jurnal 2.docxj

12
BAB 1 PENDAHULUAN 1.01 Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan karena hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat memulihkannya. Sistem kekebalan tubuh akan diserang oleh HIV. Di Indonesia, penderita HIV/AIDS dianggap sebagai aib sehingga dapat menimbulkan tekanan psikologis bagi penderita, keluarga dan lingkungan disekitar penderita. Sters psikososial- spiritual yang berkepanjangan dapat mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka mortalitas (Nursalam & Kurniawati, 2007). Jumlah infeksi HIV berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2013 yaitu sebanyak 12 kasus, sedangkan kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 13 kasus (Dinkes Kabupaten Purbalingga, 2014). Selama bulan Januari-April 2015 penderita HIV di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga mencapai 10 orang. Penderita HIV/AIDS terus meningkat sehingga perlu dilakukan terapi komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien HIV/AIDS memerlukan terapi komprehensif yang meliputi terapi medikamentosa, nutrisi, dukungan sosial, dan psikoterapi (Prawitasari & Hastjarjo, 2008).

description

nkn

Transcript of jurnal 2.docxj

BAB 1 PENDAHULUAN1.01 Latar BelakangPenyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan karena hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat memulihkannya. Sistem kekebalan tubuh akan diserang oleh HIV. Di Indonesia, penderita HIV/AIDS dianggap sebagai aib sehingga dapat menimbulkan tekanan psikologis bagi penderita, keluarga dan lingkungan disekitar penderita. Sters psikososial-spiritual yang berkepanjangan dapat mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka mortalitas (Nursalam & Kurniawati, 2007). Jumlah infeksi HIV berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2013 yaitu sebanyak 12 kasus, sedangkan kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 13 kasus (Dinkes Kabupaten Purbalingga, 2014). Selama bulan Januari-April 2015 penderita HIV di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga mencapai 10 orang. Penderita HIV/AIDS terus meningkat sehingga perlu dilakukan terapi komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Pasien HIV/AIDS memerlukan terapi komprehensif yang meliputi terapi medikamentosa, nutrisi, dukungan sosial, dan psikoterapi (Prawitasari & Hastjarjo, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rachmawati (2013) menunjukan bahwa kualitas hidup ODHA yang mengikuti terapi ARV dalam aspek fisik adalah baik. Aspek fisik dapat dilatih melalui olahraga. Beberapa contoh olahraga yang dapat dilakukan yaitu yoga, aerobik, dan latihan progresif resistif. Beberapa pasien yang dirawat dengan penyakit HIV membatasi aktivitas fisiknya, terutama berolahraga. Hal tersebut dikarenakan pasien merasa cepat lelah dan khawatir terhadap kondisi kesehatannya. Melalui analisa jurnal ini, diharapkan agar tenaga medis mampu memotivasi pasien HIV untuk berolahraga sesuai dengan stadium penyakitnya.Analisis jurnal ini berkaitan dengan terapi aktivitas fisik untuk meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. Grace, Semple, dan Combrink (2014) melakukan review terhadap beberapa jurnal terkait intensitas, frekuensi, dan durasi aerobik serta latihan progresif resistif. Mawar et al (2015) melakukan penelitian tentang pengarih terapi yoga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien HIV.

1.02 TujuanAnalisa jurnal ini bertujuan untuk mengetahui terapi fisik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien HIV. Adapun tujuan khusus dari analisa jurnal ini yaitu untuk membandingkan beberapa terapi fisik dan implikasi keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien HIV.

1.03 ManfaatAnalisa jurnal ini bermanfaat bagi:1.03.1 Perawat dan rumah sakitHasil analisa jurnal ini dapat diterapkan di tatanan pelayanan kesehatan. Perawat dapat memotivasi pasien HIV untuk berolahraga sesuai dengan stadium penyakitnya 1.03.2 Intansi pendidikanHasil analisa jurnal ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk penelitian selanjutnya dalam meningkatkan kualitas hidup pasien HIV.1.03.3 PasienHasil analisa jurnal ini dapat diterapkan dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien HIV.

