JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN...

9
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SYAHRIAL (Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe) ABSTRACT The objective of this research is to examine the influence of institutional ownership and managerial ownership to earnings management on listed companies from manufacturing sector at Indonesia Stock Exchange in the year 2008. The analysis method used in this research is multiple regression analysis. The population consist of 49 manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange in the year 2008, Jones model is used to estimate the earning management. The results of this research show that (1) institutional ownership had positive influence to earnings management, (2) managerial ownership had positive influence to earnings management, (3) simultaneously of institutional ownership and managerial ownership influence to earnings management. Keywords: institutional ownership, managerial ownership, earnings management PENDAHULUAN Salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan adalah industri manufaktur. Industri manufaktur merupakan mesin pertumbuhan yang utama sekaligus dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang, industri manufaktur merupakan salah satu industri yang memiliki kontribusi besar dalam memberikan devisa negara. Selain itu pengembangan industri manufaktur berdampak langsung pada daya saing bangsa. Dalam era globalisasi sekarang ini semakin ketatnya persaingan global menyebabkan perusahaan harus bersiap diri. Dalam hal ini perusahaan menginginkan dirinya berkembang dan berinovasi demi mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar global. Upaya tersebut merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan karena menyangkut permasalahan pemenuhan dananya yang diperlukan. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah sedemikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari hutang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya. Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Tetapi keberadaan hutang justru bisa menjadi cerminan bahwa kinerja saham perusahaan kurang bagus. Artinya kalau memang saham perusahaan diminati oleh pasar saham (investor) yang ditunjukkan oleh peningkatan yang signifikan volume perdagangan dan harga saham, seharusnya perusahaan tidak perlu lagi mencari pendanaan melalui hutang. Tetapi masalahnya saham yang benar-benar dimiliki oleh publik hanya sekitar 14,40%. Selebihnya didominasi oleh insider atau terkonsentrasi oleh pemilik institusional maupun individual. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pemenuhan kebutuhan pihak-pihak eksternal yaitu diperolehnya informasi kinerja perusahaan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dalam laporan keuangan adalah informasi laba yang terkandung dalam laporan Laba/Rugi (Boediono, 2005). Laporan Laba/Rugi merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting karena di dalamnya terkandung informasi laba yang bermanfaat bagi pemakai

Transcript of JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN...

Page 1: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SYAHRIAL

(Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe)

ABSTRACT The objective of this research is to examine the influence of institutional ownership and managerial ownership to earnings management on listed companies from manufacturing sector at Indonesia Stock Exchange in the year 2008. The analysis method used in this research is multiple regression analysis. The population consist of 49 manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange in the year 2008, Jones model is used to estimate the earning management. The results of this research show that (1) institutional ownership had positive influence to earnings management, (2) managerial ownership had positive influence to earnings management, (3) simultaneously of institutional ownership and managerial ownership influence to earnings management. Keywords: institutional ownership, managerial ownership, earnings management PENDAHULUAN

Salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan adalah industri manufaktur. Industri manufaktur merupakan mesin pertumbuhan yang utama sekaligus dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang, industri manufaktur merupakan salah satu industri yang memiliki kontribusi besar dalam memberikan devisa negara. Selain itu pengembangan industri manufaktur berdampak langsung pada daya saing bangsa.

Dalam era globalisasi sekarang ini semakin ketatnya persaingan global menyebabkan perusahaan harus bersiap diri. Dalam hal ini perusahaan menginginkan dirinya berkembang dan berinovasi demi mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar global. Upaya tersebut merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan karena menyangkut permasalahan pemenuhan dananya yang diperlukan.

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah sedemikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari hutang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya.

Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Tetapi keberadaan hutang justru bisa menjadi cerminan bahwa kinerja saham perusahaan kurang bagus. Artinya kalau memang saham perusahaan diminati oleh pasar saham (investor) yang ditunjukkan oleh peningkatan yang signifikan volume perdagangan dan harga saham, seharusnya perusahaan tidak perlu lagi mencari pendanaan melalui hutang. Tetapi masalahnya saham yang benar-benar dimiliki oleh publik hanya sekitar 14,40%. Selebihnya didominasi oleh insider atau terkonsentrasi oleh pemilik institusional maupun individual. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien maka akan meningkatkan nilai perusahaan.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pemenuhan kebutuhan pihak-pihak eksternal yaitu diperolehnya informasi kinerja perusahaan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dalam laporan keuangan adalah informasi laba yang terkandung dalam laporan Laba/Rugi (Boediono, 2005).

Laporan Laba/Rugi merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting karena di dalamnya terkandung informasi laba yang bermanfaat bagi pemakai

Page 2: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 informasi laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi laba sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya. Tindakan yang mementingkan kepentingan sendiri (opportunistic) tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba.

Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989). Healy dan Wahlen (1999) dalam Beneish (2001) menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan.

Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. (Baridwan dan Salno, 2000). Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak.

Kepemilikan saham oleh institusional dapat mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mempengaruhi manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba, sehingga dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan. Mengenai pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen laba telah dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti. Veronica dan Utama (2005:482) menemukan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap esaran manajemen laba yng dilakukan perusahaan.

Demikian juga penelitian Arief dan Pramuka (2007), kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Boediono (2005:183) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba, namun teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah. Hal ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan pada laba jangka pendek.

Hasil penelitian Koh (2003:105) menemukan adanya asosiasi positif antara kepemilikan institusi pada tingkat pemilikan yang lebih rendah dengan manajemen laba. Namun pada tingkat kepemilikan institusi yang lebih tinggi, asiosiasinya negatif. Ini artinya semakin rendah tingkat kepemilikan institusi, semakin besar perusahaan melakukan manajemen laba, sebaliknya semakin besar tingkat kepemilikan institusi, semakin kecil perusahaan melakukan manajemen laba. Hal ini konsisten dengan gambaran bahwa orientasi jangka panjang investor institusi memonitoring pembatasan manajemen laba. Berdasarkan gambaran tersebut menunjukan adanya perbedaan hasil penelitian, karena itu kepemilikan institusi menjadi sangat menarik untuk diteliti.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan. Dinyatakan hahwa semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan pada satu orang maka kendali akan menjadi semakin kuat dan cenderung menekan konflik keagenan.

Page 3: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852

Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.

Kepemilikan manajerial juga dianggap bisa mengurangi perilaku opportunistic manager. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manager yang mempunyai kepemilikan saham diperusahaan akan cendrung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan antara keduanya.

KERANGKA HIPOTESIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Definisi Manajemen Laba

Earning management adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan supaya laporan keuangan tampak terlihat memiliki kualitas (quality of financial reporting) (Suhendah, 2005). Laporan keuangan yang paling sering dimanipulasi oleh perusahaan adalah laporan rugi laba.

Menurut Scott (2000: 350) mendefinisikan manajemen laba sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer. Scott (2000:351-352) mengungkapkan terdapat dua cara untuk memahami manajemen laba. Pertama, sebagai perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utilitisnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politik. Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Motivasi Manajemen Laba. Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam Arfan (2006) Manajemen laba dapat dilakukan berdasarkan tiga hipotesis yaitu: Bonus Plan Hypotesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manger perusahaan yang memberikan bonus terbesar berdasarkan earning lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogay (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada dibawah bogay, manajer cendrung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, begitu pula sebaliknya. Jadi manajer hanya akan menaikan laba jika laba bersih berada diantara bogay dan cap. Debt Covenant Hypotesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity cukup tinggi akan mendorong manajer perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba, menyebabkan perusahaan kesulitan dalam memperoleh dua tambahan dari kreditor bahkan perusahaan melanggar perjanjian hutang. Political Cost Hypotesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan laba yang tinggi membuat pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti: mengenakan peraturan antitrust, menaikan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott (2006:345) dapat dilakukan dengan cara:

Page 4: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 Taking a bath Taking a bath terjadi pada saat reorganisasi seperti pengangkatan CEO baru. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi. Income minimization

Dilakukan pada saat perusahaan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

Income maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Income smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil. Teknik Manajemen Laba

Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: 1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi biaya garansi, amortisasi aktiva tak berwujud,dan lain-lain.

2) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain:

mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, menunda/mempercepat pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

Kepemilikan Institusi

Menginvestigasi struktur kepemilikan perusahaan publik masalah keagenan merupakan isu sentral dalam literatur keuangan. Dengan semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, maka pemilik tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung sehingga inilah yang memicu munculnya masalah keagenan. Dalam kaitannya dengan kepemilikan terdapat dua masalah keagenan, yaitu masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. permasalah keagenan pertama terjadi apabila kepemilikan saham tersebar, sehingga pemegang saham secara individual tidak dapat mengendalikan manajemen. Akibatnya perusahaan bisa dijalankan sesuai keinginan manajemen itu sendiri. Masalah keagenan kedua terjadi jika terdapat pemegang saham mayoritas (konsentrasi kepemilikan), sehingga terdapat pemegang saham mayoritas yang dapat mengendalikan manajemen atau bahkan menjadi bagian dari manajemen itu sendiri. Akibatnya pemegang saham mayoritas memiliki kendali mutlak dibanding pemegang saham minoritas, sehingga pemegang saham mayoritas bisa melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya, tetapi kemungkinan merugikan pemegang saham minoritas.

Berbicara masalah kepemilikan institusi adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti pemerintah baik pusat atau daerah, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun atau institusi lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumberdaya yang lebih besar. Kepemilikan institusi memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat memepengaruhi kebijakan yang diambil oleh manajemen.

Institusi dengan investasi yang substansial pada saham perusahaan memperoleh insentif yang besar untuk secara aktif memonitor dan mempengaruhi tindakan

Page 5: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 manajemen seperti mengurangi fleksibilitas manajer melakukan abnormal accounting accrual. Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa jika pengelolaan laba dilakukan dengan efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif), tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi pengelolaan laba (berhubungan negatif). Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai kepemilikan oleh pihak manajemen dimana mereka ikut serta dalam kegiatan pengambilan keputusan dalam rangka menjalankan perusahaan, yaitu direktur dan komisaris (Tarjo dan Jogiyanto, 2003). Dalam hal ini berarti seorang manajer mempunyai peran ganda, yaitu sebagai manajer dan pemegang saham. Agency theory menjelaskan adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer yang bisa memunculkan konflik. Kepemilikan manajerial dipandang dapat mengurangi resiko konflik karena dengan kepemilikan manajerial, manajer akan berperan ganda sebagai manajer sekaligus pemegang saham (pemilik perusahaan). Hal ini akan membuat manajer lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena keputusan yang salah tidak hanya akan merugikannya sebagai manajer tetapi juga sebagai pemilik.

Demsetz (1983) dalam Anonim (2008) menemukan adanya titik balik (turning point) dalam tahap atau stage tertentu, yang menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak selalu linier-positif. Apabila prosentase kepemilikan manajerial rendah maka efektifitas kontrol dan kemampuan menyamakan kepentingan antara pemilik dan manajer akan berdampak signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi tidak berlaku pada prosentase kepemilikan manajerial tinggi.

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Sehingga permasalahan keagenan

dapat diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik.

Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar (aligned) dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tetapi tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial (Siswantaya, 2007).

Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earnings management.

