplan

Penanaman Eksplan

Subkultur Kalus

Evaluasi Pembentukan Kalus

Isolasi Senyawa steviosida

- Penyarian

: daun dan kalus

-

Fraksinasi

: daun dan kalus

- Kristalisasi: daun

Analisis Kualitatif - Organoleptis - KLT : Rf, warna bercak

Analisis Kuantitatif - Penentuan kadar senyawa

secara spektrodensitometer

Sterilisasi Alat

Sterilisasi LAF

Prosentase keberhasilan

Saat eksplan

membentuk kalus

menggunakan vakum evaporator sehingga etanol

menguap dan diperoleh ekstrak yang kental.

b. Fraksinasi. Ekstrak kental tersebut

kemudian ditambahkan dengan 20 ml aquadest,

kemudian difraksinasi dengan pelarut nonpolar

(kloroform) sebanyak 20 ml, dikocok,

dipindahkan ke dalam corong pisah dan

didiamkan hingga terbentuk dua lapisan (lapisan

atas adalah fraksi dalam air dan lapisan bawah

adalah fraksi dalam kloroform) kemudian

dipisahkan dengan hati-hati. Proses ini dilakukan

sampai tiga kali. Fraksi air setelah dihilangkan

dari sisa-sisa kloroform kemudian ditambah

dengan 20 ml n-butanol, dikocok, dipindahkan

dalam corong pisah dan didiamkan hingga

terbentuk dua lapisan (lapisan atas adalah fraksi

butanol dan lapisan bawah adalah fraksi dalam

air). Fraksi butanol dipisahkan dari fraksi air

dengan hati-hati. Proses ini dilakukan sampai tiga

kali. Fraksi butanol yang terkumpul kemudian

dipekatkan dengan alat destilasi vakum

(evaporator).

Analisis kualitatif dan kuantitatif

Analisis kualitatif. Sebelum dilakukan uji

kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis,

dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan

organoleptisnya.

Steviosida tergolong glikosida diterpen

yang larut dalam alkohol, maka steviosida

dilarutkan dulu dengan n-butanol, setelah itu

ditotolkan pada plat KLT yang menggunakan fase

diam silika gel F254 yang telah diaktifkan. Plat

KLT tersebut dielusi dengan menggunakan fase

gerak kloroform-etanol-air (15:10:1 v/v). Setelah

dielusi, komponen yang telah terpisah dengan

baik berupa bercak-bercak segera diidentifikasi

dengan pereaksi semprot Lieberman Burchard

kemudian dihitung harga Rf-nya yang

dibandingkan dengan steviosida yang berasal dari

alam yaitu dari daun stevia dan steviosida

standarnya.

Analisis kuantitatif. Pemeriksaan

kuantitatif dari kalus daun stevia dengan

menentukan kadar steviosida yang terkandung

dalam kalus daun stevia pada kombinasi hormon

yang telah ditentukan dengan metode

spektrodensitometer dengan TLC Scanner.

Demikian juga dengan steviosida pembandingnya

yang ditentukan kadarnya dengan TLC Scanner.

Setelah memperoleh kadar masing-masing, maka

dilakukan pembandingan antara kadar steviosida

pembanding dengan kadar steviosida dari kalus

daun stevia.

Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan media New Phalaenopsis (NP) semi

padat

New Phalaenopsis (NP) adalah media yang

tergolong baru dan digunakan khusus untuk kultur

jaringan anggrek. New Phalaenopsis (NP)

memiliki komposisi penyusun media yang hampir

sama dengan Murashige Skoog dan media New

Phalaenopsis (NP) belum pernah digunakan

untuk kultur jaringan selain anggrek, maka

penelitian ini menggunakan media New

Phalaenopsis (NP). Pada media New

Page 15: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 12

Phalaenopsis (NP) mengandung garam mineral

yang cukup, termasuk di dalamnya adalah zat

pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang cocok

sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk

perkembangan sel tanaman dalam kultur.

Tumbuhan yang dikulturkan secara in vitro

sering kali mengalami pencoklatan setelah

ditanam dalam media, bila hal ini terjadi maka

pertumbuhan sel akan terhambat kemudian sel

mati. Kematian sel ini dapat disebabkan oleh

oksidasi senyawa fenol pada jaringan yang dilukai

sehingga terjadi pencoklatan, untuk mencegah hal

ini agar tidak terjadi maka pada media

pertumbuhan dapat ditambahkan senyawa

penyerap fenol seperti PVP atau antioksidan,

misalnya asam askorbik, asam sitrat, dan L-sistein

hipoklorida (George & Sherington, 1984).

George & Sherington (1984) menerangkan

bahwa pertumbuhan dan morfogenik secara in

vitro dikendalikan oleh interaksi dan

keseimbangan zat pengatur tumbuh yang tersedia

dalam media. Hasil orientasi di atas

memperlihatkan bahwa kebutuhan zat pengatur

tumbuh yang terbaik dan waktu induksi kalus

yang tercepat menggunakan kombinasi 2,4-D 0,5

mg/l dan BAP 0,5 mg/l pada media New

Phalaenopsis untuk menginduksi pertumbuhan

eksplan daun stevia, sehingga untuk penelitian

selanjutnya menggunakan kombinasi dari

keduanya dengan menggunakan media New

Phalaenopsis.

Kultur jaringan dengan menggunakan media

semipadat, nilai pH dapat mempengaruhi

stabilitas media dan keberhasilan kultur jaringan.

Selama berlangsungnya penelitian beberapa kali

ditemukan kondisi seperti ini, eksplan yang

ditanam akan tenggelam dan tidak tumbuh

membentuk kalus karena area tempat

tumbuh kalus yaitu daerah irisan (jaringan yang

luka) tertutup oleh medium. Selain eksplan tidak

tumbuh, tenggelamnya eksplan juga

menyebabkan kebusukan eksplan. Wetherel

(1982) menjelaskan bahwa nilai pH menentukan

sifat gel dari akar yang kemudian diterangkan

oleh Pierik (1987) yaitu bila pH lebih rendah dari

4,5-4,8 maka medium tidak dapat membentuk gel

dengan sempurna. Wetherel (1982) lebih lanjut

menerangkan bahwa sel-sel tanaman yang

ditumbuhkan secara in vitro mempunyai toleransi

yang relatif sempit terhadap nilai pH untuk

pertumbuhannya dengan titik optimum antara 5,0-

6,0. Menurut George & Sherington (1984), jarak

efektif pH media adalah 5,7-5,8.

Sterilisasi ruang, alat, dan media

Sterilisasi alat dilakukan dengan otoklaf

pada suhu 1210 C selama 15 menit, sedangkan

untuk media dilakukan dengan otoklaf pada suhu

1210 C selama 20 menit. Peran panas pada proses

sterilisasi sangat dominan. Voight (1995)

menjelaskan bahwa mikroorganisme akan mati

pada suhu tinggi karena proteinnya mengalami

denaturasi.

Sterilisasi dengan panas lembab (uap air)

menggunakan otoklaf lebih efektif jika

dibandingkan dengan sterilisasi udara kering

(oven) sehingga untuk materi-materi yang tahan

pada suhu tinggi sebaiknya disterilisasi dengan

otoklaf. Voight (1995) menjelaskan bahwa pada

keadaan lembab, bahan akan lebih jauh cepat

menerima panas daripada keadaan kering, dengan

demikian koagulasi protein juga berlangsung

lebih cepat sebaliknya, udara panas memerlukan

periode waktu yang lebih lama untuk menembus

obyeknya.

Sterilisasi eksplan

Eksplan yang diperoleh dari lahan ataupun

rumah kaca merupakan sumber kontaminan yang

potensial. Banyak larutan yang dapat digunakan

untuk sterilisasi permukaan eksplan, namun

konsentrasi larutan dan waktu sterilisasi yang

diperlukan oleh tiap tanaman agar diperoleh hasil

sterilisasi yang optimal tidaklah sama untuk setiap

jenis eksplan. Pemilihan waktu sterilisasi dan

konsentrasi larutan untuk sterilisasi tergantung

Page 16: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 13

dari kondisi masing-masing eksplan (Pierik,

1987). Waktu sterilisasi yang terlalu lama dapat

mengakibatkan kerusakan eksplan, sehingga

waktu dan konsentrasi yang tepat sebaiknya

ditentukan untuk setiap material tanaman yang

akan diteliti.

Eksplan diambil dari bagian tanaman yang

masih muda dengan menggunakan pisau yang

tajam dengan tujuan agar dapat mengurangi

jumlah jaringan yang rusak akibat pemotongan.

Proses sterilisasi permukaan eksplan sebagai

langkah pendahuluan yaitu mencuci eksplan yang

baru diambil dari lahan dengan menggunakan air

mengalir untuk menghilangkan debu dan kotoran

lain yang menempel, kemudian sebelum

disterilisasi dengan larutan fungisida atau

bakterisida, eksplan sebaiknya direndam terlebih

dahulu dengan larutan deterjen selama 5-10

menit. Pierik (1987) menjelaskan bahwa

penambahan deterjen akan menurunkan tegangan

permukaan jaringan sehingga kontak antara

desinfektan dan permukaan jaringan lebih baik.

Tabel 3. Hasil sterilisasi eksplan daun stevia

Sterilisasi

dengan larutan Hasil

Sunclin 50 %, 3

menit

Alkohol 70 %,

10 menit

Terkontaminasi jamur.

Dithane 0,3 %

b/v, 30 menit

Terkontaminasi bakteri

dan ditumbuhi jamur.

Dithane 0,3 %

b/v, 45 menit

Sunclin 50 %, 3

menit

Alkohol 70 %,

10 menit

Eksplan tumbuh dengan

baik tanpa ditumbuhi

jamur ataupun bakteri

dan tidak terjadi

pencoklatan.

Hasil sterilisasi eksplan daun stevia

menunjukkan bahwa dengan menggunakan

larutan sunclin 50 % selama 3 menit dan etanol 70

% selama 10 menit, pada eksplan daun stevia

tidak terjadi pencoklatan tetapi ditumbuhi jamur.

Hal ini terjadi karena larutan sunclin dan etanol

hanya mampu mematikan sel-sel bakteri,

sedangkan sel-sel jamur masih mampu bertahan

hidup sehingga akan tumbuh dan menyebabkan

eksplan akan mati. Pada sterilisasi eksplan dengan

menggunakan larutan Dithane 0,3 % b/v selama

30 menit, pada eksplan tidak terjadi pencoklatan

tetapi terkontaminasi bakteri dan jamur. Hal ini

disebabkan karena larutan Dithane hanya

berfungsi sebagai fungisida dan pada perlakuan

sterilisasi eksplan hanya dengan menggunakan

Dithane saja masih ditumbuhi jamur dikarenakan

waktu yang digunakan untuk sterilisasi kurang

lama. Pada sterilisasi eksplan dengan

menggunakan larutan Dithane 0,3 % b/v selama

45 menit dilanjutkan dengan larutan sunclin 50 %

selama 3 menit dan etanol 70 % selama 10 menit

mampu mensterilkan eksplan sehingga tidak

ditumbuhi jamur maupun bakteri.

Penanaman eksplan

Eksplan yang telah disterilisasi selanjutnya

dipotong-potong di atas cawan petri steril dengan

luas 1 x 1 cm2. Luas eksplan diusahakan seragam

agar diperoleh hasil pertumbuhan yang optimal.

Seabrook (1982) menjelaskan bahwa jika ukuran

eksplan lebih besar maka bahaya kontaminasi

pada mikroba jaringan juga lebih besar, tetapi jika

ukuran sangat kecil maka pertumbuhannya tidak

secepat eksplan yang lebih besar.

Penanaman eksplan harus dilakukan dengan

hati-hati dan seaseptis mungkin. Setiap kali

sebelum dan selesai digunakan, ujung pinset dan

skapel disterilkan dengan etanol 70% dan

difiksasi dengan menggunakan api dari lampu

spiritus. Hal ini dilakukan untuk mencegah

perpindahan mikroba kontaminan dari satu

eksplan ke eksplan yang lain. Botol-botol yang

Page 17: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 14

telah ditanami eksplan kemudian diinkubasi

selama beberapa hari. Eksplan yang bebas dari

kontaminan akan memperlihatkan gejala-gejala

pertumbuhan yaitu dengan dimulai timbulnya

tonjolan-tonjolan di daerah irisan.

Evaluasi Kalus

Prosentase keberhasilan

Penentuan prosentase keberhasilan dilakukan

dengan menghitung jumlah eksplan yang berhasil

membentuk kalus dibagi dengan jumlah

keseluruhan eksplan yang ditanam dikalikan 100

%. Prosentase keberhasilan kultur daun Stevia

seperti tertera pada tabel 4.

Tabel 4. Prosentase keberhasilan kultur kalus

daun stevia pada medium NP

Perlakuan Jumlah

replikasi

Jumlah

eksplan

hidup

Prosentase

keberhasilan

D0B0

D0B1

D0,5B0,5

D1B0

25

25

25

25

0

22 (tunas)

24 (kalus)

21 (akar)

0 %

88 %

96 %

84 %

Keterangan :

B : Konsentrasi BAP dalam mg / liter

D : Konsentrasi 2,4-D dalam mg / liter

Eksplan yang berhasil tumbuh dengan baik

ditandai dengan tidak terjadinya kebusukan pada

eksplan, pencoklatan eksplan, atau eksplan

menjadi kering serta tidak ditumbuhi jamur atau

bakteri baik pada potongan eksplan atau pada

media sekitar eksplan. Tabel 4 menunjukkan

bahwa prosentase keberhasilan terbaik eksplan

membentuk kalus adalah 96 % pada medium NP

dengan menggunakan kombinasi hormon 2,4-D

(0,5 mg/l) dan BAP (0,5 mg/l).

