JUMAT, 13 MEI 2011 Tiga Lembaga Kena Sanksi filepenyelesaian kasus HAM masa lalu. Artinya, di satu...

1
dan HAM antara lain karena tertundanya pelaksanaan ke- giatan pada program penegakan hukum. Adapun pagu anggaran Per- pustakaan Nasional 2010 sebe- sar Rp443,55 miliar dan realisasi sampai Desember 2010 Rp396,71 miliar. Sisa yang tidak terserap Rp46,64 miliar dan sisa yang tidak dapat dipertanggung- jawabkan Rp20 miliar. Penye- bab pengenaan sanksi antara lain tertundanya pelaksanaan kegiatan modernisasi layanan Perpustakaan Nasional Jalan Merdeka Selatan Nomor 11 Ja- karta Pusat, tertundanya peng- adaan teknologi informasi. Beberapa pertimbangan yang menjadi perhatian Kementerian Keuangan adalah pemberian sanksi kepada kementerian/ lembaga merupakan sinyal dari pemerintah atas kinerja yang tidak dapat menggunakan ang- garan belanja yang telah ditetap- kan dengan baik. Ukuran kinerja Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai penyerapan anggaran suatu kementerian/ lembaga merupakan salah satu ukuran kinerja. Maka, apabila serapan anggaran masih ren- dah, bisa dipastikan kinerja dari 4 P P OLKAM OLKAM JUMAT, 13 MEI 2011 suatu kementerian/lembaga pun tidak maksimal. Dia mengakui, saat ini sek- tor pertahanan dan keamanan Indonesia masih terkena imbas dari serangan-serangan teror- isme. Selain itu, masih terkesan ada lemahnya koordinasi antara kementerian/lembaga di sek- tor polhukam serta penegakan hukum dari aparat yang masih bermasalah. “Masih rendah penyerapan- nya, mungkin karena masalah- masalah yang belum terselesai- kan itu,” tambah dia. Selama ini, khusus untuk ke menterian yang menjadi koordinator, pagu anggaran memang lebih ditetapkan oleh Kemenkeu. Untuk itu, Mahfudz menyarankan supaya lemahnya penyerapan anggaran tidak terulang, perlu dipertimbang- kan agar DPR menjadi mitra dari Kemenko Polhukam. Sementara itu, kendati terke- na sanksi pemotongan anggaran 2011 karena lemahnya penye- rapan anggaran pada 2010, Kemenkum dan HAM yakin program dan kegiatannya tidak akan terpengaruh. “Bagaimanapun mengenai anggaran ini tentu dilihat juga dari kinerja Pak Menteri. Saya kira Kementerian Keuangan cukup memahami kinerja Pak Menteri,” ujar Kabiro Humas Kemenkum dan HAM Martua Batubara. Meski terkena sanksi pemo- tongan anggaran 2011, Martua bisa memastikan program dan kegiatan Kemenkum dan HAM tidak akan terpengaruh. (*/ Ant/P-5) [email protected] Pemerintah Terkesan Lindungi Pecandu Tragedi Mei 1998 tidak Kunjung Tuntas tuk menyelesaikan kasus yang jadi perhatian publik tersebut,” tegasnya. Ifdhal mengatakan pemerin- tah terkesan ambigu dalam penyelesaian kasus HAM masa lalu. Artinya, di satu sisi ingin menyelesaikan, tetapi di sisi lain ada risiko politik yang di- kalkulasi. Kepala Pusat Penerangan Hu- kum Kejagung Noor Rohmad mengakui kejaksaan terkendala dalam menuntaskan kasus itu lantaran kurangnya bukti mate- rial hukum. “Untuk kasus Mei 1998 belum P-21 karena material hukumnya tidak lengkap.” Menurut dia, Undang-Un- dang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM tidak dapat menjadi jalan keluar pe- nyelesaian kasus itu. (*/P-1) PERATURAN pelaksanaan yang memberi ruang pemakai narkoba dengan batasan volu- me tertentu tidak dipidanakan hanya memunculkan ketidak- pastian hukum. “PP itu menggunakan pende- katan humanis terhadap para pecandu, namun tidak boleh dilupakan penggunaan dan pengedaran narkotika adalah tindak pidana,” tegas anggota Komisi III DPR dari F-PKS Aboe Bakar di Jakarta, kemarin. Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar di Bandung, Senin (9/5), menya- takan terkait implementasi PP 25/2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika tersebut, untuk penikmat sabu di bawah 1 gram masuk reha- bilitasi. Ketentuan itu berlaku bagi mereka yang pertama kali kedapatan sebagai pemakai atau pecandu, kecuali pengedar. Menurut Aboe Bakar, kebi- jakan pemerintah itu sama saja menentang tujuan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoti- ka. Sebab, UU itu menganut asas kepastian hukum dan bertujuan menyelamatkan bangsa dari narkoba. “Seharusnya para pecandu harus tetap diproses hukum. Tidak ada alasan penghapu- san pidana berkaitan dengan volume narkoba yang dibawa atau yang dikonsumsi,” tukas Aboe Bakar. Ia menyayangkan pilihan kebijakan pemerintah dalam menangani persoalan narkoba. Sebab, kebijakan itu hanya me- ngesankan pemerintah melegal- kan peredaran dan penggunaan narkoba untuk jumlah terbatas. (SZ/*/P-1) PENUNTASAN dugaan pelang- garan hak asasi manusia (HAM) berat pada peristiwa Mei 1998 makin suram. Pasalnya, peme- rintah belum memperlihatkan niat positif untuk menyelesai- kan kasus itu. Ketua Komisi Nasional (Kom- nas) HAM Ifdhal Kasim saat jumpa pers di Kantor Komnas HAM di Jakarta, kemarin, men- jelaskan Komnas HAM telah menuntaskan penyelidikan dan menyerahkan ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Hasil penyelidikan tim ga- bungan pencari fakta Komnas HAM yang diserahkan ke Ke- jagung pada 2005 menemukan indikasi terjadi pelanggaran HAM berat dalam tragedi itu. “Kami sudah memberikan hasil penyelidikan peristiwa Mei 1998 enam tahun lalu. Tapi hingga kini belum ada hasilnya. Padahal, untuk penyidikan cukup berdasarkan hasil dari penyelidikan Komnas HAM,” tutur Ifdhal. Hanya saja, lanjut dia, kejak- saan bersikukuh menunggu persetujuan pengadilan untuk melakukan penyidikan. Pada- hal, pengadilan HAM ad hoc belum terbentuk. Menurut dia, kejaksaan mes- tinya menyampaikan hasil pe- nyelidikan Komnas HAM ke DPR untuk meminta Presiden membentuk pengadilan HAM ad hoc untuk menuntaskan tragedi yang terjadi 13 tahun lalu itu. “Komnas HAM mengingat- kan pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret un- MI/ADAM DWI TIDAK TABU BICARA POLITIK: Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) membuka program pelatihan Grameen Bank Tingkat Nasional di Jakarta, kemarin. Mega berharap pelatihan ini bisa menghasilkan kader perempuan PDI Perjuangan yang tangguh dan tidak tabu bicara politik. Apabila serapan anggaran masih rendah, bisa dipastikan kinerja dari suatu kementerian/ lembaga pun tidak maksimal. AMAHL S AZWAR K EMENKO Polhukam, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manu- sia (HAM), dan Per- pustakaan Nasional RI terkena sanksi pemotongan anggaran 2011 karena lemahnya penye- rapan anggaran pada 2010. Demikian keterangan tertulis Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu yang diterima di Jakarta, kemarin. Pagu anggaran untuk Kemen- ko Polhukam pada 2010 sebesar Rp238,8 miliar dan realisasi hingga Desember 2010 sebesar Rp194,3 miliar. Sisa yang tidak terserap Rp44,5 miliar dan sisa yang tidak dapat dipertang- gungjawabkan Rp2,4 miliar. Penyebab pengenaan sanksi kepada Kemenko Polhukam antara lain karena tertundanya pelaksanaan kegiatan pengefek- tifan sistem kewaspadaan dini sosial politik. Pada Kementerian Hukum dan HAM, anggaran 2010 sebe- sar Rp5,32 triliun dan realisasi hingga Desember 2010 sebesar Rp4,84 triliun. Sisa yang tidak terserap Rp482,2 miliar dan sisa yang tidak dapat dipertang- gungjawabkan Rp15,98 miliar. Penyebab pengenaan sanksi kepada Kementerian Hukum Tiga Lembaga Kena Sanksi Mahfudz Siddiq Ketua Komisi I DPR MI/RAMDANI P ARTAI politik seyogia- nya tidak hanya pan- dai bermain pada wa- cana isu dan konik, yang hanya dipahami segelin- tir kaum perkotaan. Kini par- pol juga dituntut mampu menciptakan kultur baru, yaitu bekerja nyata mengurangi kemiskinan. Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, ketika mem- buka peluncuran program nyata Partai Golkar bertajuk ‘Bersama Bangkitkan Usaha Kecil (BBUK), dari Aceh sam- pai Papua’, kemarin, di Jakarta. “Saya bermimpi seluruh partai politik berlomba membuat kerja nyata memerangi kemiskinan. Para politisi saling memberi teladan, berupa kerja nyata demi membantu ekono- mi rakyat,” kata Ical-panggilan akrab Aburizal Bakrie. Berangkat dari mimpi me- merangi kemiskinan melalui pemberian bantuan pada ekonomi rakyat itulah, partai berlambang pohon beringin tersebut meluncurkan gagasan BBUK, dari Aceh sampai Pa- pua. Melalui program itu, para pelaku usaha kecil semakin terlatih untuk mengembang- kan usaha mereka. “Caranya melalui aneka permainan dan simulasi. Pe- serta bakal dibekali oleh segu- dang pengetahuan dan kete- rampilan baru, seperti mem- bina jaringan usaha, memper- baiki produk, pelatihan manje- men, sampai dengan penum- buhan kultur wirausaha,” ujarnya. Partai Golkar, menurut Ical, sengaja menyasarkan program nasional tersebut kepada pelaku usaha kecil. Sebab, sambung dia, pada hakekatnya mayoritas (90%) pelaku usaha di Tanah Air didominasi oleh pelaku usaha kecil menengah (UKM). Target program tersebut, menurut Ical, adalah menyen- tuh minimal 100 ribu pelaku UKM setiap tahunnya. Selain diberikan bekal keterampilan, sambung dia, para pelaku UKM itu juga akan disuntik dengan insentif dana maksimal sebesar Rp1 juta. “Suntikan dana itu sebagai ransangan agar mereka se- makin rajin berusaha. Untuk itu, keluarga Bakrie dan teman- teman dari Golkar kompak urunan membiayai proyek tersebut,” paparnya. Berangkat dari terobosan yang telah dirintis dan dilaku- kan Partai Golkar tersebut, Ical berharap, organisasi politik lain yang ada di Indonesia pun bisa ikut terinspirasi. “Jadi partai sekarang jangan melulu bicara tataran politik. Partai politik juga harus berkata se- suatu pada tataran kesejahte- raan,” katanya. Ical mengingatkan, berbuat banyak bagi rakyat adalah hal yang jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan misi pendirian partai yang sekadar untuk mencari kursi di DPR. Lantaran itulah, Ical juga meya- kini, parpol yang lebih mengedepankan langkah nya- ta bagi pemberdayaan rakyat merupakan partai yang memi- liki masa depan. Pelatihan pelaku usaha kecil tersebut rencananya akan di- ikuti oleh pelatihan serupa di 33 propinsi lainnya. Di sam- ping program itu, banyak pula ragam program yang tengah digagas dan dikerjakan Ical, sebagai komitmen untuk ekonomi rakyat. Di antaranya, program Bakrie Micro-Finance yang memberikan bantuan dana bergulir kepada rakyat kecil. Berbagai ormas yang ber- afiliasi dengan Golkar pun, menurut Ical, tengah melaku- kan gerakan serupa. “Saya pun meminta kepada aneka per- usahaan yang saya miliki un- tuk melakukan program public service. Namun lagi-lagi harus disadari bahwa yang kami lakukan hanyalah langkah awal. Sehingga, langkah ini tidak signikan jika tidak di- ikuti oleh peran serta elemen lain dalam masyarakat politik, dunia usaha, ataupun peme- rintah,” tegasnya. Pada perhelatan tersebut, secara simbolis mantan Men- teri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di era kepemimpinan SBY-JK itu memberikan serti- kat kepada para pelaku usaha kecil yang dianggap sukses mengikuti program tersebut. Mereka adalah pedagang sayur bernama Manisah, penjual koran eceran, Tri Waluyo Subekti, penjual jamu, Seti Yulianti, dan nelayan, Manis. (S-25) Bantu Ekonomi Rakyat Golkar Gagas Kultur Politik Baru BANTU USAHA KECIL: Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie memberikan sertifikat secara simbolis kepada perwakilan pelaku usaha kecil antara lain tukang jamu gendong, nelayan, petani sayur, tukang las, dan loper koran. Pemberian sertifikat itu terkait acara pencanangan program nyata Golkar Bersama Bangkitkan Usaha Kecil (BBUK), dari Aceh sampai Papua, di Jakarta, kemarin. DOK WIRA

