Jurnal
description
Transcript of Jurnal
Diskusi
Tujuan dari studi ini dapat didiskusikan dalam bentuk efek dari malnutrisi
kronik pada bentuk neuropsikologika dan dengan mempertimbangkan rerata
proses perkembangan kognitif.
Efek dari malnutrisi pada bentuk neuropsikologikal
Studi kami menunjukkan bahwa anak malnutrisi melaksanakan tes
neuropsikologi dengan buruk, kecuali kecepatan motorik yang dibandingkan
dengan anak dengan gizi cukup. Anak malnutrisi menunjukkan hasil yang buruk
pada tes fungsi kognitif luhur seperti kognitif yang fleksibel, perhatian, fungsi
daya ingat, persepsi visual, kemampuan verbal secara komprehensif, serta
memori. Penemuan ini didukung dengan studi lain pada anak Indian dengan
malnutrisi, dimana dilaporkan bahwa gangguan pada anak dengan gizi kurang dan
koordinasi gerak motorik halus yang terpatah-patah. Anak malnutrisi menunjukan
hasil yang buruk pada serangkaian tes "Novel", seperti pada tes fungsi eksekutif
seperti pada penggunaan memori pada tempat yang terpisah. Hasil yang buruk
pada tes kelancaran dan daya ingat yang berhubungan dengan peningkatan yang
sangat lambat antara keompok usia 5-7 tahun dan 8-10 tahun. Hasil yang buruk
dari kebanykan tes neuropsikologi mengindikasikan bahwà perburukan secara
acak termasuk perhatian, fungsi eksekutif,fungsi neurospatial, komprehensif dan
memori.
Efek dari malnutrisi pada pertumbuhan kognitif
Kedua kelompok di tes serangkaian tes neuropsikologi, dimana didapatkan
bahwa sensitivitas terhadap usia relatif berbeda di fungsi kognitif pada anak ( 5 -
15 tahun). Tren usia dilaporkan pada studi ini berdasarkan penilaian dari
NIMHANS ( serangkaian tes neuropsikologi) untuk anak. serangkaian tes ini telah
distandarisasi berdasarkan kurva pertumbuhan dengan peendekatan validasi
empiris berdasarkan usia - dihubungkan dengan perbedaan pada pelaksanaan tes
neuropsikologi. Serangkaian tes ini didapati sensitif pada usia yang relatif
berbeda.
Anak malnutrisi menunjukkan hasil yang buruk dengan mengacu pada
usia yang dibandingkan secara adekuat dengan ank gizi cukup. Hasil dari anak
malnutrisi pada kelompok usia 5-7 tahun adalah buruk dan jauh lebih rendah
dibandingkan anak cukup gizi dan tidak menunjukkan perbaikan yang terlalu
banyak pada usia 8-10 tahun. Rerata perkembangan kognitif ditemukan berbeda
untuk fungsi kognitif yang berbeda pula. Rerata perkembangan dipengaruhi oleh
beberapa fungsi kognitif meunjukkan usia minimal yang berhubungan dengan
peningkatan disekitar rentang usia 5-7 tahun dan 8-10 tahun seperti pada
kelancaran, daya ingat, membangun kontak mata, verbal yang komprehensif,
mempelajari dan mengingat dari materi visual dan verbal. Sebaliknya
penambahan usia yang berhubungan dengan penigkatan telah di observasi dan
dipercaya pada fungsi kognitif lainnya pada aak malnutrisi, dimana level
pelaksanaan rendah pada kedua kelompok usia, tetapi rerata dari penigkatan
antara kedua kelompok usia adalah sama dengan anak cukup gizi.
Kecepatan motorik (tangan kanan dan kiri) tidak ditemukan pada anak
malnutrisi dan rerta perkembangan juga ditemukan sama terhdap anak cukup gizi.
KEP kronik sepertinya tidak mempengaruhi kognitif proses seperti kecepatan
motorik dimana ini mempengaruhi pada kasus defisiensi nutrisi lainnya.
Fungsi eksekutif lainnya seperti kelancaran, perhatian yang selektif dan
penggunaan daya ingat ditemukan menurun pada anak malnutrisi juga
menunjukkan yang rendah pada kedua kelompok usia. Ketiga tes dari fungsi
eksekutif (kelancaran pennggunaan daya ingat, perhatian selektif termask stimulus
"Novel" dan pelaksanaannya memerlukan pada lokasi spatial kognitif yng
fleksibel secepat pemrosesan informasi ini dimana terpengaruhi pada anak
malnutrisi. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa anak malnutrisi menunjukkan
peningkatan yang sangat rendah dari fungsi luhur. Pada suatu level pelaksanaan
tes yang sesuai dengan tes yang sesuai dengan tes fungsi eksekutif terjadi
peningkatan yang dipengaruhi sesuai dengan pertambahan usia. Bagaimanapun
juga, dalam kasus ini kelancaran verbal pada anak malutrisi adalah rendah tetapi
rerata peningkatan antara kedua kelompok umur lebih baik dibandingkan anak
cukup gizi.
