jtptunimus-gdl-christiani-5576-3-babii.pdf

27
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Persalinan normal a. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui  jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998). Sedang menurut Mochtar (1998) Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat- alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Dan menurut Sarwono Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. b. Sebab – sebab persalinan Menurut Manuaba (1998) teori-teori persalinan terdiri dari : 1) Teori Penurunan Progesteron Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30-36 mgg sehingga terjadi penurunan k onsentrasi proges teron dan esterog en. Perubahan keseimbangan ini akan menimbulkan kontraksi rahim 7

Transcript of jtptunimus-gdl-christiani-5576-3-babii.pdf

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    1. Persalinan normal

    a. Pengertian

    Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

    uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui

    jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan

    (Manuaba, 1998).

    Sedang menurut Mochtar (1998) Persalinan normal adalah proses

    lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-

    alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung

    kurang dari 24 jam. Dan menurut Sarwono Persalinan adalah proses

    pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui

    vagina ke dunia luar.

    b. Sebab sebab persalinan

    Menurut Manuaba (1998) teori-teori persalinan terdiri dari :

    1) Teori Penurunan Progesteron

    Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30-36 mgg

    sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan esterogen.

    Perubahan keseimbangan ini akan menimbulkan kontraksi rahim

    7

  • Braxton Hicks yang selanjutnya bertindak sebagai kontraksi

    persalinan.

    2) Teori Oksitosin

    Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam

    otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin

    dan menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat

    menimbulkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat

    berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama.

    3) Teori Ketegangan Otot Rahim

    Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban,

    sehingga ketegangan otot rahim akan makin pendek dan kekuatan

    untuk berkontraksi makin meningkat.

    4) Teori Janin

    Sinyal yang diarahkan kepada maternal sehingga tanda bahwa

    janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan

    menunjukkan bila terdapat anomali hubungan hipofisis dan

    kelenjar suprarenalis persalinan akan menjadi lebih lambat.

    5) Teori Prostaglandin

    Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

    minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

    pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga

    terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan

    pemicu terjadinya persalinan.

  • c. Tanda-tanda Persalinan

    1) Persalinan patut dicurigai jika usia kehamilan 22 minggu keatas,

    ibu merasa :

    a) Nyeri abdomen berulang disertai dengan cairan lendir yang

    mengandung darah atau show

    b) Perubahan Serviks

    c) Kontraksi yang cukup / adekuat dan bila terjadi 3 kali dalam 10

    menit, setiap kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik serta

    uterus mengeras selama kontraksi

    2) Tanda-tanda persalinan sudah dekat

    a) Terjadinya penurunan fundus uteri

    b) Terjadinya his permulaan

    3) Karakteristik persalinan sesungguhnya , menurut Sumarah (2008)

    a). Serviks menipis dan membuka

    b) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek

    c) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

    d) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan

    e) Dengan berjalan bertambah intensitasnya

    f) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan

    intensitas nyeri

    g) Lendir darah sering tampak

    h) Ada penurunan bagian terendah janin

    i) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

  • j) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan

    sesungguhnya.

    d. Kala Persalinan, menurut Sarwono, 2006

    1) Kala 1 (kala pembukaan)

    Dibagi atas 2 Fase

    a) Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

    sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

    b) Fase Aktif: berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:

    (1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,

    pembukaan 4 cm

    (2) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan

    berlangsung cepat menjadi 9 cm

    (3) Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam 2

    jam, pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap

    Pada primigravida kala 1 berlangsung 13 jam sedangkan pada

    multigravida 7 jam

    2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

    Pada kala ini, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-

    kira 2-3 menit sekali. Kepala telah turun memasuki ruang panggul

    sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

    menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat

    penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin mengejan

    seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada

  • waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

    perinium meregang. Adanya his yang terpimpin, akan lahirlah

    kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada primi

    berlangsung 1 jam dan pada multi jam.

    3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

    Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus

    teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta.

    Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.

    Proses biasanya berlangsung selama 6 sampai 15 menit setelah

    bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan.

