Juklak Tim Satlak Spi 2011

download Juklak Tim Satlak Spi 2011

of 48

Transcript of Juklak Tim Satlak Spi 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSetiap Instansi Pemerintah dituntut untuk mampu mengelola keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian berkomitmen untuk melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Hal ini diwujudkan dengan pembentukan Tim Satuan Pelaksana (Satlak) PI Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mempunyai tugas membina pelaksanaan SPI di lingkungan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, melalui sosialisasi, bimbingan, pemantauan, evaluasi, penilaian terhadap pelaksanaan SPI dan melaporkan kepada penanggung jawab SPI yaitu Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas, Tim Satlak PI menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Sistem Pengendalian Intern Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penyempurnaan Petunjuk Pelaksanaan ini akan dilakukan secara berkala untuk merespon perkembangan yang terkait dengan prinsipprinsip pengawasan intern.

B. Dasar Pelaksanaana. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) juncto Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3892); Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 387) juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150); 1

b.

c.

d.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4890); Peraturan Pemerintah Nomor Pegawai Negeri Sipil; 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin

e.

f.

g.

h.

i. j.

Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4214); Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 93 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);

k. l.

m. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330); n. o. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertanian; Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 2

p.

q. r.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT. 140/8/2008 tentang Modul Pakta Integritas Departemen Pertanian; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 23/Permentan/OT. 140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Departemen Pertanian; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 435/Kpts/OT.160/F/04/2011 tentang Pembentukan Tim Satuan Pelaksana Sistem Pengendalian Intern (SPI) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

s. t.

C. Maksud danTujuanMemberikan acuan bagi Tim Satlak PI dalam melaksanakan penilaian penerapan SPI di Kantor Pusat, Dinas/Lembaga yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Propinsi, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

D. Waktu Pelaksanaan PenilaianPenilaian terhadap penerapan SPI dilaksanakan setiap semester.

E. Pengertiana. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. b. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. c. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. d. Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern yang selanjutnya disebut Satlak PI adalah tim yang dibentuk oleh Pimpinan Unit Kerja Pusat, Propinsi, kabupaten/Kota dan UPT lingkup Ditjen Peternakan dan kesehatan Hewan. 3

e. Unit Kerja Lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan meliputi Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). f. Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi efektifitas pengendalian intern. g. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. h. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. i. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. j. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. k. Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. l. Pembinaan adalah tindakan yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap penyelenggaraan program dan kegiatan satuan kerja, dalam bentuk bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi serta pemberian pedoman terhadap seluruh bagian pada satuan kerja secara berkelanjutan. m. Independen adalah pelaksanaan tugas yang bebas dari pengaruh pihak manapun. n. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu program/kegiatan dengan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan. o. Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baikburuk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

4

BAB II SOSIALISASI PENILAIAN PENERAPAN SPI

Pelaksanaan sosialisasi penilaian penerapan SPI dilakukan dalam rangka penajaman pemahaman Tim Satlak PI tentang tata cara penilaian penerapan SPI yang dilaksanakan secara berjenjang. Sosialisasi di tingkat pusat dilakukan oleh Tim Satlak PI Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan di tingkat Propinsi dan UPT dilakukan oleh Tim Satlak PI Dinas Propinsi yang membidangi fungsi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dan UPT Pusat lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Materi yang diberikan dalam sosialisasi merupakan penjabaran atau dapat mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Penerapan SPI yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan serta dapat dimodifikasi sesuai karakteristik unit kerja/satuan kerja dengan tetap mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

5

BAB III PENILAIAN

A. Lingkup Penilaian Ruang lingkup penilaian penerapan SPI difokuskan pada Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Kegiatan stategis yang dipilih sebagai uji petik SPI adalah : a. Kegiatan Insentif dan Penyelamatan Betina Produktif; b. Optimalisasi Akseptor IB dan INKA; dan c. Pengamanan dan penggunaan aset. Pemilihan ketiga kegiatan ini atas pertimbangan karena dinilai memiliki tingkat resiko yang sangat besar atas keberhasilan program utama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan laporan keuangan menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kriteria penilaian SPI berdasarkan pada 5 (lima) Unsur SPI yang meliputi (a) Lingkungan Pengendalian dengan bobot 20%; (b) Penilaian Resiko dengan bobot 15%; (c) Kegiatan Pengendalian dengan bobot 40%; (d) Informasi dan Komunikasi dengan bobot 10%; dan (e) Pemantauan dengan bobot 15%.

B. Pelaksana dan Obyek Penilaian Pelaksana penilaian penerapan SPI adalah Tim Satlak PI pada masing-masing unit kerja yang disebut sebagai enumerator sedangkan obyek penilaian adalah penanggungjawab pelaksana program/kegiatan di masing-masing unit kerja yang disebut sebagai responden.

