JURNAL AWAL POTENSIO
-
Upload
komang-dewi-triastuti -
Category
Documents
-
view
33 -
download
1
description
Transcript of JURNAL AWAL POTENSIO
JURNAL AWAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
POTENSIOMETRI (PENGUKURAN POTENSIAL)
OLEH:
KELOMPOK IV
GOLONGAN I
Ni Made Suryaningsih (1308505011)
Ni Komang Dewi Triastuti (1308505012)
Tiara Maharani (1308505013)
I Gusti Ayu Agung Santhi Rahmaryani (1308505014)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
0
PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN POTENSIAL)
I. TUJUAN
1.1 Membuat kurva hubungan potensial (mV) dengan volum pentiter.
1.2 Menentukan titik akhir titrasi.
1.3 Menghitung kadar zat.
II. DASAR TEORI
2.1 Asam Oksalat
Asam oksalat memiliki rumus molekul C2H2O4. Asam oksalat
mengandung tidak kurang dari 99,5% C2H2O4. Asam oksalat berbentuk
hablur, tidak berwarna, larut dalam air dan etanol (95%) P. Penetapan kadar
asam oksalat dilakukan dengan menimbang asam oksalat kurang lebih 3
gram, dilarutkan dalam 50 mL air bebas CO2 P, dititrasi dengan NaOH 1 N
menggunakan indikator fenolftalein P (Depkes RI, 1979).
Gambar 1. Rumus Bangun Asam Oksalat (Sukmanawati, 2009).
2.2 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 100,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, mengandung
Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%. Natrium hidroksida berbentuk serpihan atau
batang atau bentuk lain, berwarna putih, massa melebur, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbon dioksida dan lembab, mudah larut dalam air dan dalam etanol netral
serta disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
1
Gambar 2. Struktur molekul Natrium Hidroksida (Myers, 2007)
2.3 Asam Klorida
Asam Klorida mengandung tidak kurang dari 35 % dan tidak lebih
dari 38 % HCl. Pemerian dari asam klorida yaitu berupa cairan tidak
berwarna, berasap, mudah menguap, bau merangsang. Jika diencerkan
dengan dua bagian air asap akan hilang (Depkes RI, 1979).
2.4 Fenolftalein
Fenolftalein tidak mengandung kurang dari 98 % dan tidak lebih dari
101 % C20H14O4 dihitung terhadap zat yang telah diberikan. Pemerian
serbuk: putih atau putih kekuningan lemak, tidak berbaru, stabil di udara
(Depkes RI, 1995). Fenolftalein merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan pada titrasi asam basa. Indikator Fenolftalein (pp) yang
memiliki dua bentuk tautomer yaitu bentuk benzenoid dan quinoid. Bentuk
benzenoid yang tidak berwarna (colourless) akan terbentuk dalam suasana
asam sedangkan bentuk quinoid yang berwarna merah muda akan
terbentuk pada suasana basa. Sehingga, dengan adanya perubahan pH dari
rentang pH asam ke rentang pH basa, akan terjadi perubahan warna karena
adanya perubahan bentuk indikator pp sesuai dengan gambar berikut
(Ahluwalia et al., 2005).
2
Gambar 3. Proses Tutomerisasi Phenolphthalein (Ahluwalia et al., 2005)
Perubahan warna indikator dari suasana asam ke suasana basa tidak
terjadi tiba-tiba, melainkan akan terjadi pada rentang pH tertentu yang
dikenal sebagai rentang pH indikator. Setiap indikator memiliki rentang
pH tersendiri dan biasanya sekitar dua unit pH. Sebagai contoh adalah
indikator phenolphthalein yang memiliki rentang pH 8,3-10,0 (Ahluwalia
et al., 2005)
2.5 Potensiometri (Pengukuran Potensial)
Potensiometri merupakan bagian dari teknik analisa elektrokimia,
dimana beda potensial dua elektroda yang tidak terpolarisasi diukur pada
kondisi arus mendekati nol. Pengukuran perbedaan potensial antara dua
elektroda (elektroda indikator dan elektroda pembanding (reference)) pada
kondisi arus mendekati nol bertujuan untuk mendapatkan informasi analitik
tentang komposisi kimia dari larutan (Laili, 2013). Prinsip potensiometri
didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda indikator dan
elektroda yang dicelupkan pada larutan. Mengukur potensial pada elektroda
indikator harus digunakan elektroda standar yaitu berfungsi sebagai
pembanding yang mempunyai harga potensial tetap selama pengukuran
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode yang digunakan dalam potensiometri yaitu pertama
potensiometri langsung yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari
suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam
3
pengukuran pH larutan air. Metode kedua titrasi langsung dimana ion dapat
dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel,
diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu
potensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam
larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis
kimia (Basset et al., 1994).
