JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL
Transcript of JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
13
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI
PADA MATERI PENYUSUNAN SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN DAGANG
SISWA KELAS XII ILMU-ILMU SOSIAL (IIS)
Nndi Ahmad Rohani
MAN 2 SUMEDANG
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran penggunakan metode Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta
meningkatkat prestasi belajar pada mata pelajaran Ekonomi pada materi Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun Pelajaran
2017/2018.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Pebruari s.d April 2018 dengan 2 siklus
terdapat temuan-temuan berikut: 1) dari kinerja guru dalam proses pembelajaran berbasis
masalah dari siklus 1 sebesar 45 (62,50%) ke siklus 2 sebesar 63 (87,50%) mengalami
peningkatan sebesar 18 atau 25%.; 2) aktifitas kegiatan siswa dari siklus 1 sebesar 37 (54,41%)
ke siklus 2 sebesar 58 (85,29%) mengalami peningkatan sebesar 21 atau 30,88%; 3) rata-rata
prestasi belajar dari dari Pra PTK ke Siklus 1 sebesar 6,50 sehingga rata-rata prestasi belajar
pada Pra PTK 75,04 menjadi 81,54 pada rata-rata prestasi belajar siklus 2. Kemudian dari
jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan sebesar 10 (35,71 %) dari 18 siswa (64,29%)
siswa yang tuntas pada Pra PTK menjadi 28 (100%) siswa yang tuntas pada Siklus 2.
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: “Dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dapat mewujudkan pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata
pelajaran Ekonomi pada Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS
MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Metode pembelajaran berbasis masalah
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Setiap mendengar kalimat “Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang”, para siswa seringkali
hal itu sebagai suatu materi pelajaran
Ekonomi yang sulit dan berat. Bayangan yang
datang kemudian adalah untuk dapat
menyelesaikan suatu latihan/tugas/pekerjaan
rumah harus menguasai ilmu administrasi
yang memusingkan dan membingungkan.
Akhirnya latihan/tugas/pekerjaan rumah yang
sederhanapun dianggap sesuatu yang di luar
jangkauan kemampuannya. Padahal
sebetulnya semua siswa bisa mengerjakan
latihan/tugas/pekerjaan rumah mata pelajaran
Ekonomi pada materi Penyusunan Siklus
Akuntansi pada Perusahaan Dagang, karena
dalam materi ini hanya diperlukan keahlian:
membaca, mengamati, bertanya, mendengar,
meniru cara berfikir ilmiah, mencari jawaban
dan nilai tambah, serta membangun rasa
percaya diri.
Dengan kondisi tersebut di atas, berdampak
pada rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami materi Penyusunan Siklus
Akuntansi pada Perusahaan Dagang. Hal ini
terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
14
memahami konsep administrasi, sehingga
dalam mengerjakan soal sering melakukan
kesalahan-kesalahan yang pada akhirnya
menyebabkan prestasi belajar siswa dalam
ulangan harian, maupun ulangan semester
menjadi rendah.
Metode pembelajaran kurang efektif,
menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor, misalnya
pembelajaran yang monoton dari waktu ke
waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang
bersahabat dengan siswa, sehingga siswa
merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk
mengatasi hal tersebut maka guru sebagai
tenaga pengajar dan pendidik harus
meningkatkan kualitas profesionalismenya
yaitu dengan cara memberikan kesempatan
belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa
secara efektif dalam proses pembelajaran.
Juga mengupayakan siswa untuk memiliki
hubungan yang erat dengan guru, dengan
teman-temannya dan juga dengan lingkungan
sekitarnya.
Keberhasilan pembelajaran dalam arti
tercapainya standar kompetensi, sangat
bergantung pada kemampuan guru mengolah
pembelajaran yang dapat menciptakan situasi
yang memungkinkan siswa belajar sehingga
merupakan titik awal berhasilnya
pembelajaran. Banyak teori dan hasil
penelitian para ahli pendidikan yang
menunjukkan bahwa pembelajaran akan
berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Atas dasar itulah muncul
istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning)
dengan pemberian tugas secara berkelompok.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), pembelajaran berbasis
pemecahan masalah dengan pemberian tugas
secara berkelompok menjadi salah satu
pendekatan yang sebaiknya dikuasai oleh guru
baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat
dari pemikiran tersebut, Peneliti memilih
judul “Penggunaan Metode Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Ekonomi pada Materi
Penyusunan Siklus Akuntansi pada
Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS
MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
B. Tujuan
1. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan arah yang jelas tentang
maksud dari penelitian ini dan berdasar pada
rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengetahui gambaran penggunaan
metode Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam mewujudkan pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
pada mata pelajaran Ekonomi pada materi
Penyusunan Siklus Akuntansi pada
Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS
MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun
Pelajaran 2017/2018;
b. Mengetahui gambaran penggunaan
metode Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam meningkatkan prestasi belajar
Ekonomi pada materi Penyusunan Siklus
Akuntansi pada Perusahaan Dagang Siswa
Kelas XII IIS MAN 2 Sumedang Semester
Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.
