JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

13
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2 JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 13 PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA MATERI PENYUSUNAN SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG SISWA KELAS XII ILMU-ILMU SOSIAL (IIS) Nndi Ahmad Rohani MAN 2 SUMEDANG [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran penggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta meningkatkat prestasi belajar pada mata pelajaran Ekonomi pada materi Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Pebruari s.d April 2018 dengan 2 siklus terdapat temuan-temuan berikut: 1) dari kinerja guru dalam proses pembelajaran berbasis masalah dari siklus 1 sebesar 45 (62,50%) ke siklus 2 sebesar 63 (87,50%) mengalami peningkatan sebesar 18 atau 25%.; 2) aktifitas kegiatan siswa dari siklus 1 sebesar 37 (54,41%) ke siklus 2 sebesar 58 (85,29%) mengalami peningkatan sebesar 21 atau 30,88%; 3) rata-rata prestasi belajar dari dari Pra PTK ke Siklus 1 sebesar 6,50 sehingga rata-rata prestasi belajar pada Pra PTK 75,04 menjadi 81,54 pada rata-rata prestasi belajar siklus 2. Kemudian dari jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan sebesar 10 (35,71 %) dari 18 siswa (64,29%) siswa yang tuntas pada Pra PTK menjadi 28 (100%) siswa yang tuntas pada Siklus 2. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: “Dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Ekonomi pada Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Kata Kunci: Metode pembelajaran berbasis masalah 1. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Setiap mendengar kalimat “Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang”, para siswa seringkali hal itu sebagai suatu materi pelajaran Ekonomi yang sulit dan berat. Bayangan yang datang kemudian adalah untuk dapat menyelesaikan suatu latihan/tugas/pekerjaan rumah harus menguasai ilmu administrasi yang memusingkan dan membingungkan. Akhirnya latihan/tugas/pekerjaan rumah yang sederhanapun dianggap sesuatu yang di luar jangkauan kemampuannya. Padahal sebetulnya semua siswa bisa mengerjakan latihan/tugas/pekerjaan rumah mata pelajaran Ekonomi pada materi Penyusunan Siklus Akuntansi pada Perusahaan Dagang, karena dalam materi ini hanya diperlukan keahlian: membaca, mengamati, bertanya, mendengar, meniru cara berfikir ilmiah, mencari jawaban dan nilai tambah, serta membangun rasa percaya diri. Dengan kondisi tersebut di atas, berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi Penyusunan Siklus Akuntansi pada Perusahaan Dagang. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam

Transcript of JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Page 1: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

13

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI

PADA MATERI PENYUSUNAN SIKLUS AKUNTANSI

PERUSAHAAN DAGANG

SISWA KELAS XII ILMU-ILMU SOSIAL (IIS)

Nndi Ahmad Rohani

MAN 2 SUMEDANG

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran penggunakan metode Pembelajaran Berbasis

Masalah dalam mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta

meningkatkat prestasi belajar pada mata pelajaran Ekonomi pada materi Siklus Akuntansi

Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun Pelajaran

2017/2018.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Pebruari s.d April 2018 dengan 2 siklus

terdapat temuan-temuan berikut: 1) dari kinerja guru dalam proses pembelajaran berbasis

masalah dari siklus 1 sebesar 45 (62,50%) ke siklus 2 sebesar 63 (87,50%) mengalami

peningkatan sebesar 18 atau 25%.; 2) aktifitas kegiatan siswa dari siklus 1 sebesar 37 (54,41%)

ke siklus 2 sebesar 58 (85,29%) mengalami peningkatan sebesar 21 atau 30,88%; 3) rata-rata

prestasi belajar dari dari Pra PTK ke Siklus 1 sebesar 6,50 sehingga rata-rata prestasi belajar

pada Pra PTK 75,04 menjadi 81,54 pada rata-rata prestasi belajar siklus 2. Kemudian dari

jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan sebesar 10 (35,71 %) dari 18 siswa (64,29%)

siswa yang tuntas pada Pra PTK menjadi 28 (100%) siswa yang tuntas pada Siklus 2.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: “Dengan

menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dapat mewujudkan pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata

pelajaran Ekonomi pada Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS

MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Metode pembelajaran berbasis masalah

1. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Setiap mendengar kalimat “Siklus Akuntansi

Perusahaan Dagang”, para siswa seringkali

hal itu sebagai suatu materi pelajaran

Ekonomi yang sulit dan berat. Bayangan yang

datang kemudian adalah untuk dapat

menyelesaikan suatu latihan/tugas/pekerjaan

rumah harus menguasai ilmu administrasi

yang memusingkan dan membingungkan.

Akhirnya latihan/tugas/pekerjaan rumah yang

sederhanapun dianggap sesuatu yang di luar

jangkauan kemampuannya. Padahal

sebetulnya semua siswa bisa mengerjakan

latihan/tugas/pekerjaan rumah mata pelajaran

Ekonomi pada materi Penyusunan Siklus

Akuntansi pada Perusahaan Dagang, karena

dalam materi ini hanya diperlukan keahlian:

membaca, mengamati, bertanya, mendengar,

meniru cara berfikir ilmiah, mencari jawaban

dan nilai tambah, serta membangun rasa

percaya diri.

Dengan kondisi tersebut di atas, berdampak

pada rendahnya kemampuan siswa dalam

memahami materi Penyusunan Siklus

Akuntansi pada Perusahaan Dagang. Hal ini

terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam

Page 2: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

14

memahami konsep administrasi, sehingga

dalam mengerjakan soal sering melakukan

kesalahan-kesalahan yang pada akhirnya

menyebabkan prestasi belajar siswa dalam

ulangan harian, maupun ulangan semester

menjadi rendah.

