jurnal eliksir fenobarbital

16
ELIKSIR FENOBARBITAL 10mg/cc I. LATAR BELAKANG Banyak larutan oral yang mengandung kosolven dinyatakan sebagai eliksir. Banyak lainnya dinyatakan sebagai larutan oral, juga mengandung etanol dalam jumlah berarti. Karena kadar etanol yang tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika diberikan oral, dapat digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol, untuk mengurangi jumlah etanol yang diggunakan. Untuk dinyatakan eliksir, larutan harus mengandung etanol (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 15). Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi, dan zat pengawet. Digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pengganti gula dapat digantikan dengan sirup gula (Farmakope Indonesia, edisi III, hal 8) Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih disukai dibanding sirup. Zat aktif pada sefiaan kali ini adalah fenobabrbital yang dapat berperan sebagai antikonvulsan, sedatif, dan hipnotik. Dosis fenobarbital: Untuk sedativum oral Dosis lazim: 1 kali = 15-30 mg

Transcript of jurnal eliksir fenobarbital

Page 1: jurnal eliksir fenobarbital

ELIKSIR FENOBARBITAL 10mg/cc

I. LATAR BELAKANG

Banyak larutan oral yang mengandung kosolven dinyatakan sebagai eliksir.

Banyak lainnya dinyatakan sebagai larutan oral, juga mengandung etanol dalam jumlah

berarti. Karena kadar etanol yang tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika

diberikan oral, dapat digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol, untuk

mengurangi jumlah etanol yang diggunakan. Untuk dinyatakan eliksir, larutan harus

mengandung etanol (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 15). Eliksir adalah sediaan

berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat

tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi, dan zat

pengawet. Digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pengganti gula dapat digantikan

dengan sirup gula (Farmakope Indonesia, edisi III, hal 8)

Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental

karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di

dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan,

maka lebih disukai dibanding sirup.

Zat aktif pada sefiaan kali ini adalah fenobabrbital yang dapat berperan sebagai

antikonvulsan, sedatif, dan hipnotik. Dosis fenobarbital:

Untuk sedativum oral

Dosis lazim: 1 kali = 15-30 mg

1 hari = 45-90 mg

Dosis maksimum: 1 kali = 300 mg

1 hari = 600 mg

Untuk antikonvulsan oral

Dosis lazim: 1 kali = 50-100 mg

1 hari = 150-300 mg

Dosis maksimum: 1 kali = 300 mg

1 hari = 600 mg

Untuk hipnotikum oral

Dosis lazim: 1 kali = 100-200 mg

(Farmakope Indonesia III, hal 980)

Page 2: jurnal eliksir fenobarbital

II. PERMASALAHAN FARMASEUTIKA

a. Preformulasi Zat Aktif

Fenobarbital

Struktur kimia

Rumus molekul C12H12N2O3

Nama kimia Asam 5-etil—fenilbarbiturat

Sinonim Luminal

Berat molekul 232,24

Pemerian Hablur kecil atau serbuk hablur putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa,

dapat terjadi polimorfisme. Stabil di udara, pH larutan jenuh lebih kurang

5. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659)

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, dan dalam larutan

alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat; agak sukar larut dalam

kloroform. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659).

1:1000 dalam air, 1:10 dalam etanol, 1:40 dalam kloroform, 1:40 dalam

eter. (The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 995)

Kandungan Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

101,0 % C12H12N2O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

(Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659).

Stabilitas Stabil dalam udara, tetapi larutan mengalami hidrolisis khususnya pada

pH tinggi. Karena adanya pemutusan cincin asam barbirturat pada posisi

1,2 atau posisi 1,6 untuk membentuk diamida atau ureida. Dekomposisi

diamida dan ureida lebih jauh dapat terjadi. (The Pharmaceutical CODEX.

Edisi 12. Hal 996)

pKa 7,4 (25°C) (The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 996)

Titik lebur (174-178)°C (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659).

Inkompatibilitas Fenobarbital akan mengalami presipitasi tergantung pH campuran dan

konsentrasi barbiturat. Apabila campuran bersifat alkali penetapan pH

menjadi penting. Pengendapan asam bebas dilaporkan terjadi pada pH 8,8

(The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 996)

Page 3: jurnal eliksir fenobarbital

Polimorfisme Fenobabrital memiliki 13 jenis bentuk polimorfik yang telah

teridentifikasi. Bentuk yang paling stabil pada suhu kamar adalah bentuk

II, yang merupakan bentuk paling banyak terdapat dalam perdagangan.