    4) Kala IV (Kala Pengawasan)

    Kala IV yaitu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap. Ada 7 pokok

    hal penting yang harus diperhatikan:

    a) Kontraksi uterus

    b) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir

    c) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap

    d) Kandung kemih kosong

    e) Luka perinium terawat

    f) Bayi dalam keadaan baik

    g) Ibu dalam keadaan baik

    e. Faktor P utama dalam persalinan (Mochtar, 1998)

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam persalinan antara lain:

  • 1) Power

    His (Kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu

    keadaan kardiovaskuler resprasi metabolik ibu. Kontraksi uterus

    berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang

    berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki 3 fase: increment

    (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak/ maksimum),

    decement (ketika relaksasi).

    Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan

    peningkatan kalsium pada retikulum endoplasma yang bergantung

    pada Adeno Triphosphat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2

    mencegah penimbunan dan pengikatan oleh ATP pada retikulum

    endoplasma (RE), RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler

    dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril

    berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium

    intraseluler akan berkurang dan menyababkan relaksasi miofibril.

    Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup

    kuat untuk menimbulkan refleksi yang meningkatkan daya

    kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju sampai

    janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif ,kepala janin

    meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus,

    kontraksi fundus mendorong bayi kebawah dan meregangkan

    serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus.

  • Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat

    dikendalikan oleh parturien, sedangkan serat simpatis dan

    parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Mochtar, 1998)

    a) Kekuatan His Kala I bersifat (Manuaba, 1998)

    (1) Kontraksi bersifat simetris.

    (2) Fundal dominan

    (3) Involuter artinya tidak dapat diatur parturien

    (4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengusiran diikuti

    dengan reflek mengejan.

    (5) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang

    berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.

    (6) Setiap kontraksi mulai dari pace maker yang terletak

    sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah

    serviks uteri dengan kecepatan 2 cm/detik.

    b) Kekuatan His Kala II

    Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan

    kala dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3-4

    menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his

    menimbulkan putaran paksi dalam , penurunan kepala atau

    bagian terendah menekan serviks dimana terdapat fleksus

    frakenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his

    dan reflek mengejan menimbulkan ekspulsi kepala sehingga

  • berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala

    seluruhnya.

    c) Kekuatan His Kala III

    Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk

    melepaskan plasenta dari insersinya.

    d) Kekuatan His Kala IV

    Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat dengan

    amplitudo 60-80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti

    oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi

    kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang

    kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian

    pengeluaran darah post partum.

    2) Passage

    Jalan lahir yang paling penting dan menentukan proses

    persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang

    yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang

    kuat.Yang dimaksud dengan jalan lahir adalah pelvis minor atau

    panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri atas: pintu atas panggul,

    bidang terluas panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah

    panggul (Manuaba, 1998).

    3) Passager

    Keadaan janin meliputi letak, presentasi, ukuran atau berat

    janin, ada tidaknya kelainan anotomik mayor. Pada beberapa kasus

  • dengan anak yang besar, dengan ibu DM, terjadi kemungkinan

    kegagalan persalinan bahu karena persalinan bahu yang berat

    cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi asfiksia. Pada letak

    sungsang mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan

    karena persalinan kepala terbatas dengan waktu 8 menit (Manuaba,

    1998).

    2. Persalinan Lama

    a. Pengertian

    Persalinan lama adalah persalinan yang telah berlangsung 12 jam

    atau lebih tanpa kelahiran bayi dimana fase laten lebih dari 8 jam dan

    dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf (Saifuddin,

    2002).

    Sedang menurut Manuaba (1998) persalinan lama adalah

    persalinan pada primigravida berlangsung lebih dari 18 20 jam dan

    multigravida (kehamilan >1) lebih dari 12 -24 jam.

    b. Etiologi

    Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan

    bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan

    yang baik dan penatalaksanaannya.

  • Faktor- faktor penyebab partus lama antara lain:

    1) Passanger

    a) Kelainan Letak Janin

    Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah

    satu faktor penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan,

    menurut Manuaba (1998) 95% persalinan terjadi dengan letak

    belakang kepala.

    Mekanisme persalinan merupakan suatu proses dimana

    kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelvik dengan

    menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelvik melalui

    proses sinklitismus, sinklitismus posterior, sinklitismus

    anterior,fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi, rotasi

    eksternal dan ekspulsi total, namun pada beberapa kasus proses ini

    tidak berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak

    dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya

    berlangsung lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain

    presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga

    panggul (Wiknjosastro, 2002).

