Jurnal Fajar.docx

16
HUBUNGAN ANTARA IMT, LINGKAR PINGGANG, POLA AKTIVITAS, DAN POLA DIET DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA KELOMPOK MAHASISWA YANG MEMPUNYAI ORANG TUA PENDERITA DM TIPE 2 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2014 M. Fajar setia Budi 1*) , Irfannuddin 2 , Liza Chairani 3 1,2,3 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator digunakan dalam diagnosis penyakit diabetes melitus. Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan meningkatnya kadar glukosa darah adalah riwayat keluarga (keturunan), obesitas, obesitas sentral, pola aktivitas fisik yang kurang dan pola diet yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, pola aktivitas fisik, dan pola diet dengan kadar glukosa darah. Merupakan penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total samping dengan jumlah sampel sebanyak 36 mahasiswa. Data kadar glukosa darah puasa dan gula darah post pandrial dikumpulkan dengan glukometer, data IMT dan lingkar pinggang dikumpulkan dengan antropometri, sedangkan data pola aktivitas fisik serta pola diet dikumpulkan dengan kuisioner. Analisis data dengan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan 33,3 % subjek mengalami gangguan toleransi glukosa , 22,2 % subjek mengalami obesitas, 25 % subjek mengalami obesitas sentral, 77,8 % subjek mempunyai pola aktivitas fisik ringan-sedang dan 16,67 % responden mempunyai pola diet berlebih. Tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik dan pola diet dengan kadar glukosa darah (p > 0,05). Kesimpulanya adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik dan pola diet dengan kadar glukosa darah. Kata kunci : kadar glukosa darah, indeks massa tubuh, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik, pola diet Abstract The blood glucose levels is one of the indicators used in the diagnosis of diabetes mellitus. Some risk factors related to the increase blood glucose levels is family history (heredity), obesity, central obesity, low physical activity and poor dietary *) korespondensi : [email protected] Mobile : 081532606369

Transcript of Jurnal Fajar.docx

HUBUNGAN ANTARA IMT, LINGKAR PINGGANG, POLA AKTIVITAS, DAN POLA DIET DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA KELOMPOK MAHASISWA YANG MEMPUNYAI ORANG TUA PENDERITA DM TIPE 2 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2014M. Fajar setia Budi 1*), Irfannuddin 2, Liza Chairani 31,2,3 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

AbstrakKadar glukosa darah merupakan salah satu indikator digunakan dalam diagnosis penyakit diabetes melitus. Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan meningkatnya kadar glukosa darah adalah riwayat keluarga (keturunan), obesitas, obesitas sentral, pola aktivitas fisik yang kurang dan pola diet yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, pola aktivitas fisik, dan pola diet dengan kadar glukosa darah. Merupakan penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total samping dengan jumlah sampel sebanyak 36 mahasiswa. Data kadar glukosa darah puasa dan gula darah post pandrial dikumpulkan dengan glukometer, data IMT dan lingkar pinggang dikumpulkan dengan antropometri, sedangkan data pola aktivitas fisik serta pola diet dikumpulkan dengan kuisioner. Analisis data dengan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan 33,3 % subjek mengalami gangguan toleransi glukosa , 22,2 % subjek mengalami obesitas, 25 % subjek mengalami obesitas sentral, 77,8 % subjek mempunyai pola aktivitas fisik ringan-sedang dan 16,67 % responden mempunyai pola diet berlebih. Tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik dan pola diet dengan kadar glukosa darah (p > 0,05). Kesimpulanya adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik dan pola diet dengan kadar glukosa darah.

Kata kunci : kadar glukosa darah, indeks massa tubuh, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik, pola dietAbstractThe blood glucose levels is one of the indicators used in the diagnosis of diabetes mellitus. Some risk factors related to the increase blood glucose levels is family history (heredity), obesity, central obesity, low physical activity and poor dietary recent. The aim of this study was to determine relationship of body mass index, waist circumference, physical activity and dietary pattern with blood glucose level. Is an survey analytic study with cross sectional design. The sampling was done by using total sampling technique, the number of samples is 36 students. Fasting blood glucose and postpandrial blood glucose was collected by glucometer, BMI and waist circumference was collected by anthropometrics, physical activity and dietary pattern was collected by questionnaire. The data was analyzed using chi square test. The result showed 33,3 % subject have a impaired glucose tolerance, 22,2 % subject obese, 25 % subject have a central obesity, 77,8 % subject have a low-moderate pattern physical activity, 16,67 % subject have a excess dietary pattern. No relationship between body mass index, waist circumference, physical activity and dietary pattern with blood glucose levels (p > 0,05). The conclusion is no relationship between body mass index, waist circumference, physical activity and dietary pattern with blood glucose level.