PERUMUSAN HIPOTESIS

HA1 : kepemilikan institusi berpengaruh terhadap manajemen laba HA2 : kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba METODOLOGI PENELITIAN OBJEK PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008. Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi populasi diatas tidak seluruhnya menjadi bahan penelitian, perusahaan yang akan dijadikan penelitian ini dipilih menggunakan pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

Page 6: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852

sahamnya tetap aktif beroperasi sampai bulan Desember 2008

b. Perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik

c. Perusahaan memiliki data kepemilikan institusi dan kepemilikan manajerial

d. Perusahaan dimaksud terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menyampaikan datanya secara lengkap sesuai dengan informasi yang diperlukan, yaitu laporan keuangan per 31 Desember 2008, dan melakukan manajemen laba yang dilihat dari nilai Discretionary accruals

OPERASIONAL VARIABEL DAN PENGUKURAN VARIABEL INDEPENDEN

Variabel Kepemilikan Institusi (X1) Kepemilikan institusi adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh

modal saham yang beredar (Arief dan Bambang, 2007) Variabel Kepemilikan Manajerial (X2) Kepemilikan manajerial yaitu persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (komisaris dan direksi). Kepemilikan manajerial = jumlah saham yang dimiliki manajemen : jumlah keseluruhan saham yang beredar x 100% Variabel Manajemen laba (Y) Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Dalam penelitian ini model yang digunakan untuk mengukur manajemen laba digunakan Cross-sectional Jones Model. Total Akrual (TA) dihitung dengan pendekatan arus kas yaitu laba sebelum pos luar biasa (Earnings before extraordinary and abnormal items) dikurangi arus kas operasi (operating cash flow) (Bugsham : 2005)

TAt = EBXAt - Oct .........................................................................................(1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi adalah sebagai berikut:

TAj,g/Aj,g = α0 (1/Aj,g) + α1 (ΔREVj,g/Aj,g) + α2 (PPEj,g/Aj,g)...............(2) Dimana : TAj,g = Total accrual untuk perusahaan j dalam industri g Aj,g = Total Aktiva awal tahun untuk perusahaan j dalam industri g ΔREVj,g = Perubahan pendapatan bersih untuk perusahaan j dalam industri g PPEj,g = Property, plant dan equipment untuk perusahaan j dalam industri g Semua variabel tersebut dibagi dengan aktiva awal tahun untuk mengurangi heteroscedastisity. Dengan menggunakan koefisien regresi di atas, nilai discretionary accruals (DA) dapat dihitung dengan rumus:

Aaj = TAj/Aj - {α0(1/Aj) + α01 (ΔREVj/Aj) + α02 (PPEj/Aj)}......................(3) Dimana Aaj adalah abnormal accrual yaitu selisih antara total akrual dengan total akrual yang diprediksikan atau error. (Sugioyono, 2006)

Gambar Model Empiris

Variabel Kepemilikan Institusi (X1)

Variabel Kepemilikan Manajerial (X2)

Variabel Manajemen laba (Y)

Page 7: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 PEMBAHASAN Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefesien (β1) variabel kepemilikan institusi sebesar = 0,099 atau β1≠ 0. Berdasarkan rumusan hipotesis, bahwa kriteria kepemilikan institusi berpengaruh terhadap manajemen laba apabila β1≠ 0.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis HA1 diterima dan menolak H01, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Ini berarti semakin besar kepemilikan insitusi, maka semakin besar manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Sebaliknya semakin kecil kepemilikan insitusi, maka semakin kecil manajemen laba yang dilakukan perusahaan Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Arief dan Bambang (2007) dan Veronica dan Siddharta (2005) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan Beasley (1996) bahwa pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba lemah. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefesien variabel kepemilikan manajerial (β2) sebesar 0,023 atau β2≠ 0. Berdasarkan rumusan hipotesis, bahwa kriteria kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba apabila β2≠ 0.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis HA2 diterima dan menolak H02, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang tidak siqnifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nasution (2007), Rahmawati (2007). Hal ini di duga disebabkan karena kepemilikan manajerial relatif sangat kecil yaitu dari 49 perusahan sampel rata-rata kepemilikan sebesar 5,37 %. Disamping itu