(The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 996)

Wadah dan

penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutp rapat. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal

659)

b. Permasalahan

- Zat aktif sangat sukar larut dalam air, sehingga sediaan dibuat dalam bentuk eliksir

- KD zat aktif tidak diketahui, sehingga perlu ditentukan KD zat aktif dengan cara

melarutkannya dalam etanol lalu ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga

terbentuk endapan pertama kali.

- Pemilihan komposisi pelarut campur yang tepat, KD pelarut campur sama dengan

KD zat aktif, agar zat aktif melarut sempurna

- Zat aktif tidak berasa, sehingga perlu ditambahkan pemanis dan jika digunakan

sirupus simpleks dengan konsentrasi tinggi perlu ditambahkan anti cap-locking

III. PENYELESAIAN MASALAH

Preformulasi eksipien

a. Etanol

Struktur kimia

Rumus molekul CH3CH2OH

Berat molekul 46,07

Pemerian Cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau khas dan

menyebabkan terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah, mendidih pada suhu 78°C; mudah terbakar. (Farmakope

Indonesia. Edisi IV. Hal 63)

Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan pelarut organik

(Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 63).

Konstanta

dielektrik

25,7

Stabilitas Mudah menguap pada suhu kamar

Inkompatibilitas Pada suasana asam, etanol dapat bereaksi dengan bahan pengoksidasi.

Page 4: jurnal eliksir fenobarbital

Campuran dengan alkali dapat menyebabkan pembentukan senyawa

aldehid. Garam organik/akasia dapat mengendap dalam larutan/dispersi.

Larutan etanol tidak cocok dengan wadah alumunium dan dapat

berinteraksi dengan beberapa obat. (Handbook of Pharmaceutical

Excipients. Edisi 6. Hal 17-18)

Bobot jenis 0,812-0,816

Fungsi Pelarut (kosolven)

b. Propilen glikol

Struktur kimia

Rumus molekul CH3CH(OH)CH2OH

Nama kimia 1,2-propanadiol

Berat molekul 76,09

Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,

menyerap air pada udara lembab. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal

712)

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut

dalam eter dan beberapa monyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur

dengan minyak lemak. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 712).

Konstanta

dielektrik

33

Stabilitas Pada suhu dingin stabil, bisa dalam keadaan tertutp rapat, tetapi pada

suhu tinggi dan di tempat terbuka dapat teroksidasi menjadi

propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan sama asetat. Stabil ketika

dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air. (Handbook of

Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 592)

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi, contoh Kalium Permanganat

(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 592)

Fungsi Pelarut (kosolven)

c. Gliserol

Page 5: jurnal eliksir fenobarbital

Struktur kimia

Rumus molekul C3H8O3

Nama kimia Propana-1,2,3-tiol

Berat molekul 92,09

Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis mendekati 0,6 kali

sukrosa, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), viskos

higroskopis, netral terhadap lakmus. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal

413)

Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam

kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dan dalam minyak lemak

(Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 413).

Konstanta

dielektrik

43

Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Tidak teroksidasi pada penyimpanan, tapi

dapat terdekomposisi oleh pemanasan yang menghasilkan racun ecrolein.

Campuran gliserin dengan air, etanol, dan propilen glikol stabil secara

kimiawi. Gliserin dapat terkristalisasi pada suhu rendah. Ktistal tidak

meleleh sampai suhu 20°C. Gliserin harus disimpan dalam container

kedap udara, sejuk, dan kering. (Handbook of Pharmaceutical Excipients.

Edisi 6. Hal 204)

Inkompatibilitas Dapat meledak jika dicampur dengan agen pengoksidasi kuat seperti

kromium troksida, potassium borat, atau kalium permanganat. Warna

hitam mumncul bila lama dikenai cahaya atau kontak dengan seng oksida

atau bismuth nitrat. Kontaminasi besi pada gliserin dapat menyebabkan

penuaan warna pada campuran yang mengandung fenil salisilat, dan tanin.

Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat, yang lebih

kuat dari asam borat (Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6.

