Eliksir Com 03

17
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLID ELIKSIR DISUSUN OLEH : KELOMPOK II HARIANI DAMANIK 121524061 LISBERIA SINAMBELA 121524062 DARA SUKMA RATMELYA 121524063 MAWARNI HANAFIAH 121524029 SITI IRMAYANNI 121524026 FEBIA SARI 121524036 LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI DASAR FAKULTAS FARMASI UNIERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2013

description

jurnal eliksir

Transcript of Eliksir Com 03

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLIDELIKSIRDISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

HARIANI DAMANIK

121524061

LISBERIA SINAMBELA

121524062

DARA SUKMA RATMELYA

121524063

MAWARNI HANAFIAH

121524029SITI IRMAYANNI

121524026FEBIA SARI

121524036LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI DASARFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARAMEDAN

2013BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam istilah kimia farmasi, larutan dapat dipersiapkan dari campuran yang mana saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas, misalnya suatu zat terlarut padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara yang sama untuk zat rerlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin dibuat. Bagaimanapun, dalam farmasi perhatian terhadap larutan sebagian besar terbataspada pembuatan larutan dari suatu zat padat, zat cair dalam suatu pelarut cair dan tidak begitu sering larutan suatu gas dalam pelarut cair. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol, yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol, sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada. Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangkan mengandung zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat tunggal yang terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar satu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang tidak diinginkan. Karena itu untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari satu obat, banyak dokter memilih untuk minum sediaan yang terpisah dari tiap obat sehingga bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat, dapat dikerjakan tanpa dosis obat lainnya secara bersamaan ikut diatur. Eliksir analgetik/ antipiretik paracetamol 300 mg/10 ml digunakan untuk mengurangi/ menghilangkan nyeri dan menurunkan demam terutama pada pasien yang tidak tahan terhadap aspirin. Eliksir terutama digunakan untuk pasien pediatrik (anak-anak).

1.2 Prinsip Percobaan

Alkohol sebagai pelarut utama ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam bahan obat yang telah digerus hingga bahan obat terlarut sempurna, kemudian tambahkan pelarut lainnya.

1.3 Tujuan Percobaan Mengenal bentuk sediaan eliksir dan prinsip pembuatannya

Menjelaskan definisi eliksir Mengetahui bahan-bahan tambahan dalam eliksir Mengetahui membuat sediaan eliksir Mengetahui evaluasi sediaan eliksir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Eliksir merupakan suatu cairan oral yang jernih, manis dan berasa enak. Pelarut yang digunakan biasanya mengandung persen alkohol yang tinggi, gula, gliserin atau propilen glikol. Selain itu, bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis, pengawet, pewarna, dan pewangi sehingga memiliki baud dan rasa yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.Kadar alcohol dalam eliksir dapat mencapai 5-12%. Bahkan ada yang mencapai 20%. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dari sifat-sifat dari bahan yang akan dilarutkan. Oleh sebab itulah di dalam eliksir perlu penambahan pelarut lain seperti tersebut di atas sebagai pelarut pembantu (co-solvent) yang fungsinya untuk meningkatkan kelarutan. Peristiwa meningkatnya kelarutan dari bahan obat disebut co-solvency.Adapun master formula dari sediaan eliksir adalah:

R/zat berkhasiat (agak sukar larut)

Korigensia(safaris, koloris, odoris)

Pengawet

Kosolven

Aqua

Eliksir berarti menggunakan pelarut campur. Dalam hal ini, alkohol dan glycerin disebut cosolvent (pelarut tambahan/pembantu) yang dapat meningkatkan kelarutan dari zat berkhasiat. Bias juga campuran antara alkohol, propilen glikol, dan larutan sorbitol.Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, eliksir parasetamol mengandung asetaminofen tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumllah yang tertera pada etiket. Identifikasi dapat dilakukan dengan spektrum serapan ultraviolet larutan untuk pengukuran serapan pada pada penetapan kadar mempunyai maksimum dan minimum. Bobot jenisnya 1,21 sampai 1,23 dengan keasaman dan kebasaan pH 3,8 sampai 6,1. Penetapan kadarny dilakukan dengan cara menimbang saksama 1,5 g, tambahkan 100 ml air dan 20 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 200 ml. Pada 5 ml tambahkan 9,5 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml. Ukur serapan cm larutan pada maksimum lebih kurang 257 nm; A (1%, 1 cm) pada maksimum lebih kurang 257 nm adalah 715. Hitung bobot zat dalam mg dalam eliksir. Adapun parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol, dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol, dan dalam 9 bagian propilen glikol serta larut dalam alkali hidroksida.