Fungsi visuospatial seperti persepsi visual, membangun kontak mata dan
visuo-konseptual menunjukkan hasil yang buruk secara signifikan ketika
dibandingkan dengan anak cukup gizi, tetapi seiring dengan bertambahnya umur
terjadi peningkatan kemampuan. Kemampuan dari fungsi, seperti pada persepsi
visual (diskriminasi visual, pencocokan persepsi, pengakhiran pandangan, dan
hubjngan visuospatial) serta pembangunan kontak mata sepenuhnya terpengaruh
pada anak malnutrisi dan juga ditunjukkan rerata yang rendah pada pertambahan
usia.
Komprehensi verbal, pembelajaran dan memori dari materi verbal dan
visual ditemukan rendah apabila dibandingkan dengan anak cukup gizi, tetapi
rerata peningkatan antara kelompok usia 5-7 tahun dan 8-10 tahun dengan anak
cukup gizi adalah sama. Hasil ini menyarankan bahwa perkembangan yang
komprehensif terhadap usia mungkin tidak berpengaruh pada anak cukup gizi.
Bagaimanapun juga, hasil yang buruk pada tes pembelajaran verbal AVLT, anak
malnutrisi juga menunjukkan peningkatan yang minimal antara kedua kelompok
usia jika dibandingkan dengan anak cukup gizi adalah sangat jauh berbeda.
Memori visual tidak jauh terpengaruh pada anak malnutrisi dalam artian hasil
yang rendah pada keterlambatan pemanggilan pada desain tes pembelajaran
seperti perbedaan antara kedua kelompok usia
Malnutrisi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak dam lebih
jauh mengenai perilaku. Anak usia sekolah yang menderita malnutrisi ditemukan
secara umum memiliki IQ, fungsi kognitif, prestasi sekolah yang rendah dan
gangguan perilaku yang diluar kebiasaan sesuai dengan kontrol dan kurang lebih
sama seperti saudara kandungnya. Setidaknya kerugian tersebut hingga pada masa
remaja. Tidak ada bukti yang konsisten dari kekurangan fungsi kognitif. Kejelasan
fungsi dari proses kognitif yang spesifik tidak dijelaskan.
Perawakan pendek pada awal masa kanak-kanak yang biasanya terjadi di
negara berkembang yang dihubungkan dengan kognitif yang rendah dan prestasi
di sekolah setelah masa kanak-kanak. Kurangnya nilai anak-anak telah dilaporkan
memiliki nilai yang lebih kecil pada usia 11 tahun dibandingkan usia 8 tahun pada
studi longitudinal pada anak berperawakan pendek dengan malnutrisi yang
disarankan tidak memiliki efek lebih lanjut. Juga pada studi ini seluruh anak pada
grup malnutrisi juga berperawakan pendek dan dari penilaian cross-sectional yang
berhubungan dengan peningkatan usia menunjukkan rerata yang sama diantara
kelompok usia 5-7 tahun hingga 8-10 tahun yang diobservasi pada anak cukup
gizi pada kemampuan dasar memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
anak dengan malnutrisi.hasil ini menunjukan bahwa malnutrisi memiliki efek
yang merugikan (sebagian memiliki efek perawakan pendek) sesuai dengan usia
pada sebagian fungsi kognitif tetapi rerata perkembangan kognitif dari sebagian
besar proses kognitif juga sebagian proses kognitif yang lebih tinggi termasuk
proses eksekutif dan persepsi visuospatial dapat berakibat lebih buruk pada masa
kanak-kanak. telah dilaporkan Penurunan lanjutan dari efek malnutrisi terdapat
perbedaan dari tingkat pendidikan, sosioekonomi dan psikososial. Oleh karena itu,
malnutrisi (sebagian stunting) memiliki efek perkembangan proses kognitif yang
terlambat semasa anak-anak dibandingkan gangguan kognitif umum yang
menetap.
Interpretasi neuropsikologi dari proses kognitif memiliki efek yang lebih
berat pada anak dengan malnutrisi yang mendapatkan kortikal yang acak. Ini
seperti yang terdapat pada defisit yang berhubungan dengan fungsi yang
dimediasi oleh dorsolateral prefrontal cortex (hasil yang rendah pada tes
perhatian, kelancaran dan fungsi memori), parietal kanan (hasil yang rendah pada
tes fungsi visuospatial), dan bilateral cortex temporal ( hasil yang rendah pada tes
komperhensif, belajar berbahasa, memori untuk materi verbal dan visual).