Metode pembelajaran kurang efektif,

menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor, misalnya

pembelajaran yang monoton dari waktu ke

waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang

bersahabat dengan siswa, sehingga siswa

merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk

mengatasi hal tersebut maka guru sebagai

tenaga pengajar dan pendidik harus

meningkatkan kualitas profesionalismenya

yaitu dengan cara memberikan kesempatan

belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa

secara efektif dalam proses pembelajaran.

Juga mengupayakan siswa untuk memiliki

hubungan yang erat dengan guru, dengan

teman-temannya dan juga dengan lingkungan

sekitarnya.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti

tercapainya standar kompetensi, sangat

bergantung pada kemampuan guru mengolah

pembelajaran yang dapat menciptakan situasi

yang memungkinkan siswa belajar sehingga

merupakan titik awal berhasilnya

pembelajaran. Banyak teori dan hasil

penelitian para ahli pendidikan yang

menunjukkan bahwa pembelajaran akan

berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran. Atas dasar itulah muncul

istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Salah satu pendekatan pembelajaran yang

mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning)

dengan pemberian tugas secara berkelompok.

Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), pembelajaran berbasis

pemecahan masalah dengan pemberian tugas

secara berkelompok menjadi salah satu

pendekatan yang sebaiknya dikuasai oleh guru

baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat

dari pemikiran tersebut, Peneliti memilih

judul “Penggunaan Metode Pembelajaran

Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Ekonomi pada Materi

Penyusunan Siklus Akuntansi pada

Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS

MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun

Pelajaran 2017/2018”.

B. Tujuan

1. Tujuan Penelitian

Untuk memberikan arah yang jelas tentang

maksud dari penelitian ini dan berdasar pada

rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan

penelitian dirumuskan sebagai berikut:

a. Mengetahui gambaran penggunaan

metode Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam mewujudkan pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

pada mata pelajaran Ekonomi pada materi

Penyusunan Siklus Akuntansi pada

Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS

MAN 2 Sumedang Semester Genap Tahun

Pelajaran 2017/2018;

b. Mengetahui gambaran penggunaan

metode Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam meningkatkan prestasi belajar

Ekonomi pada materi Penyusunan Siklus

Akuntansi pada Perusahaan Dagang Siswa

Kelas XII IIS MAN 2 Sumedang Semester

Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

C.Metodologi

1. Siklus I

Pada siklus pertama ini, terdiri dari empat

tahapan yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti

bersama observer mempersiapkan:

1) Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

2) Soal-soal ulangan harian

3) Instrumen penelitian

4) Materi pelajaran yaitu Penyusunan

Siklus Akuntansi pada Perusahaan

Dagang

b. Pelaksanaan (Acting)

Tahap pelaksanaan pembelajaran

dilaksanakan didalam kelas dengan

melakukan kegiatan pembelajaran sesuai

Page 3: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

15

dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disediakan.

Peneliti membimbing siswa dalam

menyelesaikan soal mata pelajaran

Ekonomi pokok bahasan Penyusunan

Siklus Akuntansi pada Perusahaan Dagang

dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis

Masalah membentuk suatu diskusi

kelompok kecil. Peneliti memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Sementara itu observer mengamati proses

pembelajaran sebagai bahan diskusi

lanjutannya.

c. Pengamatan (Observing)

Kolaborator melakukan pengamatan

terhadap kegiatan siswa, baik tentang sikap

maupun tingkah laku selama kegiatan

pembelajaran.

d. Refleksi (Reflecting)

Dalam tahap ini merupakan kegiatan

menganalisa, mensintesa dari hasil

pengamatan selama proses pembelajaran

pada siklus 1 berlangsung dan diadakan

ulangan harian (Post Tes 1) yang

digunakan untuk mengetahui hasil belajar

baik secara individu maupun klasikal. Bila

ternyata pada tahap ini seluruh siswa telah

mencapai standar ketuntasan minimal,

maka langsung dilanjutkan pada siklus 2.

e. Perbaikan dan Pengayaan

Jika pengamatan dan penilaian dari hasil

pembelajaran yang telah dilaksanakan

hasilnya kurang sesuai dengan yang

diharapkan, dengan pedoman ketuntasan

belajar secara klasikal maupun individu

maka dicari penyebab dan penyelesaian

untuk mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Selanjutnya, dilakukan

perbaikan dengan mengadakan ulangan

kembali sebagai remedial dan pengayaan

bagi siswa yang sudah mendapat standar

ketuntasan minimal.

2. Siklus 2

Pada siklus 2 merupakan tindak lanjut

dari siklus I dengan memperhatikan hasil

observasi, dan hasil diskusi dengan

observer serta hasil belajar siswa juga

mengetahui ketuntasan belajar siswa

secara individu maupun klasikal, maka

peneliti bersama observer merencanakan

proses pembelajaran selanjutnya.