Pengukuran potensial sel tergantung pada konsentrasi ion-ion tertentu
dalam larutan. Konsentrasi ion dalam larutan dapat dihitung secara langsung
dari harga potensial yang diukur, dengan menggunakan persamaan Nerst.
Persamaan Nernst ini sangat penting karena persamaan ini menentukan
potensial elektroda suatu sistem redoks sebagai suatu fungsi konsentrasi
bentuk teroksidasinya dan tereduksinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Keterangan :
E = potensial (V), diperoleh dari elektroda hidrogen normal
E0 = potensial normal
Z = jumlah elektron yang terlibat dalam proses redoks
aOx = aktivita bentuk teroksidasi
aRed = aktivita bentuk tereduksi
(Roth dan Blaschke, 1994)
2.6 Elektroda indikator
Elektroda merupakan sistem dua fase yang terdiri atas sebuah
pengantar elektronik (misalnya logam) dan sebuah pengantar ionik (larutan)
(Gandjar dan Rohman, 2007). Elektroda dibagi menjadi dua yakni elektroda
indikator dan elektroda pembanding di mana diantara ke dua elektroda
terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan elektrolit yang di
dalamnya terdapat transport ion arus. Elektroda indikator merupakan
pasangan elektroda pembanding yang potensialnya tergantung pada konsentrasi
4
E = E0 +
zat yang sedang analisis (Hilaliyah, 2013). Sedangkan elektroda pembanding
adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran energi
potensialnya tetap konstan (Roth dan Blaschke, 1994).
Elektroda indikator untuk pengukuran potensiometri terdiri dari tiga
jenis yaitu elektroda ion logam-logam, elektroda lembam (inert) dan
elektroda indikator selektif ion. Sedangkan elektroda pembanding terdiri
dari elektroda hidrogen baku, elektroda kalomel, elektroda perak-perak
klorida (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 1. Alat Pengukur Potensial (Roth dan Blaschke, 1994)
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
- Labu takar 25 ml, 50 ml.
- Pipet ukur 1 ml, 5 ml dan 10 ml
- Pipet tetes
- Labu erlenmeyer 100 ml
- pH meter
- Buret
- Statif
- Ball filler
- Tissue
- Lap
- Elektrode gelas
- Batang pengaduk
- Sendok tanduk
5
3.2 Bahan
- Larutan NaOH 0,1 N
- Larutan HCl 0,1 N
- Aquades
- Asam oksalat
- Indikator PP
6
IV. PERHITUNGAN
IV.1 Penyiapan Larutan
IV.1.1 Larutan NaOH 0,1 N
Diketahui : Normalitas NaOH = 0,1 N
Volome NaOH = 100 mL
BM NaOH = 40 gram/mol
Ditanya : Massa NaOH yang ditimbang = . . . ?
Perhitungan
N = M x ek
M = N : ek
= 1grek/L : 1 grek/mol = 0,1 M
M = x
0,1M = x
massa = 0,4 gram
Jadi untuk membuat konsentrasi 0,1 N diperlukan 0,4 gram NaOH.
IV.1.2 Larutan Asam Oksalat 0,1 N
Diketahui : Normalitas asam oksalat = 0,1 N
Volume asam oksalat = 25 mL
BM asam oksalat = 126,07 gram/mol
Ditanya : Masaa Asam Oksalat yang ditimbang = . . . . ?
Perhitungan
N = M x ek
M = N : ek
= 1 grek/L : 2 grek/mol = 0,05 M
M = x
7
0,05 M = x
Massa = 0,1575 gram
Jadi untuk membuat konsentrasi 0,1 N diperlukan 0,1575 gram Asam
Oksalat.