    Kelainan letak dan presentasi / posisi tersebut antara lain :

    (1) Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.

    Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan

    memutar ke depan dengan sendirinya dan janin lahir secara

    spontan. Kadang-kadang UUK tidak berputar ke depan, tetapi

  • tetap berada di belakang, yang disebut Positio Occiput

    Posterior Persistens. Dalam menghadapi persalinan dimana

    UUK terdapat di belakang, kita harus sabar, sebab rotasi ke

    depan kadang-kadang baru terjadi didasar pangggul. Dalam hal

    ini persalinan akan menjadi lebih lama dan dapat terjadi

    perlukaan pada perinium. (Mochtar, 1998).

    (2) Presentasi Belakang Kepala Oksiput Melintang

    Adalah keadaan dimana kepala sudah masuk panggul

    sedangkan ubun-ubun masih disamping, terjadi karena putaran

    paksi terlambat sehingga persalinan berlangsung

    lama.(Mochtar, 1998).

    (3) Presentasi Puncak Kepala

    Adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian

    terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya ringan. Pada

    umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan

    sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang

    kepala. Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi

    oksipitalis posterior persistens, sehingga keduanya sering kali

    dikacaukan satu dengan yang lainnya. Perbedaannya ialah :

    pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang

    maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir

    adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran

  • yang berada dibawah symfisis ialah glabella

    (Wiknjosastro,2002).

    (4) Presentasi Dahi

    Adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara

    fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi

    merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini

    merupakan kedudukan yang bersifat sementara dan sebagian

    besar akan berubah menjadi presentasi muka dan presentasi

    belakang kepala. Komplikasi yang bisa terjadi pada presentasi

    dahi adalah partus kasep, robekan hebat dan ruptur uteri,

    sedangkan pada anak mortalitas tinggi, saat memimpin

    persalinan harus diobservasi apakah dapat lahir spontan, bila

    ada indikasi dan syarat terpenuhi lakukan ekstrasi forsep atau

    vacum, bila ada indikasi lakukan sectio caesaria (Wiknjosastro,

    2002).

    (5) Presentasi Muka

    Adalah letak kepala tengadah (defleksi) sehingga bagian

    kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Letak ini

    merupakan letak defleksi paling maksimal, jadi oksiput dan

    pungggung berhubungan rapat, muka terlihat kebawah, jadi

    seperti orang menjolok mangga (Mochtar, 1998).

    Menurut Wiknjosastro (2002) pada umumnya penyebab

    presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang menekan

  • terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang

    menghalani terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi

    muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin

    besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor

    yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Selain itu

    kelainan janin seperti anosefalus dan tumor dileher bagian

    depan dapat mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang

    presentasi muka juga dapat terjadi pada kematian janin

    intrauterin, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan

    tonusnya.

    Persalinan muka dapat berlangsung tanpa kesalahan karena

    kepala masuk panggul dengan sirkumferensia trachelo perietal

    yang hanya sedikit lebih besar dari sub oksipito bregmatika,

    tetapi kesulitan persalinan terjadi karena kesempitan panggul

    dan janin besar, selain itu muka tidak dapat melakukan dilatasi

    serviks secara sempurna.

    Kira-kira 10% keadaan ini dagu berada dibelakang dan

    menetap, janin cukup bulan tidak mungkin lahir pervaginam,

    kecuali janin mati, kesulitan kelahiran disebabkan kepala sudah

    berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambah

    defleksinya lagi sehingga kepala dan badan terjepit dalam

    panggul dan persalinan tidak akan maju. Tetapi persalinan

  • dapat dilakukan dengan vacum ekstraksi, forcep atau sectio

    caesaria.

    (6) Presentasi Rangkap/ganda

    Adalah keadaan dimana disamping kepala janin didalam

    rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki atau keadaan

    dimana disamping bokong janin dijumpai lengan

    (Wiknjosastro, 2002).

