Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

10
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 27 PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) Endang, S.E.,M.M Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan PT Mayora Indah Tbk bila diukur dengan pendekatan Economic Value Added (EVA).Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menganalisis data sekunder yaitu laporan keuangantahun 2012 s.d. 2014. Dari hasil analisis datamenunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan PT. Mayora Indah Tbk pada tahun 2012 dan tahun 2013 dalam keadaan baik karena nilai EVA yang diperoleh lebih besar dari nol (EVA>0) sehingga terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan stakeholder terutama investor.Sedangkan pada tahun 2014 dalam keadaan kurang baik karena nilai EVA yang diperoleh lebih kecil dari nol (EVA<0) sehingga tidak memberikannilai tambah bagi perusahaan. Masalah ini disebabkan karena NOPAT mengalami penurunan dan pada komponen modal (WACC) yang ditanggung oleh perusahaan yang mempengaruhi aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Capital Charges) akan mengalami peningkatan. Kata kunci: Pengukuran, Kinerja Keuangan, Economic Value Added (EVA) 1.1 Latar Belakang Investasi yang ditanamkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang menguntung pada masa yang akan datang.Dengan dasar tersebut maka perusahaan sebelum pengambilan keputusan investasi, harus melakukan penilaian atas kondisi keuangan terutama pada pelaporan keuangan untuk memstikan bahwa dana yang ada tersedia untuk hal tersebut. Salah satu aspek yang akan dinilai oleh investor adalah kinerja keuangan. Di Era pasar bebas, informasi terutama informasi keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan digunakan untuk menilai kemampuan atau keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran kinerja perusahaan yang relevan dan akurat, adapun yang dimaksud dengan pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Investor yang berminat untuk membeli saham maupun obligasi suatu perusahaan tidak hanya akan melihat bagaimana pergerakan saham secara historis akan tetapi performance atau kinerja keseluruhan perusahaan juga harus diukur. Dengan kata lain, setelah mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan seorang investor dapat memutuskan untuk berinvestasi atau tidak. Pengukuran kinerja sudah mendapat perhatian sejak lama yakni sejak kapitalisme industri itu dimulai. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja keaungan yang mendasarkan pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional, seperti rasio profitabilitas memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu Economic Value added (EVA). Menurut Rudianto (2013:217), Economic Value Added (EVA) adalah suatu pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua faktor- faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya. Sebaliknya, EVA yang negatif menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal. PT Mayora Indah Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman selalu melakukan perbaikan dan inovasi seiring dengan perkembangan yang dialami oleh perusahaan, perusahaan dianggap perlu melakukan analisis kinerja keuangan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi atau kondisi keuangan yang terjadi pada perusahaan. Dewasa ini upaya yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan adalah meningkatkan pendapatan dari pengelolaan usaha, dimana dengan adanya peningkatan pendapatan maka akan mempengaruhi profit, yang pada gilirannya akan menunjang kontinuitas dari pengelolaan usaha. Salah satu cara yang digunakan oleh PT Mayora Indah Tbk adalah meningkatkan

Transcript of Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Page 1: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 27

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

Endang, S.E.,M.M

Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan PT Mayora Indah Tbk bila diukur dengan pendekatan Economic Value Added (EVA).Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menganalisis data sekunder yaitu laporan keuangantahun 2012 s.d. 2014. Dari hasil analisis datamenunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan PT. Mayora Indah Tbk pada tahun 2012 dan tahun 2013 dalam keadaan baik karena nilai EVA yang diperoleh lebih besar dari nol (EVA>0) sehingga terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan stakeholder terutama investor.Sedangkan pada tahun 2014 dalam keadaan kurang baik karena nilai EVA yang diperoleh lebih kecil dari nol (EVA<0) sehingga tidak memberikannilai tambah bagi perusahaan. Masalah ini disebabkan karena NOPAT mengalami penurunan dan pada komponen modal (WACC) yang ditanggung oleh perusahaan yang mempengaruhi aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Capital Charges) akan mengalami peningkatan. Kata kunci: Pengukuran, Kinerja Keuangan, Economic Value Added (EVA) 1.1 Latar Belakang

