jurnal
description
Transcript of jurnal
ABSTRAK
Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar PKn Materi Prestasi DiriMelalui Metode Diskusi Bagi Siswa Kelas IXA Semester Genap
SMP Negeri 2 Bayat Kabupaten KlatenTahun Pelajaran 2011/2012
Oleh : Sugiyono
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil pembelajaran PKn melalui metode diskusi.
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IXA semester genap SMP Negeri 2 Bayat Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 27 anak.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I dengan materi mendiskripsikan potensi diri. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran (79,25%). Hasil belajar siswa siklus I (74,26). Setelah melakukan refleksi maka dilakukan siklus II dengan materi mendekripsikan berperan aktif dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri. Hasil belajar siswa siklus II 79,26) . Pada siklus II ini, diperoleh data motivasi siswa terhadap mata pelajaran PKn (87,44%). Dengan demikian pada siklus II penggunaan metode diskusi kelompok besar (kelas) mengalami peningkatan yang positif.
Selanjutnya diketahui bahwa metode diskusi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn. Oleh karena itu disarankan untuk dikembangkan pada mata pelajaran yang lain pada semua kelas.
Kata Kunci : Metode, Motivasi, Diskusi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada Kompetensi Dasar 4.1 Menjelaskan pentingnya
prestasi diri bagi keunggulan bangsa bagi kelas IXA SMP Negeri 2 Bayat
Klaten, Kabupaten Klaten semester genap tahun pelajaran 2011/2012,
dengan menggunakan metode ceramah kondisi belajar siswa kurang
termotivasi, sebagian besar siswa bersikap pasif. Setelah Kompetensi
Dasar 4.1 selesai diajarkan dalam waktu 4 (empat) x 40 menit diadakan
ulangan harian kelas IX A dengan jumlah siswa 27 siswa dengan hasil
tertinggi 80,00 terendah 55,00 dan rata-rata 72,04. Sedangkan setelah
menggunkan metode diskusi, motivasi dan hasil belajar meningkat.
Berdasarkan gambaran proses pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IXA di atas menunjukan adanya
masalah, yaitu: Pertama, siswa kelas IXA kurang motivasinya, maka .
peneliti mengharapkan para siswa memiliki motivasi dalam proses
pembelajaran PKn, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Kedua, yang berkaitan dengan guru, yang belum menggunakan
metode pembelajaran yang variatif dan kooperatif. Secara paedagogiek
dalam pembelajaran hendaknya guru menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan keatifan siswa.
2
Harapan dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn adalah siswa dapat
mengikuti pembelajaran secara aktif dan termotivasi. Dengan adanya
motivasi siswa maka hasil pembelajaran mata pelajaran PKn akan lebih
baik.
Dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan maknanya, dengan
mengembangkan motivasi dan aktifitas siswa melalui interaksi dan
pengalaman belajar yang langsung. Dengan meningkatnya motivasi dan
hasil belajar dapat mengubah sikap dan perilaku individu baik aspek
kognitif, afektif, dan aspek psikomotor menjadi lebih baik. Oleh karena itu,
peneliti mengubah metode mengajar yang bersifat konvensional dan
informative kedalam metode yang kooperatif dan partisipatif. Melalui
metode yang kooperatif dan partisipatif siswa memiliki motivasi yang
tinggi dan hasil belajarnya meningkat. Melalui metode pembelajaran yang
kooperatif dan partisipatif, guru juga dapat memberikan dorongan kepada
siswa agar menjadi lebih termotivasi secara aktif dan partisipatif.
Dengan kenyataan dalam proses pembelajaran diperlukan adanya
tindakan agar siswa lebih termotivasi dan hasil belajar PKn akan menjadi
lebih baik. Tindakan yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah menerapkan
metode diskusi. Metode diskusi merupakan suatu cara penguasaan bahan
pelajaran melalui tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah diperoleh masing-masing siswa, untuk memecahkan suatu
masalah. Melalui diskusi dapat dikembangkan ketrampilan mengamati,
mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterprestasi, menarik
3
kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan. Pemanfaatan metode
diskusi direncanakan melalui dua siklus. Tindakan pertama dengan
mempergunakan metode diskusi kelompok kecil. Tindakan kedua
menggunakan metode diskusi kelompok besar (kelas). Tindakan ini
dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil bekajar PKn siswa kelas
IX A SMP N 2 Bayat , Kabupaten Klaten Semester Genap Tahun Pelajaran
2011/2012.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah apakah melalui penerapan metode diskusi
dapat meningkat motivasi dan hasil belajar PKn materi Prestasi Diri bagi
siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Bayat, Kabupaten Klaten pada semester
genap tahun pelajaran 2011/2012?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar PKn siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Bayat, Kabupaten Klaten tahun
pelajaran 2011/2012.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis Penelitian Tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn melalui penerapan metode
diskusi. Selain itu, hasil penelitian ini dipergunakan untuk memcahkan
masalah dan dipergunakan untuk referensi untuk penelitian berikutnya.
