JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME...

21
JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya dalam Media Daring Republika.co.id dan Kompas.com periode terbit 13-15 Mei 2018) Oleh: Muhammad Natsir D0214062 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

Transcript of JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME...

Page 1: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

JURNAL

BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME

DALAM MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

dalam Media Daring Republika.co.id dan Kompas.com periode terbit 13-15

Mei 2018)

Oleh:

Muhammad Natsir

D0214062

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018

Page 2: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

1

BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME

DALAM MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

dalam Media Daring Republika.co.id dan Kompas.com periode terbit 13-15

Mei 2018)

Muhammad Natsir

Sri Herwindya Baskara Wijaya

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

In May 2018, there were bombings of three churches (the central Pentecostal

Church, the Indonesian Christian Church, and the Santa Maria Catholic Church)

and one Mapolrestabes in Surabaya, this bombing took place in a short period of

time, 13th and 14th, with as many casualties as 14 people, it was known that the

perpetrators who attacked the three churches were one family, as well as the

attack on Mapolrestabes in one family. This act of terror was claimed by ISIS that

they were the responsible party.

This tragedy is certainly a concern of the homeland mass media , especially

Kompas.com and Republika.co.id, which have been known by the two media that

are opposite in their ideology. Kompas with its humanism and Republika with its

Islam. So in how the two media interpreted the issue of terrorism for almost two

decades, almost all acts of terror that occurred both globally and homeland

always in the name of Islam, and in the Surabaya bombing case it was getting

worse because the object being attacked was the church which was a minority

house of worship in Indonesia.

This research is a qualitative research with descriptive research. The object

studied was news related to the issue of terrorism in the reporting of the Surabaya

bombing period 13-15 M ei 2018. The data analysis technique used was Robert N.

Entman's framing analysis . In Robert N. Entman's framing analysis , there are

four analytical tools, namely problem definition, problem source estimation,

moral decision assessment, and problem solving recommendations.

The conclusion in the analysis of this study is Kompas.com constructing the

news of the issue of terrorism as a religious radicalist action if it is drawn further,

the source of the problem is how people respond to their teachings of religion or

theology , while Republika.co.id considers that this act of terror is political matter

because of parties who want to weaken the position of Islam in the country by

damaging its image, the ideology underlying the Kompas framing is its diversity,

while Republika underlies its framing because of the positioning of its media that

has been destined for Islam based on its history.

Keywords : Framing, Online Media, Surabaya Bomb Tragedy, Kompas.com,

Republika.co.id, Terrorism.

Page 3: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

2

Pendahuluan

Pada tanggal 9 September 2001, terjadi sebuah peristiwa teror yaitu

“tragedi World Trade Center”. Saat itu gedung World trade Center atau lebih

dikenal dengan gedung WTC yang terletak di jantung kota New York Amerika

Serikat ditabrak oleh dua buah pesawat komersil sarat penumpang. Berbagai

media massa di seluruh dunia digemparkan oleh peristiwa tersebut. selama kurun

waktu berbulan-bulan kemudian, bahkan peristiwa itu masih tetap menjadi

headline di pemberitaan. Simpang siur mengenai siapa pelaku pengeboman

tersebut akhirnya berakhir setelah pemerintah Amerika melalui presidennya saat

itu, George W. Bush menyatakan bahwa pelaku teror tersebut adalah kelompok

yang bernama Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama Bin Laden. Selanjutnya

Amerika melakukan segala cara untuk memerangi apa yang mereka anggap

sebagai terorisme. Termasuk salah satunya adalah invasi ke Afghanistan.1

Setelah aksi teror yang dilakukan di Amerika Serikat pada 2001 silam,

aksi teror mulai masuk ke Indonesia yaitu tragedi bom Bali yang bahkan sampai

memiliki dua jilid, jilid pertama terjadi pada tahun 2002, dengan sasaran

peledakan yaitu diskotek di kawasan kuta yang menewaskan 202 jiwa, dengan

diduga pelaku adalah bagian Jemaah Islamiyah yang dipimpin Abu bakar baasyir,

yang telah diseret ke penjara.2 Sedangkan jilid kedua terjadi pada tahun 2005,

sebanyak 3 bom yang diledakkan di kawsan wisata yaitu di Jimbaran dan kuta,

yang menewaskan 23 orang, menurut ketua Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai mengatakan bahwa otak dari tragedi ini yaitu

dua WN Malaysia bernama Azahari bin Husin dan Noordin Mohammed Top,

yang lagi-lagi adalah orang Islam.3

Walaupun dampak terorisme pada 2017 turun hingga 27 persen, namun,

seiring jatuhnya ISIS di Iraq dan Suriah membuat pergerakannya berpindah ke

1 ”Sebelum Perang Dimulai…” MBM Tempo, 24 September 2001 2 http://mediaindonesia.com/read/detail/126861-2002-tragedi-bom-bali-1, diposting Kamis, 12