BAB 2 RESUME JURNAL2.01 Sudarshan Kriya yoga improves quality of life in healthy people living with HIV (PLHIV) results from an open label randomized clinical trialLatar belakang dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien HIV yang sehat. Sudarshan Kriya yoga (SKY) merupakan intervensi yang memiliki dampak positif pada kesehatan. Hipotesis penelitian ini yaitu SKY dapat meningkatkan kualitas hidup pasien HIV. Metode: penelitian ini menggunakan metode randomisasi terkontrol pada 61 pasien HIV. Kriteria inklusinya meliputi pasien HIV dengan CD4 lebih dari 400 sel /ml dan skor skala Karnofsky di atas 70. Kriteria eksklusinya meliputi pasien HIV dengan penyakit jantung, ikterik, TBC, atau sedang menjalani terapi yoga atau terapi antiretroviral. Semua pasien HIV diberi perawatan standar, kemudian diacak untuk intervensi SKY (31: I-SKY) dan kelompok kontrol (30: O-SOC). Peserta I-Sky dilatih selama enam hari untuk persiapan praktek sehari-hari di rumah selama 30 menit. Tiga puluh satu item kuesioner WHOQOL-HIVBREF digunakan untuk mengevaluasi efek di kedua lengan dari awal sampai kunjungan ketiga. Kuesioner dibagikan pada minggu ke empat.Hasil: berdasarkan skor QOL, hipertensi dan jumlah CD4, hasilnya sama pada kedua tangan. Kelompok I-SKY mengalami peningkatan kualitas hidup sebanyak 6% dibandingkan dengan kelompok O-SOC setelah dilakukan pengontrolan variabel (usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) (P = 0,016); 12% untuk fisik (P = 0,004), 11% psikologis (P = 0,023) dan 9% tingkat kemandirian (P = 0,001). Kesimpulan: intervensi berupa Sudarshan Kriya Yoga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien HIV tanpa komplikasi.

2.02 Exercise Therapy For Human Immunodeficiency Virus/AIDS Patients: Guidelines For Clinical Exercise TherapistsLatar belakang: Human immunodeficiency virus (HIV) telah menginfeksi lebih dari 60 juta orang sejak pertama kali ditemukan dan 30 juta orang telah meninggal sejak pandemi dimulai. Terapi antiretroviral telah mengubah infeksi HIV dari akut menjadi penyakit kronis, meningkatkan harapan hidup, tetapi juga menambah potensi efek samping yang berkaitan dengan terapi obat dan meningkatkan morbiditas seumur hidup. Olahraga dapat dilakukan oleh pasien HIV / AIDS untuk mengatasi berbagai gejala dan meningkatkan kualitas hidup mereka tetapi modus optimal, intensitas, frekuensi, dan durasi olahragauntuk setiap stadium penyakit belum ditemukan. Sebanyak 33 penelitian dari tahun 2000 hingga Januari 2014 belum ditemukan tentang mede, intensitas, frekuensi dan durasi aerobik serta latihan progresif resistif. Olahraga dianjurkan untuk orang yang terinfeksi HIV dengan tahap klinis penyakit yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi pedoman olahraga untuk pasien HIV dengan stadium penyakit yang berbeda-beda.Metode penelitian ini yaitu membandingkan literatur tentang intensitas, durasi, dan frekuensi aerobik serta latihan progresif resistif bagi pasien HIV. Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi berolahraga dapat dilakukan minimal 2 hari per minggu sampai dengan 5 hari per minggu. Perlu adanya hari untuk istirahat diantara sesi olahraga. Intensitas adalah tingkat tenaga yang digunakan selama latihan. Kategori intensitas dimulai dari sangat ringan, ringan, sedang, berat, sangat berat, dan maksimal. Waktu yang dibutuhkan untuk aerobik yaitu 30-45 menit atau 30-60 menit serta latihan progresif resistif selama 90 menit dan kombinasi keduanya dengan waktu maksimal dua jam. Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa olahraga aman bagi pasien HIV dan secara positif meningkatkan status kesehatan pasien HIV.

BAB 3. PEMBAHASAN3.01 Analisis JurnalAnalisis jurnal ini berkaitan dengan terapi fisik yang dapat meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. Jurnal pertama berjudul Sudarshan Kriya yoga improves quality of life in healthy people living with HIV (PLHIV) results from an open label randomized clinical trial, sedangkan jurnal kedua berjudul Exercise Therapy For Human Immunodeficiency Virus/AIDS Patients: Guidelines For Clinical Exercise Therapists.3.01.1 Sudarshan Kriya yoga improves quality of life in healthy people living with HIV (PLHIV) results from an open label randomized clinical trial

