jurnal..

5
20 KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN Fransiska Ompusunggu* Evi Karota Bukit ** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone: 085275137234 E-mail: [email protected] Abstrak Mendeteksi secara dini kanker serviks merupakan usaha untuk mengidentifikasi keabnormalan pada serviks. Pap smear telah banyak dilakukan baik di negara maju maupun berkembang namun sampai saat ini kanker serviks masih menjadi ancaman bagi kaum wanita. Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang menghambat wanita usia subur tidak melakukan Pap smear di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian sebanyak 101 responden yang memenuhi kriteria dengan menggunakan convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia > 30 tahun (61%), pendidikan SMA (45%), agama Islam (85%), suku jawa (38%), ibu rumah tangga (67%), penghasilan > Rp 1.035.500 (58%),-, jumlah anak ≤ 2 orang (57%). Adapun faktor hambatan responden tidak melakukan Pap smear diantaranya adalah faktor pengetahuan (63%), faktor agama (46%),faktor sosial budaya (73%), faktor sumber informasi (77%), faktor ekonomi (54%), faktor motivasi (68%), serta faktor fasilitas dan tenaga kesehatan (58%). Disarankan kepada pelayanan kesehatan melalui upaya promosi kesehatan dalam meningkatkan kesadaran wanita usia subur melakukan deteksi dini risiko terjadinya kanker serviks. Kata Kunci: Kanker serviks , Pap smear PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia termasuk Indonesia. Secara global, kejadian kanker leher rahim menduduki urutan nomor dua setelah kanker payudara bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker leher rahim dengan rata-rata 288.000 orang meninggal setiap tahunnya (Depkes RI, 2008). Di Indonesia setiap harinya terdapat 41 kasus baru kanker serviks dan 20 wanita meninggal dunia sehingga diperkirakan setiap satu jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks (Yuliatin, 2010). Tingginya angka kematian penderita kanker serviks adalah akibat dari sebagian besar penderita datang berobat sudah pada stadium lanjut (Ramli, 2002). Usaha untuk mengidentifikasi kelainan pada serviks dilakukan melalui pemeriksaan Pap smear sehingga memungkinkan untuk dilakukannya tindakan pencegahan atau pengobatan sebelum sel berkembang menjadi kanker. Namun, sampai saat ini pemeriksaan dini mendeteksi kanker serviks di Indonesia masih belum mendapat prioritas bagi kaum wanita (MKI, 2007). Beberapa faktor hambatan pemeriksaan Pap smear, diantaranya adalah perilaku wanita usia subur yang enggan untuk diperiksa karena tidak pernah mengetahui tentang Pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan Pap smear (Candraningsih, 2011). Selain itu, faktor agama atau keyakinan dan sosial budaya

Transcript of jurnal..

Page 1: jurnal..

20

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA

SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR

DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

Fransiska Ompusunggu* Evi Karota Bukit

**

*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

**Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Phone: 085275137234

E-mail: [email protected]

Abstrak

Mendeteksi secara dini kanker serviks merupakan usaha untuk mengidentifikasi keabnormalan pada

serviks. Pap smear telah banyak dilakukan baik di negara maju maupun berkembang namun sampai

saat ini kanker serviks masih menjadi ancaman bagi kaum wanita. Penelitian ini adalah deskriptif

eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang menghambat wanita usia

subur tidak melakukan Pap smear di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian sebanyak 101 responden

yang memenuhi kriteria dengan menggunakan convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan

mayoritas responden berusia > 30 tahun (61%), pendidikan SMA (45%), agama Islam (85%), suku

jawa (38%), ibu rumah tangga (67%), penghasilan > Rp 1.035.500 (58%),-, jumlah anak ≤ 2 orang

(57%). Adapun faktor hambatan responden tidak melakukan Pap smear diantaranya adalah faktor

pengetahuan (63%), faktor agama (46%),faktor sosial budaya (73%), faktor sumber informasi (77%),

faktor ekonomi (54%), faktor motivasi (68%), serta faktor fasilitas dan tenaga kesehatan (58%).