Pertumbuhan dan morfogenetik sel in vitro

dikendalikan oleh interaksi dan keseimbangan zat

pengatur tumbuh yang tersedia dalam media.

Kegagalan pertumbuhan eksplan disamping

disebabkan karena tidak adanya zat pengatur

tumbuh juga disebabkan karena adanya jamur,

bakteri, dan terjadinya proses pencoklatan.

Beberapa faktor yang memicu terjadinya

kontaminasi bakteri dan jamur pada eksplan

adalah kondisi ruang pada saat penaburan serta

keterampilan pada waktu kerja.

Kondisi ruang yang steril pada saat

penaburan sangat penting namun apabila

sterilisasi ruang di sebelah ruang penabur rendah

maka akan mengurangi sterilisasi yang telah

dicapai sebelumnya. Hal ini terjadi jika terdapat

celah-celah yang memungkinkan terjadi

pertukaran udara, sehingga sebagian kontaminan

yang berada di luar ruang penabur masuk ke

dalam ruang penabur.

Waktu eksplan membentuk kalus

Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh

2,4-D dan BAP terhadap waktu induksi kalus

daun stevia memperlihatkan gejala pertumbuhan,

yaitu mulai timbulnya tonjolan-tonjolan yang

tidak teratur pada bekas irisan. Hasil rata-rata

waktu induksi kalus menunjukkan bahwa pada

konsentrasi D0,5B0,5 memberikan waktu induksi

kalus 14,8 hari, pada konsentrasi D0B1

memberikan waktu induksi kalus 17,4 hari, dan

pada konsentrasi D1B0 memberikan waktu induksi

kalus 20,2 hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada

pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 0,5 mg/l dan

BAP dengan konsentrasi 0,5 mg/l mempunyai

waktu induksi lebih cepat bila dibandingkan

dengan pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 1

mg/l saja atau pemberian BAP dengan konsentrasi

1 mg/l saja.

Auksin pada konsentrasi yang tepat

berperan dalam menstimulasi pertumbuhan sel,

tetapi auksin pada konsentrasi yang jauh lebih

tinggi daripada konsentrasi untuk mendorong

pertumbuhan maka faktor pertumbuhan ini

mengganggu metabolisme dan perkembangan dari

sel (Heddy, 1986). Mekanisme kerja pengaruh

auksin terhadap perkembangan sel dijelaskan oleh

Abidin (1987) bahwa auksin dapat meningkatkan

permeabilitas sel terhadap air menyebabkan

Page 18: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 15

pengaruh tekanan pada dinding sel meningkatkan

sintesa protein, meningkatkan plastisitas, dan

pengembangan dinding sel.

Kalus berumur 4 minggu

Subkultur kalus pertama

Subkultur kalus kedua

Subkultur kalus ketiga

Gambar 5. Kalus daun stevia

Hasil Isolasi Steviosida

Hasil isolasi steviosida dari daun stevia

Penyarian steviosida.

Sebanyak 30,328 gram serbuk kering daun stevia

diekstraksi dengan etanol 96 % p.a. sebanyak satu

setengah sirkulasi dengan menggunakan metode

penyarian dengan alat soxhlet sampai didapatkan

filtrat yang tidak berwarna, setelah itu filtrat

disaring dan ekstrak etanol dipekatkan sehingga

diperoleh ekstrak yang kental berwarna hijau

kehitaman sebanyak 13,645 gram. Rendemen

yang didapat adalah 44,99 % b/b.

Fraksinasi.

Ekstrak kental yang terbentuk kemudian

ditambahkan dengan 20 ml aquadest dan

difraksinasi dengan kloroform sebanyak 20 ml

dikocok dalam corong pisah lalu didiamkan

hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan tersebut

dipisahkan satu dengan lainnya dengan hati-hati.

Proses fraksinasi ini dilakukan sampai tiga kali.

Fraksi air setelah dihilangkan dari sisa-sisa

kloroform kemudian ditambahkan dengan 20 ml

n-butanol lalu dikocok di dalam corong pisah dan

didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi

butanol dipisahkan dari fraksi air dengan hati-hati.

Proses ini dilakukan sampai tiga kali. Fraksi

butanol yang terkumpul kemudian dipekatkan.

Kristalisasi dan rekristalisasi.

Fraksi butanol pekat ditambah metanol p.a.

sebanyak 20 ml dan didiamkan beberapa saat

pada suhu kamar, selanjutnya didinginkan dalam

lemari pendingin selama 19 hari. Setelah

terbentuk kristal kuning selanjutnya disaring.

Kristal yang didapat dicuci dengan metanol dan

dikeringkan di dalam oven. Setelah kering, kristal

tersebut ditimbang dan diperoleh kristal sebanyak

598 mg. Rendemen kristal yang didapat adalah

1,97 % b/b.

Hasil isolasi steviosida dari kalus daun stevia

Penyarian steviosida.

Sebanyak 113,812 gram kalus basah daun stevia

diekstraksi dengan etanol 96 % p.a. sebanyak satu

setengah sirkulasi dengan menggunakan metode

penyarian dengan alat soxhlet sampai didapatkan

filtrat yang tidak berwarna, setelah itu filtrat

disaring dan ekstrak etanol dipekatkan sehingga

diperoleh ekstrak yang kental sebanyak 2,757

gram. Rendemen yang didapat adalah 2,422 % b/b

Fraksinasi. Ekstrak kental yang terbentuk

kemudian ditambahkan dengan 20 ml aquadest

dan difraksinasi dengan kloroform sebanyak 20

ml dikocok dalam corong pisah lalu didiamkan

Page 19: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 16

hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan tersebut

dipisahkan satu dengan lainnya dengan hati-hati.

Proses fraksinasi ini dilakukan sampai tiga kali.

Fraksi air setelah dihilangkan dari sisa-sisa

kloroform kemudian ditambahkan dengan 20 ml

n-butanol lalu dikocok di dalam corong pisah dan

didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi

butanol dipisahkan dari fraksi air dengan hati-hati.

Proses ini dilakukan sampai tiga kali. Fraksi

butanol yang terkumpul kemudian dipekatkan

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada halaman depan telah disajikan

secara rinci mengenai hasil penelitian mulai dari

determinasi tanaman stevia, pengambilan bahan,

kultur jaringan tanaman sampai uji kuantitatif

steviosida yang terkandung dalam kalus daun

stevia, kendala-kendala yang dihadapi selama

melakukan penelitian dan pembahasan / analisa

terhadap hasil yang diperoleh sehingga hipotesa

yang telah didapat sebelum dimulainya penelitian

dapat dibuktikan kebenarannya meskipun

demikian masih ada sebagian kecil hipotesa yang

belum dapat dibuktikan kebenarannya melalui

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 1987, Dasar-dasar Pengetahuan

Tentang Zat Pengatur Tumbuh, Penerbit

Angkasa, Bandung, 3-36, 55-60.

Dobberstein, R.H. & Ahmad, M.S., 1982,

Extraction, Separation and Recovery of

Diterpene Glycosides from Stevia

rebaudiana plants, U.S., Pat, 4, 361, 697.

Elkins, R., 1997, Stevia Nature’s Sweetener,

Woodland Publishing, Inc., Pleasant

Grove, UT, 8-9, 21-23, 27.

George, E.F. & Sherington, T.D., 1984, Plant

Propagation by Tissue Culture, Exegetics

Limited, England, 3-5, 9-11, 236, 285,

288, 541.

Gunawan, L.W., 1995, Teknik Kultur In Vitro

Dalam Holtikultura, Penebar Swadaya

Press, Jakarta, 41-47.

Heddy, S., 1986, Hormon Tumbuhan, CV.

Rajawali, Jakarta, 1-35.

Hendaryono, D.P.S. & Wijayani, A., 1994, Teknik

Kultur Jaringan Tanaman, Kanisius

Press, Yogyakarta, 115-125.

Pierik, R.L.M., 1989, In Vitro Culture of Higher

Plants, 2nd

Edition, Martinus Nijhoff

Publishers, Dorarecht, Netherlands, 50-

76, 109-126.

Seabrook, J.E.A., 1982, Laboratory Culture, in,

Staba, E.J., (Ed), Plant Tissue Culture as

A Source of Biochemicals, CRC Press

Inc., Boca Raton, Florida.

Street, H.L., 1977, Plant Tissue and Cell Culture,

2nd

Edition, University of Californication

Press, Barbely, USA, 220-250.

Soegihardjo, C.J., Pramono, S., Gunawan, D.,

1987, Seminar Nasional Metabolit

Sekunder, P.A.U. Bioteknologi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5,

125.

Syamsuhidayat, S. & Hutapea, J.R., 1991,

Inventaris Tanaman Obat Indonesia,

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.

Wattimena & Gunawan, L.W., 1991, Bioteknologi

Tanaman, P.A.U. Bioteknologi, Institut

Pertanian Bogor, 1320-1326.

Wetherel, D.F., 1982, Pengantar Propagasi

Tanaman Secara In Vitro, diterjemahkan oleh Koensoemardiyah, Avery Publishing

Group Inc., Wayne, New Jersey

Page 20: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 17

PENDAHULUAN

Piper nigri fructus adalah buah yang

belum masak yang dikeringkan dari tanaman

Piper nigrum L. Dari suku Piperaceae

(Sudarsono dkk, 1996). Dalam perdagangna Piper

nigri dibedakan 2 macam, tergantung saat panen

dan cara memprosesnya, yaitu piper nigri fructus

dan piper albi fructus. Untuk memperoleh piper

albi fructus, buah yang masak piper nigrum

difermentasi selama 2 - 3 hari dan kemudian

dikupas, setelah dikeringkan akan diperoleh buah

kering yang tidak berwarna ( Sumali W, 2008 ).

Adapun kandungan kimia piper nigri / piper albi

selain mengandung piperin 5 – 9% adalah sebagai

berikut ( Sudarsono dkk, 1996 ):

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH

MERICA PUTIH (Albi fructus )

HENDRA BUDIMAN [email protected]

Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Ada dua macam merica yang menjadi komoditi perdagangan yaitu merica hitam dan merica

putih.merica hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, difermentasi untuk

menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas.

Sedangkan merica putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan

direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (Septiatin,

2008).

Aroma dan rasa pedas merica hitam paling tajam di antara semua jenis merica. Rempah ynag

bernilai tinggi ini dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam hidroklorik yang berguna

membantu untuk meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu kita dapat terbebas dari resiko sakit

perut, kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu, merica hitam juga bersifat sebagai peluruh

kencing dan meningkatkan produksi keringat. Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan antioksidan.

Merica juga merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap langsing.

Merica mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina,

kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang

disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu merica

bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah.

Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama

pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform dengan titik lebur 125-126oC (Septiatin,2008).

Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat

membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang

berlebihan dan dalam keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium

piperinat dan piperidin.

. Kata kunci : Isolasi, Identifikasi, Alkaloid Piperin, Merica Putih.

Page 21: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 18

Minyak atsiri berwarna kuning (berbau

aromatis), senyawa berasa pedas (Chavicine),

Amilum (karbohidrat), Protein, Vitamin B,

Resein, dan lain-lain. Piperin merupakan senyawa

kimia amida basa lemah yang dapat membentuk

garam dengan asam mineral kuat. Piperin apabila

dihidrolisis dengan KOH metanolik akan

menghasilkan kalium piperinat dan piperidin.

Piperin berasa pedas, rasa pedas ini masih

dapat dirasakan hingga pengenceran 1 : 200.000

(sudarsono dkk, 1996; Sumali W, 2008). Piperin

berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning

dengan jarak lebur 129 - 130°C sedikit larut

dalam air. Larut dalam 15 bagian etanol, 36

bagian eter, asam asetat, benzene dan kloroform.

Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda)

dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin;

Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap

makanan, mengatasi bau badan, rasa makanan

yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging

(Septiatin, 2008).

Ada dua macam merica yang menjadi

komoditi perdagangan yaitu merica hitam dan

merica putih.merica hitam diperoleh dengan

memetik buah yang masih hijau, mengupasnya,

difermentasi untuk menambah rasa lada,

kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari,

dan rasanya lebih pedas. Sedangkan merica putih

diperoleh dengan memetik biji masak

merah,diremas perlahan-lahan dan direndam

dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum

dikeringkan di sinar matahari (Septiatin, 2008).

Aroma dan rasa pedas merica hitam

paling tajam di antara semua jenis merica.

Rempah ynag bernilai tinggi ini dapat

meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam

hidroklorik yang berguna membantu untuk

meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu

kita dapat terbebas dari resiko sakit perut,

kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu,

merica hitam juga bersifat sebagai peluruh

kencing dan meningkatkan produksi keringat.

Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan

antioksidan. Merica juga merangsang terpecahnya

sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap

langsing.

Merica mengandung minyak atsiri,

pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid

piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit

dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh

resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine

dapat merangsang cairan lambung dan air ludah.

Selain itu merica bersifat pedas, menghangatkan

dan melancarkan peredaran darah.

Piperin berupa Kristal berbentuk jarum

berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-

lama pedas, larut dalam etanol, benzene,

kloroform dengan titik lebur 125-126oC

(Septiatin,2008).

Piperin termasuk golongan alkaloid yang

merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat

membentuk garam dengan asam mineral kuat.

Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik

yang berlebihan dan dalam keadaan panas

menyebabkan piperin terhidrolisis dan

membentuk kalium piperinat dan piperidin.

Khasiat dari buah merica yaitu dapat

mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera,

nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer,

dan impoten (septiatin, 2008).