Sebagian dari cortex prefrontal rentan terhadap malnutrisi. Efek lanjut dari
malnutrisi (PEM-stunting) pada perkembangan kognitif dapat dihubungkan
dengan beberapa fungsi pematangan struktural dan fungsional seperti
keterlambatan myelinisasi dan pengurangan secara keseluruhan perkembangan
dari karbonisasi dendritik pada perkembangan otak.
Terdapat dua hasil dari studi ini yaitu perawakan pendek yang disebabkan
oleh malnutrisi juga dapat menimbulkan efek pada fungsi kognitif. Di satu sisi
pengaruh umur juga disepakati meningkatkan kemampuan kognitif dan di sisi
lainya dapat menyebabkan perbaikan kognitif secara terus menerus.
Bagaimanapun juga efek tersebut tidak secara spesifik dan acak pada sebagian
daerah kognitif. Hasil dari studi ini juga mengindikasikan bahwa, sebagian fungsi
kognitif juga rentan terhadap efek malnutrisi dalam artian menunjukkan perbaikan
tetapi rata-rata perkembangan dari fungsi ini mungkin tidak memiliki pengaruh.
Di sisi lain, rerata dari perkembangan sebagian fungsi kognitif mungkin
berpengaruh dan juga menunjukkan perbaikan ketika dibandingkan dengan anak
yang memiliki gizi cukup.
Kesimpulan
Kekurangan energi protein kronik (perawakan pendek) menyebabkan
penurunan kognitif secara perlahan dari rata-rata proses perkembangan kognitif.
Nilai perkembangan fungsi kognitif kemungkinan mengikuti perubahan pada anak
dengan kelainan malnutrisi. KEP menyebabkan perbedaan proses perkembangan
kognitif selama masa kanak-kanak dibandingkan yang ditunjukan disfungsi
kognitif secara keseluruhan seperti yang dibandingkan anak cukup gizi.
Perawakan yang pendek dapat merupakan bentuk dari perkembangan kognitif
yang terlambat seperti pada kelainan kognitif yang permanen hanya mengalami
peningkatan kognitif yang minimal seiring dengan bertambahnya umur. pengaruh
KEP lebih berat pada usia anak-anak mengenai perhatian, melakukan fungsi
kognitif yang fleksibel, fungsi memori, fungsi visuospatial seperti melakukan
kontak mata, periode ini ditandai dengan perkembangan fungsi kognitif yang
cepat.
Kepentingan penulis
Penulis menyatakan bahwa tidak ada kepentingan lain dalam penelitian ini.
Kontribusi penulis
BRK membuat kontribusi secara substansial pada konsep, desain,
pengumpulan dan analisis data pada studi ini. SLR dan BAC berkonstribusi pada
konsep, desain, dan draft dari naskah ini. Seluruh penulis telah membaca dan
menyetujui naskah akhir.
Pengakuan
Para penulis telah mengakui bantuan dan petunjuk dari Prof. Tara
Gopaldas (konsultan nutrisi dan kesehatan) dari layanan konsultasi Tara,
Bangalore. Dr. Rajiv Kurpad dan Dr. Sumitra dari divisi nutrisi dan kesehatan,
Rumah sakit dan Fakultas kedokteran St. Johns, Bangalore.
Daftar pustaka
1. Udani PM: brain and various facets of child development. Indian J Petdiatr 1992, 59:165-186.
2. Upadhayaya SK, Saran A, Agarwal DK, Singh MP, Agarwal KN: Growth and behaviour development in rural infants in relation to malnutrition and environment. Indian Pediatr 1992, 29:595-606.
3. Leenstra T, Petersen LT, Kariuki SK, Oloo AJ, Kager PA, ter Kuille FO: Prevalence and severity of malnutrition and age at menarche; cross-sectional studies in adolescent school girls in western Kenya. Eur J Clin Nutr 2005, 59:41-48.
4. Levitsky Da, Strupp BJ: Malnutrition anf the brain: ndernutrition and behavioural development in children. J Nutr 1995,125:22125-22205.
5. LipdhyayaSK, Agarwal KN, Agarwal DK: Influence of malnutrition on social maturity, visual motor coordination and memory in rural school children. Indian J Med Res 1989. 90:320-327.
6. Upadhyay SK, Agarwal DK, Agarwal KN: Influence of malnutrition on intellectual development. Indian J Mer Res 1989. 90:430-441.
7. Mendez MA, Adair LS: severity and timing of stunting in the first two years of life affect performance on cognitive tests in late childhood. J Nutr 1999. 129:1555-1562.