Key words : blood glucose level, body mass index, waist circumference, physical activity and dietary patter

*) korespondensi : [email protected] Mobile : 081532606369

Pendahuluan Konsentrasi glukosa darah merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam diagnosis penyakit diabetes melitus, konsentrasi glukosa darah diatas normal merupakan salah satu tanda terjadinya diabetes melitus. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. 1Menurut International Diabetes Federation (IDF) jumlah penduduk dunia pada tahun 2013 mencapai 4572,9 juta dan 381,8 juta diantaranya menderita Diabetes militus, menurut data tersebut berarti terdapat 8,3 % penduduk dunia yang terkena diabetes melitus.2 Pada tahun 2013 di Asia tenggara terdapat 72,1 juta orang penderita diabetes militus, atau 8,7 % dari total seluruh populasi yang ada di Asia tenggara yakni 883,2 juta jiwa. 2 WHO memprediksikan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia sekitar 21,3 juta orang sehingga akan menjadikan indonesia menduduki rangking keempat terbesar didunia setelah Amerika Serikat, China, dan India.3Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tanrutedong, Sidereng Rappang tahun 2007, didapatkan hasil bahwa obesitas, riwayat keluarga, aktivitas fisik, umur dan hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Riwayat keluarga merupakan faktor risiko paling dominan terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2.4Obesitas merupakan salah satu risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2, dimana sekitar 80 % pasien diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka kelihatanya akan timbul kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan diabetes melitus tipe 2. 5Kemudian penelitian yang dilakukan di Puskesmas Citangkil dan Pulo Merak, kota Cilegon, Banten, di dapatkan hasil bahwa variabel aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana pola aktivitas fisik ringan memiliki risiko 2,68 kali lebih besar terkena DM tipe 2 dibanding dengan yang beraktivitas berat.6Diet akan berpengaruh terhadap masukan karbohidrat. Glukosa mewakili rata-rata 80% produk akhir dari karbohidrat.7, kelebihan dalam mengkonsumsi karbohidrat maupun bahan pembentuk glukosa lain dapat menyebabkan insulin menjadi kurang efektif dan bisa menyebabkan hiperglikemia. 1Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, didapatkan informasi bahwa ada sebagian mahasiswa yang berisiko tinggi mengalami diabetes melitus tipe 2, seperti mahasiswa yang mempunyai orang tua penderita diabetes melitus tipe 2 dan juga beberapa faktor risiko lain seperti obesitas dan aktivitas fisik yang kurang serta pola diet yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IMT, lingkar pinggang, pola aktivitas, dan pola diet dengan kadar glukosa darah pada kelompok mahasiswa dengan riwayat orang tua penderita DM tipe 2 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional. Dengan jumlah responden sebanyak 36 orang, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data glukosa darah pada penelitian ini menggunakan glukometer digital, selanjutnya pengambilan data pola aktivitas fisik dan pola diet dilakukan dengan menggunakan kuisioner IPAQ dan kuisioner Food Recall 24 hour, sedangkan pengambilan data IMT dan lingkar pinggang dilakukan dengan pengukuran antopometris menggunakan timbangan, meteran serta pita ukur.Metode teknis analisis data yang digunakan pada analisis ini berupa analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square dan uji Fisher dan disajikan dalam tabel hubungan, sedangkan analisis multivariat dalam penelitian ini tidak dilakukan karena tidak memenuhi syarat.

Hasil dan PembahasanHasil Analisis UnivariatHasil analisis univariat dipaparkan dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :Tabel 1. Hasil analisis univariatVariabelJumlah%