Hal 205)

Fungsi Pengawet, pemanis, dan pelarut (kosolven)

d. Sukrosa

Page 6: jurnal eliksir fenobarbital

Struktur kimia

Rumus molekul C12H22O11

Berat molekul 342,3

Pemerian Berupa kristal tidak berwarna, berbentuk massa kristal atau sebagai serbuk

hablur putih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.

Kelarutan 1:0,5 bagian air, 1:0,2 bagian air pada suhu 100° C

Stabilitas Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan pada

kelembaban yang relatif sedang. Sukrosa menjadi karamel jika dipanaskan

pada temperatur diatas 160°C. Sukrosa cair sangat mungkin mengalami

fermentasi oleh mikroba tetapi pada konsentrasi tinggi diatas 60 % b/b

lebih tahan terhadap dekomposisi. (Handbook of Pharmaceutical

Excipients. Edisi 6. Hal 703-706)

Inkompatibilitas Serbuk sukrosa yang terkontaminasi dengan sedikit logam berat,

menyebabkan sukrosa inkompatibel dengan bahan aktif misal asam

askorbat. Sukrosa terhidrolisis oleh asam menjadi dekstrosa dan fruktosa.

Sukrosa juga inkompatibel dengan aluminium. (Handbook of

Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 703-706)

Fungsi Pemanis

e. Natrium sakarin

Struktur kimia

Rumus molekul C7H4NNaO3S

Berat molekul 205,16

Pemerian Natrium sakarin berupa kristal putih, tidak berbau. Ini memiliki rasa

sangat manis, dengan aftertaste logam atau pahit, aftertaste dari natrium

sakarin dapat ditutup dengan pencampuran dengan pemanis lainnya.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 608)

Kelarutan 1:102 dalam etanol, 1:50 dalam etanol 95%, 1:3,5 dalam propilen, praktis

Page 7: jurnal eliksir fenobarbital

tidak larut dalam propan-2-ol, 1:1.2 dalam air. (Handbook of

Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 608)

Stabilitas Natrium sakarin stabil di bawah kisaran normal kondisi yang digunakan

dalam formulasi. Hanya bila terkena suhu tinggi (125°C) pada pH rendah

(pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi yang signifikan.

Dalam konsentrasi 84% adalah bentuk natrium sakarin yang paling stabil.

Larutan untuk injeksi bisa disterilkan dengan autoclave. Natrium sakarin

harus disimpan dalam wadah tertutup baik dalam tempat kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 609)

Inkompatibilitas Natrium sakarin tidak mengalami browning Maillard. (Handbook of

Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 609)

Fungsi Pemanis

f. Vanillin Essence

Struktur kimia

Rumus molekul C8H8O3

Berat molekul 152,15

Pemerian Putih atau krem, kristalin jarum atau serbuk dengan karakteristik aroma

vanilla dan rasa manis (Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6.

Hal 760)

Kelarutan Larut di aseton, larutan alkali hidroksida, kloroform, eter, metanol, dan

minyak. 1:2 dalam etanol 95% dan 1:3 dalam etanol 70%, kelarutannya

1:100 di air (Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 761)

Stabilitas Dapat terganggu oleh cahaya. Vanillin perlahan teroksidasi di tempat yang

lembab. Larutan vanillin dalam etanol terdekomposisi jika terkena cahaya.

Larutan basa dapat menghasilkan larutan berwarna cokelat. (Handbook of

Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 761)

Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan aseton (Handbook of Pharmaceutical Excipients.

Edisi 6. Hal 761)

Fungsi Pemberi aroma

Page 8: jurnal eliksir fenobarbital

g. Aquades

Rumus molekul H2O

Berat molekul 18,02

Kelarutan Bercampur dengan banyak pelarut polar

Konstanta

dielektrik

80,4

Stabilitas Secara kimia air stabil dalam semua bentuk fisis

Inkompatibilitas Mengalami rekaksi hidrolisis dengan senyawa obat. Dapat bereaksi

dengan logam alkali dan oksida logam alkali seperti kalsium dioksida dan

magnesium dioksida. Bereaksi juga dengan garam anhidrat membentuk

garam hidrat dan juga dengan senyawa organik lain dan kalsium karbida.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 768)

Fungsi Pelarut

IV. KESIMPULAN FORMULA

Kesimpulan formula sirup fenobabrbital 10mg/cc.