Adapun langkah-langkah pada siklus 2 ini

adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti

bersama kolaborator mempersiapkan:

1) Silabus dan RPP

2) Menyiapkan soal-soal Post Tes 2

3) Instrumen penelitian

4) Materi pelajaran Penyusunan

Siklus Akuntansi pada Perusahaan

Dagang

b. Pelasanaan Tindakan

Siswa melaksanakan kegiatan belajar

sesuai dengan percanaan yang telah

ditentukan. Pada siklus 2 pelaksanaan

pembelajaran perlu dimodifikasi

sedikit, ini diharapkan akan lebih

memberi motivasi dan semangat siswa

dalam belajar.

c. Pengamatan

Ketika siswa melakukan kegiatan

belajar pada siklus 2, observer

mengamati perubahan sikap dan

tingkah laku siswa sambil

membandingkan nilai hasil Post Tes 1.

d.Refleksi

Dalam tahap ini merupakan kegiatan

menganalisa, mensintesa dari hasil

pengamatan selama proses

pembelajaran pada siklus 2

berlangsung dan diadakan ulangan

harian yang digunakan untuk

mengetahui hasil belajar baik secara

individu maupun klasikal.

e.Perbaikan

Jika dari hasil pengamatan dan

penilaian pembelajaran yang telah

dilaksanakan hasilnya kurang sesuai

dengan yang diharapkan yaitu sesuai

dengan pedoman ketuntasan belajar

secara klasikal maupun individu, maka

dicari penyebab dan penyelesaian

untuk mengatasi permasalahan yang

Page 4: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

16

dihadapi. Kemudian, dilakukan

perbaikan dengan mengadakan ulangan

kembali sebagai remedial dan

pengayaan bagi siswa yang telah

mencapai standar ketuntasan minimal.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat

yanag digunakan pada waktu

melaksanakan penelitian dalam upaya

mencari dan mengumpulkan data

penelitian. Data penelitian yang dimaksud

dalam masalah ini adalah hasil ulangan

harian Ekonomi pada Penyusunan Siklus

Akuntansi pada Perusahaan Dagang

Siswa kelas 12 IIS MAN 2 Sumedang

Semester Genap Tahun Pelajaran

2017/2018 dan respon kondisi

pembelajaran dari siswa.

Untuk mencapai maksud tersebut

di atas, peneliti dalam hal ini

menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Metode Tes

Yang dimaksud dengan metode tes

adalah suatu metode yanag digunakan

untuk mengetahui pengetahuan yang

dimiliki seseorang dengan

menggunakan soal-soal isian dengan

batasan tertentu. Tes digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau

kelompok dan sebagainya yang telah

dipilih dengan sempurna sesuai

standar tertentu.

Metode tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ulangan harian

yang dilakukan pada akhir siklus guna

memperoleh data yang diinginkan.

2. Metode Observasi

Didalam pengertian psikologi,

observasi atau yang disebut dengan

pengamatan, meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap obyek

dengan menggunakan seluruh alat

indera. Jadi mengobservasi adalah

pengamatan langsung melalui

penglihatan, penciuman, pendengaran,

peraba dan mengecap. Disini guru

sebagai peneliti melakukan

pengamatan terhadap segala

fenomena yang muncul dalam setiap

siklus. Kehadiran guru sebagai

peneliti dan kolaborator tidak

diketahui obyek penelitian, karena

observasi yang dilakukan adalah

observasi partisipasif dalam bentuk

team teaching.

Teknik observasi yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah observasi

dengan menggunakan format yanga

sudah disipakan sehingga kolaborator

tinggal memberi tanda chek list (√)

pada lembar observasi.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan unsur

yang sangat penting dalam setiap kali

melakukan penelitian. Semua data yang

telah terkumpul tidak akan berarti kalau

tidak dianalisis. Hasil dari analisis akan

memberikan gambaran, arah serta tujuan

dan maksud penelitian.

Penelitian ini menggunakan teknik

analisis statistik sederhana, yaitu dengan

analisis deskriptif. Analisis deskriptif

adalah model analisis dengan cara

membandingkan rata-rata prosentasenya,

kemudian kenaikan rata-rata pada setiap

siklus. Disini yang dianalisis yaitu hasil

ulangan pada setiap siklus. Dari hasil

ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang

ketuntasan belajar siswa.

Dalam penelitian ini, untuk

ketuntasan belajar siswa individu maupun

klasikal digunakan pedoman ketuntasan

sebagai berikut:

1. Ketuntasan Perorangan

Seorang siswa dikatakan berhasil

(mencapai ketuntasan) belajar bila

telah mencapai taraf penguasaan

minimal 79 % atau dengan nilai 79.

Bagi siswa yang taraf penilaiannya

Page 5: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

17

kurang dari 79 % dberikan remidi

pada pokok bahasan yang belum

dikuasai, sedangkan bagi siswa yang

telah mencapai 79 % atau lebih dapat

melanjutkan ke pokok bahasan

berikutnya.

2. Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah behasil

mencapai ketuntasan belajar jika

paling sedikit 85 % data jumlah siswa

dalam kelas tersebut telah mencapai

ketuntasan perorangan dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila sudah terdapat 85 % dari

jumlah siswa keseluruhan dalam kelas

yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar maka kelas tersebut dapat

melanjutnkan kegiatan pada satuan

pembelajaran berikutnya.

b. Apabila jumlah siswa yang mencapai

tingkat ketuntasan belajar masih

kurang dari 85 %, maka :

1) siswa yang taraf penguasannya

kurang dari 79 % harus diberi

program perbaikan mengenai

bagian-bagian pelajaran yang

belum dikuasai.

2) siswa yang telah mencapai taraf

penguasaan 79 % atau lebih dapat

diberikan program pengayaan.

c. Untuk menentukan prosentase dari

pencapaian ketuntasan siswa maupun

kelas adalah sebagai berikut:

1) Prosentase ketuntasan siswa

2) Prosentase ketuntasan siswa

D. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Siswa:

1) Meningkatkan minat belajar siswa

dalam memahami Ekonomi pada materi

Penyusunan Siklus Akuntansi pada

Perusahaan Dagang;

2) Memiliki rasa setia kawan, kerjasama

dan tanggung jawab.