Disarankan kepada pelayanan kesehatan melalui upaya promosi kesehatan dalam meningkatkan

kesadaran wanita usia subur melakukan deteksi dini risiko terjadinya kanker serviks.

Kata Kunci: Kanker serviks , Pap smear

PENDAHULUAN

Kanker merupakan salah satu

penyakit penyebab kematian yang cukup

tinggi di dunia termasuk Indonesia.

Secara global, kejadian kanker leher

rahim menduduki urutan nomor dua

setelah kanker payudara bahkan sekitar

500.000 wanita di seluruh dunia di

diagnosa menderita kanker leher rahim

dengan rata-rata 288.000 orang meninggal

setiap tahunnya (Depkes RI, 2008). Di

Indonesia setiap harinya terdapat 41 kasus

baru kanker serviks dan 20 wanita

meninggal dunia sehingga diperkirakan

setiap satu jam seorang perempuan

meninggal karena kanker serviks

(Yuliatin, 2010). Tingginya angka

kematian penderita kanker serviks adalah

akibat dari sebagian besar penderita

datang berobat sudah pada stadium lanjut

(Ramli, 2002).

Usaha untuk mengidentifikasi

kelainan pada serviks dilakukan melalui

pemeriksaan Pap smear sehingga

memungkinkan untuk dilakukannya

tindakan pencegahan atau pengobatan

sebelum sel berkembang menjadi kanker.

Namun, sampai saat ini pemeriksaan dini

mendeteksi kanker serviks di Indonesia

masih belum mendapat prioritas bagi

kaum wanita (MKI, 2007). Beberapa

faktor hambatan pemeriksaan Pap smear,

diantaranya adalah perilaku wanita usia

subur yang enggan untuk diperiksa karena

tidak pernah mengetahui tentang Pap

smear, rasa malu dan rasa takut untuk

memeriksa organ reproduksi serviks

kepada tenaga kesehatan, faktor biaya

khususnya pada golongan ekonomi yang

lemah, sumber informasi dan fasilitas atau

pelayanan kesehatan yang masih minim

untuk melakukan pemeriksaan Pap smear

(Candraningsih, 2011). Selain itu, faktor

agama atau keyakinan dan sosial budaya

Page 2: jurnal..

21

yang dianut wanita usia subur juga

mempengaruhi keputusannya untuk tidak

melakukan pemeriksaan Pap smear

(Suwiyoga, 2009).

Terjadinya peningkatan risiko

kejadian penyakit kanker serviks dari

tahun ke tahun merupakan ancaman yang

serius bagi kaum wanita terkait dengan

masalah kesehatan reproduksi serviks.

Rendahnya kesadaran wanita untuk

melakukan pemeriksaan Pap smear

merupakan faktor lain yang memperberat

risiko tersebut, sehingga penelitian ini

menjadi penting untuk mengetahui faktor-

faktor yang menyebabkan wanita tidak

melakukan pemeriksaan dini risiko

terjadinya kanker serviks.

Berdasarkan keterangan tersebut,

peneliti tertarik untuk meneliti tentang

karakteristik wanita usia subur yang

belum pernah melakukan Pap smear dan

faktor yang menyebabkan mereka enggan

melakukan pemeriksaan Pap smear.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi karakteristik dan

faktor-faktor hambatan wanita usia subur

melakukan pemeriksaan Pap smear di

wilayah kerja puskesmas Kedai Durian

kecamatan Medan Johor.

METODE

Penelitian ini menggunakan studi

deskriptif eksploratif secara sederhana

untuk mengidentifikasi karakteristik dan

faktor-faktor yang menjadi penghambat

wanita usia subur melakukan pemeriksaan

Pap smear dengan mengambil 10% dari

1.014 populasi (Arikunto, 2006) yaitu

sebanyak 101 orang wanita usia subur

yang memenuhi kriteria di wilayah kerja

puskesmas Kedai Durian kecamatan

Medan Johor. Pengambilan sampel

menggunakan convenience sampling.