Oktober 2017, 11:37 WIB, diakses Kamis 30 Agustus 2018, 01:54 WIB 3 https://www.liputan6.com/global/read/2329497/1-10-2005-bom-bali-2-renggut-23-nyawa,

diposting 01 Oktober 2015, 08.00 WIB, diakses Jumat 30 November 2018, 02:18 WIB

Page 4: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

3

beberapa tempat lainnya, salah satu daerah yang tingkat kerawanannya meningkat

pada tahun 2017 adalah di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Dan isu

terorisme masih menjadi perhatian globel, dari sudut pandang ekonomi dampak

terorisme global mencapai 52 juta USD pada 2017. Itu belum dihitung dengan

dampak tidak langsung yang dihasilkan dari terorisme itu sendiri, seperti bisnis,

investasi dan berhubungan dengan biaya peningkatan keamanan dalam melakukan

upaya counter-terorism. 4

Isu terorisme yang tahun ini banyak diberitakan di media cetak sampai

media daring yaitu tragedi terorisme dalam perwujudannya berupa aksi bom

bunuh diri yang terjadi di Surabaya dan sekitarnya pada 13-14 Mei 2018. Aksi

teror kali ini bisa dibilang lebih membabi-buta dibanding aksi teror yang terakhir

kali terjadi yaitu pada tragedi bom Sarinah pada 2016 lalu yang menelan tujuh

korban jiwa. Pada tragedi bom Surabaya dan sekitarnya terjadi pada 5 titik dalam

waktu kurang dari dua hari, 3 titik sasarannya gereja (Gereja Pantekosta pusat,

Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Katolik Santa Maria) dan dua lainnya yaitu

mapolrestabes Surabaya dan sebuah rumah susun, dengan korban jiwa yang ada di

Surabaya sebanyak 14 orang,5 dan di Sidoarjo sebanyak 5 orang, keduanya

termasuk pelaku pengeboman.6

Seperti yang sudah dijelaskan kronologi tragedi bom Surabaya melibatkan

istri dan anak-anaknya, hal ini merupakan pola serangan yang terbilang baru

dalam riwayat tragedi terorisme yang ada di Indonesia, Jamaah Islamiyah,

maupun jejaring terorisme yang ada di Indonesia belum pernah melakukannya,

bahkan menurut Sofyan Tsauri selaku orang yang pernah terlibat di dalam

jaringan terorisme menyebutkan bahwa pola serangan yang melibatkan istri dan

anak-anak masih menjadi perdebatan dalam internal jaringan tersebut, salah satu

4 Institute for Economics and Peace (IEP), Global Terrorism Index:Measuring the impact of

Terrorism,START, Sydney, 2018, hal 2-3 5 https://nasional.tempo.co/read/1090460/korban-meninggal-bom-surabaya-bertambah-menjadi-

14-orang diposting Sabtu, 19 Mei 2018, 11.46 WIB, diakses Jumat 30 November 2018, 02:18

WIB 6 https://nasional.tempo.co/read/1088535/bom-di-sidoarjo-pelaku-jadi-korban-ledakan diposting

Senin, 14 Mei 2018, 01:30 WIB, diakses Jumat 30 November 2018, 02:18 WIB

Page 5: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

4

pihak yang menentang pola tersebu asalah Aman Abdurrahman, yang merupakan

pimpinan tertinggi ISIS di Indonesia, hal ini menjadi alasan peneliti mengambil

berita kasus teror bom Surabaya sebagai obyek penelitian.7

Media daring skala nasional yang intens memberitakan aksi teror di

Surabaya dan sekitarnya adalah Republika.co.id dan Kompas.com. pasca kejadian

tersebut, Republika.co.id telah mengunggah lebih dari 100 artikel di situsnya, dan

jenisnya pun beragam ada yang hard news yang memberitakan secara aktual

kejadian teror tersebut sampai soft news yang memberitakan sisi human interest

maupun tanggapan tokoh-tokoh yang ikut mengomentari tragedi tersebut.8

begitupun dengan Kompas.com.

Berita bukanlah cerminan dari realitas. Berita merupakan hasil akhir dari

proses konstruksi yang diyakini informasi di dalamnya merupakan kebenaran oleh

suatu media. Framing yang dibangun oleh media akan menentukan penerimaan

pesan oleh audiens, informasi yang akan diterima audiens tentu adalah fakta-fakta

yang telah disusun oleh media, sehingga akan terjadi keterbatasan pendefinisian

suatu berita yang ada pada khalayak yang nantinya akan menjadi opini publik

yang terbentuk dari pembingkaian media tersebut. menurut penulis hal ini

menarik untuk diteliti, dengan melihat fenomena terorisme yang selalu dikaitkan

dengan Islam, lantas bagaimana Republika.co.id sebagai representasi media Islam

membingkai berita tersebut dan bagaimana Kompas.com sebagai media yang

mempunyai stigma di masyarakat memiliki ideologi yang berseberangan dengan

Republika, membingkai isu terorisme pada tragedi bom surabaya dan sekitarnya.

Media daring yang diteliti adalah Republika.co.id dan Kompas.com karena

ia merupakan media umum yang merepresentasikan media islam, dengan skala

nasional, menurut para redaktur Republika, pada pertengahan tahun 2016 surat

kabar Republika menempati peringkat tiga sebagai surat kabar paling banyak

7 https://tirto.id/analisis-serangan-bom-di-surabaya-taktik-dan-pesan-baru-teroris-cKuj diposting

pada 16 Mei 2018, diakses pada 18 Januari 2019 pukul 22:12 WIB 8 http://republika.co.id/search/bom%20surabaya diakses Jumat 30 November 2018, 02:18 WIB

Page 6: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

5

dibaca oleh masyarakat Indonesia.9 Maka dapat disimpulkan Republika menjadi

media yang merepresentasikan media Islam dengan pengaruh yang paling kuat,

sedangkan Kompas juga merupakan salah satu pionir media daring yang ada di

Indonesia, apabila melihat dari apa yang dilansir alexa.com di situsnya bahwa

Kompas.com menempati urutan keempat top sites dengan jenis portal berita

online.10

Rumusan Masalah

Penelitian ini mencoba mengungkap bagaimana konstruksi isu terorisme

dalam pemberitaan media daring Republika.co.id dan Kompas.com dalam tragedi

bom Surabaya pada periode 13-15 Mei 2018?”