3) Memotivasi siswa untuk lebih mantap

dalam belajar Ekonomi pada materi

Penyusunan Siklus Akuntansi pada

Perusahaan Dagang Siswa Kelas XII IIS

MAN 2 Sumedang Semester Genap

Tahun Pelajaran 2017/2018.

4) Siswa mengerti akan pentingnya belajar

berkelompok.

5) Siswa dapat saling berinteraksi dalam

kelompok untuk menyampaikan

pendapat atau mendiskusikan setiap

soal/tugas yang diberikan oleh guru.

6) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif

dalam memecahkan masalah melalui

pemberian tugas secara berkelompok.

b. Bagi Guru:

1) Mendorong untuk meningkatkan

profesionalisme guru.

2) Memperbaiki kinerja guru.

3) Menumbuhkan wawasan berfikir

ilmiah, meningkatkan kualitas

pembelajaran.

c. Bagi Sekolah:

1) Hasil pembelajaran dapat dijadikan

sebagai umpan balik untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi

pembelajaran.

2) Meningkatkan kualitas atau mutu

sekolah melalui peningkatan prestasi

siswa dan kinerja guru.

2. Tinjauan Pustaka

A. Metode Pembelajaran Berbasis

Masalah

1. Pendekatan Belajar

Belajar dapat dilakukan di

sembarang tempat, kondisi dan waktu.

Cepatnya informasi lewat radio,

televisi, internet, surat kabar, majalah,

dapat mempermudah belajar.

Meskipun informasi dapat dengan

mudah diperoleh, tidak dengan

sendirinya seseorang terdorong untuk

memperoleh pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan

daripadanya. Guru profesional

memerlukan pengetahuan dan

keterampilan pendekatan

Page 6: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

18

pembelajaran agar mampu mengelola

berbagai pesan sehingga siswa

terbiasa belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran

dapat berarti pedoman pembelajaran

yang berusaha meningkatkan

kemampuan-kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik siswa dalam

pengolahan pesan sehingga tercapai

sasaran belajar. Dalam belajar tentang

pendekatan belajar tersebut, orang

dapat melihat pengorganisasian siswa,

posisi guru-siswa dalam pengolahan

pesan, dan perolehan kemampuan

dalam pembelajaran. Pendekatan

pembelajaran dengan

pengorganisasian siswa dapat

dilakukan dengan pembelajaran

secara individual, pembelajaran

secara kelompok, dan pembelajaran

secara klasikal (Dimyati & Mudjiono,

2002).

2. Masalah-masalah Belajar

Dari sisi siswa yang bertindak

belajar akan menimbulkan masalah-

masalah internal belajar. Dari sisi

guru yang memusatkan perhatian

pada pebelajar yang belajar maka

akan muncul faktor-faktor eksternal

yang memungkinkan terjadinya

belajar.

Faktor internal yang dialami

siswa meliputi hal-hal seperti; sikap

terhadap belajar, motivasi belajar,

konsentrasi belajar, kemampuan

mengolah bahan ajar, kemampuan

menyimpan perolehan hasil belajar,

kemampuan menggali hasil belajar

yang tersimpan, kemampuan

berprestasi atau unjuk hasil belajar,

rasa percaya diri siswa, intelegensi

dan keberhasilan belajar, keberhasilan

belajara dan cita-cita siswa. Faktor-

faktor internal ini akan menjadi

masalah sejauh siswa tidak dapat

menghasilkan tindak belajar yang

menghasilkan hasil belajar yang baik

(Dimyati & Mudjiono, 2002).

Faktor eksternal meliputi hal-

hal sebagai berikut; guru sebagai

pembimbing belajar, sarana dan

prasarana pembelajaran, kebijakan

penilaian, lingkungan siswa di

sekolah, dan kurikulum sekolah.

Disisi guru sebagai pembelajar maka

peranan guru dalam mengatasi

masalah-masalah eksternal belajar

merupakan prasyarat terlaksananya

siswa dapat belajar (Dimyati &

Mudjiono, 2002).

Sumadi Suryabrata (1984)

mengklasifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar sebagai

berikut:

a. Faktor yang berasal dari luar diri

pelajar, dan ini masih

digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu:

1) Faktor-faktor non-sosial

Kelompok faktor-faktor ini boleh

dikatakan juga tidak terbilang

jumlahnya, seperti misalnya:

keadaan suhu, suhu udara, cuaca,

waktu (pagi, siang atau malam),

tempat (letaknya, pergedungan),

alat-alat yang dipakai untuk belajar

(alat tulis, buku, alat peraga, dan

sebagainya yang dapat disebut

sebagai alat pelajaran).

2) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor

sosial disini adalah faktor manusia,

baik manusia itu hadir maupun

kehadirannya tidak dapat

disimpulkan (tidak langsung

hadir). Kehadiran orang atau

orang-orang lain pada waktu

seseorang sedang belajar, sering

kali mengganggu belajar; misalnya

kalau satu kelas murid sedang

melaksanakan ujian, lalu banyak

anak-anak lain yang bercakap-

cakap di samping kelas, atau

seseoarang sedang belajar di

kamar, satu atau dua orang hilir

Page 7: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

19

mudik keluar masuk kamar belajar

itu dan sebagainya.