Glukosa Darah

Terganggu1233,3

Normal2466,7

Riwayat Keluarga

Ibu 1233,3

Ayah2261,1

Ayah + Ibu25,5

IMT

Sangat Kurus (>17,0)12,8

Kurus (17,0-18,49)00,0

Normal (18,5 24,99)2775,0

Gemuk (25,0-27,0)513,9

Sangat Gemuk (>27,0)38,3

Lingkar Pinggang

Obesitas Sentral925,0

Tidak Obesitas Sentral2775,0

Pola Aktivitas Fisik

Ringan (Low)616,7

Sedang 2266,1

Berat822,2

Pola Diet

Kurang 616,7

Baik2261,1

Lebih822,2

Hasil penelitian ini menunjukkan sepertiga responden (33,3 %) mengalami gangguan toleransi glukosa darah. Varibel Riwayat keuarga menunjukkan bahwa 61,1 % responden mempunyai ayah penderita DM tipe 2. Dari variabel IMT diketahui bahwa lebih dari seperlima (22,2 %) responden memiliki kategori IMT obesitas atau memiliki IMT diatas 25,0. Untuk varibel lingkar pinggang, ada 25 % responden yang mempunyai obesitas sentral, selanjutnya dari variabel pola aktivitas fisik diketahui bahwa pola aktivitas fisik yang paling banyak dilakukan responden adalah pola aktivitas fisik sedang, sedangkan untuk variabel pola diet, terdapat 22,2 % responden mempunayi pola diet yang melebihi 100 % AKG.Analisis BivariatAnalisis Bivariat dalam penelitian ini menggunakn uji Chi Square dan uji Fisher (bila nilai ekspekstasi pada uji Chi Square masih ada yang kurang dari 5) disertai dengan penggabungan sel karena tabel 2 X K. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Analisis Bivariat Antara, IMT, Lingkar Pinggang, Pola Aktivitas, dan Pola Diet Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok Mahasiswa Yang Mempunyai Orang Tua Penderita DM Tipe 2 Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2014.VariabelGlukosa Darah Terganggup ValueOR95 % CI

YaTidakTotal

n (%)n (%)n (%)

Indeks Massa Tubuh0,397

2,50,5 12,510

Obesitas8 (28,56)20 (71,4)28 (100)

Tidak Obesitas4 (50,0)4 (50,0)8 (100)

Lingkar Pinggang1,000

1,00,22 4,955

Obesitas Sentral3 (33,3)6 (66,7)9 (100)

Tidak Obesitas Sentral9 (33,3)18 (67,7)27 (100)

Pola Aktivitas Fisik0,224

0,221 0,024 2,050

Ringan-Sedang11 (39,3)17 (60,7)28 (100)

Berat1 (12,5)7 (87,5)8 (100)

Pola Diet0,378

2,3330,393-13,845

Lebih (> 100 % AKG)3 (50,0)3 (50,0)6 (100)

Cukup (100 % AKG)9 (30,0)21 (70,0)30 (100)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui nilai p dari variabel indeks massa tubuh, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik dan pola diet masing-masing secara berurutan yaitu : 0,397, 1,000, 0,224 dan 0,378 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara IMT, lingkar pinggang, pola aktivitas fisik dan pola diet dengan kadar glukosa darah pada kelompok mahasiswa yang mempunyai orang tua penderita DM tipe 2 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

PembahasanHubungan Antara IMT Dengan Kadar Glukosa DarahBerdasarkan tabel 2. diketahui bahwa, terdapat setengah (50 %) dari responden yang mengalami obesitas mempunyai kadar glukosa darah terganggu, sedangkan hanya seperempat (25 %) dari responden yang tidak obesitas yang mengalami gangguan toleransi glukosa darah. Pada penelitian ini didapatkan hasil p value > 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar glukosa darah.Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2012) dan Hermawan (2012) dimana didapatkan hasil bahwa IMT tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kadar glukosa darah.Dampak dari kenaikan berat badan yang nyata akan meningkat pada orang dewasa muda yang sudah kelebihan berat badan atau obesitas ketika mereka masuk kehidupan masa tua. 9Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa meningkatnya jumlah lemak tubuh akan menyebabkan terjadinya resistensi insulin, yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah, bisa dijelaskan melalui patofisiologi terjadinya DM tipe 2. Pada awalnya pada penderita DM tipe 2 akan terjadi resistensi insulin, yaitu keadaan dimana sel-sel sasaran insulin gagal merespon insulin secara normal.10 Kemudian bila seseorang memasuki kondisi tersebut maka akan terjadi peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi agar glukosa dalam darah tetap normal, namun lama-kelamaan sel beta pada pankreas akan tidak sanggup lagi mengkompensasi resistensi insulin tersebut sehingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta akan semakin menurun dan progesif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mensekresikan insulin. 8 Kemudian menurut Korean National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES), hubungan peningkatan IMT dengan peningkatan kadar gula darah puasa hanya bermakna sampai kadar gula darah 110 mg/dl, sedangkan pada kadar gula > 110 mg/dl tidak terdapat hubungan yang bermakna lagi antara IMT dengan kadar gula darah puasa.11