Analisa data dilakukan dengan

menggunakan teknik komputerisasi dan

hasil analisa data ditampilkan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Responden

Tabel1. Distribusi frekuensi dan

persentasi karakteristik

responden (N=101)

Karakteristik f %

Responden

Usia

< 20 tahun 1 1

20-30 tahun 38 38

> 30 tahun 62 61

Agama

Islam 86 85

Kristen 14 14

Konghucu 1 1

Suku

Batak 35 34

Melayu 19 19

Jawa 38 38

Minang 8 8

Tionghoa 1 1

Pendidikan

SD 15 15

SMP 32 32

SMA 46 45

Perg. Tinggi 8 8

Jumlah anak

≤ 2 orang 58 57

> 2 orang 43 43

Pekerjaan

IRT 68 67

Peg. Swasta 3 3

PNS 5 5

Wiraswasta 25 25

Penghasilan

≤ Rp 1.035.500,- 42 42

> Rp 1.035.500,- 59 58

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa

karakteristik responden berdasarkan

data demografi diperoleh bahwa

mayoritas responden berusia > 30

Page 3: jurnal..

22

tahun (61%), beragama Islam (85%),

suku Jawa (38%), pendidikan SMA

(45%), jumlah anak ≤ 2 orang (57%),

pada umunya bekerja sebagai ibu rumah

tangga (67%), dengan penghasilan >

Rp. 1.035.500,- (58%).

Faktor-Faktor Hambatan Wanita Usia

Subur Melakukan Pemeriksaan Pap

smear

Tabel 2. Faktor Hambatan Wanita Usia

Subur Melakukan Pap smear

Pernyataan Ya Tidak

% %

Faktor pengetahuan 63 37

Faktor agama 46 55

Faktor sosial budaya 73 27

Faktor sumber informasi 77 23

Faktor ekonomi 54 46

Faktor motivasi dan

dukungan dari suami dan

keluarga

32 68

Fasilitas dan pelayanan

kesehatan yang tidak

memadai

58 42

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa

faktor-faktor yang menghambat

responden melakukan Pap smear

berdasarkan penelitian adalah faktor

pengetahuan (63%), faktor agama (46%),

faktor sosial budaya (73%), faktor sumber

informasi (77%), faktor ekonomi (54%),

faktor motivasi dan dukungan dari suami

dan keluarga (32%), dan faktor fasilitas,

pelayanan kesehatan (58%).

Pembahasan

Berdasakan hasil penelitian

tentang faktor-faktor yang menghambat

wanita usia subur melakukan Pap smear

di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian

dari faktor pengetahuan menunjukkan

63% responden tidak melakukan Pap

smear karena mereka menyatakan bahwa

Pap smear tidak penting dilakukan. Hal

ini diindikasikan erat kaitannya dengan

sumber informasi yang tidak

tergeneralisaasi keseluruhannya sehingga

menyebabkan mereka tidak mengetahui

pentingnya pemeriksaan Pap smear pada

wanita yang sudah pernah melakukan

hubungan seksual. Menurut Notoatmodjo

(2007) pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior),

dalam hal ini adalah pengetahuan tentang

Pap smear dan semakin banyak informasi

yang diperoleh akan semakin banyak pula

pengetahuan yang di dapat. Terkait

dengan tingkat pendidikan pada orang

yang berpendidikan tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional

terhadap informasi yang datang sehingga

semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang diharapkan akan semakin luas

pula pengetahuannya (Candraningsih,

2011). Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Darnindro (2006) di Jakarta

bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan responden dengan

sikap responden untuk tidak melakukan

pemeriksaan Pap smear.