SISTEMATIKA TANAMAN

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum

Nama binomial: Piper nigrum L

Page 22: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 19

Saring Kristal cuci dengan etanol 96 %(dingin)

Keringkan Kristal dalam almari pengering

( 40°C, 30 – 45 menit ) Kristal dievaluasi

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan:

ALAT:

Batang pengaduk, Beaker glass, Cawan porselen,

Corong, Erlenmeyer, Flakon, Gelas ukur, Kapiler,

Kompor, Lampu UV 254, Mikroskop & objek

glass, Pipet, Seperangkat alat KLT, Seperangkat

alat soxlet, Statif, Timbangan

BAHAN:

Batu didih, Benzen, Etanol , Etil asetat, H2SO4 p,

Kapas, Kertas saring, KOH etanolik 10%, Plat

silika gel GF 254, Serbuk buah merica putih

CARA KERJA

30 gram serbuk buah merica putih masukkan

dalam alat soxletasi yang telah diberi kertas saring

± 250 ml etanol, dan batu didih ekstraksi 2 – 3

jam ( kecepatan sirkulasi 4 – 5 sirkulasi perjam )

Saring dengan kertas saring, Sari dipekatkan

sampai konsistensi kental ( 2 – 3 ml)

+ 10 ml KOH etanolik 10%, aduk sampai

terbentuk endapan

Saring melalui corong dengan kapas

Sari jernih diamkan dalam almari pendingin

sampai mengkristal ( 12 – 24 jam )

GAMBAR RANGKAIAN ALAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Organoleptik:

Makroskopis:

Bentuk : Kristal

Warna : Putih Kekuningan

Rasa : Pedas

Bau : Menyengat

Rendemen = ∑(Kristal) x100%

∑simplisia

∑simplisia= 2,3 gram x100%

30 gram

= 7,67 %

Identifikasi dengan KLT:

Fase diam: silika Gel GF 254

Fase Gerak: Benzen : Etil asetat

( 70 : 30 )

Page 23: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 20

Sampel & standart : Larutan 10 mg dalam 1

ml Metanol

Penotolan : 3 – 5 totolan ( sampel &

standart )

Deteksi : UV 254 nm

Pereaksi penampak : HCl p

: Putih kekuningan

H2SO4

: Kuning

Rf 1 = 0,8/4,6 = 0,17

Rf 2 = 1,2/4,6 = 0,26

Rf 3 = 1,7/4,6 = 0,37

Rf 4 = 2,2/4,6 = 0,47

Rf 5 = 2,8/4,6 = 0,6

Rf 6 = 3,1/4,6 = 0,67

Rf 7 = 3,6/4,6 = 0,78

Rf 8 = 4/4.6 = 0,86

PEMBAHASAN

Isolasi piperin yang terkandung dalam

piperis albi fructus, dengan metode rekristalisasi

menggunakan soxhlet. Rekristalisasi merupakan

suatu teknik pemisahan zat padat dari suatu zat

pencemar dengan cara mengkristalkan kembali

zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut

yang sesuai.

Ekstraksi dilakukan dengan penambahan

pelarut etanol 96%. Pemilihan etanol 96% karena

jika yang dipakai etanol 70% di khawatirkan

banyak amilum yang akan lebih banyak ditarik

dibandingkan piperinnya, jadi piperinnya sedikit

dan pengotornya yang lebih bnayak.

Penambahan etanol sebanyak satu

setengah kali sirkulasi dengan kecepatan 4-5

sirkulasi per jam. Jika penambahan etanolnya

hanya 1x sirkulasi dikhawatirkan pada saat

pemanasan etanolnya menguap semua dan belum

tentu bisa turun jadi ekstraksi bisa berhenti.

Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan

kertas saring, sari dipekatkan sampai konsistensi

kental ( 2 – 3 ml). Penambahan KOH-Etanolik

10% untuk memisahkan senyawa resin dengan

meminimalkan pembentukan garam, sehingga

didapatkan alkaloida yang murni.

Endapan dipisahkan dengan cara

penyaringan dengan kertas saring, yang

seharusnya disaring dengan glasswool agar filtrate

bisa tersaring. Jika digunakan kertas saring, susah

untuk mendapatkan filtratnya karena resin bersifat

lengket jadi menempel di kertas saring.

Penyaringan dengan glasswool untuk

meminimalkan kandungan resin yang ikut

tersaring, kemudian didapatkan sari yang jernih.

Sari didiamkan selama 1 malam sampai diperoleh

Kristal.

Setelah terbentuk Kristal, dicuci dengan

etanol dingin agar piperin tidak ikut larut, jadi

senyawa lain (resin dan pengotor lainnya) yang

larut lalu di oven pada suhu 40o C ( 30-45 menit ).

Identifikasi kristal piperin dengan metode

KLT menggunakan fase diam berupa Silika gel

GF 254 dan fase gerak benzen:etil asetat (70:30).

Karena serbuk buah merica putihnya kurang

bersih, sehingga hasilnya tidak maksimal.

KESIMPULAN

Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan

identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah

lada serta melakukan analisis kualitatif piperin

dalam sampel hasil isolasi.

Metode rekristalisasi menggunakan prinsip

perbedaan kelarutan antara pencemar dengan

zat yang akan diambil.

Page 24: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 21

DAFTAR PUSTAKA

Septiatin, Eatin, 2008, Apotek Hidup dari

Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan

Tanaman Liar, CV. Yrama Widya,

Bandung, (60,61,62).

Anonim, 2011, Piperin, available at:

http://en.wikipedia.org/wiki/Piperine,(diaks

es 3 November 2011).

Gembong Tjitrosoepomo, 2000, Taksonomi

Tumbuhan (Spermatophyta), UGM Press,

Yogyakarta, (119).

Sutarno DRS, Agung Andoko, Budidaya Lada si

Raja Rempah-Rempah, Agramedia Pustaka,

Depok.

Hariana, Arief, H, DRS, 2007, Tumbuhan Obat

dan Khasiatnya, Penebar Swadaya, Depok

(73).

Wiryowidagdo, Sumaali, Prof, 2007, Kimia dan

Farmakologi Bahan Alam, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Howard, Ansel, C, 1989, Pengantar Bentuk

Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.

Sastrohamidjojo, Sudarsono, Hardjono, 1996,

SumberBahan Alam, UGM Press,

Yogyakarta.

Page 25: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 22

Page 26: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 23

PENDAHULUAN

Kualitas mempunyai hubungan yang erat

dengan kepuasan pasien. Kualitas memberikan

suatu dorongan kepada pasien untuk menjalin

ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan.

Jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan

perusahaan untuk memahami dengan seksama

harapan pasien serta kebutuhan mereka. Demikian

perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pasien

dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman

pasien yang menyenangkan (Atmawati dkk, 2007)

Pertanyaan yang muncul adalah apakah

sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah baik

dalam menangani masalah kesehatan Indonesia.

Salah satunya permasalahan yang terjadi adalah

pelayanan kesehatan di RSUD. Untuk

meningkatkan mutu pelayanan adalah dari aspek

teknis medis yang hanya berhubungan langsung

antara pelayanan medis dan pasien saja atau mutu

kesehatan dari sudut pandang sosial dan sistem

pelayanan kesehatan secara keseluruhan,

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

RAWAT JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD

DR. MOEWARDI

SITI MARUFAH

[email protected]

Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Lajunya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik

menyebabkan masyarakat lebih selektif memilih jasa pelayanan medis yang akan dimanfaatkan guna

meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, UDPF dituntut untuk meningkatkan kualitas

pelayanan yang diberikan sehingga kepuasan pasien dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh dimensi Tangible, Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty

dan Price pada kepuasan pasien.

Penelitian ini merupakan penelitiaan survey dengan menggunakan kuesioner dengan

pengambilan sampel sebanyak 322 responden. Data yang diperoleh dengan menggunakan metode

servqual (Service Quality) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat kualitas

pelayanan yang didapatkan terhadap tingkat kualitas yang diharapkan pasien di UDPF Reguler Instalasi

Farmasi. Uji Regresi Linier untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi kualitas berpengaruh secara

signifikan antara dimensi kualitas (Tangible, Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty dan Price)

pada kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi Farmasi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dimensi kualitas pelayanan Tangible,

Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty dan Price berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan pasien sebesar 38,6% sedangkan 61,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui

diluar penelitian. Dimensi Assurance memberikan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien di

UDPF Reguler Instalasi Farmasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,587.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien

Page 27: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 24

termasuk akibat-akibat manajemen administrasi,

keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya.

Kualitas pelayanan RS dapat diketahui

dari penampilan profesional personil RS,

mewujudkan efisiensi, berkompetisi secara sehat

menjalankan fungsi sosialnya dengan baik dan

efektifitas pelayanan serta kepuasan konsumen.

Kepuasan konsumen ditentukan oleh keseluruhan

pelayanan: pelayanan administrasi, peralatan

pengobatan, fasilitas dan estetika RS itu sendiri.

Ketidakpuasan pasien yang paling sering

dikemukakan adalah sikap dan perilaku petugas

RS, antara lain: pelayanan yang terlambat,

petugas yang kurang komunikatif dan informatif

terhadap pasien, aspek pelayanan yang lama di

RS, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan

RS. Kualitas produk atau jasa, kualitas pelayanan,

harga, biaya, serta tenaga kesehatan gagal

berkomunikasi dengan pasien menduduki

peringkat tinggi dalam persepsi kepuasan pasien

di RS. Tidak jarang pasien merasa outcome tidak

sesuai dengan harapannya merasa puas karena

diberikan pelayanan dengan sikap dan perilaku

yang menghargainya (Jacobalis, 1989).

Kepuasan pasien adalah kebutuhan

mendasar bagi penyedia layanan kesehatan.

Kepuasan pasien hanya dapat tercapai dengan

memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

pasiennya. Pelayanan yang baik sering dinilai

oleh konsumen secara langsung dari karyawan

sebagai orang yang melayani atau disebut juga

sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan

usaha untuk meningkatkan kualitas sistem

pelayanan yang diberikan agar dapat memenuhi

keinginan dan meningkatkan kepuasan pasien

(Kotler, 2005).

Pada dasarnya pelayanan rumah sakit

diperlukan setiap orang untuk keperluan

kesehatannya, maka diharapkan kualitas

pelayanan yang baik dapat menumbuhkan dan

mempengaruhi keputusan dan kepercayaan pasien

untuk menggunakan jasa layanan kesehatan

RSUD Dr.Moewardi salah satunya.

Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi,

2001 dimensi kualitas jasa (SERVQUAL) meliputi

Tangible, Reability, Responsiveness, Assurance,

dan Emphaty. Karena dari kelima dimensi

tersebut terdapat kepentingan relatif yang

berbeda-beda, serta menganalisis kepuasan

pasien, dimana ekspektasi merupakan

harapanyang dimiliki pasien tentang rumah sakit

yang dikunjungi dengan kenyataan yang

didapatkan pasien saat membeli obat di rumah

sakit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu

tentang kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh

pada kepuasanpasien antara lain:

1. Hasil penelitian Achmad pada tahun 2010

dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas

III di Rumah SakitUmum Daerah Pandan

Arang Kabupten Boyolali”, menujukkan

variabel Tangible, Responsiveness,

Reliability, Assurance, dan Emphty

berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan pasien rawat inap kelas III di

Rumah Sakit.Variasi dalam kepuasan pasien

rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum

Daerah PandanArang Kabupaten Boyolali

dijelaskan oleh variabel Tangible,

Responsiveness, Reliability, Assurance, dan

Emphaty sebesar 97% dan selebihnya sebesar

3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak

terakomodasi dalam model penelitian

(gangguan-error).

2. Hasil penelitian Rahmulyono (2008) dengan

judul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan

terhadap Kepuasan Pasien Puskesmas Depok

1 di Sleman”, menunjukkan variabel

reliability, responsiveness, assurance,

emphaty dan tangible berpengaruh secara

signifikan terhadap kepuasan pasien dapat

dijelaskan oleh variabel reliability,

responsiveness, assurance, emphaty dan

tangible sebesar 46, 4%, sisanya sebesar 53,

6% dipengaruhi oleh variabel variabel lain

Page 28: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 25

yang tidak terakomodasi dalam model

(gangguan-error).

3. Hasil penelitian Khasanah (2010) dengan

judul “Analisa Pengaruh Kualitas Pelayanan

terhadap Kepuasan Konsumen RS St.

Elisabeth Semarang” menunjukkan reability,

reponsiveness, assurance, emphatydan

tangible berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan konsumen di RS St. Elisabeth

Semarang. Variasi dalam kepuasan terhadap

loyalitas 71,6% sisanya sebesar 28,4% di

pengaruhi oleh variabel-variabel lain.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap

kepuasan pasien yaitu bahwa kualitas pelayanan

sangat mempengaruhi keputusan dalam

pengambilan sikap. Hal yang menarik untuk

diteliti adalah bagaimana kualitas pelayanan yang

diberikan tenaga medis dan non medis di UDPF

Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi,

apakah sudah memuaskan harapan pasien. Tidak

dipungkiri bahwa masyarakat memiliki keputusan

penilaian terhadap kualitas dan kinerja jasa pada

tiap-tiap rumah sakit, yang tentu saja berbeda.

Berdasarkan latar belakang tersebut guna

dapat meneliti lebih dalam sudut pandang

kualitas pelayanan, kepuasan pasien dan nilai

maka saya merasa tertarik untuk mengajukan

Penelitian. Judul yang dipilih tentang

“PENGARUH KUALITAS PELAYANAN

TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT

JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI

FARMASI RSUD Dr. MOEWARDI”, dengan

menggunakan dimensi tangible, reliability,

responsiveness, assurance, emphaty dan price.