4
KAJIAN PUSTAKA
Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald (1959) motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata
(2005: 70), motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian motivasi adalah keseluruhan dorongan yang ada dalam diri
seseorang yang menyebabkan melakukan tindakan guna mewujudkan tujuan.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 62) motivasi memiliki
fungsi sebagai berikut; (1) mengarahkan (directional function). (2)
mengaktifkan dan meningkatkan kegaiatan (activating and energizing
function). Suatu perbuatan yang tidak bermotif atau motivasinya lemah, akan
dilakkukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah, dilakukan dengan
asal-asalan. Akan tetapi jika motivasinya besar, maka apa yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh , terarah, dan penuh semangat, dan akan
mengahasilkan hasil yang besar.
Menurut pendapat Sardiman (2007: 86), berdasarkan pembentukannya
motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) motif-motif bawaan, yaitu
motif yang dibawa sejak lahir, motivasi yang demikian ini tanpa dipelajari.
(2) motif-motif yang dipelajari, yaitu motif timbul karena dipelajari
Menurut Abraham Maslow dalam Nana Syaodih Sukmadinata
(2004:68), membagi menjadi lima katagori yang membentuk suatu hierarki
5
atas lima tangga motif dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi,
yaitu; (1) motif fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi
kebutuhan jasmaniah, (2) motif pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk
menjaga atau melindungi dari berbagai gangguan, (3) motif persaudaraan dan
kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang,
persaudaraan terhadap siapa saja dengan tidak membeda-bedakan, (4) motif
harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan,
penghargaan, dan penghormatan dari orang lain, (5) motif aktualisasi diri.
Potensi-potensi dan kodrat ini perlu diaktualisasikan atau diwujudkan dalam
berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan yang nyata. Pada pada
umumnya motif yang paling tinggi akan muncul apabila motif di bawahnya
terpenuhi..
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi memiliki peranan yang
sangat besar. Melalui motivasi, para siswa mampu mengembangkan aktifitas
dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara sikap tekun dalam
melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman (2007: 92) cara-cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
(1) Memberi angka, (2) Hadiah (3) Saingan/kompetisi (4) Ego-involvement,
(5) Memberi Ulangan, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian.
Belajar
Moh.Uzer Usman (1995:2), mengartikan “belajar sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dengan lingkungannya. Menurut Witherington
6
yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2004:155) “belajar
berupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan
sebagai pola respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Dengan demikian yang dimaksud
dengan belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan
didapatkannya suatu kecakapan baru sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan.
Menurut Cronbach dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 157),
dalam proses belajar terdapat adanya tujuh unsur, yakni : (1) tujuan yang
ingin dicapai dalam belajar, (2) kesiapan untuk belajar, (3) situasi dalam
belajar, (4) interprestasi dalam menghadapi situasi belajar, (5) respon dalam
belajar, (6) konskuensi dalam belajar, (7) reaksi terhadap kegagalan belajar.
Belajar sebagai proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang
dimilikinya, sehingga pengertiannya berkembang (Sardiman, 2007: 37).
Menurutt Paul Suparno (1997) dalam buku Sardiman ada lima prinsip yang
harus dipahami. Prinsip-prinsip dalam dalam belajar meliputi sebagai
berikut; (1) Belajar berarti mencari makna, (2) Krontruksi makna, (3)
Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru, (4) Hasil
belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya,(5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
7
diketahui si subyek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses
interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku
subjek belajar. Oleh karena itu keberhasilan dari belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Sardiman (2007: 39) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar itu antara lain, faktor yang bersumber pada diri
sendiri (intern) atau faktor yang berasal dari luar dirinya atau
lingkungan (ekstern).