C.Metodologi
1. Siklus I
Pada siklus pertama ini, terdiri dari empat
tahapan yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti
bersama observer mempersiapkan:
1) Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
2) Soal-soal ulangan harian
3) Instrumen penelitian
4) Materi pelajaran yaitu Penyusunan
Siklus Akuntansi pada Perusahaan
Dagang
b. Pelaksanaan (Acting)
Tahap pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan didalam kelas dengan
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
15
dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disediakan.
Peneliti membimbing siswa dalam
menyelesaikan soal mata pelajaran
Ekonomi pokok bahasan Penyusunan
Siklus Akuntansi pada Perusahaan Dagang
dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah membentuk suatu diskusi
kelompok kecil. Peneliti memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Sementara itu observer mengamati proses
pembelajaran sebagai bahan diskusi
lanjutannya.
c. Pengamatan (Observing)
Kolaborator melakukan pengamatan
terhadap kegiatan siswa, baik tentang sikap
maupun tingkah laku selama kegiatan
pembelajaran.
d. Refleksi (Reflecting)
Dalam tahap ini merupakan kegiatan
menganalisa, mensintesa dari hasil
pengamatan selama proses pembelajaran
pada siklus 1 berlangsung dan diadakan
ulangan harian (Post Tes 1) yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar
baik secara individu maupun klasikal. Bila
ternyata pada tahap ini seluruh siswa telah
mencapai standar ketuntasan minimal,
maka langsung dilanjutkan pada siklus 2.
e. Perbaikan dan Pengayaan
Jika pengamatan dan penilaian dari hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan
hasilnya kurang sesuai dengan yang
diharapkan, dengan pedoman ketuntasan
belajar secara klasikal maupun individu
maka dicari penyebab dan penyelesaian
untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, dilakukan
perbaikan dengan mengadakan ulangan
kembali sebagai remedial dan pengayaan
bagi siswa yang sudah mendapat standar
ketuntasan minimal.
2. Siklus 2
Pada siklus 2 merupakan tindak lanjut
dari siklus I dengan memperhatikan hasil
observasi, dan hasil diskusi dengan
observer serta hasil belajar siswa juga
mengetahui ketuntasan belajar siswa
secara individu maupun klasikal, maka
peneliti bersama observer merencanakan
proses pembelajaran selanjutnya.
Adapun langkah-langkah pada siklus 2 ini
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti
bersama kolaborator mempersiapkan:
1) Silabus dan RPP
2) Menyiapkan soal-soal Post Tes 2
3) Instrumen penelitian
4) Materi pelajaran Penyusunan
Siklus Akuntansi pada Perusahaan
Dagang
b. Pelasanaan Tindakan
Siswa melaksanakan kegiatan belajar
sesuai dengan percanaan yang telah
ditentukan. Pada siklus 2 pelaksanaan
pembelajaran perlu dimodifikasi
sedikit, ini diharapkan akan lebih
memberi motivasi dan semangat siswa
dalam belajar.
c. Pengamatan
Ketika siswa melakukan kegiatan
belajar pada siklus 2, observer
mengamati perubahan sikap dan
tingkah laku siswa sambil
membandingkan nilai hasil Post Tes 1.
d.Refleksi
Dalam tahap ini merupakan kegiatan
menganalisa, mensintesa dari hasil
pengamatan selama proses
pembelajaran pada siklus 2
berlangsung dan diadakan ulangan
harian yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar baik secara
individu maupun klasikal.
e.Perbaikan
Jika dari hasil pengamatan dan
penilaian pembelajaran yang telah
dilaksanakan hasilnya kurang sesuai
dengan yang diharapkan yaitu sesuai
dengan pedoman ketuntasan belajar
secara klasikal maupun individu, maka
dicari penyebab dan penyelesaian
untuk mengatasi permasalahan yang
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
16
dihadapi. Kemudian, dilakukan
perbaikan dengan mengadakan ulangan
kembali sebagai remedial dan
pengayaan bagi siswa yang telah
mencapai standar ketuntasan minimal.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat
yanag digunakan pada waktu
melaksanakan penelitian dalam upaya
mencari dan mengumpulkan data
penelitian. Data penelitian yang dimaksud
dalam masalah ini adalah hasil ulangan
harian Ekonomi pada Penyusunan Siklus
Akuntansi pada Perusahaan Dagang
Siswa kelas 12 IIS MAN 2 Sumedang
Semester Genap Tahun Pelajaran
2017/2018 dan respon kondisi
pembelajaran dari siswa.