METODE PENELITIAN

Uraian Metode Penelitian

Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang

hendak dikenai generalisasi hasil penelitian

(Azwar, 2004). Wilayah generalisasi tersebut

terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien rawat jalan atau pendampingnya

yang mendapat pelayanan informasi obat di

UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.

Moewardi tahun 2014.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2004). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagian pasien rawat jalan

atau pendampingnya yang mendapat pelayanan

informasi obat di UDPF Reguler Instalasi Farmasi

RSUD Dr. Moewardi yang terpilih dan bersedia

mengisi alat penelitian yang berupa angket atau

kuesioner tanpa paksaan dari pihak peneliti tahun

2014.

Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut dari

sekelompok objek yang diteliti, mempunyai

variasi yang berbeda antara satu dan lainnya

dalam kelompok tersebut (Sugiono, 1997).

Tabel 1. Indikator variabel penelitian

Sumber dari (Lupiyoadi, 2006), (Supriyono,

1991), (Tjiptono, 2002).

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Indikator

Bukti fisik

(X1)

Kemampuan

suatu

perusahaan

dalam

menunjukkan

eksistensinya

kepada pihak

eksternal.

1. Fasilitas fisik

2. Penampilan

pegawai

3. Perlengkapan

dan

peralatan

Page 29: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 26

Keandalan

(X2)

Kemampuan

suatu

perusahaan

untuk

memberikan

pelayanan

sesuai dengan

yang

dijanjikan

secara akurat.

1. Pelayanan

yang sama

untuk semua

pasien tanpa

kesalahan

2. Sikap yang

simpatik

3. Ketepatan

waktu

Daya

tanggap

(X3)

Suatu

kebijakan

untuk

membantu dan

memberikan

pelayanan

yang cepat

dan tepat

kepada pasien,

dengan

menyampaika

n informasi

yang jelas.

1. Pelayanan

yang cepat

dan tepat

2. Pemberian

informasi

yang jelas

Jaminan

dan

kepastian

(X4)

Pengetahuan,

kesopansantun

an, dan

kemapuan

para pegawai

perusahaan

untuk

menumbuhkan

rasa percaya

para pasien

kepada

perusahaan.

1. Kredibilitas

2. Keamanan

3. Sopan santun

Empati (X5) Memberikan

perhatian yang

tulus dan

bersifat

individual atau

pribadi yang

diberikan

kepada para

1. Perhatian

secara personal

2. Memahami

kebutuhan

secara spesifik

3. Memiliki

waktu

pengoperasian

pasien dengan

berupaya

memahami

keinginan

pasien.

pelayanan

yang nyaman

bagi pasien

Harga jual

(X6)

Jumlah

moneter yang

dibebankan

untuk satu unit

usaha kepada

pembeli atau

jasa yang

dijual.

1. Penetapan

harga jual

2. Penyesuaian

harga jual

3. Perubahan

harga

Kepuasan

pasien (Y)

Merupakan

evaluasi purna

dimana

alternatif yang

dipilih

sekurang-

kurangnya

memberikan

hasil atau

melampaui

harapan

pasien.

1. Kesesuain

harapan

2. Minat

pembelian

ulang

3. Kesedian

untuk

merekomenda

si

Klasifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini meliputi :

a. Variabel bebas. Variabel bebas (independent)

dalam penelitian ini terdiri dari Tangible,

Reliability, Responsiveness, Assurance,

Emphaty, dan Price.

b. Variabel terikat. Variabel terikat (dependent)

kepuasan pasien terhadap rumah sakit Dr.

Moewardi Surakarta.

Definisi Operasional Variabel

Dimensi Tangible adalah persepsi

pasien terhadap aspek-aspek nyata yang bisa

dilihat dan diraba, meliputi peralatan medis yang

lengkap, fasilitas fisik gedung yang bersih dan

Page 30: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 27

nyaman, penampilan pegawai yang rapi dan

bersih serta lokasi yang strategis.

Dimensi Reliability adalah persepsi

pasien terhadap rumah sakit dalam mewujudkan

jasa sesuai dengan yang telah dijanjikan, meliputi

ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk

semua pasien tanpa kesalahan dan keakuratan

penanganan /pengadministrasian dokumen.

Dimensi Responsiveness adalah persepsi

pasien terhadap keinginan dalam menyediakan

jasa /pelayanan yang dibutuhkan pasien meliputi

kesedian pegawai dalam membantu pasien dengan

cepat dan kejelasan informasi waktu penyampaian

jasa.

Dimensi Assurance adalah persepsi

pasien terhadap sumber daya yang dimiliki rumah

sakit dalam memberikan pelayanan yang sesuai

dengan standar, meliputi pengetahuan,

kemampuan, dan sifat dapat dipercaya para

petugas di rumah sakit.

Dimensi Emphaty adalah persepsi pasien

terhadap kemudahan pelayanan, keramahan,

komunikasi, dan kemampuan memahami

kebutuhan konsumen, meliputi perhatian khusus

kepada pasien, komunikasi yang baik dan

kemudahan dalam menjalin relasi.

Dimensi Price adalah persepsi pasien

terhadap harga diturunkan dari interpretasi

mereka terhadap perbedaan harga (secara nyata

dan tidak langsung), dan interpretasi mereka

terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan

isyarat yang ditunjukkan oleh harga secara

kontekstual.Kepuasan Pasien adalah persepsi

pasien tentang pelayanan di rumah sakit meliputi :

Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance,

Emphaty, dan Price (Kotler dalam Lupiyoadi,

2001).

Gambar 6. Skema Jalannya Penelitian

Orientasi

permasalahan

Pembuatan

proposal

Pengambilan

sampel try out

penelitian

Uji validitas

dan reliabilitas

Kuesioner

yangvalid dan

reliabel

Pengumpulan

data penelitian

Analisis data

Uji asumsi

dasar

Uji

normalit

as

Uji

linieritas

Uji asumsi

klasik

regresi

Uji

multikoline

aritas

Uji

heteroskeda

stisitas

Uji

autokorelasi

Pembahasa

n

Kesimpulan

dan saran

Page 31: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 28

Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data pada penelitian

ini adalah pedoman observasi terstruktur dengan

metode kuesioner.

Pengumpulan data digunakan dengan

menggunakan: Pengamatan (observasi),

pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data

lingkungan internal yang meliputi sumber daya

manusia, sarana prasarana, kinerja pelayanan.

Alat pengumpulan data adalah pedoman observasi

tidak terstruktur.

Koesioner dilanjutkan untuk pasien yang

sudah mendapatkan pelayanan farmasi. Salah

satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak

dijadikan sebagai acuan adalah model

kesenjangan kualitas jasa dengan metode servqual

(servive quality) yang dikembangkan oleh

Parasuraman, Zeithaml dan Bery (Kotler dan

Keller,2006). Servqual dikembangkan atas adanya

perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi

pasien atas layanan jasa yang nyata mereka terima

(perceived service) dengan layanan yang mereka

harapkan (expected srvice).

Metode servqual dikembangkan oleh

Parasuraman 1990. Cara menyatakan bahwa

harapan, kepuasan pasien dan kualitas layanan

mempunyai hubungan yang dapat diukur dari

kualitas pelayanannya (service quality), kepuasan

pasien dihitung dengan membandingkan prediksi

dan persepsi dari pasien. Kuesioner yang disebar

nantinya akan terdapat penilaian pasien terhadap

dua bagian penting yaitu ekspektasi dan persepsi

pasien. Ekspektasi adalah yang memuat

penyataan-pernyataan untuk mengetahui dengan

pasti harapan umum (ekspektasi) dari pasien

terhadap sebuah jasa dan persepsi adalah yang

memuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur

pandangan pasien terhadap rumah sakit dengan

kategori tertentu.

Tanggapan pasien dinyatakan dengan

skala Likert, yaitu tentang skala nominal 4 untuk

sangat setuju dan skala nominal 1 untuk sangat

tidak setuju sebagai berikut : Sangat Setuju (4),

Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju

(1).

Skala Likert adalah skala yang memuat

tentang pernyataan yang menunjukkan tingkat

persetujuan atau ketidaksetujuan responden.

Tabel 2. Skala Pengukuran Menurut Likert

Skala Pernyataan positif

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan metode

teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang yang sama bagi setiap

anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel

(non probability). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pasien yang dijadikan sampel harus

memenuhi kriteria inklusi yang meliputi:

1. Pasien rawat jalan atau pendampingnya

yang menerima pelayanan farmasi di

UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD

Dr. Moewardi.

2. Pasien rawat jalan yang proaktif dan

dapat berkomunikasi dengan baik.

3. Pasien rawat jalan yang mau dijadikan

responden dalam penelitian.

4. Pasien yang pernah menerima pelayanan

farmasi lebih dari 1 kali.

Pasien yang dijadikan sampel harus

memenuhi kriteria exklusi yang meliputi:

a. Pasien yang tidak bisa membaca.

b. Bukan merupakan pasien rawat jalan.

c. Pasien yang belum pernah mendapatkan

pelayanan kesehatan.

Page 32: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 29

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara

survey langsung di lapangan. Data diperoleh

langsung dari responden melalui kuesioner yang

memuat sejumlah pernyataan yang akan

dibagikan kepada responden di UDPF Reguler

Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi pada

tahun 2014.

Berdasarkan masalah yang diuraikan dan

tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, maka

jenis data yang diperlukan adalah data primer

yang meliputi: Data tentang karekteristik

responden. Data ini meliputi : jenis kelamin,

usia, pendidikan, dan pekerjaan responden.

Data tentang penilaian pelayanan di

rumah sakit. Data yang terdiri dari persepsi dan

harapan konsumen tentang bukti fsik, keandalan,

daya tanggap, jaminan kepastian, kepedulian, dan

harga jual terhadap pasien.

Analisis dan Interpretasi Data

Pengukuran dapat menentukan layak

tidaknya suatu instrumen pengukur dapat

digunakan. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan

pengujian terhadap validitas dan reliabilitasnya

(Saifuddin, 2003). Analisis validitas, validitas

adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur benar-benar dapat mengukur

apa yang perlu di ukur. Analisis reliabilitas,

reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan

sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau

diandalkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelanggan dalam penelitian ini adalah

pasien atau keluarga yang mewakili pasien yang

telah mendapatkan pelayanan kefarmasian dari

UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.

Moewardi. Data penelitian diperoleh dari

menyebar kuesioner tentang kepuasan pasien atau

keluarga mewakili pasien terhadap kualitas

pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat jalan

di UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.

Moewardi.

Uji Validitas

Penelitian ini menggunakan uji validitas

untuk mengukur ketepatan suatu itemdalam

kuesioner atau skala, apakah item-item pada

kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur

apa yang diukur. Uji validitas dan uji reliabilitas

dalam penelitian ini dilakukan terhadap ketujuh

dimensi kualitas pelayanan yang terdiri tangible

(bukti fisik), reliability (kehandalan),

responsiveness (daya tanggap), assurance

(jaminan), emphaty (empati), price (harga jual),

dan kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi

Farmasi RSUD Dr. Moewardi. Setiap dimensi

terdiri dari lima butir pernyataan alat ukur

kuesioner, sehingga total alat ukur kuesioner

terdapat 35 butir. Penilaian langsung terhadap

koefisien korelasi bisa digunakan batas nilai

minimal korelasi 0,2407 untuk uji coba 30

responden. Teknik pengujian yang digunakan

untuk uji validitas pada program SPSS version17

yaitu dengan Corrected Item-Total Correlation.

Hasil uji validitas dari butir-butir

pernyataan kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Alat ukur kuesioner dimensi tangible,

hasil validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil uji validitas dimensi tangible

Varia

bel

Butir

perny

ataan

r-hitung r-tabel Keter

angan

Dime

nsi

Tangi

ble

1

2

3

4

5

0,493

0,651

0,636

0,342

0,544

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Page 33: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 30

Hasil uji validitas dimensi tangible berdasarkan

tabel 5 dapat diketahui bahwa lima butir

pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih besar dari

r-tabel (0,2407) maka demikian semua butir

pernyataan tersebut dikatakan valid dan dapat

digunakan untuk pengujian sampel.

b. Alat ukur kuesioner dimensi reliability,

hasil validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil uji validitas dimensi reability

Sumber: Data primer yang diolah (2014)

Hasil uji validitas dimensi reliability

berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa

lima butir pernyataan memiliki nilai r-hitung

lebih besar dari r-tabel (0,2407) maka

demikian semua butir pernyataan tersebut

dikatakan valid dan dapat digunakan untuk

pengujian sampel.

c. Alat ukur kuesioner dimensi responsiveness,

hasil validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil uji validitas dimensi responsiveness

Hasil uji validitas dimensi responsiveness

berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa lima

butir pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih

besar dari r-tabel (0,2407) maka demikian semua

butir pernyataan tersebut dikatakan valid dan

dapat digunakan untuk pengujian sampel.

d. Alat ukur kuesioner dimensi assurance,

hasil validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil uji validitas dimensiassurance

Hasil uji validitas dimensi assurance berdasarkan

tabel 8 dapat diketahui bahwa lima butir

pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih besar dari

r-tabel (0,2407) maka demikian semua butir

pernyataan tersebut dikatakan valid dan dapat

digunakan untuk pengujian sampel.

e. Alat ukur kuesioner dimensi emphaty, hasil

Validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil uji validitas dimensi emphaty

Hasil uji validitas dimensi emphaty berdasarkan

tabel 9 dapat diketahui bahwa lima butir

pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih besar dari

r- tabel (0,2407) maka demikian semua butir

pernyataan tersebut dikatakan valid dan dapat

digunakan untuk pengujian sampel.

f. Alat ukur kuesioner dimensi price, hasil

validitas kuesioner sebagai berikut:

Varia

ble

Butir

perny

ataan

r-

hitung r-tabel

Keteran

gan

Dimen

si

Reliab

ility

1

2

3

4

5

0,538

0,413

0,460

0,284

0,428

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Variable

Butir

perny

ataan

r-

hitung

r-

tabel

Keter

angan

Dimensi

responsiv

eness

1

2

3

4

5

0,652

0,346

0,450

0,655

0,578

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Variable

Butir

pernya

taan

r-

hitung

r-

tabel

Keterang

an

Dimensi

Assurance

1

2

3

4

5

0,473

0,522

0,294

0,665

0,333

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Varia

ble

Butir

perny

ataan

r-

hitung

r-

tabel

Keter

angan

Dimen

si

Emph

aty

1

2

3

4

5

0,617

0,668

0,592

0,401

0,592

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Page 34: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 31

Tabel 10. Hasil uji validitas dimensi price

Variab

le

Butir

pernyataan

r-

hitung r-tabel Ket.