Pembagian Eliksir

Eliksir terbagi atas dua jenis:

1. Eliksirsebagaipelarut(MedicatedElixirs) Misalnya untuk obat-obat batuk Dektrometorfan HBr, CTM, NH4Cl, Codein fosfat danlain-lain.Ditambahkanpadasediaandengantujuan:-Meningkatkanrasa/menghilangkanrasa.- Sebagai bahan pengencer eliksir yang mengandung bahan aktif obat.2. Eliksirobat(MedicatedElixirs)Karena pelarut dalam eliksir merupakan pelarut campur sehingga dapat mengandung bahan obat yang larut dalam air atau yang larut dalam alkohol. Di dalam formula eliksir tidak boleh ditambahkan tragakan, akasia (gom arab), agar-agar atau zat-zat anorganik, karena dengan adanya alkohol kadar tinggi akan terjadi pengendapan. Pemilihan cairan pembawa bagi zat aktif obat dalam sediaan eliksir harus mempertimbangkan kelarutan dan kestabilannya dalam air dan alkohol.

Bila Non Medicated Elixirs akan digunakan sebagai bahan pengencer Medicated Elixirs, kandungan akhir alkohol dalam sediaan perlu diperhitungkan. Karakteristik rasa dan warna yang terdapat dalam Non Medicated Elixirs jangan bertentangan dengan Medicated Elixirs secara umum dan dengan seluruh komponen yang terdapat dalam formula.Larutan oral, syrup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan, biasanya berarti bahwa apsorpsinya dalam sistem saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat dari pada dalam bentuk sedaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama.Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di dalam menutupirasaobatyangkurangmenyenangkan.Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih disukai dibanding sirup.Obat-obat cair menampilkan masalah menarik dalam rancangan bentuk sediaan. Banyak diantaranya merupakan zat-zat yang mudah menguap oleh karena harus disegel secara fisik dari atmosfer untuk menjamin keberadaannya. Masalah lainnya adalah bahwa obat-obat tersebut dimaksudkan untuk pemberian obat pada umumnya tidak dapat diformulasikan menjadi bentuk tablet, tanpa mengalami modifikasi obat yang besar. Kelebihan dan Kekurangan Eliksir

Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.

Rasanya enak Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.

Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak. Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam botol kedap dan jauh dari sumber api.

Cara Pembuatan Eliksir

1. Mencampur zat padat dengan pelarut atau campuran pelarut (kosolven) sambil diaduk hingga larut.2. Bahan yang larut dalam air dilarutkan terpisah dengan zat yang larut dalam pelarut alkohol. Larutan air ditambahkan kedalam larutan alkohol, agar penurunan kekuatan alkohol dalam larutan secara gradien mencegah terjadinya pemisahan atau endapan.3. Gliserin, sirup, sorbitol, dan propilenglikol dalam eliksir memberikan peranan pada kestabilan zat terlarut dan dapat meningkatkan viskositas.Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada. Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangkan mengandung zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat tunggal yang terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar satu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang tidak diinginkan.

Cosolven dan Co-solvencyAdakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency. Bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin, dan propilen glikol merupakan contoh-contoh co-solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan eliksir.Cosolvents didefinisikan sebagai pelarut organik larut air yang digunakan dalam formulasi obat cair untuk meningkatkan kelarutan zat kurang air-larut atau untuk meningkatkan stabilitas kimia obat. Cosolvency, kemudian, mengacu pada teknik menggunakan cosolvents untuk keperluan lain, namun juga sering disebut sebagai campuran pelarut. Cosolvency telah digunakan sebagai pendekatan untuk menyiapkan persiapan obat cair sepanjang sejarah formulasi obat. Obat-obatan tertentu asal raya yang dikenal kurang larut dalam air dan formulasi dibutuhkan dalam campuran air-etanol dalam rangka untuk memberikan dosis obat yang memadai dalam volume kecil persiapan. Sebuah contoh umum dari suatu kelas formulasi yang mengandung cosolvents adalah obat mujarab, yang menurut definisi adalah solusi, manis hydroalcoholic ditujukan untuk penggunaan oral. Tincture, yang umumnya mengandung jumlah lebih tinggi dari alkohol, adalah contoh lain klasik bentuk sediaan cair yang mengandung cosolvent. Kebutuhan untuk mempekerjakan cosolvents dalam perumusan obat baru sebagai solusi untuk penggunaan oral, parenteral, dan topikal tetap tinggi, terutama dengan meningkatnya kompleksitas struktur bahan terapeutik baru.