Untuk mencapai maksud tersebut
di atas, peneliti dalam hal ini
menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Metode Tes
Yang dimaksud dengan metode tes
adalah suatu metode yanag digunakan
untuk mengetahui pengetahuan yang
dimiliki seseorang dengan
menggunakan soal-soal isian dengan
batasan tertentu. Tes digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau
kelompok dan sebagainya yang telah
dipilih dengan sempurna sesuai
standar tertentu.
Metode tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ulangan harian
yang dilakukan pada akhir siklus guna
memperoleh data yang diinginkan.
2. Metode Observasi
Didalam pengertian psikologi,
observasi atau yang disebut dengan
pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap obyek
dengan menggunakan seluruh alat
indera. Jadi mengobservasi adalah
pengamatan langsung melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan mengecap. Disini guru
sebagai peneliti melakukan
pengamatan terhadap segala
fenomena yang muncul dalam setiap
siklus. Kehadiran guru sebagai
peneliti dan kolaborator tidak
diketahui obyek penelitian, karena
observasi yang dilakukan adalah
observasi partisipasif dalam bentuk
team teaching.
Teknik observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah observasi
dengan menggunakan format yanga
sudah disipakan sehingga kolaborator
tinggal memberi tanda chek list (√)
pada lembar observasi.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan unsur
yang sangat penting dalam setiap kali
melakukan penelitian. Semua data yang
telah terkumpul tidak akan berarti kalau
tidak dianalisis. Hasil dari analisis akan
memberikan gambaran, arah serta tujuan
dan maksud penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik
analisis statistik sederhana, yaitu dengan
analisis deskriptif. Analisis deskriptif
adalah model analisis dengan cara
membandingkan rata-rata prosentasenya,
kemudian kenaikan rata-rata pada setiap
siklus. Disini yang dianalisis yaitu hasil
ulangan pada setiap siklus. Dari hasil
ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang
ketuntasan belajar siswa.
Dalam penelitian ini, untuk
ketuntasan belajar siswa individu maupun
klasikal digunakan pedoman ketuntasan
sebagai berikut:
1. Ketuntasan Perorangan
Seorang siswa dikatakan berhasil
(mencapai ketuntasan) belajar bila
telah mencapai taraf penguasaan
minimal 79 % atau dengan nilai 79.
Bagi siswa yang taraf penilaiannya
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
17
kurang dari 79 % dberikan remidi
pada pokok bahasan yang belum
dikuasai, sedangkan bagi siswa yang
telah mencapai 79 % atau lebih dapat
melanjutkan ke pokok bahasan
berikutnya.
2. Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dikatakan telah behasil
mencapai ketuntasan belajar jika
paling sedikit 85 % data jumlah siswa
dalam kelas tersebut telah mencapai
ketuntasan perorangan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Apabila sudah terdapat 85 % dari
jumlah siswa keseluruhan dalam kelas
yang mencapai tingkat ketuntasan
belajar maka kelas tersebut dapat
melanjutnkan kegiatan pada satuan
pembelajaran berikutnya.
b. Apabila jumlah siswa yang mencapai
tingkat ketuntasan belajar masih
kurang dari 85 %, maka :
1) siswa yang taraf penguasannya
kurang dari 79 % harus diberi
program perbaikan mengenai
bagian-bagian pelajaran yang
belum dikuasai.
2) siswa yang telah mencapai taraf
penguasaan 79 % atau lebih dapat
diberikan program pengayaan.
c. Untuk menentukan prosentase dari
pencapaian ketuntasan siswa maupun
kelas adalah sebagai berikut:
1) Prosentase ketuntasan siswa
2) Prosentase ketuntasan siswa
D. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa:
1) Meningkatkan minat belajar siswa
dalam memahami Ekonomi pada materi
Penyusunan Siklus Akuntansi pada
Perusahaan Dagang;
2) Memiliki rasa setia kawan, kerjasama
dan tanggung jawab.
3) Memotivasi siswa untuk lebih mantap
dalam belajar Ekonomi pada materi
Penyusunan Siklus Akuntansi pada
Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS
MAN 2 Sumedang Semester Genap
Tahun Pelajaran 2017/2018.
4) Siswa mengerti akan pentingnya belajar
berkelompok.
5) Siswa dapat saling berinteraksi dalam
kelompok untuk menyampaikan
pendapat atau mendiskusikan setiap
soal/tugas yang diberikan oleh guru.
6) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif
dalam memecahkan masalah melalui
pemberian tugas secara berkelompok.
b. Bagi Guru:
1) Mendorong untuk meningkatkan
profesionalisme guru.
2) Memperbaiki kinerja guru.
3) Menumbuhkan wawasan berfikir
ilmiah, meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Bagi Sekolah:
1) Hasil pembelajaran dapat dijadikan
sebagai umpan balik untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran.