Menurut Wina Sanjaya (2008: 241) yang dimaksud dengan
pembelajaran kelompok adalah adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan. Dalam pembelajaran kelompok siswa dibagi
dalam kelompok kecil yang beranggotakan antara empat sampai enam orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Slavin dalam Wina Sanjaya (2008: 242), menyatakan bahwa
pembelajaran kelompok dapat meningkaatkan prestasi belajar sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan dari orang lain, dapat meningkatkan harga diri,
mampu merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan
masalah , dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
Pembelajaran kelompok memotivasi individu untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan dalam kelompok. Strategi pembelajaran kelompok dapat
digunakan untuk (1) Menekankan pentingnya usaha kolektif di samping 8
usaha individu dalam belajar (2) Menghendaki seluruh siswa untuk
memperoleh keberhasilan dalam belajar, (3) Menanamkan sikap siswa untuk
belajar dari teman lain, dan belajar dari bantuan orang lain, (4) Menghendaki
untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi
kurikulum, (5) Menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah
tingkat partisipasi siswa, (6) Menghendaki berkembangnya siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. Dalam
pembelajaran kelompok (cooperative learning) terdapat empat prinsip dasar ,
yaitu: (1) Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence). (2)
Tanggung jawab perorangan (individual accountability). (3) Interaksi tatap
muka (face to face promotion interaction). (4) Partisipasi dan komunikasi
(participation communication).
Pendidikan Kewarganeraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1)
menegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib
memuat Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI. Nomor 22 Tahun 2006, dinyatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang membentuk
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya agar menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
memiliki karakter yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945.
9
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. Nomor 22 Tahun
2006, dinyatakan Misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup
melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. Nomor 22
Tahun 2006, dinyatakan bahwa Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan
untuk mengembangkan kompetensi siswa, yaitu: (1) memiliki kemampuan
berpikir secara rasiona kritis dan kreatif sehingga mampu memahami
berbagai wacana kewarganegaraan, (2) memiliki ketrampilan intelektual
ketrampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab, (3)
memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, (4)
memiliki kemampuan berinteraksi dengan bangsa-bangsa di dunia dan
mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembelajaran PKn, aspek-aspek kompetensi (1) Pengetahuan
Kewarganegaraan (sivic knowledge), (2) Ketrampilan Kewarganegaraan
(civic knowledge), (3) Watak atau karakter (civic disposition ). Ruang
lingkup dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi, (1)
Persatuan dan Kesatuan Bangsa, (2 Norma, hukum dan peraturan, (3) Hak
asasi manusia, (4) Kebutuhan warga Negara (5) Konstitusi Negara (6)
Kekuasaan dan politik, (7) Pancasila, (8) Globalisasi
Hasil Belajar
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43), yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian hasil usaha kegiatan
10
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf, maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai setiap anak dalam pereode
tertentu. Sedangkan menurut Vembiarto (1994: 24) hasil belajar adalah
kemampuan perolehan peserta didik sebagai hasil dari proses belajar yang
ia lakukan. Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud hasil belajar
adalah hasil yang telah diperoleh oleh seorang siswa dalam kegiatan belajar
yang berrupa angka atau hurub.
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 21), hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh faktor intern (dalam) dan factor ekstern (luar). Faktor
dalam (intern), yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor intern (dalam) meliputi: kondisi
fisiologis yang menyangkut jasmani, dan keadaan psikologis yang meliputi
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kognisi. Faktor dari luar
(extern), yaitu faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor dari luar faktor
lingkungan dan faktor internal. Faktor lingkungan meliputi, lingkungan alami
dan lingkungan sosial. Sedang faktor instrument menyangkut kurikulum,
program, sara dan prasarana tenaga pendidikan.
Menurut Cronbach dalam Zainal Arifin (1991: 4) hasil belajar siswa
dapat dipergunakan sebagai (1) sebagai umpan balik bagi pendidik dalam
pembelajaran (2) untuk keperluan dianostik, (3) untuk keperluan bimbingan
dan penyuluhan, (4) untuk keperluan seleksi, (5) untuk keperluan penempatan
atau jurusan, (6) untuk menentukan isi kurikulum, (7) untuk menentukan
kebijakan sekolah.
11
Metode Mengajar dalam Pembelajaran PKn.
