JURNAL

download JURNAL

of 9

description

JURNAL

Transcript of JURNAL

  • FORMULASI DAN UJI STABILITAS SAMPO ANTIKETOMBE YANG MENGANDUNG PERASAN BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)

    DENGAN PENGENTAL HPMC

    Teti Indrawati1, Eva Dovita2 Program Studi Farmasi FMIPA ISTN Jakarta

    Laboratorium Teknologi Farmasi FMIPA, ISTN, Jakarta

    ABSTRAK

    Buah jeruk nipis merupakan salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk perawatan kecantikan. Buah jeruk nipis mengandung vitamin (B1 dan C), mineral, asam amino, asam sitrat dan minyak atsiri yang bermanfaat bagi kelembaban kulit. Telah dilakukan penelitian pembuatan sediaan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis 1,5% dibuat dengan tiga variasi konsentrasi HPMC sebagai pengental yaitu 1,5%; 2%; dan 2,5%. Metode pembuatan sampo menggunakan metode pelarutan dan pencampuran pada suhu 60oC-70oC dan perasan buah jeruk nipis ditambahkan pada suhu 40oC. Evaluasi yang dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: organoleptik, viskositas dan sifat alir, pH, bobot jenis, tegangan permukaan serta volume dan kestabilan busa. Uji stabilitas dilakukan dengan cara uji stabilitas dipercepat dengan peningkatan suhu selama 3 minggu. Hasil uji sifat organoleptik sediaan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis 1,5% berwarna hijau kekuningan, berbau jeruk nipis, dan mudah dituang memiliki pH rata-rata antara 5,68-5,77; viskositas antara 80-320 cPs. Sediaan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis 1,5% dengan pengental HPMC antara 1%-2,5% stabil selama penyimpanan 2 tahun. Kata kunci: Sampo, perasan buah jeruk nipis, antiketombe, HPMC, stabilitas. PENDAHULUAN

    Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tumbuhan perdu, memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, mudah dibudidayakan, serta tidak memerlukan lahan yang luas. Jeruk nipis dapat digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan dapat juga digunakan sebagai antiketombe karena mengandung minyak atsiri limonen. Kandungan limonen tertinggi terdapat pada jeruk nipis yang berumur kurang lebih 3,5 bulan saat buah berwarna hijau dengan kadar 70-85%(1,2).

    Ketombe adalah keadaan kulit kepala yang ditandai dengan pelepasan lapisan kulit epidermis, tepatnya pada lapisan stratum korneum atau lapisan tanduk yang dapat disebabkan karena adanya jamur Pityrosporum ovale(3).

    Gangguan ketombe dapat diobati secara tradisional menggunakan jeruk nipis, dengan cara memotong 2-3 buah jeruk nipis menjadi dua bagian, kemudian digosokkan pada kulit kepala, dibiarkan satu jam, sebelum dikeramas. Cara ini tidak aman karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata, sehingga diformulasikan dalam bentuk sediaan sampo agar lebih efektif dan efisien dengan menggunakan HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) sebagai pengental. Telah dilakukan penelitian tentang efektivitas kadar jeruk nipis terhadap persentase penghambatan pertumbuhan koloni Pityrosporum ovale. Hasil yang didapat konsentrasi efektif jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan koloni Pityrosporum ovale adalah 1,5%, sehingga sediaan sampo yang dibuat dengan menggunakan perasan buah jeruk

  • nipis 1,5% berkhasiat sebagai antiketombe(4).

    Sediaan sampo dipilih karena sampo merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mencuci rambut, menghilangkan kotoran dari rambut, kulit kepala dan meninggalkan rambut dalam kondisi yang baik dan mudah diatur(5).