Transcript of JUMAT, 13 MEI 2011 Tiga Lembaga Kena Sanksi filepenyelesaian kasus HAM masa lalu. Artinya, di satu...

Page 1: JUMAT, 13 MEI 2011 Tiga Lembaga Kena Sanksi filepenyelesaian kasus HAM masa lalu. Artinya, di satu sisi ingin menyelesaikan, tetapi di sisi ... dan HAM Patrialis Akbar di Bandung,

dan HAM antara lain karena tertundanya pelaksanaan ke-giatan pada program penegakan hukum.

Adapun pagu anggaran Per-pus takaan Nasional 2010 sebe-sar Rp443,55 miliar dan realisasi sampai Desember 2010 Rp396,71 miliar. Sisa yang tidak terserap Rp46,64 miliar dan sisa yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan Rp20 miliar. Penye-bab pengenaan sanksi antara lain tertundanya pelaksanaan kegiatan modernisasi layanan Perpustakaan Nasional Jalan Merdeka Selatan Nomor 11 Ja-karta Pusat, tertundanya peng-adaan teknologi informasi.

Beberapa pertimbangan yang menjadi perhatian Kementerian Keuangan adalah pemberian sanksi kepada kementerian/lembaga merupakan sinyal dari pemerintah atas kinerja yang tidak dapat menggunakan ang-garan belanja yang telah ditetap-kan dengan baik.

Ukuran kinerjaKetua Komisi I DPR Mahfudz

Siddiq menilai penyerapan anggaran suatu kementerian/lembaga merupakan salah satu ukuran kinerja. Maka, apabila serapan anggaran masih ren-dah, bisa dipastikan kinerja dari

4 PPOLKAMOLKAM JUMAT, 13 MEI 2011

suatu kementerian/lembaga pun tidak maksimal.

Dia mengakui, saat ini sek-tor pertahanan dan keamanan Indonesia masih terkena imbas dari serangan-serangan teror-isme. Selain itu, masih terkesan ada lemahnya koordinasi antara kementerian/lembaga di sek-tor polhukam serta penegakan hukum dari aparat yang masih bermasalah.

“Masih rendah penyerapan-nya, mungkin karena masalah-masalah yang belum terselesai-kan itu,” tambah dia.