Investasi yang ditanamkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang menguntung pada masa yang akan datang.Dengan dasar tersebut maka perusahaan sebelum pengambilan keputusan investasi, harus melakukan penilaian atas kondisi keuangan terutama pada pelaporan keuangan untuk memstikan bahwa dana yang ada tersedia untuk hal tersebut. Salah satu aspek yang akan dinilai oleh investor adalah kinerja keuangan. Di Era pasar bebas, informasi terutama informasi keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan digunakan untuk menilai kemampuan atau keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran kinerja perusahaan yang relevan dan akurat, adapun yang dimaksud dengan pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Investor yang berminat untuk membeli saham maupun obligasi suatu perusahaan tidak hanya akan melihat bagaimana pergerakan saham secara historis akan tetapi performance atau kinerja keseluruhan perusahaan juga harus diukur. Dengan kata lain, setelah mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan seorang investor dapat memutuskan untuk berinvestasi atau tidak. Pengukuran kinerja sudah mendapat perhatian sejak lama yakni sejak kapitalisme industri itu dimulai. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja keaungan yang mendasarkan pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional, seperti rasio

profitabilitas memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu Economic Value added (EVA).

Menurut Rudianto (2013:217), Economic Value Added (EVA) adalah suatu pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya. Sebaliknya, EVA yang negatif menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.

PT Mayora Indah Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman selalu melakukan perbaikan dan inovasi seiring dengan perkembangan yang dialami oleh perusahaan, perusahaan dianggap perlu melakukan analisis kinerja keuangan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi atau kondisi keuangan yang terjadi pada perusahaan. Dewasa ini upaya yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan adalah meningkatkan pendapatan dari pengelolaan usaha, dimana dengan adanya peningkatan pendapatan maka akan mempengaruhi profit, yang pada gilirannya akan menunjang kontinuitas dari pengelolaan usaha. Salah satu cara yang digunakan oleh PT Mayora Indah Tbk adalah meningkatkan

Page 2: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 28

efektivitas pengelolaan manajemen, sebab dengan adanya peningkatan efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan, maka akan mendorong pencapaian tujuan dan sasaran. Pentingnya pengelolaan efektivitas manajemen perusahaan dalam peningkatan kinerja keuangan, maka perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan yang telah dicapai oleh PT Mayora Indah Tbk, untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan melakukan

penilaian perusahaandengan pendekatan melalui metode Economic Value Added (EVA), yang diukur dengan menggabungkan perolehan nilai dengan biaya yang digunakan untuk memperoleh nilai tambah. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian mengenai kinerja keuangan yang telah dicapai, perlu adanya laporan keuangan. Berikut data laba dan modal PT Mayora Indah Tbk periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

Tabel 1. Data Perolehan Laba Bersih dan Penggunaan ModalTahun 2012 – 2014 (Dalam Rupiah )

Tahun Laba Bersih Modal

2012 Rp. 744.428.404.309 Rp. 3.067.850.327.238

2013 Rp. 1.013.558.238.779 Rp. 3.893.900.119.177

2014 Rp. 409.828.768.594 Rp. 4.100.554.992.789

Sumber: Laporan Tahunan PT Mayora Indah Tbk, Tahun 2015

Dari perolehan laba dan penggunaan modal di atas, tahun 2013 menunjukkan laba lebih besar dari tahun 2012 begitu juga dengan penggunaan modalnya semakin besar pula, namun untuk tahun 2014 hampir 60% laba mengalami penurunan tetapi penggunaan modalnya mengalami kenaikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan, sebagai tolak ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA). EVA adalah ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut.

Dari hal itu, investor yang hendak berinvestasi harus memahami atau melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap perusahaan yang akan menjadi sasaran, sehingga akan dapat diketahui kondisi perusahaan atau kekuatan saham yang di miliki oleh perusahaan tersebut dan dokumen yang diperoleh dapat dijadikan acuan sebagai gambaran dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti Evaluasi Kinerja Keuangan PT Mayora Indah Tbk Melalui Pendekatan Dengan MetodeEconomic Value Added (EVA). 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan perrmasalahan diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu : Bagaimana kinerja keuangan PT. Mayora Indah, Tbk. dapat diukur dengan menggunakan pendekatan metode economic value added (EVA)?

2. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kinerja Keuangaan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi strategi, dan segala inisiatif, perusahaan dalam memperbaiki laba perusahaan dengan menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melaui serangkaian indikator sebab akibat yang penting bagi organisasi. Agus (2008:16), berpendapat bahwa kinerja keuangan bagi suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri.

Guna mengetahui tingkat kinerja suatu perusahaan dilakukan serangkaian tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi. Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung tugas-tugas untuk mengukur bebagai aktivitas tingkat organsiasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi secara komprehensip mulai dari perbaikan perencanaan, perbaikan proses, perbaikan evaluasi Hasil evaluasi selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan “perencanaan proses evaluasi” selanjutnya perencanaan proses evaluasi harus dilakukan secara terus menerus (continuous process improvement) agar faktor strategi dapat tercapai.

Page 3: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 29

2.1.2. Pengukuran Kinerja Keuangan Dalam konteks persaingan “one man show” peran tolak ukur dari informasi keuangan masih representatif karena hampir seluruh aktivitas operasional masih controllable, pengukuran kinerja secara obyektif dapat dilakukan dengan membandingkan harga output (exit value) dengan harga input (entry value).

Yuwono (2005:23), mengemukakan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada tahap perusahaan. Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut: a) Menelusuri kinerja terhadap harapan

pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

b) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

c) Mengidentifikasi pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.

d) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

e) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.

Hasil pengukuran tersebut kemudian

digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tantang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.Alat ukur kinerja yang dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya dalam jangka panjang, diantaranya: 1) EVA (Economic Value Added) 2) Residual Income 3) Biaya Modal (Cost of Capital) 2.2. Konsep Economic Value Added (EVA) 2.2.1. Pengertian Economic Value Added (EVA) Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. EVA merupakan salah satu ukuran kinerja operasional yang dikembangkan pertama kali oleh G. Bennet Stewart & Joel M. Stren. Tahun 1993. Di Indonesia metode EVA dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). Menurut Tunggal (2008:1) Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan

bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Sedangkan menurut Warsono (2002;46), EVA adalah perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya.EVA merupakan suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu.

Perusahaan apabila memiliki nilai EVA positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya.Sebaliknya apabila EVA negatif, maka perusahaan mengalami distructing atau destroying value. Berikut formulasi Economic Value Added, Tunggal (2008:27) sebagai berikut : Dimana: EVA = Economic Value Added NOPAT =Net Operating After Tax WACC = Weighted Average Cost of Capital

EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham, oleh karena itu manajer yang menitik beratkan pada pengukuran dengan metode EVA dalam memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

Young (2005:45), menambahkan bahwa pendekatan nilai EVA adalah unik dimana hal itu adalah satu-satunya yang menggabungkan semua informasi mengenai perusahaan termasuk yang berikut: a) Penjualan dan pertumbuhan pangsa pasar b) Kepuasan pelanggan c) Hubungan dengan pemasok d) Produktivitas buruh dan hubungan buruh e) Pajak f) Bunga dan pembayaran hutang pokok kepada

pemberi pinjaman g) Reputasi dengan bank dan peminjam lainnya 2.2.2. Pengertian NOPAT ( Net Operating After Tax) Menurut Tunggal (2008:4), NOPAT merupakan laba bersih setelah pajak, mengukur laba yang diperoleh perusahaan dan operasi bersih. NOPAT pada dasarnya merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh dari modal yang ditanam dan biaya modal adalah biayadari modal yang ditanamkan, maka NOPAT dan biaya modal bisa dirumuskan sebagai berikut: Dimana : EBIT = Earning Before Interest and Tax (laba

bersih sebelum bunga dan pajak).

EVA = NOPAT – Capital charges Atau = NOPAT – ( WACC x Invested capital )

NOPAT = EBIT - TAX

Page 4: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 30

2.2.3. Pengertian Invested Capital Menurut Tunggal(2008:5),Invested capital merupakan hasil penjabaran perkiraan dalam neraca untuk melihat besarnya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditur dan seberapa besar modal yang diinvestasikan dalam aktivitas perusahaan. Invested capital dihitung dari jumlah hutang bank jangka pendek, pinjaman bank atau sewa guna usaha yang jatuh tempo dalam satu tahun, kewajiban pajak tangguhan, kewajiban jangka panjang atas aktiva perusahaan dan ekuitas.