Selain kehadiran yang langsung

seperti yang dikemukakan di atas,

mungkin juga orang lain itu hadir

secara tidak langsung; misalnya saja

potret dapat merupakan representasi

bagi kehadiran seseorang.

b. Faktor yang berasal dari dalam diri

siswa, dan inipun dapat digolongkan

lagi menjadi dua golongan, yaitu:

1) Faktor fisiologi

Faktor-faktor fisiologi ini masih

dibedakan menjadi dua macam,

yaitu:

a) Keadaan jasmani pada umumnya

Keadaan jasmani pada umumnya

ini dapat dikatakan melatar

belakangi aktivitas belajar.

Keadaan jasmani yang kurang

segar, keadaan jasmani yang lelah

lain pengaruhnya dari pada yang

tidak lelah. Dalam hubungannya

dengan hal ini ada gua hal yang

perlu dikemukakan yaitu:

(1) Nutrisi harus cukup karena

kekurangan kadar makanan ini

mengakibatkan kurangnya tonus

jasmani, yang pengaruhnya dapat

berupa kelesuan, lekas mengantuk,

lekas lelah dan lain sebagainya.

(2) Beberapa penyakit kronis yang

sangat menggangu belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi

tertentu terutama fungsi alat

indera.

2) Faktor psikologi

3) Sumadi Suryabrata (1984)

mengatakan bahwa hal yang

mendorong seseoarang untuk

belajar adalah sebagai berikut:

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin

menyelediki dunia yang lebih luas.

b) Adanya keinginan untuk

mendapatkan simpati orang tua,

guru dan teman-teman.

c) Adanya keinginan untuk

memperbaiki kegagalan yang lalu

dengan usaha yang baru, baik

dengan kooperatif maupun

kompempetensi.

d) Adanya keinginan untuk

mendapatkan rasa aman bila

menguasai pelajaran.

e) Adanya ganjaran atau hukuman

sebagai akhir dari pada belajar.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Istilah lain dari pembelajaran

berbasis masalah adalah Problem-

Based Learning, yaitu suatu

pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang cara berfikir

kritis dan keterampilan masalah, serta

untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi

pelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah

digunakan untuk merangsang berfikir

tingkat tinggi dalam situasi

berorientasi masalah, termasuk

didalamnya belajar bagaimana

belajar. Menurut Ibrahim dan Nur

(2002: 2 dalam Nurhadi dkk, 2004),

“Pembelajaran berbasis masalah

dikenal dengan nama lain seperti

Project-Based Teaching

(pembelajaran proyek), Experience-

Based Education (pendidikan

berdasarkan pengalaman), Authentic

Learning (pembelajaran autentik), dan

Anchored Instruction (pembelajaran

berakar pada kehidupan nyata)”.

Peran guru dalam

pembelajaran berbasis masalah adalah

menyajikan masalah, mengajukan

masalah tidak dapat dilaksanakan

tanpa guru mengembangkan

lingkungan kelas yang

memungkinkan terjadinya pertukaran

ide secara terbuka. Secara garis besar

pembelajaran berbasis masalah terdiri

dari penyajian kepada siswa situasi

masalah yang autentik dan bermakna

yang dapat memebrikan kemudahan

Page 8: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

20

kepada mereka untuk penyelidikan

dan inkuiri.

a.Ciri-ciri pengajaran berbasis

masalah

Berbagai pengembangan

pembelajaran berbasis masalah

menunjukkan ciri-ciri sebagai

berikut:

1)Pengajuan pertanyaan atau

masalah

2)Berfokus pada keterampilan antar

disiplin.

3)Penyelidikan autentik.

4)Menghasilkan produk/karya dan

memamerkannya.

b.Tujuan pembelajarn dan hasil

pembelajaran

Pengajaran berbasis masalah

dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-

banyaknya kepada siswa.

Pembelajaran berbasis masalah

dikembangkan terutama untuk

membantu siswa mengembangkan

kemampuan berfikir, pemecahan

masalah, dan keterampilan

intelektual; belajar tentang berbagai

peran orang dewasa melalui

pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi;

dan menjadi pembelajar yang

otonom dan mandiri (Nurhadi,

Burhan & Agus, 2004).

a. Tahapan pembelajaran berbasis

masalah

Pengajaran berbasis masalah

biasanya terdiri dari dari lima

tahapan utama yang dimulai guru

memperkenalkan siswa suatu situasi

masalah yang diakhiri dengan

penyajian dan analisis hasil kerja

siswa.

1) Tahap pertama adalah orientasi

siswa terhadap masalah. Guru

menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan,

memotivasi siswa agar terlibat

dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

2) Tahap kedua adalah

mengorganisasi siswa untuk

belajar. Guru membantu siswa

untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan

masalah tersebut.

3) Tahap ketiga adalah membimbing

penyelidikan individual dan kelompok.

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan

penyelesaian masalahnya.

4) Tahap keempat adalah mengembangkan

dan menyajikan hasil akrya. Guru

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai dengan laporan, video dan

model serta membantu mereka berbagi

tugas dengan temannya.

5) Tahap kelima adalah menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Guru membantu siswa

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

3. Hasil dan Pembahasan

Agar dalam penelitian ini Peneliti

mendapatkan hasil yang sesuai dengan

harapan, maka Peneliti menggunakan metode

siklus. Sebelum pelaksanaan penelitian,

terlebih dahulu perlu dikaji prestasi belajar

siswa sebelum pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Prestasi belajar yang

di ambil adalah data hasil ulangan terakhir

pada pokok bahasan sebelumnya yaitu

ulangan yang dilaksanakan pada tanggal 28

Pebruari 2018.

