jtptunimus-gdl-nurulainig-5278-2-bab1.rtf

9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung disebabkan oleh virus avian influenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia, dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi (Litbang, 2007). Virus flu burung juga berasal dari kotoran, liur, wadah makanan atau air minum, kandang, dan semua permukiman tanah yang dicemari oleh virus flu burung dan kemudian ditularkan lewat udara (airborne). Selain itu penularan juga dapat terjadi secara kontak langsung lewat tangan (Nadesul, 2007). Di Indonesia pada bulan Januari 2004 dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (avian influenza-AI). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Jawa Tengah merupakan satu dari delapan provinsi di Indonesia yang kasus Avian Influenzanya tinggi dan yang ditetapkan sebagai daerah resiko tinggi dan endemis yakni kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Kabupaten Semarang (Antara/Pur, 2007). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tanggerang Banten, hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong (Litbang, 2007). Korban yang meninggal akibat flu burung sejak Juli 2005 hingga

Transcript of jtptunimus-gdl-nurulainig-5278-2-bab1.rtf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu

penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan

ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung disebabkan oleh virus avian

influenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik

Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia, dan

Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan

transportasi unggas yang terinfeksi (Litbang, 2007). Virus flu burung juga

berasal dari kotoran, liur, wadah makanan atau air minum, kandang, dan

semua permukiman tanah yang dicemari oleh virus flu burung dan kemudian

ditularkan lewat udara (airborne). Selain itu penularan juga dapat terjadi

secara kontak langsung lewat tangan (Nadesul, 2007).

Di Indonesia pada bulan Januari 2004 dilaporkan adanya kasus

kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur,

Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut

disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh

Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (avian influenza-AI).

Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di

Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi

jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Jawa Tengah merupakan satu dari delapan provinsi di Indonesia yang kasus

Avian Influenzanya tinggi dan yang ditetapkan sebagai daerah resiko tinggi dan

endemis yakni kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen,

Kabupaten Semarang (Antara/Pur, 2007). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu

burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tanggerang Banten, hal ini

didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan

pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong

(Litbang, 2007). Korban yang meninggal akibat flu burung sejak Juli 2005 hingga

17 Januari 2007 tercatat 81 orang warga Indonesia positif terserang flu burung,

dan sebanyak 61 orang diantaranya meninggal (Nadesul, 2007).

Bagi negara Indonesia dengan jumlah penduduk 202.297.431, situasi akan

menjadi sangat mengerikan. Jumlah orang tertular bisa mencapai 66 juta jiwa dan

lima persen diantaranya atau sekitar 3,3 juta jiwa diperkirakan akan meninggal.

Berdasarkan tingginya angka kematian tersebut di atas ada beberapa hal yang

dapat menjadi pelajaran. Pertama, tingginya persentase kematian pada penderita

flu burung. Kedua, semakin menyebarnya lokasi temuan korban. Ketiga,

bertambahnya jumlah kasus cluster flu burung (Nadesul, 2007).

Boyolali masuk dalam wilayah endemis flu burung karena kematian unggas

akibat wabah flu burung di Boyolali sejak 2004 hingga Februari 2006 mencapai

34.400 ekor burung puyuh dan 68% ayam kampung (Yulianti,2006). Kematian

pada unggas yang terjadi juga diikuti dengan kejadian flu burung yang menyerang

manusia. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah data orang yang diduga terinfeksi

virus flu burung sampai tahun 2006 sebanyak 9 orang dan 3 diantaranya

meninggal dunia (Depkes, 2006).

Wilayah di Boyolali yang dinyatakan wilayah endemis dan positif terdapat

unggas yang mengidap flu burung diantaranya adalah wilayah kecamatan

Mojosongo dan kecamatan Andong. Di Kecamatan Andong terdapat 4 tempat

peternakan. 2 peternakan ayam dan 2 peternakan burung puyuh. Pada awal Maret

2006 ada satu warga yang meninggal karena terinfeksi virus flu burung, tepatnya

di Kelurahan desa Senggrong. Desa Senggrong dengan jumlah penduduk

sebanyak 3.252 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 649 dan 425 KK

diantaranya memelihara unggas, mayoritas pekerjaan masyarakat Senggrong

adalah petani dan 70% dari penduduk juga memelihara ayam/unggas di rumahnya.