    Presentasi rangkap atau ganda adalah bagian kecil

    menumbung disamping bagian besar janin dan bersama-sama

    memasuki panggul, sehingga ukuran yang akan melalui jalan

    lahir menjadi besar dan tidak sesuai dengan ukuran pintu

    bawah panggul (Manuaba, 1998).

    (7) Letak Sungsang

    Adalah janin letaknya memanjang (membujur) dalam

    rahim, kepala berada di fundus dan bokong berada dibawah,

    sehingga bagian bokong yang lunak tidak dapat menekan

    dengan keras pada serviks untuk melakukan dilatasi, karena itu

    persalinan lebih lama dan mudah terkena infeksi, pada janin

    bisa terjadi asfiksia. Faktor yang memegang peranan terjadinya

    presentasi bokong diantaranya multiparitas, hamil kembar,

    hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit

    (Wiknjosastro, 2002).

  • (8) Letak Lintang

    Adalah bila sumbu memanjang janin jadi menyilang sumbu

    memnajang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90, pada

    keadaan ini persalinan tidak dapat berjalan spontan karena

    ukuran letak janin yang melintang dan ukuran terbesar tidak

    bisa melalui jalan lahir, kecuali pada anak kecil (prematur) atau

    anak yang sudah mati dan menjadi lembek, keadaan ini dapat

    berakibat pada terjadinya ruptur uteri, partus lama, KPD dan

    sudah terjadi infeksi, pada anak trauma partus, hipoksia,

    prolaps tali pusat dan KPD (Cuningham, 1995).

    (9) Kehamilan Ganda

    Pada kehamilan ganda sering terjadi kesalahan presentasi

    dan posisi kedua janin, sehingga proses persalinan berlangsung

    lama. Beberapa kombinasi posisi yang sering dijumpai adalah

    kedua janin dalam letak membujur, letak membujur presentasi

    bokong, letak lintang dan presentasi bokong dan lain-lain.

    (10) Janin besar atau ada kelainan kongenital

    Prosses persalinan merupakan proses mekanik, dimana

    suatu benda didorong keluar melalui ruang panggul oleh suatu

    tenaga. Benda yang didorong adalah janin dan akan didorong

    melalui ruang pelvik, sehingga kesesuaian antara besar janin

    dan rongga panggul sangat berpengaruh pada proses persalinan

    disebut imbang foto pelviks, yang menentukan imbang foto

  • pelviks adalah kepala. Besar kepala janin dapat diukur sebelum

    partus atau waktu partus. Besar kepala janin rata-rata

    tergantung dari besarnya janin, oleh karena itu sebagai ukuran

    digunakan berat badan janin. Ada beberapa perkiraan berat

    badan janin (Mochtar, 1998)

    (a) Ukuran kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)

    (b) Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen

    (butuh pengalaman lama)

    (c) Perhitungan menurut Mac Donald

    (d) Rumus Johnson Thaushack

    2) Passage

    a) Kelainan-Kelainan Panggul

    Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan

    mempengaruhi proses persalinan disebut faktor passage.

    Berbagai kelainan panggul dapat mengakibatkan persalinan

    berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk panggul dan

    kelainan ukuran panggul baik ukuran panggul luar maupun

    ukuran panggul dalam.

    b) CPD (Cepalo Pelvik Disproportion)

    Cepalo Pelvik Disproportion bisa terjadi akibat pelvis

    sempit dengan ukuran kepala janin normal atau pelvis normal

    dengan janin besar atau kombinasi antara janin besar dengan

    pelvis sempit. CPD tidak bisa didiagnosa sebelum usia

  • kehamilan tersebut dimana kepala bayi belum mencapai ukuran

    lahir normal. Beberapa predisposisi faktor resiko meliputi ibu

    bertubuh kecil dengan kecurigaan bayi besar, DM, atau

    makrosomia (Chapman, 2006)

    c) Ketuban Pecah Dini

    Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput

    ketuban sebelum persalinan. Dalam keadaan normal, selaput

    ketuban pecah dalam proses persalinan. Komplikasi yang

    timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia

    kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,

    persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,

    deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau

    gagalnya persalinan normal.(Sarwono, 2008).