Dimen

si

Price

1

2

3

4

5

0,302

0,650

0,657

0,388

0,416

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Hasil uji validitas dimensi price berdasarkan tabel

10 dapat diketahui bahwa lima butir pernyataan

memiliki nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel

(0,2407) maka demikian semua butir pernyataan

tersebut dikatakan valid dan dapat digunakan

untuk pengujian sampel.

Uji Reliabilitas

Tabel 12. Hasil uji reliabilitas alat ukur

kuesioner

No Alat ukur

pertanyaan

Cronbac

h’s Alpha

Reliabilit

as Kritis

Keterang

an

1

2

3

4

5

6

7

Tangible

Reliability

Responsiven

ess

Assurance

Emphaty

Price

0,750

0,663

0,764

0,695

0,792

0,718

0,764

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Hasil uji reliabiltas di atas menyatakan

bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk harapan

yang terdiri dari dimensi tangible, reliability,

responsiveness, assurance, emphaty, dan price

masing-masing memiliki Cronbach’s Alpha

sebesar 0,750; 0,663; 0,764; 0,659; 0,792; dan

0,718 dimana nilai positif lebih besar dari 0,6

sehingga dinyatakan bahwa alat ukur kuesioner

dimensi-dimensi kualitas pelayanan dinyatakan

reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

Untuk perhitungan reliabilitas juga

menyatakan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk

kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi

Farmasi adalah sebesar 0,764 dimana nilainya

positif dan lebih dari 0,6 sehingga dinyatakan

bahwa alat ukur kuesioner untuk kepuasan pasien

di UDPF Reguler Instalasi Farmasi dinyatakan

reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

Rumus yang digunakan untuk

menghitung sampel (s) dari populasi yang sudah

diketahui jumlahnya dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Q . P . 1 - N d

Q . P . N . s

22

2

Diketahui

N = 4280

s = jumlah sampel 2 = dengan dk = 1, taraf kesalahan 5% =

3,481

P = Q = 0,5 (50%) merupakan proporsi

populasi

d = 0,05

0,5 x 0,5 x 481,3 1 -4280 05,0

0,5 x 0,5 x 4280 x 481,3 s

2

322 56775,11

3724,67

87025,06975,10

3724,67 s

Berdasarkan hasil perhitungan sesuai

dengan rumus penentuan jumlah sampel maka

diperoleh s = 322, sehingga sampel yang

digunakan untuk penelitian adalah 322 responden.

A. Deskripsi Responden

Responden pada pengambilan data

tentang kepuasan pasien yaitu pasien rawat jalan

di UDPF Reguler Instalaasi Farmasi RSUD Dr.

Moewardi sebanyak 322 responden.

Jenis Kelamin Responden

Salah satu karakteristik populasi dapat

diketahui melalui jenis kelamin responden.

Distribusi jenis kelamin responden dapat dilihat

pada tabel 13.

Page 35: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 32

Tabel 13. Distribusi Responden Menurut Jenis

Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

(%)

Laki-Laki 97 30,2

Perempuan 225 69,8

Jumlah 322 100

Dari data di atas dapat diketahui bahwa

jumlah responden perempuan lebih banyak

dibanding responden laki-laki dengan jumlah

responden sebanyak 225 orang dengan persentase

69,8% sedangkan responden laki-laki berjumlah

97 orang dengan persentase 30,2% dari jumlah

322 responden di UDPF Reguler Instalasi

Farmasi. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan

lebih banyak perempuan yang lebih perduli

tentang masalah kesehatan yang dialaminya atau

perempuan lebih memiliki waktu luang dirumah.

Usia Responden

Karakteristik pasien juga dapat dilihat

dari penggolongan usia responden. Distribusi

responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Usia

Umur (tahun) Frekuensi Persentase

(%)

17-25 58 18,1

26-35 107 33,2

36-45 84 26,1

>45 73 22,6

Jumlah 322 100

Jumlah responden yang digunakan pada

penelitian ini sebanyak 322 orang dan dari

klasifikasi berdasarkan usia dapat dilihat bahwa

usia paling banyak adalah pasien yang berusia

sekitar 26-35 tahun yang berjumlah 107

responden atau sebesar 33,2% dapat dikarenakan

pasien golongan usia tersebut lebih

memperhatikan kesehatan yang sangat penting

untuk alasan pekerjaan. Responden dengan

jumlah paling sedikit adalah responden yang

berusia 17-25 tahun sejumlah 58 responden

dengan persentase 18,1% dapat disebabkan pasien

usia tersebut lebih banyak waktunya untuk belajar

di sekolah ataupun pasien tidak begitu peduli

memperhatikan kesehatannya.

Pekerjaan Responden

Distribusi responden berdasarkan

pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Responden menurut pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

PNS 18 5,6

Pegawai Swasta 131 40,7

Petani 28 8,7

Pelajar/Mahasis

wa

49 15,2

Pedagang 18 5,6

Lain-lain 78 24,2

Jumlah 322 100

Berdasarkan data dari 322 responden,

didapat bahwa responden paling banyak adalah

pegawai swasta dengan persentase 40,7%

dikarenakan orang yang bekerja ditempat

usahanya sendiri dapat meninggalkan

pekerjaannya tanpa ijin dari kepala kantor dan

sejumlah 78 responden atau 24,2% mempunyai

pekerjaan yang lain selain PNS, petani,

pelajar/mahasiswa, dan pedagang.

Pendidikan Terakhir Responden

Salah satu karakteristik populasi dapat dilihat dari

distribusi tingkat pendidikan terakhir responden

dalam tabel 16:

Tablel 16. Jumlah dan Persentase Responden

Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

SD 39 12,1

SMP 85 26,4

SMA 136 42,2

Akademi/Diploma 17 5,3

Sarjana 45 14,0

Jumlah 322 100

Sumber : Data primer yang telah diolah (2014)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat

bahwa responden terbanyak adalah responden

Page 36: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 33

dengan tingkat pendidikan SMA dengan

persentase 42,2% dan responden paling sedikit

adalah tingkat Akademi/Diploma dengan

persentase 5,3%. Banyaknya responden SMA

dimungkinkan karena sudah mengertinya

masyarakat dengan peranan dan fungsi UDPF

Instalasi Farmasi di sekitarnya.

Hasil Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis

dengan metode linier sederhana dan analisis linier

berganda dalam upaya membuktikan hipotesis

penelitian. Analisis dilaksanakan dengan SPSS

version 17. Hasil analisis dapat di deskripsikan

sebagai berikut:

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi

normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan

untuk mengukur data berskala ordinal, interval,

atau pun rasio. Normalitas variabel-variabel

pengganggu ini dapat dilihat pada diagram

normal P-P plot of regression standardized

residual berikut:

Sumber: Data primer yang telah diolah (2014)

Variabel-variabel pengganggu akan

dinyatakan terdistribusi secara normal atau

mendekati normal bila gambar distribusi dengan

titik-titik data yang menyebar di sekitar garis

diagonal dan penyebaran titik-titik data searah

mengikuti garis diagonal. Terlihat dalam diagram

P-P plot of regression standardized residual di

atas, data tersebar disekitar dan mengikuti arah

garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan

variabel-variabel pengganggu. terdistribusi secara

normal dengan demikian syarat normalitas bagi

model regresi terpenuhi.

Hasil Uji Linearitas

Uji linieritas, bertujuan untuk

mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linier atau tidak secara signifikan.

Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat

dalam analisis korelasi atau regresi linier.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang telah

dianalisis maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Secara parsial assurance, dan price

berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan pasien sedangkan tangible,

reliability, responsiveness dan emphaty tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pasien rawat jalan di UDPF Reguler Instalasi

Farmasi RSUD Dr. Moewardi.

2. Secara simultan tangible, reliability,

responsiveness, assurance, emphaty, dan

price berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan pasien rawat jalan di UDPF

Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.

Moewardi.

3. Berdasarkan hasil perhitungan analisis

regresi dapat diketahui nilai Adjusted R

Square sebesar 0,386. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel kepuasan pasien di UDPF

Reguler Instalasi Farmasi ditentukan oleh

Tangible, Reliability, Responsiveness,

Assurance, Emphaty, dan Price sebesar

38,6% dan selebihnya 61,4% dijelaskan oleh

variabel lain diluar yang belum diketahui

karena diluar penelitian.

Saran

Page 37: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 34

Berdasarkan analisis data dan

kesimpulan, maka untuk pengembangan data dan

peningkatan kepuasan pasien di UDPF Reguler

Instalasi Farmasi penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Untuk UDPF Reguler Instalasi Farmasi

RSUD Dr. Moewardi interval yang rendah

dan sedang harap ditambah kualitasnya

menjadi interval yang kuat.

2. Hasil positif yang sudah diraih harus

dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini

dikembangkan dengan indikator lain sesuai

kondisi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Atmawati, Rustika dan Wahyudin.2007.“Analisa

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap

Kepuasan Konsumen pada Matahari

Departement Store di Solo Grand Mall” .

Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Azwar , Saifudin 2004. Metode Penelitian.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S.

(2004) . Metode penelitian. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifudin 2003.Sikap Manusia. Yogyakarta

: Pustaka Pelajar.

Jacobalis, 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah

Sakit. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia (PERSI).

Kotler, P. Dan K. L. Keller. 2009.Manajemen

Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 2

(Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Kotler, P & Keller, K L 2006, Marketing

Management 12e, Pearson Internasional

Edition, USA.

Kotler, Philip.2005.Manajemen Jasa. PT .Indeks.

Jakarta..

Lupiyoadi, Rambat Dan A. Hamdani. 2006.

Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:

Salemba Empat.

Lupiyoadi, Rambat.2001.Manajemen Pemasaran

Jasa.Salemba Empat.Jakarta.

Sugiyono .1997. Statistika II.Bandung : Transito.

Sugiyono .2004. Statiska Untuk Penelitian

Bandung : CV. Alfabeta.

Sugiyono .2009. Metode Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif .CV .Alfabeta :Bandung.

Tjiptono, Fandy (2000) . Managemen Jasa

.Yogyakarta : Andi Offset.

Tjiptono, F., 2002. Managemen Jasa, Edisi II.

Cetakan ketiga, Penerbit Andi Offset,

Yogyakarta.

Page 38: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 35

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit yang

membutuhkan biaya yang tinggi dan

membutuhkan rentang waktu pengobatan

yang panjang serta secara komplikasi dapat

membahayakan jiwa adalah hemofilia.

Hemofilia merupakan penyakit kelainan

pendarahan yang diturunkan, yaitu ketika

pasien mengalami pendarahan maka akan sulit

untuk dihentikan. Frekuensi angka kejadian

hemofilia adalah sekitar 1 berbanding 10.000

angka kelahiran, dimana angka kejadian

hemofilia A lebih banyak daripada hemofilia

B, yaitu sekitar 80-85% dari total populasi

hemofilia (Srivastava dkk., 2013). Menurut

Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia

Indonesia jumlah penderita hemofilia di

Indonesia telah mencapai dua puluh ribu

orang, dengan rasio angka kejadian hemofilia

1:10.000 pada tahun 2012

Ada kemungkinan pasien telah meninggal

sebelum terdiagnosis (Pusat Data dan

Informasi - Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2015).

Penderita hemofilia membutuhkan

pengobatan sepanjang hidup dengan

menggunakan faktor pembekuan darah untuk

mengelola frekuensi kejadian pendarahan dan

menurunkan resiko kerusakan sendi (serta

kerusakan organ potensial lainnya) yang

membutuhkan pembedahan dan atau

mengakibatkan mobilitas yang terbatas.

Pencegahan pendarahan dengan menggunakan

faktor konsentrat menjadi pedoman standar

dalam pengobatan hemofilia (O’Mahony dkk.,

2010).

Hemofilia merupakan penyakit yang

berbiaya tinggi, tidak hanya dari sisi biaya

langsungnya saja (biaya pengobatan) tetapi

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A

DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

UMI NAFISAH

[email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Hemofilia merupakan salah satu penyakit katastropik, suatu penyakit yang berbiaya

tinggi yang secara komplikasi dapat membahayakan jiwa serta membutuhkan rentang waktu

pengobatan yang panjang. Dalam studi cost of illness dilakukan pengukuran beban ekonomi

dari suatu penyakit pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyakit

hemofilia berdasarkan perspektif rumah sakit dan mengetahui adanya pengaruh inhibitor

terhadap biaya penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian analitik noneksperimental. Data

yang digunakan diambil secara retrospektif dari rekam medik pasien hemofilia selama periode

September 2014 – Agustus 2015 dan dari bagian keuangan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Studi ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit dengan pendekatan prevalensi. Analisis

deskriptif, digunakan untuk memaparkan besar total biaya penyakit hemofilia, komponen-

komponen biaya yang menyusun dan memiliki kontribusi terbesar pada biaya penyakit hemofilia

Estimasi biaya rawat jalan selama satu tahun pada pasien hemofilia A tanpa inhibitor adalah

Rp 213.033.935,85 ± 116.829.978,92, hemofilia A ringan dengan inhibitor 57,6 BU Rp.