Selama ini, khusus untuk ke menterian yang menjadi koordinator, pagu anggaran memang lebih ditetapkan oleh Kemenkeu. Untuk itu, Mahfudz menyarankan supaya lemahnya penyerapan anggaran tidak terulang, perlu dipertimbang-kan agar DPR menjadi mitra dari Kemenko Polhukam.

Sementara itu, kendati terke-na sanksi pemotongan anggaran 2011 karena lemahnya penye-rapan anggaran pada 2010, Kemenkum dan HAM yakin program dan kegiatannya tidak akan terpengaruh.

“Bagaimanapun mengenai anggaran ini tentu dilihat juga dari kinerja Pak Menteri. Saya kira Kementerian Keuangan cukup memahami kinerja Pak Menteri,” ujar Kabiro Hu mas Kemenkum dan HAM Martua Batubara.

Meski terkena sanksi pemo-tongan anggaran 2011, Martua bisa memastikan program dan kegiatan Kemenkum dan HAM tidak akan terpengaruh. (*/Ant/P-5)

[email protected]

PemerintahTerkesanLindungiPecandu

Tragedi Mei 1998tidak Kunjung Tuntas

tuk menyelesaikan kasus yang jadi perhatian publik tersebut,” tegasnya.

Ifdhal mengatakan pemerin-tah terkesan ambigu dalam penyelesaian kasus HAM masa lalu. Artinya, di satu sisi ingin menyelesaikan, tetapi di sisi lain ada risiko politik yang di-kalkulasi.

Kepala Pusat Penerangan Hu-kum Kejagung Noor Rohmad mengakui kejaksaan terkendala dalam menuntaskan kasus itu lantaran kurangnya bukti mate-rial hukum. “Untuk kasus Mei 1998 belum P-21 karena material hukumnya tidak lengkap.”

Menurut dia, Undang-Un-dang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM tidak dapat menjadi jalan keluar pe-nyelesaian kasus itu. (*/P-1)

PERATURAN pelaksanaan yang memberi ruang pemakai narkoba dengan batasan volu-me tertentu tidak dipidanakan hanya memunculkan ketidak-pastian hukum.

“PP itu menggunakan pende-katan humanis terhadap para pecandu, namun tidak boleh dilupakan penggunaan dan pengedaran narkotika adalah tindak pidana,” tegas anggota Komisi III DPR dari F-PKS Aboe Bakar di Jakarta, kemarin.

Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar di Bandung, Senin (9/5), menya-takan terkait implementasi PP 25/2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika tersebut, untuk penikmat sabu di bawah 1 gram masuk reha-bilitasi. Ketentuan itu berlaku bagi mereka yang pertama kali kedapatan sebagai pemakai atau pecandu, kecuali pengedar.

Menurut Aboe Bakar, kebi-jakan pemerintah itu sama saja menentang tujuan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoti-ka. Sebab, UU itu menganut asas kepastian hukum dan bertujuan menyelamatkan bangsa dari narkoba.

“Seharusnya para pecandu harus tetap diproses hukum. Tidak ada alasan penghapu-san pidana berkaitan dengan volume narkoba yang dibawa atau yang dikonsumsi,” tukas Aboe Bakar.

Ia menyayangkan pilihan kebijakan pemerintah dalam menangani persoalan narkoba. Sebab, kebijakan itu hanya me-ngesankan pemerintah melegal-kan peredaran dan penggunaan narkoba untuk jumlah terbatas. (SZ/*/P-1)

PENUNTASAN dugaan pelang-garan hak asasi manusia (HAM) berat pada peristiwa Mei 1998 makin suram. Pasalnya, peme-rin tah belum memperlihatkan niat positif untuk menyelesai-kan kasus itu.

Ketua Komisi Nasional (Kom-nas) HAM Ifdhal Kasim saat jum pa pers di Kantor Komnas HAM di Jakarta, kemarin, men-jelaskan Komnas HAM telah menuntaskan penyelidikan dan menyerahkan ke Kejaksaan Agung (Kejagung).