C. Teknis Penilaian Dalam melakukan penilaian 5 (lima) unsur tersebut digunakan instrumen berupa checklist sebagaimana pada Lampiran 1 s.d. Lampiran 5. Daftar uji yang dinilai minimal mencakup komponen sebagaimana diuraikan pada Lampiran 1 s.d. 5. Apabila masih ada cakupan daftar uji yang dipandang signifikan mendukung penerapan SPI dapat ditambahkan pada masing-masing aspek. Pada Lampiran 8 disajikan Contoh Daftar Uji Penilaian Penerapan SPI. Sebagai pengesahan dalam penilaian pada instrumen masing-masing unsur harus ada verifikasi dan pengesahan dari enumerator yang merupakan anggota Tim Satlak PI di masing-masing unit kerja dan responden yang merupakan penanggungjawab pelaksana program/kegiatan di masing-masing unit kerja serta diketahui oleh pimpinan unit kerja. 6

Dalam setiap unsur SPI terdiri dari beberapa sub unsur yang masing-masing diberi bobot dengan nilai tertentu sesuai dengan karakteristik unit kerja. Setiap sub unsur terdiri dari beberapa pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak. Untuk setiap jawaban ya diberi nilai 1 (satu), sedangkan untuk jawaban tidak diberi nilai 0 (nol). Selain itu pada setiap jawaban ya harus disertai dengan bukti berupa dokumen pendukungnya. Nilai masing-masing unsur dihitung dari jumlah jawaban ya dibandingkan dengan banyaknya pertanyaan dikalikan 100% yang hasilnya dikalikan dengan bobot masingmasing unsur, dengan rumus sebagai berikut: Jumlah jawaban ya X 100% x bobot Jumlah pertanyaan Total nilai merupakan jumlah nilai dari 5 (lima) unsur SPI seperti dalam matriks pada Lampiran 6.

1.

Lingkungan Pengendalian (bobot 20%) Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi efektifitas pengendalian intern, dimana di dalamnya telah terbangun sistem pengendalian intern yang efektif yang melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Guna mendukung terbentuknya sistem pengendalian intern pemerintah yang baik, lingkungan pengendalian memerlukan : a. Organisasi Pengorganisasian mencakup proses pembentukan organisasi yang efektif dan efisien, penyusunan struktur, rincian tanggung jawab, penetapan kompetensi pejabat, dan rentang kendali antara pimpinan/penanggungjawab operasional suatu program/kegiatan. Melalui pengorganisasian, bentuk organisasi pemerintah dapat didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan. Kemampuan menyesuaikan diri dan tanggap terhadap adanya suatu perubahan, merupakan salah satu ciri dari good governance. Pengorganisasian yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Mengacu pada upaya menciptakan organisasi yang efektif dan efisien; b) Struktur organisasi harus mengacu pada visi, misi dan tujuan organisasi; c) Wewenang tanggung jawab untuk masing-masing jabatan harus seimbang dengan tugas dan fungsinya; d) Penetapan pejabat harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (kompetensi) untuk masing-masing jabatan; e) Pendelegasian wewenang harus diikuti dengan tanggung jawab yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pembentukan struktur organisasi sekurang-kurangnya dilakukan dengan : a) Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan unit kerja; 7

b) Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam unit kerja; c) Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam unit kerja; d) Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan e) Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. b. Sumberdaya manusia (personil) Sumberdaya manusia (personil) merupakan subsistem dalam suatu organisasi yang diciptakan sebagai upaya agar para pegawai dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi, termasuk didalamnya usaha untuk meningkatkan kemampuan, semangat dan gairah kerja serta disiplin dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan pengelolaan personil secara kontinyu dan konsisten, diharapkan produktivitas pegawai akan meningkat, sehingga tujuan organisasi yang dijabarkan dalam tugas pokok dan fungsi dapat dicapai secara efektif dan efisien. Untuk dapat menciptakan sistem pembinaan karier pegawai, perlu dirancang pola karier pegawai yang sesuai dengan misi organisasi, budaya organisasi dan kondisi perangkat pendukung sistem kepegawaian yang berlaku, sesuai dengan peraturan perundangan pegawai negeri sipil yang berlaku. Sistem pembinaan karier pegawai diharapkan mampu mengakomodasikan kepentingan organisasi dan individu, yang mencakup aktivitas yang sangat luas. Aktivitas yang perlu diperhatikan sekurang-kurangnya dimulai dari pola rekruitmen, pembinaan, penghargaan dan sanksi, pengembangan kode etik PNS dan pemberhentian pegawai. c. Kebijakan Pimpinan unit kerja dalam melaksanakan programnya wajib memiliki kebijakan (ketentuan hukum) yang dapat dijadikan landasan bagi pelaksana dalam penyelenggaraan kegiatan. Dalam penyusunan kebijakan agar memperhatikan prinsip prinsip rasionalitas, prinsip efektifitas, prinsip efisiensi, dan prinsip produktivitas. Kebijakan merupakan salah satu sarana pengendalian Intern Pemerintah untuk memandu pelaksanaan program/kegiatan mengarah pada tujuan yang harus dicapai, dengan menjelaskan secara rinci hal-hal yang dilakukan. Kebijakan merupakan pedoman yang didokumentasikan dan berlaku pada setiap aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan program/kegiatan. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menyusun kebijakan adalah : a) Mengacu pada tujuan yang ditetapkan oleh Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu Renstra Ditjen Peternakan, Kementerian Pertanian; 8