Dalam banyak kasus, cosolvency dapat meningkatkan kelarutan obat non-polar sampai beberapa kali lipat di atas kelarutan air. Ini akan menjadi signifikan, misalnya, dalam perumusan masalah mana mungkin diperlukan untuk meningkatkan kelarutan obat dari 500 kali lipat atau lebih. Penggunaan cosolvents untuk mempersiapkan formulasi larutan obat non-polar adalah cara yang sederhana dan berpotensi efektif untuk mencapai konsentrasi tinggiobat.

Kelemahan utama dari cosolvency termasuk potensi efek biologis dan potensi obat yang telah dilarutkan menggunakan cosolvents untuk mengendapkan atas dilusi dengan cairan air. Efek biologis dari cosolvent yang dapat membatasi atau menghilangkan penggunaannya dalam formulasi obat termasuk toksisitas umum mereka, toksisitas target organ, iritasi jaringan, atau tonisitas sehubungan dengan membran biologis. Selain itu, pengendapan obat pada pengenceran dengan media air atau selama injeksi atau aplikasi untuk selaput lendir harus selalu dipertimbangkan dalam memutuskan apakah suatu cosolvent dapat digunakan sebagai kendaraan forpoorly obat larut dalam air. pertimbangan lainnya termasuk viskositas, tonisitas, dan rasa, serta pengaruh cosolvents pada kelarutan dan stabilitas komponenformulasilainselainobat.

Ketika digunakan sebagai suatu metode untuk meningkatkan stabilitas kimia obat, cosolvents mungkin efektif oleh satu atau dua mekanisme. Jika obat rentan terhadap degradasi hidrolitik, cosolvents dapat mengurangi degradasi obat dengan menggantikan untuk beberapa atau semua air dalam formulasi. Cara lainnya, cosolvent dapat meningkatkan stabilitas obat dengan menyediakan lingkungan yang kurang cocok untuk keadaan transisi darireaktan,asalkankeadaantransisilebihpolardaripadareaktan.BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Formula

Tiap 5 ml mengandung :

R/ Acetaminophen

120 mg

Glyceril

2,5 ml

Propilen glikol

500 l

Sorbitol sol 70 %

1,25 ml

Aethanol

500 l

Zat tambahan yang cocokq.s

Aquadest

ad60 cc

m.f eliksir

#

Pro : Zulfan

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Timbangan

Anak timbangan (gram dan miligram) Cawan porselen

Lumpang

Stamper

sudip

Batang pengaduk

Beaker glass 50 ml

Beaker glass 1000 ml

Gelas Ukur 50 ml Botol 60 ml3.2.2 Bahan

Acetaminophen

Glyceril

Propilen glikol

Sorbitol sol 70 %

Aethanol

Aquadest

oleum citri

3.3 Perhitungan Bahan

Acetaminophen

= x 120 mg = 1440 mg

Glyceril

= x 2,5 ml = 30 ml

= 1,249= m= 37,47 g

Propilen glikol

= x 0,5 ml = 6 ml

= 1,035= m= 6,2 g

Sorbitol sol 70 %

= x 1,25 ml = 15 ml

= 1,28= m= 19,2 g

Aethanol

= x 0,5 ml = 6 ml

Aquadest

ad60 cc

3.4 Prosedur Kerja

1. Masukkan parasetamol ke dalam lumpang, gerus homogen.

2. Tambahkan aethanol sedikit demi sedikit sambil digerus hingga parasetamol terlarut sempurna.

3. Tambahkan gliserin sedikit demi sedikit sambil dihomogenkan.

4. Tambahkan propilen glikol sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.

5. Tambahkan sorbitol sol 70 % sedikit demi sedikit, gerus ad homogen6. Masukkan ke dalam wadah yang sudah dikalibrasi.

7. Cukupkan dengan aquadest sampai garis tanda

8. Teteskan oleum citri 2 tetes

3.5 Evaluasi Eliksir

1. Kejernihan

Sediaan eliksir diamati pada daerah yang terang untuk melihat ada tidaknya partikel-partikel tidak larut dalam sediaan. Kejernihan ditandai dengan tidak terdapat partikel-partikel tidak larut dalam sediaan.

Hasil pengamatan:

Terdapat partikel-partikel tidak larut dalam sediaan (tidak jernih).