Landasan Teori

1. Analisis Framing

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma

ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita

yang dihasilkannya.11 Teks berita tak bisa dilepaskan dari proses pengolahan

realitas. Bagi Peter L. berger, realitas tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga

sesuatu yang diturunkan Tuhan. Tapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.

Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang

bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.12

Oleh Goffman pada tahun 1974, konsep framing kemudian dikembangkan

lebih jauh dengan mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku

(strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.13 Akhir-

akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu

komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-

9 Janet steele, Op. Cit, hal 86 10 https://www.alexa.com/topsites/countries/ID diakses Jumat 30 November 2018, 02:32 WIB 11 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, LKIS, Yogyakarta, 2002,

hal 13 12 Ibid, hal 15 13 Alex Sobur, Op. Cit, hal 162

Page 7: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

6

aspek khusus sebuah realita oleh media.14 Dalam perspektif komunikasi, analisis

framing dipakai untuk membelah cara-cara ideologi media saat mengkonstruksi

fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih

diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.15

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagimana perspektif atau

cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis

berita.16 Namun framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu

(wartawan) melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita-kerangka

kerja dan rutinitas organisasi media.17 Sedangkan definisi framing menurut

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, didefinisikan sebagai proses membuat

pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga

khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.18

Terdapat empat elemen dalam mentelaah framing dalam sebuah berita

menurut Entman. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang

pertama kali dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master

frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami

oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu

tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan

bingkai yang berbeda ini menyebabkan realitas yang terbangun juga berbeda.19

2. Terorisme

Obsatar, prayitno, dan Ian mencoba merangkum definisi terorisme,

menurut mereka Terorisme sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu

dengan menggunakan kekerasan guna menimbulkan rasa takut dan korban

sebanyak-banyaknya secara tidak beraturan. 20

14 Ibid, hal 162 15 Ibid, hal 162 16 Eriyanto, Op. Cit, hal 68 17 Ibid, hal 99 18 Ibid, hal 252 19 Ibid, hal 225 20 Obsatar, Prayitno, Ian, Terorisme Kanan Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2018, Hal

11

Page 8: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

7

Apabila dilihat dari spiritnya terorisme dapat dikategorikan menjadi empat

kategori diantaranya sebagai berikut:21

a) Semangat Nasionalisme

Pejuang kemerdekaan pada umumnya menggunakan kekerasan politik

untuk melawan rezim penjajah, kekerasan politik tidak selalu identic dengan

terorisme. Kekerasan politik dalam artian kerusuhan massal, perang saudara,

revolusi atau perang antar bangsa tidak termasuk dalam kategori terorisme. Akan

tetapi terorisme itu sendiri sering terjadi berkaitan dengan kekerasan-kekerasan

politik tersebut. Dan kekerasan politik yang dilakukan oleh para pejuang

kemerdekaan seringkali dianggap secara sepihak oleh rezim penjajah sebagai

tindakan terorisme.

b) Semangat Separatisme

Kelompok separatis secara stereotype juga menempatkan kekerasan politik

sebagai model perjuangan bersenjata. Kekersasan politik yang dipilih sebagai

jalan perjuangan yang dipilih oleh kaum separatis, cenderung diklaim sebagai

bentuk teror oleh opini dunia karena kekerasan politik yang dieksploitasi gerakan

separatis selalu memenuhi premis dasar terorisme, yaitu menggunakan ancaman

kekerasan dan atau kekerasan untuk menimbulkan ketakutan di lingkungannya.

c) Semangat Radikalisme Agama

Kelompok-kelompok radikal agama ditengarai menggunakan metode teror

untuk memperjuangkan kepentingannya. Kekerasan politik dalam bentuk teror

seringkali dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini public cukup

familiar dengan terpaan media nama-nama kelompok radikalisme agama yang

digembor-gemborkan media mainstream, terutama dari agama Islam, seperti Al-

Qaeda, Jama’ah islamiyah, ISIS, dan lain-lain.

d) Terorisme Berbasis Bisnis

Gerakan terorisme ini mengedepankan metode teror demi kepentingan

bisnisnya, dan biasanya bisnisnya pun berstatus illegal di negaranya, seperti

Narcoterorism di Myanmar yang dikenal dengan sebutan United War State Army

21 Luqman Hakim, Op. Cit, Hal 19

Page 9: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

8

adalah kelompok teroris yang berlatar belakang perdagangan narkotika dan obat-

obatan terlarang.

Metodelogi

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitan menggunakan

pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan tipe

deskriptif, Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan

dengan cermat masalah yang diteliti, dimana penelitian ini nantinya dapat

memberikan kejelasan mengenai deskripsi bagaimana sebuah frame yang

digunakan oleh media massa dalam merekontruksi realitas.