2.2.4 Konsep WACC (Weighted Average Cost Of Capital)

Menurut Young (2005:49), mendefinisikan bahwa biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau modal yang dipakai) dikalikan rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal – utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar, maka WACC bias dirumuskan sebagai berikut : Dimana:

Tingkat Modal (D) = Total Hutang

X 100% Total Hutang & Ekuitas

Cost of Debt (rd) = Beban bunga

X 100% Total Hutang

Tingkat Modal &

Ekuitas (E) =

Total Ekuitas X 100%

Total Hutang & Ekuitas

Cost of Equity (re) = Laba Bersih Setelah Pajak

X 100% Total Ekuitas

Tingkat Pajak (Tax) = Beban Pajak

X 100% Laba Bersih Sebelum Pajak

2.2.5 Konsep Capital Charges Capital charges diperoleh dengan cara mengkalikan WACC (Weighted Average Cost of Capital) dengan Invested capital. Capital charges menunjukkan seberapa besar kesempatan modal yang telah di investasikan kreditur. Tunggal (2008:3), menambahkan Capital charges merupakan aliran kas yang dibutuhkan untuk

mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan. 2.3 Kriteria Economic Value Added (EVA) Widayanto (2004:50), mengemukakan bahwa untuk melihat apakah dalam perusahaan telah terjadi penciptaan nilai atau tidak, dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: a) EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah

ekonomis (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur yang mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create Value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya baik.

b) EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambah mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik.

c) EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur dan pemegang saham.

Pengukuran kriteria EVA dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2 Kriteria Pengukuran EVA Nilai Kriteria

EVA > 0 (Positif)

Menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar dari pada biaya modalnya atau berarti perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah.

EVA = 0 (Impas)

Perusahaan impas, karena semua laba yang dihasilkan perusahaan digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor baik kreditor maupun pemegang saham.

EVA < 0 (Negatif)

Menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal atau berarti perusahaan gagal menciptakan nilai tambah yang dituntut investor.

Sumber: Mirza (2008:23)

Invested Capital = Total Hutang&Ekuitas – HutangJk.

WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)}

Capital Charges = WACC x Invested Capital

Page 5: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 31

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added ( EVA )

Keunggulan yang dimiliki model EVA menurut Abdullah (2003:142), di antaranya adalah: 1. EVA merupakan alat ukur yang dapat berdiri

sendiri, tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya.

2. EVA adalah alat pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan-harapan pada pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil. Derajat keadilan EVA dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar, bukan nilai buku.

3. Model EVA dapat dipakai sebagai tolak ukur dalam pemberian bonus kepada karyawan. EVA merupakan tolak ukur yang tepat untuk menjalankan stakeholder satisfaction concept, yakni memperhatikan karyawan, pelanggan, dan pemilik modal.

Adapun kelemahan dari model EVA sebagai

berikut: 1. Secara konseptual EVA lebih unggul dari pada

pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang teknik-teknik menaksir biaya modal saham.

2. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mancapai sasaran perusahaan.

3. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak pasar modal).

4. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.

5. EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.

2.5 ManfaatEconomic Value Added ( EVA ) Manfaat yang diperolehdaripenerapan model EVA di dalamsuatuperusahaanmenurut Abdullah (2003:142), meliputi: 1. Penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk

digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).

2. Penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Metode EVA

membuat para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

3. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya.

Selain itu, manfaat utama EVA menurut

Warsono (2003:47), adalah mengatasi kesulitan dalam pengukuran kinerja eksekutif perusahaan.Hasil analisis EVA ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi bagi eksekutif dalam bentuk insentif-insentif. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT Mayora Indah T.bk yang beralamat di Jalan Tomang Raya, Telepon:021-565-5320, Fax:021-565-5323, email:[email protected], Website: www.mayoraindah.co.id. Penelitian ini dilakukan dari bulan September s.d. Maret 2016.