    Dalam pembuatan sampo dibutuhkan bahan pembuat busa yang berfungsi sebagai pembersih untuk mengikat kotoran yang terdapat dalam sebum/minyak di kulit kepala. Sebagai bahan pembersih dalam sampo digunakan natrium lauril eter sulfat yang mempunyai sifat stabil meskipun dalam suhu rendah. Akan tetapi, bahan pembersih ini dapat mengiritasi kulit kepala, sehingga untuk mengatasinya ditambahkan pembersih lain dari golongan surfaktan amfoter yaitu kokamidopropil betain yang juga berfungsi sebagai pembentuk busa. Penelitian formula sampo dengan menggunakan perasan buah jeruk nipis 1,5% pada umumnya digunakan variasi konsentrasi HPMC 0%; 1,5%; 2,0%; 2,5% untuk mendapatkan sediaan sampo cair jernih dengan konsistensi yang cukup tinggi dalam wadah namun dapat dituang dan tersebar dengan mudah. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dengan variasi konsentrasi 1,5%; 2%; 2,5%.

    Pengujian stabilitas dilakukan dengan tujuan untuk penentuan tanggal kadaluarsa suatu bahan obat atau produk jadi obat, sehingga dapat mengetahui kemampuan produk tersebut untuk bertahan 90%. Sampo yang telah dihasilkan diuji stabilitasnya dengan metode uji stabilitas dipercepat menggunakan suhu yang berbeda untuk menetapkan tanggal kadaluarsa sampo tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi FMIPA ISTN, Jakarta dan Laboratorium Teknologi Sediaan Semisolid & Liquid, Universitas Pancasila.

    Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2013 sampai Juli 2013.

    Peralatan yang digunakan adalah Alat-alat gelas (pyrex), Timbangan digital, Lumpang dan alu, Batang pengaduk, Spatel, pH meter (FHM), Viskometer Broookfield tipe RV, Homogenaizer (Eurostar power-b Ika-Werke), Oven (Memmert U-30), Piknometer, dan Tensinometer Du-Noy. Sedangkan bahan yang dipakai adalah Perasan Jeruk Nipis yang diperoleh dari kebun LIPI-Bogor, Natrium Lauril Eter Sulfat (Bratako), Hidroksi Propil Metil Selulosa, Kokamidopropil betain , Propilenglikol (Bratako), Methyl paraben (Bratako), Natrium metabisulfit (Bratako), Asam sitrat (Bratako) dan Aqua demineralisata (Bratako).

    Prinsip Penelitian

    Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dibuat menjadi bentuk sediaan sampo dengan metode pelarutan dan pencampuran dengan menggunakan kombinasi bahan pengental HPMC sebanyak empat formula yang berbeda yaitu 0%; 1,5%; 2%; 2,5% serta bahan tambahan yang lain seperti natrium lauril eter sulfat, kokamido propil betain, propilen glikol, methyl paraben, natrium metabisulfit, asam sitrat dan air. Sediaan sampo yang dihasilkan dievaluasi meliputi pemeriksaan organoleptik, bobot jenis, tegangan permukaan, tinggi dan kestabilan busa, viskositas dan sifat alir serta pH dan selanjutnya pada sediaan yang paling baik dilakukan uji stabilitas dengan cara penyimpanan pada suhu kamar dan suhu 60oC selama 3 minggu serta 85oC selama 2,5 hari, dievaluasi setiap minggu selama 3 minggu untuk sediaan yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 60oC serta dievaluasi setiap hari selama 3 hari untuk sediaan yang disimpan pada suhu 85oC yang meliputi pemeriksaan organoleptik, bobot jenis, tegangan permukaan, tinggi dan

  • stabilitas busa, viskositas dan sifat alir serta pH. Tabel 1. Formulasi Sediaan Sampo Antiketombe Jeruk Nipis

    Bahan Jumlah (%) Blanko FI FII FIII Perasan buah jeruk nipis 1,5 1,5 1,5 1,5 Natrium Lauril Eter Sulfat

    12 12 12 12

    Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

    0 1,5 2 2,5

    Kokamidopropil betain 4 4 4 4 Propilen glikol 8 8 8 8 Methyl paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 Na. metabisulfit 1 1 1 1 Asam sitrat qs qs Qs Qs Aqua demineralisata ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

    Evaluasi Sampo 1. Pengamatan Organoleptik

    Pengamatan ini dilakukan meliputi pengamatan terhadap perubahan warna, bau dan bentuk sediaan. Pengamatan ini dilakukan pada suhu kamar dan 60oC selama 3 minggu serta suhu 80oC selama 2,5 hari.