b) Masing-masing unit kerja lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, termasuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam menyusun kebijakan mengacu pada program yang ditetapkan; c) Mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi terhadap pelaksanaan program/kegiatan;

d) Dibuat secara tertulis dan jelas pada setiap program/kegiatan; e) Dapat secara efektif dikomunikasikan kepada seluruh personil dan Satker Daerah dalam lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan; f) Dapat memberikan motivasi pencapaian tujuan, program atau target;

g) Ditinjau kembali secara berkala untuk diselaraskan dengan perubahan lingkungan; h) Transparan dan dapat menjadi sarana komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan; i) j) d. Dapat meningkatkan disiplin kerja para pegawai; Konsisten dengan tujuan organisasi.

Prosedur Prosedur adalah rangkaian (urut-urutan) dari beberapa perintah atau statemen atau aturan yang mewakili aktivitas, yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang dengan peralatan dan waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kebijakan pimpinan. Prosedur harus dibuat sederhana dan mengacu pada tugas pokok dan fungsi, ditetapkan secara tertulis, mudah dipahami, dan disosialisasikan kepada pihak yang berkepentingan guna memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa (stakeholders). Pimpinan unit kerja perlu membuat prosedur kerja sebagai sarana pengendalian intern. Penyusunan prosedur dan implementasinya perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a) Dapat menguraikan tahapan secara rinci target, waktu dan keluaran (output) yang diharapkan sesuai dengan masing-masing tahapan; b) Prosedur harus memiliki tujuan yang dapat diidentifikasi secara jelas; c) Pengorganisasian prosedur harus dapat menunjang tercapainya tujuan; d) Penyusunan prosedur harus didukung dengan kebijakan yang memadai; e) Peraturan perundang-undangan yang terkait harus dipertimbangkan dalam penyusunan prosedur; f) Penempatan personil dalam pelaksanaan prosedur harus memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya; g) Prosedur harus dibuat sederhana, efisien, fleksibel kecuali untuk kegiatan yang bersifat mekanis maupun teknis; h) Kegiatan-kegiatan atau langkah-langkah di dalam prosedur harus 9

terkoordinasi dan terdapat pengecekan internal di dalamnya; i) Dituangkan secara tertulis dan mudah dimengerti, serta dikomunikasikan kepada semua pihak yang terkait; j) Hasil pelaksanaan prosedur harus dibuatkan laporannya dan dilakukan reviu secara berkala.

Penilaian lingkungan pengendalian dilakukan terhadap 4 (empat) sub unsur meliputi organisasi, prosedur, sumberdaya manusia, dan kebijakan. Untuk menilai efektifitas lingkungan pengendalian digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 1.

2.

Penilaian Risiko (bobot 15%) Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Manajemen pengelolaan risiko adalah cara bagaimana menangani semua risiko (baik dari dalam maupun luar organisasi) yang ada di dalam instansi pemerintah, tetapi pada semua risiko yang mengancam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah. Tahapan-tahapan pada proses penilaian risiko terdiri dari identifikasi risiko dan penanganan risiko, sedangkan proses evaluasi merupakan siklus pengelolaan risiko, seperti digambarkan pada gambar 1.