443.233.667,00 , hemofilia A berat dengan inhibitor 23,36 BU Rp. 348.179.400,00. Biaya

Penyakit Hemofilia A dengan inhibitor lebih tinggi dibandingkan tanpa inhibitor.

Kata Kunci : Cost of Illness, perspektif rumah sakit, hemofilia A, inhibitor.

Page 39: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 36

juga dari segi biaya tidak langsung (Zhou

dkk., 2015). Biaya pertahun pada penderita

hemofiia termasuk didalamnya adalah biaya

konsentrat faktor dan fasilitas kesehatan yang

digunakan, pada pasien hemofilia dengan

inhibitor membutuhkan biaya paling tinggi

dibandingkan dengan pasien hemofilia tanpa

inhibitor (Armstrong dkk., 2014). Rata-rata

biaya penderita hemofilia dengan inhibitor

lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan

penderita hemofilia tanpa inhibitor (Guh dkk.,

2012).

Analisis biaya penyakit (cost of

illness) merupakan suatu bentuk evaluasi

beban ekonomi dari suatu penyakit meliputi

seluruh sumber daya pelayanan kesehatan

yang dikonsumsi dan untuk menghitung

berapa jumlah maksimum yang dapat dihemat

ketika suatu penyakit dapat diatasi. Analisis

biaya penyakit (cost of illness) dapat

memberikan gambaran kepada pembuat

keputusan pada suatu keadaan dimana

pengeluaran tidak sesuai dengan biaya riil dan

dapat digunakan untuk merencanakan

kebijakan cost containment, karena studi ini

memberikan gambaran kepada pembuat

keputusan secara menyeluruh dan lebih

penting lagi komponen biaya utama

(Andayani, 2013; Segel, 2006).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

analitik noneksperimental dengan rancangan

penelitian cross sectional. Data yang

digunakan diambil secara retrospektif yang

berasal dari rekam medik pasien hemofilia

selama periode September 2014 – Agustus

2015 dan dari bagian keuangan di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Cakupan biaya dalam

studi yang dilakukan adalah biaya medik

langsung. Studi ini dilakukan berdasarkan

perspektif rumah sakit sebagai penyedia

layanan kesehatan, dengan menggunakan

pendekatan prevalensi.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah

seluruh populasi pasien hemofilia di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta periode bulan

September 2014 – Agustus 2015 yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian.

Kriteria inklusi subyek penelitian

meliputi :

1. Semua pasien rawat jalan hemofilia A

2. Pasien hemofilia dengan atau tanpa

inhibitor

3. Pasien hemofilia dengan data rekam

medik dan data pembiayaan yang

lengkap.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah : Pasien dengan penyakit HIV-AIDS.

Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rekam medik pasien dan

rincian biaya medik langsung selama

pengobatan untuk mengetahui biaya

perawatan pasien hemofilia di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode September 2014

– Agustus 2015.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Lembar pengumpul data pasien

hemofilia yang berisi karakteristik

pasien, meliputi nomor rekam

medis, jenis kelamin, umur, tipe

hemofilia, adanya inhibitor, cara

pembayaran, kelas perawatan, lama

perawatan.

b. Lembar pengumpul data biaya

pengobatan pasien hemofilia,

meliputi biaya administrasi, biaya

jasa pelayanan medik, biaya

tindakan medik, biaya penunjang

medik, biaya obat dan barang medik,

biaya akomodasi (kelas dan lama

rawat inap).

Page 40: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 37

Variabel Penelitian

1. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah biaya medik langsung

2. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah umur pasien, jenis kelamin,

tipe hemofilia, tingkat keparahan dan

adanya inhibitor pada hemofilia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.

Sardjito Yogyakarta pada pasien penderita

hemofilia A dengan kode ICD-10 D-66

mempunyai jumlah pasien yang memenuhi

kriteria inklusi sejumlah 22 pasien.

Berdasarkan jenis kelamin, pasien penderita

hemofilia adalah laki-laki (100%).

Pengelompokan penderita hemofilia

berdasarkan umur pasien, didapatkan pasien

penderita hemofilia A dengan usia < 15 tahun

berjumlah 9 orang (40,91%), sedangkan usia

> 15 tahun berjumlah 13 pasien (59,09).

Karakteristik pasien berdasarkan

tingkat keparahan penyakit, pasien yang

menderita hemofilia A ringan dengan kadar F

VII antara 5 – 40 IU/dl berjumlah 2 orang

(9,09%), hemofilia A sedang dengan kadar F

VII antara 1 – 5 IU/dl berjumlah 12 orang

(54,55%), dan hemofilia A berat dengan kadar

F VII < 1 IU/dl berjumlah 8 orang (36,36%).

Jumlah penderita hemofilia dengan inhibitor

sebanyak 2 pasien (5,71%), yaitu dari

kelompok pasien dengan hemofilia A ringan

dan hemofilia A berat.

Tabel 1. Karakteristik Pasien Penderita

Hemofilia di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode September 2014 –

Agustus 2015

Karakteristik

Pasien

Jumlah

Pasien Persentase

Total

Pasien

Jenis Kelamin

Laki-laki 22 100 22 Perempuan 0 0

Umur Pasien

< 15 tahun 9 40,91 22

> 15 tahun 13 59,09

Tingkat

Keparahan

Ringan 2 9,10

22 Sedang 12 54,54

Berat 8 36,36

Inhibitor

Ringan 1 50

2 Sedang 0 0

Berat 1 50

Biaya Penyakit Hemofilia

Besaran direct medical cost pada cost

of illness pasien hemofilia rawat jalan

merupakan hasil perhitungan dari biaya

administrasi, biaya pelayanan medik, biaya

tindakan medik, biaya penunjang medik, serta

biaya obat dan barang medik dari setiap

episode perawatan untuk sekali rawat jalan

pasien hemofilia selama satu tahun. Dalam

penelitian ini, diasumsikan bahwa pasien

hemofilia melakukan kontrol rutin

penyakitnya setiap bulan, sehingga jika

terdapat data pasien hemofilia yang tidak rutin

melakukan kontrol maka data yang diperoleh

akan dibagi dengan jumlah bulan pasien

melakukan kontrol dan dikalikan dengan 12

bulan, kecuali untuk biaya penunjang medik

(laboratorium) tidak dikalikan dengan 12

bulan.

Berdasarkan tabel 2, estimasi biaya

administrasi yang merupakan biaya untuk

keperluan administrasi pasien termasuk

didalamnya biaya pendaftaran pasien.

Estimasi biaya jasa pelayanan medik yang

meliputi biaya konsultasi dan biaya pelayanan

dokter. Estimasi biaya tindakan medik

merupakan sejumlah biaya yang timbul dari

tindakan tenaga medis dalam perawatan

pasien, meliputi biaya tindakan operatif dan

non operatif. Biaya tindakan medik yang

timbul pada pasien hemofilia adalah

kemoterapi, perawatan luka kompleks,

transfusi, bedah orthopedi, fisioterapi

(rehabilitasi medik), injeksi, dan premedikasi.

Estimasi biaya penunjang medik merupakan

sejumlah biaya untuk keperluan penegakan

diagnosa terhadap penyakit hemofilia yang

Page 41: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 38

meliputi pelayanan patologi klinik

(pemeriksaan darah lengkap otomatis,

pemeriksaan faktor VIII dan faktor IX, Ppt,

Aptt), dan pelayanan radiodiagnostik.

Estimasi biaya obat dan barang medik

merupakan biaya yang terkait dengan

penggunaan obat, alat kesehatan dan barang

medik.

Tabel 2. Estimasi Biaya Medik Langsung

Penyakit Hemofilia Tipe A Rawat Jalan Selama

Satu Tahun di RSUP Dr. Sardjito Periode

September 2014 – Agustus 2015 Komponen

Biaya

n Rata-rata

(Rp)

SD

Persentase (%)

Hemofilia A Ringan

Administrasi 1 316.800 0 0,22

Pelayanan

medik

1 1.728.000 0 1,20

Tindakan medik 1 312.000 0 0,22

Penunjang

medik

1 175.000 0 0,12

Obat dan barang

medik

1 141.319.320

0 98,24

143.851.120 100

Hemofilia A Ringan dengan Inhibitor

Administrasi 1 528.000 0 0,12

Pelayanan

medik

1 2.720.000 0 0,61

Tindakan medik 1 430.667 0 0,10

Penunjang

medik

1 900.000 0 0,20

Obat dan barang

medik

1 438.655.000

0 98,97

443.233.667 100

Hemofilia A Sedang

Administrasi 1

2

264.801 64.268 0,14

Pelayanan medik 1

2

1.381.579 377.253 0,73

Tindakan medik 6 2.160.086 2.748.364 1,14

Penunjang medik 3 1.356.333 1.632.022 0,72

Obat dan barang

medik

1

2

183.708.438 102.154.722 97,27

188.871.237 100

Hemofilia A Berat

Administrasi 7 380.076 92.566 0,14

Pelayanan medik 7 1.903.275 492.285 0,70

Tindakan medik 4 6.329.977 6.674.091 2,34

Penunjang medik 5 1.107.700 962.461 0,41

Obat dan barang

medik

7 261.151.862 138.161.435 96,41

270.872.890 100

Hemofilia A Berat dengan inhibitor

Administrasi 1 544.000 0 0,16

Pelayanan medik 1 2.600.000 0 0,75

Tindakan medik 1 13.822.000 0 3,97

Penunjang medik 1 175.000 0 0,05

Obat dan barang

medik

1 331.038.400 0 95,07

348.179.400 100

Pada penyakit hemofilia, biaya obat dan

barang medik merupakan biaya yang

persentasenya paling tinggi dibandingkan

dengan biaya yang lain, dimana biaya obat

dan barang medik pada pasien penderita

hemofilia berada pada 95,07% sampai dengan

98,97%. Hasil penelitian Kodra dkk (2014)

menunjukkan bahwa obat yang merupakan

direct health care costs mengambil persentase

terbesar yaitu 98,14% pada pasien hemofilia.

Pada pasien hemofilia A berat dan hemofilia

B berat, biaya untuk faktor pembekuan darah

lebih dari 90% dari total biaya pengobatan

(Rocha dkk., 2015).

Tabel 3. Rata-rata Biaya Medik Langsung

Penyakit Hemofilia A Dalam Satu Bulan

Periode September 2014 – Agustus 2015

Tipe

Hemofilia

N Rata-rata (Rp) SD

Ringan 1 12.008.010,00 0

Ringan

dengan

inhibitor

1 37.000.916,67 0

Sedang 12 15.825.795,35 8.361.372,22

Berat 7 22.389.994,05 11.320.039,75

Page 42: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 39

Berat

dengan

Inhibitor

1 29.014.950,00 0

Tabel 4. Perbedaan Estimasi Biaya Selama

Satu Tahun Penyakit Hemofilia A Tanpa

Inhibitor dan Hemofilia A Dengan

Inhibitor Pasien Rawat Jalan

Tipe

Hemofilia

N Rata-rata

(Rp)

SD

Hemofilia A

tanpa

inhibitor

20 213.033.935,85 116.829.978,92

Hemofilia A

dengan

inhibitor

2 395.706.533,50 67.213.516,77

Estimasi biaya pada pasien hemofilia

A tanpa inhibitor dengan pasien hemofilia A

dengan inhibitor (tabel 4) menunjukkan

bahwa biaya penyakit pasien hemofilia A

dengan inhibitor lebih tinggi dibandingkan

dengan biaya penyakit pasien hemofilia A

tanpa inhibitor. Biaya yang lebih tinggi pada

pasien hemofilia A dengan inhibitor

disebabkan karena kadar konsentrat faktor

yang diperlukan lebih tinggi dibandingkan

dengan pasien hemofilia A tanpa inhibitor.

Hasil penelitian Rocha dkk (2015),

terdapat perbedaan yang signifikan (p-value

= 0,03) pada total biaya antara pasien

hemofilia dengan inhibitor dan pasien

hemofilia tanpa inhibitor. Biaya pada pasien

dengan inhibitor lebih tinggi (€134,032)

dibandingkan dengan pasien tanpa inhibitor

(€40,138). Hasil penelitian yang lain

menunjukkan bahwa konsumsi obat-obat anti

hemofilia pada pasien dengan inhibitor secara

signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan

pasien tanpa inhibitor (p-value = 0,02),

dimana konsumsi obat-obatan untuk pasien

dengan inhibitor adalah 3,110 ± 1,997

euros/kg/tahun dan konsumsi obat-obatan

untuk pasien tanpa inhibitor adalah 1,626 ±

1,684 euros/kg/tahun (Nerich dkk., 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hemofilia merupakan penyakit yang

mempunyai beban biaya tinggi. Rata-rata

biaya hemofilia A tanpa inhibitor rawat jalan

dalam satu tahun adalah Rp. 213.033.935,85

± 116.829.978,92, hemofilia A ringan dengan

inhibitor 57,6 BU Rp. 443.233.667,00,

hemofilia A berat dengan inhibitor 23,36 BU

Rp.348.179.400,00. Biaya penyakit hemofilia

dengan inhibitor lebih tinggi daripada

hemofilia tanpa inhibitor. Rata-rata biaya pada

pasien hemofilia A dengan inhibitor adalah

Rp. 395.706.533,50 ± 67.213.516,77 dan

hemofilia A tanpa inhibitor adalah

Rp. 213.033.935,85 ± 116.829.978,92.