3.01.2 Exercise Therapy For Human Immunodeficiency Virus/AIDS Patients: Guidelines For Clinical Exercise TherapistsTerapi fisik dalam jurnal meliputi terapi aerobik dan terapi resistif progresif serta gabungan keduanya. Olahraga minimal dua kali seminggu, selama setidaknya 4 minggu. Penelitian dilakukan pada orang dewasa (18 tahun) yang menderita HIV. Berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Aerobik didefinisikan sebagai perlakuan yang terkait aerobik (misalnya, berjalan, jogging, berjalan, dayung, atau bersepeda). Resistif progresif didefinisikan sebagai intervensi latihan resistif (misalnya, latihan beban, isotonik, atau latihan isometrik).Latihan olahraga aerobik ialah aktivitas olahraga secara sistematis dengan peningkatan beban secara bertahap dan terus-menerus yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran dengan menggunakan oksigen (Palar, Wongkar, & Ticoalu, 2015). Berdasarkan penelitian Palar, Wongkar, & Ticoalu (2015) menunjukan bahwa aerobik dapat meningkatkan kebugaran fisik yang meliputi daya tahan jantung paru, kekuatan otot, kelenturan dan komponen tubuh seimbang. Daya tahan jantung paru merupakan kesanggupan dari sistem jantung, paru- paru, dan pembuluh darah untuk bekerja secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kekuatan otot dapat diartikan kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melakukan kerja seperti menggerakan anggota tubuh saat berlari, berjalan, dan mengangkat. Kelenturan ialah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan. Komposisi tubuh ialah perbandingan jumlah lemak yang terkandung di dalam tubuh dengan berat badan seseorang (Satya, 2008). Sebelum melakukan olahraga aerobik perlu memperhatikan memperhatikan frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis latihan (Maqsalmina, 2007). Frekuensi ialah jumlah ulangan latihan yang dilakukan selama satu minggu. Intensitas latihan olahraga aerobik diukur dengan cara mengukur denyut jantung maksimal. Durasi ialah jangka waktu atau lamanya latihan yang diberikan agar memberikan manfaat. Jenis latihan merupakan pemilihan jenis aktivitas fisik yang disesuaikan dengan tujuan latihan. Hal tersebut sesuai dengan jurnal yang dianalisis bahwa latihan fisik harus memperhatikan jenis latihan, intensitas, frekuensi, dan durasi latihan untuk pasien HIV.Resistif progresif didefinisikan sebagai intervensi latihan resistif (misalnya, latihan beban, isotonik, atau latihan isometrik). Kontraksi isometrik (kontraksi statik) yaitu kontraksi sekelompok otot untuk mengangkat atau mendorong beban yang tidak bergerak dengan tanpa gerakan anggota tubuh, dan panjang otot tidak berubah. Seperti mengangkat, mendorong, atau menarik suatu benda yang tidak dapat digerakan (tembok, pohon, dsb). Kontraksi isotonik (kontraksi dinamik) yaitu kontraksi sekelompok otot yang bergerak dengan cara memanjang dan memendek. Latihan kontraksi isotonik dapat dilakukan melalui latihan beban seperti mengangkat barbel atau menggunakan sejenis alat/mesin latihan kekuatan (Yudiana, Subardjah, & Juliantine, 2010). Menurut Yudiana, Subardjah, & Juliantine (2010) latihan isotonic dan isomertik dapat meningkatkan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, meningkatan kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan komponen kondisi fisik lainnya serta akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak. Hal tersebut sesuai dengan isi jurnal yang dianalisis. 3.02 implikasi keperawatan

BAB 4 PENUTUP4.01 KesimpulanJurnal yang dianalisis adalah Sudarshan Kriya yoga improves quality of life in healthy people living with HIV (PLHIV): results from an open label randomized clinical trial dan Exercise therapy for human immunodeficiency virus/AIDS patients: Guidelines for clinical exercise therapists. Berdasarkan jurnal pertama, olahraga SKY dapat mempengaruhi domain fisik, kemandirian, dan psikologis tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap domain sosial, lingkungan dan spiritual. Berdasarkan jurnal kedua, hasil penelitian menunjukan bahwa aerobik dan resistif progresif dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien HIV. Kedua olahraga tersebut harus dilakukan sesuai dengan anjuran dan stadium penyakit HIV yang diderita. Berdasarkan kedua jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa SKY dan olahraga aerobik serta resistif progresif dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien penderita HIV.4.02 Sarana. Bagi perawat dan rumah sakitDiharapkan dari hasil analisa kedua jurnal ini dapat dijadikan acuan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit dalam tindakan keperawatan untuk memotivasi melakukan yoga dan berolahraga aerobik serta progresif pada pasien HIV.

b. Bagi penderita HIVDiharapkan dari hasil analisa jurnal ini dapat dijadikan motivasi diri untuk meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. Salah satu caranya yaitu melakukan aktivitas fisik.c. Institusi pendidikanDiharapkan dari hasil analisa jurnal ini dapat dijadikan salah satu acuan dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan HIV.