Dari faktor agama, responden

tidak melakukan Pap smear dipengaruhi

oleh nilai-nilai yang dianut, dimana dalam

keyakinan agama Islam tidak disarankan

bagi seorang wanita untuk

memperlihatkan auratnya kepada orang

lain kecuali muka serta telapak tangan,

namun aurat boleh ditampakkan untuk

tujuan pengobatan kesehatan atau

kedaruratan penyakit dan kewajiban

menutup aurat itu adalah suatu kewajiban

yang bersifat ‘aini ta ‘abbudἶ yaitu wajib

dilakukan oleh setiap individu karena

ibadah semata (Dahlan, 2006). Hal inilah

yang menjadi alasan 46% responden tidak

melakukan Pap smear berdasarkan faktor

agama.

Faktor sosial budaya responden

menyatakan bahwa anggota keluarga

turun-temurun tidak pernah melakukan

pemeriksaan Pap smear. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa tanpa disadari

kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

keluarga untuk menuruti kebiasaan dalam

keluarga untuk tidak melakukan

pemeriksaan Pap smear sehingga

pengaruh tersebut menyebabkan mereka

tidak ingin melakukan pemeriksaan Pap

Page 4: jurnal..

23

smear. Selain itu, rasa malu dan takut

untuk melakukan pemeriksaan Pap smear

juga menjadi alasan mayoritas responden

dalam melakukan pemeriksaan organ

reproduksi serviksnya. Sejalan dengan

penelitian Nurhasanah (2008) di RSUZA

Banda Aceh bahwa faktor sosial budaya

yang diyakini responden mempengaruhi

keputusannya untuk melakukan

pemeriksaan Pap smear.

Sedangkan dari faktor sumber

informasi mayoritas responden

menyatakan tidak pernah menerima

informasi tentang Pap smear dari petugas

kesehatan atau orang lain, media cetak

dan media elektonik. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa sumber informasi

berperan dalam mempengaruhi keputusan

untuk melakukan pemeriksaan organ

reproduksi serviks, di mana seseorang

yang lebih sering terpapar media massa

akan memiliki informasi yang lebih

banyak dibandingkan dengan orang yang

tidak pernah terpapar media massa

sehingga hal ini menunjukkan bahwa

informasi yang kurang menjadi alasan

responden tidak melakukan pemeriksaan

Pap smear.

Hasil penelitian berdasarkan

faktor ekonomi dari mayoritas responden

menunjukkan bahwa pemeriksaan Pap

smear tidak dilakukan karena biaya yang

mahal. Tingkat ekonomi sangat

menentukan seseorang untuk lebih

meningkatkan kesehatannya ke arah yang

lebih baik terutama untuk melakukan

pemeriksaan Pap smear (Darnindro,

2006). Hal tersebut sejalan dengan

penelitian Candraningsih (2011) bahwa

faktor ekonomi yang lemah

mempengaruhi keputusan wanita untuk

memeriksa kesehatan serviksnya.

Dari faktor motivasi mayoritas

responden menyatakan bahwa mendapat

dukungan dan izin dari suami dan

keluarga sehingga bukan menjadi alasan

tidak melakukan pemeriksaan kesehatan

serviksnya. Hal tersebut berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Bakheit dan

Haron bahwa alasan wanita menolak

melakukan Pap smear adalah karena tidak

diizinkan oleh suami dan tidak mendapat

dukungan dari keluarga (Nurhasanah,

2008).

Berdasarkan faktor fasilitas dan

pelayanan kesehatan mayoritas responden

menyatakan bahwa jarak yang jauh dan

fasilitas yang tidak memadai merupakan

hambatan responden tidak melakukan

pemeriksaan Pap smear. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa fasilitas atau

pelayanan kesehatan yang masih minim

menyebabkan mereka tidak melakukan

pemeriksaan Pap smear. Sejalan dengan

penelitian yang pernah dilakukan Hapsari

(2006) bahwa responden tidak melakukan

pemeriksaan dini resiko terjadinya kanker

serviks karena terkait dengan fasilitas

kesehatan dan pelayanan yang tidak

memadai.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian

terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan mayoritas wanita usia subur