Metode merupakan suatu cara yang dilakukan secara sadar, teratur dan
bertujuan untuk menyampaikan materi pembelajaran yang proses
penyampaiannya diharapkan terjadi perubahan sikap dan perbuatan siswa
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Depdikbud: 1999). Sedangkan
menurut Wina Sanjaya ( 2008: 147), metode adalah cara yang dugunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara secara optimal.
Dalam pembelajaran PKn terdapat adanya berbagai metode yang dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu metode
itu adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan paling baik bagi guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Salah satu metode
pembelajaran yang bersifat kooperatif adalah metode diskusi. Menurut Wina
Sanjaya (2008: 154) yang dimaksud metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.
Dengan metode diskusi para siswa dapat berbagi dan saling bertukar
informasi tentang masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah
berdasarkan bukti-bukti yang ada. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman
untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Melalui metode
diskusi diharapkan dapat mendorong siswa dapat meningkatkan kemampuan
berpikir secara ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan secara luas.
12
Metode diskusi dalam proses pembelajaran secara umum menjadi dua jenis;
yaitu metode diskusi kelompok kecil dan diskusi kelompok besar (kelas).
Pada diskusi kelompok kecil ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok beranggotakan 3 – 7 orang. Pada diskusi kelompok besar
(kelas) permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara
keseluruhan. Dalam pelaksanaan dalam diskusi kelas ini yang mengatur atau
sebagai moderator adalah guru sendiri
Dalam pembelajaran PKn yang mempergunakan metode diskusi perlu
disusun langkah-langkah: (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok , (2) Guru membagikan lembar masalah untuk didiskusikan oleh
siswa, (3) Siswa melaksanakan diskusi, (4) Siswa mempresentasikan hasil
diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan, (5) Guru bersama siswa
menyimpulkan hasil diskusi, (6) Guru memberikan penguatan terhadap hasil
diskusi, (7) Guru memberikan evaluasi, (8) Guru memberikan tugas untuk
pertemuan berikutnya.
Kerangka Berpikir
Penggunaan metode Diskusi dalam proses pembelajaran dapat
melibatkan seluruh siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
memiliki motivasi yang tinggi, siswa akan mendapatkan pengalaman yang
secara langsung untuk menguasai materi yang diajarkan guru. Siswa dapat
menjalin kerjasama dalam mempelajari materi pembelajaran. Selain itu,
siswa berani untuk tampil dan menyampikan pendapat dihadapan teman-
temannya.
13
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipoteses
tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Metode diskusi dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IXA semester
genap SMP Negeri 2 Bayat Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2011/2012
METODOLOGI PENELTIAN
Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bayat,
Kabupaten Klaten pada kelas IXA semester genap tahun pelajaran
2011/2012 dengan Standar Kompetensi 4. Menampilkan prestasi diri bagi
keunggulan bangsa pada kompetensi dasar 4.2 Mengenal potensi diri untuk
berprestasi sesuai kemampuan. 4.3 Menampilkan peran serta dalam
berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi
keunggulan bangsa.
Objek penelitian ini adalah siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Bayat,
Kabupaten Klaten yang berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan
13 perempuan yang karakteristiknya dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) motivasi dan hasil belajarnya masih rendah.
Sumber Data
14
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, menggunakan sumber data yang
berasal dari hasil ulangan harian yang dilaksanakan oleh siswa kelas IXA
SMP Negeri 2 Bayat, Kabupaten Klaten semester genap tahun pelajaran
2011/2012. Selain hasil ulangan harian siswa sebagai sumber data dalam
penelitian ini berupa hasil catatan selama proses berlangsungnya proses
pembelajaran, yang berupa jurnal dan lembar pengamatan dan angket yang
ada kaitannya dengan motivasi belajar siswa.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan tes dan non tes. Tes tertulis dilakukan di awal proses
pembelajaran dan pada akhir proses pembelajaran. Non tes dipergunakan
untuk mengetahui motivasi siswa dengan mencatat segala sesuatu
permasalahan yang muncul dan terjadi saat berlangsungnya proses
pembelajaran dan setelah berlangsungnya proses pembelajaran.
Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data adalah dengan teknis tes dan teknis non tes. Alat yang
dipergunakan untuk mengumpulkan hasil belajar siswa dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah soal tes tertulis yang bentuk soal pilihan ganda yang
berjumlah 20 (dua puluh) butir soal. Alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data pengatamatan terhadap belajar siswa berupa angket
15
motivasi, dan lembar pengatamatan terhadap siswa selama berlangsungnya
proses pembelajaran.