Hubungan Antara Lingkar Pinggang Dengan Kadar Glukosa Darah Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa sepertiga (33,3 %) responden mengalami gangguan toleransi glukosa baik yang pada responden yang mempunyai obesitas sentral maupun tidak.Kemudian dari uji Fisher didapatkan nilai p value 1,000 (> 0,05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah. Penelitian ini sejalan dengan Melchalida (2011) dan Fitriyani (2012).Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Sandi (2011). Pada penelitian yang dilakukan di kelurahan ngoresan dan ngemplak mojosono, Brebes pada laki-laki dewasa diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa. Menurut teori obesitas sentral akan meningkatkan free fatty acid yang akan menyebakan akumulasi lemak dalam hati serta akan menyebabkan gangguan metabolisme glukosa baik secara oksidatif maupun non-oksidatif, sehingga lama kelamaan akan menyebabkan resistensi insulin. 12, 13Hasil yang berbeda antara hasil penelitian dengan teori yang ada kemungkinan disebabkan oleh faktor umur. Umur pada penelitian ini berkisar antara 17-22 tahun, sedangkan kelompok yang berisiko mengalami gangguan toleransi insulin di Negara berkembang berkisar antara umur 45-65 tahun, dikarenakan sel beta mengalami penurun fungsi untuk menghasilkan insulin. 6Sebagai tambahan, penelitian terkini menyatakan bahwa pengukuran lingkar pinggang maupun IMT saja belumlah secara spesifik menggambarkan kadar lemak tubuh. Untuk mendapatkan data yang lebih spesifik mengenai kadar lemak tubuh maka alat yang digunakan sebaiknya adalah Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), alat ini nantinya bisa menilai kadar lemak, kadar lemak bebas serta kadar air dalam tubuh secara lebih terperinci.11

Hubungan Antara Pola Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa DarahDari hasil penelitian diketahui bahwa 39,28 %) yang mempunyai pola aktivitas fisik ringan-sedang mengalami gangguan toleransi glukosa darah.Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher menunjukkan value ( > 0,05 ) yang artinya bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pola aktivitas fisik dengan kejadian kadar glukosa darah terganggu.. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melchalida (2011) di kelurahan Sampangan Kota Pekalongan Jawa Tengah pada tahun 2011 dimana disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah (p > 0,05). Sedangkan penelitan yang dilakukan Rachmawati (2010) mengenai hubungan latihan jasmani terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe-2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada 15 November 2009, didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara latihan jasmani dengan kadar glukosa darah (p < 0,05).Menurut Price and Wilson, latihan fisik akan mempermudah glukosa kedalam sel-sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Pada individu sehat, pelepasan insulin akan menurun selama latihan fisik sehingga hipoglikemia dapat dihindarkan. Namun, pasien DM tipe 2 yang mendapat suntikan insulin, tidak mampu untuk memakai cara ini, dan peningkatan ambilan glukosa selama latihan fisik dapat menimbulkan hipoglikemia. 5 Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, efek latihan fisik terhadap penurunan kadar glukosa darah, akan terlihat jelas pada penderita DM dibandingkan individu yang sehat. 5Kemudian diketahui bahwa efek yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena itu untuk memperoleh efek tersebut (penurunan kadar glukosa darah) latihan jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali. 14Kemungkinan lain tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah disebabkan karena The flat slope syndrome, yaitu sampel cenderung over atau under estimated dimana melebih-lebihkan aktivitas yang dianggap baik atau menutupi aktivitas yang dianggap tidak baik. 15

Hubungan Antara Pola Diet Dengan Kadar Glukosa DarahDari hasil analsis yang terdapat dalam tabel 2 diketahui bahwa setengah dari seluruh responden yang mempunyai pola diet berlebih mengalami gangguan toleransi glukosa darah. Kemudian berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pola diet dengan kejadian kadar glukosa darah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maryani, Sarbini, Yuliati (2011). Akan tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris, Jafar, Indriasari (2014) yang berjudul hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 wilayah kerja puskesmas Kota Makassar Tahun 2014, didapatkan bahwa asupan karbohidrat memiliki hubungan yang bermakna dengan kontrol kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus (p < 0,05).Perbedaan tersebut bisa disebabkan karena belum terjadi defisiensi insulin pada responden, sehingga pemasukan karbohidrat yang berlebih masih bisa diserap kedalam sel dan hati.16