Obyek dari penelitian ini adalah berita-berita hard news yang dimuat

dalam portal berita Kompas.com dan Republika.co.id. berita-berita yang diteliti

tersebut hanya berfokus pada isu terorisme pada tragedi bom Surabaya pada

periode 13-15 Mei 2018, yang mana akan diseleksi dan kemudian dijadikan objek

utama dari penelitian. Seleksi dilakukan dengan cara melakukan pemilihan berita

yang di dalamnya terkandung kegiatan, pelaku dan korban teror dalam berita-

berita tragedi bom Surabaya.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita-

berita di Kompas.com dan Republika.co.id pada periode 13-15 Mei 2018 yang

telah diseleksi terkait terorisme sebagai data primer, Republika terdapat 20 berita

dan Kompas 20 berita. Selain data primer, peneliti juga menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari kepustakaan dan situs berita. Kepustakaan di sini

adalah buku-buku yang digunakan sebagai sumber data terkait penelitian ini dan

situs berita yang mendukung pernyataan-pernyataan dalam penelitian.

Sajian dan Analisis Data

Berita-berita yang selama ini diterbitkan oleh media baik media online

maupun cetak merupakan hasil dari sebuah konstruksi dari pembuat berita

(jurnalis) yang telah menyeleksi fakta-fakta yang ditampilkan kepada masyarakat.

Aspek konstruksi berhubungan dengan bagaimana wartawan/media menampilkan

suatu peristiwa sehingga relevan bagi khalayak. Aspek ini dilakukan dengan

Page 10: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

9

memutuskan item yang dipandang dapat dipahami oleh khalayak.22 Salah satu isu

yang selalu menghantui kelangsungan hidup manusia di manapun, dan pada tahun

2018 ini terjadi di Indonesia, tak lain yaitu terorisme.

Dipilihnya isu terorisme pada kejadian teror yang terjadi di Surabaya

sebagai topik pemberitaan yang akan dianalisis menjadi menarik karena aksi teror

tersebut dilakukan secara serentak dan terjadi pada beberapa titik di kota

Surabaya. Tentu pola teror yang seperti ini baru terjadi di Indonesia, dan salah

satu sasaran terornya adalah kaum minoritas, tentu menjadi sarat akan kecurigaan

dan politis. Oleh karena itu pada kejadian ini bagaimana Kompas.com dan

Republika.co.id membingkai isu terorisme dalam berita-beritanya pada periode

13-15 Mei 2018, dengan jumlah berita masing-masing media 20 berita yang akan

dianalisis. Di antaranya sebagai berikut:

Tabel 1

Daftar Berita Kompas.com yang Dianalisis

No Judul Berita Tanggal Terbit

1 Bom Surabaya, Antara Dendam dan

Pembuktian Eksistensi ISIS

14 Mei 2018

2 Komnas HAM Kecam Aksi Teror Bom Gereja

di Surabaya

13 Mei 2018

3 Pengamat: Bom Surabaya Terorganisasi

dengan Baik

13 Mei 2018

4 Polisi buru Abu Bakar, Guru pelaku Bom

Gereja Surabaya

15 Mei 2018

5 Ketua DPR Nilai Indonesia Darurat Terorisme

14 Mei 2018

6 Warga Sekitar Kaget terduga Peledakan Bom

di Surabaya Itu Ternyata Dita

14 Mei 2018

7 KWI dan PGI Desak UU Antiterorisme Segera

Diselesaikan

13 Mei 2018

8 Anak-anak Terlilit Bom dan Meledakkan Diri,

Pelaku atau Korban

15 Mei 2018

9 Terkait Bom Gereja di Surabaya, masyarakat

Diminta Tak Terprovokasi Desas-desus

13 Mei 2018

22 Eriyanto, Op.Cit, hal 141.

Page 11: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

10

10 Soal Bom Bunuh Diri, JK Bilang “Surga tak

Mungkin Diperoleh Semudah Itu”

15 Mei 2018

Tabel 2

Daftar Berita Republika.co.id yang Dianalisis

No Judul Berita Tanggal Terbit

1 Bom Surabaya Ingin Rusak Kerukunan Umat

Beragama

14 Mei 2018

2 Ini Dugaan Motif Teror Bom di Surabaya

Menurut Kapolri

13 Mei 2018

3 OKI Mengutuk Keras Bom Bunuh Diri di

Surabaya

14 Mei 2018

4 MUI: Al-Quran Tak Ajarkan Melakukan Bom

Bunuh Diri

13 Mei 2018

5 Ustaz Somad: Pelaku Teror Bom Surabaya

Tak Mati Syahid

15 Mei 2018

6 Kapolda: Anak Pelaku Bom Surabaya tak

Pernah Sekolah

15 Mei 2018

7 Soal Bom Gereja, Paloh: Berdampak ke Sektor

Lain

13 Mei 2018

8 Cara Efektif Hentikan teror Bom Meurut wakil

ketua MUI

13 Mei 2018

9 Terorisme produk Kebencian yang tak Sesuai

Ajaran Agama

13 Mei 2018

10 Teror Bom Gereja, TGB: Jauh dari Nilai-Nilai

Islam

13 Mei 2018

1. Perbedaan Framing dari Kompas.com dan Republika.co.id

a) Identification Problem

Secara garis besar Kompas dalam menyikapi isu terorisme dalam tragedi bom

Surabaya menganggap bahwa aksi teror ini merupakan perbuatan kriminal yang

didasari oleh paham radikal, dalam hal ini paham radikal yang dimaksud adalah

radikal dalam memahami agama yang dianutnya, dalam hal ini ditunjukkan dalam

inti permasalahan dari berita yang dianalisis, mulai dari teologi beku, didoktrin

oleh guru ngaji, sampai pergeseran pola teror yang secara tampilan layaknya

masyarakat biasa namun pemahamannya sudah terpapar paham radikal, maka bisa

Page 12: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

11

diambil kesimpulan kalau aksi teror merupakan aksi yang dilakukan oleh

kelompok radikalis agama.