    2. Pemeriksaan Viskositas dan Sifat Alir Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield dengan cara sebagai berikut. Sejumlah sampo sebanyak 250ml diletakkan dalam gelas piala 250 ml, dan spindle yang sesuai dimasukkan sampai batas yang ditentukan lalu diputar dengan kecepatan tertentu sampai jarum viskometer menunjukkan angka pada satu skala yang konstan. Faktor perkalian dapat dilihat pada tabel yang sesuai dengan kecepatan dan spindle yang digunakan. Penentuan sifat alir dilakukan dengan mengubah-ubah rpm sehingga didapat nilai viskositas pada berbagai rpm. Sifat aliran dapat diketahui dengan cara membuat kurva antara kecepatan geser (rpm) dengan gaya (dyne/cm2) sesuai dengan data yang diperoleh kemudian diplotkan pada kertas grafik antara gaya (x) dan kecepatan geser (y) kemudian ditentukan sifat alirnya. Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu

    kamar dan 40oC selama 3 minggu, serta pada suhu 60oC selama 2,5 hari.

    3. Pemeriksaan pH Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dengan cara pH meter dinyalakan, kemudian elektroda pada alat pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar sitrat pH 4 dan larutan dapar fosfat pH 7. Sediaan sampo yang akan diuji ( 80ml), disiapkan dalam beaker glass 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan sampo, sehingga ujung elektroda tercelup semua. Diamkan hingga angka pada digital menjadi stabil, sehingga siap untuk dibaca, nilai yang tercantum pada alat dicatat sebagai nilai pH sampo uji.

    4. Penetapan bobot jenis Pengukuran bobot jenis dengan menggunakan piknometer dilakukan dengan cara sebagai berikut piknometer kosong ditimbang (A), piknometer diisi air suling kemudian ditimbang(B), selanjutnya piknometer berisi 0,1% larutan formula ditimbang (C).

    5. Pengukuran Tegangan Permukaan Tegangan permukaan dari 0,1% larutan sediaan dalam air suling diukur menggunakan cincin Du Nouy yaitu alat tensiometer yang telah dikalibrasi sebelumnya. Pengukuran dilakukan dengan tahap sebagai berikut yakni pasangkan cincin pada kait sistem

  • pengukuran tanpa kontak dengan cairan uji, meja sampel dengan cairan uji digerakkan ke atas perlahan sampai cincin berada 2-3 mm dibawah permukaan cairan. Kemudian meja dengan cairan uji digerakkan ke bawah secara perlahan sehingga cincin menarik lamela keluar permukaan cairan. Hal ini akan menambah gaya sehingga mencapai maksimum ketika lamela koyak. Harga maksimum menyatakan tegangan permukaan yang belum dikoreksi.

    6. Pengukuran Kestabilan busa Tinggi busa dari 0,1% larutan sediaan dalam air suling, pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode sederhana, antara lain sediaan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis dimasukkan ke dalam gelas ukur tertutup 100 ml dan dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan.Tinggi busa yang terbentuk diamati dan 20 menit kemudian diamati kembali.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pemeriksaan bahan baku sesuai dengan yang tertera pada Certyficate of Analysis dan Farmakope Indonesia IV, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua bahan baku dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

    Pada pembuatan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis dengan variasi HPMC sebagai pengental yakni 1,5%; 2%; 2,5% tidak ditemukan kendala yang berarti. Hanya saja pada saat pencampuran, yang harus diperhatikan adalah suhu pencampuran pada suhu 60-

    70oC dan penambahan perasan buah jeruk nipis pada suhu 40oC. Hal ini dimaksudkan agar bahan-bahan tersebut lebih mudah terdispersi.