Di Desa Senggrong

Sendiri juga terdapat peternakan burung puyuh yang lokasinya berada di

tengah-tengah penduduk dan berada di dalam rumah. Gaya hidup masyarakat juga

mendukung tingginya penularan flu burung yaitu masyarakat suka mencampur

ayam itik dengan itik maupun hewan lain, kandang kotor, letaknya satu rumah

dengan penghuni rumah dan hanya diberi batas dari papan, membiarkan unggas

berkeliaran secara bebas. Fenomena seperti ini bisa menyebabkan resiko

terjangkitnya penyakit flu burung dari unggas ke manusia. Sebenarnya upaya

pencegahan bisa dilakukan untuk menurunkan terjangkitnya flu burung. Upaya

yang dilakukan untuk mencegah terjadinya flu burung diantaranya yaitu menjaga

kebersihan diri dan lingkungan serta menggunakan pelindung lengkap (masker,

sarung tangan, dan kaca mata pelindung) saat melakukan kontak dengan unggas.

Upaya pencegahan ini merupakan salah satu perilaku hidup sehat (Yuliarti, 2006).

Perilaku adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan (Sarwono, 1993). Perilaku terbentuk melalui suatu proses tetentu dan

berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan sekitar itu sendiri.

Perilaku pencegahan masyarakat akan penyakit flu burung sangat dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada 10 responden, 70%

responden mengatakan mengetahui tentang isu flu burung, menurut responden flu

burung adalah penyakit yang disebabkan oleh unggas dan biasa menular ke

manusia melalui kontak langsung dengan unggas, biasanya orang yang terkena

penyakit flu burung gejala yang muncul adalah panas tinggi, batuk, dan sesak

nafas, untuk mencegah agar flu burung tidak menular yaitu dengan menghindari

kontak langsung dengan unggas dan tidak memelihara unggas, serta rajin

mebersihkan kandang, informasi didapatkan dari media cetak dan media

elektronik, namun sebagian besar dari responden 70% masih hidup

bersama/memelihara unggas karena dengan memeliharaan ungags diharapkan

dapat memberikan peghasilan tambahan bagi keluarga. Terkait dengan usaha yang

dilakukan untuk mencegah terjangkitnya flu burung, didapatkan data 50%

responden mengatakan tak mau tahu tentang usaha pencegahan terhadap flu

burung. Data awal yang menunjukkan bahwa praktek pencegahan terhadap flu

burung yang telah dilakukan di Desa Senggrong 20% responden telah melakukan

usaha pembersihan kandang tiap minggu dua kali, menjaga kebersihan diri dengan

baik dan memasak daging ayam dan telur sampai matang. Berdasarkan hal

tersebut di atas, perlu diteliti adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan

sikap masyarakat tentang flu burung dengan perilaku pencegahan terjadinya flu

burung?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan dalam latar belakang, maka permasalahan yang dapat

diangkat dalam pemilihan ini adalah adakah hubungan antara tingkat pengetahuan

dan sikap masyarakat tentang flu burung dengan perilaku pencegahan terjadinya

flu burung.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap

masyarakat tentang flu burung dengan perilaku pencegahan terjadinya flu

burung di Desa Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit flu

burung di Desa Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

b) Mengetahui sikap masyarakat tentang penyakit flu burung di Desa

Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

c) Mengetahui perilaku pencegahan yang dilakukan masyarakat untuk

mencegah terjadinya penyakit flu burung di Desa Senggrong

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

d) Mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang flu

burung dengan perilaku pencegahan terjadinya flu burung di Desa

Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolai

e) Mengetahui hubungan antara sikap masyarakat tentang flu burung

dengan perilaku pencegahan terjadinya flu burung di Desa Seggrong

kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Masyarakat

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan masukan kepada

masyarakat tentang pentingnya pencegahan untuk menanggulangi

penyakit flu burung.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat tentang

penyakit flu burung.

2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas

kesehatan dan dapat dijadikan data untuk mempertahankan perilaku yang

sudah baik dalam rangka mencegah terjadinya flu burung.

3. Manfaat Bagi Ilmu Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan tentang

penyakit flu burung dan dititik beratkan pada perilaku pencegahannya.

4. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat

sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan program maupun untuk

pengambilan keputusan strategi dalam penyuluhan kepada masyarakat.

1.1. Latar Belakang

Cara Pencegahan Flu Burung

• Kotoran dari burung atau unggas yang terinfeksi dapat membawa virus flu

burung, jadi sebaiknya jangan menyentuh burung, unggas atau kotorannya.