2) Meningkatkan kualitas atau mutu
sekolah melalui peningkatan prestasi
siswa dan kinerja guru.
2. Tinjauan Pustaka
A. Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah
1. Pendekatan Belajar
Belajar dapat dilakukan di
sembarang tempat, kondisi dan waktu.
Cepatnya informasi lewat radio,
televisi, internet, surat kabar, majalah,
dapat mempermudah belajar.
Meskipun informasi dapat dengan
mudah diperoleh, tidak dengan
sendirinya seseorang terdorong untuk
memperoleh pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan
daripadanya. Guru profesional
memerlukan pengetahuan dan
keterampilan pendekatan
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
18
pembelajaran agar mampu mengelola
berbagai pesan sehingga siswa
terbiasa belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran
dapat berarti pedoman pembelajaran
yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa dalam
pengolahan pesan sehingga tercapai
sasaran belajar. Dalam belajar tentang
pendekatan belajar tersebut, orang
dapat melihat pengorganisasian siswa,
posisi guru-siswa dalam pengolahan
pesan, dan perolehan kemampuan
dalam pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dengan
pengorganisasian siswa dapat
dilakukan dengan pembelajaran
secara individual, pembelajaran
secara kelompok, dan pembelajaran
secara klasikal (Dimyati & Mudjiono,
2002).
2. Masalah-masalah Belajar
Dari sisi siswa yang bertindak
belajar akan menimbulkan masalah-
masalah internal belajar. Dari sisi
guru yang memusatkan perhatian
pada pebelajar yang belajar maka
akan muncul faktor-faktor eksternal
yang memungkinkan terjadinya
belajar.
Faktor internal yang dialami
siswa meliputi hal-hal seperti; sikap
terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, kemampuan
mengolah bahan ajar, kemampuan
menyimpan perolehan hasil belajar,
kemampuan menggali hasil belajar
yang tersimpan, kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar,
rasa percaya diri siswa, intelegensi
dan keberhasilan belajar, keberhasilan
belajara dan cita-cita siswa. Faktor-
faktor internal ini akan menjadi
masalah sejauh siswa tidak dapat
menghasilkan tindak belajar yang
menghasilkan hasil belajar yang baik
(Dimyati & Mudjiono, 2002).
Faktor eksternal meliputi hal-
hal sebagai berikut; guru sebagai
pembimbing belajar, sarana dan
prasarana pembelajaran, kebijakan
penilaian, lingkungan siswa di
sekolah, dan kurikulum sekolah.
Disisi guru sebagai pembelajar maka
peranan guru dalam mengatasi
masalah-masalah eksternal belajar
merupakan prasyarat terlaksananya
siswa dapat belajar (Dimyati &
Mudjiono, 2002).
Sumadi Suryabrata (1984)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sebagai
berikut:
a. Faktor yang berasal dari luar diri
pelajar, dan ini masih
digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu:
1) Faktor-faktor non-sosial
Kelompok faktor-faktor ini boleh
dikatakan juga tidak terbilang
jumlahnya, seperti misalnya:
keadaan suhu, suhu udara, cuaca,
waktu (pagi, siang atau malam),
tempat (letaknya, pergedungan),
alat-alat yang dipakai untuk belajar
(alat tulis, buku, alat peraga, dan
sebagainya yang dapat disebut
sebagai alat pelajaran).
2) Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor
sosial disini adalah faktor manusia,
baik manusia itu hadir maupun
kehadirannya tidak dapat
disimpulkan (tidak langsung
hadir). Kehadiran orang atau
orang-orang lain pada waktu
seseorang sedang belajar, sering
kali mengganggu belajar; misalnya
kalau satu kelas murid sedang
melaksanakan ujian, lalu banyak
anak-anak lain yang bercakap-
cakap di samping kelas, atau
seseoarang sedang belajar di
kamar, satu atau dua orang hilir
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
19
mudik keluar masuk kamar belajar
itu dan sebagainya.
Selain kehadiran yang langsung
seperti yang dikemukakan di atas,
mungkin juga orang lain itu hadir
secara tidak langsung; misalnya saja
potret dapat merupakan representasi
bagi kehadiran seseorang.
b. Faktor yang berasal dari dalam diri
siswa, dan inipun dapat digolongkan
lagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Faktor fisiologi
Faktor-faktor fisiologi ini masih
dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
a) Keadaan jasmani pada umumnya
Keadaan jasmani pada umumnya
ini dapat dikatakan melatar
belakangi aktivitas belajar.
Keadaan jasmani yang kurang
segar, keadaan jasmani yang lelah
lain pengaruhnya dari pada yang
tidak lelah. Dalam hubungannya
dengan hal ini ada gua hal yang
perlu dikemukakan yaitu:
(1) Nutrisi harus cukup karena
kekurangan kadar makanan ini
mengakibatkan kurangnya tonus
jasmani, yang pengaruhnya dapat
berupa kelesuan, lekas mengantuk,
lekas lelah dan lain sebagainya.