    Hasil evaluasi sifat organoleptik sampo yang dilakukan terhadap formula I-IV dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2. organoleptik sampo jeruk nipis semua formula berbau jeruk nipis, jernih dan berwarna hijau kekuningan. Hasil pengamatan organoleptik dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptik sampo jeruk nipis

    Formula Organoleptik Homogenitas Kejernihan Warna Bau Blangko H J HK JN

    I H J HK JN II H J HK JN III H J HK JN

    Keterangan: H = Homogen J = Jernih HK = Hijau Kekuningan JN = Jeruk Nipis

    Hasil evaluasi viskositas dan sifat alir formula I-IV dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil evaluasi viskositas Tabel 3. dan Gambar 1. didapatkan hasil viskositas berurut-turut pada blangko 80 cPs; formula I 120 cPs; formula II 240 cPs; formula III 320 cPs. Pada sampo jeruk nipis memiliki perbedaan viskositas sesuai dengan peningkatan konsentrasi HPMC yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi HPMC yang digunakan semakin besar nilai viskositas yang dihasilkan. Viskositas sampo

    jeruk nipis formula I-IV menunjukkan viskositas yang semakin besar, nilai viskositas terbesar dihasilkan oleh formula IV karena memiliki konsentrasi HPMC terbesar yaitu 2,5% dan viskositas terendah dihasilkan oleh blangko karena tidak menggunakan HPMC sehingga sediaan yang dihasilkan sangat encer. Dari hasil evaluasi sifat alir didapatkan hasil bahwa sampo jeruk nipis mempunyai sifat alir thiksotropik pseudoplastis, hal ini berkaitan erat dengan komponen-komponen penyusunnya terutama

  • HPMC. Sifat alir tiksotropi memiliki sifat, yaitu viskositasnya dapat berkurang dengan meningkatnya kecepatan geser. Bentuk kurva menurun terdapat di sebelah kiri kurva menaik, yang menunjukkan bahwa sampo jeruk nipis memiliki viskositas yang lebih

    rendah pada setiap harga kecepatan geser pada kurva menurun dibandingkan kurva menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut dikurangi atau dihilangkan.

    Tabel 3. Hasil evaluasi viskositas sampo jeruk nipis

    Formula Viskositas (cPs) Blangko 80

    I 120 II 240 III 320

    Gambar 1. Grafik evaluasi viskositas sampo jeruk nipis

    Hasil evaluasi pH sampo formula I-

    IV dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 2. Evaluasi pH sampo jeruk nipis bertujuan agar didapatkan pH sampo yang mendekati pH kulit yaitu 4,5-6,5 sehingga tidak mengiritasi kulit kepala(5). Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 16. dan Gambar 7. didapatkan pH sampo jeruk nipis blangko 5,74; formula I 5,72, formula II 5,71 formula III 5,69. Hasil evaluasi pH menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi HPMC

    yang digunakan maka pH sediaan sampo jeruk nipis semakin menurun. Hal ini disebabkan karna HPMC mempunyai pH yang sangat asam. Semua formula memenuhi persyaratan pH bagi sampo yaitu antara 5-9 dan memenuhi pH kulit normal yaitu 4,5-6,5 sehingga semua formula sampo jeruk nipis tidak mengiritasi kulit saat digunakan dan masih bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya pada uji stabilitas.