struktur kepemilikan manajerial perusahaan-perusahaan di Indonesia kebanyakan merupakan kepemilkan keluarga. Sehingga kepemilikan manajerial yang sangat kecil tidak mempengaruhi perilaku manajemen laba yang dlakukan oleh manajemen. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Boediono (2005) yang menyatakan bahwa penerapan mekanisme kepemilikan manajerial kurang memberikan kontribusi dalam mengendalikan tindakan manajemen laba. Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang membuktikan bahwa semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen maka semakin rendah tindakan manajemen laba.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulannya adalah:

1. Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Ini berarti semakin besar kepemilikan insitusi.

2. Kepemilikan manajerial mempunyai berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Saran Untuk menghasilkan pengaruh yang

lebih robust sesuai dengan kelemahan yang diuraikan sebelumnya, maka saran untuk investor adalah :Hendaknya investor institusi dapat menjalankan perannya dengan baik yaitu dengan melakukan monitoring secara periodik.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Pengaruh Kepemilikan

Institusional Terhadap Nilai Perusahaan: Sebuah Tinjauan Hubungan Non-Linear. The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya.

Arief,M. Ujiyanto, dan Bambang Agus

Pramuka. 2007. Mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Simposium Nasional Akuntasi X, Makasar.

Page 8: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 Arfan, Muhammad. 2006. Pengaruh Arus Kas

Bebas, Set Kesempatan Investasi, dan Financial Leverage terhadap Manajemen Laba (studi pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Disertasi Doktor Tidak Dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Bandung.

Beasley, M.S. 1996. An Empirical Analysis of

the Relation between the Board of Direcgor Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review 71 (October) : 443-465.

Baridwan, Zaki. Salno, Hana Meilani. 2000.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol3. No 1 : 12-15

Beneish,Messoud B. 2001 Earning

Management. A Perspective. Indiana University. Kelley Scool of Business. Bloomington. Indiana.

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba:

Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Bugshan, Turki. 2005. Corporate Governance,

Earning Management, and the Information Content of Accounting Earning: Theoretical Model and Empirical. Dessertation, Faculty of Bisiness Australia.

Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of

the Firm : Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of FinanceEconmics 3, : 305-360.

Koh Ping Sheng. 2003. On the Asosiation

Between Institusional Ownership and Aggressive Corporate Earning Management in Australia. The Britsh Accounting Review (35): 105-128.

Midiastuty, P., dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi VI.Surabaya.

Nasution, M dan Setyawan. D.2007. Pengaruh

Corpotare Governance terhadap Manajemn Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Rahmawati. A dan Triatmoko. H. 2007.

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting

Theory. 2th., Scarborough, Ontario: Prentice Hall Canada, Inc.

______________ 2006. Financial Accounting theory. 4 th Edition. Scarborough, Ontario: Prentice- Hall Cana, Inc.

Schipper,K. 1989. Earning Management. Accounting Horizon. Desember:91-102. Setiawati, Lilis dan Ainun Naim. 2000.

Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol 15. No 4. : 11-13

Siregar, S.V.N.P. dan S. Utama. (2005).

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Simposium Nasonal Akuntansi VIII, Solo.

Siswantaya. I Gede. 2007. Mekanisme

Corporate Governance dan Manajemen Laba Studi pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek. Tesis, Tidak Dipublikasikan Program Pasca Sarjana, Universitas Diponogoro, Semarang.

Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian,

Cetakan Kesembilan, Bandung: Alfabeta

Page 9: JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN ...jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 14, NO. 1 FEB 2013 ISSN 1693-8852 Suhendah, Rousilita. 2005. Earning

Management. Jurnal Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005:195-205.

Tarjo dan Jogiyanto. 2003. Analisa Free Cash

Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia”.

Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Veronica, Sylvia N.P. Siregar dan Siddharta

Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Makasar.