(2) Beberapa penyakit kronis yang
sangat menggangu belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi
tertentu terutama fungsi alat
indera.
2) Faktor psikologi
3) Sumadi Suryabrata (1984)
mengatakan bahwa hal yang
mendorong seseoarang untuk
belajar adalah sebagai berikut:
a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin
menyelediki dunia yang lebih luas.
b) Adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati orang tua,
guru dan teman-teman.
c) Adanya keinginan untuk
memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik
dengan kooperatif maupun
kompempetensi.
d) Adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran.
e) Adanya ganjaran atau hukuman
sebagai akhir dari pada belajar.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah lain dari pembelajaran
berbasis masalah adalah Problem-
Based Learning, yaitu suatu
pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah
digunakan untuk merangsang berfikir
tingkat tinggi dalam situasi
berorientasi masalah, termasuk
didalamnya belajar bagaimana
belajar. Menurut Ibrahim dan Nur
(2002: 2 dalam Nurhadi dkk, 2004),
“Pembelajaran berbasis masalah
dikenal dengan nama lain seperti
Project-Based Teaching
(pembelajaran proyek), Experience-
Based Education (pendidikan
berdasarkan pengalaman), Authentic
Learning (pembelajaran autentik), dan
Anchored Instruction (pembelajaran
berakar pada kehidupan nyata)”.
Peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah
menyajikan masalah, mengajukan
masalah tidak dapat dilaksanakan
tanpa guru mengembangkan
lingkungan kelas yang
memungkinkan terjadinya pertukaran
ide secara terbuka. Secara garis besar
pembelajaran berbasis masalah terdiri
dari penyajian kepada siswa situasi
masalah yang autentik dan bermakna
yang dapat memebrikan kemudahan
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
20
kepada mereka untuk penyelidikan
dan inkuiri.
a.Ciri-ciri pengajaran berbasis
masalah
Berbagai pengembangan
pembelajaran berbasis masalah
menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut:
1)Pengajuan pertanyaan atau
masalah
2)Berfokus pada keterampilan antar
disiplin.
3)Penyelidikan autentik.
4)Menghasilkan produk/karya dan
memamerkannya.
b.Tujuan pembelajarn dan hasil
pembelajaran
Pengajaran berbasis masalah
dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah
dikembangkan terutama untuk
membantu siswa mengembangkan
kemampuan berfikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan
intelektual; belajar tentang berbagai
peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi;
dan menjadi pembelajar yang
otonom dan mandiri (Nurhadi,
Burhan & Agus, 2004).
a. Tahapan pembelajaran berbasis
masalah
Pengajaran berbasis masalah
biasanya terdiri dari dari lima
tahapan utama yang dimulai guru
memperkenalkan siswa suatu situasi
masalah yang diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja
siswa.
1) Tahap pertama adalah orientasi
siswa terhadap masalah. Guru
menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat
dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2) Tahap kedua adalah
mengorganisasi siswa untuk
belajar. Guru membantu siswa
untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
3) Tahap ketiga adalah membimbing
penyelidikan individual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
penyelesaian masalahnya.
4) Tahap keempat adalah mengembangkan
dan menyajikan hasil akrya. Guru
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai dengan laporan, video dan
model serta membantu mereka berbagi
tugas dengan temannya.
5) Tahap kelima adalah menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
3. Hasil dan Pembahasan
Agar dalam penelitian ini Peneliti
mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan, maka Peneliti menggunakan metode
siklus. Sebelum pelaksanaan penelitian,
terlebih dahulu perlu dikaji prestasi belajar
siswa sebelum pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Prestasi belajar yang
di ambil adalah data hasil ulangan terakhir
pada pokok bahasan sebelumnya yaitu
ulangan yang dilaksanakan pada tanggal 28
Pebruari 2018.
1. Perencanaan Siklus 1
Dalam tahap perencanaan:
a. Guru melaksaanakan kegiatan
pembelajaran sesuai yang direncanakan
dengan Observer dengan bentuk klasikal.
b. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
tempat duduk yang berdekatan dalam
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
21
satu garis bangku dengan anggota 4
orang.
c. Guru memberikan tugas secara
berkelompok dan individu.
d. Guru mengamati proses berlangsungnya
belajar kelompok.
e. Observer membuat catatan pribadi
(catatan lapangan).
f. Guru memberikan tes kepada siswa.
2. Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan pembelajaran siklus I
dilaksanakan pada tanggal Minggu ke-2
bulan Maret 2018 yang pelaksanaannya
sebagai berikut:
Setelah tanda pelajaran dimulai Peneliti
masuk ke kelas XII IIS yang dipilih untuk
obyek penelitian. Peneliti mengucapkan
salam dan mengabsen siswa kemudian
diulas kembali materi/pokok bahasan
sebelumnya. Peneliti memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang
materi/pokok bahasan sebelumnya dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa tentang materi yang
disampaikan sebelumnya.