PROSESPENETAPAN TUJUAN PROGRAM DAN KEGIATAN

SUMBER DATA dan OUTPUT

- RENSTRA - DAFTAR TUJUAN

PENILAIAN RISIKO EVALUASI PENANGANAN RISIKO

- TOR KEGIATAN - DAFTAR RISIKO

- TOR KEGIATAN - USULAN (PENANGANAN RISIKO)

Gambar 1. Siklus Penilaian Risiko

10

Dalam pelaksanaan penilaian risiko, diperlukan data dan informasi mengenai pelaksanaan :

a. Identifikasi RisikoIdentifikasi risiko dilaksanakan di awal (perencanaan), dengan melaksanakan identifikasi tahapan-tahapan kegiatan yang tertuang dalam TOR kegiatan beserta unit kerja pelaksana kegiatan. a) Penetapan Titik Kritis pada Kegiatan Titik kritis diperoleh dari TOR pelaksanaan kegiatan strategis. Penetapan titik kritis berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan dalam TOR sehingga ketepatan kegiatan atas sasaran program, ketepatan alokasi anggaran dan kebutuhan serta ketepatan penetapan indikator kinerja dapat tergambar dengan jelas. Sehingga perubahan penetapan titik kritis dapat pula digunakan untuk merevisi TOR yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Menyusun Daftar Risiko Daftar risiko merupakan rekapitulasi dari seluruh risiko yang mungkin terjadi pada kegiatan yang menjadi tanggung jawab unit kerja. Daftar risiko memuat penyebab dan dampak dari risiko yang telah teridentifikasi. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut, selanjutnya direkapitulasi dalam daftar risiko seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar RisikoDAFTAR RISIKO (NAMA UNIT KERJA) UNIT KERJA NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN AKTIVITAS No. 1 2 : : : : : : Penyebab Ketidaktepatan survei harga Dampak Kerugian negara

Risiko Kemahalan harga

Keterangan: Kegiatan diisi dengan titik kritis kegiatan

Disusun Tanggal : Penyusun :

Disetujui Tanggal : Pimpinan Unit Kerja:

Diperiksa Tanggal : Pemeriksa :

b. Penanganan Risiko11

Berdasarkan daftar risiko yang telah ditetapkan, disusun rencana upayaupaya yang akan dilakukan untuk menangani risiko yang telah teridentifikasi. Upaya-upaya tersebut diarahkan untuk mengeliminasi penyebab terjadinya risiko. Daftar penanganan risiko unit kerja tersebut dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Penanganan Risiko

DAFTAR PENANGANAN RISIKO (NAMA UNIT KERJA) UNIT KERJA NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN AKTIVITAS : : : : : :

No.RisikoPenyebabDampakUpaya Penanganan1Kemahalan hargaKetidaktepatan survei Disusun Tanggal : hargaKerugian negaraSurvei harga di beberapa sampel dengan indikator yang lebih spesifik.2 Penyusun : Keterangan: Kegiatan diisi dengan titik kritis kegiatan (Nama, NIP dan tanggal)

Disetujui Tanggal

:

Diperiksa Tanggal Pemeriksa :

:

Pimpinan Unit Kerja:

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

c. Pemantauan dan Evaluasi Terhadap Penanganan Risiko

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

Pemantauan dan evaluasi merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari. Kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap penanganan risiko dilaksanakan pada awal tahun anggaran berjalan oleh setiap unit kerja/satker. Hal ini bertujuan untuk menilai pencapaian target dan realisasi pelaksanaan kegiatan, serta kendala yang terjadi. Hasil pemantauan dan evaluasi penanganan risiko diharapkan menjadi masukan bagi pimpinan unit kerja/satker.

d.

Mekanisme dan Prosedur 12

Mekanisme dan prosedur dimulai dari penetapan tim penilai risiko, tim penanganan risiko, tim pemantauan dan evaluasi risiko, mekanisme penilaian risiko, mekanisme penanganan risiko, mekanisme pemantauan dan evaluasi risiko, prosedur penilaian dan penyampaian hasil penilaian risiko, prosedur penanganan dan pelaporan hasil penanganan risiko, prosedur pemantauan dan evaluasi penilaian risiko, serta prosedur pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi penilaian risiko. Penilaian risiko dilakukan terhadap 3 (tiga) sub unsur meliputi identifikasi, penanganan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penanganan resiko. Untuk menilai efektifitas penilaian risiko digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 2.

3. Kegiatan Pengendalian (bobot 40%) Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Pengendalian dilaksanakan untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah diikuti dan dipatuhi oleh seluruh personil serta dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan terhadap potensi penyimpangan atau titik-titik kritis kegiatan hasil analisa risiko. Karakteristik kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut : a) Kegiatan pengendalian instansi/unit kerja/satker; diutamakan pada kegiatan pokok/strategis

b) Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko; c) Kegiatan pengendalian yang dipilih harus disesuaikan dengan sifat khusus instansi/unit kerja/satker; d) Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis; e) Kegiatan pengendalian evaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. dilaksanakan melalui 11 aspek kegiatan utama

Aktifitas pengendalian pengendalian yaitu : a) b) c) d) e) f) g) h)

