JURNAL
Transcript of JURNAL
STUDI HUBUNGAN POLA MAKAN LANSIA DENGAN STATUS GIZI LANSIA DI DESA NGRANDU KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN
BOJONEGORODisusun Oleh :1. Dr. H. TOTO SISWANTORO, M.Si, M.Kes *)2. NURMAWATI, SST. S.Pd., MM.Kes *)3. AULIA ROHMAH PURBORINI **)
*) Dosen Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro**) Mahasiswa Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah lansia tersebut terjadi beberapa masalah, yaitu salah satunya adalah masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Tujuan penelitian untuk Mempelajari hubungan pola makan lansia dengan status gizi lansia.
Desain penelitian analitik, semua lansia berusia 60-90 tahun di Desa Ngrandu Kedungadem sebanyak 416 orang, dengan jumlah sampel 200 responden diambil dengan rumus besar sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan timbangan berat badan dan tinggi badan untuk lansia yang kemudian dilakukan editing, coding, scoring dan tabulating serta disajikan dalam prosentase uji statistik SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 200 responden sebagian besar lansia yang memiliki pola makan sehat dengan status gizi normal sebesar kurang lebih 23 lansia (25,9%).
Untuk itu diharapkan tenaga kesehatan menambah frekuensi penyuluhan untuk menyusun langkah-langkah dalam rangka promosi kesehatan kepada masyarakat dengan meningkatkan pola makan bagi lansia khususnya variasi dan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap harinya oleh lansia dan digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program peningkatan pelayanan gizi pada lansia
Kata Kunci : Pola, Makan, Status, Lansia,
1
ABSTRACT
The increasing number of elderly occurred several problems, which one of them is a nutritional problem that occurs in the elderly may be less nutrition or nutrition. The purpose of the research for Studying the relationship with the elderly diet elderly nutrition status.
Analytic study design, all elderly aged 60-90 years in the village Ngrandu Kedungadem many as 416 people, with a total sample of 200 respondents was taken with a sample size formula. Data collection using questionnaires and scales weight and height for the elderly who then performed the editing, coding, scoring and tabulating and expressed in percentage of SPSS 17 statistical tests.
The results showed that of the 200 respondents mostly elderly people who have a healthy diet with normal nutritional status of approximately 23 elderly (25.9%).
The health workers are expected to increase the frequency of extension to devise measures in order to promote public health by improving diet for the elderly, especially the variation and the amount of food consumed each day by the elderly and is used as an input in the planning program to improve nutrition in elderly care
Keywords: Patterns, Eating, status, elderly.
A. PENDAHULUANPada saat sekarang ini lansia
kurang sekali mendapat perhatian yang kurang serius di tengah masyarakat terutama mengenai kecukupan gizi pada mereka. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, lansia dapat menjadi beban bagi keluarganya, masyarakat, bahkan bagi negara (Sativa, 2010). Di samping itu kemunduran biologis, adaptasi mental yang menyertai proses penuaan seringkali menjadi hambatan bagi para usia lanjut. Jumlah lansia yang ada di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun dan tersebar hampir diseluruh propinsi Indonesia. Dari peningkatan jumlah lansia tersebut terjadi beberapa masalah, yaitu salah satunya adalah
masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih (Oktariyani, 2012).
Dari hasil sensus penduduk badan pusat statistik BPS Indonesia jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 23.992.000 jiwa (9,77%) dengan Prevalensi gizi buruk (IMT <16,49) pada lansia tahun 2012 11,56% sedangkan prevalensi gizi lebih yaitu 8,11%. Susenas Tahun 2012, Badan Pusat Statistik RI persentase penduduk lansia di Jawa Timur 2.495.168 jiwa (10,40%) dengan lansia gizi buruk sebesar lebih 6.500 jiwa (0,26%). Berdasarkan data yang diperoleh blokBojonegoro.com, jumlah lansia di Kabupaten Bojonegoro mencapai
2
4.788 jiwa dengan rata-rata jumlah per desa mencapai 301 jiwa dengan pravelensi lansia gizi buruk sebesar. Di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem keadaan kurang gizi adalah 60% atau 250 lansia dari 416 jumlah seluruh lansia yang ada di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem. Yang berat badan normal 26,6% atau 111 lansia dari lansia dari 416 jumlah seluruh lansia yang ada di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem, sedangkan yang berat badan lebih atau obesitas 3,4% atau 55 lansia lansia dari 416 jumlah seluruh lansia yang ada di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem. Dari target dan kenyataan status gizi dapat disimpulkan tingginya kejadian gizi kurang pada lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem tahun 2013 yaitu 60% atau 250 lansia dari 416 jumlah seluruh lansia yang ada di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem, bila dibandingkan dengan kejadian di Indonesia terjadi kesenjangan sebesar 29%.