Selanjutnya tujuan pembelajaran yang
diharapkan disampaikan kepada siswa.
Untuk membangkitkan kreatifitas siswa
dalam mengungkapkan pendapat dan apa
yang siswa ketahui tentang materi/pokok
Penyusunan Siklus Akuntansi Perusahaan
Dagang. Kemudian guru bersama siswa
mengerjakan soal Ekonomi pada pokok
bahasan Penyusunan Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang serta mengaitkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang apa yang
belum dipahami. Kemudian Peneliti
menerangkan apa yang belum dimengerti
oleh siswa sehingga siswa menjadi faham.
Apabila siswa telah faham, maka Peneliti
memberikan tugas/soal dikerjakan secara
berkelompok. Kelompok dibentuk secara
heterogen yang beranggotakan 4 orang.
Peneliti mengamati dan berkeliling untuk
memberikan bimbingan bagi
kelompok/siswa yang mengalami
kesulitan. Selanjutnya Peneliti menunjuk
salah satu kelompok/siswa untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya
kedepan.
Sebelum kegiatan belajar
berakhir, Peneliti memberikan soal-
soal latihan (Post Tes 1) yang harus
dikerjakan siswa dan selanjutnya
dikumpulkan. Dari hasil latihan ini
dijadikan sumber data pertama. Pada
kegiatan ini soal yang Peneliti berikan
berjumlah 4 butir soal dengan alokasi
waktu 25 menit.
3. Pengamatan Siklus 1
Berdasarkan catatan dari
lapangan, pada saat berlangsungnya
belajar kelompok ada diantara salah
satu kelompok yang dua anggotanya
bercengkrama sendiri tentang hal
diluar materi diskusi. Peneliti
menegur dan menyuruh untuk aktif
berinteraksi dengan kelompoknya.
Pada setiap kelompok yang antusias
membahas tugas yang diberikan rata-
rata 3 atau 4 orang sedang yang
lainnya tidak aktif.
Pengamatan di luar proses
belajar kelompok yaitu Peneliti
memeriksa buku catatan masing-
masing siswa setelah penyajian
materi. Ternyata ada beberapa siswa
yang tidak mencatat dengan berbagai
alasan.
4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan
Pada Siklus 1
Berdasarkan hasil
pelaksanaan dan pengamatan pada
siklus I ditemukan kegagalan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan pengamatan
terhadap proses pembelajaran
berbasis masalah pada siklus 1 :
1) Walaupun kinerja guru dalam
proses pembelajaran masuk
dalam kategori “Baik”, namun
dari segi prosentasi perolehan
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
22
nilainya hanya 62,50%. Hal ini
jika mengacu kepada batas nilai
KKM kinerja guru yang sama
dengan nilai KKM prestasi
belajar siswa (79%), berarti pada
siklus 1 ini dari segi proses
pembelajaran berbasis masalah
yang dilakukan oleh guru belum
berhasil. Dengan demikian, guru
perlu lebih menguasai lagi
metode pembelajaran berbasis
masalah.
2) Walaupun aktifitas kegiatan
siswa dalam proses pembelajaran
masuk dalam kategori “Baik”,
namun dari segi prosentasi
perolehan nilainya hanya
51,39%. Hal ini jika mengacu
kepada batas nilai KKM prestasi
belajar siswa (79%), berarti pada
siklus 1 ini dari segi aktifitas
kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran berbasis masalah
masih belum berhasil. Dengan
demikian, siswa perlu lebih
intensif diberi arahan dan
bimbingan dalam kegiatan
proses pembelajaran berbasis
masalah.
b. Berdasarkan ketuntasan belajar,
pada siklus 1 ini terdapat 8 siswa
atau 28,57 % yang belum
mencapai ketuntasan belajar.
Kedelapan siswa tersebut
hendaknya diberikan
pembelajaran remedial dan
pembinaan khusus, sampai
mencapai ketuntasan belajar.
Selanjutnya, secara klasikal
prosentasi ketuntasan belajar
yang diperoleh 20 siswa kelas
adalah 71,43 % yang berarti
kurang dari batas nilai KKM
keberhasilan belajar secara
klasikal yaitu 85 %. Untuk itu
diupayakan ada perbaikan-
perbaikan dalam proses
pembelajaran berbasis masalah.
A. Hasil Penelitian Pada Siklus 2
1. Perencanaan Siklus 2
Pada siklus 2 ini Peneliti lebih
meningkatkan kegiatan pembelajaran
berdasarkan apa yang telah dilakukan
pada siklus I, yaitu ingin
meningkatkan aktifitas kegiatan siswa
kelas XII IIS dalam proses
pembelajaran berbasis masalah.