Reviu atas kinerja instansi pemerintah/unit kerja/satker yang bersangkutan; Pembinaan sumberdaya manusia; Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; Pengendalian fisik atas aset; Pengendalian pada penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; Pengendalian atas pemisahan fungsi; Pengendalian atas otorisasi, transaksi dan kejadian penting; Pengendalian atas pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; 13

i) j) k)

Pengendalian atas pencatatannya;

pembatasan

akses

terhadap

sumberdaya

dan

Pengendalian atas akuntabilitas sumberdaya dan pencatatannya; dan Pengendalian atas dokumentasi yang baik terhadap sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

Kegiatan pengendalian dilakukan pula oleh atasan langsung dalam bentuk pengendalian atasan langsung. Pengawasan oleh pimpinan atau dikenal dengan pengendalian atasan langsung terhadap penyelenggaraan program dan kegiatan dengan tujuan untuk: a) b) Mengetahui perkembangan kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan; Mengetahui sedini mungkin hambatan yang terjadi atau mungkin akan terjadi dalam pelaksanaan program dan kegiatan serta memberikan jalan pemecahannya; Mencegah atau mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan; Mengevaluasi apakah pencapaian hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan; Memperoleh masukan bagi penyempurnaan program dan kegiatan yang akan datang; Mengevaluasi tujuan satker yang tercantum dalam DIPA; dan Penilaian terhadap kegiatan pengendalian dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas dan memberi keyakinan bahwa kegiatan pengendalian oleh instansi pemerintah telah dilakukan secara tepat dan memadai baik terhadap implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c) d) e) f) g)

Penilaian kegiatan pengendalian dilakukan terhadap 2 (dua) sub unsur meliputi aktivitas pengendalian dan penguatan kegiatan pengendalian. Untuk menilai efektifitas kegiatan pengendalian digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 3.

4. Informasi dan Komunikasi (bobot 10%) Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. Pimpinan unit kerja/satuan kerja (satker) wajib mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan unit kerja harus menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, mengelola, mengembangkan dan memperbarui sistem informasi secara terusmenerus melalui : 14

a.

Pencatatan dan Pelaporan 1) Pencatatan Pengendalian atas pencatatan akan menjamin keandalan proses pengolahan data menjadi keluaran yang bebas dari kekeliruan dan kesalahan yang fatal/signifikan. Pencatatan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Sistem pencatatan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi organisasi; b) Prosedur pencatatan keuangan dan manualnya harus disusun dengan baik dan cermat; c) Sistem pencatatan harus didukung kebijakan pimpinan yang jelas dan memadai;

d) Pencatatan harus menggunakan dokumen sumber, formulir, tabulasi, daftar-daftar statistik dan buku-buku yang dirancang secara memadai; e) Pencatatan harus lengkap dan informatif; f) Pencatatan harus menaati sistem dan prosedur kerja yang telah ditetapkan;

g) Pencatatan harus diselenggarakan secara akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; h) Pencatatan harus dilakukan secara sederhana, konsisten, runut, dan terintegrasi; i) j) Dipisahkan dari fungsi penguasaan dan penyimpanan, direview/diricek secara berkala; Adanya pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

k) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; l) 2) Sebagai dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

Pelaporan Pimpinan unit kerja/satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang berkewajiban menyusun dan menyampaikan laporan kinerja yang merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan kinerja terdiri dari laporan keuangan dan substansi teknis kegiatan. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan (CaLK), dan laporan barang milik negara dan Catatan atas Laporan Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Sedangkan Laporan substansi teknis kegiatan terdiri dari perkembangan pencapaian target/realisasi penyerapan dana, pencapaian target fisik, kendala yang dihadapi, pemecahan permasalahan/kendala, saran tindak lanjut secara berkala serta laporan akhir, LAKIP dan laporan lainnya sesuai kebutuhan. Penyusunan laporan tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip laporan pada 15

umumnya, yaitu harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan. Sehubungan dengan itu perlu pula diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti laporan harus relevan, tepat waktu, dapat dimengerti (jelas dan cermat), dan dapat dipercaya/diandalkan, dalam bentuk yang berdaya banding tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat dan mengikuti standar laporan yang ditetapkan. Penilaian unsur informasi dan komunikasi dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas pemantauan yang dilakukan dan memberi keyakinan bahwa informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah/unit kerja/satker telah dilakukan secara tepat dan memadai baik terhadap implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian informasi dan komunikasi dilakukan terhadap 3 (tiga) sub unsur meliputi informasi, komunikasi serta bentuk dan sarana komunikasi. Untuk menilai efektifitas informasi dan komunikasi digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 4.