    Tabel 4. Hasil pemeriksaan pH sampo Jeruk Nipis

    Pengukuran Ph Blangko Formula I Formula II Formula III 1 5,74 5,72 5,71 5,69 2 5,73 5,73 5,71 5,72

    Rata-rata 5,74 0,01 5,73 0,01 5,71 0,00 5,70 0,04

    80 120240

    320

    0100200300400

    Blangko I II III

    Visk

    osita

    s (cP

    s)

    Formula

  • Gambar 2. Grafik evaluasi pH sampo jeruk nipis

    Hasil evaluasi bobot jenis sampo

    jeruk nipis pada Tabel 5. dan Gambar 3. didapatkan hasil bobot jenis berturut-turut pada blangko adalah 1,025g/ml; formula I 1,02 g/ml; formula II 1,024 g/ml; formula III 1,025 g/ml. Persyaratan bobot jenis yang ditetapkan oleh standar nasional Indonesia untuk sediaan sampo yaitu 1,02 g/ml diukur pada suhu kamar. Bobot jenis sampo

    mencerminkan kemampuan sampo untuk dapat dibasahi atau dibilas dengan air, bila bobot jenis sampo kurang dari 1,02 g/ml hal ini disebabkan karena kerapatan sampo lebih kecil daripada kerapatan air, sehingga kemampuan air untuk dapat membilas sampo pada rambut dan kulit kepala kecil serta menyebabkan sampo masih banyak tertinggal.

    Tabel 5. Hasil pemeriksaan bobot jenis sampo jeruk nipis

    Formula A (gr) B (gr) C (gr/ml) D (gr/ml) Blangko 31,47 60,30 60,88 1,020 I 31,17 60,37 61,11 1,025 II 30,95 60,04 60,75 1,024 III 30,96 60,42 61,16 1,025

    Keterangan: A= Bobot piknometer kosong B= Bobot air suling C= Bobot 0,1% larutan formula D= Bobot jenis sampo jeruk nipis (g/ml)

    Gambar 3. Grafik evaluasi bobot jenis sampo jeruk nipis

    Berdasarkan hasil pengamatan tegangan permukaan pada Tabel 6 dan Gambar 4. semua formula dari sampo jeruk

    nipis didaptkan hasil tegangan permukaan berturut-turut blangko 27,08 dyne/cm; formula I 28,95 dyne/cm; formula II 28,02

    5.745.73

    5.715.7

    5.685.69

    5.75.715.725.735.745.75

    Blangko Formula II Formula III Formula IV

    pH

    Formula

    1.02

    1.0251.024

    1.025

    1.0161.018

    1.021.0221.0241.026

    Blangko I II III

    Bob

    ot Je

    nis

    (g/m

    l)

    Formula

  • dyne/cm; formula III 30,82 dyne/cm sudah dibuktikan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi surfaktan yang digunakan pada setiap formula adalah sama. Penurunan tegangan permukaan berhubungan dengan kemampuan surfaktan dalam menurunkan sudut kontak sehingga kotoran dapat dibasahi yang kemudian dilanjutkan dengan

    proses pelarutan dari partikel-partikel kotoran. Persyaratan tegangan permukaan suatu sampo dalam menurunkan tegangan permukaan air yaitu antara 27-46 dyne/cm pada konsentrasi 1% larutan surfaktan(6). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tegangan permukaan semua formula memenuhi persyaratan, yaitu 27,08-30,82 dyne/cm.

    Tabel 6. Hasil pemeriksaan tegangan permukaan sampo jeruk nipis Formula Harga maximum

    (OsRuK) dyne/cm Faktor

    koreksi cincin Tegangan permukaan absolute (dyne/cm)