3.2 Data yang digunakan Data yang digunakan penulis

dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder yairu data mengenai laporan laba dan neraca PT Mayora Indah Tbk yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan di website PT Mayora Indah Tbk.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis untuk memperoleh dan mengumpulkan data penelitian yang diperlukan menurut Subagyo (2004:37) adalah: 1. Dokumentasi

Berupa data sejarah, gambaran umum perusahaan, dan laporan keuangan yang terdiri atas laporan laba rugi dan neraca PT Mayora Indah Tbk.

2. Studi kepustakaan Yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan membaca buku-buku, laporan-laporan serta referensi lainnya yang berhubungan

Page 6: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 32

dengan permasalahan yang diteliti yaitu pengukuran kinerja keuangan dengan metode EVA.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, yaitu dengan cara melakukan perhitungan dan analisis hasil yang relevan dengan permasalahan, yaitu pengukuran kinerja keuangan ini menggunakan konsep EVA yaitu sebagai berikut : a. Menghitung NOPAT ( Net Operating After

Tax) b. MenghitungInvested Capital c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost

Of Capital) d. Menghitung Capital Charges

e. Menghitung Economic Value Added (EVA) 4. PEMBAHASAN

Pengelolaan usaha perusahaan lebih diarahkan untuk meningkatkan laba guna dapat mempertahankan kontinuitas dari perusahaan yang dikelola. Oleh karena itulah dalam menunjang usaha yang dikelola maka perlu ditunjang oleh adanya peningkatan kinerja usaha, sebab akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui kondisi dan kinerja keuangan dari perusahaan yang dikelolah,karena laporan keuangan akan menggambarkan kinerja operasional suatu perusahaan.

Tabel 3. Laba Bersih PT Mayora Indah Tbk Tahun 2012-2014

Keterangan Tahun

2012 2013 2014

Penjualan Bersih 10.510.625.669.832 14.169.088.278.238 14.169.088.278.238

Beban Pokok Penjualan 8.165.009.551.392 9.096.171.291.553 11.633.862.469.470

Laba Bruto 2.345.616.118.440 2.921.665.841.784 2.535.225.808.768

Beban Usaha

Beban penjualan 928.883.434.155 1.275.792.683.188 1.283.950.832.627

Beban umum & administrasi 260.172.867.845 341.063.860.907 359.977.617.999

Jumlah Beban Usaha (1.189.056.302.000) (1.616.856.544.095) (1.643.928.450.626)

LABA USAHA 1.156.559.816.440 1.304.809.297.689 891.297.358.142 Penghasilan (Beban) Lain-Lain Laba (rugi) kurs mata uang asing-bersih 31.718.135.963 308.440.556.537 (18.524.885.783)

Penghasilan bunga 18.638.363.729 25.150.169.666 32.657.875.095 Keuntungan Penjualan asset tetap 3.880.809.342 2.932.016.031 1.817.315.115

Penghasilan sewa 2.595.900.000 2.278.896.000 Beban bunga (223.360.619.855) (256.841.148.674) (358.432.961.457)

Pendapatan Bagi Hasil Sukuk

Mudharabah (40.791.666.669) (32.388.888.893) (20.891.616.252)

Lain – lain bersih 10.574.327.964 3.971.494.201 1.777.945.895 Penghasilan (beban) lain-lain bersih (196.744.749.526) 51.264.198.868 (361.596.327.387)

LABA SEBELUM PAJAK 959.815.066.914 1.356.073.496.557 529.701.030.755 BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK

Pajak kini 216.314.332.700 342.484.776.850 123.252.080.059

Pajak tangguhan (927.670.095) 30.480.928 (3.375.817.898)

Beban pajak 215.386.662.605 342.515.257.778 119.876.262.161 LABA BERSIH SETELAH PAJAK 744.428.404.309 1.013.558.238.779 409.824.768.594

Sumber : Laporan tahunan PT. Mayora Indah Tbk, 2015 (data diolah)

