jump 7
-
Upload
dwitia-iswari -
Category
Documents
-
view
222 -
download
3
description
Transcript of jump 7
1. Teori gerbang nyeri
Ada beberapa teori mengenai mekanisme nyeri kepala :
- Teori Melzack & Wall (1985) : “ Teori gerbang nyeri “ bahwa : Nyeri diteruskan dari
perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba, mekanik dan termal melalui A delta
A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar serabut besar lebih tinggi dari serabut
kecil ). Di substamtia Gelatinosa (SG) ada sel-sel gerbang yang dapat bekerja
menutup dan membuka sel T (target). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di
SG, sel gerbang aktif dan sel T tertutup, maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif,
sel SG tidak aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa. Bila dirangsang bersama-
sama, misal antara rasa raba, mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri maka nyeri
tidak dirasa (seperti pada teknik tens, DCS, koyo-koyo, dll.) Didapatkan kontrol
desenden ke medulla spinalis dari pusat2 supra spinal (emosi,pikiran, dll).
- Konsep II: “Central Biasing mekanism” Diduga ada daerah batang otak jadi ”CBM”
yang menyebarkan impuls nyeri keberbagai tempat diotak dan dapat menimbulkan
inhibisi ke medulla spinalis. Ternyata formatioreticularis peri-acuaductus dan peri-
ventriculer kaya akan reseptor-reseptor morpin dan serotonin.
- Konsep III ; Pembangkit pola Bila nyeri khronik telah membuat pola (gambar
diotak), yang dapat dicetuskan oleh input sensorik lain.
2. Prinsip-prinsip Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Pemeriksaan fungsi sensorik merupakan pemeriksaan yang bersifat subyektif karena
bergantung pada perasaan penderita. Pemeriksaan hanya dapat dilakukan pada pasien
dalam keadaan sadar dan koperatif untuk memberikan respon terhadap stimulus yang
diberikan oleh pemeriksa. Pemeriksaan ini juga membutuh konsentrasi, baik dari
pemeriksa maupun pasien. Sebelum prosedur ini dilakukan,
pemeriksa harus memastikan terlebih dahulu bahwa pasien paham bagaimana dan apa
tujuan dari pemeriksaan tersebut.
Penilaian fungsi sensorik dimulai dari anamnesis karena gejala disfungsi sensorik
kadang-kadang mendahului kelainan objektif pada pemeriksaan klinis. Gejala pasien
dapat mengarahkan pemeriksa ke bagian tubuh tertentu atau jenis fungsi sensorik
yang memerlukan perhatian lebih. Distribusi segmental saraf spinal pada permukaan
tubuh (dermatom) yang menghantarkan sensasi ke medulla spinalis dapat dilihat pada
Gambar 2. Daerah dan modalitas yang akan diuji tergantung pada gangguan sensorik
yang disimpulkan dari gejala dan riwayat pasien.
Pemeriksaan Sensasi Taktil
Langkah-Langkah Pemeriksaan
Pemeriksa menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Meminta penderita untuk menutup matanya
Dengan menggunakan ujung kapas tempelkan/ sentuhan secara ringan pada satu
titik pada kulit tanpa memberi tekanan jaringan subkutan
Meminta penderita untuk menyatakan “YA” atau “TIDAK” pada setiap
perangsangan
Meminta pasien untuk menyebutkan daerah yang dirangsang
Meminta pasien untuk membedakan dua titik yang dirangsang
PEMERIKSAAN SENSASI NYERI SUPERFISIAL
Langkah-Langkah Pemeriksaan
Pemeriksa menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Memilih dengan benar alat yang akan dipakai (dengan menggunakan neuro-tip
(berujung tajam) dan hindari menggunakan jarum suntik)
Meminta penderita untuk menutup matanya
Mencoba jarum terhadap dirinya sendiri
Melakukan rangsangan dengan intensitas minimal tanpa menimbulkan
luka/perdarahan
Melakukan rangsangan dengan ujung tajam dan tumpul secara bergantian
Meminta penderita untuk menyebutkan apakah rangsangannya tajam atau tumpul
Menanyakan apakah ada perbedaan intensitas ketajaman rangsangan
Pemeriksaan Sensasi Suhu
Langkah-Langkah Pemeriksaan
Pemeriksa menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Memilih dengan benar alat yang akan dipakai (dengan menggunakan 2 tabung
reaksi yang diisi dengan air panas dan air dingin)
Sentuhkan pada kulit pasien dan mintalah pada pasien untuk menyebutkan panas
atau dingin
Sumber:
Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. (2010). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat
Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking
Listiawati E, 2005, Buku Saku Keterampilan Klinis terjemahan dari Handbook of
Clinical Skills by Jane Dacre & Peter Kopelman, EGC, Jakarta