4.1.3 Larutan HCl 0,1 N
Diketahui : Normalitas HCl = 0,1 N
Volume larutan = 25 mL
BM HCl = 36,5 gram/mol
Bobot jenis HCl = 1,19 gram/mL
Ditanya : Volume HCl yang dipipet = . . . . ?
Perhitungan:
HCl yang tersedia = 37 % b/b
= x 1,19 gram /mL
=
= 440,3 gram/L
N = M x ek
M = N : ek
= 1 grek/L : 1 grek/mol = 0,1 M
M = x
M = x
M = 12,06 M
M1 . V1= M2 . V2
8
12, 06 M . V1 = 0,1 M . 25 mL
V2 = 0, 207 mL
V2 = 0, 21 mL
Jadi untuk membuat konsentrasi 0,1 N diperlukan 0,21 mL HCl.
V. PELAKSANAAN PERCOBAAN
5.1 Prosedur Kerja
5.1.1 Penyiapan Larutan
a. Penyiapan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,4 gram NaOH dengan beaker glass.
Ditambahkan aquadest secukupnya dan diaduk sampai larut.
Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan
aquadest sampai tanda batas 100 mL kemudian digojog hingga
homogen.
b. Pembuatan larutan Asam Oksalat 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,1575 gram asam oksalat kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan aquadest
sebanyak 25 mL dan aduk sampai larut.
c. Pembuatan larutan HCL 0,1 N
Ditambahkan aquadest ke dalam labu ukur 25 mL, kemudian
dipipet sebanyak 0,21 mL HCl 37% b/b. Ditambahkan kembali
aquadest sampai tanda batas 25 mL kemudian di gojog hingga
homogen.
5.1.2 Pengukuran
a. Standarisasi NaOH
Larutan asam oksalat 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL ke dalam
erlenmeyer. Ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein ke
9
erlenmeyer. Ke dalam buret dimasukkan larutan NaOH 0,1 N.
Larutan asam oksalat kemudian dititrasi hingga terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda stabil. Dicatat volume NaOH
yang digunakan. Dilakukan pengulangan titrasi sebanyak 2 kali.
b. Kalibrasi Alat Potensiometer
Potensiometer dihubungkan dengan sumber listrik. Elektroda
gelas yang dicuci dengan sedikit aquadest dan dibersihkan dengan
tissu. Alat diatur agar menunjukkan nilai potensial. Selanjutnya
alat dikalibrasi dengan mencelupkan elektroda gelas pada beker
yang berisi larutan stok yang bersuasana (memiliki pH) basa,
netral dan asam. Tiap pergantian larutan, elektroda gelas dicuci
dengan aquadest.
c. Penyiapan Buret
Buret yang sudah bersih dipasang pada statif dengan baik. Buret
diisi dengan NaOH sesuai kebutuhan.
d. Titrasi Asam-Basa
Diambil HCl sebanyak 10 mL dengan pipet 10 mL. Dimasukkan
kedalam labu erlenmeyer 25 mL. Dilakukan titrasi dengan
penambahan volume pentiter sesuai buku petunjuk praktikum
pada table penambahan pentiter.
5.2 Skema Kerja
5.2.1 Penyiapan Larutan
a. Penyiapan Larutan NaOH 0,1 N
10
b. Pembuatan larutan Asam Oksalat 0,1 N
c. Pembuatan larutan HCL 0,1 N
5.2.2 Pengukuran
a. Standarisasi NaOH
11
b. Kalibrasi Alat Potensiometer
c. Penyiapan Buret
d. Titrasi Asam-Basa
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Bassett. J., R. C. Denney, G. H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roth, H. J. dan G. Blaschke. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Hilaliyah, S. N. 2013. Penggunaan Metode Potensiometri dan Spektrometri Untuk Mengukur Kadar Spesi Nitrogen (Nitrat: NO3- dan Amonium: NH4+) Dalam Tanah Pertanian dengan Tiga Ekstraktan (Skripsi). Jember: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Laili, C. A. 2013. Penggunaan Metode Potensiometri dan Spektrometri Untuk Pengukuran Kadar Logam Natrium dan Kalium Dalam Tanah Pertanian dengan Menggunakan Tiga Ekstraktan (Skripsi). Jember: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
14