    3) Power

    a) Kelainan His

    Faktor power atau his dan kekuatan yang mendorong janin

    keluar adalah faktor yang sangat penting dalam proses

    persalinan, his yang tidak normal baik kekuatan maupun

    sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan. Beberapa

    bentuk kelainan his yang dapat terjadi pada persalinan adalah :

    (1) Inersia Uteri

    Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya

    tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau

  • mendorong janin keluar. Sifat his biasa yaitu kontraksi dari

    fundus lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain dan

    peranan fundus tetap menonjol, tetapi kekuatannya lemah,

    frekwensinya jarang dan durasinya lebih singkat, dibagi

    menjadi :

    (a) Inersia Uteri Primer

    Terjadi pada awal fase laten, sejak permulaan his

    tidak kuat,hal ini harus dibedakan dengan his

    pendahuluan yang juga lemah dan kadang menjadi

    hilang (fase labour).

    (b) Inersia Uteri Sekunder

    Terjadi pada fase aktif atau kala I dan II. Pada

    permulaan his baik, kuat dan teratur tapi dalam keadaan

    lebih lanjut terjadi inersia uteri, his menjadi lemah

    kembali.

    Diagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman dan

    pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Pada fase

    laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya

    telah ada his yang kuat dan lama, maka diagnosis

    inersia uteri sekunder akan lebih mudah,. Inersia uteri

    menyebabkan persalinan berlangsung lama dengan

    akibat-akibatnya terhadap ibu (Manuaba, 1998)

  • b) Incoordinate uterine action

    Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat

    his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi

    antar bagian atas, bagian tengah dan bawah, sehingga his tidak

    efisien mengadakan pembukaan serviks apalagi dalam

    pengeluaran janin, sehingga dapat menyebabkan persalinan

    tidak maju (Cuningham, 2002)

    c) Primitua

    Partus kasep sering dijumpai pada kehamilan dengan umur

    lebih dari 35 tahun (Depkes, 2001). Umur lebih dari 35 tahun

    merupakan salah satu penyebab dari berbagai komplikasi

    seperti kelainan his, yang berakibat pada persalinan lama dan

    persalinan kasep (Manuaba, 1998)

    d) Grandemiltipara Dan Perut Gantung

    Pada grandemultipara sering didapatkan perut gantung,

    akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena kehamilan

    dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga

    uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut

    gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena

    posisi uterus yang menggantung ke depan sehingga bagian

    bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung

    serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya partus dapat

    berlangsung lama (Mochtar, 1998).

  • e) Usia

    Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang

    berhubungan dengan kualitas kehamilan atau kesiapan ibu

    dalam reproduksi. Menurut Wiknyosastro, 2002 menyatakan

    bahwa faktor ibu yang memperbesar resiko kematian perinatal

    adalah pada ibu dengan umur lebih tua.

    Menurut Mochtar, 1998 kelompok umur kurang dari 20

    tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan kelompok berisiko

    dan kelompok umur 20 sampai 35 tahun merupakan kelompok

    umur yang aman. Usia kurang dari 20 tahun alat-alat

    reproduksi belum masak sehingga sering timbul komplikasi

    persalinan. Umur lebih dari 35 tahun berhubungan dengan

    mulainya terjadi regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini

    adalah endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya

    penyakit. Ibu hamil pada usia 36 tahun meskipun mental dan

    sosial ekonomi lebih mantap tapi fisik dan alat reproduksinya

    sudah mengalami kemunduran, serviks menjadi kaku untuk

    berdilatasi. Primipara dengan usia agak lanjut , kekakuan

    serviks yang berlebihan dapat menjadi penyebab distosia dan

    persalinan lama (Cuningham, 2001).

    Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur diatas 35

    tahun sering ditemui perinium yang kaku dan tidak elastis, hal

    tersebut akan menghambat persalinan kala II dan dapat

  • meningkatkan resiko terhadap janin. Menurut Manuaba, usia

    reproduksi sehat adalah 20 tahun sampai 35 tahun. Faktor umur

    disebut-sebut sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya

    berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan

    persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri,

    plasenta previa,dan lain-lain (Wiknjosastro, 2002)

    f) Paritas

    Paritas adalah jumlah kehamilan dan persalinan yang telah

    mencapai batas viabilitas tanpa memperhatikan jumlah anak

    apakah tunggal atau multipel. Paritas adalah jumlah kehamilan

    dimana bayi yang dilahirkan mampu hidup diluar kandungan.