5. Pemantauan Pengendalian Intern (bobot 15%) Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Kegiatan pemantauan Sistem Pengendalian Intern untuk menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan rekomendasi hasil audit dan review telah ditindaklanjuti. Pimpinan instansi berkewajiban menindaklanjuti sesuai rekomendasi hasil pengawasan dapat berupa tindakan administratif dan penyelesaian kerugian Negara. a. Tindakan Administratif Tindakan administratif dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan kepegawaian, termasuk penerapan hukum disiplin pegawai sesuai dengan PP 53 tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Rekomendasi yang terkait dengan penerapan hukuman disiplin segera ditindaklanjuti dengan menginstruksikan Tim Etika untuk melakukan pemeriksaan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan. b. Penyelesaian Kerugian Negara Tindak lanjut terhadap penyelesaian kerugian negara dilaksanakan melalui penggantian kerugian negara secara damai, tuntutan ganti rugi (TGR) dan tuntutan perdata, tuntutan perbendaharaan, tindakan pengaduan tindak pidana dan tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Penilaian pemantauan untuk mengukur efektifitas pemantauan dan memberi keyakinan bahwa pemantauan telah dilaksanakan secara tepat dan memadai terhadap 16

implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan asset negara dan peraturan perundang-undangan. Penilaian pemantauan pengendalian intern dilakukan terhadap 3 (tiga) sub unsur meliputi pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit. Untuk menilai efektifitas pemantauan pengendalian intern digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 5.

BAB III MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi (Monev) hasil penilaian penerapan SPI bertujuan untuk mengetahui kesesuaian/konsistensi capaian penerapan penilaian SPI pada setiap unit 17

kerja baik tingkat Nasional, Propinsi dan UPT lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana yang dilaporkan dalam bentuk Laporan Perkembangan Penerapan SPI setiap triwulan dan tahunan. Monev hasil penilaian penerapan SPI diharapkan dapat berfungsi sebagai tindakan korektif terhadap penerapan lima unsur SPI sehingga pelaksanaan SPI di lingkup Ditjen peternakan dan Kesehatan Hewan dapat terlaksana sesuai Peraturan Perundangan dan Pedoman yang ada.

A. Lingkup Monev Ruang lingkup monitoring dan evaluasi penilaian penerapan SPI adalah 22 UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan serta 33 Dinas/kelembagaan yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Propinsi seluruh Indonesia.

B. Pelaksana dan Obyek Monev Pelaksana Monev hasil penilaian penerapan SPI adalah Tim Satlak PI Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sedangkan obyek monev adalah adalah Tim Satlak PI di 22 UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan serta 33 Dinas/kelembagaan yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Propinsi seluruh Indonesia.

C. Teknis Monev Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan setiap semester dengan metode kunjungan lapang dan wawancara untuk selanjutnya dilakukan analisis dan kajian. Hasil monev disusun dalam bentuk Laporan Hasil Monev Penilaian Penerapan SPI yang dibuat minimal satu tahun sekali.

BAB V PELAPORAN

Laporan penilaian penerapan 5 (lima) unsur SPI disusun oleh Tim Satlak PI dan dilaporkan kepada penanggungjawab unit kerja paling lambat pada minggu kedua bulan 18

berikutnya setelah semester berakhir. Laporan berisi penjabaran hasil penilaian disertai rekomendasi penyempurnaan pelaksanaan SPI di unit kerja berkaitan, selanjutnya pimpinan unit kerja menetapkan kebijakan penerapan SPI di unit kerjanya. Outline Laporan Penilaian Penerapan SPI dapat dilihat pada Lampiran 7.

BAB VI PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Sistem Pengendalian Intern Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan ini disusun untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi Tim Satlak PI untuk 19

melakukan penilaian SPI lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, sehingga penilaiannya dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien dan akuntabel. Petunjuk Pelaksanaan ini bersifat dinamis untuk mengakomodasikan berbagai hal terkait penilaian sistem pengendalian intern Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam menyelenggarakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan. Penyusun menyadari bahwa petunjuk pelaksanaan ini masih terdapat beberapa kelemahan, sehingga masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaannya petunjuk pelaksanaan ini.