2. Pengamatan sediaan setelah disimpan apakah terjadi pemisahan zat berkhasiatnya.

Hasil pengamatan:

Terjadi pemisahan zat berkhasiat dengan pelarutnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Diperolah sediaan Eliksir berupa larutan jernih dengan pH 6. Jenis eliksir yang dibuat dalam sediaan ini adalah eliksir obat golongan antipiretik 60 ml, tiap 5 ml mengandung Acetaminophen 120mg.

4.2 PembahasanPercobaan kali ini adalah membuat parasetamol dalam bentuk sediaan larutan eliksir. Parasetamol larut dalam air mendidih, dalam natrium klorida 0,1N, mudah larut dalam etanol (DepKes RI, 1995). Berdasarkan teori tersebut maka dalam percobaan parasetamol terlebih dahulu dilarutkan dengan cara digerus menggunakan glycerol yang berfungsi sebagai kosolven dan juga di tambahkan etanol 90%.

Etanol 90% digunakan sebanyak 6 ml untuk sediaan 60 ml jadi dalam formula ini etanol yang digunakan sebanyak 10% etanol disini berfungsi sebagai pelarut utama dan untuk mempertinggi kelarutan ditambahkan gliserol, sesuai teori bahwa eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai pelarut dan untuk mempertinggi kelarutan (kosolven). Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5 10%. Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol, dan propilen glikol. (Syamsuni, 2006).

Bila dua larutan selesai dicampur, campuran dibuat sesuai volume dengan pelarut atau pembawa tertentu . Campuran akhir tidak jernih karena pemisahan beberapa minyak pemberi rasa dengan menurunnya konsentrasi alkohol. Bila ini terjadi eliksir biasanya dibolehkan untuk dibiarkan selama bebrapa jam yang ditentukan untuk menjamin penjenuhan pelarut hidroalkohol. (Ansel, 1989). Sediaan eliksir yang dibuat dalam percobaan ini diberikan korigensia odoris berupa olium citrit, evaluasi pH diperoleh hasil 6 dan sediaan agak keruh hal ini disebabkan kemungkinan karena pengaruh dari bahan tambahan yang digunakan berdasarkan teori diatas kekeruhan ini dapat dihilangkan dengan membiarkan sediaan selama beberapa waktu untuk tujuan meningkatkan kejenuhan pelarut hidroalkohol. Setelah dibiarkan sehari diperoleh sediaan eliksir yang jernih.

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Walau banyak eliksir yang dimaniskan dengan sukrosa atau sirup sukrosa, bebrapa menggunakan sorbitol, gliserin dan atau pemanis buatan seperti sakarin untuk tujuan ini. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa, tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. (Ansel, 1989). Berdasarkan teori diatas dalam formulasi digunakan sorbitol solutio 70% sebanyak 1,25 ml sebagai pemanis. Jenis eliksir yang dibuat dalam sediaan ini adalah eliksir obat golongan antipiretik 60 ml, tiap 5 ml mengandung Acetaminopen 120mg .

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Bentuk sediaan eliksir berupa larutan jernih2. Pelarut utama yang digunakan dalam pembuatan eliksir dapat berupa alkohol, gliserin, dan propilen glikol, selain itu bahan tambahan yang digunakan dapat berupa pemanis, pewarna dan pengharum.

3. Eliksir dibuat dengan menambahkan pelarut utama berupa alkohol sedikit demi sedikit ke dalam bahan obat yang telah digerus hingga bahan obat terlarut sempurna, kemudian tambahkan pelarut lainnya.

4. Kedua sediaan eliksir yang diperoleh tidak memenuhi syarat. Namun jika dilihat dari kelarutannya, parasetamol lebih mudah larut dalam campuran alkohol dan propilen glikol daripada dalam campuran alkohol dengan gliserin.5. Evaluasi eliksir dapat dilakukan dengan melihat kejernihannya dan dengan pengamatan terhadap ada tidaknya pemisahan zat berkhasiat pada penyimpanan dalam beberapa waktu.

5.2 Saran1. Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam menimbang bahan-bahan dalam pembuatan eliksir sehingga perbandingan kelarutan parasetamol dari kedua resep terhadap alkohol tetap sesuai.

2. Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam proses penggerusan bahan obat terhadap pelarut utamanya sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya pemisahan zat berkhasiat.

DAFTAR PUSTAKAAgoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi revisi. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 93-94.Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Hal. 8 dan 37-38.Hazny, F. (2009). Elixir.http://filzahazny.wordpress.com/page/11/?archives-list&archives-type=months

Shochichah.(2010).PreformulasiElixirParasetamol.http://shochichah.blogspot.com/2010/06/preformulasi-elixir-paracetamol.htmlSyamsuni, A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 103.LAMPIRAN