Kesimpulan dan SaranSepertiga (33,3 %) dari keseluruhan responden memiliki kadar glukosa darah tergganggu, sedangkan 61,1 % responden yang mempunyai ayah penderita DM tipe 2.22,2% responden mempunyai indeks massa tubuh dengan kategori obesitas. Seperempat (25 %) responden mengalami obesitas sentral.77,8 % responden mempunyai aktivitas fisik ringan sampai dengan sedang.Seperenam responden (16,67 %) mempunyai pola diet yang melebihi angka kecukupan gizi.Tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh, lingkar pinggan, pola aktivitas fisik, dan pola diet dengan kadar glukosa darah pada kelompok mahasiswa yang mempunyai orang tua penderita DM tipe 2 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Analisis multivariat pada penelitian ini tidak dilakukan karena tidak memenuhi syarat uji regresi logistik.Keterbatasan pada penelitian ini adalah terletak pada pengisian kuisioner, yang dilakukan dengan metode recall baik pola diet maupun pola aktivitas fisik kemungkinan akan terjadi bias, hal ini dikarenakan seseorang biasanya akan melebihkan tingkat aktivitas fisiknya dan mengurangi pola makannya, kemudian pengambilan data kadar glukosa darah yang diambil dari gula darah sewaktu dan gula darah puasa kurang mencerminkan keadaan glukosa darah pada responden, sehingga akan lebih baik pada penelitian selanjutnya menggunakan hbA1C agar dapat diketahui gambaran kadar gula darah dalam kurun waktu 3 bulan kebelakang.

Daftar Pustaka1. Sudoyo, W. Aru, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam: Jilid III. Ed. V. Jakarta : EGC. Hal 1865-1899.2. International Diabetes Federation. 2013. Regional Overviews. (www.idf.org, Diakses pada 19 juli 2014 pukul 05:54).3. Melchalida, farah. 2011. Hubungan lingkar pinggang, frekuensi konsumsi makanan gorengan, dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pada wanita dewasa. Artikel penelitian Universitas Diponegoro Semarang. (http://Eprints.undip.ac.id ,Diakses pada 17 agustus 2014 pukul 16:12).4. Buraerah, Hakim. 2010. Analisis Faktor resiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Tanrutedong, Sidenreng Rappang (2007). Jurnal Ilmiah Nasional. (http://Lib.atmajaya.acid , Diakses 20 Juli 2014).5. Price, Sylvia A. And Wilson Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Terjemahanoleh: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. Hal 1259-1271.6. Fitriyani. 2012. Faktor Resiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan). Hal 13-14 dan 54.7. Guyton, C. Arthur. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC. Hal 849-850, dan 873-875.8. Soegondo, S. dkk. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 3-18. 9. Philip, W. et al. 2008. Overweight and obesity (high body mass index). Chapter 8. Vol 1.WHO (http://www.who.int, Diakses 4 januari 2015).10. Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Halaman. 1, 7, 11-12, 25-27, 32. 11. Arif, M., Ernalia, Y., Rosdiana D. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau.JOM Vol 1 No. 2. (http://jom.unri.ac.id, Diakses 5 januari 2015).12. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Resiko Diabetes Melitus. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta. Hal. 10-11.13. Jalal, Fasli. 2006. Hubungan Lingkar Pinggang dengan kadar gula darah, trigliserida, dan tekanan darah. Tesis, Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. (tidak dipublikasikan). Hal 4.14. Rachmawati, Ova. 2010. Hubungan Latihan Jasmani Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe-2. Skripsi, Jurusan Kedokteran Umum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal 12.15. Fitriyah, J. Norma. 2007. Hubungan Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Peserta Senam Aerobik. Artikel penelitian, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (http://eprints.undip.ac.id, diakses 7 januari 2014).16. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia (Dari Sel Ke sistem). Ed. VI. Terjemahanoleh: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. Hal 574-575.17. Maryani, S., Sarbini, D., Yuliati, R. 2011. Penggunaan Papper Chromatography Sebagai Indikator Hubungan Pola Makan Dan Kebiasaan Olah Raga Denman Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Rs Pku Muhammadiyah Surakarta. Prosiding Seminar Nasional Food Habit and Degenerative Diseases. Surakarta, Februari-Agustus 2011. 18. Hermawan, Windy. 2012. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pegawai di Dinas Peternakan dan Pertanian Provinsi Sulawesi Utara. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. (tidak dipublikasikan). Hal 4.19. Sandi, Wiraditya. 2011. Hubungan Lingkar Pinggang Dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Laki-Laki Dewasa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kedokteran Umum Universitas Sebelas Maret Surakarta.20. Idris, A.M, Jafar, N. Indriasari, R. 2014. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan Dm Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. Artikel Ilmiah, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (http://repository.unhas.ac.id, Diakses 25 desember 2014).