• Bila anda telah memang burung atau unggas, segara cuci tangan dengan sabun

cair dan air.

• Masak dengan benar unggas dan telurnya sebelum dimakan/dihidangkan

• Bila anda mengalami gejala flu, konsultasi ke dokter dan memakai masker untuk

menghindari penyebaran penyakit.

• Perlindungan terbaik terhadap influenza adalah dengan memiliki pertahanan

tubuh yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan diet yang seimbang, olahraga

yang teratur, istirahat yang cukup, kurangi stress, dan tidak merokok. Hindari

tempat umum padat yang bersirkulasi udara buruk

• Bila anda mengalami gejala demam dan pernafasan setelah kembali dari negara

yang dilaporkan ada wabah flu burung, konsultasi ke dokter anda dan ceritakan

perjalanan anda selama ini.

1.2. Perumusan masalah

a. Bagaimana H5N1 Menyebar?

b. Bagaimana agar tidak terkena Flu Burung?

c. Bagaimana kita memerangi Flu Burung?

1.3.Tujuan Penelitian

-Mengetahui cara penyebaran virus H5N1.

-Mengetahui cara mencegah agar tidak terkena flu burung.

-Mengetahui tentang cara memerangi flu burung.

1.4. Manfaat

- Setiap orang agar tahu beda Flu lain dengan Flu Burung.

- Dapat segera mungkin tahu penaggulangan dan pencegahan Flu Burung.

- Dapat mengetahui gejala lalinus dari Flu Burung.

- Bila ada yang terjangkit segera lapor ke pos kesehatan.

1.5. LANDASAN TEORI

a. FLU BURUNG

Flu Burung merupakan salah satu penyakit menular yang ganas yang tengah

merebak di Indonesia. Penyakit ini meresahkan masyarakat terlebih karena

banyak kematian terjadi akibat dari penyakit yang berbahaya ini. Flu burung

mulai dikenal di Indonesia pada tahun 2004, dan hingga sekarang masih ditakuti.

Pengertian Flu Burung sendiri adalah sebuah penyakit menular akibat dari

serangan virus yang terjadi pada unggas dan mamalia. Pada pertama kali

ditemukan kasus flu burung hanya terjadi di kalangan unggas, namun setelah

sekian lama diketahui bahwa virus flu burung dapat bermutasi dan menyerang

manusia dan juga hewan lainnya seperti babi, kucing, anjing.

Flu Burung disebabkan oleh virus Influensa tipe A yang dapat menginfeksi antar

unggas, yang menyebabkan gangguan pada pernafasan unggas dari kasus ringan

hingga kasus yang sangat fatal, sedangkan virus jenis B dan C menyerang pada

manusia dan Babi. Namun kemudian ditemukan bahwa mutasi jenis virus A juga

dapat menginfeksi babi, kucing, anjing dan juga manusia.

b. Sumber penularan

Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas.

Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi,

kucing, anjing, harimau, dan manusia.

Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya

Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus

flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki

waktu inkubasi selama 3-5 hari.

c. Cara masyarakat Pandean menghindari flu burung

- T ak Perlu panik dan khawatir yang berlebihan karena penyebab flu burung

adalah virus yang mudah mati karena panas, sinar matahari, dan desinfektan.

- U sahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama).

- M encuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau

produk unggas.

- P roteksi anak-anak dan lansia dari kontak langsung dengan unggas, terutama

yang terlihat sakit.

- A mankan makanan dengan memasak daging dan telur unggas sebelum disantap

terlebih dahulu.

- S egera laporkan lepada aparat apabila menemukan unggas yang sakit atau mati

mencurigakan..

1.6. METODE PENELITIAN

a. Tempat : Di desa Pandean Bangil

Waktu dan tanggal : 20 Januari-20 Februari

b. Cara Pengumpulan Data :

Kajian Pustaka

-Data yang saya dapat di atas, saya lakukan dengan cara membaca buku-buku atau

referensi yang mengatasi penyebaran flu burung.

- wawancara dengan masyarakat yang mencegah flu burung.

c. Analisis Data

Saya mengambil kesimpulan dengan menganalisa data yang telah diambil dan

mencoba menghubungkannya dengan landasan teori yang ada,dan

menjabarkannya kepada suatu kesimpulan akhir.