Dalam hal ini Kompas tidak menunjukkan secara gamblang dalam judul

beritanya, karena dari judul berita yang dianalisis tidak terlihat jelas bahwa

Kompas menganggap bahwa paham radikalis agama sebagai inti

prmasalahannya, namun akan terlihat setelah mentelaah konten dari berita-

beritanya, selain paham radikalis agama kompas juga menganggap bahwa aksi ini

telah mencederai HAM dan sebagai momentum penyebaran hoax namun porsinya

tidak dominan. Dalam hal ini pihak yang dijadikan kambing hitam oleh Kompas

jelas tertuju pada kelompok-kelompok radikal, dan lebih berpihak dengan

pemerintah.

Sedangkan Republika apabila melihat dari judul beritanya sudah bisa

ditangkap bahwa keberpihakannya masih konsisten berpihak kepada umat Islam

sesuai dengan visinya, dengan menganggap bahwa aksi teror ini merupakan

kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam, selain

itu kurangnya pendidikan dan kelalaian pemerintah juga dianggap sebagai inti

permasalahan namun tidak dominan, sekaligus hal itu menjadikan pemerinah

sebagai kambing hitam dalam aksi teror ini.

b) Causal interpretation

Kompas yang secara garis besar menganggap bahwa aksi teror ini merupakan

aksi teror yang dilakukan oleh kelompok radikalis agama, sehingga konten

beritanya berisi tentang menganggap kelompok-kelompok yang dianggap polri

Radikal telah mendoktrin pelaku, jadi pelaku teror bom Surabaya sudah terpapar

pahaam-paham radikal, dikuatkan melalui berita yang berjudul “Polisi Buru Abu

Bakar, Guru Pelaku Bom Gereja Surabaya” yang mana di dalamnya menganggap

bahwa aksi teror ini karena pelaku dipertontonkan film-film aksi terorisme ketika

pengajian, dan menganggap bahwa pelaku teror ini menganggap surga menjadi

balasan terhadap aksi terornya yang terdapat pada berita berjudul “Soal Bom

Bunuh Diri, JK Bilang “Surga Tak Mungkin Diperoleh Semudah Itu”.

Selain itu hal yang membuat kompas pro terhadap pemerintah karena

menganggap aksi teror ini karena regulasi yang ada tidak mendukung aparat untuk

Page 13: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

12

meindak dengan leluasa para pelaku teror, sehingga revisi UU terorisme yang

diusulkan pemerintah harus segera disahkan.

Sementara itu Republika yang secara garis besar menganggap bahwa aksi

teror yang dilakukan di Surabaya merupakan aksi yang ingin merusak citra Islam,

sehingga konten-konten beritanya berisikan penyangkalan bahwa Islam

merupakan agama yang melegitimasi aksi teror, salah satu citra islam yang rusak

yaitu makna jihad, sehingga juga terdapat konten yang meluruskan makna jihad

melalui perspektif agama, selain itu juga terdapat konten yang dilihat dari sudut

pandang pelaku yang tidak paham agama Islam, dan anak pelaku dianggap kurang

berpendidikan sehingga mudah terdoktrin.

Selain itu republika juga menganggap bahwa kelalaian pemerintah menjadi

penyebab terorisme dapat terjadi di Indonesia karena kelalaian yang dilakukan

oleh aparat dalam pencegahannya, dan penanganan yang tidak efektif pada aksi-

sksi teror yang sebelumnya terjadi.

c) Moral evaluation

Pada framing yang dilakukan Kompas bahwa aksi terorisme itu dilakukan oleh

sekelompok radikalis agama, yang meyakini bahwa aksi teror merupakan ibadah

bagi para pelaku, hal ini diyakinkan dengan argumen yang ada pada berita-berita

Kompas yang didalamnya terdapat bahwa pengajian merupakan salah satu potensi

seseorang dapat terpapar paham radikal, dan poin peran paham radikal ini

dikuatkan dengan argumen bahwa saat ini penampilan tidak bisa lagi menjadi

tolak ukur seseorang melakukan aksi teror akan tetapi paham yang ada di

kepalanya, dan yang menjadi poin utama apakah radikal yang dimaksud didasari

oleh agama atau tidak Kompas menganggap bahwa radikal yang dimaksud

didasari dengan keyakinan pelaku terhadap agama, karena pada berita berjudul

“Soal Bom Bunuh Diri, JK Bilang “Surga Tak Mungkin Diperoleh Semudah Itu”

menganggap bahwa pelaku meyakini bahwa surga menjadi ganjaran dari aksi

terornya.

Adapun keberpihakan Kompas yang condong terhadap pemerintah

argumennya karena aksi teror bukanlah aksi kriminal biasa karena pelaku teror ini

secara fisik penampilannya seperti masyarakat biasa, sehingga perlu regulasi baru

Page 14: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

13

yang bisa menjadi payung hukum bagi aparat keamanan sehingga bisa lebih

leluasa.