Lampiran 1. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Lingkungan Pengendalian. Sub Unsur Organisasi Uraian*) 1. Pimpinan telah menetapkan organisasi pengelola anggaran di unit kerja yang bersangkutan 20 Ya Tidak Catatan

2. Pimpinan telah menetapkan organisasi panitia/pejabat pengadaan barang di unit kerja yang bersangkutan 3. Pimpinan telah menetapkan organisasi panitia pemeriksa pengadaan barang di unit kerja yang bersangkutan 4. Organisasi telah dilengkapi dengan bagan dan uraian tugas 5. Struktur organisasi dan uraian tugasnya telah disosialisasikan kepada seluruh pegawai Kebijakan 6. Pimpinan telah menetapkan kebijakan operasional terhadap 3 (tiga) kegiatan strategis berupa petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis 7. Kebijakan telah disosialisasikan kepada pelaksana kegiatan 8. Kebijakan telah dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan SDM 9. Pimpinan telah menegakkan kedisiplinan kehadiran kepada jajarannya 10. Apabila terjadi pelanggaran, pimpinan telah menegakkan sanksi/tindakan korektif kedisiplinan kepada jajarannya 11. Pimpinan menerapkan latar 21

belakang pendidikan SDM sebagai salah satu dasar penetapan pegawai dalam organisasi 12. Pimpinan merancang diklat bagi peningkatan kapabilitas pegawai 13. Pimpinan menciptakan alokasi rumpun jabatan fungsional Prosedur 14. Pejabat struktural (sampai dengan tingkat eselon IV) telah menetapkan SOP secara tertulis 15. SOP perjalanan dinas telah disusun dan ditetapkan 16. SOP pemanfaatan asset telah disusun dan ditetapkan 17. SOP pengajuan anggaran pengambilan uang muka kerja telah disusun dan ditetapkan 18. SOP tersebut di atas telah dikomunikasikan kepada seluruh karyawan Total

Keterangan : *) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = 22

Jumlah jawaban ya X 100 X bobot = Jumlah pertanyaan

......................................... 2011 Enumerator : Responden :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

Lampiran 2. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Penilaian Risiko. Sub Unsur Penilaian Risiko Uraian 1. Ketiga kegiatan strategis yang telah dijalankan telah dibuatkan TOR terlebih 23 Ya Tidak Catatan

dahulu 2. TOR dari 3 (tiga) kegiatan strategis memuat tahapan kegiatan, tujuan, target dan jadwal pelaksanaan 3. Tujuan pada TOR dari 3 (tiga) kegiatan strategis telah selaras dengan kebijakan pada RKT dan Renstra 4. TOR dari 3 (tiga) kegiatan strategis telah mendeskripsikan risiko pada tahapan kegiatan yang dominan (titik kritis) Penanganan Risiko 5. Pimpinan telah menyusun dan menetapkan kriteria untuk mengantisipasi terjadinya risiko 6. Pimpinan melakukan pertemuan (insidentil/berkala) guna penanganan risiko 7. Pimpinan mendokumentasikan tindak lanjut penanganan risiko secara tertulis 8. Pimpinan siap melaporkan kepada Inspektorat Jenderal bilamana kendala/risiko yang dihadapi, ternyata sulit dikendalikan Pemantauan & Evaluasi Risiko 9. Pimpinan telah membuat prosedur pemantauan dan evaluasi risiko, didokumentasikan dan telah dilengkapi dengan saran dan rekomendasi 10. Apakah saran/rekomendasi telah ditindaklanjuti antara lain pada Penyusunan TOR kegiatan terbaru, telah mempelajari 24

kelemahan TOR kegiatan tahun sebelumnya Total Keterangan : *) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya X 100 X bobot = Jumlah pertanyaan

......................................... 2011 Enumerator : Responden :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

Lampiran 3. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Kegiatan Pengendalian. Sub Unsur Kegiatan Pengendalian Uraian 1. Pimpinan telah menetapkan visi, misi organisasi secara tertulis di unit kerja 2. Visi, misi dan tujuan 25 Ya Tidak Catatan

mengacu pada tupoksi dari unit kerja/satker 3. Pengendalian pengelolaan informasi, pembatasan berdasarkan jawab atas sistem seperti akses tanggung

4. Pimpinan telah melakukan pemisahan tugas sesuai dengan pemisahan fungsi yang ditetapkan 5. Pimpinan telah melakukan pengendalian berupa updating data secara berkala 6. Pimpinan telah melakukan kegiatan review capaian indikator kinerja secara berkala terhadap 3 kegiatan strategis 7. Pimpinan menetapkan personil untuk melakukan pemantauan indikator/ukuran kinerja untuk 3 (tiga) kegiatan strategis 8. Pendokumentasian yang baik atas SPI terhadap transaksi/kejadian penting di unit kerja/satker 9. Pimpinan telah menetapkan kebijakan & prosedur pengamanan asset 10. Pimpinan telah mengamankan uang tunai & surat berharga dalam tempat yang terkunci, dan akses ke asset tersebut dikendalikan secara ketat 11.Penyimpanan uang di brankas tidak melebihi 26