Saran

Bagi rumah sakit perlu dilakukan

evaluasi mengenai pelayanan terhadap pasien

hemofilia terutama pada pemberian obat-

obatan hemofilia (konsentrat faktor).

Pengambilan konsentrat faktor yang berulang

perlu dipertanyakan kepada pasien penderita

hemofilia. Hal ini disebabkan karena pasien

benar-benar membutuhkan konsentrat faktor,

karena aktivitas fisik pasien penderita

hemofilia, karena penyimpanan obat yang

tidak tepat sehingga konsentrat faktor rusak,

atau disebabkan oleh faktor yang lain. Selain

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai biaya penyakit hemofilia di rumah

sakit lain, untuk dapat dilakukan

perbandingan dengan di RSUP dr. Sardjito

Yogyakarta.

Page 43: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 40

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, T.M., 2013. Farmakoekonomi

Prinsip Dan Metodologi. Bursa Ilmu,

Yogyakarta.

Guh, S., Grosse, S.D., McALISTER, S.,

Kessler, C.M., dan Soucie, J.M., 2012.

Healthcare expenditures for males with

haemophilia and employer-sponsored

insurance in the United States, 2008.

Haemophilia, 18: 268–275.

Kodra, Y., Cavazza, M., Schieppati, A.,

Santis, M.D., Armeni, P., Arcieri, R.,

dkk., 2014. The Social Burden and

Quality of Life of Patients with

Haemophilia in Italy. Blood Transfus, 12:

.

Nerich, V., Tissot, E., Faradji, A., Demesmey,

K., Bertrand, M.A., dan Lorenzini, J.L.,

2008. Cots-of-illness study of severe

haemophilia A and B in five French

haemophilia treatment centres. Pharm

World Sci, 30: 287–292.

O’Mahony, B., Noone, D., dan Tolley, K.,

2010. An Introduction To Key Concepts

In Health Economics For Hemophilia

Organizations. World Federation Of

Hemophilia, , Hemophilia Organization

Development 11: .

Pusat Data dan Informasi - Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia', , 2015.

URL:

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article

/view/15042000001/hari-hemofilia-

sedunia.html (diakses tanggal 14/9/2015).

Rocha, P., Carvalho, M., Lopes, M., dan

Araújo, F., 2015. Costs and utilization of

treatment in patients with hemophilia.

BMC Health Services Research, 15:

Srivastava, A., Brewer, A.K., Mauser-

Bunschoten, E.P., Key, N.S., Kitchen, S.,

Llinas, A., dkk., 2013. Guidelines for the

management of hemophilia.

Haemophilia, 19: e1–e47.

Zhou, Z.-Y., Koerper, M.A., Johnson, K.A.,

Riske, B., Baker, J.R., Ullman, M., dkk.,

2015. Burden of illness: direct and

indirect costs among persons with

hemophilia A in the United States.

Journal of Medical Economics, 18: 457–

465.

Page 44: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 41

PENDAHULUAN

Jahe atau zingiber officinale merupakan

salah satu tanaman berupa tumbuhan rumpun

berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang

yang sangat populer dikalangan masyarakat

baik sebagai bahan rempah dapur ataupun

bahan obat.

Jahe dipekirakan berasal dari asia

pasifik yang penyebarannya mulai dari India

hingga wilayah cina. Dari India, jahe mulai

dijadikan sebagai bahan rempah untuk

diperjualbelikan yang jangkauan

pemasarannya hingga wilayh asia tenggara,

jepang, tiongkok, hingga wilayah timur

tengah.

Jahe masuk kedalam suku temu-temuan

(Zingiberaceae), nama imiah jahe berasal dari

bahasa yunani zingiberi yang diberikan oleh

seseorang bernama William Roxburgh.

Tanaman Ini masih satu famili dengan temu-

temuan lainnya semisal temu hitam (curcuma

aeruginosa), kencur (Kaempferia galanga),

temu lawak (Cucuma xanthorrizha), lengkuas

(Languas galangal), dan sebagainya.

Klasifikasi Dan Ciri Umum Tanaman Jahe:

Klasifikasi Ilmiah

Divisi : Spermatophyta.

Sub-divisi : Angiospermae.

Kelas : Monocotyledoneae.

Ordo : Zingiberales.

Famili : Zingiberaceae.

Genus : Zingiber.

Species : Zingiber officinale

Nama Daerah :

beeuing (Gayo), jahe (Sunda), bahing (Batak

Karo), halia (Aceh), jahi (Lampung), sipodeh

Minangkabau), jhai (Madura), lain jae (Jawa

dan Bali), melito (Gorontalo), dsb

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

RIMPANG JAHE(Zingiber officinalle Rhizoma)

APTIKA OKTAVIANA T. D [email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

INTISARI

Jahe atau zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa tumbuhan

rumpun berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer dikalangan

masyarakat baik sebagai bahan rempah dapur ataupun bahan obat. Memanfaatan jahe oleh

manusia yaitu pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe mengandung minyak asitri dimana

didalamnya terkandung beberapa senyawa seperti Zingeron, seskuiterpen, oleoresin,

zingiberen, limonen, kamfena, sineol, zingiberal, sitral, felandren, dan borneol. Selain itu,

terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C, senyawa flavonoid dan polifenol, serta asam

organik seperti asam malat dan asam oksalat.

Pada umumnya minyak atsiri mempunyai titik didih lebih rendah dari air, sehingga

dapat dipisahkan dengan destilasi air. Pada prinsipnya minyak atsiri akan menguap duluan

dan akan mengembun karena adanya pendinginan. Suhu selama proses destilasi diusahakan

dibawah 100 C , agar air tidak ikut menguap. Minyak atsiri sebagai cairan opaque, bau khas,

aromatic, rasa tergantung dari beberapa komponen minyak atsiri, umumnya tidak

berasa.

Kata kunci : Isolasi, Identifikasi, Minyak Atsiri, Jahe

Page 45: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 42

Ciri Umum Tanaman Jahe :

Tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah

tropis dan dikenal memiliki rasa pedas dan

hangat pada rimpangnya ini, memiliki

beberapa ciri umum yang mudah dikenali,

yaitu :

Tanaman sejenis herba, tumbuh tegak

dengan ketinggian pohon antara 30-60

cm.

Akar berbentuk serabut dengan warna

putih kotor. Rimpang tebal dan agak

melebar, tumbuh bercabang-cabang.

Warna rimpang kuning pucat. Bagian

dalam berserat agak kasar, warna

kuning muda dengan bagian ujung

berwarna merah muda. Rimpang

memiliki aroma khas dan rasa pedas.

Rimpang dapat dibedakan menjadi

tiga bagian sesuai dengan ukuran dan

warna yang dimiliki yaitu : Jahe besar

(jahe gajah/jahe badak), jahe kecil

(jahe emprit), dan jahe merah (jahe

sunti).

Batang pohon semu, beralur dan

memiliki warna hijau.

Daun tunggal dan berwarna hijau tua,

tangkai daun berbulu halus, helai

daun berbentuk lanset, bagian tepi

rata dan bagian ujung runcing serta

pangkal daun tumpul. Panjang daun

antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4

cm.

Bunga berupa malai tumbuh dari

dalam tanah berbentuk tongkat atau

bundar telur, panjang malai berkisar

antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-1,75

cm. Gagang bunga hampir tidak

berbulu dengan panjang sekitar 25

cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7

buah, berbentuk lanset. Letaknya

berdekatan, panjang sisik 3-5 cm.

mahkota bunga berbentuk tabung 2 –

2,5 cm dengan helai agak sempit,

memiliki bentuk tajam, warna kuning

kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5

mm dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir

berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik

berwarna putih kekuningan, panjang

12 – 15 mm ; kepala sari berwarna

ungu, dengan panjang 9 mm, tangkai

putik berjumlah 2.

Buah berbentuk bulat hingga bulat

panjang, berwarna coklat sedang biji

berbentuk bulat dengan warna hitam.

Tanaman jahe yang nama ilmiahnya Zingiber

officinale Rosc, telah lama dikenal dan

tumbuh baik di Negara kita. Jahe merupakan

salah satu rempah-rempah penting yang

rimpangnya sangat luas dipakai. Sifat khas

jahe disebabkan karena adanya minyak atsiri

dan oleo resin jahe. Kandungan minyak atsiri

dalam jahe kering sekitar 1-3 %. Komponen

utama minyak atsiri jahe terdiri atas gingerol

dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan

resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang

utama adalah zingerol/pada umumnya jahe

dipakai sebagai pencampur beberapa jenis

obat yaitu sebagai obat batuk, mengobati luka

luar dan dalam, melawan gatal(umbinya

ditumbuk halus), untuk mengobati gigitan

ular,dan candy/permen.

Memanfaatan jahe oleh manusia yaitu

pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe

mengandung minyak asitri dimana

didalamnya terkandung beberapa senyawa

seperti Zingeron, seskuiterpen, oleoresin,

zingiberen, limonen, kamfena, sineol,

zingiberal, sitral, felandren, dan borneol.

Selain itu, terdapat juga damar, pati, vitamin

A, B, C, senyawa flavonoid dan polifenol,

serta asam organik seperti asam malat dan

asam oksalat.

Pada umumnya minyak atsiri

mempunyai titik didih lebih rendah dari

air,sehingga dapat dipisahkan dengan destilasi

air.Pada prinsipnya minyak atsiri akan

menguap duluan dan akan mengembun karena

adanya pendinginan.Suhu selama proses

destilasi diusahakan dibawah 100 C,agar air

tidak ikut menguap. Minyak atsiri sebagai

cairan opaque, bau khas aromatic, rasa

Page 46: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 43

tergantung dari beberapa komponen minyak

atsiri. Umumnya tidak berasa.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan:

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain: Alat-alat gelas, Corong pisah,

Erlenmeyer, Kapiler, Lampu UV 254nm,

Pipet tetes, Seperangkat alat destilasi minyak

atsiri, Seperangkat alat KLT.

Bahan yang digunakan antara lain: Aquadest,

Asam asetat, Butanol, Etil asetat, Daun

sereh, Geraniol PK, Heksana, Rimpang

jahe, Silika Gel GF 254, Sitral PK.

CARA KERJA

UJI KLT:

Gambar rangkaian alat:

Page 47: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 44

HASIL DAN PEMBAHASAN

ORGANOLEPTIS

a.Makroskopis

Bentuk:larutan

Warna :tak berwarna

Rasa:pedas

Bau:khas jahe

RENDEMEN

Minyak atsiri yang

diperoleh:∑(ekstrak/kristal) x100%

∑simplisia

:0.1mx100%

200

:0.05%

IDENTIFIKASI KLT

Fase diam :silica gel GF 254

Fase gerak :heksana: etil

Asetat (7:3)

Jarak totol 1:2,1 cm

Jarak totol 2:0.9cm

Rf :2.1/5.4 =0.38

Rf2 :0.9/5.4 =0.16

PEMBAHASAN

Destilasi adalah suatu proses

pemurnian yang didahului dengan penguapan

senyawa cair dengan cara memanaskannya

kemudian mengembunkan uap yang

terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah

perbedaan titik didih dari zat zat cair dalam

campuran cair tersebut sehingga (senyawa)

yang memiliki titik didih terendah akan

menguap lebih dahulu, kemudian apabila

didinginkan akan mengembun dan menetes

sebagai zat murni(destilat).

Pemisahan minyak atsiri yang

terdapat dalam jahe dengan cara destilasi,

dimana dilakukan pendestilasian dengan

destilator selama 3-4 jam sampai didapatkan

minyak atsiri jahe. Pada percobaan kali ini

pada saat destilasi sangat lama karena terdapat

beberapa masalah yaitu kondensor yang

digunakan salah dan harus diganti, setelah

diganti kemudian terdapat masalah dimana

aliran api terlalu besar dan akhirnya air dalam

labu alas bulat naik dan akhirnya Erlenmeyer

yang harusnya menampung minyak atsiri

telah tercampur dengan air yang lumayan

banyak,akhirnya erlenemeyer diganti yang

baru dan proses mengulang dari awal karena

sudah terdapat air yang mengkontaminasi

Erlenmeyer yang berisi minyak atsiri.

Akhirnya minyak atsiri yang

didapatkan hanya 0.1 ml, padahal seharusnya

minyak astiri yang terkandung dalam

simplisia sekitar 1-3%, dan dalam percobaan

kali ini hanya didapatkan kandungan minyak

atsiri sebanyak 0.05%,hal ini disebabkan

karena banyak permasalahan dan human error

yang menyebabkan kadar minyak atsiri terlalu

sedikit.

Kromatografi lapis tipis merupakan

salah satu analisi kulaitatif dari suatu sampel

yang ingin dideteksi dengan memisahkan

komponen komponen sampel berdasarkan

perbedaan kepolaran.

Prinsip kerjanya adalah berdasarkan

adsorbs dan partisi,dimana sampel akan akan

berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran

antara sampel dengan pelarut yang digunakan.

Prinsip pemisahan noda adalah

berdasarkan kepolarannya sehingga

menghasilkan kecepatn yang berbeda beda

saat terpartisi dan terjadilah pemisahan.Untuk

memisahkan nodanya dengan sebaik baiknya

maka digunakan kombinasi eluen non polar

dengan yang polar.

Pada percobaan kali ini dilakukan

isolasi minyak atsiri pada rimpang

jahe,dimana jahe harus dirajang dengan

ketebalan lebih kurang 2-3mm,karena jika

terlalu tebal akan susah mimyak atsiri yang

keluar dari rajangan jahe ketika

didestilasi.dilakukan destilasi air dimana

nantinya uap minyak atsiri akan mengembun

dan didapatkan filtrate yaitu minyak atsiri,

Seharusnya didapatkan kadar minyak

atsiri sebesar 1-3% dalam jahe kering namun

pada kenyataanya kadar minyak atsiri yang

didapatkan hanya 0,1 ml.