Sedangkan Republika menganggap aksi teror ini merupakan aksi yang

dilakukan karena ingin menghancurkan citra Islam, adapun argumen yang

digunakan dengan meyakinkan pembaca bahwa agama apapun tidak mengajarkan

aksi teror akan tetaoi sifat manusia yang merusaknya, seluruh agama mengajarkan

kedamaian, dan aksi teror ini dengan sengaja menjadikan gereja menjadi tempat

sasaran pengeboman, yang mana umat kristiani minoritas di Indonesia. Selain itu,

Republika menggunakan argumen konsep jihad mengangkat senjata yang

diajarkan Islam bukanlah bertempat di negara yang damai, akan tetapi negara

dalam kondisi perang. Dan Republika juga menganggap umat Islam menjadi

korban dalam aksi teror ini karena umat Islam juga tersakiti karena terjadnya aksi

teror ini kerukunan umat beragama menjadi terancam di saat umat Islam bersiap

menyambut bulan suci Ramadhan.

Republika menjadikan pemerintah menjadi salah satu faktor terjadinya aksi

teror ini karena menganggap kinerja aparat yang buruk dalam menanggulangi aksi

teor dan berpeluang untuk merembet ke sektor-sektor lainnya kalau tidak segera

ditangani, dan Republika menganggap bahwa penanganan pemerintah tidak

memperhatikan prinsip equality before the law dalam menangani kasus terorisme

sebelumnya, sehingga tidak dapat merangkai jaringan terorisme secara

komprehensif, karena terduga teroris langsung ditembak mati di tempat.

d) Treatment recommendation

Secara garis besar Kompas dalam menangani paham radikalis agama yang

menjadi masalah utama meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan

terhadap lingkungannya yang mencurigakan, khususnya umat Islam harus selektif

dalam memilih pengajian yang diikuti dan untuk masyarakat secara umum agar

selalu menjaga soliditas antar umat beragama agar tidak muncul kecurigaan satu

sama lain.

Sedangkan Republika memiliki pandangan yang berbeda dengan Kompas

dalam penyelesaian masalah ini, media ini meminta masyarakat untuk tidak

mengaitkan aksi terorisme Surabaya dengan agama, ras dan negara dan untuk

Page 15: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

14

umat Islam khususnya untuk kembali mendalami lagi ajaran agamanya secara

benar dan komprehensif, terutama nilai-nilai moderat yang terkandung dalam

Islam.

2. Persamaan Framing dari Kompas.com dan Republika.co.id

a) Problem Identification

Setelah sebelumnya pembahasan tentang perbedaan framing dari kedua media

yang diteliti, namun ternyata dari kedua media ini memiliki kesamaan yakni

menganggap bahwa terorisme merupakan ancaman serius untuk negara terlepas

apa motif yang ada dibaliknya, melihat dampak yang dihasilkan sangat merugikan

seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari rasa duka sampai menimbulkan

ketakutan dan keresahan masayarakat, selain itu pelanggaran HAM yang cukup

banyak pada aksi teror, dan mengancam kerukunan umat beragama karena teror

bom Surabaya khususnya menjadikan rumah ibadah sebagai sasarannya.

b) Treatment Recommendation

Kedua media tersebut memiliki kesamaan framing dalam poin penyelesaian

masalahnya yang ditujukan kepada pihak yang berwenang, baik pemerintah

ataupun aparat keamanan agar bertindak serius dalam menanggulangi tragedi bom

Surabaya, serius dalam arti bertindak tegas,cepat dan tuntas dalam

penanggulangannya, salah satu penanggulangan yang diekankan disini adalah

penangkapan dalang atau aktor intelektual dari aksi teror ini, bukan hanya

mengungkap aktor operasionalnya saja, namun masih dalam koridor HAM, yang

mana terduga teroris tidak langsung ditembak mati di tempat kejadian perkara,

untuk kepentingan pencegahan potensi aksi teror yang akan datang.

3. Framing umum dan alasan dibalik framing Kompas.com dan

Republika.co.id mengenai isu terorisme pada tragedi bom Surabaya

Secara garis besar Kompas.com menganggap bahwa aksi teror bom Surabaya

merupakan permasalahan teologi, berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia

teologi memiliki arti pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat-sifat tuhan, dasar-

dasar kepercayaan pada tuhan dan agama terutama berdasarkan pada kitab suci),23

23 B.F Drewes & Julianus Mojau, Apa Itu Teologi?: Pengantar ke Dalam Ilmu Teologi, BPK

Gunung Mulia, Jakarta, 2007, hal 16

Page 16: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

15

maka pada konteks ini permasalahan terletak pada pemahaman keagamaan pelaku

yang yang menganggap aksi teror sebagai Jihad yang mana hal itu merupakan

syariat Islam, framing yang senada juga pernah dilakukan Kompas dalam framing

agama pada pemberitaan terorisme periode Juli 2009 – Maret 2010, pada periode

tersebut terjadi tragedi bom hotel JW Marriot, pada peemberitaannya Kompas

menitikberatkan pemahaman pelaku tentang Jihad sebagai penyebab utama aksi

teror.24

Melihat pada ideologi atau alasan dibalik framing yang dilakukan Kompas

dapat dilihat dari bagaimana sikap media tersebut dalam melihat sebuah fenomena

dan hal tersebut tertera pada tagline yang digaungkan, untuk hal ini Kompas

memiliki tagline “Jernih melihat dunia” dengan penjelasan bahwa melihat sebuah

fenomena dengan perspektik objektif, dalam konteks framing aksi teror bom

Surabaya penulis menganggap bahwa nilai objektifitas yang menjadi dasar utama,

karena kalau ditelaah lebih jauh bahwa aksi teror dikarenakan aksi radikalis

agama merupakan pandangan yang objektif karena fakta yang dikemukakan oleh

kepolisian bahwa aksi teror bom Surabaya terkait dengan kelompok teroris yang

berafiliasi dengan ISIS yang memiliki tujuan menegakan negara Islam dengan

cara teror yang diyakini sebagaai Jihad oleh kelompok tersebut, terlepas dengan

akses informasi yang terbatas dalam kasus terorisme, hanya polisi yang menjadi

pusat informasi yang diandalkan.