Pengaruh bertambahnya usia pada seseorang meliputi penurunan fungsi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan peningkatan spiritual. Penurunan secara fisiologis, diantaranya adalah penurunan fungsi pencernaan yaitu beresiko menyebabkan kekurangan gizi pada lansia (Keiathley, 1996 dalam Meiner, 2006). Akibatnya, selera makan terganggu dan pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan (Wirakusumah, 2003). Darmojo (2009) menjelaskan bahwa faktor risiko terjadinya kurang gizi pada lansia diakibatkan antara lain
karena beberapa faktor seperti selera makan rendah (pola makan yang tidak sehat), gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan rungsi pada indera penciuman dan pengecap, pernapasan, saluran pencernaan, neourologi, infeksi, cacat fisik dan penyakit lain. Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktifitas biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun (Merryana, 2012 : 394).
Pelayanan gizi pada usia lanjut yang dilakukan oleh Tim Asuhan gizi baik melalui posyandu lansia merupakan salah satu pelayanan geriatric yang dapat dilakukan secara terpadu, pelayanan tersebut Tenaga Kesehatan atau kader dari Tim Asuhan Gizi dan Tim Geriatri melakukan kunjungan rumah untuk memberikan nasehat diet dan membantu menyusun menu untuk usia lanjut, sehingga pelayanan gizi tidak berdiri sendiri dan ditangani secara koordinasi oleh petugas kader (Istiany, 2008:45).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan pola makan dengan status gizi lansia di desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem”.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
metode analitik. Populasinya adalah semua lansia berusia 60-90 tahun didesa Ngrandu Kedungadem sebanyak 416 orang yang diambil dari bulan Desember 2013. dengan jumlah sample 200 orang diambil
3
menggunakan rumus besar sampel dengan teknik simple random sampling. Cara pengambilan data dengan kuesioner dan timbangan berat badan dan tinggi badan lansia yang
kemudian diolah dengan cara editing, skoring dan tabulating yang disajikan dalam bentuk table frekuensi yang dikonfirmasikan dengan presentase dan narasi.
C. HASIL PENELITIAN1. Data Umuma. Umur
Tabel 1 Distribusi Menurut Umur Lansia Di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014
No Umur f Persentase (%)1.2.3.4.
60-67 tahun68-75 tahun76-83 tahun84-91 tahun
33926411
16,5046,0032,005,50
Jumlah 200 100,00
Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa sebagian besar lansia berumur 68-75 tahun sebesar kurang lebih 92 lansia (46,00%)
b. PendidikanTabel 2 Distribusi lansia berdasarkan pendidikan di Desa Ngrandu Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 (n = 200)
No Pendidikan f Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak sekolah SD/MISMP/MTsSMA/MAPerguruan Tinggi
33157325
16,5078,501,501,002,50
Jumlah 200 100,00
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa sebagian besar lansia berpendidikan SD/MI sebesar kurang lebih 157 lansia (78,50%)
4
c. Pekerjaan Tabel 3 Distribusi lansia berdasarkan pekerjaan di Desa Ngrandu Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro tahun 2014
No Pekerjaan f Persentase (%)1.2.3.4.5.
Tidak BekerjaPetaniWiraswastaPensiunan Swasta
511162085
25,5058,0010,004,002,50
Jumlah 200 100Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa sebagian besar lansia bekerja sebagai
petani sebesar kurang lebih 116 lansia (58,00%).
2. Data Khususa. Pola Makan Lansia1). Berdasarkan parameter
Tabel 4 Distribusi Pola Makan Lansia Dengan Status Gizi Lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014
NoParameter
pola makan
Selalu(4)
Sering (3)Kadang
(2)Tidak
pernah (1)Total
f % f % f % f % f %1 Makanan
yang saya makan setiap hari nasi, lauk daging/ ikan, tempe/ tahu, sayur dan buah
18 9,0 66 33,0 98 49,0 18 9,0 200 100,0
2Saya setiap hari makan nasi 3 X 1,5 gelas belimbing
26 13,0 56 28,0 92 46,0 26 13,0 200 100,0
5
3 Setiap hari saya makan lauk daging sebanyak 1,5 X 1 potong sedang
37 18,5 51 25,5 92 46,0 20 10,0 200 100,0
4 Saya makan ikan 1 potong kecil
32 16,0 55 27,5 92 46,0 21 10,5 200 100,0
5 Saya makan tempe 5 potong
sedang/ tahu 4 potong sedang
37 18,5 53 26,5 81 40,5 29 14,5 200 100,0
6 Saya makan sayur sehari sebanyak 1 X ½ gelas sedang
39 19,5 47 23,5 95 47,5 15 7,5 200 100,0
7 Saya setiap hari makan buah sebanyak 2 potong sedang
40 20,0 56 28,0 84 42,0 20 10,0 200 100,0
8Setiap hari saya makan 3x sehari
39 19,5 58 29,0 74 37,0 29 14,5 200 100,0
6
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 8 parameter tentang pola makan lansia 2 parameter yang menjamin parameter makanan yang saya makan setiap hari nasi, lauk daging/ ikan, tempe/ tahu, sayur dan buah dan parameter Saya setiap hari makan nasi 3 X 1,5 gelas belimbing mendapatkan jawaban kadang-kadang dan tidak pernah sebesar kurang lebih 59% paling tinggi dibanding dengan parameter yang lain.