8. Posner MI, Petersen SE, Fox PT, Raichle ME: Localization of cognitive functions in the human brain. Science 1988, 240:1627-1631.
9. Scrupp BJ, Levirsky DA: Enduring cognitive effects on early malnutritio : A Theoritical Appraisal. J Nutr 1995, 125:22215-22325.
10. Das JP, Pivato E: Malnutrition and cognitive functioning. International review of research in mental retardation 1976:8.
11. Measuring changes in Nutritional Status WHO, Geneva; 1983.12. Raven J, Raven JC, Court JH: Colored progressive matrices. Oxford:
Oxford Psychologists Press; 1998.13. Kar BR, Rao SL, Chandramouli BA, Thennarasu K: NIMHANS
neuropsychological battery for children-manual. Bangalore: NIMHANS publication division; 2004.
14. Rutter MA: Children's behaviour questionnaire for completion by teachers: preliminary findings. J Child Psychol Psyc 1967, 8:1-11.
15. Reitan RM: Sensorimotor functions, intelligence and cognition, and emotional status in subjects with cerebral lesions.
16. Bornstein RA: Normative data on selected neuropsychological measures from a nonclinical sample. J Clin Psychol 1985, 41:651-659.
17. Korkman M, Kemp SL, Kirk U: Effects of age on neurocognitive18. measures of children ages 5–12 years: A cross-sectional study on 800
children from the United States. Dev Neuropsychol 2001, 20:325-330.19. Williams J, Rickert V, Hogan J, Zolten AJ, Satz P, D'Elia LF, Asarnow
RF, Zaucha K, Light R: Children's colour trails. Arch Clin Neuropsych 1995, 10:211-223.
20. Spreen O, Strauss E: A compendium of neuropsychological tests. 2nd edition. New York: Oxford University Press; 1998.
21. Kapur M: Measurement of organic brain dysfunction. Ph.D thesis submitted to Bangalore University 1974.
22. Benton AL: Right-left discrimination. Pediatr Clin North Am 1968, 15(3):747-58.
23. Lezak MD: Neuropsychological assessment. New York: Oxford University Press; 1995.
24. Jones-Gotman M, Milner B: Design fluency: the invention of nonsense drawings after focal cortical lesions. Neuropsychologia 1977, 15:653-674.
25. Jones-Gotman M: Localization of lesions by neuropsychological testing. Epilepsia 1991, 32:S41-S52.
26. Kown H, Reiss AL, Menon V: Neural basis of protracted developmental changes in visuospatial working memory. P Natl Acad Sci USA 2002, 99:13336-13341.
27. Kar BR: Standardization of a neuropsychological battery for children. In Ph.D thesis National Institute of Mental Health and Neurosciences, Department of Clinical Psychology; 2003.
28. Khetrapal N, Kar BR, Srinivasan N: Development of visuospatial working memory: Role of load and task difficulty. Psychological Studies 2008, 53:170-174.
29. Collarrusso RP, Hammill DD: Motor-free visual perception test Finland: Academic Therapy Publications; 1972.
30. Malin AJ: Malin's intelligence scale for Indian children (MISIC). Indian Journal of Mental Retardation 1969, 4:15-25.
31. De Renzi E, Vignolo L: The token test: A sensitive test to detect receptive disturbances in aphasics. Brain 1962, 85:665-678.
32. Maj M, D' Elia L, Satz P, Janssen R: Evaluation of two new neuropsychological tests designed to minimize cultural bias in the assessment of HIV-1 seropositive persons: A WHO study. Arch Clin Neuropsych 1993, 8:123-135.
33. Vakil E, Blachstein H, Sheinman M, Rey AVLT: Development of norms for children and sensitivity of different measures to age. Child Neuropsychol 1998, 4:161-177.
34. Jones-Gotman M: Memory for designs: the hippocampal contribution. Neuropsychologia 1986, 24:193-203.
35. Scoville WB, Milner B: Loss of recent memory after bilateral hippocampal lesions. J Neurol Neurosur Ps 1954, 20:11-21.
36. Agarwal KN, Agarwal DK, Upadhyay SK: Impact of chronic undernutrition on higher mental functions in Indian boys aged 10–12 years. Acta Paediatr 1995, 84:1357-61.
37. Gorman KS: Malnutrition and cognitive development: evidence from experimental/quasi experimental studies among the mild-moderately malnourished. J Nutr 1995, 125(Suppl):2239S-2244S.
38. Grantham-McGregor S: A review of studies of the effect of severe malnutrition on mental development. J Nutr 1995, 125(8 Suppl):2333S-2238S.
39. Chang SM, Walker SP, Grantham-McGregor S, Powell CA: Early childhood stunting and later behaviour and school achievement. J Child Psychol Psyc 2002, 43:775-783.