Selain itu Jakob Oetama menyampaikan dalam tulisannya tepat pada hari jadi

harian Kompas yang ke 45, yang bertajuk “Merajut Nusantara, Menghadirkan

Indonesia”25 yang juga menjadi misi Kompas itu sendiri, melihat pada misi

tersebut menandakan kompas merupakan media yang menjunjung tinggi

kebhinekaan, dengan framing Kompas pada berita bom Surabaya yang didapati

peneliti bahwa peristiwa tersebut merupakan aksi radikalis agama, makna yang

tersirat adalah bahwa Kompas seakan memberikan peringatan kepada masyarakat

24 Zakiyah, Agama Dalam Konstruksi Media Massa: Studi Terhadap Framing Kompas dan

Republika pada Berita Terorisme, Analisa Journal of Social and Religion, Volume 22 No 01 Juni

2015, Balai penelitian dan Pengembangan Agama, Semarang 25 https://nasional.kompas.com/read/2017/09/14/11520681/kompascom-%20reborn-2008-dan-

satu-jiwa-visi-jakob-oetama?page=all, diposting pada 14 November 2017 pukul 11.52 WIB,

diakses pada 26 November 2018 pukul 02.15 WIB

Page 17: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

16

bahwa sebagai bangsa yang berbhineka seharusnya tidak menjadikan agama

sebagai alat untuk merusak kebhinekaan itu sendiri, karena masih banyak

kesamaan nilai-nilai pada agama-agama yang ada di Indonesia, maka tidak perlu

mempermasalahkan perbedaannya apalagi sampai melakukan tindakan kriminal.

Sedangkan, Republika.co.id secara garis besar menganggap bahwa aksi teror

bom Surabaya merupakan permasalahan politik, politik merupakan segala

kegiatan yang diarahkan dengan tujuan untuk mendapatkan maupun

mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat,26 bicara tentang kekuasaan erat

kaitannya dengan legitimasi masyarakat, legitimasi merupakan keyakinan

masyarakat bahwa wewenang yang ada pada seseorang, kelompok, atau penguasa

adalah wajar dan patut dihormati, dengan asas-asas yang sudah diterima dalam

masyarakat.27 dalam hal ini Republika menganggap adanya pihak yang ingin

medelegitimasi agama Islam di mata masyarakat dengan merusak citra agama

Islam sebagai motif aksi teror ini agar masyarakat tidak mempercayai nilai-nilai

agama Islam sebagai asas dalam kehidupan.

Republika yang secara historis erat kaitannya dengan organisasi islam, dan

secara kelembagaan pun dengan gamblang mendeklarasikan dirinya sebagai

media yang diperuntukkan kalangan umat Islam, dengan dasar visi media ini yang

secara harfiah mengatakan republika sebagai “koran umat”, umat yang dimaksud

tentu saja umat Islam, maka tidak heran apabila frame yang dibangun merupakan

pembelaan terhadap perwajahan umat Islam yang tentu tercoreng dengan aksi

teror yang terjadi, dengan menganggap bahwa pelaku teror merupakan pihak

yang ingin mencoreng citra Islam Adapun perbedaan maupun persamaan frame

antara kedua media akan dijelaskan pada poin selanjutnya, berdasarkan keempat

konsep framing Robert Entman.

Kesimpulan

26 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia Widasarana Indonesia, Yogyakarta, hal 2 27 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal 65

Page 18: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

17

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis framing isu

terorisme dalam pemberitaan bom Surabaya di portal berita Kompas.com dan

Republika.co.id, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Framing yang dibangun Kompas.com yaitu menganggap bahwa aksi

terorisme bom Surabaya merupakan permasalahan teologi, dikarenakan

permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya teror menurut hasil analisis

peneliti merupakan pemahaman radikal berbasis agama, sedangkan framing

yang dibangun Republika.co.id yaitu menganggap bahwa aksi terorisme bom

Surabaya merupakan masalah politik agama, dengan menganggap bahwa aksi

teror ini merupakan aksi yang ingin hancurkan citra Islam, di samping itu,

persamaan frame dari kedua media ini, keduanya menganggap bahwa

terorisme merupakan ancaman serius untuk negara

2. Alasan kompas.com membangun framing seperti pada poin sebelumnya

dikarenakan nilai kebhinekaan yang menjadi ideologi kompas.com dalam

membuat produk jurnalistiknya sehingga berita-berita yang dibuat seolah

menjadi peringatan kepada umat beragama agar tidak menggunakan ajarannya

untuk menghancurkan persatuan, sedangkan Republika yang secara gamblang

mendeklarasikan diri sebagai media yang diperuntukkan untuk kalangan umat

Islam melalui visi maupun secara historisnya, sehingga Framing yang

dibangun bertujuan untuk menyenangkan hati para pembacanya yang

mayoritas merupakan kalangan umat islam.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan kepada

peneliti lain yang memiliki kesamaan jenis penelitian maupun kesamaan topik dan

kepada kedua media yang menjadi subjek penelitian sebagai berikut:

1. Peneliti yang memliki kesamaan dalam jenis penelitian ini diharapkan dapat

mewawancarai pihak media sebagai produsen berita tersebut, untuk

mengkonfirmasi hasil temuannya dan mengungkap alasan dibalik framing

tersebut maupun adanya frame lain yang luput oleh peneliti pada peristiwa

yang sama.