2). Berdasarkan kategoriTabel 5 Distribusi pola makan lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 (n = 200)
No Pola makan lansia f Presentase (%)1.2.3.
SehatCukup sehatKurang sehat
555689
27,5028,0044,50
Jumlah 200 100,00
Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa sebagian besar lansia memiliki pola makan kurang sehat sebesar kurang lebih 89 lansia (44,50%)
b. Status GiziTabel 6 Distribusi status gizi lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro tahun 2014
No Status Gizi f Presentase (%)1.2.3.4.5.
Sangat GemukGemukNormalKurus Sangat kurus
1658397314
8,0029,0019,5036,507,00
Jumlah 200 100
Berdasarkan tabel 6 didapatkan sebagian besar lansia memiliki status gizi kurus yaitu sebesar kurang lebih 73 lansia (36,50%).
7
c. Hubungan pola makan lansia dengan status gizi lansia Tabel 7 Tabulasi silang hubungan pola makan lansia dengan status gizi lansia di
Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014.
NoPola
makan
Status giziTotalSangat
KurusKurus Normal Gemuk
Sangat Gemuk
f % f % f % f % f % f %
1 sehat12
13,5 44 49,4 23 25,8 9 10,1 1 1,1 89 44,5
2Cukup Sehat
2 3,6 25 44,6 13 23,2 15 26,8 1 1,8 56 28,0
3Kurang Sehat
0 0,0 73 36,5 3 5,5 34 61,7 14 25,5 55 27,8
Total14
7,0 73 36,5 39 19,5 58 29,0 16 8,0 200 100
Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa sebagian besar lansia yang memiliki
pola makan sehat dan cukup sehat memiliki status gizi normal lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang memiliki pola makan kurang sehat. Sehingga dapat disimpulkan secara ada hubungan pola makan lansia dengan status gizi lansia.
D. PEMBAHASAN 1. Pola Makan Lansia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki pola makan kurang sehat yaitu sebesar 44,50%. Dari 8 parameter tentang pola makan lansia 2 parameter yang menjamin parameter makanan yang saya makan setiap hari nasi, lauk daging/ ikan, tempe/ tahu, sayur dan buah dan parameter Saya setiap hari makan nasi 3 X 1,5 gelas belimbing mendapatkan jawaban kadang-kadang dan tidak pernah sebesar yaitu 59% paling tinggi dibanding dengan parameter yang lain
Orang berusia lanjut akan mengalami banyak perubahan pada kondisi fisiologis pada tubuh
cenderung berubah. Begitu juga dengan faktor psiko kognitifnya. Hal ini cenderung membuat lansia susah untuk disuruh makan. sehingga ada kecenderungan rasa penuh atau rasa mual. Oleh Karena itu, pada orang tua penurunan nafsu makan lebih dikarenakan gangguan fisiologis dan menyebabkan menurunnya pola makan lansia (Oktariyani, 2012).
Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro sebagian besar lansia pola makannya kurang sehat. Hal ini karena lansia pemilihan jenis makanan yang dimakan, jumlahnya tidak proporsional, juga ada bahan makanan yang berbahaya bagi tubuh dalam
8
makanan dan kesehatan lansia yang menurun sehingga menyebabkan nafsu makan yang menurun.2. Status Gizi
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar lansia status gizi kurus yaitu sebesar 36,50%.
Asupan gizi sangat diperlukan bagi usia lanjut sehat untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Menurut Depkes RI (2002) bahwa status gizi kurang secara langsung dipengaruhi oleh tidak cukupnya konsumsi energi, pola konsumsi makanan dan zat gizi lain serta adanya infeksi.