    Blangko 30 0,9028 27,08 I 32 0,9047 28,95 II 31 0,9037 28,02 III 34 0,9064 30,82

    Gambar 4. Grafik evaluasi tegangan permukaan sampo jeruk nipis

    Evaluasi volume dan kestabilan busa dilakukan untuk mengetahui banyak dan stabilnya busa yang dihasilkan oleh sampo jeruk nipis. Jumlah yang besar dari busa yang dihasilkan tidak mencerminkan tingginya efek pembersihan tetapi hanya memberikan nilai estetika pada sediaan. Berdasarkan hasil pengukuran volume dan kestabilan busa dari blangko dan formula I-III pada Tabel 7. didapatkan hasil volume busa setelah dilakukan pengocokkan selama 20 menit adalah Blangko: 82 ml; I: 72 ml; II: 74 ml; III: 75 ml. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa volume busa yang terbentuk pada blangko yang tidak

    menggunakan HPMC sebagai pengental, hasilnya menunjukkan bahwa volume busa lebih besar dibandingkan dengan formula I-III yang menggunakan konsentrasi HPMC 1,5%; 2%; dan 2,5%. Kestabilan busa formula I-III mengalami peningkatan, hal ini disebabkan adanya penambahan massa HPMC pada setiap formula yang memiliki fungsi sebagai penstabil busa, dimana HPMC dapat membentuk lapisan film tipis pada busa, sehingga melindungi busa agar tetap stabil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa busa yang dihasilkan dari blangko dan formula I-III stabil.

    27.08

    28.9528.02

    30.82

    25

    26

    27

    2829

    30

    31

    32

    Blangko I II III

    Tega

    ngan

    Per

    muk

    aan

    (dyn

    e/cm

    )

    Formula

  • Tabel 7. Hasil Pengukuran Volume dan Kestabilan busa sampo jeruk nipis

    Perlakuan Volume dan Kestabilan busa (ml) Blangko I II III Pengocokkan 2 menit 82 72 74 75 Pendiaman 5 menit 80 71 73 74

    Hasil pengujian sifat organoleptik

    pada uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji organoleptik formula I-IV pada penyimpanan suhu kamar (25oC-30 oC) tidak terjadi perubahan warna, bau, dan kekeruhan. Pada suhu (60 oC) juga didapatkan sediaan yang relative stabil secara organoleptis karena tidak ada perubahan warna, bau, serta memiliki tampilan sampo yang baik selama penyimpanan 3 minggu. Pada suhu suhu 85 oC sediaan sampo yang dibuat juga tetap dalam keadaan stabil selama penyimpanan 2,5 hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sediaan sampo yang dibuat stabil selama penyimpanan 2 tahun(7).

    Hasil pengujian stabilitas terhadap viskositas dan sifat alir formula I-IV. Dari hasil pemeriksaan viskositas didapat adanya perbedaan viskositas pada sampo yang disimpan pada suhu kamar, suhu 60oC dan suhu 85 oC. Pada penyimpanan suhu 85 oC viskositas sampo yang dihasilkan lebih tinggi dan stabil dibandingkan sampo yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 60oC. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan suhu menyebabkan kekakuan rantai dan tingginya gaya antar rantai akibat ikatan hydrogen antar gugus hidroksil pada rantai yang berdekatan, akibatnya viskositas meningkat. Semua formula memiliki sifat alir tiksotropik pseudoplastis yang berkaitan erat dengan komponen penyusunnya terutama HPMC. Sifat alir tiksotropi memiliki sifat yaitu viskositasnya dapat berkurang dengan meningkatnya kecepatan geser. Sifat alir tiksotropik mempunyai konsistensi yang optimum dalam wadah, tetapi dapat dituang dengan mudah.

    Hasil pengujian stabilitas terhadap pH sampo formula I-IV pH sediaan selama penyimpanan 3 minggu berkisar antara 5,68-5,77. Hasil pemeriksaan sediaan sampo semua formula yang disimpan pada suhu

    kamar, suhu 60oC dan suhu 85 oC mengalami perubahan pH namun masih dalam batas persyaratan pH sampo yakni 5-9 dan masih masuk rentang pH kulit dalam keadaan normal yaitu antara 4,5-6,5. Kondisi penyimpanan pada suhu yang berbeda tidak mempengaruhi perubahan pH sediaan sampo. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peningkatan konsentrasi HPMC tidak mempengaruhi pH sediaan.