1. Perencanaan Siklus 1

Dalam tahap perencanaan:

a. Guru melaksaanakan kegiatan

pembelajaran sesuai yang direncanakan

dengan Observer dengan bentuk klasikal.

b. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan

tempat duduk yang berdekatan dalam

Page 9: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

21

satu garis bangku dengan anggota 4

orang.

c. Guru memberikan tugas secara

berkelompok dan individu.

d. Guru mengamati proses berlangsungnya

belajar kelompok.

e. Observer membuat catatan pribadi

(catatan lapangan).

f. Guru memberikan tes kepada siswa.

2. Pelaksanaan Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran siklus I

dilaksanakan pada tanggal Minggu ke-2

bulan Maret 2018 yang pelaksanaannya

sebagai berikut:

Setelah tanda pelajaran dimulai Peneliti

masuk ke kelas XII IIS yang dipilih untuk

obyek penelitian. Peneliti mengucapkan

salam dan mengabsen siswa kemudian

diulas kembali materi/pokok bahasan

sebelumnya. Peneliti memberikan

pertanyaan-pertanyaan tentang

materi/pokok bahasan sebelumnya dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan siswa tentang materi yang

disampaikan sebelumnya.

Selanjutnya tujuan pembelajaran yang

diharapkan disampaikan kepada siswa.

Untuk membangkitkan kreatifitas siswa

dalam mengungkapkan pendapat dan apa

yang siswa ketahui tentang materi/pokok

Penyusunan Siklus Akuntansi Perusahaan

Dagang. Kemudian guru bersama siswa

mengerjakan soal Ekonomi pada pokok

bahasan Penyusunan Siklus Akuntansi

Perusahaan Dagang serta mengaitkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Peneliti memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya tentang apa yang

belum dipahami. Kemudian Peneliti

menerangkan apa yang belum dimengerti

oleh siswa sehingga siswa menjadi faham.

Apabila siswa telah faham, maka Peneliti

memberikan tugas/soal dikerjakan secara

berkelompok. Kelompok dibentuk secara

heterogen yang beranggotakan 4 orang.

Peneliti mengamati dan berkeliling untuk

memberikan bimbingan bagi

kelompok/siswa yang mengalami

kesulitan. Selanjutnya Peneliti menunjuk

salah satu kelompok/siswa untuk

mempresentasikan hasil pekerjaannya

kedepan.

Sebelum kegiatan belajar

berakhir, Peneliti memberikan soal-

soal latihan (Post Tes 1) yang harus

dikerjakan siswa dan selanjutnya

dikumpulkan. Dari hasil latihan ini

dijadikan sumber data pertama. Pada

kegiatan ini soal yang Peneliti berikan

berjumlah 4 butir soal dengan alokasi

waktu 25 menit.

3. Pengamatan Siklus 1

Berdasarkan catatan dari

lapangan, pada saat berlangsungnya

belajar kelompok ada diantara salah

satu kelompok yang dua anggotanya

bercengkrama sendiri tentang hal

diluar materi diskusi. Peneliti

menegur dan menyuruh untuk aktif

berinteraksi dengan kelompoknya.

Pada setiap kelompok yang antusias

membahas tugas yang diberikan rata-

rata 3 atau 4 orang sedang yang

lainnya tidak aktif.

Pengamatan di luar proses

belajar kelompok yaitu Peneliti

memeriksa buku catatan masing-

masing siswa setelah penyajian

materi. Ternyata ada beberapa siswa

yang tidak mencatat dengan berbagai

alasan.

4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan

Pada Siklus 1

Berdasarkan hasil

pelaksanaan dan pengamatan pada

siklus I ditemukan kegagalan sebagai

berikut:

a. Berdasarkan pengamatan

terhadap proses pembelajaran

berbasis masalah pada siklus 1 :

1) Walaupun kinerja guru dalam

proses pembelajaran masuk

dalam kategori “Baik”, namun

dari segi prosentasi perolehan

Page 10: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

22

nilainya hanya 62,50%. Hal ini

jika mengacu kepada batas nilai

KKM kinerja guru yang sama

dengan nilai KKM prestasi

belajar siswa (79%), berarti pada

siklus 1 ini dari segi proses

pembelajaran berbasis masalah

yang dilakukan oleh guru belum

berhasil. Dengan demikian, guru

perlu lebih menguasai lagi

metode pembelajaran berbasis

masalah.

2) Walaupun aktifitas kegiatan

siswa dalam proses pembelajaran

masuk dalam kategori “Baik”,

namun dari segi prosentasi

perolehan nilainya hanya

51,39%. Hal ini jika mengacu

kepada batas nilai KKM prestasi

belajar siswa (79%), berarti pada

siklus 1 ini dari segi aktifitas

kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran berbasis masalah

masih belum berhasil. Dengan

demikian, siswa perlu lebih

intensif diberi arahan dan

bimbingan dalam kegiatan

proses pembelajaran berbasis

masalah.

b. Berdasarkan ketuntasan belajar,

pada siklus 1 ini terdapat 8 siswa

atau 28,57 % yang belum

mencapai ketuntasan belajar.

Kedelapan siswa tersebut

hendaknya diberikan

pembelajaran remedial dan

pembinaan khusus, sampai

mencapai ketuntasan belajar.

Selanjutnya, secara klasikal

prosentasi ketuntasan belajar

yang diperoleh 20 siswa kelas

adalah 71,43 % yang berarti

kurang dari batas nilai KKM

keberhasilan belajar secara

klasikal yaitu 85 %. Untuk itu

diupayakan ada perbaikan-

perbaikan dalam proses

pembelajaran berbasis masalah.