Adapun perencanaannya sebagai
berikut:
a. Peneliti menyajikan materi
pelajaran berikutnya, melanjutkan
dari materi pokok bahasan
Ekonomi pada pokok bahasan
Penyusunan Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang sebelumnya
yang dirancang bersama observer.
b. Peneliti memberikan tugas secara
berkelompok dan individu.
c. Siswa diberi kesempatan secara
berkelompok untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas.
d. Peneliti memberikan bimbingan
kepada setiap kelompok yang
mengalami kesulitan
menyelesaikan soal-soal pokok
Observer mengisi lembaran
pengamatan ulang pada siklus 2.
e. Peneliti memberikan tes kepada
siswa.,
2. Pelaksanaan Siklus 2
Pelaksanaan pembelajaran siklus 2
dilaksanakan pada Minggu ke-4 Maret
2018 yang pelaksanaannya sebagai
berikut:
Setelah tanda pelajaran
dimulai Peneliti masuk ke kelas XII
IIS yang dipilih untuk obyek
penelitian. Peneliti mengucapkan
salam dan mengabsen siswa kemudian
diulas kembali materi/pokok bahasan
sebelumnya. Peneliti memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang
materi/pokok bahasan sebelumnya
dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa
tentang materi yang disampaikan
sebelumnya.
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
23
Selanjutnya tujuan
pembelajaran yang diharapkan
disampaikan kepada siswa. Untuk
membangkitkan kreatifitas siswa
dalam mengungkapkan pendapat dan
apa yang siswa ketahui tentang
materi/pokok bahasan Siklus
Akuntansi. Kemudian guru bersama
siswa menyebutkan mengerjakan
contoh soal materi/pokok bahasan
akuntansi perusahaan dagang serta
mengaitkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang apa yang belum
dipahami. Kemudian Peneliti
menerangkan apa yang belum
dimengerti oleh siswa sehingga siswa
menjadi faham. Apabila siswa telah
faham, maka Peneliti memberikan
tugas/soal dikerjakan secara
berkelompok. Kelompok dibentuk
secara heterogen yang beranggotakan
4 orang. Peneliti mengamati dan
berkeliling untuk memberikan
bimbingan bagi kelompok/siswa yang
mengalami kesulitan. Selanjutnya
Peneliti menunjuk salah satu
kelompok/siswa untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya
kedepan.
Sebelum kegiatan belajar
berakhir, Peneliti memberikan soal-
soal latihan (evaluasi 2) yang harus
dikerjakan siswa dan selanjutnya
dikumpulkan. Dari hasil latihan ini
dijadikan sumber data pertama. Pada
kegiatan ini soal yang Peneliti berikan
berjumlah 2 butir soal dengan alokasi
waktu 30 menit.
3. Pengamatan Siklus 2
Berdasarkan catatan dari
lapangan, pada saat berlangsungnya
belajar pada siklus 2 ini terdapat
perubahan kegiatan yang dilakukan
oleh kelompok. Pada siklus 2 ini
semua siswa anggota kelompok serius
dalam mengerjakan tugas dari guru.
Tidak ada anggota kelompok yang
bercengkrama sendiri tentang hal
diluar materi diskusi. Setiap
kelompok antusias membahas tugas
yang diberikan oleh guru.
Pengamatan di luar proses
belajar kelompok yaitu Peneliti
memeriksa buku catatan masing-
masing siswa setelah penyajian
materi. Ternyata semua siswa
memiliki catatan materi yang
diberikan oleh guru.
Untuk lebih lengkapnya, hasil
pengamatan yang dilakukan pada
siklus 2 adalah sebagai berikut:
d. Pengamatan terhadap Proses
Pembelajaran Pada Siklus 2
Sama seperti pada siklus
1 untuk pengamatan terhadap
proses pembelajaran, peneliti
dibantu dengan seorang teman
sejawat yang bertugas sebagai
observer yang mengamati selama
proses pembelajaran baik
mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan guru, maupun
yang dilakukan oleh siswa.
3. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan
Pada Siklus 2
Berdasarkan hasil
pelaksanaan dan pengamatan pada
siklus 2 ditemukan kegagalan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan pengamatan terhadap proses
pembelajaran berbasis masalah pada
siklus 2 :
1. Kinerja guru dalam proses
pembelajaran berbasis masalah pada
siklus 2 diperoleh 87,50% masuk
dalam kategori “Sangat Baik”.
Dengan demikian, guru telah berhasil
menerapkan metode pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran
Ekonomi .
2. Aktifitas kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran masuk dalam kategori
“Sangat Baik”, namun dari segi
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
24
prosentasi perolehan nilainya 80,56%.