Rp. 10.000.000,00 12. Pimpinan telah melakukan kas opname setiap 3 (tiga) bulan 13. Pimpinan telah melakukan stock opname setiap setahun sekali 14. Instansi telah menyelenggarakan SAI 15. Instansi telah menyelenggarakan penatausahaan barang (SIMAKBMN) 16.Instansi telah membuat kode inventaris barang 17. Instansi telah mengamankan asset dengan alarm & pemadam kebakaran 18.Pimpinan telah menetapkan kebijakan penggunaan asset di luar jam kerja 19. Pimpinan telah menunjuk penanggungjawab pemakai asset Total

Keterangan : *) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya X 100 X bobot = Jumlah pertanyaan ......................................... 2011 Responden : 27

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

Enumerator :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

Lampiran 4. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Informasi dan Komunikasi Sub Unsur Informasi Uraian 1. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur mengenai pencatatan, penyusunan dan penyampaian data/dokumen. 2. Pengelolaan Informasi telah menghasilkan 28 Ya Tidak Catatan

keluaran berupa laporan 3. Laporan hasil kegiatan telah menyajikan kondisi lapangan, kendala dan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pada ketiga kegiatan strategis 4. Laporan tersebut telah disampaikan kepada pimpinan, pemberi tugas dengan tepat waktu Komunikasi 5. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur secara tertulis mengenai pelaksanaan komunikasi 6. Kegiatan Informasi/komunikasi telah menghasilkan laporan hasil kegiatan dan menyajikan analisis terhadap 3E + 1T 7. Laporan hasil kegiatan telah berisi penilaian keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran program/kegiatan 8. Materi kendala dan rekomendasi telah dilaporkan dalam laporan tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Bentuk & Sarana Komunikasi 9. Pimpinan telah memiliki prosedur tertulis untuk pengembangan sistem informasi dan komunikasi 10. Pimpinan menetapkan tim petugas khusus telah atau yang 29

memantau dan mengembangan sistem informasi dan komunikasi 11.Pimpinan segera melakukan tindakan korektif bila terjadi kesalahan di bidang informasi dan komunikasi, serta mencegah kesalahan yang berulang. 12. Pimpinan telah memantau tindaklanjut atas rekomendasi tim pengelola sistem informasi/komunikasi Total Keterangan : *) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya X 100 X bobot = Jumlah pertanyaan

......................................... 2011 Enumerator : Responden :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan) (Nama, NIP dan Tanda Tangan) Lampiran 5. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Pemantauan Pengendalian Intern. Sub Unsur Pemantauan Berkelanjutan Uraian 1. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur secara tertulis mengenai pemantauan berkelanjutan 2. Mekanisme/prosedur pemantauan berkelanjutan telah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan 30 Ya Tidak Catatan

pemantauan 3. Pelaksana pemantauan berkelanjutan telah menghasilkan laporan dan minimal menyajikan kondisi lapangan, kendala dan rekomendasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi 4. Laporan hasil pemantauan disampaikan tepat waktu dan kelemahan yang ditemukan ditindaklanjuti oleh pimpinan instansi Evaluasi Terpisah 5. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur secara tertulis mengenai pelaksanaan evaluasi terpisah 6. Keluaran evaluasi berupa laporan yang menyajikan kondisi yang dibandingkan dengan kriteria, kendala dan rekomendasi 7. Waktu penyelesaian evaluasi dan penyampaian laporan dilakukan tepat waktu, serta telah dimanfaatkan oleh pimpinan 8. Pelaporan hasil evaluasi diarsipkan dengan rapi Pemantauan TLHP 9. Pimpinan telah menetapkan pegawai yang bertugas menyelesaikan TLHP 10. Pimpinan telah memiliki mekanisme secara tertulis guna menindaklanjuti 31

temuan/rekomendasi LHP 11. Pimpinan instansi telah memantau tindaklanjut atas temuan hasil audit dan telah mencegah terjadinya temuan yang sama berulang untuk tahun berikutnya 12. Pimpinan secara berkala menyampaikan perkembangan penanganan TLHP kepada instansi induk pusat dan APIP Total Keterangan : *) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya X 100 X bobot = Jumlah pertanyaan

......................................... 2011 Enumerator : Responden :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

Lampiran 6. Matrik Penilaian SPI No 1. 2. 3. Unsur Lingkungan Pengendalian Penilaian Resiko Kegiatan Pengendalian 32 Nilai Keterangan

4. 5.

Infomasi dan Komunikasi Pemantauan Pengendalian Intern Total

No 1. 2. 3. 4.

Total Nilai 86 100 71 85 56 - 70