Page 48: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 45

Pada pemeriksaan kedua dengan cara

KLT(Kromatografi Lapis Tipis)dengan

prinsip teknik pemisahan berdasarkan dengan

adanya perbedaan kecepatan

rambat.kromatografi dalam percobaan kali

dibuat dengan sampel minyak atsiri sebagai

hasil destilat.penyiapan larutan pengembang

dengan menggunakan campuran antara

heksana:etil asetat dengan perbandingan

volume 7:3.

Fase geraknya adalah campuran

heksana dan etil asetat sedangkan fase diam

adalah plat silica. pada saat penotolan

diusahakan agar titik penotolan sekecil

mungkin guna mencegah pelebaran dan juga

hasilnya akan lebih efisien. pada saat lempeng

silica sudah dimasukkan chamber diamati

sampai permukaaan pengembang naik hingga

batas ujung lempeng.

Karena pelarut tersebut polar

sedangkan minyak astiri non polar sehingga

membutuhkan waktu yang agak lama sampai

semuanya terelusi,setelah larutan pengembang

naik baru kemudian dihitung nilai

Rfnya.kromatografi lapis tipis adalah teknik

pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan

rambat.dalam minyak atsiri yang terkandung

dalam jahe mengandung banyak zat.

KESIMPULAN

Kandungan minyak atsiri rimpang jahe

(Zingiber officinalle Rhizoma) 0.05%.

Hasil Rf yang dihasilkan yaitu:

Rf1:0.38

Rf2:0.16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia,

Jilid 1, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim,1977, Materia Medika Indonesia,

Jilid II, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim,2013, Farmakope Herbal Indonesia,

Edisi I, Suplemen III, Kementrian

Kesehatan RI, Jakarta.

Vogel.1990. Buku Teks Analisis Anorganik

Kualitatif Makro dan Semimikro.

Jakarta: PT Kalman media.

Page 49: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 46

FORMAT PENULISAN ARTIKEL

JURNAL FARMASINDO

Jurnal FARMASINDO adalah jurnal yang mengkaji dan mempublikasikan

berbagai bidang ilmu, terbit secara berkala satu kali setahun (Desember). Jurnal

FARMASINDO berisi artikel hasil penelitian, hasil kajian pustaka dan pengabdian

masyarakat yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal atau majalah ilmiah lain.

1. Artikel hasil penelitian: Berisi artikel mengenai hasil penelitian orisinal

dalam berbagai bidang ilmu, selanjutnya disebut artikel penelitian.

2. Artikel hasil penelaahan: merupakan hasil penelaahan, atau hasil kajian

pustaka mengenai berbagai bidang ilmu, selanjutnya disebut artikel ilmiah.

3. Artikel hasil pengabdian masyarakat, merupakan hasil pengabdian

masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan.

Format Penulisan

1. Artikel Penelitian: Judul, Abstrak dan kata kunci, Pendahuluan: Berisi

latar belakang, masalah, tujuan, rencana pengembangan, harapan tentang

aplikasi hasil penelitian, dan landasan teoritis, Metode Penelitian: Berisi

metode yang digunakan, tempat dan waktu, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data, Hasil dan Pembahasan: Hasil

dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, atau grafikal. Berikan

kalimat pengantar untuk menjelaskan tabel atau gambar tetapi tidak

mengulang apa yang telah ditampilkan dalam tabel/gambar. Pembahasan

berisi penjelasan hasil-hasil penelitian yang ditemukan dan argumentasi

yang mendukung, Kesimpulan: Berisi pernyataan singkat, padat, dan

relevan dengan hasil penelitian, Saran: Dapat dicantumkan apabila memang

diperlukan berkaitan dengan hasil penelitian dan dipandang berguna bagi

perbaikan atau pengembangan lebih lanjut, Ucapan Terima Kasih: Dapat

dicantumkan apabila memang diperlukan, khususnya pada para profesional

yang membantu pelaksanaan penelitian, penyusunan makalah, termasuk

pemberian dukungan, teknis, dana, dan dukungan umum dari suatu institusi,

Daftar Pustaka.

Page 50: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 47

2. Artikel Ilmiah: Judul, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan: Berisi latar

belakang, masalah tujuan, rencana pengembangan dan harapan tentang

aplikasinya, Tinjauan Pustaka: berisi tentang teori atau kerangka konsep yang

dijadikan landasan berpikir, Pembahasan: berisi pemaparan dan argumentasi

tentang materi yang dibahas. Dapat dicantumkan tabel/gambar yang diperlukan.

Kalimat penjelas tabel/gambar tidak mengulang apa yang telah disajikan dalam

tabel/gambar. Apabila dianggap saling menjelaskan, tinjauan pustaka dan

pembahasan dapat digabung dengan judul pembahasan, Kesimpulan: Berisi

pernyataan singkat, padat dan relevan dengan hasil pembahasan artikel, Saran:

dapat dicantumkan apabila memang diperlukan berkaitan dengan hasil

pembahasan dan dipandang berguna bagi perbaikan atau pengembangan lebih

lanjut, Daftar Pustaka.

3. Artikel Pengabdian Masyarakat, Judul, Abstrak dan kata kunci,

Pendahuluan: Berisi latar belakang, masalah, tujuan, rencana pengembangan,

harapan tentang aplikasi hasil pengabdian, dan landasan teoritis, Metode

Pelaksanaan: Berisi metode yang digunakan, tempat dan waktu, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, Hasil dan

Pembahasan: Hasil dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, atau

grafikal. Berikan kalimat pengantar untuk menjelaskan tabel atau gambar tetapi

tidak mengulang apa yang telah ditampilkan dalam tabel/gambar. Pembahasan

berisi penjelasan hasil-hasil pengabdian yang ditemukan dan argumentasi yang

mendukung, Kesimpulan: Berisi pernyataan singkat, padat, dan relevan dengan

hasil penelitian, Saran: Dapat dicantumkan apabila memang diperlukan

berkaitan dengan hasil penelitian dan dipandang berguna bagi perbaikan atau

pengembangan lebih lanjut, Ucapan Terima Kasih: Dapat dicantumkan apabila

memang diperlukan, khususnya pada para profesional yang membantu

pelaksanaan pengabdian, penyusunan makalah, termasuk pemberian dukungan,

teknis, dana, dan dukungan umum dari suatu institusi.

Penulisan Artikel

Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, abstrak ditulis dalam bahasa

Inggris atau bahasa Indonesia. Panjang tulisan 7 – 10 halaman dalam format dua kolom.

Isi artikel termasuk tabel/gambar harus diketik satu spasi pada kertas A4, menggunakan

Page 51: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 48

huruf Times New Romance (11pt). Margin pengetikan kiri 3,0 cm kanan 2,0 cm, atas

3,0 cm dan bawah 2,5 cm.

Judul

Dibuat singkat, jelas dan informatif diawali dengan kata benda (bold 14 pt). Di bawah

judul dicantumkan nama penulis (bold dan italic 12pt), nama dan alamat lembaga

(italic 11pt). Nama penulis tidak disertai gelar akademik. Untuk artikel hasil

pemikiran dan editorial, dianjurkan agar jumlah penulis dibatasi sampai 2 orang.

Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak dibuat dalam bahasa Inggris/Indonesia dengan jumlah maksimal 200 kata

(italic 12 pt). Artikel hasil penelitian harus berisi permasalahan, tujuan, metode

penelitian, hasil utama, dan kesimpulan utama. Kata kunci termasuk bagian dari

abstrak, dan dicantumkan di bawah abstrak.Tetapkan 3 – 5 buah kata atau free.

Penulisan Rujukan

Rujukan yang dijadikan landasan teoritis atau tinjauan pustaka ditulis dengan urutan

nama belakang pengarang, tahun terbit, halaman yang dikutip, Contoh:

Kleden (1999: 156) menegaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai

makna yang lebih dalam dari yang sering diduga: dia mengakui heteregonitas etnis,

budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut persatuan dalam komitmen politik.

Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai makna yang lebih dalam dari yang sering

diduga: dia mengakui heteregonitas etnis, budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut

persatuan dalam komitmen politik (Kleden, 1999: 156).

Catatan kaki

Rujukan tidak menggunakan catatan kaki. Catatan kaki dapat digunakan untuk

memberi definisi atau menjelaskan konsep dari istilah atau kata yang dianggap

penting. Dalam artikel catatan kaki ditulis dengan nomor. Catatan kaki juga dapat

digunakan untuk menjelaskan singkatan dalam tabel. Contoh:

1 Mindsift merupakan kesadaran intelektual yang menjadi awal bagi upaya

reformasi bidang pendidikan.

Page 52: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 49

Penulisan Ilustrasi

Ilustrasi bersifat alat bantu, dibuat untuk menjelaskan sesuatu. Ilustrasi dapat berupa

tabel dan gambar. Berikan kalimat pengantar untuk menampilkan tabel atau gambar

tetapi tidak mengulas apa yang telah ditampilkan dalam tabel atau gambar.

Tabel dan gambar diberi judul, judul tabel ditempatkan di atas tengah dan dicetak

tegak dan judul gambar ditempatkan di bawahnya, disusun menurut urutan penyajian

dan pembahasan dalam teks dan tidak ada tambahan tulisan lain.

Tabel

Tabel dibuat dan disiapkan dalam halaman terpisah dari teks dan diberi nomor urut

mengikuti angaka arab. Disediakan tiga garis horizontal, yaitu dua pada bagian atas

(judul kolom) dan pada penutup tabel. Garis vertikal tidak ditampilkan. Data sejenis

dikelompokkan dalam satu tabel. Jika tidak mewakili satu halaman, data dibuat dalam

tabel yang berurutan dimulai dengan nomor urut baru.

Sistem penulisan satuan peubah ditabulasikan dalam tanda kurung. Untuk

menunjukan pengaruh utama atau interaksi, diberikan simbol * atau ** untuk P <

0.05 atau P > 0.01. Bila ada singkatan dalam tabel, jelaskan singkatan tersebut dalam

catatan kaki. Bila tabel hasil kutipan, dicantumkan sumbernya di bawah tabel.

Gambar

Gambar meliputi grafik, foto, diagram, bagan, peta, denah, dan gambar lainnya.

Gambar diberi nomor sesuai urutan dalam teks, mengikuti angka arab dicetak pada

halaman terpisah. Gambar harus jelas posisi atas dan bawahnya. Gambar yang tidak

langsung kelihatan mana atas dan mana bawah ditunjukkan di margin gambar

tersebut dengan pensil. Simbol – simbol yang digunakan dalam gambar dijelaskan

dalam judul tetapi tidak dicantumkan di dalam gambar. Beri judul sumbu x dan y

serta satuannya. Grafik dicetak hitam putih. Kontras gambar seperti hasil foto

langsung atau mikrograf harus jelas dan huruf berkualitas laser.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka ditulis menurut abjad. Acuan yang tidak diketahui pengarangnya

ditulis dengan sebutan Anonimus. Penulisan nama pengarang dimulai dari nama

belakang.

Buku: nama pengarang, tahun terbit, judul buku, jilid/edisi (bila ada), kota

terbit, nama penerbit.

Page 53: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 50

Contoh:

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Penerbit Penanda Media.

Karangan dalam buku: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan, nama

editor, judul buku, jilid/edisi (bila ada), kota terbit, nama perbit, halaman.

Contoh:

Husein, Martani. 1992. Tantangan Marketing Menghadapi Era Globalisasi, di dalam

ramelan (Ed). Manajemen Indonesia Memasuki Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka

Binaman Pressindo, Hlm. 183 – 202.

Jurnal/Majalah Ilmiah: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan (tidak

diberi tanda petik), nama jurnal, volume, kota dan bulan terbit, halaman.

Contoh:

Suryanto. 2002. Etika dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, Di dalam

Majalah Ragam : Pengembangan Humaniora. 2: 42-50. Semarang, Maret 2002.

Karangan yang dibawakan dalam pertemuan ilmiah, dan sejenisnya: nama

pengarang, tahun, judul karangan,nama pertemuan ilmiah, atau judul laporan

ilmiah, tanggal, kota tempat pertemuan.

Contoh:

Kusumanegara, Moelyono. 2002. Perana Dosen Kewarganegaraan di Abad XXI,

Makalah disampaikan pada Penataran Dosen Kewarganegaraan se-Jabotabek, 19

Desember 2002. Jakarta: Aula Sudirman MAKODAM JAYA.

Website: nama pengarang, tahun, judul karangan, nama website/e-mail,

halaman. Bila tidak ada nama pengarang cantumkan nama institusi atau kata

internet.

Contoh:

Pudjiastutik, Titik. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah Nusantara Koleksi Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya UI, [email protected]., Desemer 2002.

Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah

Nusantara Koleksi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, www.Ipui.or.id.,

Desember 2002.

Page 54: JURNAL FARMASINDO ·  · 2017-12-23JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016 i ... Identifikasi Alkaloid Piperin

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 51

Pengiriman Artikel

Kirimkan sebuah artikel asli berupa soft copy. Tulis nama file dan gunakan

program Microsoft Word 1997/2003/2007. Artikel yang dikirim untuk Jurnal

Farmasindo harus disertai data tentang penulis dan surat pengantar yang

ditandatangani penulis, dan dikirimkan kepada:

Ketua Dewan Editor Jurnal Farmasindo

Sekretariat UPPM Politeknik Indonusa Surakarta.

Kampus Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi No 31 Mangkuyudan Surakarta

Telp : 0271-743479

Fax : 0271-743479

Email ke: [email protected]