Page 7: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 33

Tabel 4. Neraca PT Mayora Indah Tbk Tahun 2012-2014

Keterangan

Tahun

2012 2013 2014

Aset

Aset Lancar

Kas dan setara kas 1.339.570.311.638 1.860.492.328.823 712.922.612.494

Piutang usaha

Pihak berelasi 1.547.147.535.022 2.049.772.304.055 1.950.164.516.232 Pihak ketiga 488.181.729.372 746.406.242.118 1.096.206.874.211

Piutang lain-lain-pihak ketiga 16.017.323.669 16.967.687.340 34.469.136.171

Persediaan 1.498.989.460.205 1.456.454.215.049 1.966.800.644.217

Uang muka pembelian 77.633.807.824 47.888.814.428 180.466.025.508

Pajak dibayar dimuka 341.138.704.485 236.688.636.014 510.331.330.660

Biaya dibayar dimuka 4.920.686.301 15.395.201.044 57.407.483.947

Jumlah Aset Lancar 5.313.599.558.516 6.430.065.428.871 6.508.768.623.440

Aset Tidak Lancar

Aset pajak tangguhan 2.226.736.513 2.138.301.708 7.154.039.678 Aset tetap stelh dikurangi akm peny 2.857.932.917.234 3.114.328.724.682 3.585.011.717.083 Uang muka pembelian aset tetap 126.503.271.192 161.565.047.855 181.501.934.026

Uang jaminan 1.267.301.423 1.278.501.423 8.090.881.730

Beban tangguhan 976.457.225 847.449.461 580.833.377

Jumlah aset tidak lancar 2.988.906.683.587 3.280.158.025.129 3.782.339.405.894

Jumlah Aset 8.302.506.242.103 9.710.223.454.000 10.291.108.029.334

Liabilitas dan Ekuitas

Liabilitas

Liabilitas jangka pendek 1.924.434.119.144 2.676.892.373.682 3.114.337.601.362

Liabilitas jangka panjang 3.310.221.795.521 3.139.430.961.141 3.076.215.435.183

Jumlah liabilitas 5.234.655.914.665 5.816.323.334.823 6.190.553.036.545

Ekuitas

Modal saham 383.292.000.000 447.173.994.500 447.173.994.500

Tambahan modal disetor 64.212.000.000 330.005.500 330.005.500

Saldo laba

Ditentukan penggunaannya 31.000.000.000 33.000.000.000 35.000.000.000 Belum ditentukan penggunaannya 2.514.195.350.568 3.332.786.719.865 3.528.717.141.753

Selisih kurs penjabaran -970.248.856 -5.764.375.696 -3.234.233.208

Jumlah 2.991.729.101.712 3.807.526.344.169 4.007.986.908.545

Kepentingan nonpengendali 76.121.225.526 86.373.775.008 92.568.084.244

Jumlah Ekuitas 3.067.850.327.238 3.893.900.119.177 4.100.554.992.789 Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 8.302.506.241.103 9.710.223.454.000 10.291.108.029.334

Sumber :Laporantahunan PT. Mayora Indah Tbk, 2015 (data diolah)

Page 8: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 34

4.1. Tahapan Perhitungan Economic Value Added (EVA) Sebelum melakukan perhitungan Economic Value Added (EVA) ada beberapa tahapan yang harus di hitung, yaitu sebagai berikut:

4.1.1. Perhitungan NOPAT

Tabel 5. Besarnya Tingkat Laba (NOPAT)

Tahun Laba Sebelum Bunga dan

Pajak (1)

Pajak (2)

NOPAT (1-2)

2012 Rp. 959.815.066.914 Rp. 215.386.662.605 Rp. 744.428.404.309

2013 Rp. 1.356.073.496.557 Rp. 342.515.257.778 Rp. 1.013.558.238.779

2014 Rp. 529.701.030.755 Rp. 119.876.262.161 Rp. 409.824.768.594

Sumber: PT. Mayora Indah, Tahun 2015, data diolah 4.1.2. Perhitungan Invested Capital

Tabel 6.Hasil Perhitungan Invested CapitalTahun 2012 s/d Tahun 2014

Tahun Total Utang dan

Ekuitas Hutang Jangka

Pendek Invested Capital

2012 8.302.506.241.903 1.924.434.119.144

6.378.072.122.759

2013 9.710.223.454.000 2.676.892.373.682

7.033.331.080.318

2014 10.291.108.029.334 3.114.337.601.362

7.176.770.427.972

Sumber: PT. Mayora Indah, Tahun 2015, data diolah

4.1.3. Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) a. Tingkat Modal (D)