Hasil penyelidikan tim ga-bung an pencari fakta Komnas HAM yang diserahkan ke Ke-jagung pada 2005 menemukan indikasi terjadi pelanggaran HAM berat dalam tragedi itu.

“Kami sudah memberikan ha sil penyelidikan peristiwa

Mei 1998 enam tahun lalu. Tapi hingga kini belum ada hasilnya. Padahal, untuk penyidikan cu kup berdasarkan hasil dari penyelidikan Komnas HAM,” tutur Ifdhal.

Hanya saja, lanjut dia, kejak-saan bersikukuh menunggu persetujuan pengadilan untuk melakukan penyidikan. Pada-hal, pengadilan HAM ad hoc belum terbentuk.

Menurut dia, kejaksaan mes-tinya menyampaikan hasil pe-nyelidikan Komnas HAM ke DPR untuk meminta Presiden membentuk pengadilan HAM ad hoc untuk menuntaskan tra gedi yang terjadi 13 tahun lalu itu.

“Komnas HAM mengingat-kan pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret un-

MI/ADAM DWI

TIDAK TABU BICARA POLITIK: Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) membuka program pelatihan Grameen Bank Tingkat Nasional di Jakarta, kemarin. Mega berharap pelatihan ini bisa menghasilkan kader perempuan PDI Perjuangan yang tangguh dan tidak tabu bicara politik.

Apabila serapan anggaran masih rendah, bisa dipastikan kinerja dari suatu kementerian/lembaga pun tidak maksimal.

AMAHL S AZWAR

KEMENKO Polhukam, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manu-sia (HAM), dan Per-

pustakaan Nasional RI terkena sanksi pemotongan anggaran 2011 karena lemahnya penye-rapan anggaran pada 2010.

Demikian keterangan tertulis Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu yang diterima di Jakarta, kemarin.

Pagu anggaran untuk Kemen-ko Polhukam pada 2010 sebesar Rp238,8 miliar dan realisasi hingga Desember 2010 sebesar Rp194,3 miliar. Sisa yang tidak terserap Rp44,5 miliar dan sisa yang tidak dapat dipertang-gungjawabkan Rp2,4 miliar.

Penyebab pengenaan sanksi kepada Kemenko Polhukam antara lain karena tertundanya pelaksanaan kegiatan pengefek-tifan sistem kewaspadaan dini sosial politik.

Pada Kementerian Hukum dan HAM, anggaran 2010 sebe-sar Rp5,32 triliun dan realisasi hingga Desember 2010 sebesar Rp4,84 triliun. Sisa yang tidak terserap Rp482,2 miliar dan sisa yang tidak dapat dipertang-gungjawabkan Rp15,98 miliar.

Penyebab pengenaan sanksi kepada Kementerian Hukum

Tiga LembagaKena Sanksi

Mahfudz SiddiqKetua Komisi I DPR

MI/RAMDANI

PARTAI politik seyogia-nya tidak hanya pan-dai bermain pada wa-cana isu dan konflik,

yang hanya dipahami segelin-tir kaum perkotaan. Kini par-pol juga dituntut mampu menciptakan kultur baru, yaitu be kerja nyata mengurangi kemis kin an.

Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, ketika mem-buka peluncuran program nyata Partai Golkar bertajuk ‘Bersama Bangkitkan Usaha Kecil (BBUK), dari Aceh sam-pai Papua’, kemarin, di Jakarta. “Saya bermimpi seluruh partai politik berlomba membuat k e r j a n y a t a m e m e r a n g i kemiskin an. Para politisi saling memberi teladan, berupa kerja nyata demi membantu ekono-mi rakyat,” kata Ical-panggilan akrab Aburizal Bakrie.

Berangkat dari mimpi me-merangi kemiskinan melalui pemberian bantuan pada ekonomi rakyat itulah, partai berlambang pohon beringin tersebut meluncurkan gagasan BBUK, dari Aceh sampai Pa-pua. Melalui program itu, para pelaku usaha kecil semakin terlatih untuk mengembang-kan usaha mereka.