Analisa Data
Data yang dianalisis dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi hal-hal
sebagai berikut: (1) Perubahan yang terjadi pada siswa dalam proses
pembelajaran maupun sesudah proses pembelajaran. Analisis data yang
digunakan deskriptif kualitatif memaparkan data pengatamatan, dan angket
siswa pada setiap akhir siklus dengan membandingkan hasil yang dicapai tiap
siklus, (2) Perubahan hasil belajar siswa, untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar. Analisa data yang dipergunakan analisis diskriptif komparatif yaitu
dengan membandingkan hasil belajar kondisi awal, hasil belajar setelah siklus
1dan hasil belajar setelah siklus 2
Berdasarkan hasil pengamatan, angket dan hasil ulangan akhir siklus
terdapat adanya peningkatan motivasi belajar dan adanya peningkatan hasil
belajar yang signifikan pada setiap siklus. Dan apabila hasil pengamatan,
angket dan hasil belajar masih dirasakan gagal, peneliti mencari penyebab
kekurangan dan mencari alternatif solusi untuk dirancang pada tindakan
berikutnya.
Indikator Keberhasilan
16
Indikator keberhasilan tindakan meliputi indikator penggunaan waktu
pembelajaran dan indikator kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep belajar yang diberikan guru.
Indikator keberhasilan yang digunakan di dapatkan dari Standar
Keberhasilan dan Kualitas Mutu Sekolah di SMP Negeri 2 Bayat
Kabupaten Klaten yaitu 75 %.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan dari penggunaan waktu
pembelajaran adalah sebesar 75% . Artinya, bahwa dari alokasi waktu jam
pelajaran yang tersedia 75% nya merupakan waktu pelaksanaan proses
pembelajaran yang efektif. Indikator keberhasilan juga dilihat dari
kemampuan siswa untuk menerapkan konsep belajar dengan menggunakan
metode diskusi dalam mata pelajaran PKn, yaitu 75% dari seluruh siswa
dalam penelitian telah mencapai ketuntasan belajar.
Prosedur Tindakan
Proses pembelajaran didesain sebagai pembelajaran yang bermakna
untuk penguasaan aspek kognitif, afektif, dan spikomotorik. Proses
pembelajaran dirancang dalam dua siklus dengan menggunakan metode
diskusi kelompok kecil pada siklus I, pada siklus II menggunakan diskusi
kelompok besar (kelas). Setiap tatap muka dipergunakan masing-masing 1
RPP, dan pada akhir pembelajaran berlangsung diadakan penilaian hasil
belajar.
17
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Dalam siklus I, aktivitas guru yang paling dominan adalah memotivasi
dan mengamati siswa selama proses pembelajaran, yaitu Perhatian siswa
selama proses pembelajaran nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71 -80
mencapai 66,67%. Keaktipan siswa dalam berdiskusi mendapat nilai
kriteria baik dengan rentang nilai 71 - 80 mencapai 62,96%. Memiliki
inisiatif selama diskusi mendapat nilai kriteria cukup dengan rengan rentang
nilai 61 – 70 mencapai 66,67%. Kelancaran dalam mempresentasikan
mendapat kriteria baik dengan rentang nilai 71 – 80 mencapai 70,37%.
Kemauan untuk memberikan tanggapan mendapat kriteria kurang dengan
rentang nilai 51 -60 mencapai 74,07%. Sikap menjalin kerjasama dengan
anggota kelompok diskusi mendapat kriteria cukup dengan kriteria 61 – 70
mencapai 66,67%. Mau menghargai teman-temannya mendapat criteria
mendapat cukup dengan rentang nilai 61 -70 mencapai 66,67%. Hasil
angket motivasi belajar siswa terdapat 81,48% siswa tertarik untuk
mengikuti pelajaran, 77,78% siswa merasa mudah untuk mengikuti pelajaran,
74,07% siswa dapat memahami materi yang dipelajari, 70,37% siswa
merasa senang rencana pelajaran yang dirancang dengan baik,74,07% siswa
merasa tertarik dengan pelajaran hari ini, 85,19% siswa percaya akan
mendapatkan nilai yang baik, 88,89% siswa merasa terdorong untuk lebih
mengerti terhadap apa yang ada dalam pelajaran, 70,07% siswa merasa
bahwa informasi yang tersusun dapat memudah memahami materi pelajaran,
77,78% siswa merasa bahagia dapat menyelesaikan pelajaran dengan baik,
18
88,89% siswa merasakan betapa besarnya manfaat bimbingan dari teman
dalam memahami materi pelajaran. Hasil belajar siswa pada siklus I, nilai
terendah 60,00, nilai tertinggi 80,00 dan nilai rata-rata kelas 74,26 .
Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah
73% .
Pada siklus II guru menerapkan pembelajaran yang mempergunakan
metode diskusi kelompok besar dan kondisi belajar Perhatian siswa
selama proses pembelajaran nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71 -80
mencapai 77,78%. Keaktipan siswa dalam berdiskusi mendapat nilai kriteria
baik dengan rentang nilai 71 - 80 mencapai 81,48%. Memiliki inisiatif
selama diskusi mendapat nilai kriteria baik dengan rengan rentang nilai 71 –
80 mencapai 74,07%. Kelancaran dalam presentasi mendapat kriteria baik
dengan rentang nilai 71 – 80 mencapai 81,48%. Kemauan untuk memberi
tanggapan mendapat kriteria baik dengan rentang nilai 71-80 mencapai
66,67%. Sikap menjalin kerjasama dengan anggota kelompok diskusi
mendapat kriteria baik dengan kriteria 71 – 80 mencapai 74,07%. Mau
menghargai teman-temannya mendapat kriteria mendapat baik dengan
rentang nilai 71 -80 mencapai 74,07%. Hasil angket motivasi belajar
siswa terdapat 88,89% siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran, 88,18%
siswa merasa mudah untuk mengikuti pelajaran, 81,48% siswa dapat
memahami materi yang dipelajari, 81,48% siswa merasa senang rencana
pelajaran yang dirancang dengan baik, 77,78% siswa merasa tertarik dengan
pelajaran hari ini, 92,95% siswa percaya akan mendapatkan nilai yang baik,
19
88,89% siswa merasa terdorong untuk lebih mengerti terhadap apa yang ada
dalam pelajaran, 88,89% siswa merasa bahwa informasi yang tersusun dapat
memudah memahami materi pelajaran, 92,95% siswa merasa bahagia dapat
menyelesaikan pelajaran dengan baik, 92,95% siswa merasakan betapa
besarnya manfaat bimbingan dari teman dalam memahami materi pelajaran.
Hasil belajar siswa pada siklus II, nilai terendah 65,00, nilai tertinggi 90,00
dan nilai rata-rata kelas 79,26, dan masih ada 03,00% siswa yang nilainya
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) yang ditentukan sekolah 73% .
Berdasarkan analisis hasil ulangan harian pada siklus II telah mencapai nilai
dengan rata-rata 79,26 yang berarti di atas KKM dengan kenaikan 5,00
(0,07%) dari siklus I. Dengan demikian proses pembejaran pada siklus II
tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui Penelitian
Tindakan Kelas dengan penerapan metode diskusi pada siswa kelas IXA
SMP Negeri 2 Bayat Kabupaten Klaten sampai pada suklus II dapat
ditarik kesimpulan bahwa metode diskusi menjadikan siswa lebih aktif dan
termotivasi dalam pembelajaran, dan meningkat hasil belajar siswa, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
demokratis.
Saran
20
Berdasarkan kesimpulan beserta implikasinya dikemukakan sara n-saran
sebagai berikut: Bagi guru, agar dapat menerapkan metode diskusi dalam
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas yang berbeda sehingga
memiliki kebiasaan menyelenggarakan pembelajaran yang melibatkan
seluruh siswa dengan perasaan yang senang. Dan keberhasilan yang
dicapai dalam penerapan metode diskusi pada penelitian ini belum
dapat dilihat sepenuhnya sehingga diperlukan adanya penelitian lain
dengan motode pembelajaran yang berbeda atau adanya analisis secara
individual.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohman. 1997. Psikologi Umum dan Sosial. Jakarta: Darma Bhakti.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan . 1999. Materi Latihan Kerja Guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Depdikbud RI.
Muh. Uzer Umar. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Tentang Standar
Isi Pendidikan
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo.
Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2005. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Rake Press
Sutratinah Tirtanegara. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendindikan Nasional
Vembiarto. 1994. Kamus Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
22
Zainal Arifin. 1991. Evaluasi Intruksional Prinsip-Prinsip Teknik Prosedur.
Bandung: Remaja Rosdakar
23