Tahun Total Hutang Total Hutang dan

Ekuitas Persentase

Tingkat Modal (D)

2012 5.234.655.914.665 8.302.506.241.903 100% 63,04% 2013 5.816.323.334.823 9.710.223.453.000 100% 59,89% 2014 6.190.553.036.545 10.291.108.029.334 100% 60,15%

b. Cost of debt (rd)

Tahun Beban Bunga Total Hutang Persentase Cost of debt

(rd) 2012 223.360.619.855 5.234.655.914.665 100% 4,26% 2013 256.841.148.674 5.816.323.334.823 100% 4,41% 2014 358.432.961.457 6.190.553.036.545 100% 5,78%

c. Tingkat Modal dan Ekuitas (E) :

Tahun Total Ekuitas Total Hutang dan

Ekuitas Persentase

Tingkat Modal dan Ekuitas

2012 3.067.850.327.238 8.302.506.241.903 100% 36,95% 2013 3.893.900.119.177 9.710.223.453.000 100% 40,10% 2014 4.100.554.992.789 10.291.108.029.334 100% 39,68%

Page 9: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 35

d. Cost of Equity (re) :

Tahun Laba bersih Setelah

Pajak Total Ekuitas Persentase

Cost of Equity (re)

2012 744.428.404.309 3.067.850.327.238 100% 24,26% 2013 1.013.558.238.779 3.893.900.119.177 100% 26,02% 2014 409.824.768.594 4.100.554.992.789 100% 9,99%

e. Tingkat Pajak (Tax) :

Tahun Beban Pajak Laba Bersih Sebelum

Pajak Persentase

Tingkat Pajak (Tax)

2012 215.386.662.605 959.815.066.914 100% 22,44% 2013 342.515.257.778 1.356.073.496.557 100% 25,25% 2014 119.876.262.161 529.701.030.755 100% 22,63%

Berdasarkan tahap tersebut diatas maka dapat dihitung WACC sebagai berikut : 1. Tahun 2012 : WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)} = {(0,6304 X 0,426) (1- 0,2244) + (0,3695 X 0,2426) = 0,11 2. Tahun 2013 : WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)}

= {(0,5989 x 0,0441) (1- 0,2525) + (0,4010 x 0,2602) = 0,12

3. Tahun 2014 : WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)} = {(6,0154 x 0,0578) (1- 0,2263) + (3,9845 x 0,0999)

= 0,66

Tabel 7. Rekapitulasi Biaya Rata-rata Tertimbang (WACC) Tahun 2012 s.d. 2014

Tahun WACC

2012 0, 11

2013 0,12

2014 0,66

Sumber : PT. Mayora Indah Tbk, Tahun 2015, data diolah

4.1.4. Perhitungan Capital Charges

Tabel 8. Hasil Perhitungan Capital ChargesTahun 2012 s/d Tahun 2014

Tahun WACC

(1) Invested Capital

(2) Capital Charges

(1x2)

2012 0,11 6.378.072.122.759 701.587.933,4

2013 0,12 7.033.331.080.318 843.999.729,6

2014 0,66 7.176.770.427.972 4.736.668.482

Sumber : PT. Mayora Indah, Tahun 2015, (data diolah) 4.2. Perhitungan EVA (Economic Value

Added) Perhitungan nilai tambah ekonomi (EVA),

maka dapat di formulasikan sebagai berikut : EVA = NOPAT – Capital Charges

Tabel 9.Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA Tahun 2012 s/d Tahun 2014