A. Hasil Penelitian Pada Siklus 2

1. Perencanaan Siklus 2

Pada siklus 2 ini Peneliti lebih

meningkatkan kegiatan pembelajaran

berdasarkan apa yang telah dilakukan

pada siklus I, yaitu ingin

meningkatkan aktifitas kegiatan siswa

kelas XII IIS dalam proses

pembelajaran berbasis masalah.

Adapun perencanaannya sebagai

berikut:

a. Peneliti menyajikan materi

pelajaran berikutnya, melanjutkan

dari materi pokok bahasan

Ekonomi pada pokok bahasan

Penyusunan Siklus Akuntansi

Perusahaan Dagang sebelumnya

yang dirancang bersama observer.

b. Peneliti memberikan tugas secara

berkelompok dan individu.

c. Siswa diberi kesempatan secara

berkelompok untuk menanyakan

hal-hal yang belum jelas.

d. Peneliti memberikan bimbingan

kepada setiap kelompok yang

mengalami kesulitan

menyelesaikan soal-soal pokok

Observer mengisi lembaran

pengamatan ulang pada siklus 2.

e. Peneliti memberikan tes kepada

siswa.,

2. Pelaksanaan Siklus 2

Pelaksanaan pembelajaran siklus 2

dilaksanakan pada Minggu ke-4 Maret

2018 yang pelaksanaannya sebagai

berikut:

Setelah tanda pelajaran

dimulai Peneliti masuk ke kelas XII

IIS yang dipilih untuk obyek

penelitian. Peneliti mengucapkan

salam dan mengabsen siswa kemudian

diulas kembali materi/pokok bahasan

sebelumnya. Peneliti memberikan

pertanyaan-pertanyaan tentang

materi/pokok bahasan sebelumnya

dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan siswa

tentang materi yang disampaikan

sebelumnya.

Page 11: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

23

Selanjutnya tujuan

pembelajaran yang diharapkan

disampaikan kepada siswa. Untuk

membangkitkan kreatifitas siswa

dalam mengungkapkan pendapat dan

apa yang siswa ketahui tentang

materi/pokok bahasan Siklus

Akuntansi. Kemudian guru bersama

siswa menyebutkan mengerjakan

contoh soal materi/pokok bahasan

akuntansi perusahaan dagang serta

mengaitkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Peneliti memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang apa yang belum

dipahami. Kemudian Peneliti

menerangkan apa yang belum

dimengerti oleh siswa sehingga siswa

menjadi faham. Apabila siswa telah

faham, maka Peneliti memberikan

tugas/soal dikerjakan secara

berkelompok. Kelompok dibentuk

secara heterogen yang beranggotakan

4 orang. Peneliti mengamati dan

berkeliling untuk memberikan

bimbingan bagi kelompok/siswa yang

mengalami kesulitan. Selanjutnya

Peneliti menunjuk salah satu

kelompok/siswa untuk

mempresentasikan hasil pekerjaannya

kedepan.

Sebelum kegiatan belajar

berakhir, Peneliti memberikan soal-

soal latihan (evaluasi 2) yang harus

dikerjakan siswa dan selanjutnya

dikumpulkan. Dari hasil latihan ini

dijadikan sumber data pertama. Pada

kegiatan ini soal yang Peneliti berikan

berjumlah 2 butir soal dengan alokasi

waktu 30 menit.

3. Pengamatan Siklus 2

Berdasarkan catatan dari

lapangan, pada saat berlangsungnya

belajar pada siklus 2 ini terdapat

perubahan kegiatan yang dilakukan

oleh kelompok. Pada siklus 2 ini

semua siswa anggota kelompok serius

dalam mengerjakan tugas dari guru.

Tidak ada anggota kelompok yang

bercengkrama sendiri tentang hal

diluar materi diskusi. Setiap

kelompok antusias membahas tugas

yang diberikan oleh guru.

Pengamatan di luar proses

belajar kelompok yaitu Peneliti

memeriksa buku catatan masing-

masing siswa setelah penyajian

materi. Ternyata semua siswa

memiliki catatan materi yang

diberikan oleh guru.

Untuk lebih lengkapnya, hasil

pengamatan yang dilakukan pada

siklus 2 adalah sebagai berikut:

d. Pengamatan terhadap Proses

Pembelajaran Pada Siklus 2

Sama seperti pada siklus

1 untuk pengamatan terhadap

proses pembelajaran, peneliti

dibantu dengan seorang teman

sejawat yang bertugas sebagai

observer yang mengamati selama

proses pembelajaran baik

mengamati proses pembelajaran

yang dilakukan guru, maupun

yang dilakukan oleh siswa.

3. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan

Pada Siklus 2

Berdasarkan hasil

pelaksanaan dan pengamatan pada

siklus 2 ditemukan kegagalan sebagai

berikut:

a. Berdasarkan pengamatan terhadap proses

pembelajaran berbasis masalah pada

siklus 2 :

1. Kinerja guru dalam proses

pembelajaran berbasis masalah pada

siklus 2 diperoleh 87,50% masuk

dalam kategori “Sangat Baik”.

Dengan demikian, guru telah berhasil

menerapkan metode pembelajaran

berbasis masalah dalam pembelajaran

Ekonomi .

2. Aktifitas kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran masuk dalam kategori

“Sangat Baik”, namun dari segi

Page 12: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

24

prosentasi perolehan nilainya 80,56%.