di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian

tidak melakukan pemeriksaan Pap smear

diantaranya adalah karena responden

tidak mengetahui pentingnya pemeriksaan

Pap smear, pengaruh sosial budaya terkait

dengan kebiasaan keluarga yang turun –

temurun tidak pernah melakukan Pap

smear, sumber informasi yang tidak

tergeneralisasi, faktor ekonomi, serta

fasilitas dan pelayanan kesehatan yang

tidak memadai sehingga diharapkan hasil

penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

pelayanan keperawatan untuk

memberikan pelayanan yang lebih

komprehensif dalam meningkatkan

kesadaran masyarakat terutama wanita

usia subur untuk menjaga kesehatan

reproduksi serviks.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian

suatu pendekatan praktik. edisi

revisi VI. Jakarta: Rineke Cipta

Page 5: jurnal..

24

Candraningsih (2011). Hubungan tingkat

pengetahuan WUS tentang kanker

serviks dengan praktik deteksi dini

kanker serviks di BPS IS Manyaran

Semarang [Relationships women of

childbearing age level of

knowledge about cervical cancer

with cervical cancer early detection

practices in BPS IS Manyaran

Semarang]. Retrieved Maret 13,

2012. from: http://ejournal. .ac.id

/index.php/ilmukeperawatan/search

Dahlan, A. (2006). Ensiklopedi Hukum

Islam. Jakarta: PT Intermasa

Darnindro, dkk. (2006) Pengetahuan

Sikap Perilaku Perempuan yang

Sudah Menikah Mengenai Pap

Smear dan Faktor-Faktor yang

Berhubungan Di Rumah Susun

Klender, Jakarta [Knowledge

Attitude Behavior of Married

Women Regarding Pap Smear and

Related Factors in Klender,

Jakarta]. Retrieved April 4, 2012.

from: (etd.eprints.ums.ac.id/12519

/2/c BAB_I.pdf

Depkes RI. Pusat Data Kesehatan. (2008).

Profil kesehatan Indonesia. Jakarta

Hapsari (2006). Gambaran Karakteristik

Wanita dan Beberapa Faktor yang

Terkait dengan Praktik Wanita

Melakukan Pemeriksaan Pap

Smear. [Some Characteristics of

Women and the Associated Factors

of Women’s to Doing Pap Smear].

Retrieved April 17, 2012. from:

http://eprints.undip.ac.id/4246/1/27

51.pdf

Majalah Kedokteran Indonesia. (2007).

Pengetahuan, sikap, perilaku

perempuan yang sudah menikah

mengenai pap smear dan faktor-

faktor yang berhubungandi rumah

susun Klender Jakarta.

[Knowledge, attitude, behavior of

married women about Pap smears

and associated factors in the

apartment of Klender Jakarta].

Retrieved April 4, 2012 from:

mki.idionline.org/index.

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi

kesehatan dan ilmu perilaku.

Jakarta: Rineka cipta.

Nurhasanah, C. (2008). Pengaruh

Karakteristik dan perilaku PUS

Terhadap Pemeriksaan Pap smear

di RSUZA Banda Aceh. Medan :

USU

Ramli. (2002). Deteksi dini kanker.

Jakarta : FK UI

Surbakti, E. (2004). Pendekatan faktor

risiko sebagai rancangan alternaif

dalam penanggulangan kanker

serviks uteri di rumah sakit Dr.

Pirngadi. Medan: USU

Suwiyoga (2009). Beberapa masalah Pap

smear sebagai alat diagnosis dini

kanker serviks di Indonesia [Some

problems Pap smear as a means of

early diagnosis of cervical cancer in

Indonesia ]. Retrieved Maret 20.

2012. from: http://ejournal.

unud.ac.id/abstrak/pap.pdf

Yuliatin, S. (2010). Cegah dan Tangkal

Ca. Serviks. Surabaya : Java

Pustaka Group.