Page 19: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

18

2. Simpang siurnya berita tentang terorisme membuat masyarakat membutuhkan

pemberitaan yang obyektif dan kredibel, maka baik Kompas maupun

Republika diharapkan untuk tidak memjadikan peristiwa ini untuk

kepentiangan masing-masing media semata, karena terorisme bukanlah

peristiwa kriminal biasa.

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini merupakan sebatas analisis teks media saja,karena

keterbatasan peneliti dalam mengakses pembuat berita yang dianalisis sehingga

adanya keterbatasan dalam mengungkap alasan dibalik framing yang menjadi

temuan peneliti dalam penelitian ini, adapun alasan di balik framing yang ada

dalam penelitian ini bersumber dari teks.

Page 20: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

19

Daftar Pustaka

Adam W. Sukarno, (2011) Dilema Peliputan Terorisme dan Pergeseran Pola

Framing Berita Terorisme di Media Massa, Jurnal ilmu sosial dan ilmu

politik, volume 14, nomor 3 (333-348) ISSN 1410-4946, Universitas

Gadjah Mada.

Agus Sudibyo, (2001), Politik Media dan Pertarungan Wacana, LKiS,

Yogyakarta

Asep Syamsul MR, (2003) Jurnalistik praktis untuk pemula, Remaja

Rosdakarya, Bandung

Asep Syamsul MR, (2012), Jurnalistik Online Panduan Praktis Mengelola

Media Online, Nuansa Cendekia, Bandung

B.F Drewes & Julianus Mojau, (2007) Apa Itu Teologi?: Pengantar ke Dalam

Ilmu Teologi, BPK Gunung Mulia, Jakarta,

Burhan Bungin, (2008), Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana, Jakarta,

Cangara Hafied, (2009) Komunikasi Politik, Rajawali pers, Jakarta

Eriyanto, (2002) Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,

LKIS, Yogyakarta,

Gaye Tuchman, (1999) Metode Kualitatif dalam Pemberitaan, Jurnal ikatan

Sarjana komunikasi Indonesia, No.3,

Jalaluddin Rakhmat, (2009), Psikologi Komunikasi, Rosdakarya, Bandung

Janet Steele, (2018) Mediating islam: Jurnalisme kosmopolitan di Negara-

negara Muslim Asia Tenggara, Bentang, Yogyakarta

Junarto Imam Prakoso, (1999), Sikap netralitas Pers terhadap Pemerintahan

Habibie, Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 3

Leonardo Budi, (2012), Teori Organisasi Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah,

Jurnal Universitas Pandanaran Semarang, Vol 10 No 24

Lexy J. Moleong, (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung

Luqman Hakim, (2004) Terorisme di Indonesia, Forum Studi Islam Surakarta,

Surakarta

Marhaeni Fajar, (2009), Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, Graha ilmu,

Yogyakarta

Miriam Budiarjo, (2008), Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta,

Muhammad Ishar Helmi, (2013), Penerapan Azas “Equality Before The Law”

Dalam Sistem Peradilan militer, Jurnal Cita Hukum Vol 1 No 2

Mursito BM, (1999), Penulisan Jurnalistik, Spikom, Surakarta

Mursito BM, (2006), Memahami Institusi Media, Lindu Pustaka, Surakarta

Nurudin, (2013), Pengantar Komunikasi Massa, Rajawali Press, Jakarta,

Obsatar, Prayitno, Ian, (2018) Terorisme Kanan Indonesia, Elex Media

Komputindo, Jakarta

Pawito, (2008), Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKIS, Yogyakarta

Rakhmat Kriyantono, (2006), Teknis Praktis Riset Komunikasi, kencana,

Jakarta,

Page 21: JURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME ... D0214062.pdfJURNAL BINGKAI PEMBERITAAN ISU TERORISME DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Isu Terorisme pada Pemberitaan Tragedi Bom Surabaya

20

Ramlan Surbakti, (1992) Memahami Ilmu Politik, Gramedia Widasarana

Indonesia, Yogyakarta,

Romika Junaidi, (2014), Terorisme di Media Baru Indonesia (Analisis

framing pemberitaan pemberitaan terorisme di portal berita

Republika.co.id dan Kompas.com tahun 2005-2013), Universitas Gadjah

Mada,

Stanley J Baran, (2008) Pengantar komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta

Totok Djuroto, (2000) Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosdakarya,

Bandung,

Wiryanto, (2004) Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta

Yulia Widayani, (2012), Terorisme Dalam Media Massa (Analisis media

framing terhadap berita dan tajuk seputar aksi terorisme di Norwegia pada

harian umum Kompas, Republika, dan Jawa pos, periode Juli-Agustus

2011), Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,

Universitas Sebelas Maret,

Zakiyah, (2015), Agama Dalam Konstruksi Media Massa: Studi Terhadap

Framing Kompas dan Republika pada Berita Terorisme, Analisa Journal

of Social and Religion, Volume 22 No 01, Balai penelitian dan

Pengembangan Agama, Semarang