Hal ini jika mengacu kepada batas
nilai KKM prestasi belajar siswa
(75%), berarti pada siklus 2 ini dari
segi aktifitas kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran berbasis masalah
sudah berhasil. Dengan demikian,
siswa harus lebih intensif diberi
arahan dan bimbingan dalam kegiatan
proses pembelajaran berbasis
masalah.
b. Berdasarkan ketuntasan belajar, pada
siklus 2 ini tidak ada siswa yang tidak
mencapai ketuntasan belajar. Satu siswa
tersebut hendaknya diberikan
pembelajaran remedial dan pembinaan
khusus, sampai mencapai ketuntasan
belajar. Selanjutnya, secara klasikal
prosentasi ketuntasan belajar yang
diperoleh 28 siswa kelas XII IIS adalah
100 % yang berarti melebihi batas nilai
KKM keberhasilan belajar secara
klasikal yaitu 75 %. Untuk itu
diupayakan mempertahankan proses
pembelajaran berbasis masalah yang
telah dilakukan dan bagi siswa yang
tuntas perlu diberikan pembelajaran
pengayaan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tindakan
kelas selama siklus 1 sampai dengan
siklus 2 dilakukan pengelompokkan hasil-
hasil nilai kinerja guru, aktifitas kegiatan
siswa dan prestasi belajar. Hal ini untuk
memudahkan dalam menganalisis.
Sedangkan analisis data yang dilakukan
dengan menggunakan teknik statistik
sederhana yaitu dengan menggunakan
analisis deskriptif. Analisis deskriptif
adalah model analisis dengan cara
membandingkan rata-rata prosentasenya
serta kenaikan rata-rata pada tiap-tiap
siklus. Analisis yang dilakukan adalah
untuk menjawab kebenaran hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas.
4. Kesimpulan dan Saran
A. Simpulan
Setelah peneliti cermati selama dalam
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dari
proses sampai selesai, maka peneliti
menyimpulkan :
1. Dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah dapat
mewujudkan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan
pada mata pelajaran Ekonomi pada
materi Penyusunan Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang Kelas XII IIS
Semester Genap MAN 2 Sumedang
Tahun Pelajaran 2017/2018.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa
hal berikut:
a. dari kinerja guru dalam proses
pembelajaran berbasis masalah
dari siklus 1 sebesar 45 (62,50%)
ke siklus 2 sebesar 63 (87,50%)
mengalami peningkatan sebesar
18 atau 25%. Selanjutnya
berdasarkan kriteria, pada siklus 1
kinerja guru dalam proses
pembelajaran berbasis masalah
tergolong kategori “Baik” dan
pada siklus 2 tergolong kategori
“Sangat Baik”.
b. dari aktifitas kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran
berbasis masalah dari siklus 1
sebesar 37 (54,41%) ke siklus 2
sebesar 58 (85,29%) mengalami
peningkatan sebesar 21 atau
30,88%. Selanjutnya berdasarkan
kriteria, pada siklus 1 kinerja guru
dalam proses pembelajaran
berbasis masalah tergolong
kategori “Baik” dan pada siklus 2
tergolong kategori “Sangat Baik”.
Dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan prestasi belajar Ekonomi
pada materi Penyusunan Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang Kelas XII IIS MAN 2
Sumedang, Semester Genap Tahun
Pelajaran 2017/2018. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan rata-rata
prestasi belajar Ekonomi pada materi
Administrasi Perkantoran dari Pra PTK ke
Siklus 1 sebesar 6,50 sehingga rata-rata
prestasi belajar pada Pra PTK 75,04
menjadi 81,54 pada rata-rata prestasi
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
25
belajar siklus 2. Kemudian dari jumlah
siswa yang tuntas mengalami peningkatan
sebesar 10 (35,71 %) dari 18 siswa
(64,29%) siswa yang tuntas pada Pra PTK
menjadi 28 (100%) siswa yang tuntas
pada Siklus 2.
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin, Esa Nur, 2008. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Dimyati, Mudjiono. 1998. Belajar
Pembelajaran. Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Eva Latifah Hanum, dd.2005. Ekonomi 2.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Miftahul Huda.2013.Model-model
Pengajaran dan
Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum
2013 (Panduan Pembelajaran
Kurtilas). Bandung: Rosdakarya.
Nurhadi, Yasin BY, Senduk AG. 2004.
Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapan dalam KTSP. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada
Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran
Geografi untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Mina. 2008. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Suharsimi Arikunto.2010.Penelitian Tindakan
Kelas.Yogyakarta: Aditya Media.
Suryabrata S, 1984. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Rajawali Pers.
Suryabrata S, 2003. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Rajawali Pers.
Witherington. 1986. Psikologi
Pendidikan.Bandung: Jemmars
Bandung.
Zaenal A, 2006. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru. Bandung: Yrama Widya