Journal SJS

5
DISKUSI SJS dan TEN merupakan penyakit yang jarang (dua kasus/juta penduduk/tahun), tapi memiliki dampak signifikan pada kesehatan masyarakat karena tingginya angka kematian (20- 25%) serta komplikasi yang ditimbulkan, seperti kekeruhan pada kornea yang persisten, pigmentasi kulit dan jaringan parut pada kulit. 2,12 Tabel 5. Hasil analisis univariat untuk prediksi kematian pada 82 pasien SJS dan TEN Tabel 6. Analisis regresi logistik multivariat untuk prediksi kematian pada 82pasien SJS dan TEN Pada studi sebelumnya yang dilakukan pada 207 pasien dengan erhytema multiform (EM), SJS, atau TEN, penyebab terbanyak yang ditemukan ialah obat-obatan 13 . Studi lain menemukan bahwa hanya 1 (3,1%) dari 32 pasien dengan SJS atau TEN yang penyebabnya tidak berhubungan dengan obat-obatan 14 . Pada studi saat ini, kasus yang berhubungan obat-obatan biasa terjadi (43, 52,4%) begitu pula pada kasus yang tidak berhubungan dengan obat-obatan (39, 47,6%). Pada semua pasien yang tidak berhubungan dengan obat mengeluhkan adanya gejala konstitusional yang beragam, seperti demam, menggigil,