No. Bahan Jumlah Fungsi

1 Fenobarbital 1% Zat aktif

2 Propilen glikol 20% Kosolven

3 Etanol 95% 10% Kosolven

4 Gliserol 20% Kosolven dan pengawet

5 Sirupus simpleks 15% Pemanis

6 Natrium sakarin 0,1% Pemanis

7 Vanilla essence Qs Pemberi aroma

8 Yellow FCF Qs Pewarna

9 Aquades Add hingga 150 mL Pelarut

V. PENIMBANGAN

Dosis = 10mg/cc

Volume sediaan per botol

Volume sediaan yang dibuat 150 mL

Penimbangan untuk 150 mL

No. Bahan Jumlah

Page 9: jurnal eliksir fenobarbital

1 Fenobarbital 1,5 gram

2 Propilen glikol 30 mL

3 Etanol 95% 15 mL

4 Gliserol 30 mL

5 Sirupus simpleks 22,5 mg

6 Natrium sakarin 150 mg

7 Vanilla essence 50 mg

8 Yellow FCF 50 mg

9 Aquades Add hingga 150 mL

VI. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Penentuan konstanta dielektrik fenobarbital

- Sebanyak 1,5 gram zat aktif dilarutkan dalam 20 mL etanol yang ditempatkan dalam

labu erlenmeyer

- Aquades ditempatkan dalam buret

- Fenobarbital dalam etanol dititrasi dengan aquades hingga terbentuk endapan pertama

kali

2. Pembuatan larutan stok pewangi dan pewarna

- Dibuat 5 mL larutan vanilla essence dalam etanol dengan konsentrasi 1%

- Dibuat 5 mL larutan yellow FCF dalam etanol dengan konsentrasi 1%

3. Pembuatan sirupus simpleks, stok 50 mg

- Ditimbang 33,33 mg sukrosa

- Ditambahkan air hingga beratnya mencapai 40 gram, panaskan hingga larut dan

larutan jernih

- Dinginkan, ditimbang. Tambahkan air hingga beratnya 50mg lalu saring dengan kain

batis

4. Pembuatan eliksir fenobarbital

- Tentukan jumlah masing-masing komponen kosolven yang diperlukan dengan

menghitung dari KD fenobarbital yang telah didapatkan dari hasil titrasi tadi.

- Dilarutkan 1,5 gram fenobarbital ke dalam 15 mL etanol

Page 10: jurnal eliksir fenobarbital

- Ditambahkan 30 mL propilen glikol

- Ditambahkan 30 mL gliserol

- Aduk hingga rata

- Ditambahkan sirupus simpleks 22,5 mg

- Ditambahkan stok pengaroma 3 mL

- Ditambahkan stok pewarna 2 mL

- Aquades ditambahkan hingga batas tara 150 mL

- Campuran diaduk hingga homogen dan dimasukkan ke dalam wadah yang sudah

ditara

- Sisa volume sediaan digunakan untuk evaluasi sediaan

VII. HASIL PERCOBAAN

VIII. ANALISIS TITIK KRITIS SEDIAAN

- Proses penentuan konstanta dielektrik fenobarbital, jika tidak sesuai zat tidak akan

terlarut sempurna

- Komposisi air, propilen glikol, gliserol, dan etanol sebagai pelarut campur harus

sesuai sehingga nilai konstanta dielektrik kosolven mendekati zat aktif

IX. EVALUASI

No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah

sampel

Syarat

1 Wadah Kelengkapan dan kondisi

wadah

1 Tidak rusak,

wadah primer

tidak bocor

2 pH Pengukuran dengan pH meter 1 Dicatat sebagai

spesifikasi

bahan

3 Volume terpindahkan Volume terpindahkan sesuai

spesifikasi

1 60 mL

4 Viskositas Mengukur viskostitas dengan

viskometer Hoppler

1 Dicatat sebagai

spesifikasi

sediaan

5 Organoleptik Pemeriksaan organoleptik 1 Dicatat sebagai

Page 11: jurnal eliksir fenobarbital

sediaan meliputi rasa, warna,

dan bau

spesifikasi

bahan

6 Berat jenis Pengukuran berat jenis dengan

piknometer

1 Dicatat sebagai

spesifikasi

bahan

X. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia ed III.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia ed IV.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition. London: The

Pharmaceutical Press.

Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition.

London: Pharmceutical Press.