Hal ini jika mengacu kepada batas

nilai KKM prestasi belajar siswa

(75%), berarti pada siklus 2 ini dari

segi aktifitas kegiatan siswa dalam

proses pembelajaran berbasis masalah

sudah berhasil. Dengan demikian,

siswa harus lebih intensif diberi

arahan dan bimbingan dalam kegiatan

proses pembelajaran berbasis

masalah.

b. Berdasarkan ketuntasan belajar, pada

siklus 2 ini tidak ada siswa yang tidak

mencapai ketuntasan belajar. Satu siswa

tersebut hendaknya diberikan

pembelajaran remedial dan pembinaan

khusus, sampai mencapai ketuntasan

belajar. Selanjutnya, secara klasikal

prosentasi ketuntasan belajar yang

diperoleh 28 siswa kelas XII IIS adalah

100 % yang berarti melebihi batas nilai

KKM keberhasilan belajar secara

klasikal yaitu 75 %. Untuk itu

diupayakan mempertahankan proses

pembelajaran berbasis masalah yang

telah dilakukan dan bagi siswa yang

tuntas perlu diberikan pembelajaran

pengayaan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan

kelas selama siklus 1 sampai dengan

siklus 2 dilakukan pengelompokkan hasil-

hasil nilai kinerja guru, aktifitas kegiatan

siswa dan prestasi belajar. Hal ini untuk

memudahkan dalam menganalisis.

Sedangkan analisis data yang dilakukan

dengan menggunakan teknik statistik

sederhana yaitu dengan menggunakan

analisis deskriptif. Analisis deskriptif

adalah model analisis dengan cara

membandingkan rata-rata prosentasenya

serta kenaikan rata-rata pada tiap-tiap

siklus. Analisis yang dilakukan adalah

untuk menjawab kebenaran hipotesis

dalam penelitian tindakan kelas.

4. Kesimpulan dan Saran

A. Simpulan

Setelah peneliti cermati selama dalam

kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dari

proses sampai selesai, maka peneliti

menyimpulkan :

1. Dengan menggunakan metode

pembelajaran berbasis masalah dapat

mewujudkan pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan

pada mata pelajaran Ekonomi pada

materi Penyusunan Siklus Akuntansi

Perusahaan Dagang Kelas XII IIS

Semester Genap MAN 2 Sumedang

Tahun Pelajaran 2017/2018.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa

hal berikut:

a. dari kinerja guru dalam proses

pembelajaran berbasis masalah

dari siklus 1 sebesar 45 (62,50%)

ke siklus 2 sebesar 63 (87,50%)

mengalami peningkatan sebesar

18 atau 25%. Selanjutnya

berdasarkan kriteria, pada siklus 1

kinerja guru dalam proses

pembelajaran berbasis masalah

tergolong kategori “Baik” dan

pada siklus 2 tergolong kategori

“Sangat Baik”.

b. dari aktifitas kegiatan siswa

dalam proses pembelajaran

berbasis masalah dari siklus 1

sebesar 37 (54,41%) ke siklus 2

sebesar 58 (85,29%) mengalami

peningkatan sebesar 21 atau

30,88%. Selanjutnya berdasarkan

kriteria, pada siklus 1 kinerja guru

dalam proses pembelajaran

berbasis masalah tergolong

kategori “Baik” dan pada siklus 2

tergolong kategori “Sangat Baik”.

Dengan menggunakan metode

pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan prestasi belajar Ekonomi

pada materi Penyusunan Siklus Akuntansi

Perusahaan Dagang Kelas XII IIS MAN 2

Sumedang, Semester Genap Tahun

Pelajaran 2017/2018. Hal ini dibuktikan

dengan adanya peningkatan rata-rata

prestasi belajar Ekonomi pada materi

Administrasi Perkantoran dari Pra PTK ke

Siklus 1 sebesar 6,50 sehingga rata-rata

prestasi belajar pada Pra PTK 75,04

menjadi 81,54 pada rata-rata prestasi

Page 13: JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2018 Vol. 2 No. 2

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

25

belajar siklus 2. Kemudian dari jumlah

siswa yang tuntas mengalami peningkatan

sebesar 10 (35,71 %) dari 18 siswa

(64,29%) siswa yang tuntas pada Pra PTK

menjadi 28 (100%) siswa yang tuntas

pada Siklus 2.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Esa Nur, 2008. Teori Belajar dan

Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-ruzz

Media.

Dimyati, Mudjiono. 1998. Belajar

Pembelajaran. Jakarta: Asdi

Mahasatya.

Eva Latifah Hanum, dd.2005. Ekonomi 2.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Miftahul Huda.2013.Model-model

Pengajaran dan

Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum

2013 (Panduan Pembelajaran

Kurtilas). Bandung: Rosdakarya.

Nurhadi, Yasin BY, Senduk AG. 2004.

Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapan dalam KTSP. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada

Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran

Geografi untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Sanjaya, Mina. 2008. Strategi Pembelajaran.

Jakarta: Kencana.

Suharsimi Arikunto.2010.Penelitian Tindakan

Kelas.Yogyakarta: Aditya Media.

Suryabrata S, 1984. Psikologi Pendidikan.

Yogyakarta: Rajawali Pers.

Suryabrata S, 2003. Metodologi Penelitian.

Yogyakarta: Rajawali Pers.

Witherington. 1986. Psikologi

Pendidikan.Bandung: Jemmars

Bandung.

Zaenal A, 2006. Penelitian Tindakan Kelas

untuk Guru. Bandung: Yrama Widya