Tahun NOPAT Capital Charges EVA (Rp) Kriteria Kinerja

2012 744.428.404 701.587.933,4 42.840.470,6 EVA > 0 Baik

2013 1.013.558.238 843.999.729,6 169.558.508,4 EVA > 0 Baik

2014 409.824.768 4.736.668.482 (4.326.843.714) EVA < 0 Kurang baik

Sumber : PT. Mayora Indah , tahun 2015, (data diolah)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perhitungan kinerja keuangan dengan metode EVA untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp 42.840.470,6. Kemudian meningkat pada tahun 2013 sebesar Rp 169.558.508,4. Selanjutnya untuk tahun 2014 turun

sebesar (Rp 4.326.843.714). Sesuai dengan kriteria EVA, dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 nilai EVA > 0, artinya kinerja keuangan PT. Mayora Indah dalam keadaan baik atau terjadi NITAMI (nilai tambah ekonomi). Hal ini disebabkan laba usaha yang dihasilkan pada tahun

Page 10: Jurnal acsy genap 2015-2016 (fix)

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu 36

2012 dan 2013 oleh perusahaan sangat tinggi, sehingga dapat dibandingkan antara nilai capital charges dengan nilai NOPAT bahwa nilai NOPAT lebih besar dibandingkan dengan nilai capital charges dan dari komponen masing-masing biaya modal (WACC) yang kecil sehingga dari nilai NOPAT tersebut perusahaan dapat mengahasilkan nilai yang dapat menutup kewajiban kepada para pemegang saham, dan untuk tahun 2014 sesuai dengan kriteria EVA, nilai EVA < 0 artinya kinerja keuangan dalam keadaan kurang baik atau tidak terjadi NITAMI (nilai tambah ekonomi). Hal ini disebabkan karena NOPAT mengalami penurunan dan pada komponen modal (WACC) yang ditanggung oleh perusahaan yang mempengaruhi aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti biaya para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Capital Charges) mengalami peningkatan. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik simpulan dari keseluruhan hasil analisis yaitu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan metode EVA, yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan PT. Mayora Indah Tbk dengan metode EVA pada tahun 2012 dan tahun 2013 dalam keadaan baik karena nilai EVA yang diperoleh lebih besar (>) dari 0 sehingga terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan stakeholder terutama investor. Sedangkan pada tahun 2014 dalam keadaan kurang baik karena nilai EVA yang diperoleh lebih kecil (<) dari 0 sehingga tidak terjadi proses nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena NOPAT mengalami penurunan dan pada komponen modal (WACC) yang ditanggung oleh perusahaan yang mempengaruhi aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Capital Charges) mengalami peningkatan. 5.2. Saran

Dari hasil kesimpulan tersebut, maka selanjutnya saran yang dapat diberikan bagi pihak perusahaan yaitu: 1. Perusahaan hendaknya untuk selalu

mengevaluasi metode pengkurankinerja keuangan, hal ini dilakukakan agarperusahaan dapat menilai kinerja keuangan perusahaan dengan tepat.

2. Perusahaan untukdapat meminimalkan biaya operasionalnya, karena dengan menekan biaya

operasional dapat menambah keuntungan perusahaan.

3. Untuk para investor dan calon investor agar dapat mempertimbangkan dengan lebih cermat dalam mengambil keputusan investasi. Selain menggunakan analisis keuangan atau dengan melakukan penilaian kinerja dari kondisi internal, investor juga perlu memperhatikan kondisi eksternalnya. Sehingga Investor dapat melihat prospek dan kelanjutan bisnis di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Faisal. 2003. Manajemen Perbankan

(Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank). Malang: Umpress.

Mirza. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:

Pustaka Setia. Subagyo, P. Joko, 2008. Metode Penelitian dalam

Teori dan Praktek. Edisi Keempat. Jakarta: Reneka Cipta.

Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen. Informasi

untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta: Erlangga.

Tunggal, Amin Wijaya. 2008. Akuntansi

Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta. Warsono, 2003. Manajemen Keuangan

Perusahaan. Edisi ketiga. Malang: Banyumedia Publising.

Widayanto. 2004. Analisis Nilai Perusahaan,

Teknik dan Teori. Jakarta: Pustaka Setia. Young, S. David. 2005. EVA dan Manajemen

Berdasarkan Nilai. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Yuwono, Sony, dkk. 2005. Petunjuk Praktis

Penyusunan Balance Score Card. Cetakan kedua. Jakarta: Gramedia.

www.mayoraindah.co.id. (diakses pada tanggal 15

Januari 2016. Pukul 14.06 wib)