    Pembagian paritas terdiri dari:

    (1) Primipara : bila seorang wanita pernah melahirkan satu kali

    janin viabel, tanpa mengingat janinnya apakah hidup atau

    mati pada saat lahir, juga ibu yang sedang in partu untuk

    anak 1

    (2) Multipara : bila seorang wanita telah melahirkan dua kali

    sampai empat kali janin yang mencapai batas viabel

    (3) Grandemultipara : adalah wanita yang melahirkan lima

    orang anak atau lebih

    Persalinan lama terutama pada primi biasanya berkenaan

    dengan belum atau kurangnya persiapan dan perhatian dalam

    menghadapi persalinan Pada grandemultipara sering didapatkan

  • perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang

    karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang

    memfiksasi uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke depan,

    disebut perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan

    terjadinya gangguan his karena posisi uterus yang megantung

    ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan

    dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah

    rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama (Mochtar,

    1998).

  • Tabel 2.1

    Diagnosa Persalinan Lama

    Tanda dan Gejala Diagnosis

    Serviks tidak membuka

    Tidak didapatkan His/His tidak teratur

    Belum inpartu

    Pembukaan serviks tidak melewati 4

    cm sesudah 8 jam in partu dengan his

    yang teratur

    Fase Laten memanjang

    Pembukaan, serviks melewati kanan

    garis waspada partograf

    Frekuensi his kurang dari 3 his

    per 10 menit dan lamanya

    kurang dari 40 detik

    Pembukaan serviks dan

    turunnya bagian janin yang

    dipresentasi tidak maju,

    sedangkan his baik

    Pembukaan serviks dan

    turunnya bagian janin yang

    dipresentasikan tidak maju

    dengan kaput, terdapat moulase

    hebat, edema seviks, tanda

    ruptura uteri imminens, gawat

    janin

    Kelainan presentasi (selain

    verteks dengan oksiput anterior)

    Fase aktif memanjang

    Inersia utteri

    Disporposi sefalopervik

    Obstruksi kepala

    Malpresentasi atau malposisi

    Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin

    mengejan, tetapi tidak ada kemajuan

    penurunan

    Kala II lama

    Sumber : (Saifuddin, 2002)

  • c. Penanganan

    1) Persalinan palsu / belum in partu (fase labour)

    Periksa apakah ada infeksi saluran kemih, periksa apakah

    ketuban pecah, bila didapatkan adanya infeksi, berikan obat secara

    adekuat, bila tidak ada pasien boleh dirawat jalan.

    2) Fase laten memanjang

    Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten

    berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada

    nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anastesia

    regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk

    (misal tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka)

    dan persalinan palsu. Istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif

    dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan.

    (Sarwono, 2008).

    3) Fase aktif memanjang

    Kemacetan pembukaan didefinisikan sebagai tidak adanya

    perubahan serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan sebagai

    tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam . Prognosis persalinan

    yang berkepanjangan dan macet cukup berbeda, sekitar 30 % ibu

    dengan persalinan berkepanjangan mengalami disporposi

    sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45% ibu

    yang mengalami gangguan kemacetan persalinan. Faktor lain yang

  • berperan dalam persalinan yang berkepanjangan adalah sedasi

    berlebihan, anastesia regional, dan malposisi janin. Yang

    dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan adalah

    penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk

    persalinan yang macet tanpa CPD. (Sarwono, 2008).

  • B. Kerangka Teori

    Sumber : Mochtar, (1998), Winkjosastro (2002)

    C. Kerangka Konsep

    Faktor 3P Utama dalam Persalinan Passage

    Kelainan panggul CPD

    Passanger

    Kelainan letak dan presentasi panggul

    Besar Janin Kelainan kogenital

    Power

    Kelainan His Usia ibu Paritas Grandemultipara dan

    perut gantung

    Ketuban pecah dini

    Partus Lama

    Komplikasi ibu

    Kompikasi bayi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi partus lama :

    Letak janin Lama pecahnya ketuban Usia Paritas Berat janin

    Partus Lama