“Caranya melalui aneka permainan dan simulasi. Pe-serta bakal dibekali oleh segu-dang pengetahuan dan kete-ram pilan baru, seperti mem-bina jaringan usaha, memper-baiki produk, pelatihan manje-men, sampai dengan penum-buhan kultur wirausaha,” ujarnya.

Partai Golkar, menurut Ical, sengaja menyasarkan program nasional tersebut kepada pelaku usaha kecil. Sebab, sambung dia, pada hakekatnya mayoritas (90%) pelaku usaha di Tanah Air didominasi oleh pelaku usaha kecil menengah (UKM).

Target program tersebut, menurut Ical, adalah menyen-tuh minimal 100 ribu pelaku UKM setiap tahunnya. Selain

diberikan bekal keterampilan, sambung dia, para pelaku UKM itu juga akan disuntik dengan insentif dana maksimal sebesar Rp1 juta.

“Suntikan dana itu sebagai ransangan agar mereka se-makin rajin berusaha. Untuk itu, keluarga Bakrie dan teman-teman dari Golkar kompak urunan membiayai proyek tersebut,” paparnya.

Berangkat dari terobosan yang telah dirintis dan dilaku-kan Partai Golkar tersebut, Ical berharap, organisasi politik lain yang ada di Indonesia pun bisa ikut terinspirasi. “Jadi partai sekarang jangan melulu bicara tataran politik. Partai politik juga harus berkata se-suatu pada tataran kesejahte-raan,” katanya.

Ical mengingatkan, berbuat banyak bagi rakyat adalah hal yang jauh lebih mulia bila

dibandingkan dengan misi pendirian partai yang sekadar untuk mencari kursi di DPR. Lantaran itulah, Ical juga meya-k in i , parpol yang leb ih mengedepankan langkah nya-ta bagi pemberdayaan rakyat merupakan partai yang memi-liki masa depan.

Pelatihan pelaku usaha kecil tersebut rencananya akan di-ikuti oleh pelatihan serupa di 33 propinsi lainnya. Di sam-ping program itu, banyak pula ragam program yang tengah digagas dan dikerjakan Ical, sebagai komitmen untuk ekonomi rakyat. Di antaranya, program Bakrie Micro-Finance yang memberikan bantuan dana bergulir kepada rakyat kecil.

Berbagai ormas yang ber-afiliasi dengan Golkar pun, menurut Ical, tengah melaku-kan gerakan serupa. “Saya pun

meminta kepada aneka per-usahaan yang saya miliki un-tuk melakukan program public service. Namun lagi-lagi harus disadari bahwa yang kami lakukan hanyalah langkah awal. Sehingga, langkah ini tidak signifikan jika tidak di-ikuti oleh peran serta elemen lain dalam masyarakat politik, dunia usaha, ataupun peme-rintah,” tegasnya.

Pada perhelatan tersebut, secara simbolis mantan Men-teri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di era kepemimpinan SBY-JK itu memberikan serti-fikat kepada para pelaku usaha kecil yang dianggap sukses mengikuti program tersebut. Mereka adalah pedagang sayur bernama Manisah, penjual koran eceran, Tri Waluyo Subekti, penjual jamu, Seti Yulianti, dan nelayan, Manis. (S-25)

Bantu Ekonomi RakyatGolkar Gagas Kultur Politik Baru

BANTU USAHA KECIL: Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie memberikan sertifikat secara simbolis kepada perwakilan pelaku usaha kecil antara lain tukang jamu gendong, nelayan, petani sayur, tukang las, dan loper koran. Pemberian sertifikat itu terkait acara pencanangan program nyata Golkar Bersama Bangkitkan Usaha Kecil (BBUK), dari Aceh sampai Papua, di Jakarta, kemarin.

DOK WIRA