Hal tersebut sesuai dengan keadaan lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Hal ini dikarenakan gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan karena gangguan penyakit. konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan, maka dapat menyebabkan berat badan kurang dari normal. Berkurang bersemangat akibatnya selera makan terganggu dan pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadi penurunan berat badan dengan demikian kondisi mental yang tidak sehat secara tidak langsung dapat meniru terjadi status gizi buruk.3. Hubungan pola makan lansia
dengan status gizi lansia.Berdasarkan Berdasarkan hasil
uji korelasi (Spearman Rho) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan lansia dengan status gizi lansia.
Darmojo (2009) menjelaskan bahwa faktor risiko terjadinya kurang gizi pada lansia diakibatkan antara lain
karena beberapa faktor seperti selera makan rendah (pola makan yang tidak sehat), gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan fungsi pada indera penciuman dan pengecap, pernapasan, saluran pencernaan, neourologi, infeksi, cacat fisik dan penyakit lain.
Pernyataan ini sesuai dengan keadaan lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro bahwa sebagian besar lansia yang pola makannya kurang sehat dengan status gizi kurus. Hal ini dikarenakan penurunan fisik mengakibatkan adanya perubahan metabolisme makanan dan penurunan kegiatan makanan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat berbeda bagi lansia dengan status gizi kurang dengan status gizi baik.
E. PENUTUP1. Kesimpulan
a.Sebagian besar lansia memiliki pola makan yang kurang sehat di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro sebesar 89 lansia (44,50%).
b. Sebagian besar lansia memiliki status gizi kurus di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro sebesar 73 lansia (36,50%).
c.Ada hubungan pola makan lansia dengan status gizi pada lansia di Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
99
2. Sarana. Bagi Peneliti
Diperlukan penelitian lain yang sejenis yang berkaitan dengan pola makan sehingga masalah gizi kurang bisa ditemukan penyebabnya.
b. Bagi lansiaLansia diharapkan dapat
memperhatikan pola makan yang sehat khususnya variasi dan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap harinya oleh lansia. Sehingga dapat meningkatkan status gizinya menjadi status gizi normal. Lansia juga diharapkan dapat mencari informasi mengenai status gizi pada lansia melalui bertanya pada kader posyandu lansia atau petugas kesehatan lainny atau dengan giat mengikuti posyandu lansia.
c. Bagi institusi pendidikanDiharapkan dapat bermanfaat
dan dapat digunakan sebagai masukan atau perbandingan bagi penelitian selanjutnya mengenai pola konsumsi makanan.
d. Bagi Tenaga KesehatanTenaga kesehatan khususnya
bidan dengan menambah frekuensi penyuluhan untuk menyusun langkah-langkah dalam rangka promosi kesehatan kepada masyarakat dengan meningkatkan pola makan bagi lansia khususnya variasi dan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap harinya oleh lansia dan digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program peningkatan pelayanan gizi pada lansia.
F. DAFTAR PUSTAKAAlmatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta. Gramedia Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi:
Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta. EGC
Azizah, Ma’rifah L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu Darmojo B. 2006. Buku Ajar Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit
Depkes RI. 2003. Pedoman Tata
Laksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. Depkes RI
Dudek. 1997. Perbedaan Pola
Konsumsi Makan. Diakses dari Http://ulyabiivakes.blogspot.com pada tanggal 12 Februari 2014
Ebersole, Hess. 2001 Geriatric Nursing
and Healthy Aging. Dalam Azizah, Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Faatmah. 2010. Status Gizi pada
Lansia. Diakses dari . Pada Tanggal 12 Ferbuari 2014.
Hardywinoto. 1999. Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Herwanto. 2002. Problematika
Kehidupan lanjut Usia Pada
1010
Masyarakat Perkotaan. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Tahun XV.
Hurlock. 1994. Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan: Jakarta.Erlangga
Istiany. 2005. Gizi Terapan. Jakarta.
Rosda Koswara. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung : Eresco Merryana A. 2012. Pengantar Gizi
Masyarakat. Jakarta. Kencana Predana Media Group
Merryana A. 2012. Peranan Gizi
Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta. Kencana Predana Media Group
Napitupuli. 2002. Cara Pengukuran
IMT. Diakses dari Http://digilib.unsub.ac.id pada tanggal 13 Februari 2014
Notoatmodjo S. 2007. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Nugroho. 2008. Keperawatan
Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Nursalam. 2011. Konsep Dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Poerwadi .2001. Kiat Sukses Dalam
Pergaulan . Jakarta : UPN Veteran
Setiati, Siti. 2000. Pedoman Praktis
Perawatan Kesehatan Untuk Mengasuh Orang Usia Lanjut. Jakarta : PKUI
Sulistianingsih. 2001. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Usia Lanjut Binaan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
1111
12