    Hasil pengujian stabilitas terhadap bobot jenis sampo formula I-IV. Bobot jenis sediaan selama penyimpanan 3 minggu berkisar antara 1,0191,023. Hasil pemeriksaan sediaan sampo semua formula yang disimpan pada suhu kamar, suhu 60oC dan suhu 85 oC mengalami perubahan bobot jenis namun masih dalam batas persyaratan bobot jenis sampo yakni 1,02 g/ml. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua formula sampo jeruk nipis tersebut mempunyai bobot jenis yang stabil selama penyimpanan 2 tahun(7).

    Berdasarkan hasil pengujian stabilitas terhadap tegangan permukaan sediaan sampo formula I-IV diketahui bahwa ada perbedaan bermakna terhadap perbedaan konsentrasi HPMC. Hasil tegangan permukaan pada formula blangko lebih rendah dari formula I-III. Hal ini disebabkan karena pada formula I-III mengandung HPMC yang dapat mengakibatkan kekuatan peregangan yang lebih tinggi serta kemampuan untuk memecahkan busa menjadi lebih rendah sehingga tegangan permukaan formula I-III yang mengandung HPMC lebih tinggi. Hasil tegangan permukaan pada sampo ini berkisar antara 27,0430,82. Dapat disimpulkan bahwa tegangan permukaan semua formula memenuhi syarat tegangan permukaan, yaitu salah satu kriteria pada sampo yang baik adalah dapat menurunkan tegangan

  • permukaan dari 78 dyne/cm menjadi 40 dyne/cm pada rentang konsentrasi 0,1-0,2% atau mempunyai tegangan permukaan antara 27-46 dyne/cm pada konsentrasi 1%(6).

    Tidak ada syarat yang menunjukkan volume busa maksimum dan minimum, karena volume busa sangat sedikit pengaruhnya terhadap kemampuan dalam

    membersihkan kotoran. Hasil pemeriksaan volume busa semua formula I-IV pada suhu kamar, suhu 60oC dan suhu 85 oC dapat dilihat pada Tabel 25. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa volume busa sampo stabil selama penyimpanan 2 tahun(7).

    Kesimpulan Sediaan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis 1,5% dengan pengental HPMC antara 1%-2,5% dapat dibuat sediaan sampo yang berwarna hijau kekuningn, jernih, berbau jeruk nipis, dan mudah dituang, memiliki pH rata-rata antara 5,68-5,77, viskositas rata-rata antara 80-320 cPs dan mempunyai sifat alir tiksotropik pseudoplastis.

    Sediaan sampo yang mengandung perasan buah jeruk nipis 1,5% dengan pengental HPMC antara 1%-2,5% stabil selama 2 tahun. Saran Perlu dilakukakn penelitian lebih lanjut dengan pengujian mikrobiologi terhadap fungsi sediaan sampo jeruk nipis sebagai antiketombe dengan menggunakan bakteri Pityrosporum ovale.

    Daftar Pustaka 1. Sarwono, B., 1994, Jeruk Nipis dan

    Pemanfaatannya, Penebar Swadaya, Jakarta.

    2. Sarwono, B., 1994, Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis, Penebar Swadaya, Jakarta.

    3. Kenneth, A., dan Ardnt, M.D., 1980, Pedoman Terapi Dermatologis, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

    4. Safitri, M., 1999, Efektivitas Kadar Jeruk Nipis Terhadap Persentase Penghambatan Pertumbuhan Koloni

    Pityrosporum ovale, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Jakarta.

    5. Hariana, HA., 2004, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri I, Penebar Swadaya, Jakarta.

    6. Schrader, K., and Domsch, A., 2005, Cosmetology Theory and Practice, vol 2, New York.

    7. Lachman, L., dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Ed.3, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm 1528-1529.