description

jurnal

Transcript of Journal SJS

DISKUSISJS dan TEN merupakan penyakit yang jarang (dua kasus/juta penduduk/tahun), tapi memiliki dampak signifikan pada kesehatan masyarakat karena tingginya angka kematian (20-25%) serta komplikasi yang ditimbulkan, seperti kekeruhan pada kornea yang persisten, pigmentasi kulit dan jaringan parut pada kulit.2,12Tabel 5. Hasil analisis univariat untuk prediksi kematian pada 82 pasien SJS dan TENTabel 6. Analisis regresi logistik multivariat untuk prediksi kematian pada 82pasien SJS dan TENPada studi sebelumnya yang dilakukan pada 207 pasien dengan erhytema multiform (EM), SJS, atau TEN, penyebab terbanyak yang ditemukan ialah obat-obatan13. Studi lain menemukan bahwa hanya 1 (3,1%) dari 32 pasien dengan SJS atau TEN yang penyebabnya tidak berhubungan dengan obat-obatan14. Pada studi saat ini, kasus yang berhubungan obat-obatan biasa terjadi (43, 52,4%) begitu pula pada kasus yang tidak berhubungan dengan obat-obatan (39, 47,6%). Pada semua pasien yang tidak berhubungan dengan obat mengeluhkan adanya gejala konstitusional yang beragam, seperti demam, menggigil, myalgia, atau radang tenggorokan dan kriteria inklusi yang penting dan tak terlekkan ialah gejala sebelum pemakaian obat yang diresepkan untuk mengurangi gejala atau tidak memiliki riwayat pemakaian obat. Kasus yang tidak berhubungan dengan obat atau post infeksi saluran pernafasan bagian atas yang berhubungan dengan SJS atau TEN mungkin lebih biasa secara klinis, tapi pasien atau dokter biasanya mengabaikan gejala konstitusional dan tidak memperhatikan obat-obat yang mendasarinya. Untuk memperjelas etiologi yang tepat dari SJS atau TEN, dan untuk mencegah adanya kesalahan, perhatian lebih harus dicurahkan terhadap riwayat pasien serta riwayat medis. Obat-obatan yang paling sering memicu pada studi ini ialah anti konvulsan (carbamazepin) dan antibiotik (sephalosporin). Pada studi ini NSAID memiliki resiko yang lebih rendah dibandingkan studi sebelumnya2. Studi EuroS-CAR melaporkan adanya hasil yang serupa, dimana obat resiko tinggi termasuk carbamazepin, cotrimoxazol,nevirapin, fenobarbital, fenitoin dan lamotrigin, sementara NSAID merupakan resiko rendah15. Jeung et al meneliti 11 pasien ruam obat dengan eosiofilia dan sindrom gejala sistemik, serta 20 pasien dengan SJS. Penyebab tersering dari kedua penyakit tersebut adalah antibiotik, diikuti oleh antikonvulsan. Antikonvulsan dan antibiotik merupakan obat-obatan yang dicurigai menyebabkan SJS atau TEN, bersamaan dengan NSAID dan allopurinol. Penggunaan obat-obat seperti itu sebagai terapi lini pertama seharusnya dipertimbangkan secara hati-hati.Pada studi saat ini, kasus yang berhubungan dengan obat menunjukkan seringnya timbul gejala yang lebih berat, berbeda dengan kasus tidak berhubungan dengan obat, sama seperti temuan sebelumnya. Pasien yang kasusnya tidak berhubungan dengan obat menandakan adanya etiologi yang lebih luas dan pasien ragu-ragu untuk menerima kunjungan rumah sakit atau mengakui gejala yang samar. hal tersebut menyebabkan keterlambatan diagnosa. dokter seharusnya mencurigai fase awal SJS atau TEN pada pasien dengan riwayat demam yang tidak lama seperti pada radang tenggorokan dan menggigil, walaupun tanpa riwayat obat-obatan.Kematian terkait SJS pada studi sebelumnya sebesar 0-10% dari semua kematian, dan kematian terkit TEN sebesar 25-27% dari semua kematian10,18-22. pengobatan optimal untuk SJS dan TEN membutuhkan diagnosa dini, penghentian langsung pemberian obat kausatif, penyediaan perawatan suportif, dan terapi spesifik23. Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan masih kontroversial. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa kortikosteroid dapat menimbulkan komplikasi infeksi dan menimbulkan prognosa lebih buruk24. Bgaimanapun juga, dalam beberapa tahun terakhir, steroid, contohnya dexametason pada tahap akut SJS/TEN telah diusulkan25. Pada studi tersebut, mortalitas pada pasien seperti itu tidak lebih tinggi dan waktu re-epitelisasi tidak lebih lama dari yang diharapkan, walaupun sejumlah kecil pasien tidak bermakna secara statistik. Sebagian kecil dari lima pasien dari Jepang menyebutkan bahwa terapi steroid dini dapat membantu mencegah komplikasi okular26. Pada studi EuroSCAR, yang menilai 281 pasien dengan SJS/TEN dari prancis dan Jerman, kematian dipilih sebagai titik akhir dan berhubungan dengan pengobatan menggunakan kortikosteroid, IVIG, kombinasi keduanya dan perawatan suportif. ORs dihitung dan mereka menyarankan adanya keuntungan pengobatan dengan kortikosteroid namun tidak untuk IVIG. Meskipun analisis retrospektif memiliki beberapa kekurangan, namun dapat ditarik dua kesimpulan utama: pertama, IVIG bukanlah pengobatan terbaik untuk SJS/TEN dan tidak dapat direkomendasikan secara umum; kedua, percobaan terapi dengan menggunakan kortikosteroid harus dilakukan9. IVIG, yang telah dilaporkan sebagai pengobatan efektif untuk TEN berdasarkan hipotesis antibodi dalam IVIG memblokir nekrosis dari keratinosit in vitro, masih kontroversial. Studi lainnya menunjukkan bahwa IVIG tidak memiliki efek positif27. Dua studi lebih lanjut yang dilakukan di unit luka bakar Amerika Utara menyarankan bahwa IVIG tidak meningkatkan hasil pengobatan pasien TEN. Pada studi saat ini, IV steorid digunakan pada kebanyakan pasien dan angka kematian (9,8%) lebih rendah dibandingkan dengan studi sebelumnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan efek dan bahaya modalitas pengobatan untuk SJS atau TEN.SCORTEN dikembangkan oleh Bastuji-Garin et al8 dan dapat digunakan untuk memprediksi resiko kematian berdasarkan 7 faktor resiko independen (umur lebih dari 40 tahun, nadi lebih dari 120x/menit, riwayat keganasan, total luas permukaan tubuh yang terpisah > 10%, serum urea nitrogen > 10 mmol/L, serum bikarbonat < 20 mmol/L dan glukosa serum >14 mmol/L). Pada studi saat ini, abnormalitas fungsi ginjal, pneumonia, hemoglobin rendah (